Minggu, 22 Desember 2013

TAFSIR AL QUR'AN SURAH AL-HUJURAAT AYAT 1 - 18 ( 01 )

Cari dalam "TAFSIR" Al Qur'an
Bahasa Indonesia    English Translation    Dutch    nuruddin

No. Pindah ke Surat Sebelumnya... Pindah ke Surat Berikut-nya... [TAFSIR] : AL HUJURAAT
Ayat [18]   First Previous Next Last Balik Ke Atas  Hal:1/1
1 Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(QS. 49:1)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Hujuraat 1

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (1

Di ayat ini, Allah SWT mengajarkan kesopanan kepada kaum muslimin ketika berhadapan dengan Rasulullah saw. dengan dua cara: pertama, dalam perbuatan, dan kedua, dalam hal percakapan. Mengenai yang pertama, Allah SWT memperingatkan kaum mukminin supaya jangan mendahului Allah dan Rasul-Nya dalam menentukan suatu hukum atau pendapat.
Mereka dilarang memutuskan suatu perkara sebelum membahas dan meneliti lebih dahulu hukum Allah dan (atau) ketentuan dari Rasul-Nya terhadap masalah itu supaya keputusan mereka jangan menyalahi apalagi bertentangan dengan syariat Islam, sehingga dapat menimbulkan kemurkaan Allah. Yang demikian ini sejalan dengan yang dialami oleh sahabat Nabi Muhammad saw yaitu Muaz bin Jabal ketika akan diutus ke negeri Yaman. Rasulullah saw bertanya: "Kamu akan memberi keputusan dengan apa?". Dijawab oleh Muaz: "Dengan kitab Allah". Nabi bertanya lagi: "Jika tidak kamu jumpai dalam kitab Allah, bagaimana?". Muaz menjawab: "Dengan Sunah Rasulullah". Nabi Muhammad saw bertanya lagi: "Jika dalam Sunah Rasulullah tidak kamu jumpai, bagaimana?". Muaz menjawab: "Aku akan ijtihad dengan pikiranku". Lalu Nabi Muhammad saw menepuk dada Muaz seraya berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufik kepada utusan Rasul-Nya tentang apa yang diridai Allah dan Rasul-Nya".
Dalam ayat ini, Allah SWT memerintahkan kepada kaum mukminin supaya melaksanakan perintah Allah, menjauhi larangan-Nya dan supaya jangan tergesa-gesa melakukan perbuatan atau mengemukakan pendapat dengan mendahului Alquran dan hadis Nabi, yang ada hubungannya dengan sebab turunnya ayat ini. Tersebut dalam kitab Al-Iklil bahwa mereka dilarang menyembelih korban pada hari Raya Idul-Adha sebelum Nabi menyembelih, dan dilarang berpuasa pada hari yang diragukan. Kemudian Allah SWT. memerintahkan supaya mereka tetap bertakwa kepada-Nya karena Allah Maha Mendengar segala percakapan dan Maha Mengetahui segala yang terkandung dalam hati hamba-hamba-Nya.


Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Hujuraat 1

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (1

(Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mendahului) berasal dari lafal Qadima yang maknanya sama dengan lafal Taqaddama artinya, janganlah kalian mendahului baik melalui perkataan atau perbuatan kalian (di hadapan Allah dan Rasul-Nya) yang menyampaikan wahyu dari-Nya, makna yang dimaksud ialah janganlah kalian mendahului Allah dan Rasul-Nya tanpa izin dari keduanya (dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar) semua perkataan kalian (lagi Maha Mengetahui) semua perbuatan kalian. Ayat ini diturunkan berkenaan dengan perdebatan antara Abu Bakar r.a., dan sahabat Umar r.a. Mereka berdua melakukan perdebatan di hadapan Nabi saw. mengenai pengangkatan Aqra' bin Habis atau Qa'qa' bin Ma'bad. Ayat selanjutnya diturunkan berkenaan dengan orang yang mengangkat suaranya keras-keras di hadapan Nabi saw. yaitu firman-Nya:
2 Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dam janganlah kamu berkata padanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu sedangkan kamu tidak menyadari.(QS. 49:2)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Hujuraat 2

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ (2

Dalam ayat ini, Allah SWT. mengajarkan kepada kaum Mukminin kesopanan jenis kedua yaitu sopan dalam percakapan ketika berhadapan dengan Nabi Muhammad saw. Allah SWT melarang kaum Mukminin meninggikan suara mereka lebih dari suara Nabi. Mereka dilarang untuk berkata-kata kepada Nabi dengan suara keras sebagaimana kerasnya suara mereka sendiri karena perbuatan seperti itu tidak layak menurut kesopanan dan dapat menyinggung perasaan Nabi sendiri. Terutama jika dalam ucapan-ucapan yang tidak sopan itu tersimpan unsur-unsur cemoohan atau penghinaan yang menyakitkan hati Nabi dan dapat menyeret dan menjerumuskan orangnya kepada kekafiran, yang mengakibatkan hapus dan gugurnya semua pahala amal kebaikannya di masa yang lampau, padahal semuanya itu terjadi tanpa disadarinya.
Ayat ini mengandung peringatan pula antara lain para pembuat lelucon profesional jika sedang mengadakan lawakan untuk membuat tertawa para penonton agar dalam mengemukakan humor-humornya jangan sekali-sekali menyinggung kehormatan agama atau ajarannya yang dapat menjerumuskan mereka secara tidak sadar ke dalam jurang kemurtadan, dan dengan demikian menyebabkan hapus dan gugurnya segala pahala kebaikan mereka di masa lampau.
Diriwayatkan oleh Bukhari dari Ibnu Abi Mulaikah bahwa Abdullah bin Zubair memberitahukan kepadanya bahwa telah datang satu rombongan dari Kabilah Bani Tamim kepada Rasulullah saw. Berkatalah Abu Bakar: "Rombongan ini hendaknya diketuai oleh Qa'qa' bin Ma'bad". Umar Ibnu Khattab berkata: "Hendaknya diketuai oleh Al-Aqra' Ibnu Habis". Abu Bakar membantah, "Kamu tidak bermaksud lain kecuali menentang aku". Umar menjawab: "Saya tidak bermaksud menentangmu". Maka timbullah perbedaan pendapat antara Abu Bakar dan Umar sehingga suara mereka kedengarannya bertambah keras, maka turunlah ayat ini. Sejak itu, Abu Bakar bila berkata-kata kepada Nabi Muhammad saw., suaranya direndahkan sekali seperti bisikan saja, demikian pula Umar. Oleh karena sangat halus suaranya hampir-hampir tak terdengar sehingga sering ditanyakan lagi apa yang diucapkannya itu.
Mereka sama-sama memahami bahwa ayat-ayat tersebut sengaja diturunkan untuk memelihara kehormatan Nabi Muhammad saw. Dan setelah turun ayat ini, maka sabit bin Qais tidak pernah datang lagi menghadiri majelis Rasulullah saw., dan ketika ditanya oleh Nabi tentang sebabnya ia tidak lagi menghadiri majelis taklimnya, Sabit menjawab: "Ya Rasulullah, telah diturunkan ayat ini dan saya adalah seorang yang selalu berbicara keras dan nyaring. Saya merasa khawatir kalau-kalau pahala saya akan hapus sebagai akibat kebiasaan saya itu". Dijawab oleh Nabi Muhammad saw: "Engkau lain sekali, engkau hidup dalam kebaikan dan Insya-Allah akan mati dalam kebaikan pula; engkau termasuk ahli surga". Sabit menjawab: "Aku sangat senang gembira oleh berita yang menggembirakan itu, dan saya tidak akan mengeraskan suara saya terhadap Nabi untuk selama-lamanya".
Maka turunlah ayat yang kemudian ini:


Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Hujuraat 2 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ (2

("Hai orang-orang beriman janganlah kalian meninggikan suara kalian) bila kalian berbicara (lebih dari suara Nabi) bila ia berbicara (dan janganlah kalian berkata kepadanya dengan suara keras) bila kalian berbicara dengannya (sebagaimana kerasnya suara sebagian kalian terhadap sebagian yang lain) tetapi rendahkanlah suara kalian di bawah suaranya demi untuk menghormati dan mengagungkannya (supaya tidak dihapus pahala amal kalian sedangkan kalian tidak menyadarinya") maksudnya, takutlah kalian akan hal tersebut disebabkan suara kalian yang tinggi dan keras di hadapannya. Ayat berikutnya diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang merendahkan suaranya di hadapan Nabi saw. seperti Abu Bakar, Umar dan para sahabat lainnya, yaitu firman-Nya:
3 Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertaqwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar. c(QS. 49:3)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Hujuraat 3 

إِنَّ الَّذِينَ يَغُضُّونَ أَصْوَاتَهُمْ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ أُولَئِكَ الَّذِينَ امْتَحَنَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ لِلتَّقْوَى لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ (3

Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah saw. setelah melatih diri dengan berbagai latihan yang ketat lagi berat, mereka itulah orang-orang yang telah diuji hatinya oleh Allah untuk bertakwa. Mereka telah berhasil menyucikan diri mereka dengar berbagai usaha dan kesadaran dan bagi mereka ampunan dan pahala yang sangat besar.
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Mujahid bahwa ada sebuah pertanyaan tertulis yang disampaikan kepada Umar: "Wahai Amirul Mukminin, ada seorang laki-laki yang tidak suka akan kemaksiatan dan tidak pula mengerjakannya, dan seorang laki-laki lagi yang hatinya cenderung kepada kemaksiatan, tetapi ia tidak mengerjakannya. Manakah di antara kedua orang itu yang paling baik?"
Umar menjawab dengan tulisan lagi, "Sesungguhnya orang-orang yang hatinya cenderung kepada kemaksiatan akan tetapi tidak mengerjakannya, mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar".


Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Hujuraat 3 

إِنَّ الَّذِينَ يَغُضُّونَ أَصْوَاتَهُمْ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ أُولَئِكَ الَّذِينَ امْتَحَنَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ لِلتَّقْوَى لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ (3

áåã ãÛÝÑÉ æÃÌÑ ÚÙíã" ("Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah, mereka itulah orang-orang yang telah diuji) dicoba (hati mereka oleh Allah untuk bertakwa) artinya, ujian untuk menampakkan ketakwaan mereka. (Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar") yakni surga. Ayat berikutnya diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang datang di waktu tengah hari kepada Nabi saw. sedangkan Nabi saw. pada saat itu berada di dalam rumahnya, lalu mereka memanggil-manggilnya, yaitu firman-Nya:
4 Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari luar kamar(mu) kebanyakan mereka tidak mengerti.(QS. 49:4)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Hujuraat 4 

إِنَّ الَّذِينَ يُنَادُونَكَ مِنْ وَرَاءِ الْحُجُرَاتِ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ (4

Dalam ayat ini Allah SWT. memberikan pelajaran kesopanan dan tata krama dalam menghadapi Rasulullah saw. terutama dalam mengadakan percakapan dengan beliau. Rasulullah saw. selama di Madinah tinggal di sebuah rumah di samping mesjid Madinah. Dalam rumah itu terdapat beberapa buah kamar. Kamar-kamar itu, yang Sesuai dengan kalimat Hujurat, semuanya ada sembilan buah dan masing-masing diisi oleh seorang istri Nabi. Dibuatnya sangat sederhana; atapnya rendah sekali sehingga mudah disentuh oleh tangan dan pintu-pintunya terdiri dari gantungan kulit binatang yang berbulu. Pada masa Khalifah Al Walid bin Abdul Malik, kamar-kamar itu dibongkar dan dimasukkan ke dalam mesjid: hal itu sangat menyedihkan kaum mukminin di Madinah, malah Said bin Musayyab berkata demikian, "Saya suka sekali jika kamar-kamar istri Nabi itu tetap saja tidak dirombak, agar supaya generasi baru dari penduduk Madinah dan orang-orang mendatang dapat mengambil teladan tentang kesederhanaan Nabi Muhammad saw. dalam mengatur rumah tangganya.
Ibnu Ishak menerangkan dalam kitab tarikhnya bahwa tahun kesembilan hijrah itu merupakan tahun mengalirnya para delegasi dari seluruh jazirah Arab setelah futuh Mekah, selesainya perang Tabuk dan Kabilah Saqif dari Taif masuk Islam dan berbaiat kepada Rasulullah saw., maka datanglah dengan berduyun-duyun berbagai delegasi ke Madinah untuk menemui Rasulullah saw.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari zaid bin Arqam bahwa sekumpulan orang-orang Badui berkata kepada kawan-kawannya: "Marilah kita menemui laki-laki (Muhammad) itu; apabila ia benar-benar seorang Nabi, maka kitalah yang paling bahagia beserta dia, dan jika ia seorang raja maka kitapun akan beruntung dapat hidup di sampingnya". Maka datanglah Zaid bin Arqam kepada Rasulullah saw. menyampaikan berita itu lalu datanglah mereka beramai-ramai kepada Rasulullah saw. yang kebetulan sedang berada di kamar salah seorang istrinya. Mereka memanggil dengan suara yang lantang sekali, "Ya Muhammad, ya Muhammad keluarlah dari kamarmu untuk berjumpa dengan kami karena tujuan kami sangat indah dan celaan kami sangat menusuk perasaan". Nabi Muhammad saw. keluar dari kamar istrinya untuk menemui mereka dan turunlah ayat ini. Menurut Qatadah, rombongan sebanyak tujuh puluh orang itu adalah dari kabilah Bani Tamim. Mereka berkata, "Kami ini dari Bani Tamim, kami datang ke sini membawa pujangga-pujangga kami dalam bidang syair dan pidato untuk bertanding dengan penyair-penyair. kamu". Dijawab oleh Nabi, "Kami tidak diutus untuk mengemukakan syair dan kami tidak diutus untuk memperlihatkan kesombongan, tetapi bila kamu mau mencoba, boleh kemukakan syairmu itu". Maka tampillah seorang pemuda dari antara mereka membangga-banggakan kaumnya dengan berbagai keutamaan. Nabi Muhammad saw. menampilkan Hassan bin Sabit untuk menjawab syair mereka dan ternyata Hassan dapat menundukkan mereka semuanya. Setelah mereka mengakui keunggulan Sabit, lalu mereka mendekati Rasulullah saw. dan mengucapkan dua kalimat syahadat dan sekaligus masuk Islam.
Kebijaksanaan Nabi Muhammad saw dalam menghadapi delegasi dari Bani Tamim yang tidak sopan itu akhirnya berkesudahan dengan baik dan sebelum pulang ke negeri mereka, mereka lebih dahulu sudah mendapat petunjuk tentang jalan yang benar dan kesopanan dalam pergaulan. Dengan tegas sekali Allah menerangkan bahwa orang-orang yang memanggil Nabi supaya keluar kamar istrinya yang ada di samping masjid Madinah, kebanyakan mereka itu bodoh tidak mengetahui kesopanan dan tata krama dalam mengadakan kunjungan kehormatan kepada seorang Kepala Negara apalagi seorang Nabi yang pada abad akhir ini dikenal sebagai protokoler dan security (keamanan).
Agama Islam sejak dahulu kala sudah mengatur kode etiknya dengan maksud memberikan penghormatan yang pantas kepada pembesar yang dikunjungi.


Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Hujuraat 4

إِنَّ الَّذِينَ يُنَادُونَكَ مِنْ وَرَاءِ الْحُجُرَاتِ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ (4

("Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari luar kamar) yakni dari luar kamar istri-istrinya. Lafal Hujuraat bentuk jamak dari lafal Hujratun, yang artinya; sepetak tanah yang dikelilingi oleh tembok atau lainnya, yang digunakan sebagai tempat tinggal. Masing-masing di antara mereka memanggil Nabi saw. dari belakang kamar-kamarnya, karena mereka tidak mengetahui di kamar manakah Nabi saw. berada. Mereka memanggilnya dengan suara yang biasa dilakukan oleh orang-orang Arab Badui, yaitu dengan suara yang keras dan kasar (kebanyakan mereka tidak mengerti) tentang apa yang harus mereka kerjakan di dalam menghadapi kedudukanmu yang tinggi, dan sikap penghormatan manakah yang pantas mereka lakukan untukmu.
5 Dan kalau sekiranya mereka bersabar sampai kamu ke luar menemui mereka sesungguhnya itu adalah lebih baik bagi mereka, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. 49:5)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Hujuraat 5 

وَلَوْ أَنَّهُمْ صَبَرُوا حَتَّى تَخْرُجَ إِلَيْهِمْ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (5

Seandainya tamu-tamu delegasi itu tidak berteriak-teriak memanggil Nabi Muhammad saw, mereka sabar menunggu sampai beliau sendiri keluar kamar peristirahatannya, niscaya yang. demikian itu lebih baik bagi mereka karena sikap demikian itu menunjukkan adanya takzim dan penghormatan kepada Nabi Muhammad saw. Dan Allah Maha Pengampun kepada mereka yang memanggil Nabi Muhammad saw. dari belakang kamar-kamarnya bila mereka bertobat dan mengganti kecerobohan mereka dengan kesopanan dan tata krama, dan Maha Penyayang kepada mereka, tidak mengazab mereka nanti pada Hari Kiamat karena mereka telah menyesali perbuatan mereka yang memalukan itu.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Hujuraat 5

وَلَوْ أَنَّهُمْ صَبَرُوا حَتَّى تَخْرُجَ إِلَيْهِمْ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (5

(Dan kalau sekiranya mereka bersabar) lafal Annahum berada dalam Mahall Rafa' sebagai Mubtada. Tetapi menurut pendapat lain menjadi Fa'il dari Fi'il yang diperkirakan keberadaannya, yaitu lafal Tsabata (sampai kamu keluar menemui mereka, sesungguhnya itu adalah lebih baik bagi mereka, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang") kepada orang yang bertobat di antara mereka. Ayat berikut ini diturunkan berkenaan dengan Walid bin Uqbah. Ia telah diutus oleh Nabi saw. ke Bani Mushthaliq untuk menarik zakat, tetapi ia merasa takut terhadap mereka, karena dahulu di masa jahiliah ia bermusuhan dengan mereka. Akhirnya di tengah perjalanan ia kembali lagi seraya melaporkan, bahwa mereka tidak mau membayar zakat dan bahkan mereka hampir saja membunuhnya. Karena itu hampir saja Nabi saw. bermaksud untuk memerangi mereka, hanya karena mereka keburu datang menghadap Nabi saw. seraya mengingkari apa yang telah dikatakan oleh Walid mengenai mereka.
6 Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.(QS. 49:6)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Hujuraat 6

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ (6

Dalam ayat ini Allah SWT memberikan peringatan kepada kaum Mukminin, jika datang kepada mereka seorang fasik membawa berita apa saja, supaya mereka jangan segera menerima berita itu sebelum diperiksa dan diteliti dahulu kebenarannya. Sebelum diadakan penelitian yang seksama, jangan lekas percaya kepada berita dari orang fasik itu karena seorang yang tidak mempedulikan kefasikannya, tentu tidak akan mempedulikan pula kedustaan berita yang disampaikannya. Perlunya berhati-hati dalam menerima sembarangan berita ialah tindakan yang timbul karena berita bohong itu. Penyesalan yang akan timbul sebenarnya dapat dihindari jika bersikap lebih hati-hati.
Diriwayatkan oleh Ibnu 'Abbas ra bahwa ayat ke enam ini diturunkan karena peristiwa Al Walid bin Uqbah bin Abi Muit yang diutus oleh Rasulullah saw kepada Qabilah Bani Mustaliq untuk memungut zakat dari mereka. Tatkala berita itu sampai kepada Bani Mustaliq, akan datang seorang utusan dari Rasulullah saw untuk memungut zakat dari mereka, mereka gembira sekali sehingga mereka beramai-ramai keluar dari kampung halaman mereka untuk menjemput kedatangan utusan itu. Ada seorang munafik memberitahukan kepada Al Walid yang sedang dalam perjalanan menuju Bani Mustaliq itu bahwa mereka telah murtad, menolak dan tidak mau membayar zakat bahkan mereka itu telah mengadakan demonstrasi dan berhimpun di luar kota untuk mencegat kedatangannya. Setelah Al Walid menerima berita itu dari seorang munafik tersebut, maka segera ia kembali ke Madinah dan melaporkan keadaan Bani Mustaliq kepada Rasulullah saw. Beliau sangat marah mendengar berita yang buruk itu dan menyiapkan sepasukan tentara untuk menghadapi orang-orang dari Qabilah Bani Mustaliq yang membangkang itu.
Belum lagi, tentara itu diberangkatkan, sudah datang utusan dari Bani Mustaliq menghadap kepada Rasulullah saw seraya berkata: "Ya Rasulullah, kedatangan kami ke sini adalah untuk bertanya mengapa utusan Rasulullah tidak sampai kepada kami untuk memungut zakat, bahkan kembali dari tengah perjalanan?. Kami mempunyai dugaan bahwa timbul salah pengertian di antara utusan Paduka dengan kami, yang menyebabkan timbulnya keruwetan ini." Maka turunlah ayat ini, yang memberikan pedoman kepada sekalian kaum mukminin supaya berhati-hati dalam menerima berita, terutama jika bersumber dari seorang yang fasik, supaya diadakan penelitian dahulu menurut maksud berita itu. Sebelum diselidiki kebenarannya, besar kemungkinan akan membawa korban jiwa dan harta yang sia-sia, yang hanya menimbulkan penyesalan belaka.


Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Hujuraat 6 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ (6

(Hai orang-orang yang beriman! Jika datang kepada kalian orang fasik membawa suatu berita) (maka periksalah oleh kalian) kebenaran beritanya itu, apakah ia benar atau berdusta. Menurut suatu qiraat dibaca Fatatsabbatuu berasal dari lafal Ats-Tsabaat, artinya telitilah terlebih dahulu kebenarannya (agar kalian tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum) menjadi Maf'ul dari lafal Fatabayyanuu, yakni dikhawatirkan hal tersebut akan menimpa musibah kepada suatu kaum (tanpa mengetahui keadaannya) menjadi Hal atau kata keterangan keadaan dari Fa'il, yakni tanpa sepengetahuannya (yang menyebabkan kalian) membuat kalian (atas perbuatan kalian itu) yakni berbuat kekeliruan terhadap kaum tersebut (menyesal) selanjutnya Rasulullah saw. mengutus Khalid kepada mereka sesudah mereka kembali ke negerinya. Ternyata Khalid tiada menjumpai mereka melainkan hanya ketaatan dan kebaikan belaka, lalu ia menceritakan hal tersebut kepada Nabi saw.
7 Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu akan mendapat kesusahan tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekefiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,(QS. 49:7)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Hujuraat 7

وَاعْلَمُوا أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ اللَّهِ لَوْ يُطِيعُكُمْ فِي كَثِيرٍ مِنَ الْأَمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ (7

Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan bahwa Rasulullah saw berada di tengah-tengah kaum mukminin, maka beliaulah yang sepatutnya dihormati dan diikuti semua petunjuknya karena beliau lebih mengetahui kemaslahatan umatnya dan lebih dicintai oleh umatnya, daripada mereka mencintai diri sendiri, sebagaimana dicantumkan dalam firman Allah:

النبي أولى بالمؤمنين من أنفسهم
Artinya:
Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri.
Oleh karena Nabi saw selalu berada dalam bimbingan wahyu Ilahi, maka beliau yang berada di tengah-tengah para sahabat itu sepatutnya dijadikan suri teladan dalam segala segi kehidupan dan aspek kemasyarakatan. Seandainya beliau menuruti saja kemauan para sahabat dalam pikiran para sahabat dalam memecahkan persoalan hidup, niscaya mereka akan menemui berbagai kesulitan dan kemudaratan seperti dalam peristiwa Al Walid bin Uqbah itu. Seandainya Nabi saw menerima berita bohong Bani Mustaliq itu, lalu mengirimkan pasukan untuk menggempur mereka yang disangka murtad dan menolak membayar zakat, niscaya yang demikian itu hanya akan menimbulkan penyesalan dan bencana saja. Akan tetapi, sebaliknya dengan kebijaksanaan dan bimbingan Rasulullah saw yang berada di tengah-tengah para sahabat, mereka dijadikan oleh Allah mencintai keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hati mereka dan menjadikan mereka benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan.
Oleh karena iman yang sempurna itu terdiri dari pengakuan dengan lisan, membenarkan dengan hati, dan beramal saleh dengan anggota tubuh, maka kebencian terhadap kekafiran itu adalah berlawanan dengan kecintaan kepada keimanan, dan menjadikan iman itu indah dalam hati adalah paralel dengan membenarkan (tasdiq) dalam hati, dan benci kepada kedurhakaan itu paralel dengan mengadakan amal saleh. Orang-orang demikian itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk dan mengikuti jalan yang lurus, yang langsung menuju kepada keridaan Allah SWT.


Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Hujuraat 7 

وَاعْلَمُوا أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ اللَّهِ لَوْ يُطِيعُكُمْ فِي كَثِيرٍ مِنَ الْأَمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ (7

(Dan ketahuilah oleh kamu sekalian bahwa di kalangan kalian ada Rasulullah) maka janganlah sekali-kali kalian mengatakan hal-hal yang batil, karena sesungguhnya Allah akan memberitahukannya seketika itu juga. (Kalau ia menuruti kemauan kalian dalam banyak urusan) yang kalian beritakan tidak sesuai dengan kenyataannya, oleh karena itu maka hasilnya sesuai dengan apa yang kalian beritakan itu (niscaya kalian akan mendapat dosa) yakni benar-benar kalian mendapat dosa karena hal itu, yaitu dosa memberikan keterangan yang palsu (tetapi Allah menjadikan kalian cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah) yakni dipandang baik (dalam hati kalian serta menjadikan kalian benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan) pengertian Istidrak yang dikandung oleh lafal Laakin dipandang dari segi makna bukan lafalnya, karena sesungguhnya orang yang cinta kepada keimanan memiliki sifat-sifat berbeda dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh orang-orang yang telah disebutkan tadi. (Mereka itulah) di dalam ungkapan ini terkandung iltifat dari Mukhathab (orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus) yakni orang-orang yang teguh dalam agamanya.
8 sebagai karunia dan nikmat dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.(QS. 49:8)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Hujuraat 8 

فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَنِعْمَةً وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (8

Karunia dan anugerah itu semata-mata kemurahan dari Allah dan merupakan nikmat daripada-Nya. Allah Maha mengetahui siapa yang berhak menerima petunjuk dan siapa yang terkena kesesatan, dan Maha Bijaksana dalam mengatur segala makhluk-Nya.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Hujuraat 8 

فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَنِعْمَةً وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (8

(Sebagai karunia dari Allah) lafal Fadhlan adalah Mashdar yang dinashabkan oleh Fi'ilnya yang keberadaannya diperkirakan sebelumnya, yaitu lafal Afdhala (dan nikmat) dari-Nya. (Dan Allah Maha Mengetahui) keadaan mereka (lagi Maha Bijaksana) di dalam memberikan nikmat-Nya kepada mereka.
9 Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali, kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.(QS. 49:9)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Hujuraat 9 

وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَى فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّى تَفِيءَ إِلَى أَمْرِ اللَّهِ فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ (9

Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang, maka harus diusahakan perdamaian antara kedua pihak yang bermusuhan itu dengan jalan berdamai sesuai dengan ketentuan hukum dari Allah berdasarkan keadilan untuk kemaslahatan mereka yang bersangkutan. Jika setelah diusahakan perdamaian itu masih ada yang membangkang dan tetap juga berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka golongan yang agresif yang berbuat aniaya itu harus diperangi sehingga mereka kembali tunduk menerima hukum Allah.
Jika golongan yang membangkang itu telah tunduk dan kembali kepada perintah Allah, maka kedua golongan yang tadinya bermusuhan itu harus diperlakukan dengan adil dan bijaksana, penuh kesadaran sehingga tidak terulang lagi permusuhan seperti itu di masa yang akan datang, dan Allah memerintahkan supaya mereka tetap melakukan keadilan dalam segala urusan mereka, karena Allah menyukai dan akan memberi pahala orang-orang yang berlaku adil dalam segala urusan Sahabat Anas bin Malik meriwayatkan sebuah hadis yang bunyinya:


انصر أخاك ظالما أو مظلوما قلت: يا رسول الله هذا نصرته مظلوما فكيف أنصره ظالما? قال: تمنعه من الظلم فذلك نصرك إياه
Artinya:
Tolonglah saudaramu dalam keadaan menganiaya atau dianiaya. Saya bertanya: "Wahai Rasulullah, yang ini saya menolongnya karena ia teraniaya. Bagaimana caranya menolong yang zalim?". Beliau menjawab, "Engkau harus melarangnya dari kelaliman, itulah cara menolongnya".
Diriwayatkan oleh Qatadah bahwa ayat ini diturunkan berhubung dengan peristiwa dua orang dari sahabat Ansar yang bersengketa tentang suatu urusan hak milik; maka berkatalah salah seorang dari mereka: "Kami akan mengambil hak kami dari padamu dengan paksaan". Ia mengancam demikian karena banyak pengikutnya, sedangkan yang satu lagi mengajak dia supaya minta keputusan Nabi saw. Ia tetap menolak sehingga perkaranya hampir-hampir menimbulkan perkelahian dengan tangan dan terompak, belum sampai mempergunakan senjata tajam.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Hujuraat 9 

وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَى فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّى تَفِيءَ إِلَى أَمْرِ اللَّهِ فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ (9

(Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin) hingga akhir ayat. Ayat ini diturunkan berkenaan dengan suatu masalah, yaitu bahwa Nabi saw. pada suatu hari menaiki keledai kendaraannya, lalu ia melewati Ibnu Ubay. Ketika melewatinya tiba-tiba keledai yang dinaikinya itu kencing, lalu Ibnu Ubay menutup hidungnya, maka berkatalah Ibnu Rawwahah kepadanya, "Demi Allah, sungguh bau kencing keledainya jauh lebih wangi daripada bau minyak kesturimu itu," maka terjadilah antara kaum mereka berdua saling baku hantam dengan tangan, terompah dan pelepah kurma (berperang) Dhamir yang ada pada ayat ini dijamakkan karena memandang dari segi makna yang dikandung lafal Thaaifataani, karena masing-masing Thaaifah atau golongan terdiri dari sekelompok orang. Menurut suatu qiraat ada pula yang membacanya Iqtatalataa, yakni hanya memandang dari segi lafal saja (maka damaikanlah antara keduanya) dan Dhamir pada lafal ini ditatsniyahkan karena memandang dari segi lafal. (Jika berbuat aniaya) atau berbuat melewati batas (salah satu dari kedua golongan itu terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali) artinya, rujuk kembali (kepada perintah Allah) kepada jalan yang benar (jika golongan itu telah kembali kepada perintah Allah maka damaikanlah antara keduanya dengan adil) yaitu dengan cara pertengahan (dan berlaku adillah) bersikap jangan memihaklah. (Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.)
10 Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.(QS. 49:10)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Hujuraat 10 

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (10

Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa sesungguhnya orang-orang mukmin semuanya bersaudara seperti hubungan persaudaraan antara orang-orang seketurunan karena sama-sama menganut unsur keimanan yang sama yang kekal dalam surga. Tersebut dalam sebuah hadis sahih:


المسلم أخو المسلم لا يظلمه ولا يعيبه ولا يخذله ولا يتطاول عليه في البنيان فيستر عليه الريح إلا بإذنه ولا يؤذيه بقتار قدره إلا أن يغرف له غرفة ولا يشتري لبنيه الفاكهة فيخرجون بها إلى صبيان جاره ولا يطعمونهم منها ثم قال: احفظوا ولا يحفظ إلا قليل
Artinya:
Orang muslim itu adalah saudara orang muslim, jangan ia berbuat aniaya kepadanya, jangan ia membuka aibnya, jangan ia menyerahkannya kepada musuh, dan jangan ia meninggikan bangunan rumahnya sehingga menutup udara tetangganya kecuali dengan izinnya, jangan ia mengganggu tetangganya dengan asap masakan dari periuknya kecuali jika ia memberi segayung dari kuahnya, dan jangan ia membeli buah-buahan untuk anak-anaknya, lalu dibawa keluar kepada anak-anak tetangganya, kecuali jika mereka diberi buah-buaban itu. Kemudian Nabi saw bersabda, "Peliharalah (norma-norma pergaulan), tetapi sayang, sedikit sekali di antara kamu yang memeliharanya".
Dan pada hadis sahih yang lain dinyatakan:


إذا دعا المسلم لأخيه بظهر الغيب قال الملك: آمين ولك بمثله
Artinya:
Apabila seorang muslim mendoakan saudaranya yang gaib, maka malaikat berkata: "Amin, dan semoga kamu pun mendapat seperti itu".
Oleh karena persaudaraan itu mendorong ke arah perdamaian, maka Allah SWT menganjurkan agar terus diusahakan perdamaian di antara saudara-saudara seagama seperti perdamaian di antara saudara-saudara yang seketurunan, dan supaya mereka tetap memelihara ketakwaan kepada Allah; mudah-mudahan mereka memperoleh rahmat dan ampunan Allah sebagai balasan terhadap usaha-usaha perdamaian dan ketakwaan mereka.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Hujuraat 10
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (10)
(Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah saudara) dalam seagama (karena itu damaikanlah antara kedua saudara kalian) apabila mereka berdua bersengketa. Menurut qiraat yang lain dibaca Ikhwatikum, artinya saudara-saudara kalian (dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian mendapat rahmat.)
11 Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan)dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.(QS. 49:11)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Hujuraat 11 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (11

Dalam ayat ini, Allah SWT memperingatkan kaum mukmin supaya jangan ada suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain karena boleh jadi, mereka yang diolok-olokkan itu pada sisi Allah jauh lebih mulia dan terhormat dari mereka yang mengolok-olokkan, dan demikian pula di kalangan wanita, jangan ada segolongan wanita yang mengolok-olokkan wanita yang lain karena boleh jadi, mereka yang diolok-olokkan itu pada sisi Allah lebih baik dan lebih terhormat dari wanita-wanita yang yang mengolok-olokkan itu. Dan Allah SWT melarang pula kaum mukminin mencela kaum mereka sendiri karena kaum mukminin semuanya harus dipandang satu tubuh yang diikat dengan kesatuan dan persatuan, dan dilarang pula panggilan-panggilan dengan gelar-gelar yang buruk seperti panggilan kepada seseorang yang sudah beriman dengan kata-kata: hai fasik, hai kafir, dan sebagainya. Tersebut dalam sebuah asar:


فرب أعث أغبر ذي طمرين لا يؤبه له لو أقسم على الله تعالى لأبره
Artinya:
Kadang-kadang seorang yang berpakaian sederhana, kepalanya penuh debu, membawa dua kantong, oleh orang tidak dipedulikan, tetapi jika ia bersumpah kepada Allah, maka Allah pasti melaksanakan sumpahnya.
Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah, sabda Rasulullah saw sebagai berikut:


إن الله لا ينظر إلى صوركم وأموالكم ولكن ينظر إلى قلوبكم وأعمالكم
Artinya:
Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupamu dan harta kekayaanmu. akan tetapi Ia memandang kepada hatimu dan perbuatanmu.
Hadis ini mengandung isyarat bahwa seorang hamba Allah jangan memastikan kebaikan atau keburukan seseorang semata-mata karena melihat kepada amal perbuatannya saja, sebab ada kemungkinan seorang tampak mengerjakan amal kebaikan, padahal Allah melihat di dalam hatinya ada sifat yang tercela, dan sebaliknya pula mungkin ada seorang yang kelihatan melakukan suatu yang tampak buruk, akan tetapi Allah melihat dalam hatinya ada rasa penyesalan yang besar yang mendorong kepadanya bertobat dari dosanya. Maka amal perbuatan yang nampak =ai luar itu, hanya merupakan tanda-tanda saja yang menimbukan sangkaan yang kuat, tetapi belum sampai ke tingkat meyakinkan. Maka Allah SWT melarang kaum mukminin memanggil orang dengan panggilan-panggilan yang buruk setelah mereka beriman. Ketika Rasulullah saw tiba di Madinah, maka orang-orang Ansar banyak mempunyai nama lebih dari satu, dan jika mereka dipanggil oleh kawan mereka, kadang-kadang dipanggil dengan nama yang tidak disukainya, dan setelah hal itu dilaporkan kepada Rasulullah saw, maka turunlah ayat ini.
Ibnu Jarir meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas dalam menafsirkan ayat ini, beliau menerangkan bahwa ada seorang laki-laki yang pernah di masa mudanya mengerjakan suatu yang buruk, lalu ia bertobat dari dosanya, maka Allah melarang siapa saja yang menyebut-nyebut lagi keburukannya di masa yang lalu, karena hal itu dapat membangkitkan perasaan yang tidak baik, membangkit-bangkit kefasikan setelah beriman. Itu sebabnya Allah melarang panggilan-panggilan dengan gelar-gelar yang buruk itu.
Adapun gelar-gelar yang mengandung penghormatan, itu tidak dilarang seperti sebutan kepada Abu Bakar dengan As Siddiq, kepada Umar dengan Faruq, kepada Usman dengan sebutan Zun Nurain dan kepada Ali dengan Abu Turab dan kepada Khalid bin Walid dengan sebutan Saifullah (pedang Allah).
Panggilan yang buruk dilarang diucapkan sesudah orangnya beriman karena gelar-gelar buruk itu mengingatkan kepada kedurhakaan yang sudah lewat, yang sekarang tidak pantas lagi dilontarkan kepada orangnya setelah ia beriman. Barang siapa tidak bertobat, bahkan terus pula memanggil-manggil dengan gelar-gelar yang buruk itu, maka mereka itu dicap oleh Allah SWT sebagai orang-orang yang zalim terhadap diri mereka sendiri dan pasti akan menerima konsekwensinya berupa azab dari Allah pada Hari Kiamat

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Hujuraat 11

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (11

(Hai orang-orang yang beriman, janganlah berolok-olokan) dan seterusnya, ayat ini diturunkan berkenaan dengan delegasi dari Bani Tamim sewaktu mereka mengejek orang-orang muslim yang miskin, seperti Ammar bin Yasir dan Shuhaib Ar-Rumi. As-Sukhriyah artinya merendahkan dan menghina (suatu kaum) yakni sebagian di antara kalian (kepada kaum yang lain karena boleh jadi mereka yang diolok-olokkan lebih baik dari mereka yang mengolok-olokkan) di sisi Allah (dan jangan pula wanita-wanita) di antara kalian mengolok-olokkan (wanita-wanita lain karena boleh jadi wanita-wanita yang diperolok-olokkan lebih baik dari wanita-wanita yang mengolok-olokkan dan janganlah kalian mencela diri kalian sendiri) artinya, janganlah kalian mencela, maka karenanya kalian akan dicela; makna yang dimaksud ialah, janganlah sebagian dari kalian mencela sebagian yang lain (dan janganlah kalian panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk) yaitu janganlah sebagian di antara kalian memanggil sebagian yang lain dengan nama julukan yang tidak disukainya, antara lain seperti, hai orang fasik, atau hai orang kafir. (Seburuk-buruk nama) panggilan yang telah disebutkan di atas, yaitu memperolok-olokkan orang lain mencela dan memanggil dengan nama julukan yang buruk (ialah nama yang buruk sesudah iman) lafal Al-Fusuuq merupakan Badal dari lafal Al-Ismu, karena nama panggilan yang dimaksud memberikan pengertian fasik dan juga karena nama panggilan itu biasanya diulang-ulang (dan barang siapa yang tidak bertobat) dari perbuatan tersebut (maka mereka itulah orang-orang yang lalim.)
12 Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yaang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.(QS. 49:12)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Hujuraat 12 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ (12

Dalam ayat ini, Allah SWT memberi peringatan kepada orang-orang yang beriman, supaya mereka menjauhkan diri dari prasangka terhadap orang-orang yang beriman dan jika mereka mendengar sebuah kalimat yang keluar dari mulut saudaranya yang mukmin, maka kalimat itu harus diberi tanggapan yang baik, ditujukan kepada pengertian yang baik, dan jangan sekali-kali timbul salah paham, apalagi menyelewengkannya sehingga menimbulkan fitnah dan prasangka. Umar telah berkata yang artinya demikian:
"Jangan sekali-kali kamu menerima ucapan yang keluar dari mulut saudaramu, melainkan dengan maksud dan pengertian yang baik, sedangkan kamu sendiri menemukan arah pengertian yang baik itu."
Dan diriwayatkan dan Rasulullah saw bahwa sesungguhnya Allah mengharamkan dari orang mukmin darahnya, kehormatannya dan menyangka kepadanya dengan sangkaan yang buruk, atau dilarang berburuk sangka. Adapun orang yang secara terang-terangan berbuat maksiat, atau sering dijumpai berada di tempat orang yang biasa minum arak hingga mabuk, maka buruk sangka terhadap mereka itu tidak dilarang.
Imam Baihaqi dalam kitabnya Syu'abul Iman meriwayatkan sebuah hadis dari Said bin Musayyab sebagai berikut:


كتب إلي بعض إخواتي من أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم أن ضع أمر أخيك على أحسنه ما لم يأتك ما يغلبك ولا تظنن بكلمة خرجت من امرئ مسلم شرا وأنت تجد لها في الخير محملا, ومن عرض نفسه للتهم فلا يلومن إلا نفسه ومن كتم سره كانت الخيرة في يده وما كافأت من عصى الله فيك بمثل أن تطيع الله فيه وعليك بإخوان الصدق فكن في اكتسابهم فإنهم زينة في الرخاء وعدة عند عظيم البلاء ولا تتهاون بالحلف فيهينك الله تعالى ولا تسألن عما لم يكن حتى يكون ولا تضع حديثك إلا عند من تشتهيه وعليك بالصدق وإن قتلك واعتزل عدوك واحذر صديقك إلا الأمين ولا أمين إلا من خشي الله وشاور في أمرك الذين يخشون ربهم بالغيب
Artinya:
Beberapa saudaraku di antara sahabat Rasulullah saw telah menyampaikan sebuah tulisan kepadaku yang berisi beberapa petunjuk, di antaranya, "Letakkanlah urusan saudaramu di atas sangkaan yang sebaik-baiknya selagi tidak datang kepadamu yang membantah sangkaanmu itu dan jangan sekali-kali engkau memandang buruk perkataan yang pernah diucapkan oleh seorang muslim, padahal engkau menemukan tafsiran yang baik pada ucapannya itu; dan barangsiapa yang menempatkan dirinya di tempat purbasangka, maka janganlah ia mencela, kecuali kepada dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang menyembunyikan rahasianya, maka pilihan itu berada di tangannya, dan tidak engkau balas seorang yang mendurhakai Allah (pada dirimu), dengan contoh yang lebih baik ialah taat kepada Allah demi balasan itu; dan hendaklah engkau selalu bersahabat dengan orang-orang yang benar sehingga engkau berada di dalam lingkup budi pekerti yang mereka upayakan, karena mereka itu menjadi perhiasan dalam kekayaan dan menjadi perisai ketika menghadapi bahaya yang besar. Dan jangan sekali-kali meremehkan sumpah agar kamu tidak dihinakan oleh Allah SWT. Dan jangan sekali-kali bertanya tentang sesuatu yang belum ada sehingga berwujud terlebih dahulu dan jangan engkau sampaikan pembicaraan kecuali kepada orang yang mencintainya. Dan tetaplah berpegang kepada kebenaran walaupun kamu akan terbunuh olehnya. Hindarilah musuhmu dan tetaplah menaruh curiga kepada kawanmu. kecuali orang yang benar-benar sudah dapat dipercaya, dan tidak ada yang dapat dipercaya kecuali orang yang takut kepada Allah. Dan bermusyawarahlah dalam urusanmu dengan orang-orang yang takut kepada Tuhan mereka dalam keadaan gaib.
Kemudian Allah menerangkan sebabnya orang-orang mukmin wajib menjauhkan diri dari purbasangka, oleh karena sebagian purbasangka itu mengandung dosa. Berburuk sangka terhadap orang mukmin adalah suatu dosa besar karena Allah nyata-nyata telah melarangnya. Selanjutnya Allah melarang kaum mukminin mencari-cari kesalahan orang lain, mencari kecemaran, dan noda orang lain.
Abu Hurairah meriwayatkan sebuah hadis sahih sebagai berikut:


إياكم والظن إن الظن أكذب الحديث ولا تجسسوا ولا تحسسوا ولا تناجشوا ولا تباغضوا ولا تدابروا وكونوا عباد الله إخوانا ولا يحل لمسلم أن يهجر أخاه فوق ثلاثة أيام
Artinya:
Jauhilah olehmu berburuk sangka. sesungguhnya berburuk sangka itu termasuk perkataan yang paling dusta. Dan jangan mencari-cari kesalahan orang lain, jangan buruk sangka. jangan membuat rangsangan dalam penawaran barang, jangan benci-membenci, jangan belakang-membelakangi, dan jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara. Dan tidak halal bagi seorang muslim untuk mengucil saudaranya lebih dari tiga hari
Dan diriwayatkan pula oleh Abi Barzah Al Aslami, sahda Rasulullah saw:


يا معشر من آمن بلسانه ولم يدخل الإيمان قلبه لا تغتابوا المسلمين ولا تتبعوا عوارتهم فإن من اتبع عوارتهم يتبع الله عورته ومن يتبع الله عورته يفضحه في عقر بيته
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman dengan lidahnya, tetapi iman itu belum masuk ke dalam hatinya; jangan sekali-kali kamu bergunjing terhadap kaum muslimin, dan jangan sekali-kali mencari-cari noda atau auratnya. Karena barangsiapa yang mencari-cari noda kaum mukminin, maka Allah akan membalas pula dengan membuka noda-nodanya. Dan barangsiapa yang diketahui kesalahannya oleh Allah, niscaya Dia akan menodai kehormatannya dalam lingkungan rumahnya sendiri.
Imam Tabrani meriwayatkan sebuah hadis dari Harisah bin Nu'man:


ثلاث لازمات لأمتي: الطيرة والحسد وسوء الظن وقال رجل وما يذهبهن يا رسول الله ممن هن فيه? قال صلى الله عليه وسلم: إذا حسدت فاستغفر الله وإذا ظننت فلا تحقق وإذا تطيرت فامض
Artinya:
Ada tiga perkara yang tidak terlepas dari umatku. yaitu anggapan sial karena sesuatu ramalan, dengki dan buruk sangka. Maka bertanyalah seorang sahabat: "Ya Rasulullah saw apa yang dapat menghilangkan tiga perkara yang buruk itu dari seseorang?". Nabi menjawab: "Apabila engkau hasad (dengki), maka hendaklah engkau memohon ampun kepada Allah. Dan jika engkau mempunyai purbasangka, jangan dinyatakan, dan bilamana engkau memandang sial karena sesuatu ramalan maka lanjutkanlah tujuanmu".
Abu Qilabah meriwayatkan bahwa telah sampai berita kepada Umar bin Khattab, bahwa Abu Mihjan As Saqafi minum arak bersama-sama dengan kawan-kawannya di rumahnya. Maka pergilah Umar hingga masuk ke dalam rumahnya, tetapi tidak ada orang yang bersama Abu Mihjan itu kecuali seorang laki-laki, Abu Mihjan sendiri. Maka berkatalah Abu Mihjan: "Sesungguhnya perbuatanmu ini tidak halal bagimu karena Allah telah melarangmu dari mencari-cari kesalahan orang lain". Kemudian Umar keluar dari rumahnya.
Dan Allah melarang pula bergunjing atau mengumpat orang lain, dan yang dinamakan gibah atau bergunjing itu ialah menyebut-nyebut suatu keburukan orang lain yang tidak disukainya sedang ia tidak di tempat itu baik sebutan atau dengan isyarat, karena yang demikian itu, menyakiti orang yang diumpatnya. Dan sebutan yang menyakiti itu ada yang mengenai, keduniaan, badan, budi pekerti, harta atau anak, istri atau pembantunya, dan seterusnya yang ada hubungannya dengan dia.
Telah berkata Hasan (cucu Nabi) bahwa bergunjing itu ada tiga macam, ketiga-tiganya tersebut dalam Alquran, yaitu gibah, ifki dan buhtan. Gibah atau bergunjing, yaitu menyebut-nyebut keburukan yang ada pada saudaramu. Adapun ifki yaitu kamu menyebut-nyebut keburt tentang seseorang mengenai berita-berita yang sampai kepadamu, dan buhtan atau tuduhan yang palsu ialah bahwa engkau menyebut-nyebut kejelekan seseorang yang tidak ada padanya. Dan tidak ada perbedaan pendapat antara para ulama bahwa bergunjing ini termasuk dosa besar, dan diwajibkan kepada orang yang bergunjing supaya segera bertobat kepada Allah dan minta maaf kepada orang yang bersangkutan.
Mu'awiyah bin Kurrah berkata kepada Syubah: "Jika seandainya ada seorang yang putus tangannya lewat di hadapanmu, kemudian kamu berkata 'itu si buntung', maka ucapan itu sudah termasuk bergunjing".
Allah taala mengemukakan sebuah perumpamaan supaya terhindar dari bergunjing, yaitu dengan suatu peringatan yang berbentuk pertanyaan: "Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging bangkai saudaranya?" Tentu saja kamu merasa jijik kepadanya. Oleh karena itu, jangan pula menyebut-nyebut keburukan seseorang ketika ia masih hidup. Sebagaimana kamu tidak menyukainya yang demikian itu, karena dipandang buruk juga dalam syariat.
Ali bin Husen mendengar seorang laki-laki sedang mengumpat orang lain, lalu ia berkata: "Awas kamu jangan bergunjing karena bergunjing itu sebagai lauk pauk manusia". Nabi sendiri berkhutbah pada hijjatul wada (naik haji yang penghabisan):


إن دماءكم وأموالكم وأعراضكم عليكم حرام كحرمة يومكم هذا في شهركم هذا في بلدكم هذا
Artinya:
Sesungguhnya darahmu, hartamu, dan kehormatanmu haram bagimu seperti haramnya hari ini dalam bulan ini dan di negerimu ini.
Allah menyuruh kaum mukminin supaya tetap bertakwa kepada-Nya karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun terhadap orang yang bertobat dan mengakui kesalahan-kesalahannya. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang, dan tidak akan mengazab seseorang setelah ia bertobat. Bergunjing itu tidak diharamkan jika disertai dengan maksud-maksud yang baik, yang tidak bisa tercapai kecuali dengan gibah itu. dan soal-soal yang dikecualikan dan tidak diharamkan dalam bergunjing itu ada enam perkara:
1. Dalam rangka kelaliman agar supaya dapat dibela oleh seorang yang mampu menghilangkan kezaliman itu.
2. Jika dijadikan bahan untuk merubah sesuatu kemungkaran dengan menyebut-nyebut kejelekan seseorang kepada seorang penguasa yang mampu mengadakan tindakan perbaikan.
3. Di dalam mahkamah, seorang yang mengajukan perkara boleh melaporkan kepada mufti atau hakim bahwa ia telah dianiaya oleh seorang penguasa yang (sebenarnya) mampu mengadakan tindakan perbaikan.
4. Memberi peringatan kepada kaum Muslimin tentang suatu kejahatan atau bahaya yang mungkin akan mengenai seseorang; misalnya menuduh saksi-saksi tidak adil, atau memperingatkan seseorang yang akan melangsungkan pernikahan bahwa calon pengantinnya adalah seorang yang mempunyai cacat budi pekertinya, atau mempunyai penyakit yang menular.
5. Bila orang yang diumpat itu terang-terangan melakukan dosa di muka umum, seperti minum arak di hadapan khalayak ramai.
6. Mengenalkan seorang dengan sebutan yang kurang baik, seperti a'war (orang yang matanya buta sebelah) jika tidak mungkin memperkenalkannya kecuali dengan nama itu.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Hujuraat 12 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ (12

(Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa) artinya, menjerumuskan kepada dosa, jenis prasangka itu cukup banyak, antara lain ialah berburuk sangka kepada orang mukmin yang selalu berbuat baik. Orang-orang mukmin yang selalu berbuat baik itu cukup banyak, berbeda keadaannya dengan orang-orang fasik dari kalangan kaum muslimin, maka tiada dosa bila kita berburuk sangka terhadapnya menyangkut masalah keburukan yang tampak dari mereka (dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain) lafal Tajassasuu pada asalnya adalah Tatajassasuu, lalu salah satu dari kedua huruf Ta dibuang sehingga jadilah Tajassasuu, artinya janganlah kalian mencari-cari aurat dan keaiban mereka dengan cara menyelidikinya (dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain) artinya, janganlah kamu mempergunjingkan dia dengan sesuatu yang tidak diakuinya, sekalipun hal itu benar ada padanya. (Sukakah salah seorang di antara kalian memakan daging saudaranya yang sudah mati?) lafal Maytan dapat pula dibaca Mayyitan; maksudnya tentu saja hal ini tidak layak kalian lakukan. (Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya) maksudnya, mempergunjingkan orang semasa hidupnya sama saja artinya dengan memakan dagingnya sesudah ia mati. Kalian jelas tidak akan menyukainya, oleh karena itu janganlah kalian melakukan hal ini. (Dan bertakwalah kepada Allah) yakni takutlah akan azab-Nya bila kalian hendak mempergunjingkan orang lain, maka dari itu bertobatlah kalian dari perbuatan ini (sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat) yakni selalu menerima tobat orang-orang yang bertobat (lagi Maha Penyayang) kepada mereka yang bertobat.
13 Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal(QS. 49:13)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Hujuraat 13 

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ (13

Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan bahwa manusia diciptakan-Nya berbagai-bagai bangsa dan suka-suka bangsa, berbeda-beda warna kulit bukan untuk saling mencemoohkan, akan tetapi supaya saling mengenal dan saling menolong. Dan Allah taala tidak menyukai orang-orang yang memperlihatkan kesombongan dengan keturunannya, kepangkatan atau kekayaannya karena yang paling mulia di antara manusia pada sisi Allah hanyalah orang yang paling bertakwa kepada-Nya.
Diriwayatkan oleh Abu Daud mengenai turunnya ayat ini yaitu tentang peristiwa seorang sahabat yang bernama Abu Hindin yang biasa berkhidmat kepada Nabi untuk mengeluarkan darah kotor dari kepalanya dengan pembekam, yang bentuknya seperti tanduk.
Rasulullah saw menyuruh kabilah Bani Bayadah agar menikahkan Abu Hindin dengan seorang wanita di kalangan mereka. Mereka bertanya: "Apakah patut kami mengawinkan gadis-gadis kami dengan budak-budak?". Maka Allah menurunkan ayat ini, agar kita tidak mencemoohkan seseorang karena memandang rendah kedudukannya.
Kebiasaan manusia memandang kemuliaan itu selalu ada sangkut pautnya dengan kebangsaan dan kekayaan, padahal menurut pandangan Allah orang yang paling mulia itu adalah orang yang paling takwa kepada Nya.
Diriwayatkan oleh Abi Mulaikah tatkala terjadi Futuh Mekah yaitu kembalinya negeri Mekah ke bawah kekuasaan Rasulullah saw pada tahun 8 Hijriah, maka Bilal disuruh Rasulullah saw untuk berazan. Ia memanjat Kakbah dan berazan, berseru kepada kaum muslimin untuk salat berjemaah.
Attab bin Useid ketika melihat Bilal naik ke atas Kakbah untuk berazan, berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah mewafatkan ayahku sehingga tidak sempat menyaksikan peristiwa hari ini". Dari Haris bin Hisyam berkata: "Muhammad tidak akan menemukan orang lain untuk berazan kecuali burung gagak yang hitam ini". Maksudnya mencemoohkan Bilal karena warna kulitnya yang hitam. Maka datanglah Malaikat Jibril memberitahukan kepada Rasulullah saw apa yang mereka ucapkan itu. Maka turunlah ayat ini, yang melarang manusia menyombongkan diri karena kedudukan, kepangkatan, kekayaan, dan keturunan, mencemoohkan orang-orang miskin; diterangkan pula bahwa kemuliaan itu disangkut pautkan dengan ketakwaan kepada Allah SWT.
Diriwayatkan oleh Ibnu Umar, bahwa Rasulullah saw berkhutbah pada hari Futuh Mekah. Dari atas untanya, beliau memuji kepada. Allah sebagaimana mestinya, kemudian beliau menerangkan bahwa Allah telah menghilangkan dari umat Islam adat jahiliah yang suka bersombong-sombong dengan menonjolkan kebesaran nenek moyangnya.
Manusia itu hanya dua macam, yakni seorang yang berbuat kebaikan dan bertakwa, dialah yang mulia pada sisi Allah. Dan seorang lagi yang durhaka, dialah yang celaka, yang sangat hina menurut pandangan Allah. Kemudian beliau membaca ayat ini, dan beliau mengakhiri khutbahnya dengan ucapan:


أقول قولي هذا وأستغفر الله لي ولكم
Artinya:
Aku menyampaikan ucapan ini seraya memohon ampunan kepada Allah bagiku dan bagi kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Mengetahui tentang apa yang tersembunyi dalam jiwa dan pikiran manusia. Pada akhir ayat Allah SWT menyatakan bahwa Dia Maha Mengetahui tentang segala yang tersembunyi di dalam hati manusia dan mengetahui segala perbuatan mereka.


Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Hujuraat 13 

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ (13

(Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan) yakni dari Adam dan Hawa (dan Kami menjadikan kalian berbangsa-bangsa) lafal Syu'uuban adalah bentuk jamak dari lafal Sya'bun, yang artinya tingkatan nasab keturunan yang paling tinggi (dan bersuku-suku) kedudukan suku berada di bawah bangsa, setelah suku atau kabilah disebut Imarah, lalu Bathn, sesudah Bathn adalah Fakhdz dan yang paling bawah adalah Fashilah. Contohnya ialah Khuzaimah adalah nama suatu bangsa, Kinanah adalah nama suatu kabilah atau suku, Quraisy adalah nama suatu Imarah, Qushay adalah nama suatu Bathn, Hasyim adalah nama suatu Fakhdz, dan Al-Abbas adalah nama suatu Fashilah (supaya kalian saling kenal-mengenal) lafal Ta'aarafuu asalnya adalah Tata'aarafuu, kemudian salah satu dari kedua huruf Ta dibuang sehingga jadilah Ta'aarafuu; maksudnya supaya sebagian dari kalian saling mengenal sebagian yang lain bukan untuk saling membanggakan ketinggian nasab atau keturunan, karena sesungguhnya kebanggaan itu hanya dinilai dari segi ketakwaan. (Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui) tentang kalian (lagi Maha Mengenal) apa yang tersimpan di dalam batin kalian.
14 Orang-orang Arab Badwi itu berkata: `Kami telah beriman`. Katakanlah (kepada mereka): `Kamu belum beriman, tetapi katakanlah kami telah tunduk, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu, dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tiada akan mengurangi sedikitpun (pahala) amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang`.(QS. 49:14)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Hujuraat 14 

قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ وَإِنْ تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُمْ مِنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (14

Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa orang-orang Arab Badui yang mengaku bahwa diri mereka telah beriman. Ucapan mereka itu dibantah oleh Allah. Sepantasnya mereka itu jangan mengatakan telah beriman karena iman yang sungguh-sungguh ialah membenarkan dengan hati yang tulus dan percaya kepada Allah dengan sebulat-bulatnya. Hal itu belum terbukti pada diri mereka karena mereka memperlihatkan bahwa mereka telah memberikan kenikmatan kepada Rasulullah saw dengan keislaman mereka dan dengan tidak memerangi Rasulullah saw.
Mereka dilarang oleh Allah mengucapkan kata beriman itu dan sepantasnya mereka hanya mengucapkan 'kami telah tunduk' masuk Islam, karena iman yang sungguh-sungguh itu belum pernah masuk ke dalam hati mereka. Apa yang mereka ucapkan tidak sesuai dengan isi hati mereka.
Berkata Zajjaj, "Islam itu ialah memperlihatkan kepatuhan dan menerima apa-apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Dengan memperlihatkan patuh itu terpeliharalah darah dan jiwa, dan jika ikrar tentang keislaman itu disertai dengan tasdiq (dibenarkan hati), maka barulah yang demikian itu yang dinamakan iman yang sungguh-sungguh. Jika mereka benar-benar telah taat kepada Allah dan Rasul Nya, dan ikhlas berbuat amal serta meninggalkan kemunafikan, maka Allah tidak akan mengurangi sedikit pun pahala amalan mereka, bahkan akan memperbaiki balasannya dengan berlipat ganda.
Terhadap manusia yang banyak berbuat kesalahan, di manapun ia berada, Allah akan mengampuninya karena Dia Maha Pengampun terhadap orang yang bertobat dan yang beramal penuh keikhlasan.


Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Hujuraat 14

قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ وَإِنْ تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُمْ مِنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (14

(Orang-orang Arab Badui itu berkata,) yang dimaksud adalah segolongan dari kalangan Bani Asad ("Kami telah beriman") yakni hati kami telah beriman. (Katakanlah) kepada mereka, ("Kalian belum beriman, tetapi katakanlah, 'Kami telah berserah diri,'") artinya, kami telah tunduk secara lahiriah (karena masih belumlah) yakni masih belum lagi (iman masuk ke dalam hati kalian) sampai sekarang hanya saja hal itu baru merupakan dugaan bagi kalian (dan jika kalian taat kepada Allah dan Rasul-Nya) yakni dengan cara beriman yang sesungguhnya dan taat dalam segala hal (Dia tidak akan mengurangi) Dia tidak akan mengurangkan (amal-amal kalian) yakni pahala amal-amal kalian (barang sedikit pun; sesungguhnya Allah Maha Pengampun) kepada orang-orang mukmin (lagi Maha Penyayang") kepada mereka.
15 Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.(QS. 49:15)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Hujuraat 15

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ (15

Dalam ayat ini Allah menerangkan hakikat iman yang sebenarnya yaitu bahwa orang-orang yang diakui mempunyai iman yang sungguh-sungguh hanyalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul Nya, tanpa keragu-raguan sedikit pun dan tidak goyah pendiriannya apapun yang dihadapi. Mereka menyerahkan harta dan jiwa dalam berjihad di jalan Allah semata-mata untuk mencapai keridaan Nya.
Mereka itulah orang-orang yang imannya diakui oleh Allah. Tidak seperti orang-orang Arab Badui itu yang hanya mengucapkan beriman dengan lidah belaka, sedangkan hati mereka kosong karena mereka masuk Islam itu hanya karena takut akan tebasan pedang, hanya sekadar untuk mengamankan jiwanya dan harta bendanya.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Hujuraat 15 

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ (15

(Sesungguhnya orang-orang yang beriman) yakni orang-orang yang benar-benar beriman, sebagaimana yang telah diterangkan sebelumnya (hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu) dalam keimanannya (dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah) mereka benar-benar berjihad berkat kesungguhan iman mereka (mereka itulah orang-orang yang benar) dalam keimanan mereka, bukan seperti orang-orang yang mengatakan, "Kami telah beriman", sedangkan dalam diri mereka yang dijumpai hanya ketundukan belaka.
16 Katakanlah (kepada mereka): `Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentang agamamu (keyakinanmu), padahal Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan Allah Maha Mengetahui seagala sesuatu`.(QS. 49:16)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Hujuraat 16

قُلْ أَتُعَلِّمُونَ اللَّهَ بِدِينِكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (16

Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya supaya bertanya kepada orang-orang Arab Badwi itu, apakah mereka akan memberitahukan kepada Allah tentang keyakinannya yang telah tersimpan di dalam hatinya, padahal Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, termasuk apa yang terkandung di dalam hati mereka karena Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Hujuraat 16 

قُلْ أَتُعَلِّمُونَ اللَّهَ بِدِينِكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (16

(Katakanlah) kepada mereka ("Apakah kalian akan memberitahukan kepada Allah tentang agama kalian) lafal Tu'allimuuna berasal dari 'Allama yang artinya Sya'ara atau memberitahukan. Maksudnya, apakah kalian melalui perkataan kalian, 'Kami telah beriman', hendak memberitahukan kepada Allah tentang keyakinan kalian (padahal Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan Allah Mengetahui segala sesuatu.")
17 Mereka telah merasa memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: `Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, seabenaarnya Allah Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar`.(QS. 49:17)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Hujuraat 17 

يَمُنُّونَ عَلَيْكَ أَنْ أَسْلَمُوا قُلْ لَا تَمُنُّوا عَلَيَّ إِسْلَامَكُمْ بَلِ اللَّهُ يَمُنُّ عَلَيْكُمْ أَنْ هَدَاكُمْ لِلْإِيمَانِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (17

Dalam ayat ini, Allah menjelaskan bahwa orang-orang Arab Badui itu merasa telah memberi nikmat kepada Rasulullah saw. Mereka menganggap bahwa keislaman mereka, dan tunduknya mereka kepada Nabi Muhammad saw itu harus dipandang suatu nikmat yang harus disyukuri oleh Nabi. Kemudian Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya supaya membantah ucapan mereka yang selalu menonjol-nonjolkan pemberian nikmat itu karena sesungguhnya hanya Allah yang melimpahkan nikmat kepada mereka dengan menunjuki mereka keimanan, jika mereka sungguh-sungguh menjadi orang-orang yang benar imannya.


Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Hujuraat 17

يَمُنُّونَ عَلَيْكَ أَنْ أَسْلَمُوا قُلْ لَا تَمُنُّوا عَلَيَّ إِسْلَامَكُمْ بَلِ اللَّهُ يَمُنُّ عَلَيْكُمْ أَنْ هَدَاكُمْ لِلْإِيمَانِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (17

(Mereka telah merasa memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka) tanpa melalui perang, berbeda dengan orang-orang selain mereka yang masuk Islam setelah melalui peperangan terlebih dahulu. (Katakanlah, "Janganlah kalian merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislaman kalian) lafal Islamakum dinashabkan karena huruf Jarrnya yaitu Ba dicabut darinya, sebagaimana keberadaan huruf Ba ini diperkirakan pula sebelum An pada permulaan ayat (sebenarnya Allah Dialah yang melimpahkan nikmat kepada kalian dengan menunjuki kalian kepada keimanan, jika kalian adalah orang-orang yang benar") di dalam perkataan kalian yang menyatakan, "Kami telah beriman."
18 Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan di bumi. Dan Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.(QS. 49:18)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Hujuraat 18 

إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (18

Sesungguhnya Allah lah yang Maha Mengetahui apa-apa yang gaib di langit dan di bumi. Dialah yang melihat apa yang tersembunyi di dalam hati, dan apa yang diucapkan oleh lidah karena Allah Maha Melihat apa yang dikerjakan oleh seluruh hamba-hamba Nya.


Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Hujuraat 18 

إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (18

(Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang gaib di langit dan di bumi) yakni apa-apa yang tidak kelihatan pada keduanya. (Dan Allah Maha Melihat apa yang kalian kerjakan) dapat dibaca Ta'maluuna atau Ya'maluuna, kalau dibaca Ya'maluuna artinya, Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. Maksudnya tiada sesuatu pun darinya yang samar bagi-Nya.

Halaman  First Previous Next Last Balik Ke Atas   Total [1]
Ayat 1 s/d 18 dari [18]


Sumber Tafsir di salin dari :

1. Tafsir DEPAG RI.. 2. Tafsir Jalalain Indonesia
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger... Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Edy_Hari_Yanto's  album on Photobucket
TPQ NURUDDIN NEWS : Terima kasih kepada donatur yang telah menyisihkan sebagian rezekinya untuk pembangunan TPQ Nuruddin| TKQ-TPQ "NURUDDIN" MENERIMA SANTRI DAN SANTRIWATI BARU | INFORMASI PENDAFTARAN DI KANTOR TPQ "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN-WONOAYU