Minggu, 01 Desember 2013

TAFSIR AL QUR'AN SURAH AL-JAATSIYAH AYAT 21 - 37 ( 02 )

Cari dalam "TAFSIR" Al Qur'an
Bahasa Indonesia    English Translation    Dutch    Nuruddin

No. Pindah ke Surat Sebelumnya... Pindah ke Surat Berikut-nya... [TAFSIR] : AL JAATSIYAH
Ayat [37]   First Previous Next Last Balik Ke Atas  Hal:2/2
21 Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka Amat buruklah apa yang mereka sangka itu.(QS. 45:21)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 21 

أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ اجْتَرَحُوا السَّيِّئَاتِ أَنْ نَجْعَلَهُمْ كَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَوَاءً مَحْيَاهُمْ وَمَمَاتُهُمْ سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ (21

Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan Rasul Nya agar menanyakan kepada orang-orang kafir Quraisy tentang persengketaan mereka dengan maksud menyangkal dugaan mereka itu. Mereka menduga bahwa Allah SWT akan memperlakukan dan akan memberikan balasan yang sama kepada mereka terhadap orang-orang yang beriman. Apakah Allah akan mempersamakan orang yang beriman kepada Nya tetapi tidak melaksanakan syariat Nya dengan orang yang beriman yang melakukan syariat Nya, tidak sekali-kali tidak. Bahkan telah berkembang aliran kepercayaan bahwa seseorang manusia itu cukup percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa saja. Mengenai ibadat, cukup dibuat dan ditentukan oleh seseorang sesuai dengan keinginan mereka masing-masing; seakan-akan ibadat itu tidak perlu ditentukan oleh Allah walaupun hubungan manusia itu adalah hak Allah terhadap hamba Nya.
Mengenai hubungan manusia dengan manusia cukup seseorang berbuat baik, tentu Allah akan memberinya pahala. Ayat ini membantah anggapan orang-orang yang berkepercayaan demikian itu. Orang yang diterima ibadat dan amalannya ialah orang yang benar-benar beriman kepada Allah dan Rasul Nya, mengerjakan segala perintah dan menjauhkan segala larangan Nya yang termuat di dalam Alquran dan hadis. Ibadah itu adalah hak Allah SWT atas hamba Nya, karena itu yang menentukan bentuk ibadat yang akan dilakukan itu adalah Allah sendiri, bukan manusia. Jika manusia yang menentukan bentuk ibadat itu, berarti manusialah yang menentukan kehendak-Nya. Hal ini bertentangan dengan ketentuan bahwa Allah SWT mempunyai kudrat dan iradat. Mengenai masalah ini, para ulama sepakat bahwa iradat yang semata-mata ditujukan kepada Allah itu ditentukan oleh Allah sendiri, bukan ditentukan oleh manusia. Suatu iradat yang ditentukan oleh manusia adalah bidah dan bidah itu Sesat, karena itu semua orang yang melakukan bidah akan diazab Allah.
Allah SWT berfirman:


لَا يَسْتَوِي أَصْحَابُ النَّارِ وَأَصْحَابُ الْجَنَّةِ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمُ الْفَائِزُونَ
Artinya:
Tidak sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni surga, penghuni penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung. (Q.S. Al Hasyr: 20)
Dalam ayat-ayat yang lain, diterangkan bahwa antar orang-orang yang beriman yang melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhkan larangan-larangan Nya tidak sama dengan orang-orang fasik, yaitu orang yang beriman dan mengakui adanya perintah-perintah dan adanya larangan Allah, tetapi tidak melaksanakannya. Allah SWT berfirman:


أَفَمَنْ كَانَ مُؤْمِنًا كَمَنْ كَانَ فَاسِقًا لَا يَسْتَوُونَ (18
Artinya:
Maka apakah orang yang beriman seperti orang yag fasik (kafir) Mereka itu tidak sama. (Q.S. As Sajdah: 18)
Pada akhir ayat ini, Allah SWT menegaskan bahwa semua dugaan dan sangkaan orang-orang kafir itu adalah dugaan dan sangkaan yang tidak benar dan mustahil terjadi. Karena itu, hendaklah kaum Muslimin waspada terhadap sangkaan itu sehingga tidak terpengaruh olehnya.
22 Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dan agar dibalasi tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan.(QS. 45:22)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 22

وَخَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ وَلِتُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ (22

Allah SWT menjelaskan bahwa langit dan bumi diciptakan dengan benar, sesuai dengan kehendak Nya. Tidak ada satu pun kekuatan lain yang dapat mengubah kehendak Allah. Ketentuan yang demikian berlaku bagi seluruh ciptaan-Nya sesuai dengan keadilan dan sunah-Nya. Di antara keadilan Allah ialah memberikan balasan yang setimpal kepada para hamba Nya atas amal dan perbuatannya pada hari pembalasan.
Barang siapa yang melakukan amal perbuatan yang baik akan menerima ganjarannya sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan Nya, demikian pula barangsiapa yang melakukan perbuatan jahat akan menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan jahatnya itu.
Mengapa dikatakan memberikan balasan yang setimpal itu sesuai dengan keadilan Allah? Allah SWT menciptakan manusia sebagai makhluk Nya dilengkapi dengan kecenderungan dan kesediaan untuk berbuat baik dan kesediaan berbuat jahat. Kedua-duanya atau salah satu daripada kedua kesediaan itu dapat berkembang pada diri seseorang. Perkembangannya itu banyak ditentukan oleh keadaan, lingkungan, dan waktu. Di samping itu, Allah SWT menganugerahi manusia akal pikiran. Dengan akal pikirannya itu manusia mempunyai kesanggupan-kesanggupan untuk menilai rangsangan-rangsangan yang mempengaruhi tindakan dan perilakunya. Sebelum seseorang menentukan sikap untuk melakukan suatu perbuatan atau tidak melakukannya, maka dalam dirinya terdapat suatu gejolak dalam mempertimbangkan dan menetapkan suatu pilihan sikap mana atau tindakan mana yang akan diambilya dari kedua tindakan itu.
Pada saat-saat yang demikian itu, manusia diberi kemerdekaan memilih antara yang baik dan yang buruk. Dalam pergolakan yang demikian maka pada jiwa manusia terdapat tekanan-tekanan yang disebut tekanan-tekanan kejiwaan. Apabila ia memilih dan memutuskan melakukan suatu kebaikan, maka perbuatan itu terjadi berdasar pilihannya sendiri. Bila ia memilih keputusan melakukan keburukan, maka itu pun tadi karena pilihannya sendiri pula. Saat-saat yang seperti itu adalah saat-saat yang menentukan apakah ia sengaja melakukan suatu perbuatan atau tidak sengaja melakukannya. Dan juga membedakan antara perbuatan yang dilakukan; apakah perbuatan itu dilakukan dengan sadar atau tidak. Itulah sebabnya dikatakan bahwa alasan Allah SWT terhadap hamba Nya sesuai dengan amal dan perbuatannya adalah sesuai dengan keadilan Nya.
23 Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai ilahnya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran(QS. 45:23)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 23

أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ (23

Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan keadaan orang-orang kafir Quraisy yang sedang tenggelam dalam perbuatan jahat. Semua yang mereka lakukan itu disebabkan oleh dorongan hawa nafsunya dan karena telah tergoda oleh tipu daya setan. Tidak ada lagi nilai-nilai kebenaran yang mendasari tingkah laku dan perbuatan mereka; apa yang baik menurut hawa nafsu mereka itulah yang mereka perbuat seakan-akan mereka menganggap hawa nafsu mereka itu sebagai tuhan yang harus mereka ikuti perintahnya.
Mereka telah lupa bahwa kehadiran mereka di dunia yang fana ini ada maksud dan tujuannya; ada suatu misi yang harus mereka bawa yaitu misi sebagai khalifah Allah di muka bumi. Mereka telah menyia-nyiakan kedudukan yang diberikan Allah SWT kepada mereka sebagai makhluk Tuhan yang paling baik bentuknya dan mempunyai kemampuan yang paling baik pula. Mereka tidak menyadari lagi bahwa mereka harus mempertanggungjawabkan semua perbuatannya kepada Allah kelak dan bahwa Allah SWT akan membalas setiap perbuatan dengan balasan yang setimpal. Inilah yang dimaksud dengan firman Allah SWT:


لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ (4) ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ (5
Artinya:
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan mereka ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka): (Q.S. At Tin: 4-5)
Sebenarnya hawa nafsu yang ada pada manusia itu melupakan anugerah yang tiada ternilai harganya yang diberikan Nya kepada manusia. Di samping itu Allah SWT memberikan akal dan agama kepada manusia agar dengan itu manusia dapat mengendalikan hawa nafsunya itu. Jika seseorang mengendalikan hawa nafsunya sesuai dengan pertimbangan akal yang sehat dan tidak bertentangan dengan tuntunan agama, maka orang yang demikian itu telah berbuat sesuai dengan fitrahnya. Tetapi apabila seseorang memperturutkan hawa nafsunya tanpa pertimbangan akal yang sehat dan tidak lagi berpedoman kepada tuntutan agama maka orang itulah orang yang diperbudak oleh hawa nafsunya.
Hal itu berarti telah berbuat menyimpang dari fitrahnya dan terjerumus dalam. kesesatan.
Berdasarkan keterangan di atas, maka dalam mengikuti hawa nafsunya manusia terbagi atas dua kelompok. Kelompok pertama ialah kelompok yang dapat mengendalikan hawa nafsunya; mereka itulah orang yang bertakwa. Sedangkan kelompok kedua ialah orang yang dikuasai hawa nafsunya; mereka itulah orang-orang yang berdosa dan selalu bergelimang dalam lumpur kejahatan.
Ibnu Abbas berkata: "Setiap kali Allah SWT menyebut hawa nafsu dalam Alquran, setiap kali itu pula Ia mencelanya".
Allah SWT berfirman:


وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ (176
Artinya:
Dan kalau kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi mereka cenderung kepada dunia dan memperturutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing-anjing yang jika kamu menghalaunya, diulurkannya lidahnya, dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berpikir. (Q.S. Al a'raf: 176)
dan firman Nya:


وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ
Artinya:
Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah". (Q.S. Sad: 26)
Dalam ayat ini, Allah SWT memuji orang-orang yang dapat menguasai hawa nafsunya dan menjanjikan baginya tempat kembali yang penuh kenikmatan.
Allah SWT berfirman:


وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى (40) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى (41
Artinya:
Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya). (Q.S. An Naziat: 40-41)
Di samping itu, masih banyak hadis-hadis Nabi saw yang mencela orang-orang yang memperturutkan hawa nafsunya. Diriwayatkan oleh Abdullah bin Amr bin As sebagaimana tertera pada Tafsir Al Maragi halaman 156 juz 25 jilid IX bahwa Nabi saw berkata:


لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُوْنَ هَوَاهُ تَبِعًا لِمَا جِئْتَ بِهِ
Artinya:
Tidak beriman seseorang dari antara kamu sehingga hawa nafsunya itu tunduk kepada apa yang saya bawa (petunjuk).
Abu Umamah menyampaikan hadis yang didengarnya dari Nabi saw:


مَا عُبِدَ تَحْتَ السَّمَاءِ إِلَهٌ أَبْغَضُ مِنَ الْهَوَى
Artinya:
Tidak ada suatu sembahan pun di bawah kolong langit yang paling dibenci Allah (selain) daripada (sembahan) hawa nafsu.
Syaddad bin Aus meriwayatkan hadis dari Nabi saw:


اَلْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْفَاجِرُ مَنْ اَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
Artinya:
Orang yang cerdik ialah orang yang menguasai hawa nafsunya dan berbuat untuk kepentingan masa sesudah mati. Tetapi orang yang zalim ialah orang yang memperturutkan hawa nafsunya dan mengharap-harap sesuatu yang mustahil dari Allah.
Orang yang selalu memperturutkan hawa nafsunya biasanya kehilangan kontrol dirinya. Itulah sebabnya ia terjerumus dalam kesesatan karena ia tidak mau memperhatikan petunjuk yang diberikan kepadanya, dan akibat perbuatan jahat yang telah dilakukannya karena memperturutkan hawa nafsu.
Keadaan orang yang memperturutkan hawa nafsunya itu diibaratkan seperti orang yang terkunci mati hatinya sehingga tidak mampu lagi menilai mana yang baik mana yang buruk, dan seperti orang yang telinganya tersumbat sehingga tidak mampu lagi memperhatikan tanda-tanda kekuasaan Allah yang terdapat di langit dan di bumi, dan seperti orang yang matanya tertutup tidak dapat melihat dan mengetahui kebenaran adanya Allah Yang Maha Pencipta segala sesuatu.
Muqatil mengatakan bahwa ayat ini turun berhubungan dengan peristiwa percakapan Abu Jahal dengan Walid bin Mugirah. Pada suatu malam Abu Jahal tawaf di Baitullah bersama Walid. Kedua orang itu membicarakan keadaan Nabi Muhammad saw. Abu Jahal berkata: "Demi Allah, sebenarnya aku tahu bahwa Muhammad itu adalah orang yang benar". Al Walid. berkata kepadanya: "Biarkan saja, apa pedulimu dan apa alasan pendapatmu itu?". Abu Jahal menjawab: "Hai Abu Abdisy Syams, kita telah menamainya orang yang, benar, jujur, dan terpercaya dimasa mudanya, tetapi sesudah ia dewasa dan sempurna akalnya, kita menamakannya pendusta lagi pengkhianat. Demi Allah, sebenarnya aku tahu bahwa dia itu adalah benar". Al Walid berkata: "Apakah gerangan yang menghalangimu untuk membenarkan dan mempercayai seruannya?". Abu Jahal menjawab: "Nanti gadis-gadis Quraisy akan menggunjingkan bahwa aku pengikut anak yatim Abu Talib, padahal aku dari suku yang paling tinggi. Demi Al Lata dan Al Uzza, saya tidak akan menjadi pengikutnya selama-lamanya". Kemudian turunlah ayat ini. Ayat lain yang senada dengan ayat ini, ialah firman Allah SWT:


إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ (6) خَتَمَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَعَلَى سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ (7
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan mereka tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka dan penglihatan mereka di tutup. Dan bagi mereka siksa yang berat. (Q.S. Al Baqarah: 6-7)
Sesudah itu, Allah SWT memerintahkan kepada Rasul Nya agar tidak membenarkan sikap orang-orang Quraisy dengan mengatakan bahwa tidak ada kekuasaan lain yang akan memberikan petunjuk selain dari Dia setelah mereka tersesat dari jalan yang luruS. Siapakah yang dapat memberi petunjuk selain dari Allah.
Maka pada akhir ayat ini, Allah SWT mengingatkan mereka mengapa mereka tidak mengambil pelajaran dari alam semesta, kejadian pada diri mereka sendiri, dan pengalaman-pengalaman umat-umat terdahulu sebagai bukti bahwa Allah SWT Maha Kuasa lagi berhak disembah.
24 Dan mereka berkata: `Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa`, dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.(QS. 45:24)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 24 

وَقَالُوا مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلَّا الدَّهْرُ وَمَا لَهُمْ بِذَلِكَ مِنْ عِلْمٍ إِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ (24

Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan keingkaran orang-orang musyrik dari segi yang lain yaitu keingkaran mereka terhadap hari kebangkitan. Menurut anggapan mereka kehidupan itu hanya di dunia saja. Di dunia mereka dilahirkan dan di dunia pula mereka dimatikan dan di situlah akhir dari segala sesuatu, dan demikian pula terjadi pada nenek moyang mereka. Menurut mereka, yang menyebabkan kematian dan kebinasaan segala sesuatu ialah pertukaran masa. Dari pendapat mereka itu, dapat diambil kesimpulan bahwa mereka mengingkari terjadinya hari kebangkitan.
Keterangan itu diperkuat oleh adat kebiasaan orang Arab Jahiliah yaitu apabila mereka ditimpa bencana atau musibah, terlompatlah kata-kata dan mulut mereka, "Aduhai celakalah masa". Mereka mengumpat-ngumpat masa karena menurut mereka masa itulah sumber dari segala musibah.
Dalam suatu hadis Qudsi yang tertera pada Tafsir Al Maragi halaman 159, juz 25 jilid IX terdapat larangan bagi kaum Muslimin untuk mengumpat masa. Yang berbunyi sebagai berikut:


يَقُوْلُ اللَّهُ عَزَّ وَ جَلَّ: يُؤْذِيْنِي اِبْنُ آدَمَ بِسَبِّ الدَّهْرِ وَ أَنَا الدَّهْرُ بِيَدِ الْأَمْرُ أُقَلِّبُ اللَّيلَ وَالنَّهَارَ
Artinya:
Allah 'Azza wajalla berfirman: "Bani Adam menyakiti Aku. Mereka mencaci maki masa, padahal Akulah masa (Penciptanya). Segala sesuatu berada dalam kekuasaan Ku. Akulah yang mengatur pergantian malam dan siang".
Kemudian Allah SWT menyayangkan sikap kaum musyrikin Quraisy yang tidak didasarkan pada pengetahuan yang benar. Allah SWT menyatakan bahwa mereka sama sekali tidak mempunyai pengetahuan sedikit pun tentang hal yang menyangkut masa itu. Pendapat mereka itu hanyalah didasarkan pada sangkaan dan dugaan saja.
25 Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang jelas, tidak ada bantahan dari mereka selain dari mengatakan: `Datangkanlah nenek moyang kami jika kamu adalah orang-orang yang benar.(QS. 45:25)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 25 

وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ مَا كَانَ حُجَّتَهُمْ إِلَّا أَنْ قَالُوا ائْتُوا بِآبَائِنَا إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (25

Dalam ayat ini, Allah SWT menerangkan dan menegaskan bahwa pendapat mereka itu benar-benar berdasarkan dugaan dan sangkaan belaka, yang menjurus kepada pengingkaran terjadinya hari kebangkitan. Apabila dibacakan kepada merek ayat-ayat Allah yang mengandung keterangan tentang bukti-bukti terjadinya hari kebangkitan, mereka tidak mau memahami keterangan yang dikemukakan itu, dan juga mereka menantang Rasulullah saw agar beliau menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati. Jika hal itu dapat dilakukan oleh Rasulullah. mereka mau beriman.
Dari sikap mereka yang demikian itu, dapat diambil kesimpulan bahwa mereka benar-benar telah dikendalikan oleh hawa nafsu mereka, tidak lagi mempergunakan pikiran mereka dengan baik sehingga mereka tidak mau menerima segala kebenaran yang disampaikan oleh Rasulullah saw, bahwa hari berbangkit itu akan datang pada saat yang telah ditentukan yaitu pada saat jagat raya dan segala isinya hancur lebur sebelum terjadinya hari berbangkit. Hal ini tidak mau mereka mengerti dan tidak pula mau mengakuinya.
26 Katakanlah: `Allah-lah yang menghidupkan kamu kemudian mematikan kamu, setelah itu mengumpulkan kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya; akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.-(QS. 45:26)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 26

قُلِ اللَّهُ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يَجْمَعُكُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَا رَيْبَ فِيهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ (26

Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan kepada Rasul Nya agar menjelaskan kepada orang-orang musyrik Mekah, bahwa Allah lah yang berkuasa menghidupkan dan mematikan makhluk Nya. Dahulu mereka belum ada dan merupakan benda mati, sesudah itu atas kuasa Nya mereka dijadikan makhluk hidup di dunia untuk jangka waktu yang ditentukan. Apabila telah sampai waktu yang ditentukan itu, mereka pun dimatikan. Kemudian mereka dibangkitkan kembali pada Hari Kiamat untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatan yang telah mereka lakukan selama hidup di dunia.
Allah SWT menegaskan bahwa terjadinya Hari Kiamat itu adalah suatu kejadian yang pasti, tidak ada keraguan sedikit pun. Jika Allah SWT kuasa menghidupkan dan mematikan, tentu Dia kuasa pula menghidupkan dan menghimpunkan kembali bagian-bagian tubuh mereka yang telah hancur berserakan menjadi tanah. Mengulangi kembali suatu perbuatan itu adalah lebih mudah dari melakukannya yang pertama kalinya. Dan bagi Allah SWT, tidak ada suatu perbuatan pun yang sukar.
Pada akhir ayat ini, Allah SWT menyayangkan mengapa kebanyakan orang-orang musyrik tidak meyakini kebenaran adanya hari kebangkitan dan tetapi mengingkaarinya dengan alasan bahwa orang yang telah mati, yang tubuhnya telah hancur lebur bersama tanah, tulang-tulangnya telah berserakan tidak mungkin hidup kembali. Allah SWT berfirman:


وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَنْ فِي الْقُبُورِ (7
Artinya:
Dan sesungguhnya Hari Kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan padanya dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur. (Q.S. Al Hajj: 7)
27 Dan hanya kepunyaan Allah kerajaan langit dan bumi. Dan pada hari terjadinya kebangkitan, akan rugilah pada hari itu orang-orang yang mengerjakan kebathilan.(QS. 45:27)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 27

وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ يَوْمَئِذٍ يَخْسَرُ الْمُبْطِلُونَ (27

Allah SWT menjelaskan bahwa yang memiliki kekuasaan di langit dan di bumi ialah Allah. Kekuasaan-Nya tidak ada yang melebihi, tetapi, berjalan sesuai dengan kehendak Nya. Tidak ada penguasa-penguasa yang lain selain Dia dan tidak ada tuhan-tuhan yang lain yang pantas disembah selain Dia. Kekuasaan Nya meliputi seluruh alam, alam dunia dan alam akhirat. Pada saat berakhirnya alam dunia dan mulainya hari akhirat, Allah jualah yang berkuasa. Pada saat itu manusia akan dibangkitkan dari alam kubur. Semua manusia akan digiring ke padang mahsyar untuk dihadapkan ke pengadilan. Pada saat itu, perbuatan mereka akan diperiksa dengan pemeriksaan yang teliti. Tiap-tiap orang akan menerima catatan perbuatannya selama ia hidup di dunia, yang dibuat secara teliti oleh para malaikat pencatat amal. Pada hari itulah, tampak kemurungan orang-orang kafir yang mendustakan kebenaran ayat-ayat Allah. Kemurungan itu berubah menjadi kesengsaraan dan penderitaan yang amat berat ketika mereka diseret ke neraka Jahanam dan waktu itu nampaklah penyesalan mereka, tetapi penyesalan itu tidak berguna lagi.
28 Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan.(QS. 45:28)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 28 

وَتَرَى كُلَّ أُمَّةٍ جَاثِيَةً كُلُّ أُمَّةٍ تُدْعَى إِلَى كِتَابِهَا الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (28

Dalam ayat ini, Allah SWT menjelaskan keadaan manusia pada hari penentuan keputusan itu dan kedahsyatan huru-hara pada saat menunggu detik-detik yang menentukan itu yaitu:
1. Pada hari itu, manusia berlutut dan bersimpuh di hadapan Tuhan. penguasa seluruh alam untuk menerima perhitungan amal perbuatan mereka dan menerima keputusan akhir yang akan ditetapkan atas mereka.
2. Pada hari itu, mereka dipanggil melihat catatan mereka yang dibuat oleh para malaikat. Kemudian mereka memeriksa apakah ada di antara perbuatan mereka yang belum tercatat atau ada yang tercatat, tetapi tidak sesuai dengan yang telah mereka kerjakan. Apabila perbuatan mereka yang tercatat itu sesuai dengan yang diperintahkan oleh agama yang dibawa Rasul mereka, maka mereka akan memperoleh kebahagiaan dan keberuntungan, sedangkan apabila tidak sesuai dengan perintah dan banyak melanggar larangan agama mereka, maka mereka akan memperoleh kecelakaan dan azab di neraka. Allah SWT berfirman:


وَأَشْرَقَتِ الْأَرْضُ بِنُورِ رَبِّهَا وَوُضِعَ الْكِتَابُ وَجِيءَ بِالنَّبِيِّينَ وَالشُّهَدَاءِ وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْحَقِّ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ (69
Artinya:
Dan terang benderanglah bumi (padang makhsyar) dengan cahaya (keadilan) Tuhannya, dan diberikanlah buku (diperhitungkan perbuatan masing-masing) dan didatangkan para nabi dan saksi-saksi dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedangkan mereka tidak dirugikan. (Q.S. Az Zumar: 69)
Dan Allah SWT berfirman:


وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا (49

Artinya:
Dan diletakkan kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah. ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya dan mereka berkata: "Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya. Dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang jua pun". (Q.S. Al Kahfi: 49)
Pada saat itu, manusia mendapat panggilan. Kepada mereka diberitahukan bahwa pada hari itulah mereka akan menerima balasan dari amal perbuatan mereka masing-masing dengan balasan yang setimpal.
29 (Allah berfirman): `Inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan terhadapmu dengan benar. Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan`.(QS. 45:29)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 29 

هَذَا كِتَابُنَا يَنْطِقُ عَلَيْكُمْ بِالْحَقِّ إِنَّا كُنَّا نَسْتَنْسِخُ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (29

Dalam pada itu, Allah SWT menyatakan firman Nya kepada seluruh umat manusia bahwa kitab-kitab yang memuat catatan amal perbuatan itu adalah kitab yang benar, tidak ada suatu pun kesalahan terdapat di dalamnya, dibuat atas dasar perintah Allah Yang Maha Kuasa, yang menjadi dasar pertimbangan untuk menentukan keputusan bagi umat manusia.
Allah SWT juga menyatakan bahwa pada saat orang itu hidup di dunia, telah dikerahkan para pencatat amal perbuatan, baik perbuatan yang baik maupun perbuatan yang buruk. Catatan itu tidak mungkin salah karena dibuat dengan ketelitian yang tinggi sebagai alat bukti. yang tidak dapat diragukan kebenarannya.
30 Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh maka Rabb mereka memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya (surga). Itulah keberuntungan yang nyata.(QS. 45:30)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 30 

فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَيُدْخِلُهُمْ رَبُّهُمْ فِي رَحْمَتِهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْمُبِينُ (30

Kemudian Allah SWT menjelaskan keadaan orang yang beriman dan yang melakukan amal saleh. Mereka itu akan mendapat balasan yang setimpal dengan amal perbuatannya. Mereka itu termasuk hamba Allah yang memperoleh limpahan rahmat Nya.
Yang dimaksud dengan rahmat Allah dalam ayat ini adalah surga. Hal ini sesuai dengan maksud hadis:


إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى قَالَ لِجَنَّةٍ: أَنْتِ رَحْمَتِي أَرْحَمُ بِكِ مَنْ أَشَاءُ
Artinya:
Sesungguhnya Allah SWT berkata kepada surga: "Engkau adalah rahmat Ku. Dengan dikau Aku melimpahkan Kasih sayang Ku kepada orang-orang yang Aku kehendaki". (H.R. Bukhari)
Pada bagian akhir ayat ini, Allah SWT menegaskan bahwa surga itu merupakan kebahagiaan yang akan dicapai oleh orang-orang yang beriman karena nikmatnya yang berlimpah-limpah yang akan dirasakan penghuninya.
31 Dan adapun orang-orang yang kafir (kepada mereka dikatakan): `Maka apakah belum ada ayat-ayat-Ku yang dibacakan kepadamu lalu kamu menyombongkan diri dan kamu jadi kaum yang berbuat dosa`(QS. 45:31)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 31

وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا أَفَلَمْ تَكُنْ آيَاتِي تُتْلَى عَلَيْكُمْ فَاسْتَكْبَرْتُمْ وَكُنْتُمْ قَوْمًا مُجْرِمِينَ (31

Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan keadaan orang-orang yang mengingkari keesaan Nya. Mereka itu selalu menerima cemoohan dan penghinaan karena kepada mereka telah di datangkan utusan Allah yang telah membacakan ayat-ayat Nya, tetapi mereka bersikap sombong dan keras kepala.
Karena itu mereka akan merasakan siksa Allah yang menghinakan disebabkan oleh perbuatan dosa yang telah mereka kerjakan. Pada saat itulah, mereka tergagap karena melihat kenyataan yang dahulu mereka dustakan.
32 Dan apabila dikatakan (kepadamu): `Sesungguhnya janji Allah itu adalah benar dan hari berbangkit itu tidak ada keraguan padanya`, niscaya kamu menjawab: `Kami tidak tahu apakah hari kiamat itu, kami sekali-kali tidak lain hanyalah menduga-duga saja dan kami sekali-kali tidak meyakini(nya)`.(QS. 45:32)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 32

وَإِذَا قِيلَ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ لَا رَيْبَ فِيهَا قُلْتُمْ مَا نَدْرِي مَا السَّاعَةُ إِنْ نَظُنُّ إِلَّا ظَنًّا وَمَا نَحْنُ بِمُسْتَيْقِنِينَ (32

Dalam ayat ini, Allah SWT menjelaskan penyesalan orang-orang yang mengingkari terjadinya hari kebangkitan. Sewaktu masih di dunia, apabila disampaikan kepada mereka berita tentang terjadinya hari kebangkitan, mereka beranggapan bahwa berita hari kebangkitan itu adalah berita yang aneh dan mustahil. Mana mungkin membangkitkan orang yang telah mati yang tulang-tulangnya telah berserakan dan seluruh tubuhnya telah hancur menjadi tanah? Tetapi nanti setelah mereka menghadapi kenyataan dan berhadapan dengan siksa yang sangat mengerikan, barulah menyesali sikap dan perbuatan mereka dahulu yang semata-mata didasarkan atas dugaan dan prasangka belaka, tidak berdasarkan ilmu pengetahuan dan kepercayaan kepada Allah Yang Maha Penguasa semesta Alam.
33 Dan nyatalah bagi mereka keburukan-keburukan dari apa yang mereka kerjakan dan mereka diliputi oleh (azab) yang mereka selalu memperolok-olokannya.(QS. 45:33)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 33 

وَبَدَا لَهُمْ سَيِّئَاتُ مَا عَمِلُوا وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (33

Kemudian Allah SWT menjelaskan keadaan kaum musyrikin ketika kejahatan mereka telah terungkap dengan jelas. Mereka tergagap menghadapi tanggung jawab ang begitu besar. Mereka merasa takut melihat dosa mereka yang bertumpuk-tumpuk yang harus mereka tebus dengan siksa neraka yang sangat mereka takuti. Mereka menyadari pula saat itu bahwa tidak ada seorang pun yang dapat membela mereka; kekuasaan mereka selama di dunia, harta benda yang melimpah ruah, anak cucu mereka, teman bersekongkol, dan sebagainya semuanya tidak ada artinya pada waktu itu. Satu-satunya pilihan yang dapat mereka ambil waktu itu hanyalah menunggu keputusan dan pasrah untuk menerima azab Allah.
34 Dan dikatakan (kepada mereka): `Pada hari ini Kami melupakan kamu sebagaimana kamu telah melupakan pertemuan (dengan) harimu ini dan tempat kembalimu ialah neraka dan kamu sekali-kali tidak memperoleh penolong.(QS. 45:34)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 34

وَقِيلَ الْيَوْمَ نَنْسَاكُمْ كَمَا نَسِيتُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَذَا وَمَأْوَاكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ نَاصِرِينَ (34

Dalam ayat ini, Allah SWT menjelaskan cemoohan, penghinaan dan azab yang mereka tanggungkan pada Hari Kiamat itu. Pada hari itu, Allah tidak akan menghiraukan jerit dan tangis mereka, ratapan dan penyesalan mereka karena semua yang mereka alami itu benar-benar sebagai pembalasan yang seimbang dengan perbuatan mereka di dunia dahulu.
Di dunia mereka menganiaya dan memfitnah orang yang tidak bersalah, menghalalkan yang haram untuk kepentingan pribadi dan klik mereka; Allah akan memberikan balasan yang setimpal dengan amal mereka semua di akhirat nanti.
Jika Allah SWT bersikap tidak mengacuhkan mereka terhadap sikap angkuh dan sombong yang telah mereka lakukan, serta sikap yang tidak berperikemanusiaan yang telah mereka lakukan pula, maka sikap yang demikian itu adalah balasan yang wajar pula sesuai dengan keadilan Nya.
35 Yang demikian itu, karena sesungguhnya kamu menjadikan ayat-ayat Allah sebagai olok-olokan dan kamu telah ditipu oleh kehidupan dunia, maka pada hari ini mereka tidak dikeluarkan dari neraka dan tidak pula mereka diberi kesempatan untuk bertaubat.(QS. 45:35)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 35 

ذَلِكُمْ بِأَنَّكُمُ اتَّخَذْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ هُزُوًا وَغَرَّتْكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فَالْيَوْمَ لَا يُخْرَجُونَ مِنْهَا وَلَا هُمْ يُسْتَعْتَبُونَ (35

Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan mengapa orang-orang kafir itu harus menerima siksaan dan azab yang mengerikan itu. Sebabnya ialah:
1. Karena waktu mereka di dunia, mereka memperolok-olokkan ayat-ayat Allah yang disampaikan kepada mereka melalui Rasul Nya. Sikap ini adalah sikap yang penuh keangkuhan dan kesombongan. Bahkan mereka ingin mempertipis iman yang telah meresap dalam dada kaum Muslimin dengan berbagai macam dalih dan cara.
2. Karena mereka telah tertipu oleh kenikmatan hidup di dunia, maka mereka melupakan kehidupan akhirat yang menjadi tujuan akhir kehidupan manusia.
Itulah sebabnya Allah SWT menyatakan pada saat jatuhnya keputusan Nya, tidak ada kemungkinan lagi bagi mereka untuk melepaskan diri dari azab dan tidak ada lagi ampun bagi mereka.
36 Maka bagi Allah-lah segala puji, Rabb langit dan Rabb bumi, Rabb semesta alam.(QS. 45:36)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 36 - 37 

فَلِلَّهِ الْحَمْدُ رَبِّ السَّمَاوَاتِ وَرَبِّ الْأَرْضِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (36) وَلَهُ الْكِبْرِيَاءُ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (37

Kedua ayat ini merupakan ayat penutup surah Al Jasiyah. Dalam ayat-ayat ini Allah SWT menyebutkan beberapa sifat Nya yang ada hubungannya dengan dasar-dasar pengambilan keputusan di Hari Kiamat nanti yaitu:
1. Dia Maha Terpuji, karena itu bagi Nyalah segala puji. Ungkapan ini memberikan pengertian bahwa segala nikmat apa pun yang diperoleh manusia selama hidup di dunia berasal dari Dia. Diberikan Nya kemungkinan agar manusia dapat melaksanakan tugasnya sebagai khalifah Nya di bumi, namun bukan untuk berbuat sewenang-wenang dan memperturutkan hawa nafsu. Jika manusia tidak mensyukuri nikmat itu dan tidak mempergunakan nikmat itu menurut yang semestinya, tentulah orang itu akan mendapat murka dan azab Nya.
2. Allah Maha Kuasa. Dia menguasai semesta alam. Perkataan ini memberikan pengertian bahwa segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi berada dalam kekuasaan Nya; Dia menguasai dunia dan akhirat.
3. Dia Maha Agung, karena keagungan dan keangkuhan hanya bagi Allah SWT di langit dan di bumi dan kekuasaan Nya berada di atas segala kekuasaan.
4. Dia Maha Perkasa, keputusan Nya tidak dapat ditolak, tidak dapat diubah oleh siapa pun, dan tidak ada yang dapat menandingi kekuasaan Nya itu.
5. Dia Maha Bijaksana. Maksudnya: Allah dalam menetapkan perintah Nya kepada seluruh makhluk Nya, selalu disertai aturan, perhitungan, dan berhasil serta pasti terjadi sesuai dengan yang dikehendaki Nya.
37 Dan bagi-Nyalah keagungan di langit dan di bumi, Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(QS. 45:37)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Jaatsiyah 36 - 37

فَلِلَّهِ الْحَمْدُ رَبِّ السَّمَاوَاتِ وَرَبِّ الْأَرْضِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (36) وَلَهُ الْكِبْرِيَاءُ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (37


(Maka bagi Allahlah segala puji) sanjungan yang baik atas ketepatan ancaman-Nya terhadap orang-orang yang mendustakan-Nya (Rabb langit dan bumi, Rabb semesta alam) Pencipta hal-hal yang telah disebutkan tadi. Pengertian kata Al- 'Aalam adalah semua yang selain Allah, diungkapkan dalam bentuk jamak mengingat jenisnya yang bermacam-macam dan lafal Rabb adalah Badal.

(Dan bagi-Nyalah keagungan) kebesaran (di langit dan bumi) lafal Fis Samaawaati Wal Ardhi ini berkedudukan menjadi Hal atau kata keterangan keadaan; yakni keagungan yang ada pada keduanya. (Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana) sebagaimana yang telah dijelaskan pada penafsiran-penafsiran sebelumnya. 

