Kamis, 05 Desember 2013

TAFSIR AL QUR'AN SURAH AL-AHQAAF AYAT 1 - 20 ( 01 )

Cari dalam "TAFSIR" Al Qur'an
Bahasa Indonesia    English Translation    Dutch    Nuruddin

No. Pindah ke Surat Sebelumnya... Pindah ke Surat Berikut-nya... [TAFSIR] : AL AHQAAF
Ayat [35]   First Previous Next Last Balik Ke Atas  Hal:1/2
1 Haa Miim.(QS. 46:1)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ahqaaf 1 

حم (1

Ha mim, termasuk huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan beberapa surah Alquran. Ada dua hal yang perlu dibicarakan tentang huruf-huruf abjad yang disebutkan pada permulaan beberapa surah dari Alquranul Karim itu, yaitu apa yang dimaksud dengan huruf ini, dan apa hikmahnya menyebutkan huruf-huruf ini?
Tentang soal pertama, maka para mufassir berlainan pendapat, yaitu:
1. Ada yang menyerahkan saja kepada Allah, dengan arti mereka tidak mau menafsirkan huruf-huruf itu. Mereka berkata, "Allah sajalah yang mengetahui maksudnya." Mereka menggolongkan huruf-huruf itu ke dalam golongan ayat-ayat mutasyabihat.
2. Ada yang menafsirkannya. Mufassirin yang menafsirkannya ini berlain-lain pula pendapat mereka, yaitu:
a. Ada yang berpendapat bahwa huruf-huruf itu adalah isyarat (keringkasan dari kata-kata), umpamanya Alif Lam Mim. Maka "Alif" adalah keringkasan dari "Allah", "Lam" keringkasan dari "Jibril", dan "Mim" keringkasan dari Muhammad, yang berarti bahwa Alquran itu datangnya dari Allah, disampaikan oleh Jibril kepada Muhammad. Pada Alif Lam Ra; "Alif" keringkasan dari "Ana", "Lam" keringkasan dari "Allah" dan "Ra" keringkasan dari "Ar-Rahman", yang berarti: Saya Allah Yang Maha Pemurah.
b. Ada yang berpendapat bahwa huruf-huruf itu adalah nama dari surah yang dimulai dengan huruf-huruf itu.
c. Ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan huruf-huruf abjad ini adalah huruf-huruf abjad itu sendiri. Maka yang dimaksud dengan "Alif" adalah "Alif", yang dimaksud dengan "Lam" adalah "Lam", yang dimaksud dengan "Mim" adalah "Mim", dan begitu seterusnya.
d. Huruf-huruf abjad itu untuk menarik perhatian.
Menurut para mufassir ini, huruf-huruf abjad itu disebut Allah pada permulaan beberapa surah dari Alquranul Karim, hikmahnya adalah untuk "menantang". Tantangan itu bunyinya kira-kira begini: Alquran itu diturunkan dalam bahasa Arab, yaitu bahasa kamu sendiri, yang tersusun dari huruf-huruf abjad, seperti Alif Lam Mim Ra, Ka Ha Ya Ain Shad, Qaf, Tha Sin dan lain-lainnya. Maka kalau kamu sekalian tidak percaya bahwa Alquran ini datangnya dari Allah dan kamu mendakwakan datangnya dari Muhammad, yakni dibuat oleh Muhammad sendiri, maka cobalah kamu buat ayat-ayat yang seperti ayat Alquran ini. Kalau Muhammad dapat membuatnya tentu kamu juga dapat membuatnya."
Maka ada "penantang", yaitu Allah, dan ada "yang ditantang", yaitu bahasa Arab, dan ada "alat penantang", yaitu Alquran. Sekalipun mereka adalah orang-orang yang fasih berbahasa Arab, dan mengetahui pula seluk-beluk bahasa Arab itu menurut naluri mereka, karena di antara mereka itu adalah pujangga-pujangga, penyair-penyair dan ahli-ahli pidato, namun demikian mereka tidak bisa menjawab tantangan Alquran itu dengan membuat ayat-ayat seperti Alquran. Ada juga di antara mereka yang memberanikan diri untuk menjawab tantangan Alquran itu, dengan mencoba membuat kalimat-kalimat seperti ayat-ayat Alquran itu, tetapi sebelum mereka ditertawakan oleh orang-orang Arab itu, lebih dahulu mereka telah ditertawakan oleh diri mereka sendiri.
Para mufassir dari golongan ini, yakni yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu disebut oleh Allah pada permulaan beberapa surah dari Alquran untuk menantang bangsa Arab itu, mereka sampai kepada pendapat itu adalah dengan "istiqra" artinya menyelidiki masing-masing surah yang dimulai dengan huruf-huruf abjad itu. Dengan penyelidikan itu mereka mendapat fakta-fakta sebagai berikut:
1. Surah-surah yang dimulai dengan huruf-huruf abjad ini adalah surah-surah Makiyah (diturunkan di Mekah), selain dari dua buah surah saja yang Madaniyah (diturunkan di Madinah), yaitu surah Al-Baqarah yang dimulai dengan Alif Lam Mim dan surah Ali Imran yang dimulai dengan Alif Lam Mim juga. Sedang penduduk Mekah itulah yang tidak percaya bahwa Alquran itu adalah dari Tuhan, dan mereka mendakwakan bahwa Alquran itu buatan Muhammad semata-mata.
2. Sesudah menyebutkan huruf-huruf abjad itu ditegaskan bahwa Alquran itu diturunkan dari Allah, atau diwahyukan oleh-Nya. Penegasan itu disebutkan oleh Allah secara langsung atau tidak langsung. Hanya ada 9 surah yang dimulai dengan huruf-huruf abjad itu yang tidak disebutkan sesudahnya penegasan bahwa Alquran itu diturunkan dari Allah.
3. Huruf-huruf abjad yang disebutkan itu adalah huruf-huruf abjad yang banyak terpakai dalam bahasa Arab.
Dari ketiga fakta yang didapat dari penyelidikan itu, mereka menyimpulkan bahwa huruf-huruf abjad itu didatangkan oleh Allah pada permulaan beberapa surah dari Alquranul Karim itu adalah untuk "menantang" bangsa Arab agar membuat ayat-ayat seperti ayat-ayat Alquran itu, bila mereka tidak percaya bahwa Alquran itu, datangnya dari Allah dan mendakwakan bahwa Alquran itu buatan Muhammad semata-mata sebagai yang disebutkan di atas. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa para mufassir yang mengatakan bahwa huruf-huruf abjad ini didatangkan Allah untuk "tahaddi" (menantang) adalah memakai tariqah (metode) ilmiah, yaitu "menyelidiki dari contoh-contoh, lalu menyimpulkan daripadanya yang umum". Tariqah ini disebut "Ath-Thariqat Al-Istiqra'iyah" (metode induksi).
Ada mufassir yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad ini didatangkan oleh Allah pada permulaan beberapa surah-surah Alquranul Karim untuk menarik perhatian. Memulai pembicaraan dengan huruf-huruf abjad adalah suatu cara yang belum dikenal oleh bangsa Arab di waktu itu, karena itu maka hal ini menarik perhatian mereka.
Tinjauan terhadap pendapat-pendapat ini:
1. Pendapat yang pertama yaitu menyerahkan saja kepada Allah karena Allah sajalah yang mengetahui, tidak diterima oleh kebanyakan mufassirin ahli-ahli tahqiq (yang menyelidiki secara mendalam). (Lihat Tafsir Al-Qasimi j.2, hal. 32)
Alasan-alasan mereka ialah:
a. Allah sendiri telah berfirman dalam Alquran:


بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ (195
Artinya:
Dengan bahasa Arab yang jelas.
(Q.S. Asy Syu'ara': 195)
Maksudnya Alquran itu dibawa oleh Jibril kepada Muhammad dalam bahasa Arab yang jelas. Dari ayat ini dapat dipahami bahwa ayat-ayat dalam Alquran itu adalah "jelas", tak ada yang tidak jelas, yang tak dapat dipahami atau dipikirkan, yang hanya Allah saja yang mengetahuinya.
b. Di dalam Alquran ada ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Alquran itu menjadi petunjuk bagi manusia. Di antaranya firman Allah:


ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (2
Artinya:
Kitab Alquran ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa.
(Q.S. Al-Baqarah: 2)
Firman-Nya lagi:


وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ
Artinya:
....dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.
(Q.S. Al-Baqarah: 97)
Firman-Nya lagi:


هَذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ (138
Artinya:
(Alquran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
(Q.S. Ali Imran: 138)
Dan banyak lagi ayat-ayat yang menerangkan bahwa Alquran itu adalah petunjuk bagi manusia. Sesuatu yang fungsinya menjadi "petunjuk" tentu harus jelas dan dapat dipahami. Hal-hal yang tidak jelas tentu tidak dijadikan petunjuk.
c. Dalam ayat yang lain Allah berfirman pula:


وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ (17
Artinya:
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Alquran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?
(Q.S. Al-Qamar: 17, 22, 32, dan 40)
2.
a. Pendapat yang menafsirkan bahwa huruf-huruf abjad itu adalah keringkasan dari suatu kalimat. Pendapat ini juga banyak para mufassir yang tidak dapat menerimanya.
Keberatan mereka ialah: tidak ada kaidah-kaidah atau patokan-patokan yang tertentu untuk ini, sebab itu para mufassir yang berpendapat demikian berlain-lainan pendapatnya dalam menentukan kalimat-kalimat itu. Maka di samping pendapat mereka bahwa Alif Lam Mim artinya ialah: Allah, Jibril, Muhammad, ada pula yang mengartikan "Allah, Latifun, Maujud" (Allah Maha Halus lagi Ada). (Dr. Mahmud Syaltut, Tafsir al Qur'anul Karim, hal. 73)
b. Pendapat yang menafsirkan bahwa huruf-huruf abjad yang terdapat pada permulaan beberapa surah ini adalah nama surah, juga banyak pula para mufassir yang tidak dapat menerimanya. Alasan mereka ialah: bahwa surah-surah yang dimulai dengan huruf-huruf itu kebanyakannya adalah mempunyai nama yang lain, dan nama yang lain itulah yang terpakai. Umpamanya surah Al-Baqarah, Ali Imran, Maryam dan lain-lain. Maka kalau betul huruf-huruf itu adalah nama surah, tentu nama-nama itulah yang akan dipakai oleh para sahabat Rasulullah dan kaum muslimin sejak dari dahulu sampai sekarang.
Hanya ada empat buah surah yang sampai sekarang tetap dinamai dengan huruf-huruf abjad yang terdapat pada permulaan surah-surah itu, yaitu: Surah Thaha, surah Yasin, surah Shad dan surah Qaf. (Dr. Mahmud Syaltut, Tafsir al Qur'anul Karim, hal. 73)
c. Pendapat yang menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan huruf-huruf abjad itu sendiri, dan abjad-abjad ini didatangkan oleh Allah ialah untuk "menantang" (tahaddi). Inilah yang dipegang oleh sebahagian mufassirin ahli tahqiq. (Di antaranya: Az Zamakhsyari, Al Baidawi, Ibnu Taimiah, dan Hafizh Al Mizzi, lihat Rasyid Rida, Tafsir Al Manar jilid 8, hal. 303 dan Dr Shubhi As Salih, Mabahis Ulumi Qur'an, hal 235. Menurut An Nasafi: pendapat bahwa huruf abjad ini adalah untuk menantang patut diterima. Lihat Tafsir An Nasafi, hal. 9)
d. Pendapat yang menafsirkan bahwa huruf-huruf abjad ini adalah untuk "menarik perhatian" (tanbih) pendapat ini juga diterima oleh ahli tahqiq. (Tafsir Al Manar jilid 8 hal. 209-303)
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa "yang dimaksud dengan huruf-huruf abjad yang disebutkan oleh Allah pada permulaan beberapa surat dari Alquran hikmahnya adalah untuk "menantang" bangsa Arab serta menghadapkan perhatian manusia kepada ayat-ayat yang akan dibacakan oleh Nabi Muhammad saw."
2 Diturunkan kitab ini dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(QS. 46:2)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ahqaaf 2 

