|
surah / surat : An-Nisaa Ayat : 121 |
|
|
مَأْوَىٰهُمْ |
tempat kembali mereka |
يَجِدُونَ |
mereka mendapat |
|
|
ulaa-ika ma/waahum jahannamu walaa yajiduuna 'anhaa mahiishaan |
121. Mereka itu tempatnya Jahannam dan mereka tidak memperoleh tempat lari dari padanya. |
|
|
surah / surat : An-Nisaa Ayat : 122 |
|
|
وَٱلَّذِينَ |
dan orang-orang yang |
وَعَمِلُوا۟ |
dan mereka beramal |
ٱلصَّٰلِحَٰتِ |
kebajikan/saleh |
سَنُدْخِلُهُمْ |
kelak akan Kami masukkan mereka |
ٱلْأَنْهَٰرُ |
sungai-sungai |
|
|
waalladziina aamanuu wa'amiluu alshshaalihaati sanudkhiluhum jannaatin tajrii min tahtihaa al-anhaaru khaalidiina fiihaa abadan wa'da allaahi haqqan waman ashdaqu mina allaahi qiilaan |
122. Orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan saleh, kelak akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah telah membuat suatu janji yang benar. Dan siapakah yang lebih benar perkataannya dari pada Allah ? |
|
|
surah / surat : An-Nisaa Ayat : 123 |
|
|
بِأَمَانِيِّكُمْ |
dengan angan-anganmu yang kosong |
أَمَانِىِّ |
angan-angan kosong |
يُجْزَ |
akan diberi balasan |
بِهِۦ |
dengannya (kejahatan itu) |
|
|
laysa bi-amaaniyyikum walaa amaaniyyi ahli alkitaabi man ya'mal suu-an yujza bihi walaa yajid lahu min duuni allaahi waliyyan walaa nashiiraan |
123. (Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong [353] dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.
[353] Mu di sini ada yang mengartikan dengan kaum muslimin dan ada pula yang mengartikan kaum musyrikin. Maksudnya ialah pahala di akhirat bukanlah menuruti angan-angan dan cita-cita mereka, tetapi sesuai dengan ketentuan-ketentuan agama. |
|
SEBAB TURUNNYA AYAT: Ibnu Abu Hatim mengetengahkan dari Ibnu Abbas, katanya, "Kata orang-orang Yahudi dan Nasrani, 'Tidaklah akan masuk surga selain kita,' dan kata orang-orang Quraisy, 'Kita tidaklah akan dibangkitkan,' maka Allah pun menurunkan, 'Demikian itu bukan menurut angan-anganmu dan bukan pula angan-angan Ahli Kitab.'" Ibnu Jarir mengetengahkan dari Masruq, katanya, "Kaum Nasrani dan kaum Muslimin saling membanggakan diri mereka. Kata yang pertama, 'Kami lebih mulia daripada kamu,' dan kata yang kedua, 'Bahkan kamilah yang lebih mulia', maka Allah pun menurunkan, 'Demikian itu bukan menurut angan-anganmu dan bukan pula angan-angan Ahli Kitab.'" (Q.S. An-Nisa 123) Diketengahkan yang serupa dengan itu dari Qatadah, Dhahhak, As-Saddiy dan Abu Saleh sedangkan kata-katanya berbunyi, "Pemeluk agama-agama saling membanggakan diri mereka terhadap lainnya." Dan menurut suatu versi, "Segolongan orang-orang Yahudi dan segolongan orang-orang Nasrani serta segolongan orang-orang Islam sedang duduk-duduk, maka kata yang pertama, 'Kami lebih mulia,' kata yang kedua 'Kami lebih mulia,' maka turunlah ayat itu."