Halaman  First Previous Next Last Balik Ke Atas   Total [2]
Ayat 21 s/d 37 dari [37]


Sumber Tafsir ini di salin dari :

1. Tafsir DEPAG RI, 2. Tafsir Jalalain Indonesia.

TAFSIR AL QUR'AN SURAH AL-JAATSIYAH AYAT 1 - 20 ( 01 )

Cari dalam "TAFSIR" Al Qur'an
Bahasa Indonesia    English Translation    Dutch    Nuruddin

No. Pindah ke Surat Sebelumnya... Pindah ke Surat Berikut-nya... [TAFSIR] : AL JAATSIYAH
Ayat [37]   First Previous Next Last Balik Ke Atas  Hal:1/2
1 Haa Miim(QS. 45:1)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 1 - 2 

حم (1) تَنْزِيلُ الْكِتَابِ مِنَ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ (2

Ha, mim, termasuk huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan beberapa surah Alquran. Ada dua hal yang perlu dibicarakan tentang huruf-huruf abjad yang disebutkan pada permulaan beberapa surah dari Alquranul Karim itu, yaitu apa yang dimaksud dengan huruf ini, dan apa hikmahnya menyebutkan huruf-huruf ini?
Tentang soal pertama, maka para mufassir berlainan pendapat, yaitu:
1. Ada yang menyerahkan saja kepada Allah, dengan arti mereka tidak mau menafsirkan huruf-huruf itu. Mereka berkata, "Allah sajalah yang mengetahui maksudnya." Mereka menggolongkan huruf-huruf itu ke dalam golongan ayat-ayat mutasyabihat.
2. Ada yang menafsirkannya. Mufassirin yang menafsirkannya ini berlain-lain pula pendapat mereka, yaitu:
a. Ada yang berpendapat bahwa huruf-huruf itu adalah isyarat (keringkasan dari kata-kata), umpamanya Alif Lam Mim. Maka "Alif" adalah keringkasan dari "Allah", "Lam" keringkasan dari "Jibril", dan "Mim" keringkasan dari Muhammad, yang berarti bahwa Alquran itu datangnya dari Allah, disampaikan oleh Jibril kepada Muhammad. Pada Alif Lam Ra; "Alif" keringkasan dari "Ana", "Lam" keringkasan dari "Allah" dan "Ra" keringkasan dari "Ar-Rahman", yang berarti: Saya Allah Yang Maha Pemurah.
b. Ada yang berpendapat bahwa huruf-huruf itu adalah nama dari surah yang dimulai dengan huruf-huruf itu.
c. Ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan huruf-huruf abjad ini adalah huruf-huruf abjad itu sendiri. Maka yang dimaksud dengan "Alif" adalah "Alif", yang dimaksud dengan "Lam" adalah "Lam", yang dimaksud dengan "Mim" adalah "Mim", dan begitu seterusnya.
d. Huruf-huruf abjad itu untuk menarik perhatian.
Menurut para mufassir ini, huruf-huruf abjad itu disebut Allah pada permulaan beberapa surah dari Alquranul Karim, hikmahnya adalah untuk "menantang". Tantangan itu bunyinya kira-kira begini: Alquran itu diturunkan dalam bahasa Arab, yaitu bahasa kamu sendiri, yang tersusun dari huruf-huruf abjad, seperti Alif Lam Mim Ra, Ka Ha Ya Ain Shad, Qaf, Tha Sin dan lain-lainnya. Maka kalau kamu sekalian tidak percaya bahwa Alquran ini datangnya dari Allah dan kamu mendakwakan datangnya dari Muhammad, yakni dibuat oleh Muhammad sendiri, maka cobalah kamu buat ayat-ayat yang seperti ayat Alquran ini. Kalau Muhammad dapat membuatnya tentu kamu juga dapat membuatnya."
Maka ada "penantang", yaitu Allah, dan ada "yang ditantang", yaitu bahasa Arab, dan ada "alat penantang", yaitu Alquran. Sekalipun mereka adalah orang-orang yang fasih berbahasa Arab, dan mengetahui pula seluk-beluk bahasa Arab itu menurut naluri mereka, karena di antara mereka itu adalah pujangga-pujangga, penyair-penyair dan ahli-ahli pidato, namun demikian mereka tidak bisa menjawab tantangan Alquran itu dengan membuat ayat-ayat seperti Alquran. Ada juga di antara mereka yang memberanikan diri untuk menjawab tantangan Alquran itu, dengan mencoba membuat kalimat-kalimat seperti ayat-ayat Alquran itu, tetapi sebelum mereka ditertawakan oleh orang-orang Arab itu, lebih dahulu mereka telah ditertawakan oleh diri mereka sendiri.
Para mufassir dari golongan ini, yakni yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu disebut oleh Allah pada permulaan beberapa surah dari Alquran untuk menantang bangsa Arab itu, mereka sampai kepada pendapat itu adalah dengan "istiqra" artinya menyelidiki masing-masing surah yang dimulai dengan huruf-huruf abjad itu. Dengan penyelidikan itu mereka mendapat fakta-fakta sebagai berikut:
1. Surah-surah yang dimulai dengan huruf-huruf abjad ini adalah surah-surah Makiyah (diturunkan di Mekah), selain dari dua buah surah saja yang Madaniyah (diturunkan di Madinah), yaitu surah Al-Baqarah yang dimulai dengan Alif Lam Mim dan surah Ali Imran yang dimulai dengan Alif Lam Mim juga. Sedang penduduk Mekah itulah yang tidak percaya bahwa Alquran itu adalah dari Tuhan, dan mereka mendakwakan bahwa Alquran itu buatan Muhammad semata-mata.
2. Sesudah menyebutkan huruf-huruf abjad itu ditegaskan bahwa Alquran itu diturunkan dari Allah, atau diwahyukan oleh-Nya. Penegasan itu disebutkan oleh Allah secara langsung atau tidak langsung. Hanya ada 9 surah yang dimulai dengan huruf-huruf abjad itu yang tidak disebutkan sesudahnya penegasan bahwa Alquran itu diturunkan dari Allah.
3. Huruf-huruf abjad yang disebutkan itu adalah huruf-huruf abjad yang banyak terpakai dalam bahasa Arab.
Dari ketiga fakta yang didapat dari penyelidikan itu, mereka menyimpulkan bahwa huruf-huruf abjad itu didatangkan oleh Allah pada permulaan beberapa surah dari Alquranul Karim itu adalah untuk "menantang" bangsa Arab agar membuat ayat-ayat seperti ayat-ayat Alquran itu, bila mereka tidak percaya bahwa Alquran itu, datangnya dari Allah dan mendakwakan bahwa Alquran itu buatan Muhammad semata-mata sebagai yang disebutkan di atas. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa para mufassir yang mengatakan bahwa huruf-huruf abjad ini didatangkan Allah untuk "tahaddi" (menantang) adalah memakai tariqah (metode) ilmiah, yaitu "menyelidiki dari contoh-contoh, lalu menyimpulkan daripadanya yang umum". Tariqah ini disebut "Ath-Thariqat Al-Istiqra'iyah" (metode induksi).
Ada mufassir yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad ini didatangkan oleh Allah pada permulaan beberapa surah-surah Alquranul Karim untuk menarik perhatian. Memulai pembicaraan dengan huruf-huruf abjad adalah suatu cara yang belum dikenal oleh bangsa Arab di waktu itu, karena itu maka hal ini menarik perhatian mereka.
Tinjauan terhadap pendapat-pendapat ini:
1. Pendapat yang pertama yaitu menyerahkan saja kepada Allah karena Allah sajalah yang mengetahui, tidak diterima oleh kebanyakan mufassirin ahli-ahli tahqiq (yang menyelidiki secara mendalam). (Lihat Tafsir Al-Qasimi j.2, hal. 32)
Alasan-alasan mereka ialah:
a. Allah sendiri telah berfirman dalam Alquran:


بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ (195
Artinya:
Dengan bahasa Arab yang jelas.
(Q.S. Asy Syu'ara': 195)
Maksudnya Alquran itu dibawa oleh Jibril kepada Muhammad dalam bahasa Arab yang jelas. Dari ayat ini dapat dipahami bahwa ayat-ayat dalam Alquran itu adalah "jelas", tak ada yang tidak jelas, yang tak dapat dipahami atau dipikirkan, yang hanya Allah saja yang mengetahuinya.
b. Di dalam Alquran ada ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Alquran itu menjadi petunjuk bagi manusia. Di antaranya firman Allah:


ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (2
Artinya:
Kitab Alquran ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa.
(Q.S. Al-Baqarah: 2)
Firman-Nya lagi:


قُلْ مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِجِبْرِيلَ فَإِنَّهُ نَزَّلَهُ عَلَى قَلْبِكَ بِإِذْنِ اللَّهِ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ (97
Artinya:
....dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.
(Q.S. Al-Baqarah: 97)
Firman-Nya lagi:


هَذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ (138
Artinya:
(Alquran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
(Q.S. Ali Imran: 138)
Dan banyak lagi ayat-ayat yang menerangkan bahwa Alquran itu adalah petunjuk bagi manusia. Sesuatu yang fungsinya menjadi "petunjuk" tentu harus jelas dan dapat dipahami. Hal-hal yang tidak jelas tentu tidak dijadikan petunjuk.
c. Dalam ayat yang lain Allah berfirman pula:


وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ (17
Artinya:
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Alquran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?
(Q.S. Al-Qamar: 17, 22, 32, dan 40)
2.
a. Pendapat yang menafsirkan bahwa huruf-huruf abjad itu adalah keringkasan dari suatu kalimat. Pendapat ini juga banyak para mufassir yang tidak dapat menerimanya.
Keberatan mereka ialah: tidak ada kaidah-kaidah atau patokan-patokan yang tertentu untuk ini, sebab itu para mufassir yang berpendapat demikian berlain-lainan pendapatnya dalam menentukan kalimat-kalimat itu. Maka di samping pendapat mereka bahwa Alif Lam Mim artinya ialah: Allah, Jibril, Muhammad, ada pula yang mengartikan "Allah, Latifun, Maujud" (Allah Maha Halus lagi Ada). (Dr. Mahmud Syaltut, Tafsir al Qur'anul Karim, hal. 73)
b. Pendapat yang menafsirkan bahwa huruf-huruf abjad yang terdapat pada permulaan beberapa surah ini adalah nama surah, juga banyak pula para mufassir yang tidak dapat menerimanya. Alasan mereka ialah: bahwa surah-surah yang dimulai dengan huruf-huruf itu kebanyakannya adalah mempunyai nama yang lain, dan nama yang lain itulah yang terpakai. Umpamanya surah Al-Baqarah, Ali Imran, Maryam dan lain-lain. Maka kalau betul huruf-huruf itu adalah nama surah, tentu nama-nama itulah yang akan dipakai oleh para sahabat Rasulullah dan kaum muslimin sejak dari dahulu sampai sekarang.
Hanya ada empat buah surah yang sampai sekarang tetap dinamai dengan huruf-huruf abjad yang terdapat pada permulaan surah-surah itu, yaitu: Surah Thaha, surah Yasin, surah Shad dan surah Qaf. (Dr. Mahmud Syaltut, Tafsir al Qur'anul Karim, hal. 73)
c. Pendapat yang menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan huruf-huruf abjad itu sendiri, dan abjad-abjad ini didatangkan oleh Allah ialah untuk "menantang" (tahaddi). Inilah yang dipegang oleh sebahagian mufassirin ahli tahqiq. (Di antaranya: Az Zamakhsyari, Al Baidawi, Ibnu Taimiah, dan Hafizh Al Mizzi, lihat Rasyid Rida, Tafsir Al Manar jilid 8, hal. 303 dan Dr Shubhi As Salih, Mabahis Ulumi Qur'an, hal 235. Menurut An Nasafi: pendapat bahwa huruf abjad ini adalah untuk menantang patut diterima. Lihat Tafsir An Nasafi, hal. 9)
d. Pendapat yang menafsirkan bahwa huruf-huruf abjad ini adalah untuk "menarik perhatian" (tanbih) pendapat ini juga diterima oleh ahli tahqiq. (Tafsir Al Manar jilid 8 hal. 209-303)
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa "yang dimaksud dengan huruf-huruf abjad yang disebutkan oleh Allah pada permulaan beberapa surat dari Alquran hikmahnya adalah untuk "menantang" bangsa Arab serta menghadapkan perhatian manusia kepada ayat-ayat yang akan dibacakan oleh Nabi Muhammad saw."
Kemudian Allah SWT Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana menjelaskan bahwa Kitab Alquran yang sempurna itu diturunkan kepada Rasul-Nya, Muhammad saw. Disebutkan sifat Allah "Maha Perkasa" dalam ayat ini agar tergambar dalam pikiran orang-orang yang membacanya atau mendengarnya, bahwa yang menurunkan kitab Alquran itu ialah Zat yang mempunyai kekuasaan yang tidak terbatas, tidak dapat ditandingi dan tidak dapat dibantah kehendak-Nya. Keinginan dan kehendak-Nya pasti terlaksana sesuai dengan rencana-Nya, tidak ada kekuasaan yang lain yang mampu menghalang-halangi dan mengubahnya.
Demikian pula ditonjolkan sifat "Maha Bijaksana" dalam ayat ini agar terpaham, bahwa dalam melaksanakan kehendak dan kekuasaan-Nya itu, Dia melaksanakan keadilan yang merata pada setiap makhluk-Nya. Dia bertindak, menciptakan dan melaksanakan sesuatu sesuai dengan guna dan faedahnya Kebijaksanaan ini dapat disaksikan pada seluruh tindakan dan semua makhluk yang diciptakan-Nya, dari tingkat yang paling sederhana sampai ke tingkat yang paling sempurna.
Pada tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia, dan susunan serta ketentuan-ketentuan yang berlaku pada tata surya, orang dapat mengetahui bahwa pada tiap-tiap makhluk Allah itu ada hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan yang tidak dapat dilanggar; semuanya harus tunduk dan patuh baik secara sadar maupun tidak sadar. Tidak ada suatu makhluk pun yang dapat melanggar dan menyalahi hukum dan ketentuan yang telah ditetapkan Allah baginya. Setiap pelanggaran dan pengingkaran akan mengakibatkan kerusakan, penyakit, bahkan kehancuran kematian bagi yang melanggarnya.
Apabila orang mau menggunakan pikirannya yang jernih dan sehat tentu akan mengakui kekuasaan dan kebijaksanaan Allah terhadap semua makhluk-Nya. Dan apabila ia telah yakin akan hal itu, tentu ia akan menerima dan mengamalkan Alquran sebagai wahyu dan petunjuk Allah. Hal ini juga berarti bahwa diturunkannya Alquran kepada Nabi Muhammad saw dalam bahasa Arab, disampaikan untuk pertama kalinya kepada orang-orang Quraisy, kemudian baru tersebar ke seluruh penjuru dunia, ada hikmahnya sesuai dengan guna dan faedahnya Hikmah, guna dan faedahnya itu diketahui manusia dengan perantaraan Alquran sendiri, ada yang diketahui berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dipunyai oleh seseorang, dan ada yang belum diketahui oleh manusia, karena Yang Maha Tahu hanyalah Allah SWT.
2 Kitab (ini) diturunkan dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.-(QS. 45:2)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Jaatsiyah 2

تَنْزِيلُ الْكِتَابِ مِنَ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ (2

(Diturunkannya Kitab ini) yakni Alquran; lafal ayat ini berkedudukan menjadi Mubtada (dari Allah) menjadi Khabar dari Mubtada (Yang Maha Perkasa) di dalam kerajaan-Nya (lagi Maha Bijaksana) di dalam perbuatan-Nya.
3 Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk orang-orang yang beriman.(QS. 45:3)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 3 

إِنَّ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِلْمُؤْمِنِينَ (3

Ayat ini menerangkan bahwa sebagai bukti Allah SWT Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, dapat dilihat pada kejadian langit dan bumi pada diri manusia dan binatang yang beraneka ragam macamnya. Ditegaskan bahwa di langit dan di bumi, banyak sekali terdapat tanda-tanda kekuasaan dan keperkasaan Allah. Orang yang berpikiran dengan pikiran yang sederhana saja, pasti akan berkesimpulan bahwa di balik kejadian langit dan bumi beserta semua yang ada di antaranya, tentu ada zat yang Maha Pencipta lagi Maha Kuasa. Apalagi orang yang tinggi ilmunya, tentu lebih dapat memahaminya lagi.
Dengan pemikiran sederhana, orang dapat mengetahui bahwa di langit terdapat bintang-bintang yang tidak terhitung jumlahnya. Di antara bintang-bintang itu terdapat matahari dan bulan.
Dengan mudah pula, orang dapat mengetahui bahwa setiap hari, matahari memancarkan sinarnya dan sinarnya itu amat berguna bagi hidup dan kehidupan manusia dan kehidupan makhluk yang lain. Kemudian, setelah tenggelam dan hilang di ufuk barat, terlihatlah bintang-bintang bertaburan menghiasi angkasa di waktu malam. Di antara bintang-bintang itu, terdapat bulan yang bercahaya. Dengan melihat perubahan-perubahan bentuk bulan, orang dapat mengetahui perubahan dan pertukaran waktu, cahaya bulan itu sendiri berfaedah bagi tanaman yang sedang berbuah. Bumi sebagai tempat berpijak, juga tempat bercocok tanam. Di dalam bumi, terdapat bahan-bahan keperluan hidup manusia seperti air, barang-barang tambang dan sebagainya.
Dengan pemikiran yang agak tinggi, orang dapat mengetahui keajaiban-keajaiban yang lebih mengagumkan tentang adanya hukum yang mengatur dengan rapi alam semesta ini.
Dengan penelitian-penelitian tertentu, orang dapat mengetahui bahwa langit yang kelihatan biru pada siang hari itu, bukanlah biru dalam arti yang sebenarnya, dan bukan pula asli dari langit, akan tetapi itu adalah suatu berkas saja dari cahaya matahari. Karena cahaya itu mempunyai gelombang-gelombang pendek dan mempunyai getaran yang lebih kuat dibandingkan dengan berkas berkas cahaya yang lain, maka pada siang hari cahaya birulah yang dapat ditangkap oleh kemampuan indra manusia, lalu manusia mengira bahwa cahaya langit itu biru. Tetapi pada saat-saat matahari terbit dan terbenam, cahaya yang berasal dari matahari telah banyak kehilangan unsur-unsurnya yang bergelombang pendek sebelum sampai kepada mata yang melihatnya. Oleh karena itu, cahaya yang kelihatan adalah kuning kemerah-merahan atau mendekati merah.
Dengan memperhatikan cahaya bintang-bintang yang bertaburan, orang mendapat pelajaran yang berharga dalam menentukan derajat panas dari tiap-tiap bintang itu. Bintang yang bercahaya kemerah-merahan mempunyai panas yang paling rendah, sedangkan bintang yang berwarna putih kebiru-biruan mempunyai derajat yang paling tinggi. Dari rasi-rasi (gugusan) bintang, orang dapat menentukan arah dan mengetahui posisi atau letak sesuatu di permukaan bumi, baik di darat, di laut, maupun di udara. Sebagai petunjuk arah, orang dapat mengambil rasi pari sebagai petunjuk arah selatan dan rasi biduk sebagai petunjuk arah utara. Demikian pula, dengan memperhatikan kedudukan matahari di antara bintang-bintang, orang dapat mengambil kesimpulan bahwa yang menyebabkan terjadinya siang dan malam itu bukanlah matahari yang melintasi bumi seperti diduga orang semula, akan tetapi perputaran bumi pada porosnyalah yang menyebabkan seolah-olah matahari mengelilingi bumi walaupun matahari itu beredar pada garis edarnya sendiri.
Dengan memperhatikan buah yang jatuh di permukaan bumi, orang dapat mengetahui adanya daya tarik bumi. Atas dasar pengetahuan inilah, orang menyusun hukum gaya tarik menarik yang berbanding lurus dengan masanya, tetapi berbanding terbalik dengan jaraknya. Semuanya itu menunjukkan bahwa mencengangkan para cerdik cendekiawan. Hanya sedikit saja dari hukum-hukum itu yang telah diketahui orang masih banyak yang belum diketahui. Makin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, makin banyak pula terasa olehnya ilmu yang telah diketahuinya, semakin jauh pula terasa olehnya jalan yang harus ditempuhnya dalam menemukan sebagian kecil dari ilmu Tuhan yang tidak terhingga luasnya itu. Allah SWT Maha Luas ilmu-Nya dan Maha Mengetahui segala sesuatu. Apakah bukti yang demikian itu belum cukup banyak bagi seseorang untuk meyakini adanya Allah, Maha Pencipta Yang Maha Agung, Maha, Bijaksana lagi Maha Perkasa?
Pada akhir ayat ini, Allah SWT menjelaskan bahwa tanda-tanda kekuasaan Allah yang ada di langit dan di bumi itu menjadi tanda dan bukti wujud dan kekuasaan Allah bagi Orang-orang yang beriman. Dengan memperhatikan tanda-tanda kekuasaan Allah yang ada di langit dan di bumi itu, orang yang berjiwa bersih, berpikiran sehat yang ingin mencari kebenaran dan tidak dipengaruhi oleh godaan setan tentulah akan menjadi orang yang menerima kenyataan bahwa Alquran yang diturunkan kepada Muhammad saw itu benar benar wahyu dari Allah yang harus dilaksanakan oleh setiap manusia yang ingin hidup berbahagia di dunia dan di akhirat nanti. Sebaliknya, jiwa seseorang yang dikotori oleh noda-noda kemaksiatan pikiran yang telah dibelenggu oleh kepercayaan syirik telah tergoda oleh tipu daya setan, maka bagaimana pun jelas dan cerahnya tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah, mereka tidak akan dapat mengindrainya, tidak dapat merasakan dan menghayatinya, karena itu, mereka tetap bergelimang dalam kekafiran dan kemaksiatan.
4 Dan pada penciptaan kamu dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini,(QS. 45:4)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 4 

وَفِي خَلْقِكُمْ وَمَا يَبُثُّ مِنْ دَابَّةٍ آيَاتٌ لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ (4

Di samping itu Allah menunjukkan tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Nya pada kejadian manusia sendiri dan pada penciptaan binatang yang beraneka ragam jenis dan bentuknya.
Manusia diciptakan Allah SWT dari unsur-unsur yang terdapat di dalam tanah. Berbagai zat yang terdiri dari karbohidrat, protein,. zat lemak, zat gula, berbagai macam garam, berbagai macam vitamin, zat besi, dan sebagainya terkumpul dalam tubuh manusia, melalui makanan dan minuman yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Tumbuh-tumbuhan dan hewan itu semua berasal dari tanah. Allah SWT berfirman:


وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ إِذَا أَنْتُمْ بَشَرٌ تَنْتَشِرُونَ (20
Artinya:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya. Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak. (Q.S. Ar Rum: 20)
Sebagian dari zat yang dimakan manusia itu ada yang menjadi spermatozona pada diri laki-laki dan ovum pada diri perempuan. Sperma dan ovum itu bertemu, pada saat setelah terjadinya senggama antara laki-laki dan perempuan. Dengan demikian terjadilah pembuahan. Allah SWT berfirman:


فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ مِمَّ خُلِقَ (5) خُلِقَ مِنْ مَاءٍ دَافِقٍ (6) يَخْرُجُ مِنْ بَيْنِ الصُّلْبِ وَالتَّرَائِبِ (7
Artinya:
Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah ia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang terpancar yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. (Q.S. At Tariq: 5-7)
Maka terjadilah pembuahan, dan benih itu makin lama makin besar.
Empat puluh hari kemudian, terbentuklah jaringan-jaringan yang dipenuhi pembuluh-pembuluh darah. Empat puluh hari kemudian, terlihatlah calon janin yang berbentuk seperti darah yang mengental. Kemudian setelah empat puluh hari lagi, terjadilah janin yang melekat pada dinding rahim. Pada saat itulah, mulai terlihat tanda-tanda kehidupan dan jantung bayi itu mulai berdenyut. Denyut jantung bayi itu telah dapat didengar apabila orang menempelkan telinganya ke bahagian perut ibu yang sedang mengandung. Sejak terjadinya pembuahan dalam kandungan ibu sampai kepada terlihatnya tanda-tanda kehidupan, diperlukan waktu empat bulan. Lima bulan sepuluh hari setelah itu, lahirlah dari kandungan. Sejak itulah bayi itu bernapas dengan paru-parunya yang telah mulai bekerja, dan sejak itu pula ia berangsur-angsur melepaskan diri dari ketergantungannya kepada orang tuanya, terutama kepada ibunya. Dia telah diberi akal, perasaan dan kemampuan bekerja sehingga dengan kemampuan yang diberikan itu, ia telah dapat melaksanakan tugas hidupnya sebagai khalifah Allah di muka bumi. Akhirnya ia menjadi tua dan meninggal dunia.
Allah SWT berfirman:


هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ يُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ ثُمَّ لِتَكُونُوا شُيُوخًا وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّى مِنْ قَبْلُ وَلِتَبْلُغُوا أَجَلًا مُسَمًّى وَلَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ (67
Artinya:
Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani sesudah itu segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak kemudian (kamu dibiarkan-Nya hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan-Nya kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu, ada yang diwafatkan sebelum itu, (kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya). (Q.S. Al Mu'min: 67)
Dengan memperhatikan proses penciptaan manusia, bagaimana sulit dan ruwetnya hukum-hukum yang berlaku dalam penciptaan itu, orang yang sadar akan mengakui kekuasaan dan keagungan Allah, Tuhan Yang Maha Esa.
Allah SWT menunjukkan juga tanda-tanda kekuasaan dan ke Agungan-Nya yang terdapat pada kejadian dan kehidupan binatang melata yang beraneka ragam, jenis, macamnya, dan cara-cara kehidupannya. Dengan memperhatikan bentuknya, orang dapat membedakan binatang. Ada binatang yang beruas tulang belakang yang dalam Ilmu Hayat disebut "vertebrata", ada yang tidak beruas tulang belakang (invertebrata). Binatang yang beruas tulang belakang dibagi atas beberapa bagian seperti mamalia (binatang menyusui), bangsa burung (ayes), bangsa binatang melata (reptilia), bangsa binatang yang hidup di darat dan di air (amphibia), bangsa ikan (pisces).
Binatang yang tidak beruas tulang belakang dibeda-bedakan lagi menjadi heberapa bahagian seperti binatang berkuku (insektifora), binatang lunak (mollusca), hingga binatang yang bersel satu (protozoa). Tiap-tiap jenis dari macam binatang itu mempunyai hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan sendiri-sendiri yang disusun dengan rapi seperti cara hidup, makanannya, cara berkembang biak, cara mempertahankan hidup, sampai kepada keagungan dan faedahnya. Dan hal-hal yang diterangkan itu akan menjadi iktibar dan pelajaran bagi orang-orang yang mau berpikir dan ingin mengetahui betapa Maha Tingginya Ilmu penciptanya; dengan demikian, akan memperkuat iman di hatinya.
5 dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkanNya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat pula tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal.(QS. 45:5)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 5 

وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ رِزْقٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ آيَاتٌ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ (5