تَنْزِيلُ الْكِتَابِ مِنَ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ (2

Allah SWT. menegaskan bahwa Alquran ini benar-benar berasal daripada Nya, tidak ada keraguan sedikitpun tentang itu, diturunkan kepada Nabi Muhammad Rasul-Nya, berisi ketentuan-ketentuan, bimbingan dan pedoman hid up bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat nanti. Allah SWT. yang menurunkan Alquran kepada Muhammad saw itu Maha perkasa, tidak ada sesuatu pun yang dapat menandingi-Nya. Dia Maha Bijaksana. Semua perintah, larangan dan tindakan-Nya adalah dengan sifat, kegunaan dan faedah dari yang diciptakan-Nya itu dan tidak lepas dari hikmah penciptaan alam seluruhnya.
Karena Alquran itu benar-benar dari Allah SWT. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, maka hendaklah setiap manusia beriman kepada Nya, mengakui kebenaran dan mengamalkan semua isinya. Beriman kepada Alquran berarti keharusan beriman pula kepada Nabi Muhammad sebagai Rasul Allah, yaitu dengan mengikuti semua sunah yang berasal dari-Nya.
3 Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. Dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka.(QS. 46:3)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ahqaaf 3 

مَا خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَجَلٍ مُسَمًّى وَالَّذِينَ كَفَرُوا عَمَّا أُنْذِرُوا مُعْرِضُونَ (3

Setelah Allah SWT. menegaskan bahwa Alquran itu berasal daripada Nya, bukan buatan Muhammad, Dia menerangkan bahwa Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi beserta semua yang ada di dalamnya dengan maksud dan tujuan yang benar, bukan dengan sia-sia, tanpa maksud dan tujuan. Dalam ayat lain diterangkan bahwa di antara tujuan Allah SWT. menciptakan bumi dan semua yang ada padanya ialah untuk kepentingan dan keperluan manusia.
Allah SWT. berfirman:


هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا
Artinya:
Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu. (Q.S. Al Baqarah: 29)
Dalam ayat yang lain diterangkan bahwa Allah SWT. menjadikan langit dan bumi, bukanlah untuk menimbulkan kelaliman dan kebinasaan, tetapi untuk melahirkan dan membuktikan kebenaran serta keadilan. Dalam menyatakan keadilan ini, Dia membedakan antara orang yang berbuat baik dan orang yang berbuat buruk atau jahat, baik dalam sika-Nya terhadap mereka, maupun dalam memberi balasan kepada mereka, tentang amal perbuatannya. Allah SWT. berfirman:


وَخَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ وَلِتُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
Artinya:
Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dan agar dibalasi tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakannya dan mereka tidak akan dirugikan". (Q.S. Al Jasiah: 32)
Karena itu, Allah SWT. menciptakan langit dan bumi untuk waktu yang ditentukan-Nya sehingga dalam masa itu ada kesempatan bagi manusia melakukan segala sesuatu yang baik baginya, sesuai dengan ketentuan ketentuan Allah agar ia dapat menikmati kebahagiaan hidup yang hakiki. Di samping itu, sesuai dengan ikhtiar yang diberikan Allah kepadanya, ada pula manusia yang melakukan perbuatan-perbuatan yang menyalahi ketentuan ketentuan Allah. Maka untuk mereka, Allah SWT. menetapkan ketentuan yaitu memberi balasan kepada manusia setimpal dengan perbuatannya.
Karena Allah SWT. telah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar, maka untuk menunjukkan keadilan-Nya itu dan untuk membuktikan keadilan penciptaan keduanya, diadakanlah hari pembalasan. Dengan adanya hari pembalasan itu, dapatlah dibalas dengan adil segala perbuatan manusia. Hari pembalasan itu terjadi setelah habis atau berakhirnya masa yang ditentukan bagi langit dan bumi itu. Pada hari pembalasan itu, ditetapkanlah pahala yang diperoleh orang-orang yang melaksanakan perintah-perintah Allah dan menghentikan larangan-larangan-Nya berupa kebahagiaan abadi yang diperolehnya di dalam surga, sedangkan bagi orang-orang yang mengingkari perintah-perintah Allah dan melanggar larangan-larangan-Nya adalah kesengsaraan dan kehinaan yang dialaminya di dalam neraka.
Pada akhir ayat ini diterangkan kelalaian dan keingkaran orang-orang musyrik terhadap seruan dan peringatan yang telah disampaikan kepada mereka. Diterangkan: sekalipun kepada mereka telah diperingatkan dan disampaikan dalil-dalil dan bukti-bukti yang kuat tentang kebenaran Alquran-sebagai firman Allah SWT. pengangkatan Muhammad saw sebagai Rasul Allah dan kebenaran agama yang dibawa Muhammad saw, namun mereka tetap dalam kemusyrikan, tetap berpaling dari peringatan itu dengan mengingkari perintah-perintah Allah dan melanggar larangan-larangan-Nya, bahkan mereka menolak-dalil-dalil dan bukti-bukti itu tanpa alasan yang benar. Mereka seakan-akan orang yang pekak, bisu, beta dan tidak berakal sehingga tidak dapat mendengar dan memahami seruan dan peringatan itu. Mereka tidak mau percaya bahwa kelalaian dan keingkaran mereka itu akan berakibat penyesalan yang tidak. putus-putusnya di akhirat kelak, di samping mereka mengalami siksaan yang amal berat.
4 Katakanlah: `Terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu sembah selain Allah;perlihatkanlah kepada-Ku apakah yang telah mereka ciptakan dari bumi ini atau adakah mereka berserikat (dengan Allah) dalam (penciptaan) langit Bawalah kepadaku kitab yang sebelum (al-Quran) ini atau peninggalan dari pengetahuan (orang-orang dahulu), jika kamu adalah orang-orang yang benar`.(QS. 46:4)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ahqaaf 4 

قُلْ أَرَأَيْتُمْ مَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَرُونِي مَاذَا خَلَقُوا مِنَ الْأَرْضِ أَمْ لَهُمْ شِرْكٌ فِي السَّمَاوَاتِ ائْتُونِي بِكِتَابٍ مِنْ قَبْلِ هَذَا أَوْ أَثَارَةٍ مِنْ عِلْمٍ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (4

Setelah Allah SWT. menegaskan bahwa Dialah Tuhan yang berhak disembah, Dialah Tuhan yang Maha Pengasih Maha Penyayang lagi Maha Adil dan telah menegaskan tentang adanya hari pembalasan, Dia menunjukkan kesalahan dan kebatalan akidah orang-orang musyrik yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah. Dia memerintahkan kepada Rasul-Nya Muhammad saw. agar Muhammad saw mengatakan kepada orang orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah sebagai berikut, "Hai orang-orang musyrik, terangkanlah kepadaku tentang berhala-berhala yang kamu sembah, setelah kamu memperhatikan kejadian langit dan bumi beserta yang ada di dalamnya, setelah memperhatikan hukum-hukum yang berlaku pada bend! benda angkasa, alam semesta sejak dari yang sekecil-kecilnya sampai kepada yang paling besar, sejak dari yang nampak sampai kepada yang tidak nampak, sejak dari yang halus sampai kepada yang kasar, juga setelah kamu memperhatikan kejadian hewan, tumbuh-tumbuhan, sampai kepada kejadian diri kamu sendiri, yang semuanya itu diciptakan dengan rapi, indah, berfaedah dan penuh hikmah. Apakah ada satu bagian dari yang ada di bumi ini biarpun bagian yang kecil saja, yang telah diciptakan oleh berhala-berhala itu sehingga ia layak dan berhak disembah? Atau apakah ia telah menciptakan sesuatu yang ada di langit bersama-sama dengan Allah?
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa orang-orang musyrik sanggup membuktikan dengan dalil-dalil yang masuk akal bahwa berhala-berhala itu berhak disembah di samping Allah karena mereka tidak dapat menunjukkan satu benda kecil saja pun dari benda-benda yang ada di bumi ini yang telah diciptakan berhala-berhala itu Bahkan yang terbukti ialah berhala-berhala itu sendiri dibuat dan diadakan oleh mereka sendiri.
Akhir ayat menegaskan bahwa di dalam kitab-kitab suci yang pernah diturunkan Allah kepada Rasul-rasul-Nya pun tidak terdapat satu keterangan pun yang menerangkan bahwa berhala-berhala itu harus disembah di samping Allah. Begitu juga dalam suatu ilmu yang dipusakakan oleh orang-orang dahulu pun tidak terdapat keterangan yang boleh dijadikan dasar bagi penyembahan terhadap berhala. Hal ml diperintahkan Allah menyampaikannya kepada orang-orang musyrik, "Hal kaum musyrik, seandainya kepercayaan menyembah berhala itu adalah benar, cobalah kemukakan satu ayat saja dari ayat-ayat yang terdapat dalam kitab-kitab suci yang diturunkan sebelum Alquran yang membenarkan kepercayaanmu itu, atau pengetahuan-pengetahuan orang-orang purbakala yang ada pada kamu yang membenarkan kepercayaan syirik itu.
5 Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doanya) sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka.(QS. 46:5)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ahqaaf 5 

وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَنْ لَا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَنْ دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ (5

Dalam ayat ini Allah SWT. menerangkan bahwa orang-orang musyrik yang menyembah berhala tanpa alasan yang benar itu adalah orang yang sesat karena mereka menyembah sesuatu yang tidak dapat berbuat, melihat, mendengar, apalagi memperkenankan doa orang-orang yang berdoa kepadanya. Hal itu tidak dapat dilakukannya di dunia dan di akhirat tentu lebih tidak dapat dilakukannya. Berhala-berhala itu sebenarnya adalah batu-batu mati atau kayu yang dipahat oleh manusia sendiri. Oleh karena itu, maka mereka tidak dapat mendengar atau memahami dan memperhatikan orang-orang yang berdoa kepadanya. Orang yang benar adalah orang yang menganut akidah yang benar pula, yaitu akidah Tauhid, akidah yang membenarkan orang menyembah hanya kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pencipta, Maha Menentukan segala sesuatu, yang membimbing manusia ke jalan kebahagiaan di dunia dan di akhirat nanti.
6 Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat) niscaya sembahan-sembahan mereka itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka.(QS. 46:6)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ahqaaf 6 

وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاءً وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ (6

Ayat ini menerangkan keadaan orang-orang musyrik di akhirat nanti dan berhala-berhala yang mereka sembah Pada saat semua man usia telah dibangkitkan dari kubur dan berkumpul untuk berhisab, maka berhala-berhala, dewa-dewa dan sembahan-sembahan yang lain yang mereka sembah selain Allah itu mengingkari perbuatan orang-orang musyrik yang menyembah mereka dengan mengatakan, "Kami tidak pernah memerintahkan agar mereka menyembah kaini, kami tidak mengetahui apa yang mereka lakukan terhadap kaini, bahkan kami tidak mengetahui sedikitpun bahwa mereka telah menyembah kami karena kami ini adalah benda-benda mati, tidak dapat melihat, mendengar, berkata, apalagi memperkenankan doa-doa orang-orang yang berdoa kepada kami.
Firman Allah SWT. yang searti dengan ini, ialah:


وَقَالَ إِنَّمَا اتَّخَذْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْثَانًا مَوَدَّةَ بَيْنِكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ثُمَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُ بَعْضُكُمْ بِبَعْضٍ وَيَلْعَنُ بَعْضُكُمْ بَعْضًا وَمَأْوَاكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ نَاصِرِينَ (25
Artinya:
Berkata Ibrahim, "Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu semhah selain Allah adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan dunia ini kemudian di Hari Kiamat sebahagian kamu mengingkari sebahagian (yang lain) dan sebahagian kamu melaknati sebahagian (yang lain) dan tempat kembalimu ialah neraka dan sekali-kali tak ada bagimu para penolong pun. (Q.S. Al Ankabut: 25)
Dan firman Allah SWT.:


وَاتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ آلِهَةً لِيَكُونُوا لَهُمْ عِزًّا (81) كَلَّا سَيَكْفُرُونَ بِعِبَادَتِهِمْ وَيَكُونُونَ عَلَيْهِمْ ضِدًّا (82
Artinya:
Mereka telah mengambil sembahan-sembahan selain Allah, agar sembahan-sembahan itu menjadi pelindung bagi mereka. Sekali-kali tidak. Kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka. (Q.S. Maryam: 81-82)
7 Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang menjelaskan, berkatalah orang-orang yang mengingkari kebenaran ketika kebenaran itu datang kepada mereka: `Ini adalah sihir yang nyata`.(QS. 46:7)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ahqaaf 7 

وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ قَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُمْ هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ (7

Ayat ini menerangkan sikap orang-orang musyrik ketika Rasulullah saw. membacakan ayat-ayat Alquran kepada mereka. Mereka mengatakan, "Ayat ayat Alquran itu adalah sihir yang dibacakan oleh Muhammad sebagai tukang sihir". Tukang sihir memang biasa mengada-adakan kebohongan dan menyihir orang lain untuk mencapai maksudnya. Dalam ayat yang lain diterangkan tuduhan orang-orang musyrik terhadap Alquran bahwa Alquran itu adalah mimpi yang kalut yang diada-adakan dan Muhammad adalah seorang penyair. Allah SWT. berfirman:


بَلْ قَالُوا أَضْغَاثُ أَحْلَامٍ بَلِ افْتَرَاهُ بَلْ هُوَ شَاعِرٌ فَلْيَأْتِنَا بِآيَةٍ كَمَا أُرْسِلَ الْأَوَّلُونَ (5
Artinya:
Bahkan mereka berkata (pula), "(Alquran itu adalah) mimpi-mimpi yang kalut, malah diada-adakannya, bahkan dia sendiri seorang penyair, maka hendaknya ia mendatangkan kepada kita suatu mukjizat, sebagaimana Rasul-rasul yang telah lalu diutus". (Q.S. Al Anbiya: 5)
Orang-orang musyrik menuduh Muhammad sebagai tukang sihir karena menurut mereka, Abul Walid pernah disihirnya. Maka oleh karena pengaruh sihir Muhammad itu, ia menyatakan kekagumannya terhadap ayat-ayat Alquran yang dibacakan Rasulullah kepada mereka.
Pada suatu ketika, sebelum Rasulullah saw. hijrah ke Madinah, para pemimpin Quraisy telah berkumpul untuk merundingkan cara menundukkan Rasulullah. Setelah mereka berbincang-bincang, akhirnya mereka sepakat mengutus Abul Walid, seorang sastrawan Arab yang jarang ada bandingannya waktu itu kepada Rasulullah, untuk meminta kepada Rasulullah agar berhenti menyampaikan risalahnya. Sebagai jawaban, Rasulullah membaca surah 41 (Fussilat) dari awal sampai akhir. Abul Walid terpesona mendengar pembacaan ayat itu, ia termenung memikirkan ketinggian isi dan keindahan gaya bahasanya. Kemudian ia langsung kembali kepada kaumnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepada Rasulullah.
Setelah Abul Walid kembali, ia ditanya oleh kaumnya tentang hasil usahanya, mereka heran, mengapa Abul Walid bermuram durja. Abul Walid menjawab, "Aku telah datang kepada Muhammad dan ia menjawab dengan membacakan ayat-ayat Alquran kepadaku. Aku belum pernah mendengar kata-kata yang seindah itu. Tetapi perkataan itu bukanlah syair, bukan sihir dan bukan pula kata-kata ahli tenung. Sesungguhnya Alquran itu ibarat pohon yang daunnya rindang, akarnya terhunjam ke dalam tanah, susunan kata-katanya manis dan enak didengar. Alquran itu bukanlah kata-kata manusia. Ia adalah tinggi dan tidak ada yang dapat mengatasinya.
Mendengar jawaban Abul Walid itu, kaumnya menuduh Abul Walid telah berkhianat dan cenderung menyukai kepada agama Islam karena telah kena sihir oleh Muhammad saw.
Dari sikap Abul Walid setelah mendengar ayat-ayat Alquran dan sikap orang-orang musyrik Quraisy itu kepada Abul Walid, dapat diambil kesimpulan bahwa sebenarnya hati mereka telah mengakui kebenaran Alquran, telah mengagumi isi dan gaya bahasanya, namun ada sesuatu yang menghalangi mereka untuk mengucapkan dan menyatakan kebenaran itu. Abul Walid seorang mengagumi dari gaya bahasanya, namun ada suatu yang menghalangi yang mereka banggakan keahliannya dalam sastra dan bahasa Arab selama ini tidak berkutik sedikit pun dan terpesona mendengarkan ayat-ayat Alquran. Bagaimana halnya dengan mereka yang jauh lebih rendah pengetahuannya dari Abul Walid? Karena tidak ada suatu alasan pun yang dapat mereka kemukakan dan untuk menutupi kelemahan mereka, maka mereka langsung saja menuduh bahwa Alquran itu adalah sihir yang berbentuk syair dan Muhammad itu adalah tukang sihir yang menyihir orang dengan ucapan-ucapan yang berbentuk syair.
Dalam ayat yang lain, diterangkan bahwa sebab-sebab yang mendorong orang orang musyrikin, tidak mau mengakui kebenaran Alquran sekalipun hati mereka sendiri telah mengakuinya, ialah kefanatikan mereka terhadap kepercayaan nenek moyang mereka. Allah SWT. berfirman:


بَلْ قَالُوا إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آثَارِهِمْ مُهْتَدُونَ (22
Artinya
Bahkan mereka berkata, "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka. (Q.S. Az Zukhruf: 22)
Di samping kefanatikan ini, mereka juga khawatir akan tergesernya kedudukan mereka sebagai pemimpin suku atau kabilah, seandainya mereka menyatakan isi hati mereka.
8 Bahkan mereka mengatakan: `Dia (Muhammad) telah mengada-adakannya (al-Quran)`, Katakanlah: `Jika aku mengada-adakannya, maka kamu tiada mempunyai kuasa sedikitpun mempertahankan aku dari (azab) Allah itu. Dia lebih mengetahui apa-apa yang kamu percakapkan tentang al-Quran itu. Cukuplah Dia menjadi saksi antaraku dan antaramu dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang`.(QS. 46:8)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ahqaaf 8 

أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ إِنِ افْتَرَيْتُهُ فَلَا تَمْلِكُونَ لِي مِنَ اللَّهِ شَيْئًا هُوَ أَعْلَمُ بِمَا تُفِيضُونَ فِيهِ كَفَى بِهِ شَهِيدًا بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (8

Di samping menuduh Muhammad saw sebagai tukang sihir, orang orang musyrik itu juga menuduh beliau sebagai orang yang suka mengada adakan dan mengatakan yang bukan-bukan tentang Allah. Karena itu, Allah SWT. memerintahkan kepada Muhammad saw untuk membantah tuduhan itu dengan mengatakan, "Seandainya aku berdusta dengan mengada-ada atau mengatakan yang bukan-bukan tentang Allah, seperti mengatakan, "Aku adalah seorang Rasul Allah yang diutus-Nya kepadamu untuk menyampaikan agama Nya" padahal sebenarnya aku bukanlah seorang Rasul, tentulah Allah SWT. menimpakan azab yang sangat berat kepadaku dan tidak seorang pun di muka bumi ml yang sanggup menghindarkan daku dari azab itu. Mungkinkah aku mengada-adakan sesuatu dan mengatakan yang bukan-bukan tentang Allah dan Alquran dan menjadikan diriku sebagai sasaran azab Allah, padahal tidak seorangpun yang dapat menolongku dari padanya?"
Ayat ini sama artinya dengan firman Allah SWT.:


وَلَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا بَعْضَ الْأَقَاوِيلِ (44) لَأَخَذْنَا مِنْهُ بِالْيَمِينِ (45) ثُمَّ لَقَطَعْنَا مِنْهُ الْوَتِينَ (46) فَمَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ عَنْهُ حَاجِزِينَ (47
Artinya
Seandainya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami. Niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya. Maka sekali-kali tidak ada seorang pun dan kamu yang dapat menghalangi (Kami) dari pemotongan urat nadi itu. (Q.S. Al Haqqah: 44-47)
Dalam akhir ayat ini Rasulullah saw. menegaskan kepada orang-orang musyrik bahwa Allah Maha Mengetahui segala tindakan, semua perkataan dan celaan mereka terhadap Alquran, misalnya mengatakan sihir, syair, suatu kebohongan dan sebagainya; karena itu Dia akan memberi pembalasan yang setimpal. Allah SWT. cukup sebagai saksi tentang kebenaranku menyampaikan agama-Nya kepada kamu sekalian dan Allah SWT. menjadi saksi pula tentang keingkaran serta sikap kamu yang menolak kebenaran.
Selanjutnya Allah SWT. memerintahkan agar Muhammad mengatakan kepada orang-orang musyrik itu demikian, "Walaupun demikian sikapmu terhadap Allah hai orang-orang musyrik, demikian pula sikapmu terhadap Rasul-Nya, terhadap Alquran yang disampaikan kepadamu. namun pintu tobat terbuka bagimu dan Allah akan menerima tobatmu asal kamu benar-benar bertobat kepada-Nya dengan berjanji tidak akan durhaka lagi dan tidak akan melakukan perbuatan-perbuatan dosa yang lain karena Dia Maha Pengampun lagi tetap memberi rahmat kepada orang-orang yang bertobat dan kembali kepada-Nya.
9 Katalanlah: `Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepaddaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang memberi penjelasan`.(QS. 46:9)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ahqaaf 9 

قُلْ مَا كُنْتُ بِدْعًا مِنَ الرُّسُلِ وَمَا أَدْرِي مَا يُفْعَلُ بِي وَلَا بِكُمْ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَى إِلَيَّ وَمَا أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ مُبِينٌ (9