|
|
|
surah / surat : An-Nisaa Ayat : 124 |
|
|
مُؤْمِنٌ |
seorang yang beriman |
فَأُو۟لَٰٓئِكَ |
maka mereka itu |
يَدْخُلُونَ |
(mereka) masuk |
يُظْلَمُونَ |
mereka dianiaya |
|
|
waman ya'mal mina alshshaalihaati min dzakarin aw untsaa wahuwa mu/minun faulaa-ika yadkhuluuna aljannata walaa yuzhlamuuna naqiiraan |
124. Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun. |
|
SEBAB TURUNNYA AYAT: Diketengahkan pula dari Masruq, katanya, "Ketika turun ayat, 'Demikian itu bukan menurut angan-anganmu dan angan-angan Ahli Kitab,' berkatalah Ahli Kitab, 'Kami dan kamu sama-sama,' maka turunlah pula ayat, 'Dan barangsiapa yang beramal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedangkan ia beriman...'" (Q.S. An-Nisa 124)
|
|
|
surah / surat : An-Nisaa Ayat : 125 |
|
|
وَجْهَهُۥ |
wajahnya/dirinya |
مُحْسِنٌ |
orang yang berbuat baik |
|
|
waman ahsanu diinan mimman aslama wajhahu lillaahi wahuwa muhsinun waittaba'a millata ibraahiima haniifan waittakhadza allaahu ibraahiima khaliilaan |
125. Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus ? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya. |
|
|
surah / surat : An-Nisaa Ayat : 126 |
|
|
وَلِلَّهِ |
dan kepunyaan Allah |
بِكُلِّ |
dengan/terhadap segala |
|
|
walillaahi maa fii alssamaawaati wamaa fii al-ardhi wakaana allaahu bikulli syay-in muhiithaan |
126. Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan adalah (pengetahuan) Allah Maha Meliputi segala sesuatu. |
|
|
surah / surat : An-Nisaa Ayat : 127 |
|
|
وَيَسْتَفْتُونَكَ |
dan mereka minta fatwa kepadamu |
يُفْتِيكُمْ |
memberi fatwa kepadamu |
تُؤْتُونَهُنَّ |
kamu memberikan pada mereka |
وَتَرْغَبُونَ |
dan kamu suka/ingin |
تَنكِحُوهُنَّ |
kamu menikahi mereka |
وَٱلْمُسْتَضْعَفِينَ |
dan yang lemah-lemah |
لِلْيَتَٰمَىٰ |
untuk anak-anak yatim |
تَفْعَلُوا۟ |
kamu kerjakan |
فَإِنَّ |
maka sesungguhnya |
|
|
wayastaftuunaka fii alnnisaa-i quli allaahu yuftiikum fiihinna wamaa yutlaa 'alaykum fii alkitaabi fii yataamaa alnnisaa-i allaatii laa tu/tuunahunna maa kutiba lahunna watarghabuuna an tankihuuhunna waalmustadh'afiina mina alwildaani wa-an taquumuu lilyataamaa bialqisthi wamaa taf'aluu min khayrin fa-inna allaaha kaana bihi 'aliimaan |
127. Dan mereka minta fatwa kepadamu tentang para wanita. Katakanlah : "Allah memberi fatwa kepadamu tentang mereka, dan apa yang dibacakan kepadamu dalam Al-Qur'an [354] (juga memfatwakan) tentang para wanita yatim yang kamu tidak memberikan kepada mereka apa [355] yang ditetapkan untuk mereka, sedang kamu ingin mengawini mereka [356] dan tentang anak-anak yang masih dipandang lemah. Dan (Allah menyuruh kamu) supaya kamu mengurus anak-anak yatim secara adil. Dan kebajikan apa saja yang kamu kerjakan, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahuinya.
[354] Lihat ayat 2 dan 3 Surat An Nisaa' [355] Maksudnya ialah : pusaka dan maskawin. [356] Menurut adat Arab Jahiliyah seorang wali berkuasa atas wanita yatim yang dalam asuhannya dan berkuasa akan hartanya. Jika wanita yatim itu cantik dikawini dan diambil hartanya. Jika wanita itu buruk rupanya, dihalanginya kawin dengan laki-laki yang lain supaya dia tetap dapat menguasai hartanya. Kebiasaan di atas dilarang melakukannya oleh ayat ini. |
|
SEBAB TURUNNYA AYAT: Diriwayatkan oleh Bukhari dari Aisyah mengenai ayat ini, katanya, "Ia adalah tentang seorang laki-laki yang mempunyai seorang anak yatim perempuan di mana ia menjadi wali dan ahli warisnya dan ia telah berserikat dengan anak yatim itu dalam hartanya sampai kepada buah kurmanya sehingga lelaki itu ingin menikahinya dan tidak ingin mengawinkannya dengan laki-laki lain karena takut akan berserikat pula dalam hartanya hingga ia pun menghalanginya. Lalu turunlah ayat di atas." Diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim dari As-Saddiy, bahwa Jabir mempunyai seorang saudara sepupu wanita yang rupanya tidak cantik. Tetapi dia mempunyai harta yang diwarisi dari bapaknya. Jabir tidak senang mengawininya dan tidak pula ingin mengawinkannya dengan orang lain karena takut hartanya akan dihabiskan oleh suaminya. Lalu ditanyakannya hal itu kepada Nabi saw., maka turunlah ayat ini.
