Jumat, 11 April 2014

HIKMAH

Adakah yang Lebih Kuat Dibanding Gunung?

Adakah yang Lebih Kuat Dibanding Gunung?
Di dunia ini, Gunung dianggap oleh sebagian orang, sebagai sebuah simbol kekuatan. Bentuknya yang kokoh dan menjulang, semakin menegaskan anggapan tersebut.
Namun, tahukah anda, kekuatan gunung tersebut ternyata dapat dikalahkan oleh seorang anak Adam. Manusia seperti apakah yang dapat menandingi kekuatan gunung, bahkan lebih dari itu?
Dalam sebuah hadist Qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa ketika Allah swt. menciptakan Bumi, pada awalnya Bumi terus bergoyang tidak stabil. Maka, Allah pun menciptakan gunung-gunung di atas bumi, sehingga bumi menjadi tenang.
Para malaikat pun terkagum-kagum dengan penciptaan gunung, mereka berkata, ”Wahai Tuhan kami, apakah ada dari makhluk-Mu yang lebih kuat dari gunung?”
Pertanyaan serupa ‘Adakah yang lebih kuat’, terus diulangi oleh para malaikat, dan dijawab Allah swt. dengan jawaban yang berbeda.
Gunung rata oleh besi. Besi leleh dengan api. Api padam dengan air. Air dapat digerakkan kemanapun oleh angin. Hingga pertanyaan terakhir: ”Wahai Tuhan kami, apakah ada makhluk-Mu yang lebih kuat dari pada angin?”
Allah menjawab, ”Ada, yaitu seorang anak Adam yang bersedekah dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya tidak mengetahuinya.”
Inilah dahsyatnya kekuatan ikhlas. Manusia yang ikhlas, meskipun mungkin dlohirnya terlihat lemah, namun di sisi Allah, ia adalah orang yang lebih kuat dibanding gunung dan lainnya.
Dengan keikhlasan pula, seseorang akan mendapatkan kemudahan, meskipun mesti melewati kesusahan. (Ajie Najmuddin)



____________________________
Sumber : www.nu.or.id/hikmah

HIKMAH

Doa (Cinta) Nabi kepada Umatnya

Doa (Cinta) Nabi kepada Umatnya
Suatu ketika, Sayyidatuna Aisyah ra tengah duduk bersama Nabi Muhammad saw, tiba-tiba Nabi Muhammad saw mendoakan Sayyidatuna Aisyah.
Di dalam doanya, beliau mengatakan, “Ya Allah ampuni Aisyah, segala dosa-dosanya yang terdahulu, yang akan datang, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan.”
Mendengar doa tersebut, Sayyidatuna Aisyah tertawa bahagia, hingga kepalanya menunduk sampai ke bawah karena tawanya.
"Ya, Aisyah, engkau bahagia dengan doaku?" tanya Nabi Muhammad saw. kepada istrinya yang berjuluk humaira itu.
“Ya, Rasulullah, bagaimana aku tidak bahagia. Engkau mendoakan aku dengan doa yang demikian agung?
"Demi Allah, wahai Aisyah, itu adalah doaku untuk semua ummatku setiap selesai shalat.”
Begitulah, wujud kecintaan Nabi kepada ummatnya. Setiap saat selalu mendoakan untuk kebaikan ummatnya, yang banyak berlumuran dosa. Termasuk kita.



_______________________
(Ajie Najmuddin/Sumber : Shohih Ibnu Hibban)

HIKMAH

Bagaimana Rasulullah Mengenali Umatnya?

Bagaimana Rasulullah Mengenali Umatnya?
Dikisahkan, ada seorang lelaki yang tidak pernah membaca shalawat nabi. Suatu ketika dia bermimpi berjumpa dengan Rasulullah SAW. Tapi yang mengherankan, Rasulullah SAW justru berpaling muka darinya.

Heran atas apa yang dilihatnya, lelaki itu memberanikan diri bertanya, “Wahai Rasulullah SAW Apakah engkau marah kepadaku?” tanya lelaki itu.

“Tidak.” jawab Rasulullah.

“Mengapa engkau tidak memandang ke arahku?”

“Karena aku tidak mengenalmu.”

“Bagaimana bisa? Aku adalah salah satu dari umatmu. Ulama meriwayatkan bahwa engkau (Rasulullah) mengenal umatmu seperti seorang ibu pada anak kandungnya.”

“Para ulama benar. Tetapi kamu tidak pernah menyebutku dalam shalawat. Aku mengenal umatku sesuai jumlah shalawat yang mereka baca untukku.”

Lelaki itu tiba-tiba terbangun. Dia berjanji pada dirinya, mulai hari itu akan membaca shalawat nabi seratus kali dalam sehari. Dan akhirnya dia bisa menjalankan janjinya itu.

Dalam kesempatan lain, lelaki itu bermimpi lagi bertemu Rasulullah SAW. Beliau bersabda, “Sekarang aku mengenalmu dan kelak akan memberikan syafaat kepadamu.”

Bahagia lelaki itu mendengarkan kata-kata dari orang yang sangat dicintainya itu.

Maukah kita merasakan kebahagiaan yang sama seperti orang tadi, bahkan lebih dari itu? Maka bershalawatlah!



_________________________
(Ajie Najmuddin/Sumber: Kitab Mukasyafatul Qulub)

HIKMAH

Bagaimana Hamba Bisa Masuk Neraka?


Bagaimana Hamba Bisa Masuk Neraka?
Suatu ketika Nabi Musa as. mengadu kepada Allah, “Wahai Tuhan! Engkau ciptakan makhluk dan Kau berikan kenikmatan rizki. Kau (pula) yang menjadikan (sebagian) pengikutku masuk neraka.”
Allah berfirman, “Bangkit dan bertanamlah, wahai Musa!”
Nabi Musa lalu bercocok tanam dan menyiraminya. Ia melakukan hal itu hingga masa panen tiba.
“Apa yang kau dapat dengan tanamanmu itu, Musa?”
“Aku telah memanennya,”
“Apakah sedikit yang tersisa?”
“Aku tak pernah menyisakan sesuatu yang tak ada kebaikannya,”
Allah berfirman, “Wahai Musa! Aku memasukkan hamba yang tak mempunyai kebaikan ke dalam neraka,”
“Siapakah dia?”
“Dia adalah yang meremehkan kalimat Laa Ilaaha Illa Allah Muhammadur Rasulullah,”


(Ajie Najmuddin/ disarikan dari kitab Al-Mawaidh Al-Ushfuriyyah)


_________________________
Sumber : www.or.or.id/hikmah

Melawan Sihir dengan Muawwidzatain

Ubudiyah 



Melawan Sihir dengan Muawwidzatain
Imam As-Suyuthi dalam kitabnya Lubabun Nuqul fi Asbabin Nuzul menceitakan bahwa suatu ketika rasulullah saw pernah sakit agak parah, maka datanglah dua malaikat kepadanya hendak mendiaknosa penyakit apa gerangan yang menimpa Rasulullah saw ini. Satu malaikat duduk di dekat kakinya dan yang satu duduk disebelah kepalanya.
Malaikat yang berada dekat di kaki Rasul berkata kepada malaikat yang berada disebelah kepala Rasulullah “apa yang engkau lihat?” temannya lalu  menjawab “ia (Rasulullah) terkena gendam” lalu bertanyalah ia “apa gendam itu?” “gendam itu sihir” jawabnya. Lantas “siapakah yang membuat sihir kepadanya (rasulallah)?”. Malaikat yang berad di kaki itu menjawab “Labid bin al-A’sham al-Yahudi, sihirnya berupa gulungan yang disimpan di sumur keluarga fulan di bawah batu besar. Suruhlah seseorang datang kesana untuk mengambil gulungan di bawah sumur itu lalu bakarlah!”
Pada pagi harinya Rasulullah saw mengutus Ammar bin Yasir dan kawan-kawannya untuk pergi ke sumur itu. Sesampainya di sana mereka kaget melihat air sumur yang berwarna merah seperti pacar. Setelah berusaha keras mencari di dalam sumur, akhirnya ditemukanlah gulungan yang dimaksud. Lalu dibakarlah gulungan itu sesuai petunjuk malaikat, maka terihatlah sebuah tali dengan sebelas simpulnya yang tidak bisa dibuka dengan tenaga. Maka Rasulullah saw menerima wahyu kedua surat Mu’awwidzatain yaitu qul a’uzu birabbil falaq dan qul a’uzu birabbin nas. Anehnya setiap Rasulullah saw membaca dua surat itu, maka terbukalah satu simpul tali itu dan demikian seterusnya hingga sebelas kali. Kisah ini diriwayatkan juga oleh Imam al-Baihaqi dalam kitab Dalailun Nubuwwah.
Demikianlah fadhilah dua surat terakhir dari Al-Qur’an. Hal ini juga menunjukkan kemukjizatan al-qur’an yang apabila dibaca dan diniati dengan benar akan melahirkan keistimewaannya. Bukankah alqur’an adalah ‘al-muta’abbad bitilawatihi’ sesuatu yang bila dibaca merupakan ibadah. Demikian pula yang dianjurkan oleh sebagian ulama untuk terus membaca qul a’uzu birabbil falaq dan qul a’uzu birabbin nas dalam berbagai kesempatan terutama dalam menghadapi waktu jolorante menghadapi malam yang gelap dan siang yang terang. (red. Ulil H)




_________________________________
Sumber : www.nu.or.id/ubudiyah
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger... Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Edy_Hari_Yanto's  album on Photobucket
TPQ NURUDDIN NEWS : Terima kasih kepada donatur yang telah menyisihkan sebagian rezekinya untuk pembangunan TPQ Nuruddin| TKQ-TPQ "NURUDDIN" MENERIMA SANTRI DAN SANTRIWATI BARU | INFORMASI PENDAFTARAN DI KANTOR TPQ "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN-WONOAYU