Setelah Allah SWT. menerangkan sikap orang-orang musyrikin maka ia memerintahkan Rasul-Nya agar menolak permintaan mereka yang tidak masuk akal itu, seperti minta diturunkan suatu mukjizat menurut keinginan mereka, dengan mengatakan, "Hai orang-orang musyrik, mengapa kamu tidak mempercayaiku sebagai seorang Rasul yang diutus Allah kepada kamu sekalian? Mengapa kamu mengingkari ajaran-ajaran agama yang aku sampaikan yaitu ketauhidan dan adanya hari kebangkitan ? Apakah aku merupakan Rasul Allah yang pertama diutus Allah kepada manusia?. Kamu sekalian mengetahui bahwa aku bukanlah Rasul Allah yang pertama kali diutus Allah kepada manusia. Telah banyak Rasul yang diutus Allah kepada umat-umat sebelum kamu, seperti Ibrahim, Ismail, Musa, Isa dan lain-lain. Aku tidak dapat mendatangkan mukjizat begitu saja bila aku kehendaki. Mukjizat itu datang semata-mata berdasarkan kehendak Allah. Hanyalah Dia yang mengetahui kapankah saat yang paling tepat untuk mendatangkan suatu mukjizat dan mukjizat apakah yang paling baik didatangkan".
Selanjutnya Allah SWT. memerintahkan agar Rasulullah menyampaikan kepada orang-orang Musyrikin sebagai berikut, "Aku tidak mengetahui sedikit pun apa yang akan dilakukan Allah terhadap diri kita masing-masing di dunia ini, apakah aku harus meninggalkan negeri ini dun hijrah ke negeri lain seperti yang telah dilakukan Nabi-nabi yang terdahulu, ataukah aku akan mati terbunuh seperti Nabi-nabi lain yang mati terbunuh. Demikian pula aku tidak mengetahui apa yang akan ditimpakan kepadamu. Semuanya itu hanya Allah sendiri yang Maha Mengetahui". Dan Rasulullah saw. menegaskan lagi, "Walaupun Allah SWT. telah berjanji akan memberikan kemenangan kepada kaum Muslimin dan akan mengalahkan orang-orang kafir, memasukkan kaum Muslimin ke dalam surga dan memasukkan orang-orang kafir ke dalam neraka, namun aku sedikit pun tidak mengetahui kapankah hal itu akan terjadi". Dari ayat ini dapat diambil suatu kesimpulan bahwa hanya Allah saja yang mengetahui segala, yang gaib. Para Rasul dan para Nabi tidak mengetahuinya, kecuali jika Allah memberitahukannya. Karena itu, ayat ini membantah dengan tegas kepercayaan yang menyatakan bahwa para wali mengetahui yang gaib, mengetahui apa yang akan terjadi. Rasulullah saw. sendiri sebagai utusan Allah mengakui bahwa beliau tidak mengetahui hal-hal yang gaib, apa lagi para wali yang tingkatnya jauh di bawah tingkat para Rasul.
Dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan imam-imam yang lain, Ummul `Ala' berkata ketika Usman bin Maz'un meninggal dunia, "Engkau telah memperoleh rahmat Allah ya Abu Sa-ib (Abdullah bin Maz`un), Allah Taala benar-benar telah memuliakan engkau (masuk surga)", maka Rasulullah saw. berkata:


وما يدريك إن الله أكرمه أما هو فقد جاء اليقين من ربه وإني لأرجو له الخير، والله ما أدري، وأنا رسول الله، ما يفعل بي ولا بكم. قالت أم العلاء: فوالله ما أزكي بعده أبدا
Artinya:
Dan mana engkau mengetahui bahwa Allah telah memuliakannya?. Adapun dia sendiri, telah mendapat keyakinan dan Tuhannya dan aku benar-benar mengharapkan kebaikan baginya. Demi Allah, aku tidak mengetahui, padahal aku adalah Rasul Allah, apakah yang akan diperbuat Allah terhadap diriku, begitu pula terhadap din kamu semua". Ummul Ala berkata, "Demi Allah. semenjak itu aku tidak pernah lagi menyucikan (memuji) orang buat selama-lamanya".
Dalam riwayat yang lain At Tabrani dan Ibnu Mardawaih meriwayatkan pula dan Ibnu Abbas tentang ini, tatkala Ibnu Maz'un meninggal dunia, istrinya atau seseorang perempuan berkata:


هنيئا لك غبن مظعون الجنة، فنظر إليها رسول الله صلى الله عليه وسلم نظر مغضب وقال: وما يدريك والله إني رسول الله وما أدري ما يفعل الله بي. فقالت: يا رسول الله صاحبك وفارسك وأنت أعلم، فقال لنا : أرجو له الرحمة ربه تعالى وأخاف عليه ذنبه.
Artinya:
Kesenangan (surga) bagi engkau, Ibnu Maz'un. Maka Rasulullah saw, menoleh kepadanya dengan pandangan marah dan berkata, "Dari mana engkau mengetahui?". Demi Allah sesungguhnya aku adalah utusan Allah, tetapi aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat Allah terhadapku". Wanita itu berkata, "Ya Rasulullah, dia adalah sahabatmu dan tentara berkudamu dan engkau lebih mengetahui". Maka berkata Rasulullah kepadanya, "Aku mengharapkan ia memperoleh rahmat Allah Taala dan aku khawatir atas dosanya".
Dari keterangan di atas jelaslah bahwa Rasulullah sendiri tidak mengetahui hal yang gaib. Beliau tidak mengetahui apakah sahabatnya Abdullah bin Maz`un yang telah meninggal itu masuk surga atau masuk neraka. Namun, beliau berdoa kepada Allah SWT, agar sahabatnya itu diberi rahmat oleh Allah SWT. Hal ini juga berarti bahwa tidak seorangpun yang dapat meramalkan sesuatu tentang seseorang yang baru meninggal. Rasulullah saw, sendiri tidak mengetahui, apalagi seorang wali atau seorang ulama. Jika ada seorang wali menyatakan bahwa dia mengetahui yang gaib, maka pernyataan itu adalah pernyataan bohong belaka. Rasulullah saw, menjadi marah mendengar orang-orang yang menerka-nerka nasib seseorang yang meninggal dunia sebagaimana tersebut dalam hadis di atas.
Ayat ini memberikan petunjuk kepada kita tentang sikap yang baik dalam menghadapi atau melayat salah seorang teman yang meninggal dunia. Petunjuk itu adalah agar kita mendoakannya dan janganlah sekali-kali meramalkan nasibnya nanti, karena yang mengetahui hal itu hanyalah Allah. Pada akhir ayat ini Allah SWT. memerintahkan agar Rasulullah menegaskan keadaan dirinya yang sebenarnya untuk menguatkan apa yang telah disampaikannya. Dia diperintahkan agar mengatakan, "Wahai orang-orang musyrik! tidak ada sesuatupun yang aku ikuti, selain Alquran yang diwahyukan Allah kepadaku, tidak ada sesuatupun yang aku ada-adakan, semuanya berasal dari Allah Yang Maha Kuasa. Aku hanyalah seorang pemberi peringatan. yang di utus Nya memberikan peringatan kepadamu agar kamu menjaga diri dari siksa dan murka Allah. Aku telah menyampaikan kepadamu bukti-bukti yang kuat yang membuktikan kebenaran risalahku. Aku bukan malaikat. Karena itu, aku tidak dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan manusia.
10 Katakanlah: `Terangkanlah kepadaku, bagaimanakah pendapatmu jika al-Quran itu datang dari sisi Allah, padahal kamu mengingkarinya dan seorang saksi dari Bani Israil mengakui (kebenaran) yang serupa dengan (yang disebut dalam) al-Quran lalu dia beriman, sedang kamu menyombongkan diri. Sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim`.(QS. 46:10)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ahqaaf 10

قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ كَانَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَكَفَرْتُمْ بِهِ وَشَهِدَ شَاهِدٌ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى مِثْلِهِ فَآمَنَ وَاسْتَكْبَرْتُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (10

Allah SWT. memerintahkan kepada Rasul-Nya agar mengatakan kepada orang-orang musyrik, "Hai orang-orang musyrik, bagaimana pendapatmu seandainya terbukti nanti bahwa Alquran itu benar-benar dari Allah SWT. Dengan kenyataan bahwa tidak seorangpun dapat menandinginya, terbuktilah nanti bahwa Alquran itu bukan sihir dan bukan pula diada adakan sebagaimana yang kamu tuduhkan itu. Akan tetapi, kamu tetap mendustakan dan mengingkarinya, sedangkan ada di antara Bani Israel yang lebih tahu dan lebih berpengalaman serta lebih pintar dan kamu semua mengaku kebenarannya. Apakah yang akan di buat Tuhan terhadapmu ? Bukankah Tuhan akan mengazab kamu karena keingkaran dan kesombongan kamu ini dan Dia tidak akan memberi petunjuk sehingga kamu semuanya akan menjadi orang yang paling sesat di dunia ini?".
Yang dimaksud dengan saksi Bani Israel, ialah Abdullah bin Salam, sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Tirmizi, Ibnu Jarir dan Ibnu Mardawaih dari Abdullah bin Salam sendiri, Ia menyatakan


نزل في آيات من كتاب الله، نزلت في : وشهد شاهد من بني إسرائيل على نفسه، ونزل في : قل كفى بالله شهيدا بيني وبينكم ومن عنده علم الكتاب
Artinya
"Allah telah menurunkan ayat-ayat Alquran tentang diriku. Diturunkan, tentang diriku ayat, wa syahida syahidun min Bani Israil `ala mis lihi dan ayat, Qul kafa billahi syahidan baini wa bainakum wa man indahu `ilmul kitab' (Lihat Tafsir Al Maragi hal. 13, juz 26 jilid IX).
Pernyataan Abdullah bin Salam ini dikuatkan oleh hadis Rasulullah saw:


فقد أخرج البخاري ومسلم وغيرهما عن سعيد بن أبي وقاص قال: ما سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول لأحد يعني على الأرض إنه من أهل الجنة إلا لعبد الله بن سلام وفيه نزلت : وشهد شاهد من بني إسرائيل على مثله
Artinya:
Bukhari, Muslim dan imam-imam yang lain telah meriwayatkan dan Saad bin Abu Waqash, ia berkata, "Aku belum pernah mendengar" Rasulullah saw. mengatakan kepada seorang yang ada di muka bumi ini ia akan masuk surga, kecuali kepada Abdullah bin Salam; dan berhubungan dengan dirinya turun ayat:


وشهد شاهد من بني إسرائيل على مثله
Dari ayat dan hadis-hadis di atas, dapat dipahami bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani yang benar-benar mengikuti Taurat dan Injil dan mau mengikuti cara-cara berpikir yang benar, pasti akan sampai kepada kesimpulan bahwa Alquran itu benar-benar dari Allah SWT. dan Muhammad saw. itu benar-benar utusan-Nya sebagaimana yang telah dilakukan oleh Abdullah bin Salam itu.
Abdullah bin Salam adalah seorang Yahudi penduduk kota Madinah. Ia mempelajari dan memahami isi Taurat dengan baik. Hasil pemahamannya itu sampai kepada kesimpulan bahwa akan datang nanti Nabi dan Rasul terakhir yang berasal dari Nabi Ibrahim a.s. dan dari anaknya Nabi Ismail a.s, di Jazirah Arab, yang membawa Alquran sebagai kitab yang diturunkan Allah kepadanya. Setelah Rasulullah saw hijrah ke Madinah, Abdullah memperhatikan `sifat-sifat Rasulullah dan ajaran yang disampaikannya berupa ayat-ayat Alquran yang diturunkan Allah kepadanya.
Ia mengamati sikap Rasulullah terhadap sesama manusia dan sikap para pengikutnya yang telah mendalami agama bani itu. Akhirnya ia berkesimpulan bahwa Rasulullah dan ajaran agama yang dibawanya itu mempunyai ciri yang sama dengan yang diisyaratkan Taurat yang telah dipelajari dan diamalkannya. Demikian pula sifat-sifat pengikut-pengikut agama bar! itu. Karena itu, ia menyatakan diri masuk Islam dan mengikuti Rasulullah saw.
Pada akhir ayat ini Allah SWT. menegaskan bahwa orang-orang musyrik itu sebenarnya adalah orang-orang yang sombong dan mengingkari ayat-ayat Allah. Hal ini berarti bahwa mereka telah menganiaya din mereka sendiri. Akibat sikap dan tindakan mereka itu, Allah SWT. tidak lagi memberikan bimbingan dan petunjuk kepada mereka, sesuai dengan Sunatullah bahwa Allah tidak akan memberikan bimbingan dan petunjuk kepada setiap orang zalim. Mereka mendapat kemurkaan Allah di dunia dan di akhirat.
11 Dan orang-orang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman: `Kalau sekiranya dia (al-Quran) adalah suatu yang baik, tentulah mereka tiada mendahului kami (beriman) kepadanya. Dan karena mereka tidak mendapat petunjuk dengannya maka mereka berkata: `Ini adalah dusta yang lama`.(QS. 46:11)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ahqaaf 11 