|
|
|
surah / surat : An-Nisaa Ayat : 128 |
|
|
نُشُوزًا |
nusyuz/membuat kesalahan |
إِعْرَاضًا |
pergi meninggalkan/tidak acuh |
عَلَيْهِمَآ |
atas keduanya |
يُصْلِحَا |
berdamai keduanya |
بَيْنَهُمَا |
antara keduanya |
وَٱلصُّلْحُ |
dan perdamaian itu |
وَأُحْضِرَتِ |
dan kebiasaan |
تُحْسِنُوا۟ |
kamu berbuat kebaikan |
وَتَتَّقُوا۟ |
dan kamu memelihara diri |
فَإِنَّ |
maka sesungguhnya |
بِمَا |
dengan/terhadap apa |
تَعْمَلُونَ |
kamu kerjakan |
|
|
wa-ini imra-atun khaafat min ba'lihaa nusyuuzan aw i'raadan falaa junaaha 'alayhimaa an yushlihaa baynahumaa shulhan waalshshulhu khayrun wauhdirati al-anfusu alsysyuhha wa-in tuhsinuu watattaquu fa-inna allaaha kaana bimaa ta'maluuna khabiiraan |
128. Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz [357] atau sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya [358], dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir [359]. Dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
[357] Lihat arti nusyuz dalam not 291. Nusyuz dari pihak suami ialah bersikap keras terhadap isterinya; tidak mau menggaulinya dan tidak mau memberikan haknya. [358] Seperti isteri bersedia beberapa haknya dikurangi asal suaminya mau baik kembali. [359] Maksudnya: tabiat manusia itu tidak mau melepaskan sebahagian haknya kepada orang lain dengan seikhlas hatinya, kendatipun demikian jika isteri melepaskan sebahagian hak-haknya, maka boleh suami menerimanya. |
|
SEBAB TURUNNYA AYAT: Diriwayatkan oleh Abu Daud dan Hakim dari Aisyah, katanya, "Saidah Saudah merasa khawatir akan diceraikan oleh Rasulullah saw. sewaktu ia telah lanjut usia, maka ia pun berkata, 'Hari giliran saya, saya berikan untuk Aisyah', maka Allah pun menurunkan, 'Dan jika seorang wanita takut dari suaminya nusyuz...'" (Q.S. An-Nisa 128) Dan diriwayatkan pula yang serupa dengan ini oleh Tirmizi dari Ibnu Abbas. Diketengahkan oleh Said bin Manshur dari Said bin Musayyab bahwa putri Muhammad bin Maslamah menjadi istri dari Rafi' bin Khudaij. Rupanya ada sesuatu hal yang tidak disukainya dari wanita itu, mungkin karena usianya sudah lanjut atau lainnya hingga ia ingin menceraikannya. Perempuan itu berkata, "Janganlah kamu menceraikan saya, dan gilirlah saya sesuka hatimu." Maka Allah pun menurunkan, "Dan jika seorang wanita takut dari suaminya nusyuz... sampai akhir ayat." (Q.S. An-Nisa 128) Hadis ini juga mempunyai saksi yang maushul yang diriwayatkan oleh Hakim dari jalur Ibnu Musayyab dari Rafi' bin Khudaij. Hakim mengetengahkan dari Aisyah, katanya, "Diturunkan ayat ini, 'Dan perdamaian itu lebih baik,' mengenai seorang laki-laki yang mempunyai seorang istri yang telah melahirkan baginya beberapa orang anak. Ia bermaksud hendak mengganti istrinya itu, tetapi wanita itu membujuknya agar tidak menceraikannya dengan tak usah memberinya giliran." Ibnu Jarir mengetengahkan dari Said bin Jubair, katanya, "Ketika turun ayat, 'Jika seorang istri takut dari suaminya nusyuz atau sikap tak acuh,' datanglah seorang wanita kepada suaminya, katanya, 'Saya ingin mendapat pembagian nafkah darimu,' padahal sebelumnya ia telah rela ditinggalkan tanpa diceraikan dan tidak pula didatanginya, maka Allah pun menurunkan, '...dan manusia itu dasarnya bertabiat kikir.'" (Q.S. An-Nisa 128)
|
|
|
surah / surat : An-Nisaa Ayat : 129 |
|
|
تَسْتَطِيعُوٓا۟ |
kamu dapat |
تَعْدِلُوا۟ |
kamu berbuat adil |
ٱلنِّسَآءِ |
isteri-isteri |
حَرَصْتُمْ |
kamu ingin sekali |
تَمِيلُوا۟ |
kamu cenderung |
فَتَذَرُوهَا |
maka/sehingga kamu membiarkannya |
كَٱلْمُعَلَّقَةِ |
seperti tergantung/terkatung-katung |
تُصْلِحُوا۟ |
kamu mengadakan perbaikan |
وَتَتَّقُوا۟ |
dan kamu memelihara diri |
فَإِنَّ |
maka sesungguhnya |
|
|
walan tastathii'uu an ta'diluu bayna alnnisaa-i walaw harashtum falaa tamiiluu kulla almayli fatadzaruuhaa kaalmu'allaqati wa-in tushlihuu watattaquu fa-inna allaaha kaana ghafuuran rahiimaan |
129. Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. |
|
|
surah / surat : An-Nisaa Ayat : 130 |
|
|
يَتَفَرَّقَا |
keduanya bercerai |
يُغْنِ |
akan memberi kecukupan |
سَعَتِهِۦ |
keluasanNya (karuniaNya) |
|
|
wa-in yatafarraqaa yughni allaahu kullan min sa'atihi wakaana allaahu waasi'an hakiimaan |
130. Jika keduanya bercerai, maka Allah akan memberi kecukupan kepada masing-masingnya dari limpahan karunia-Nya. Dan adalah Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Bijaksana. |
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar