MENGGAPAI BERKAH SHALAWAT ATAS NABI MUHAMMAD SAW. (Bag. 1)
TAFSIR QS. AL – AHZAB AYAT 56 *)
Hayu batur pada kumpul
Ngahormat ka Gusti Rasul
Supaya urang dikabul
Sagala anu diusul
Urang maraca solawat
Ka Nabi nuhun syafaat
Supaya urang salamet
Di dunya sareng aherat
Nabi Muhammad saw.  dilahirkan di kota Mekkah pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awwal Tahun  Gajah atau bertepatan dengan tanggal 20 April 571 Masehi. Beliau  dilahirkan dalam keadaan yatim yang telah ditinggalkan ayahnya,  Abdullah, sejak masih berusia 2 bulan di dalam kandungan dan menjadi  piatu karena ditinggal mati ibunya, Siti Aminah, pada usia 6 tahun.
Seumur hidupnya, Nabi Muhammad saw. terus  berdakwah menyiarkan ajaran agama Allah kepada seluruh umat manusia.  Berbagai aral dan rintangan ia hadapi dengan penuh kesabaran dengan  senantiasa mengharap pertolongan Allah swt. Tidak sedikit ancaman,  hinaan dan cobaan yang diterima bahkan sampai terluka parah akibat  peperangan yang dialaminya hingga nyaris meninggal dunia. Itu semua  dilaluinya dengan tanpa amarah dan perasaan balas dendam, melainkan ia  selalu bermunajat kepada Tuhannya agar misi yang ia emban—yakni i’lai kalimatillah  (menegakkan ajaran agama Allah) di muka bumi—dapat tercapai dengan  gemilang. Kegigihan Rasulullah saw. dalam memperjuangkan agama Islam  serta beratnya penderitaan yang ia alami diabadikan oleh Allah di dalam  al-Qur’an :
لقد جاءكم رسول من أنفسكم عزيز عليه ما عنتم حريص عليكم بالمؤمنين رؤوف رحيم
“Sungguh telah datang kepadamu seorang  Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu (umat  manusia), serta sangat menginginkan (keimanan, keselamatan dan kebaikan)  bagi kamu semua, lagi amat belas kasihannya serta penyayang terhadap  orang-orang mukmin”. (QS. Al-Taubah: 128).
Muhammad saw. adalah manusia seperti  manusia lainnya dalam naluri, fungsi fisik dan kebutuhannya, tetapi  bukan dalam sifat-sifat dan keagungannya, karena beliau mendapat  bimbingan Tuhan dan kedudukan istimewa di sisi-Nya. Begitu besar  perhatiannya kepada umat manusia sehingga ia rela mencelakakan diri demi  mengajak mereka beriman kepada Allah (QS. Asy-Syu’ara: 3). Begitu luas  rahmat dan kasih sayang yang dibawanya sehingga menyentuh manusia,  binatang, tumbuh-tumbuhan dan makhluk tak bernyawa.
Atas dasar sifat-sifat yang agung dan  menyeluruh itu, Allah swt. menjadikan beliau sebagai teladan yang baik  bagi seluruh umat manusia :
لقد كان لكم في رسول الله أسوة حسنة لمن كان يرجو الله واليوم الآخر وذكر الله كثيرا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri)  Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang  mengharap (rahmat dan ridha) Allah dan (ganjaran amal kebaikan) pada  hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah(berdzikir)”. (QS. Al-Ahzab:  21).
Disadari sepenuhnya bahwa uraian tentang  Nabi Muhammad saw. amat panjang, yang dapat diperoleh secara tersurat  maupun tersirat di dalam al-Qur’an, hadis, riwayat-riwayat dan pandangan  para pakar. Hal penting bagi para pengikutnya selain turut-patuh ajaran  yang ia bawa dan menjadikannya sebagai teladan, adalah selalu  menghormati, mengingat serta melafalkan namanya setiap saat selama nafas  masih berhembus bagai seorang yang merindukan kekasihnya.
A. Lafaz dan Terjemah QS. Al-Ahzab Ayat 56
إن الله وملائكته يصلون على النبي يا أيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما
Artinya :
“Sesungguhnya Allah dan  malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang  beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam  penghormatan kepadanya”. (QS. AL-Ahzab: 56).
B. Tafsir Mufradat
يصلون             :  Mereka semua bershalawat.
Al-shalah mempunyai pengertian asal doa. Namun, apabila ia disandingkan dengan nama Allah maka berarti pemberian rahmat-Nya. Apabila ia diucapkan oleh malaikat, ia merupakan permohonan ampun kepada Allah. Dan bila al-shalah dilakukan oleh manusia, berarti bentuk pemujaan dan permohonan (doa) kepada Allah. Jadi, bila manusia melakukan al-shalah (ibadah shalat) artinya manusia sedang memuja dan memohon kepada Allah untuk dirinya. Begitupula jika manusia mengucapkan al-shalah (shalawat atas Nabi saw.) berarti ia sedang memuji Nabi saw. serta memohon kepada Allah agar selalu dilimpahkan rahmat-Nya kepada Nabi dan seluruh umatnya.
وسلموا            :  Berilah salam penghormatan.
Al-salam artinya selamat, tidak ada yang cacat, damai, aman, pasrah, dan homat.
C. Penjelasan QS. Al-Ahzab Ayat 56
Ayat ini merupakan bagian terakhir dari  ayat-ayat yang diturunkan pada saat Nabi Muhammad saw. menikahi Zainab  binti Jahsy yang berkaitan tentang ketetapan hijab (penghalang/penutup/tirai)  antara seorang wanita dengan orang lain yang bukan muhrimnya, yakni  tepatnya di pagi hari perkawinan keduanya pada bulan Dzulqa’dah tahun 5  Hijriyah. Di dalam sebuah hadis riwayat Imam Ahmad, al-Bukhari, Muslim,  Ibnu Jarir, Ibnu Mardawih dan al-Baihaqi dari sahabat Anas ra disebutkan  bahwa :
عَنْ اَنَسٍ قَالَ لَماَّ تَزَوَّجَ رَسُولُ اللهِ صَلىَّ الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَيْنَبَ بِنْتِ جَهْشٍ دَعَا اْلقَوْمُ فَطَعِمُوْا ثُمَّ جَلَسُوْا يَـتَحَدَّثـُوْنَ وَإِذَا هُوَ كَاَنـَّهُ يَـتَهَـيَّـأُ لِلْقِياَمِ فَلَمْ يَقُوْمُوْا فَلَمَّا رَاَى ذَلِكَ قَامَ فَلَمَّا قَامَ قَامَ مَنْ قَامَ وَقَعَدَ ثَلاَثـَةُ نَفَرٍ فَجَاءَ النَّبِيُّ صَلىَّ الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِيَدْخُلَ فَإِذَا اْلقَوْمُ جُلُوْسٌ ثُمَّ إِنـَّهُمْ قَامُوْا فَانْطَلَقَتُ فَاَخْبَرَتُ النَّبِيَّ صَلىَّ الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَنـَّهُمْ قَدْ اِنْطَلِقُوْا فَجَاءَ حَتىَّ دَخَلَ فَذَهَبَتْ اَدْخَلَ فَـاَلْقىَ الْحِجَابَ بَيْنِيْ وَبَيْـنَهُ فَاَنْزَلَ الله ُ : يا أيها الذين آمنوا لا تدخلوا بيوت النبي … الآية . — رواه البخاري ومسلم وأحمد وابن جرير وابن مردويه والبيهقي
Diriwayatkan dari Anas ra. Ia berkata,  “Ketika Rasulullah saw. menikahi Zainab binti Jahsy, beliau mengundang  orang banyak lalu mereka makan dan duduk berbincang-bincang. Dan  tiba-tiba beliau beliau bersiap-siap untuk bangun tetapi mereka tidak  bangun juga. Karena melihat demikian maka beliau pun bangun dan tatkala  mereka bangun, sebagian orang ikut bangun sedang tiga diantaranya tetap  duduk. Kemudian Nabi saw. bersiap-siap untuk masuk dan ternyata  orang-orang tersebut duduk kembali. (Tak lama) kemudian mereka pun  bangkit, maka aku pergi untuk memberitahukan kepada Nabi saw. bahwa  mereka telah bubar. Maka datanglah beliau untuk masuk kembali dan aku  pun ikut masuk, lalu beliau menurunkan tabir antara aku dan beliau. Lalu  Allah menurunkan wahyunya, “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah  kalian masuk ke dalam rumah-rumah Nabi … (surat al-Ahzab ayat 53 – 56)”.  (HR. al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Ibnu Jarir, Ibnu Mardawih dan  al-Baihaqi).