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ آمَنُوا لَوْ كَانَ خَيْرًا مَا سَبَقُونَا إِلَيْهِ وَإِذْ لَمْ يَهْتَدُوا بِهِ فَسَيَقُولُونَ هَذَا إِفْكٌ قَدِيمٌ (11

Ayat ini menerangkan perkataan orang-orang musyrik Mekah yang lain yang tidak benar tentang Alquran dan orang-orang yang beriman. Perkataan itu mereka ucapkan karena beberapa orang yang mereka anggap miskin, bodoh dan rendah derajatnya seperti Ammar, Suhaib, Ibnu Mas'ud, Bilal, Khabab dan lain-lain telah masuk Islam. Menurut mereka, sesuatu yang benar dan data `ig dari Tuhan itu harus pula diakui kebenarannya oleh orang-orang bangsawan, orang-orang kaya orang-orang terpandang dan orang-orang pembesar. Itulah ukuran kebenaran menurut mereka. Apabila kebenaran itu hanya diakui kebenarannya oleh orang-orang rendah, miskin dan rakyat jelata saja. maka kebenaran itu hanyalah kebenaran palsu saja.
Perkataan mereka itu ialah, "Sekiranya Alquran-yang diturunkan kepada Muhammad itu mengandung kebaikan, tentulah kita orang-orang terpandang. bangsawan dan orang-orang terkemuka ini lebih dahulu beriman kepadanya orang yang rendah derajatnya itu. Sekarang, merekalah yang lebih dahulu beriman dari kita. Hal ini dapat kita jadikan bukti bahwa Alquran itu tidak ada nilainya dan tidak mengandung kebaikan sedikitpun".
Qatadah berkata, "Orang-orang musyrik menyatakan, "Kami lebih perkasa kalau ada sesuatu kebaikan, tentulah kami yang lebih mengetahuinya. Karena kami yang lebih mengetahui, tentulah kami yang menentukannya. Tidak seorangpun yang dapat mendahului kami dalam hal ini. Berhubungan dengan perkataan mereka itu turunlah ayat ini.
Menurut suatu riwayat, ketika kabilah-kabilah Juhainah, Muzainah, Aslam dan Gifar memeluk Agama Islam, berkatalah Bani `Amir, Bani Gatafan dan Bani Asad, "Seandainya agama Islam itu suatu kebenaran, tentulah kita tidak didahului oleh penggembala-penggembala hewan ini".
Menurut Agama Islam, beriman dan bertakwanya seseorang tidak ada hubungan dengan keadaan orang itu bahwa ia kaya atau miskin, bangsawan atau budak, penguasa atau rakyat jelata, berilmu atau tidak berilmu. Setiap orang apapun jenis, bangsa, warna kulit dan tingkatannya dalam masyarakat dapat menjadi seorang Muslim yang beriman dan bertakwa karena pokok iman dan takwa itu adalah kebersihan hati, keinginan mencari kebenaran yang hakiki dan kemampuan mengendalikan hawa nafsu. Kunci semuanya itu adalah hati. Rasulullah saw bersabda:


ألا وإن في الجسد مضغة إذا صلح صلح الجسد كله وإذا فسدت فسذ الجسد كله ألا وهي القلب (رواه البخاري ومسلم
Artinya:
Ketahuilah olehmu bahwa dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging Apabila baik daging yang segumpal itu, baik pula seluruh tubuh dan apabila rusak daging yang segumpal itu, rusak pulalah seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa daging yang segumpal itu adalah hati". (HR. Bukhari dan Muslim).
Sofyan bin Uyainah berkata, "Barang siapa memperbaiki hatinya, Allah akan memperbaiki keadaan lahir orang itu. Barang siapa memperbaiki hubungannya dengan Allah, maka Allah akan memperbaiki hubungan orang itu dengan manusia pada umumnya. Barang siapa berusaha beramala untuk akhirat, Allah akan mencukupkan urusan (keperluan) dunianya."
Dari hadis dan keterangan Sofyan bin Uyainah di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pokok pangkal dari semuanya itu adalah hati. Jika hati seseorang telah bersih, benar-benar ingin mencari kebenaran dan tidak lagi dipengaruhi oleh rasa iri dan dengki, tidak lagi memperturutkan hawa nafsu, maka orang itu mudah beriman kepada Allah SWT. apapun jenis bangsa dan warna kulit orang itu. Di sinilah letak kesalahan orang-orang musyrik itu. Menurut mereka orang yang tahu kebenaran itu adalah orang-orang tertentu saja seperti disebutkan di atas. Rasulullah saw. bersabda,


قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : الناس سواسية كأسنان المشط لا فضل لعربي على عجمي
Artinya:
"Manusia itu sama seperti gigi sisir, tidak ada keutamaan seorang Arab atas orang bukan dari bangsa Arab. (H.R. Ahmad, Lihat Mu'jam mufahras li alfaz el Hadis Nabawi, hal 162, jilid V)
Bahkan Allah SWT. memuliakan semua manusia berdasarkan firman-Nya:


وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا (70
Artinya:
Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (Q.S. Al Isra: 70)
Dan orang yang paling dimuliakan Allah adalah orang-orang yang paling taqwa kepada-Nya. Allah!WT berfirman.


يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ (13
Artinya:
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dan seorang laki laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S. Al Hujrat: 13)
Allah SWT. menjawab perkataan orang-orang musyrik yang salah itu, "Oleh karena orang-orang musyrik itu telah terkunci mati hati, pendengaran dan penglihatannya yaitu dikunci oleh kedengkian dan hawa nafsu mereka, jadinya mereka tidak dapat lagi mengambil petunjuk Alquran, maka mereka menuduh bahwa Alquran itu' adalah kabar bohong, dongeng-dongeng orang dahulu, sihir, diada-adakan oleh Muhammad dan tidak ada artinya sama sekali".
Tuduhan orang-orang musyrik ini diterangkan pula dalam firman Allah:


وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلَّا إِفْكٌ افْتَرَاهُ وَأَعَانَهُ عَلَيْهِ قَوْمٌ آخَرُونَ فَقَدْ جَاءُوا ظُلْمًا وَزُورًا (4) وَقَالُوا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ اكْتَتَبَهَا فَهِيَ تُمْلَى عَلَيْهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا (5
Artinya
Dan orang-orang kafir berkata, "Alquran ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh Muhammad dan dia dibantu oleh kaum yang lain, maka sesungguhnya mereka telah berbuat suatu kelaliman yang dan dusta yang besar. Dan mereka berkata, "Dongengan dongengan orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang". (Q.S. Al Furqan: 4-5)
12 Dan sebelum al-Quran itu telah ada kitab Musa sebagai petunjuk dan rahmat. Dan ini (al-Quran) adalah kitab yang membenarkannya dalam bahasa Arab untuk memberi peringatan kepada orang-orang yang zalim dan memeri kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.(QS. 46:12)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ahqaaf 12

وَمِنْ قَبْلِهِ كِتَابُ مُوسَى إِمَامًا وَرَحْمَةً وَهَذَا كِتَابٌ مُصَدِّقٌ لِسَانًا عَرَبِيًّا لِيُنْذِرَ الَّذِينَ ظَلَمُوا وَبُشْرَى لِلْمُحْسِنِينَ (12

Ayat ini menolak tuduhan orang-orang musyrik terhadap Alquran dan membuktikan kebenarannya dengan mengatakan, "Hai orang-orang kafir, kamu semua sependapat bahwa Allah SWT. telah menurunkan Taurat kepada Nabi Musa a.s., yang mengandung pokok-pokok agama yang dibawa oleh Nabi Musa dan sebagai rahmat bagi Bani Israel. Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa itu mengisyaratkan kedatangan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul terakhir, yang membawa Alquran berbahasa Arab, yang membenarkan kitab-kitab terdahulu yang diturunkan Allah SWT. agar dengan kitab itu ia memperingatkan semua manusia, memberi kabar gembira kepada orang-orang yang mengamalkan isinya dan memperingatkan bahwa azab serta ancaman Allah akan menimpa orang-orang yang ingkar kepadanya".
Sekalipun kitab Taurat yang ada sekarang telah banyak dicampuri oleh tangan manusia, masih banyak terdapat ayat-ayat yang mengisyaratkan kedatangan Nabi Muhammad saw. sebagai Nabi dan Rasul terakhir, yang paling sempurna Hal ini dapat dibaca dalam kitab kejadian 13 : 2,3; 13 :15 ; 16 :10,12 dan masih banyak lagi. Dalam kitab Kejadian 21:13 diterangkan kedatangan Nabi yang paling besar dan keturunan Nabi Ismail a.s, "Maka anak sahayamu itupun akan aku jadikan suatu bangsa karena ia pun dari benihmu".
Demikian juga dalam Kejadian 21:13 , "Bangunlah engkau, angkatlah budak itu, sokonglah dia karena aku hendak menjadikan dia suatu bangsa yang besar".
Juga dalam kitab Kejadian 17 : 20 , "Maka akan hal Ismail itupun telah kululuskan permintaanmu bahwa sesungguhnya Aku telah memberkati akan dia dan membiarkan dia dan memperbanyakkan dia amat sangat dan dua belas orang raja akan berpencar daripadanya dan Aku akan menjadikan dia satu bangsa yang besar".
Sudah barang tentu yang dimaksud ayat-ayat di atas adalah Nabi Muhammad saw. Demikian juga Nabi Musa dalam kitab Ulangan 18:17-22 telah menyatakan kedatangan Nabi Muhammad saw itu:
Maka pada masa itu berfirmanlah Tuhan kepadaku (Musa) benarlah kata mereka itu (Bani Israel). Bahwa Aku (Allah) akan menjadikan bagi mereka itu seorang Nabi dari antara segala saudranya (yaitu dari Bani Ismail) yang seperti engkau (hai Musa); dan aku akan memberi segala firman-Ku dalam mulutnya dan dia pun akan mengatakan kepadanya segala yang Kusuruh akan dia. Bahwa sesungguhnya barang siapa yang tiada mau mendengar akan segala firman-Ku yang akan dikatakan olehnya dengan nama-ku, niscaya Aku menuntut orang itu kelak.
Tetapi yang melakukan dirinya dengan sombong dan mengatakan firman dengan nama-Ku, yang tiada Kusuruh katakan, atau yang berkata dengan nama dewa-dewa, Nabi itu akan mati di bunuh hukumnya. Maka jikalau kamu kiranya berkata dalam hatimu demikian Dengan apakah boleh kami ketahui akan perkataan itu bukannya firman Tuhan adanya. Bahwa jikalau Nabi itu berkata demi nama Tuhan lalu orang dikatakannya tiada jadi atau tiada datang, yaitulah perkataan yang bukan firman Tuhan adanya, maka Nabi itu pun telah berkata dengan sombongnya, janganlah kamu takut akan dia.
Dalam ayat-ayat Taurat yang enam di atas terdapat beberapa isyarat yang dapat dijadikan dalil untuk menyatakan membuat tentang Nabi Muhammad saw itu. Dari perkataan "seorang Nabi dan antara segala saudaranya" menunjukkan bahwa orang yang dinubualkan oleh Tuhan itu akan timbul dari saudara-saudara bani Israel, tetapi bukan dari Bani Israel sendiri. Adapun saudara-saudara Bani Israel itu ialah Bani Ismail (bangsa Arab) sebab Ismail adalah saudara tua dari Ishak bapak dari Israel (Yakub). Dan Nabi Muhammad saw sudah jelas berasal dari keturunan Ismail.
Kemudian kalimat "Yang seperti engkau" memberi pengertian bahwa nabi yang akan datang itu haruslah yang seperti Nabi Musa as. maksudnya, nabi yang membawa agama baru seperti Musa a.s. Seperti diketahui, Nabi Muhammad itulah yang membawa syariat baru (agama Islam) yang juga berlaku untuk Bani Israel.
Kemudian diterangkan lagi bahwa Nabi itu tidak sombong dan tidak akan mati dibunuh. Muhammad saw seperti dimaklumi, bukanlah orang yang sombong, baik sebelum menjadi Nabi maupun setelah menjadi Nabi. Sebelum menjadi Nabi beliau sudah disenangi umum terbukti dengan gelar Al-Amin artinya "Orang kepercayaan Kalau beliau sombong, tentulah beliau tidak akan diberi gelar yang amat terpuji itu. sesudah jadi Nabi beliau lebih ramah.
Umat Nasrani menyukai nubuat itu kepada Nabi Isa a.s di samping mereka mengakui pula bahwa Isa mati terbunuh (karena disalib). Hal ini jelas bertentangan dengan ayat nubuat itu sendiri sebab Nabi yang dimaksud itu, haruslah tidak mati terbunuh (tersalib atau sebab lain). Itulah nubuat-nubuat yang diberikan Nabi-nabi sebelum kedatangan Nabi Muhammad saw. Semuanya ini diketahui oleh orang-orang kafir Mekah yang mengingkari kenabian Muhammad saw.
13 Sesunguhnya orang-orang yang mengatakan: `Rabb kami ialah Allah`, kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.(QS. 46:13)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ahqaaf 13 