Dalam ayat ini, Allah SWT mengingatkan manusia akan tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan-Nya yang terdapat pada pergantian siang dan malam. Pergantian siang dan malam ini dapat dilihat dari dua segi yaitu suasana dan dari segi panjang pendeknya.
Dari segi suasananya, orang dapat menyaksikan sejak matahari terbit di kaki langit sebelah timur hingga terbenam di kaki langit sebelah barat. Di siang hari, orang tidak menyaksikan apa pun di langit, terkecuali matahari yang bersinar dengan terangnya. Pada waktu .itu, kebanyakan manusia bekerja dan berusaha mencari nafkah, memenuhi kebutuhan hidupnya.
Matahari bergerak meninggalkan ufuk sebelah timur makin lama makin meninggi. Kemudian ia terlihat di meridian. Sesudah itu, makin menurun menuju ufuk langit sebelah barat. Akhirnya ia tenggelam di ufuk sebelah barat. Sejak itu, hari berangsur-angsur gelap, kadang-kadang terlihat awan kemerah merahan, lalu mulailah bermunculan bintang-bintang satu demi satu, dari bintang yang paling terang cahayanya sampai kepada bintang yang bercahaya redup. Setelah gelap menyelubungi permukaan bumi seluruhnya, bertambah jelaslah nampak bintang-bintang bertaburan di angkasa raya, berbagai macam rasi dan aneka warna cahayanya. Pada penghujung malam, mulailah kelihatan fajar menyingsing di ufuk timur, sebagai tanda.tidak lama lagi matahari akan terbit kembali. Sejak itulah; cahaya bintang mulai redup kembali karena cahayanya mulai dikalahkan oleh cahaya matahari.
Begitulah seterusnya orang dapat menyaksikan keadaan itu berulang-ulang. Suasana yang seperti itu terjadi di negeri-negeri yang berada di daerah khatulistiwa, sedangkan belahan bumi bahagian selatan dan utara akan mengalami keadaan siang lebih panjang atau lebih pendek dari malam, sesuai dengan lintang dan deklinasi matahari;
Dari segi panjang pendeknya malam dan siang, orang yang berada di khatulistiwa selamanya akan menyaksikan panjang pendeknya siang malam yang hampir sama. Daerah yang berada di selatan khatulistiwa akan mengalami siang lebih panjang apabila matahari berada di sebelah selatan, tetapi akan mengalami siang lebih pendek apabila matahari berada di sebelah utara khatlistiwa. Demikian pula orang yang berada di sebelah utara khatulistiwa akan mengalami siang yang lebih panjang apabila matahari berada di sebelah selatan. Makin jauh suatu tempat baik ke utara maupun selatan khatulistiwa makin jauh pula perbedaan panjang pendek waktu antara malam dan siang. Bagi orang yang berada di kutub utara dan kutub selatan, dalam satu tahun ada masa malam yang terus menerus dan ada pula masa siang yang terus menerus. Pada masa siang terus menerus matahari selalu berada di atas cakrawala, selalu kelihatan tidak pernah masuk ke bawah kaki langit, sedangkan pada masa malam terus menerus, matahari selalu berada di bawah kaki langit, tidak pernah kelihatan dan tidak pernah melewati kaki langit ke atas.
Dengan memperhatikan pergantian siang dan malam, baik suasana maupun panjang pendeknya yang selalu berubah-ubah sepanjang tahun, akan terlihat tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah, serta akan nampak adanya hukum-hukum yang mengaturnya dengan sangat rapi, tidak pernah menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang telah ditentukan. Kemudian Allah SWT menunjukkan tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran-Nya yang terlihat pada turunnya hujan dari langit. Karena panas matahari, airpun menguap ke atas. Angin yang selalu bertiup mempercepat proses penguapan itu dan menghalaunya ke suatu tempat dan lama-kelamaan terkumpullah uap air itu di angkasa sebagai awan. Apabila awan yang berarak dihalau angin itu tertahan oleh gunung, maka terkumpullah ia di sana, semakin lama semakin tebal. Warnanya yang semula keputih-putihan berubah menjadi hitam. Dan apabila suhu udara telah mencapai kedinginan sedemikian rupa, turunlah uap air itu sebagai hujan yang menyirami permukaan bumi. Karena air hujan itu tumbuhlah beraneka macam tumbuh-tumbuhan, dan karena air hujan itu pula binatng dan manusia dapat hidup. Manusia dengan hasil pemikirannya dapat mengatur aliran air itu sehingga tidak mengalir seluruhnya ke laut. Sebahagian dimanfaatkan dan sebagian lagi dapat digunakan pada musim kemarau. Pada tiap daerah, di permukaan bumi, curah hujan tidak sama; bergantung kepada faktor faktor yang menentukan. Ada daerah yang curah hujannya sangat lebat dan ada pula yang sangat tipis dan ada yang sedang. Dengan memperhatikan turunnya hujan itu dan manfaatnya bagi kehidupan makhluk, orang dapat mengetahui betapa luasnya kekuasaan penciptanya.
Sesudah itu Allah menunjukkan pula tanda-tanda kekuasaan-Nya yang dapat dilihat pada perkisaran tiupan angin yaitu perkisaran angin daratan angin laut yang selalu berhembus berganti arah. Telah menjadi hukum alam bahwa daratan lebih cepat menjadi panas bila ditimpa sinar matahari dibandingkan dengan lautan yang lambat menjadi panas bila ditimpa matahari. Sebaliknya, daratan lebih cepat pula melepaskan panas di malam hari, pada waktu panas matahari tidak ada lagi dibandingkan dengan lautan yang lambat melepasnya. Dengan demikian, terdapatlah daerah maksimum dan minimum udaranya. pada siang hari daratan lebih panas dari lautan sehingga udaranya menjadi minimum, sedangkan lautan kurang panas udaranya dibandingkan dengan daratan sehingga udaranya menjadi maksimum. Udara mengalir dari daerah maksimum ke daerah minimum, maka bertiuplah pada siang hari angin laut menuju daratan Akan tetapi, di waktu malam, terjadi kebalikannya: daratan menjadi maksimum dan lautan menjadi minumum karena daratan lebih cepat menjadi dingin daripada lautan sehingga bertiuplah angin dari daratan menuju lautan.
Keadaan yang demikian menguntungkan para nelayan. Mereka berangkat pada waktu malam, berlayar ke tengah lautan mengikuti arah hembusan angin laut. Di samping itu, perubahan letak matahari berada di lintang balik utara belahan bumi bahagian selatan. Karena itu, udara maksimum di belahan bumi bahagian selatan. Maka bertiuplah angin dari belahan bumi selatan ke belahan bumi bagian utara. Waktu itu di Indonesia mengalami musim kemarau. Akan tetapi, bila matahari berada pada lintang balik selatan, belahan bumi bagian selatan menerima panas lebih banyak dari bagian bumi sebelah utara. Karena itu, udara maksimum di bagian utara, maka bertiuplah angin dari utara ke selatan. Untuk Indonesia, angin bertiup dari Padang Pasir Gobi di Tiongkok, menyusur semenanjung Malaysia karena pengaruh perputaran bumi membelok ke timur, ke Indonesia, menuju Padang Pasir Victoria di Australia. Pada saat itu, di Indonesia mengalami musim hujan.
Di samping itu, terdapat angin yang bertiup dari kutub utara dan kutub selatan secara tetap. karena daerah kutub selalu mengalami udara yang lebih dingin dari pada khatulistiwa maka daerah-daerah kutub udaranya selalu maksimum. Akan tetapi karena perputaran bumi pada porosnya dari barat ke timur, maka angin yang bertiup dari kutub itu mengalami pembelokan ke barat. Itulah sebabnya angin itu di Indonesia bertiup dari tenggara. Untuk daerah-daerah kutub sendiri, bertiuplah selalu angin barat yang tetap sepanjang masa.
Dari perkisaran angin itu, orang akan mengetahui betapa Maha Bijaksana dan Maha Perkasa-Nya Allah yang menciptakan alam semesta ini.
Itulah sebabnya pada bahagian akhir surah ini, Allah SWT menegaskan bahwa tanda-tanda kekuasaan-Nya yang dapat dilihat jagat raya, pada diri manusia, pada perkisaran angin, pada turunnya hujan, dan sebagainya menjadi bukti kekuasaan-Nya bagi orang yang mempergunakan akalnya dan bagi orang yang benar-benar mau mencari kebenaran.
Dengan bermacam-macam himbauan itulah, Allah SWT menunjukkan tanda-tanda kekuasaan-Nya agar manusia meyakini ke Maha Esaan dan ke Maha Kuasaan-Nya. Dengan mengetahui semuanya itu dengan benar, niscaya bertambah mantaplah iman mereka dan bertambah pulalah gairahnya untuk memanfaatkan pengetahuannya itu bagi kemaslahatan umat manusia.
Dari keterangan di atas, dipahami pula amat banyak yang dapat dijadikan bukti bahwa Allah Maujud, Maha Kuasa dan Maha Bijaksana, asal saja orang mau mengikuti cara berpikir yang digariskan Allah dalam Alquran. hal ini juga berarti bahwa sebenarnya, semakin tinggi ilmu seseorang semakin banyak ia mempunyai bukti-bukti itu. Jika ada seorang yang berilmu yang tidak mempercayai adanya Tuhan, berarti ia belum lagi mempergunakan ilmunya itu menurut yang semestinya.
6 Itulah ayat-ayat Allah yang Kami membacakannya kepadamu dengan sebenarnya; maka dengan perkataan manakah lagi mereka akan beriman sesudah (kalam) Allah dan keterangan-keterangan-Nya.-(QS. 45:6)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 6 

تِلْكَ آيَاتُ اللَّهِ نَتْلُوهَا عَلَيْكَ بِالْحَقِّ فَبِأَيِّ حَدِيثٍ بَعْدَ اللَّهِ وَآيَاتِهِ يُؤْمِنُونَ (6

Allah SWT menyatakan kepada Rasulullah saw, bahwa ayat Alquran yang dibacakan kepadanya itu adalah ayat-ayat yang mengandung bukti, dan dalil-dalil yang kuat baik dari segi asal Alquran itu (dari Allah) maupun dari segi isi dan gaya bahasanya. Pernyataan Allah itu telah disampaikan oleh Nabi Muhammad saw kepada kaum musyrik Mekah, tetapi semuanya itu tidak dapat mereka terima, bahkan mereka bertambah ingkar kepada Rasulullah saw.
Pada waktu Alquran dibacakan kepada orang kafir Mekah, hati mereka mengakui ketinggian isi dan gaya bahasanya. Pengakuan ini langsung diucapkan Abul Walid, sastrawan kenamaan orang Arab waktu itu. Kepada mereka diperintahkan agar memperhatikan kejadian alam semesta ini, kejadian diri mereka sendiri, air hujan yang turun dari langit yang menyirami bumi, sehingga bumi yang tandus menjadi subur, angin yang bertiup, dan sebagainya, semuanya itu dapat dijadikan bukti bahwa Allah adalah Maha Esa, Maha Kuasa lagi Maha Perkasa. Kepada mereka pun telah diutus seorang Rasul yang akan menyampaikan agama Allah kepada seluruh manusia. Rasul itu adalah orang yang paling mereka percayai di antara mereka, orang yang mereka segani dan orang yang selalu mereka mintai nasihat dalam menyelesaikan perselisihan-perselisihan yang terjadi di antara mereka. Rasul yang diutus itu dapat pula membuktikan bahwa ia benar-benar Rasul yang diutus Allah kepada manusia, misalnya dengan mengemukakan beberapa mukjizat yang diberikan Allah kepadanya. Sudah banyak bukti yang dikemukakan kepada mereka, tetapi mereka tidak juga beriman. Sebenarnya, bagi orang yang mau menggunakan pikirannya, cukuplah beberapa bukti saja untuk menjadikan dia seorang yang beriman.
Itulah sebabnya maka Rasulullah saw diperintahkan oleh Allah SWT menanyakan kepada kaum musyrik Mekah tentang keterangan apalagi yang mereka minta yang dapat mengubah hati mereka sehingga menjadi beriman. Telah lengkap keterangan yang diberikan kepada mereka, tidak ada lagi dalil-dalil dan bukti-bukti yang lebih kuat dari pada yang telah dikemukakan itu. Jika mereka tidak mau juga memahaminya dan tidak mau menerima bukti dan dalil-dalil itu, terserahlah kepada mereka sendiri. Mereka akan mengalami balasan yang setimpal akibat sikap kepala batu mereka itu.
7 Kecelakaan yang besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa,(QS. 45:7)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 7 - 8

وَيْلٌ لِكُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٍ (7) يَسْمَعُ آيَاتِ اللَّهِ تُتْلَى عَلَيْهِ ثُمَّ يُصِرُّ مُسْتَكْبِرًا كَأَنْ لَمْ يَسْمَعْهَا فَبَشِّرْهُ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (8