Terlepas dari persoalan hijab, ayat-ayat  ini menjelaskan tentang adab kesopanan yang harus dilakukan seorang  hamba Allah kepada kekasih-Nya, Muhammad saw. Pada ayat 53 dijelaskan  bahwa pada saat hari pernikahan Nabi saw. dengan Zainab, beliau  mengundang orang-orang dan mereka menunggu-nunggu waktu makan karena  masakannya belum siap. Setelah mereka semua makan kemudian mereka saling  berbincang-bincang padahal Nabi berharap agar mereka semua segera  pulang. Hal seperti ini sangat dibenci oleh Allah swt. karena telah  membuat nabi-Nya merasa terganggu. Terlebih mengawini istri-istri beliau  setelah beliau meninggal dunia.
Dari ayat 53 ini, setidaknya kita dapat  mempraktikkan ajaran tersebut, yakni apabila kita bertamu dan diundang  dalam suatu pesta, baik pesta pernikahan ataupun lainnya, maka janganlah  kita mengharap-harap dan menunggu-nunggu hidangan yang belum siap atau  belum dipersilahkan oleh tuan rumah. Begitupula bila setelah makan, kita  dilarang berlama-lama apalagi sambil bercakap-cakap yang tidak perlu.  Itu semua dapat mengganggu ketentraman sang tuan rumah, sekalipun rumah  yang didiami itu bukan rumah Nabi saw., sebab berlama-lama duduk itu  tercela di mana saja dan terhina bagi siapa saja. Rasulullah bersabda di  dalam hadis yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah dan Ibnu ‘Abbas ra.:
حَسْـبُكَ فِى الثـُّقَلاَءِ اَنَّ الله َ عَزَّ وَجَلَّ لَمْ يَحْـتَمِلُهُمْ .
“Cukuplah bagimu mengenai orang-orang  yang berlama-lama duduk (bertamu) itu, bahwa Allah tidak membiarkan  (menyukai perbuatan) mereka itu”.
Ayat 54 surat al-Ahzab merupakan  penegasan Allah terhadap ayat sebelumnya, bahwa apapun yang diperbuat  manusia sekalipun niat tersembunyi yang ada di dalam hati tetap Allah  mengetahui segalanya. Ayat 55 adalah pengecualian tentang hijab antara  istri-istri Nabi saw. yang membolehkan sebagian kerabat dan  wanita-wanita mukminat menemui mereka tanpa ada penghalang/tabir.
Ayat selanjutnya adalah pokok pembahasan  tulisan ini, yakni pengajaran kepada umat manusia bahwa Allah dan para  malaikat-Nya yang senantiasa memberikan penghormatan kepada Nabi  Muhammad saw. Dalam ayat ini, setelah dijelaskan adab terhadap  Rasulullah serta perintah hijab, al-Quran mengajarkan tentang kedudukan  hamba dan nabi Allah di antara seluruh penghuni langit dimana Allah  selalu memujinya dan bershalawat untuknya di hadapan seluruh malaikat  sehingga para malaikat pun ikut bershalawat setiap saat tanpa henti  hingga akhir zaman kelak.
Di dalam al-Quran ditemukan bahwa para nabi sebelum Muhammad saw. telah diseru oleh Allah dengan nama-nama mereka, seperti ya Adam, ya Mûsa, ya ‘Îsa, dan lain sebagainya. Tetapi terhadap Muhammad, Allah sering memanggilnya dengan panggilan kemuliaan, seperti ya ayyuhan nabi, ya ayyuhar rasûl, atau memanggilnya dengan panggilan mesra, seperti ya ayyuhal mudatstsir, ya ayyuhal muzzammil.  Kalaupun ada ayat yang menyebut namanya langsung, nama tersebut  dibarengi dengan gelar kehormatan dan kemuliaan, seperti di dalam surat  Ali ‘Imran ayat 144 :
وما محمد إلا رسول قد خلت من قبله الرسل
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul…”. (QS. Ali ‘Imran: 144).
Dan di dalam surat al-Fath ayat 29 :
محمد رسول الله والذين معه أشداء على الكفار رحماء بينهم
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan  orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang  kafir…”. (QS. Al-Fath: 29).
*) Disusun oleh Miftahul Khaer, S.Th.I. Tulisan ini dibuat dalam rangka menyambut dan memperingati kelahiran Nabi Muhammad saw.
 








 

 
 



Tidak ada komentar:
Posting Komentar