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (13

Ayat ini menerangkan keadaan orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT, yaitu orang-orang yang mengakui dan mengatakan, "Tuhan kami adalah Allah", kemudian ia beristikamah, yakni tetap dalam pengakuan itu. Tidak dicampurinya sedikit pun juga pengakuan itu dengan perbuatan-perbuatan syirik. Dia menetapi dan mengikuti garis-garis yang telah ditentukan agama, mengikuti perintah-perintah Allah dengan sebenar-benarnya dan menghentikan larangan-larangan-Nya. Maka orang yang semacam itu tidak ada suatu kekhawatiran pun terhadap diri mereka di Hari Kiamat nanti karena Allah menjamin keselamatan mereka. Mereka tetap bersedih hati terhadap yang mereka tinggalkan di dunia setelah mereka wafat, beg itu juga terhadap sesuatu yang luput dan hilang dan mereka selama hidup di dunia itu serta tidak ada penyesalan sedikitpun pada diri mereka.
14 Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.(QS. 46:14)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ahqaaf 14 

أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (14

Orang-orang yang mengikuti dan mengatakan, "Tuhan kami adalah Allah dan beristikamah itu akan memperoleh kebahagiaan abadi di akhirat nanti Bagi mereka disediakan surga yang penuh kenikmatan sebagai balasan bagi amal saleh yang telah mereka perbuat selama hidup di dunia.
15 Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila ia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: `Ya Rabbku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku da kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri`.(QS. 46:15)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ahqaaf 15 

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ (15

Diriwayatkan bahwa ayat ini diturunkan berhubungan dengan Abu Bakar Sidiq. Beliau termasuk orang yang beruntung karena beliau sendiri termasuk sahabat Nabi yang paling dekat; putri beliau istri Rasulullah saw; kedua orang tuanya yaitu Abu Quhafah dan Ummul Khair binti Shakhar bin Amir telah masuk Islam, demikian pula anak-anak beliau yang lain dan saudara saudaranya Beliau bertobat, bersyukur dan berdoa kepada Allah SWT. karena memperoleh nikmat yang tiada taranya ini.
Allah SWT. memerintahkan agar semua manusia berbuat ihsan kepada dua orang ibu bapaknya, baik di waktu hidup maupun setelah meninggal dunia nanti. Berbuat ihsan ialah melakukan semua perbuatan yang baik sesuai dengan yang diperintahkan agama. Berbuat ihsan kepada orang tua ialah menghormatinya, memelihara, dan memberi nafkah apabila ia telah tidak mempunyai penghasilan lagi, sedangkan berbuat ihsan kepada kedua orang tua setelah meninggal dunia ialah selalu mendoakannya kepada Allah agar diberi pahala dan diampuni segala dosanya. Berbuat ihsan kepada kedua orang tua termasuk amal yang tinggi nilainya di sisi Allah, sedangkan durhaka kepadanya termasuk perbuatan dosa besar.
Anak merupakan sambungan hidup bagi kedua orang tuanya, cita-cita atau perbuatan yang tidak dapat dilakukan semasa hidupnya, diharapkan anaknya nanti yang melanjutkannya sekalipun ia telah meninggal dunia. Karena itu, anak juga merupakan harapan orang tuanya, bukan saja harapan se waktu ia masih hidup, tetapi juga harapan setelah ia meninggal dunia. Dalam hadis Rasulullah saw. diterangkan bahwa di antara amal yang tidak akan putus-putus pahalanya diterima oleh manusia sekalipun ia telah meninggal dunia nanti ialah amal, ibadat, dan doa dari anak-anaknya yang saleh yang selalu mendoakannya.
Rasulullah saw bersabda:


قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إذا مات الإنسات انقطع عمله إلا من ثلاث: ولد صالح يدعوله أو صدقة جارية من بعده أو علم ينتفع به
Artinya:
Apabila manusia meninggal dunia terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: dan anak yang saleh yang selalu mendoakannya atau sedekah jariah yang diberikan sebelum ia meninggal dunia atau sesudah mati, atau ilmu yang dapat dimanfaatkan. (H.R. Muslim)
Dari hadis ini disimpulkan bahwa orang tua hendaklah mendidik anaknya agar anak-anaknya itu menjadi orang yang taat kepada Allah, suka beramal saleh, melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhkan larangan Nya. Pendidikan dapat dilakukan berbagai macam cara, misalnya, dengan pendidikan sebagainya. Hanya anak-anak yang saleh, yang taat kepada Allah dan suka beramal saleh yang dapat berbakti dan berdoa untuk orang tuanya. Allah SWT. memerintahkan agar manusia berbuat ihsan kepada kedua orang tuanya. Dalam pada itu, dari ayat ini, Allah SWT. menerangkan dengan khusus sebab-sebab' mengapa orang harus berbuat baik kepada ibunya. Pengkhususan itu menunjukkan bahwa ibu harus didahulukan dari ayah dalam berbuat ihsan. Sebabnya ialah karena perhatian, usaha, dan penderitaan ibu lebih besar dan banyak dalam memelihara dan mendidik anak di banding dengan perhatian, usaha dan penderitaan yang dialami oleh ayah. Di antara usaha, perhatian, dan penderitaan iba itu ialah:
1. Iba mengandung anak dalam keadaan penuh cobaan, dan penderitaan. Semula dirasakan kandungan itu agak ringan, sekalipun telah mulai timbul perubahan-perubahan dalam dirinya, seperti makan tidak enak, perasaan gelisah, dan sebagainya. Semakin lama kandungan itu semakin berat, bertambah berat kandungan itu bertambah berat pula percobaan yang ditanggung ibu, sampai saat-saat melahirkan, hampir-hampir percobaan itu tidak tertangguhkan lagi, serasa akan putus nyawa yang dikandung badan.
2. Setelah anak lahir, ibu memelihara dan menyusuinya. Masa mengandung dan menyusuinya itu ialah 30 bulan. Ayat Alquran-menerangkan bahwa masa menyusui yang paling sempurna ialah dun tahun. Allah SWT berfirman:


وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ
Artinya:
Para ibu hendaknya menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. (Q.S. Al Baqarah: 233)
Dalam ayat ini, diterangkan bahwa masa menyusui dan hamil itu adalah 30 bulan. Hal ini berarti bahwa ibu harus menumpahkan perhatiannya selama masa hamil dan masa menyusui itu yaitu selama 30 bulan. Sehubungan dengan ayat ini, ada suatu riwayat yaitu seorang wanita melahirkan dalam masa kandungan enam bulan.
Maka diajukanlah perkara kepada Usman bin Affan, Khalifah pada waktu itu. Maka Usman bermaksud melakukan hukum had (merajam) karena disangka telah berbuat zina lebih dahulu sebelum melakukan akad nikah. Maka Ali bin Abu Talib mengemukakan pendapat kepada Us man dengan berkata, "Allah SWT. menyalakan bahwa masa menyusui itu dua tahun (24 bulan), dan dalam ayat ini dinyatakan bahwa masa mengandung dan masa menyusui 3O bulan. Hal ini berarti bahwa masa hamil itu paling kurang 6 bulan. Berarti waktu itu tidak dapat dihukum rajam karena ia melahirkan dalam masa hamil yang ditentukan ayat. Mendengar itu Usman bin Affan mengubah pendapatnya semula dan mengikuti pendapat Ali bin Abu Talib itu
Ibnu Abbas, berkata; "Apabila seorang wanita mengandung selama sembilan bulan, ia cukup menyusui anaknya selama 21 bulan, apabila ia mengandung 7 bulan, cukup ia menyusui anaknya 23 bulan, dan apabila ia mengandung 6 bulan ia menyusui anaknya selama 24 bulan. Pada saat ini, telah menjadi kebiasaan di kalangan ibu-ibu, tidak menyusui anaknya, cukup diberi susu bubuk, dan sebagainya. Tindakan ini jelas tidak sesuai dengan yang dianjurkan Allah SWT, sebagai Tuhan Yang Maha Pencipta, Maha Mengetahui segala sesuatu, baik yang telah terjadi, yang sedang terjadi, dan yang akan terjadi. Sekalipun telah diadakan penyelidikan terhadap ibu-ibu tentang perkembangan seseorang anak karena pengaruh tidak disusui ibunya itu penyelidikan itu belum sampai dapat mengungkapkan sampai di mana pengaruhnya kepada perkembangan watak seseorang anak dihubungkan dengan cita-cita orang tua terhadap anaknya sesuai dengan yang digariskan agama. Yang jelas ialah cita-cita seorang tua terhadap anaknya, terutama bagi seorang muslim, tidak hanya anaknya sehat jasmani dun rohani.
Kemudian berpenghasilan baik setelah besar, dan dapat membantu kedua orang tuanya saja, melainkan yang lebih utama ialah agar anaknya menjadi seorang muslim yang taat dan selalu mendoakannya walaupun ia telah meninggal dunia nanti.
Oleh karena itu, maka amat b1aksanalah kiranya kalau seorang anak disusui dengan air susu ibu (ASI), sesuai dengan ajaran Alquran dan sesuai pula dengan tuntunan ilmu kedokteran, kecuali kalau karena keadaan terpaksa menukarnya dengan susu lain.
3. Ibulah yang paling banyak berhubungan dengan anak dalam memelihara dan mendidiknya, sampai anaknya sangggup berdiri sendiri, sejak dari memandikan, membersihkan pakai an, dan menyiapkan makannya. Kewajiban ibu memelihara dan mendidik anaknya itu tidak saja selama iba terikat dengan perkawinan dengan bapak Si anak, tetapi juga pada saat ia telah bercerai dengan bapak si anak.
Sehubungan dengan itu Rasulullah saw. menjawab pertanyaan seorang sahabat dalam salah satu hadis beliau:


عن بهز بن حكيم عن أبيه عن جده رضي الله عنهم قال: قلت يا رسول الله من أبر؟ قال أمك. قلت ثم من؟ قال أمكز قلت ثم من؟ قال أمك. قلت ثم من؟ قال أباك ثم الأقرب فالأقرب
Artinya:
Dari Bahaz bin Hakim dari bapaknya dari kakeknya mudah-mudahan Allah meridainya, ia berkata, "Aku berkata, "Ya Rasulullah. kepada siapa aku berbakti?". Rasulullah menjawab, "Kepada ibumu", Aku berkata. "Kemudian kepada siapa?" Jawab Rasulullah, "kepada ibumu". Aku berkata, "Kemudian kepada siapa?" Jawab Rasulullah, "Kepada ibumu". Aku berkata, "Kemudian kepada siapa?" Rasulullah berkata, 5'Kepada ayahmu. kemudian kepada karibmu yang paling dekat, lalu yang paling terdekat". (H.R. Abu Daud dan Tirmizi)
Ayat ini menerangkan sikap yang baik dari seorang anak kepada orang tuanya yang telah mengasuhnya sejak kecil sampai dewasa di saat-saat orang tuanya itu telah berusia lanjut, telah lemah, telah pikun. Waktu itu Si anak telah berumur sekitar 40 tahun, ia berdoa. "Wahai Tuhanku, berilah aku bimbingan dan petunjuk untuk mensyukuri nikmat-Mu yang tiada taranya yang telah engkau berikan kepadaku, baik yang berhubungan dengan petunjuk sehingga aku dapat melaksanakan perintah-perintah-Mu dan menghentikan larangan-larangan-Mu, maupun petunjuk-petunjuk yang telah Engkau berikan kepada kedua orang tuaku sehingga mereka mencurahkan rasa kasih sayangnya kepadaku, sejak aku masih dalam kandungan, di waktu aku masih kecil sampai aku dewasa sekarang ini.
Wahai Tuhanku, terimalah semua amalku dan tanamkan dalam diriku semangat ingin beramal saleh yang sesuai dengan keridaan-Mu, dan bimbing pula keturunanku mengikuti jalan yang lurus; jadikanlah mereka orang yang bertakwa dan beramal saleh.
Sehubungan dengan ayat ini Ibnu Abbas berkata, "Barang siapa yang telah mencapai umur 40 taun, sedangkan perbuatan baiknya belum dapat mengalahkan perbuatan jahatnya, maka hendaklah ia bersiap-siap untuk memasuki neraka".
Pada riwayat yang lain Ibnu Abbas berkata, "Allah telah memperkenankan doa Abu Bakar, beliau telah memerdekakan 9 orang budak mukmin di antaranya Bilal dan Amir bin Fuhairah. Beliau tidak pernah bermaksud hendak melakukan sesuatu perbuatan baik, melainkan Allah menolongnya. Beliau berdoa, "Wahai Tuhanku, berikanlah kebaikan pada diriku, dengan memberikan kebaikan kepada anak cucuku. Jadikanlah kebaikan dan ketakwaan itu menjadi darah daging bagi keturunanku". Allah SWT. telah memperkenankan doa beliau. Tidak seorangpun dari anak-anaknya yang tidak beriman kepada Allah; ibu-bapaknya dan anak-anaknya semua beriman. Karena itu tidak seorang pun di antara sahabat-sahabat Rasulullah yang memperoleh keutamaan seperti ini. Pada akhir ayat ini disebutkan peringatan anak yang saleh itu sebagai penutup doanya, "Wahai Tuhanku, perkenankanlah permohonanku karena aku telah bertobat kepada Engkau, atas segala dosa yang telah aku kerjakan, baik yang aku sadar maupun yang tidak aku sadari. Aku berjanji kepada-Mu wahai Tuhanku, tidak akan mengerjakan perbuatan dosa yang seperti itu lagi dan juga segala macam perbuatan dosa yang lain, aku termasuk orang yang menyerahkan diri kepada-Mu, tunduk dan patuh mengerjakan semua perintah--Mu serta menjauhkan diri dari mengerjakan segala larangan-Mu". Diriwayatkan oleh Abu Daud dalam sunahnya bahwa Rasulullah saw pernah mengajarkan doa berikut ini:


اللهم إلف بين قلوبنا وأصلح ذات بيننا واهدنا سبل السلام ونجنا من الظلمات إلى النور وجنبنا الفواحش ما ظهر منها وما بطن وبارك لنا في أسماعنا وأبصارنا وقلوبنا وأزواجنا وذرياتنا وتب علينا إنك أنت التواب الرحيم وجعلنا شاكرين لنعمتك مثنيين بها عليك وأتمها علينا
"Wahai Tuhanku, timbulkanlah rasa kasih sayang dalam hati kami, timbulkanlah perdamaian di antara kami; bimbinglah kami ke jalan keselamatan. Lepaskanlah kami dan kegelapan dan bimbinglah kami menuju cahaya yang terang. Jauhkanlah kami dan segala kekejian baik yang lahir maupun yang batin. Berkatilah kami pada pendengaran kami, pada penglihatan kami, pada hati kami, pada istri-istri kami, pada keturunan kami. Terimalah tobat kami karena sesungguhya Engkau Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang. Jadikanlah kami orang yang selalu mensyukuri nikmat Engkau serta memuji-Mu, dan sempurnakanlah nikmat-Mu itu atas kami". (H.R. Abu Daud)
16 Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka.(QS. 46:16)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ahqaaf 16 

أُولَئِكَ الَّذِينَ نَتَقَبَّلُ عَنْهُمْ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَنَتَجاوَزُ عَنْ سَيِّئَاتِهِمْ فِي أَصْحَابِ الْجَنَّةِ وَعْدَ الصِّدْقِ الَّذِي كَانُوا يُوعَدُونَ (16

Dalam ayat ini diterangkan balasan yang akan diterima oleh orang-orang yang saleh yang memiliki sifat sebagai sifat-sifat anak yang saleh yang disebutkan pada ayat sebelumnya. Orang-orang yang semacam itu adalah orang orang yang mempunyai amalan yang paling baik selama ia hidup di dunia menurut pandangan Allah karena keikhlasan, kepatuhan, dan ketaatan mereka melaksanakan agama Nya. Orang-orang yang seperti itu akan dimaafkan segala kesalahannya karena selalu bertobat kepada-Nya dengan tobat yang sebenarnya. Ia memperoleh surga yang penuh kenikmatan di akhirat nanti. Pada akhir ayat ini Allah menegaskan bahwa balasan yang disebutkan itu adalah datang dari Allah SWT. dan semua yang pernah dijanjikan-Nya, baik janji akan memberi pahala kepada orang-orang yang beriman, maupun janji akan mengazab orang-orang kafir pasti ditepatinya, tidak satu pun yang akan dimungkiri-Nya.
17 Dan orang ang berkata kepada dua orang ibu bapaknya: `Cis bagi kamu keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku lalu kedua ibu bapaknya memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan: `Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah itu adalah benar`. Lalu dia berkata: `Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang yang dahulu belaka`.(QS. 46:17)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ahqaaf 17 

وَالَّذِي قَالَ لِوَالِدَيْهِ أُفٍّ لَكُمَا أَتَعِدَانِنِي أَنْ أُخْرَجَ وَقَدْ خَلَتِ الْقُرُونُ مِنْ قَبْلِي وَهُمَا يَسْتَغِيثَانِ اللَّهَ وَيْلَكَ آمِنْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَيَقُولُ مَا هَذَا إِلَّا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ (17

Ayat ini menerangkan ancaman Allah SWT. kepada orang yang di waktu ia diajak oleh kedua orang tuanya itu beriman kepada Allah SWT. dan hari akhirat berkata, "Cis bagi kamu keduanya; aku tidak senang kepada kamu berdua yang mengatakan bahwa aku akan dibangkitkan dari kubur nanti dalam keadaan hidup, sesudah aku mati dan hancur luluh bersama tanah. Apakah mungkin daging-daging yang telah hancur luluh bersama tanah dan tulang belulang yang telah berserakan itu akan dapat kembali dikumpulkan dan menjadi tubuh yang hidup seperti semula?. Alangkah aneh dan lucunya kepercayaan itu, wahai kedua orang tuaku. Bukanlah telah banyak umat dahulu, sebelum kita ini, yang telah melakukan semua keinginan mereka?. Ada di antara mereka yang mengikuti ajaran Rasul-rasul yang telah diutus kepada mereka; banyak pula di antara mereka yang mengingkarinya, tetapi tidak seorang pun di antara mereka yang. telah dibangkitkan seperti yang iba dan ayah katakan ini. Seandainya benar yang dikatakan ayah dan ibu ini, tentulah kita akan melihat bukti-buktinya sekarang ini, dan tentulah kita akan bertemu dengan nenek moyang kita yang telah mati dahulu
Mendengar jawaban anaknya itu, timbullah rasa sedih dan kasihan dalam hati orang tua itu. Mereka merasa sedih karena sikap anaknya itu, seakan-akan anaknya itu tidak menghormatinya lagi. Mereka merasa kasihan karena yakin bahwa anaknya itu kelak akan mendapat azab Allah di akhirat nanti Sekalipun demikian mereka tidak putus asa; mereka tetap menyeru anaknya itu dan bermohon kepada Allah Yang Maha Pemurah. "Celakalah engkau wahai anakku, seandainya kamu tidak juga beriman. Percayalah wahai anakku bahwa Allah SWT. pasti menepati janji-Nya, dan hendaklah engkau yakin bahwa engkau benar-benar akan dibangkitkan nanti. karena janji Allah adalah janji yang hak, yang past' ditepatinya, semoga Allah memberi kamu petunjuk".
Anak itu menjawab dengan sikap memperolok-olokkan kedua orang tuanya dengan mengatakan: "Wahai kedua orangtuaku, apa yang Anda katakan untuk mengajak aku mempercayainya itu, tidak lain adalah dongengan-dongengan orang dahulu kala, Anda telah terpengaruh dongengan-dongengan yang dusta itu sehingga mengakui kebenarannya. Adanya hari berbangkit itu adalah suatu kepercayaan yang mustahil akan terjadi".
Menurut pengakuan Marwan bin Hakam ayat ini diturunkan sehubungan dengan perkataan Abdurrahman bin Abu Bakar Sidik, tetapi Aisyah r.a. telah menolak perkataan Marwan bin Hakam itu. Sekalipun demikian, yang jelas ialah bahwa ayat ini merupakan peringatan bagi semua anak yang mengingkari ajakan kedua ibu bapaknya agar ia beriman kepada Allah dan hari kebangkitan. Dan dari ayat ini dapat dipahami pula tugas utama orang tua terhadap anaknya ialah agar ia selalu memperingatkan anak-anaknya supaya tetap beriman kepada Allah walaupun anak-anaknya itu telah dewasa dan hendaklah dia selalu meminta pertolongan kepada Tuhan agar anaknya itu diberi-Nya hidayah dan taufik hingga menjadi anak yang baik dan beriman.
18 Mereka itulah orang-orang yang telah pasti (azab) atas mereka bersama umat-umat yang telah berlalu sebelum mereka dari jin dan manusia. Sesungghnya mereka adalah orang-orang yang merugi.(QS. 46:18)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ahqaaf 18 

أُولَئِكَ الَّذِينَ حَقَّ عَلَيْهِمُ الْقَوْلُ فِي أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ إِنَّهُمْ كَانُوا خَاسِرِينَ (18

Dalam ayat ini Allah SWT. mengancam setiap anak yang bersikap seperti yang diterangkan ayat di atas kepada orang tuanya. Mereka itu pasti akan ditimpa azab di akhirat nanti, mereka akan mendapat murka dan kemarahan Allah, dan akan dimasukkan ke dalam neraka yang apinya menyala-nyala, bersama umat-umat dahulu yang telah mendurhakai Allah SWT, mendustakan-para Rasul dan mendurhakai pula kedua orang tuanya, baik mereka dari golongan jin maupun dari golongan manusia hingga neraka itu akan dipenuhi dengan mereka semua sebagai yang dijanjikan oleh Allah.
Dari ayat ini dapat dipahami pula bahwa jin itu adalah makhluk Tuhan yang sama keadaannya dengan manusia. Mereka ini ada yang menganut agama Islam seperti kaum Muslimin, sebagaimana di antara mereka ada pula yang kafir. Mereka hidup berketurunan dan mati seperti manusia.
Berkata Abu Hayyan, "Hasan Al Basri berkata dalam suatu halakah (majelis) pelajaran, "Jin itu tidak mati". Maka Qatadah membantahnya dengan mengemukakan ayat ini. lalu Hasan Al Basri terdiam.
Pada akhir ayat ini diterangkan apa sebabnya Allah mengazab mereka, yaitu karena mereka adalah golongan yang merugi. Mereka merugi karena telah menyia-nyiakan fitrah yang telah diberikan Allah kepada mereka. Mereka (manusia) sejak dalam kandungan telah diberi Tuhan suatu naluri, yaitu kesediaan yang. ditanamkan Tuhan pada dirinya untuk menjadi orang yang beriman. Tetapi kesediaan yang ada pada dirinya itu disia-siakannya, dengan memperturutkan hawa nafsu dun godaan setan, serta terpengaruh oleh kehidupan dunia dan lingkungan sehingga mereka menjadi orang-orang merugi di dunia apalagi di akhirat nanti.
Amat berbahagialah orang-orang yang dapat memanfaatkan fitrah yang telah di tanamkan Allah pada dirinya sehingga ia beriman kepada Allah dan Rasul Nya.
19 Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan.(QS. 46:19)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ahqaaf 19

وَلِكُلٍّ دَرَجَاتٌ مِمَّا عَمِلُوا وَلِيُوَفِّيَهُمْ أَعْمَالَهُمْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ (19

Allah SWT. menerangkan bahwa manusia dan jin itu mempunyai martabat-martabat tertentu `di sisi-Nya pada Hari Kiamat, sesuai dengan perbuatan dan amal yang telah mereka kerjakan semasa hidupnya di dun ia. Golongan yang beriman dan beramal saleh mempunyai beberapa martabat yang berbeda-beda tingginya, sedangkan golongan yang kafir dan durhaka kepada Allah mempunyai beberapa martabat yang berbeda-beda rendahnya. Adanya martabat-martabat yang berbeda-beda tinggi rendahnya itu ialah karena adanya perbedaan iman dan amal seseorang, di samping ada pula perbedaan kekafiran dan kedurhakaan seseorang. Dengan perkataan lain, Allah SWT. yang mengadakan martabat-martabat yang berbeda-beda itu adalah karena amal dan perbedaan manusia dan jin itu sendiri. Ada di antara mereka yang teguh iman dan banyak amalnya, sedangkan yang lain lemah dan sedikit. Demikian pula tentang kekafiran, ada orang yang sangat kafir dan ingkar kepada Allah dun ada yang kurang kekafiran dan keingkarannya. Orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling takwa kepada Nya.
Allah SWT. mengadakan martabat-martabat yang demikian agar dia dapat berbuat seadil-adilnya kepada makhluk Nya, dan agar dia dapat pula memberi balasan yang sempurna kepada setiap jin dan manusia itu; perbuatan takwa diberi balasan sesuai dengan tingkat ketakwaannya, dan perbuatan kafir dibalas pula sesuai dengan tingkat kekafirannya.
20 Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka dikatakan): `Kamu telah menghabiskan rezkimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya; maka pada hari ini kamu dibalasi dengan azab yang menghinakan karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan kamu telah fasik`.(QS. 46:20)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ahqaaf 20 

وَيَوْمَ يُعْرَضُ الَّذِينَ كَفَرُوا عَلَى النَّارِ أَذْهَبْتُمْ طَيِّبَاتِكُمْ فِي حَيَاتِكُمُ الدُّنْيَا وَاسْتَمْتَعْتُمْ بِهَا فَالْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَسْتَكْبِرُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَبِمَا كُنْتُمْ تَفْسُقُونَ (20

Setelah Allah SWT. menerangkan bahwa setiap jin dan manusia akan memperoleh pembalasan yang adil dari Allah, maka Dia menerangkan keadaan orang-orang kafir pada saat mereka dihadapkan ke neraka. Allah SWT. memerintahkan kepada Rasulullah saw. agar menyampaikan kepada orang-orang kafir keadaan mereka waktu dibawa ke dalam neraka. Kepada mereka dikatakan, `Hai orang-orang kafir, segala macam kebahagiaan dan kenikmatan yang diperuntukkan bagimu telah lengkap dan sempurna kamu terima semasa hidup di dunia. Tidak ada satu pun bagianmu yang akan kamu nikmati lagi sekarang mi. Yang tinggal se4karang hanyalah kehinaan, kerendahan, azab yang sangat yang akan kamu alami sebagai pembalasan atas kesombongan, kefasikan, aniaya, dan perbuatan maksiat serta kekafiran yang kamu lakukan se lam hidup di dunia".
Ayat ini memperingatkan manusia agar meninggalkan hidup mewah yang berlebih-lebihan, meninggalkan perbuatan mubazir, perbuatan maksiat, dan menganjurkan agar Muslimin hidup sederhana, tidak berlebih-lebihan menggunakan sesuatu sesuai dengan keperluan dan keadaan, dan disesuaikan dengan tujuan hidup seorang muslim. Seandainya ada kelebihan harta, ingatlah akan orang-orang miskin dan orang-orang terlantar, anak yatim yang tidak ada yang bertanggung jawab atasnya. dan gunakanlah harta itu untuk keperluan meninggikan kalimat Allah.
Diriwayatkan oleh Baihaqi dan lain-lain dari Ibnu Umar r.a. bahwa Umar r.a. melihat uang dirham di tangan Jabir bin Abdullah, maka beliau berkata, "Uang dirham apakah itu ?" Jabir menjawab, "Aku bermaksud membeli sepotong daging yang sudah lama diidamkan oleh keluargaku". Umar berkata, "Apakah setiap kamu menginginkan sesuatu, lalu kamu bell ? Bagaimana pendapatmu tentang ayat ini ? Kamu telah menghabiskan rezekimu yang baik dalam kehidupan duniamu saja, dan kamu telah bersenang-senang dengannya?
Dari riwayat di atas dapat `kita tank pelajaran bahwa Umar bin Khattab menasihati Jabir bin Abdullah dengan ayat ini agar ia jangan terlalu memperturutkan keinginannya dan selalu ingat bahwa kesenangan dan kebahagiaan di dunia ini hanyalah bersifat sementara saja, sedangkan kebahagiaan akhirat adalah abadi. Karena itu, gunakanlah segala rezeki yang telah dianugerahkan Allah SWT. kepada kita ini dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan ketentuan yang ditentukan agama. Tentang hidup sederhana ini tergambar dalam kehidupan keluarga Rasulullah saw sebagaimana disebutkan dalam hadis:


وأخرج أحمد والبيهقي في شعب الإيمان عن ثوبان رضي الله عنه قال: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا سافر كان أخر عهده من أهله بفاطمة، وأول من يدخل عليه منهم فاطمة رضي الله عنها، فقدم من غزاة فأتاها فإذا بمسح على بابها وراى على الحسن والحسين قلبين من فضة فرجع ولم يدخل عليها، فلما رأت ذلك ظنت أنه لم يدخل من أجل ما رأى فهتكت الستر ونزع قلبين من الصبيين فقطعتها فبكيا، فقسمت ذلك بينهما فانطلقا إلى رسول الله وهما يبكيان فأخذ ذلك رسول الله منهما وقال: يا ثوبان اذهب بهذا إلى بني فلان واشتري لفاطمة قلادة من عصب وسوارين من عاج فإن هؤلاء من أهل بيتي ولا أحب أن يأكلوا طيباتهم في حياتهم الدنيا
Artinya:
Diriwayatkan oleh Ahmad dan Baihaqi dalam Sya'bul Iman, Sauhan r.a berkata, "Rasulullah saw. apabila beliau akan bepergian, keluarga terakhir yang dikunjunginya ialah Fatimah dan keluarganya yang lebih dahulu didatanginya apabila ia kembali dari perjalanan ialah Fatimah. Beliau kembali dari Gazah (peperangan), lalu beliau datang ke rumah Fatimah, beliau melihat kain pintu dan bulu kasar terpasang di pintunya dan melihat gelang perak di tangan Hasan dan Hisein, beliau kembali dan tidak masuk. Tatkala Fatimah melihat yang demikian, ia berpendapat bahwa Rasulullah saw. tidak masuk ke rumahnya itu adalah karena ia melihat barang-barang itu. Maka Fatimah merobek-robek kain pintu itu dan mencabut gelang-gelang itu dari tangan kedua anaknya dan memotong-motong, lalu membagi-baginya kepada kedua anak itu. Maka keduanya pergi menemui Rasulullah saw dalam keadaan menangis, lalu Rasulullah mengambil barang-barang itu dari keduanya itu seraya berkata, "Hai Sauban, pergilah membawa barang-barang ini kepada si anu dan belikanlah untuk Fatimah kalung dari kulit lokan dan dua gelang dari gading, maka sesungguhnya mereka adalah keluargaku dan aku tidak ingin mereka menghabiskan rezeki mereka yang baik sewaktu hidup di dunia ini." (Lihat Tafsir Al Maragi hal 26, jilid IX)
Hadis ini bukanlah maksudnya melarang kaum muslimin memakai perhiasan, suka kepada keindahan, menikmati rezeki yang telah dianugerahkan Allah, melainkan maksudnya menganjurkan agar orang hidup sesuai dengan hemampuan diri sendiri, tidak berlebih-lebihan, selalu menenggang rasa dalam hidup bertetangga dan dalam berteman. Jangan sampai harta yang dimiliki dengan jalan halal itu menimbulkan iri hati dan rasa dengki tetangga dan sahabat. Dan jangan pula hidup boros berbelanja melebihi kemampuan dan kesanggupan. Ingatlah selalu bahwa banyak orang lain yang memerlukan bantuan, masih banyak biaya yang diperlukan untuk meninggikan kalimat Allah. Rasulullah saw. selalu merasa cukup bila memperoleh sesuatu dan bersabar bila sedang tak punya, makan kue bila ada kesanggupan membelinya, minum madu bila kebetulan ada, makan daging bila mungkin mendapatkannya, yang demikian tidak menjadi pegangan dan bukan pula menjadi kebiasaan hidup beliau. Beliau selalu bersyukur kepada Allah SWT. setiap menerima nikmat-Nya.
Yang dilarang ialah memakai perhiasan secara berlebih-lebihan, bersenang-senang tanpa mengingat adanya kehidupan abadi di akhirat nanti, sedangkan memakai perhiasan dengan tidak berlebih-lebihan dan tidak menimbulkan iri hati orang lain itu dibolehkan. Allah berfirman:


قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ قُلْ هِيَ لِلَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (32
Artinya:
Katakanlah, "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?" Katakanlah, "Semuanya itu disediakan buat orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia khusus (untuk mereka saja) di Hari Kiamat. Demikianlah Kami jelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui ".(Q.S. Al A'raf: 32)

Halaman  First Previous Next Last Balik Ke Atas   Total [2]
Ayat 1 s/d 20 dari [35]



Sumber tafsir disalin dari :

1. Tafsir DEPAG RI, 2. Tafsir Jalalain Indonesia.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger... Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Edy_Hari_Yanto's  album on Photobucket
TPQ NURUDDIN NEWS : Terima kasih kepada donatur yang telah menyisihkan sebagian rezekinya untuk pembangunan TPQ Nuruddin| TKQ-TPQ "NURUDDIN" MENERIMA SANTRI DAN SANTRIWATI BARU | INFORMASI PENDAFTARAN DI KANTOR TPQ "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN-WONOAYU