Kemudian Allah SWT mengancam kaum musyrikin yang selalu mengingkari kebenaran ayat-ayat Alquran dengan ancaman yang sangat mengerikan. Mereka tetap mendustakan kebenaran ayat-ayat Alquran, padahal di dalamnya terdapat keterangan tentang dalil-dalil dan bukti-bukti keesaan dan kekuasaan-Nya yang cukup jelas. Bukti dan keterangan itu telah mereka dengar sendiri. Menurut ukuran yang wajar, tentu mereka telah memahaminya. Akan tetapi, yang terjadi adalah sebaliknya. Itulah sebabnya mereka disebut dalam ayat ini orang-orang yang banyak berdusta dan banyak melakukan perbuatan dosa.
Selanjutnya diterangkan bahwa keadaan orang-orang musyrik sebelum dan sesudah mendengar ayat-ayat Alquran sama saja; tidak ada perubahan dalam sikap dan tindak-tanduk mereka, bahkan mereka bertambah ingkar dan menyombongkan diri. Itulah sebabnya dalam ayat ini mereka dikatakan seolah olah tidak pernah mendengar ayat-ayat Alquran yang disampaikan kepada mereka. Dalam ayat yang lain, diterangkan bahwa mereka sendiri mengakui tidak pernah merasa mendengar Alquran yang disampaikan kepada mereka. Allah SWT berfirman:


وَقَالُوا قُلُوبُنَا فِي أَكِنَّةٍ مِمَّا تَدْعُونَا إِلَيْهِ وَفِي آذَانِنَا وَقْرٌ وَمِنْ بَيْنِنَا وَبَيْنِكَ حِجَابٌ فَاعْمَلْ إِنَّنَا عَامِلُونَ (5
Artinya:
Mereka berkata: "Hati kami berada dalam tutupan (yang menutup)apa yang kamu serukannya kepada kami dan telinga kami ada sumbatan, dan antara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu; sesungguhnya kami bekerja (pula). (Q.S. Fussilat: 5)
dan firman-Nya:


وَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ فِي ءَاذَانِهِمْ وَقْرٌ وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى أُولَئِكَ يُنَادَوْنَ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ
Artinya:
Dan orang-orang yang tidak beriman, pada telinga mereka ada sumbatan, sedangkan Alquran itu suatu kegelapan bagi mereka. (Q.S. Fussilat: 44)
Pada akhir ayat ini, Allah SWT memerintahkan kepada Rasul-Nya menyampaikan kabar gembira kepada mereka bahwa mereka akan memperoleh azab yang pedih di neraka nanti. Dalam ayat ini, disebutkan bahwa memberitakan adanya azab yang pedih merupakan suatu berita gembira, bukan suatu berita duka. Ungkapan ini sengaja dibuat demikian untuk membalas sikap mereka yang memperolok-olokkan ayat-ayat Alquran yang disampaikan kepadanya dan untuk menunjukkan bahwa sikap mereka itu merupakan sikap yang sudah melampaui batas. Karena itu, yang dimaksud dengan kabar gembira di sini ialah lawan daripada kabar gembira itu, yaitu kabar sedih.
8 dia mendengar ayat-ayat Allah yang dibacakan kepadanya kemudian dia tetap menyombongkan diri seakan-akan dia tidak mendengarnya. Maka beri khabar gembiralah dia dengan azab yang pedih.(QS. 45:8)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Jaatsiyah 8

يَسْمَعُ آيَاتِ اللَّهِ تُتْلَى عَلَيْهِ ثُمَّ يُصِرُّ مُسْتَكْبِرًا كَأَنْ لَمْ يَسْمَعْهَا فَبَشِّرْهُ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (8

(Dia mendengar ayat-ayat Allah) yakni Alquran (dibacakan kepadanya kemudian dia tetap) atas kekafirannya (menyombongkan diri) takabur tidak mau beriman (seakan-akan dia tidak mendengarnya. Maka beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih) azab yang menyakitkan.
9 Dan apabila dia mengetahui barang sedikit tentang ayat-ayat Kami, maka ayat-ayat itu dijadikan olok-olok. Merekalah yang memperoleh azab yang menghinakan.(QS. 45:9)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 9

وَإِذَا عَلِمَ مِنْ آيَاتِنَا شَيْئًا اتَّخَذَهَا هُزُوًا أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ (9

Dalam ayat ini diterangkan sikap yang lain dari orang musyrik Quraisy sewaktu mendengar ayat-ayat Alquran di sampaikan kepada mereka. Apabila ada di antara kawan-kawan mereka yang menyampaikan berita tentang ayat-aya Alquran, mereka pun memperolok-olokkan ayat-ayat itu.
Diriwayatkan bahwa ketika Abu Jahal mendengar firman Allah,


إِنَّ شَجَرَةَ الزَّقُّومِ (43) طَعَامُ الْأَثِيمِ (44
Artinya:
Sesungguhnya pohon zaqqum itu makanan orang yang banyak berdosa. (Q.S. Ad Dukhan: 43-44)
Ia meminta kurma dan keju, seraya berkata kepada kawan-kawannya, "Makanlah buah zaqqum ini, yang diancamkan Muhammad kepadamu itu tidak lain adalah makanan yang manisnya seperti madu",
Dan ketika ia mendengar firman Allah:


عَلَيْهَا تِسْعَةَ عَشَرَ (30
Artinya:
Di antara neraka (terdapat) sembilan belas (penjaga) (Q.S. Al Mudassir: 30)
Abu Jahal berkata: Kalau penjaganya hanya sembilan belas, maka saya sendiri akan melemparkan mereka itu. Banyak lagi cara-cara dan sikap lain yang bernada menghina dari orang-orang kafir Quraisy pada waktu mereka mendengar bacaan Alquran. Karena mereka selalu mendustakan ayat-ayat Allah dan memperolok-olokkannya, maka dalam ayat ini Allah SWT menegaskan balasan yang akan mereka terima nanti di akhirat. Mereka akan dimasukkan ke dalam neraka yang menghinakan dan menyiksa mereka sebagai balasan dari sikap dan perbuatan mereka itu.
10 Di hadapan mereka neraka jahannam dan tidak akan berguna bagi mereka sedikitpun apa yang telah mereka kerjakan, dan tidak pula berguna apa yang mereka jadikan sebagai sembahan-sembahan (mereka) dari selain Allah. Dan bagi mereka azab yang besar.(QS. 45:10)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Jaatsiyah 10


 مِنوَرَائِهِمْجَهَنَّمُوَلَايُغْنِي عَنْهُممَّاكَسَبُواشَيْئًاوَلَا مَا اتَّخَذُوامِن دُونِاللَّهِأَوْلِيَاءوَلَهُمْعَذَابٌعَظِيمٌ(10

(Di hadapan mereka) di sini diartikan di hadapan mereka sekalipun lafalnya mengatakan Min Waraa-ihim yakni di belakang mereka, hal ini mengingat mereka masih hidup di dunia (neraka Jahanam dan tidak akan berguna bagi mereka apa yang telah mereka upayakan) berupa harta benda dan hasil-hasil kerja mereka (barang sedikit pun, dan tidak pula berguna apa yang mereka jadikan selain dari Allah) yang dimaksud adalah berhala-berhala (sebagai sesembahan-sesembahan. Dan bagi mereka azab yang besar.)
11 Ini (al-Quran) adalah petunjuk. Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Rabbnya bagi mereka azab yaitu siksaan yang sangat pedih.(QS. 45:11)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Jaatsiyah 11

هَذَاهُدًىوَالَّذِينَكَفَرُوابِآيَاتِرَبِّهِمْلَهُمْعَذَابٌمَّنرِّجْزٍ أَلِيمٌ(11

(Ini) Alquran ini (adalah petunjuk) dari kesesatan. (Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Rabbnya bagi mereka azab) yakni bagian (yaitu siksa) atau azab (yang sangat pedih) sangat menyakitkan.
12 Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dan berlayar padanya dengan seizin-Nya, dan supaya kamu dapat mencari sebagian karunia-Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur.-(QS. 45:12)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 12 

اللَّهُ الَّذِي سَخَّرَ لَكُمُ الْبَحْرَ لِتَجْرِيَ الْفُلْكُ فِيهِ بِأَمْرِهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (12

Allah SWT menyatakan Bahwa Dia-lah yang menundukkan lautan untuk keperluan manusia sendiri. Hal ini berarti bahwa Allah menciptakan lautan itu hanyalah untuk manusia. Dalam ayat yang lain diterangkan bahwa Allah SWT menjadikan bumi dan semua isinya untuk manusia.
Allah SWT berfirman:


هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (29
Artinya:
Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu, dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. Al Baqarah: 29)
Karena itu, ayat ini seakan-akan mendorong manusia berusaha dan berpikir semaksimal mungkin, di mana laut dan segala isinya itu dapat dimanfaatkan untuk keperluannya, demikian pula alam semesta ini. Sebagai contoh dikemukakan beberapa hasil pemikiran manusia yang telah digunakan dalam memanfaatkan lautan, misalnya kapal yang berlayar dari sebuah negeri ke negeri yang lain, mengangkut manusia dan barang-barang keperluan hidup mereka sehari-hari. Tentu saja lalu-lintas di laut itu akan dapat mempererat hubungan antara penduduk suatu negeri dengan penduduk negeri yang lain.
Juga manusia dapat memanfaatkan laut ini sebagai sumber penghidupan. Di dalamnya terdapat bahan-bahan yang dapat dijadikan makanan, seperti ikan, rumput-rumput laut, sebagainya. Juga terdapat bahan perhiasan seperti mutiara, marjan, dan semacamnya. Air laut dapat diuapkan sehingga menghasilkan garam yang berguna untuk menambah tenaga dan menyedapkan makanan, dan dapat diusahakan menjadi tawar untuk dijadikan air minum dan untuk mengairi tanaman, dan untuk lain-lain.
Batu karang yang beraneka warna dan ragam bentuk dan jenisnya dikeluarkan dari laut, dijadikan kapur untuk bahan bangunan rumah tangga.
Pada masa sekarang, semakin banyak yang ditemukan dari dalam laut seperti minyak tanah, besi dan logam yang bermacam-macam. Dalam menghadapi ledakan perkembangan penduduk dewasa ini, orang telah mulai mengarahkan pikirannya ke lautan. Mereka telah mulai memikirkan kemungkinan kemungkinan memanfaatkan dan menggali hasil lautan sebagai sumber bahan makanan karena produksi bahan makanan di daratan di duga dalam waktu yang tidak lama lagi akan berkurang dan tidak seimbang dengan jumlah dan tambahan penduduk. Semua itu adalah karunia Allah SWT yang dianugerahkan kepada manusia sebagai tanda kemurahan Nya, agar dengan demikian manusia mensyukurinya. Amat banyak lagi karunia Allah yang lain yang belum diketemukan manusia, karena itu hendaklah manusia berusaha dan berpikir bagaimana menemukannya.
13 Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.-(QS. 45:13)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 13 

وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (13

Selanjutnya Allah SWT menjelaskan bahwa Dia-lah yang menundukkan semua makhluk ciptaan-Nya yang ada di langit dan di bumi agar dengan demikian, manusia dapat menggunakan dan memanfaatkannya untuk kepentingan mereka dalam melaksanakan tugas sebagai khalifah Allah di bumi. Hal ini berarti bahwa manusia wajib berusaha mencari faedah dan kegunaan ciptaan Allah bagi mereka. Kunci dari semuanya itu adalah kemauan berusaha dan keinginan mengetahui sebagian pengetahuan Allah. Hal ini telah dimulai oleh manusia sejak zaman dahulu sampai sekarang sehingga semakin lama umur bumi ini didiami manusia, semakin banyak pula diketahui manusia ilmu Allah dan manfaat alam semesta ini untuk kepentingan hidup dan kehidupan manusia. Sekalipun demikian, baru sebagian kecil saja dari ilmu Allah yang telah diketahui manusia.
Ciptaan Allah SWT yang ada di langit seperti matahari, bulan, bintang-bintang, awan, angin, air hujan, dan ciptaan-Nya yang ada di bumi seperti tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, lautan dan sebagiannya semua diciptakan Nya di samping sebagai rahmat dan karunia-Nya kepada manusia juga mengandung tanda-tanda kekuasaan dan keagungan-Nya, yang menunjukkan bahwa ciptaan Nya adalah Zat Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan yang lain selain Dia, yang selalu menjaga makhluk-Nya dan tidak layak diperserikatkan dengan sesuatu pun. Kesimpulan yang seperti ini hanyalah akan diperoleh oleh hamba Allah yang melakukan pengamatan dengan cermat, menggunakan pikiran yang sehat dan mau mencari kebenaran.
Apabila seseorang mau memperhatikan alam semesta, mau memperhatikan hubungan dalam satu kesatuan jenis sesuatu makhluk dengan makhluk yang lain, tentulah ia akan sampai kepada kesimpulan bahwa masing-masing kesatuan itu ada hubungan, ada kaitannya antara yang satu dengan yang lain, tidak dapat lepas berdiri sendiri. Terlihat dalam proses terjadinya hujan, erat hubungannya dengan adanya laut, adanya gunung-gunung, adanya panas yang dipancarkan matahari, adanya angin dan sebagainya. Demikian pula perkisaran arah angin ditentukan oleh banyak sedikitnya bumi dan laut menerima panas matahari.
Kapal yang berlayar di laut memerlukan hembusan angin atau bahan seperti batubara atau minyak. Semakin tinggi ilmu pengetahuan seseorang semakin banyak pula ia mengetahui hubungan antara sesuatu makhluk dengan makhluk-makhluk yang lain seperti bulan tidak dapat melepaskan lintasannya dari bumi, seolah-olah tertawan oleh bumi. Demikian pula bumi dan planet-planet yang lain menjadi tawanan matahari. Planet-planet itu selalu mengitari matahari pada garis edarnya masing-masing. Selanjutnya matahari dan planet-planet yang mengikuti tidak dapat melepaskan diri dari kesatuan yang lebih besar yaitu Galaksi Bimasakti. Akhirnya Galaksi Bima sakti bersama-sama galaksi-galaksi yang lain terikat pula kepada tata susunan tertentu pula. Maka dengan pemikiran dan penelitian orang akan sampai kepada kesimpulan bahwa penciptanya tentulah Zat Yang Maha Esa lagi Maha Kuasa.
Sebagai perluasan pengertian yang terkandung dalam ayat ini, dikemukakan sebuah riwayat dari Tawus yang mengatakan, "Seorang laki-laki datang kepada Abdullah bin Amr bin As seraya bertanya: "Dari apa makhluk diciptakan?" Abdullah bin Amr menjawab, "Dari air, cahaya, gelap, udara, dan tanah". Kemudian laki-laki itu bertanya, "Dari apa semua itu diciptakan?" Abdullah bin Amr menjawab: "Saya tidak tahu". Sesudah itu laki-laki itu datang kepada Abdullah bin Zubair, ia mendapat jawaban seperti jawaban yang didapatnya dari Abdullah bin Amr. Lalu laki-laki itu datang kepada Abdullah bin Abbas; laki-laki itu bertanya kepadanya: "Dari apa makhluk diciptakan?" Ibnu Abbas menjawab: "Dari air, cahaya, gelap, angin, dan debu". Laki -laki itu bertanya: "Dari apa semua itu diciptakan?". Kemudian Ibnu Abbas membaca ayat:


وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ
Artinya:
Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya (sebagai satu rahmat) dari pada-Nya. (Q.S. Al Jasiyah: 13)
Laki-laki itu bertanya: "Tidak akan memberi jawaban seperti ini, melainkan orang yang berasal dari keluarga Nabi".
14 Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tiada takut akan hari-hari Allah karena Dia akan membalas sesuatu kaumterhadap apa yang telah mereka kerjakan.-(QS. 45:14)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 14 

قُلْ لِلَّذِينَ آمَنُوا يَغْفِرُوا لِلَّذِينَ لَا يَرْجُونَ أَيَّامَ اللَّهِ لِيَجْزِيَ قَوْمًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (14

Kemudian Allah SWT memerintahkan kepada Rasulullah Saw dan para pengikutnya agar berlapang dada dalam menghadapi sikap kaum musyrikin dan memaafkan tindakan mereka yang memperolok-olokkan ayat-ayat Allah. Mereka adalah orang yang menentang Allah dan tidak takut kepada ancaman Nya
Dari ayat ini dipahami suatu nilai budi pekerti yang tinggi yang diajarkan agama Islam kepada penganutnya yaitu berlapang dada dan memaafkan orang-orang yang pernah bertindak tidak baik terhadap dirinya atau berusaha menghancurkan agamanya. Memaafkan kesalahan keluarga, teman sejawat, tetangga dan kenalan dapat dengan mudah dilakukan seseorang, tetapi berlapang dada dan memaafkan perbuatan orang yang selalu ingin merusak diri dan agamanya pada setiap kesempatan memerlukan kebesaran jiwa.
Ayat ini mengajarkan dan mendidik agar kaum Muslimin dapat berlapang dada, suka memaafkan, dan berjiwa besar dalam menghadapi segala sesuatu dalam hidupnya.
Al Wahidi dan Al-Qusyairi meriwayatkan sebuah riwayat dari Ibnu Abbas bahwa ayat ini turun herhubungan dengan persoalan yang terjadi antara Umar bin Khattab. dan Abdullah bin Ubay dalam peperangan Bani Mustalik. Mereka singgah di sebuah sumur yang disebut Al Muraisik, kemudian Abdullah mengutus seorang anak muda mengambil air, tetapi pemuda itu lama sekali kembalinya, Abdullah bin Ubay hertanya kepada pemuda itu mengapa begitu lama ia baru kembali, Pemuda itu menjawab bahwa Umar duduk di pinggir sumur. Ia tidak membiarkan seorang pun yang akan mengambil air sebelum ia mengisi girba Nabi Muhammad saw, girba Abu Bakar, dan girba bekas budak Umar, lalu Abdullah bin Ubay berkata: "Kami dan mereka tidak ubahnya seperti perumpamaan: "Gemukkan anjingmu, maka ia akan memakan engkau". Kemudian kata-kata Abdullah itu sampai kepada Umar. Beliau menjadi marah, lalu menghunus pedangnya untuk membunuh Abdullah bin Ubay, maka turunlah ayat ini yang melunakkan hati Umar.
Pada akhir ayat ini Allah SWT menerangkan mengapa Rasulullah saw dan pengikut-pengikutnya harus berlapang dada dan memaafkan tindakan orang Quraisy yang memperolok-olokkan ayat-ayat Allah itu. Sebabnya ialah karena Allah SWT yang akan memberikan pembalasan yang setimpal kepada mereka sesuai dengan perbuatannya.
15 Barangsiapa yang Mengerjakan amal yang saleh maka itu adalah untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Rabbmulah kamu dikembalikan.(QS. 45:15)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 15 

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا ثُمَّ إِلَى رَبِّكُمْ تُرْجَعُونَ (15

Sesudah itu Allah SWT menjelaskan bahwa tiap-tiap orang akan mendapat balasan sendiri-sendiri sesuai dengan amal perbuatannya di dunia, Maka barangsiapa di antara hamba Nya menaati segala perintah-Nya dan menjahui segala larangan Nya dengan penuh keikhlasan dan kesadaran, maka hasilnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Ia akan memperoleh tempat kembali yang penuh kenikmatan. Sebaliknya barangsiapa yang mengingkari perintah perintah Nya dan tidak menghentikan larangan-larangan Nya, maka akibat buruk sebagai balasan perbuatannya itu akan menimpa dirinya sendiri. Ia akan mendapat tempat kembali yang buruk, hina, dan disertai azab yang sangat berat di dalam neraka.
Pada akhir ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa hanya kepada Allah dikembalikan semua makhluk, tidak kepada yang lain. Semuanya akan dikumpulkan di padang Mahsyar untuk menerima keputusan yang adil dari Allah. Di antara mereka ada yang berseri-seri wajahnya kegirangan karena ia akan bertemu dengan Allah yang selalu diharapkan selama hidup di dunia. Mereka yakin bahwa Allah mengasihi hambaNya yang tabah dan sabar dan selalu tunduk dan patuh kepada Nya. Sebaliknya, waktu itu ada pula orang yang muram mukanya karena hatinya penuh ketakutan dan penyesalan. Mereka takut menemui Allah karena akan menerima kemurkaan Nya serta akan merasa siksaan yang sangat pedih di dalam neraka.
16 Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Bani Israil Al-Kitab (Taurat), kekuasaan dan kenabian dan Kami berikan kepada merekarezki-rezki yang baik dan Kami lebihkan mereka atas bangsa-bangsa (pada masanya).-(QS. 45:16)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 16

وَلَقَدْ آتَيْنَا بَنِي إِسْرَائِيلَ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ (16

Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa Bani Israel telah diberi Kitab Taurat, kemampuan memahami agama, kenabian, rezeki yang berlimpah-limpah dan keutamaan yang melebihi bangsa-bangsa lain pada masanya itu.
Anugerah yang diberikan Allah SWT kepada Bani Israel pada waktu itu adalah seimbang dengan sikap dan usaha Bani Israel menegakkan agama Allah. Karena itu, keutamaan yang diberikan itu juga merupakan keutamaan dunia dan akhirat. Dalam ayat yang lalu disebutkan lima macam anugerah yang telah diberikan kepada mereka, sedangkan dalam ayat berikut ini disebutkan satu macam.
Anugerah Anugerah itu ialah:
Pertama: Kitab Taurat.
Kitab ini diturunkan kepada Nabi Musa as di dalamnya terdapat petunjuk, pelajaran dan ketentuan-ketentuan yang dapat membimbing Bani Israel ke jalan yang benar. Kitab ini khusus diturunkan Allah SWT untuk Bani Israel.
Kedua: Kemampuan memahami agama Allah.
Dengan kemampuan ini, Musa as, Harun as beserta pemimpin kaumnya dapat menjelaskan persengketaan yang terjadi di antara kaumnya dan dengan kemampuan ini pula dapat diterangkan agama Allah kepada Bani Israel dengan baik.
Ketiga: Kenabian.
Banyak di antara para Rasul dan para Nabi yang diutus Allah SWT diangkat dari Bani Israel; ada di antaranya mereka sebagai Nabi saja seperti Nabi Khaidir, adapula sebagai Nabi dan Rasul seperti Musa as, Harun as, Ayub as, dan lain-lain, dan ada pula Nabi dan Rasul yang diangkat dari kalangan mereka di samping bertugas sebagai Nabi dan Rasul, juga sebagai kepala negara seperti Nabi Daud as dan Nabi Sulaiman as. Dengan demikian, terhimpunlah kekuasaan dunia dan agama pada mereka.
Keempat: Rezeki yang berlimpah-limpah.
Bani Israel telah dianugerahi Allah masa kejayaan dan keemasan pada masa-masa pemerintahan Nabi Daud as dan pada masa pemerintahan puteranya Sulaiman as. Banyak kisah yang menceritakan keagungan dan kejayaan Bani Israel pada masa kedua pemerintahan anak dan bapak itu. Kekuasaan dan kebijaksanaan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman diterangkan dalam Alquran. Apa yang pernah dicapai Bani Israel pada waktu itu tidak diperoleh oleh bangsa lain yang se zaman dengannya.
Kelima: Keutamaan mereka yang melebihi bangsa-bangsa lain pada zamannya yaitu pada zaman Nabi Daud as dan Nabi Sulaiman as.
Keenam: Allah telah memberikan kepada mereka hukum-hukum dan ajaran-ajaran yang diperkuat dengan mukjizat-mukjizat. Hal ini yang mendorong mereka untuk bersatu dan mereka tidak berselisih melainkan hanya perselisihan yang ringan yang tidak membawa kemudaratan. Akan tetapi tatkala datang ilmu kepada mereka, mereka berselisih. Sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah tersebut di atas. Perselisihan di antara mereka itu timbul setelah datang hujah (argumen) yang nyata karena perebutan soal pimpinan dan kedengkian di antara mereka.
Sehubungan dengan keutamaan yang diperoleh Bani Israel ini, Ibnu 'Abbas pernah berkata: "Tidak ada seorang pun di antara orang-orang di dunia yang dicintai Allah melebihi mereka." Allah SWT telah menampakkan tenda-tanda kekuasaan-Nya yang dapat dilihat, didengar, dan dipahami mereka. Merekapun mengikuti segala petunjuk Allah. Demikian Bani Israel pada zaman itu.
17 Dan Kami berikan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata tentang urusan (agama); maka mereka tidak berselisih melainkan sesudah datang kepada mereka pengetahuan karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Sesungguhnya Rabbmu akan memutuskan antara mereka pada hari kiamat terhadap apa yang mereka selalu berselisih padanya.(QS. 45:17)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 17 

وَآتَيْنَاهُمْ بَيِّنَاتٍ مِنَ الْأَمْرِ فَمَا اخْتَلَفُوا إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ إِنَّ رَبَّكَ يَقْضِي بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ (17

Dalam ayat ini, dijelaskan keutamaan yang keenam yang pernah diberikan Allah SWT kepada Bani Israel yaitu bahwa Allah SWT telah memberikan kepada mereka kemampuan memahami dalil-dalil dan keterangan-keterangan tentang agama. Keterangan itu adakalanya berupa hukum, peringatan, dan ada pula yang berupa mukjizat. Semuanya itu dipahami dan dilaksanakan dengan baik sehingga kehidupan mereka menjadi baik, tidak ada terjadi perselisihan sesama mereka dan ikatan masyarakat mereka menjadi baik pula karena itu, banyak usaha besar yang dapat mereka lakukan waktu itu.
Pada akhir ayat ini Allah SWT menerangkan sebab-sebab terjadinya perselisihan di kalangan Bani Israel yang datang kemudian. Nabi-nabi mereka dahulu pernah menerangkan bahwa akan datang Nabi penutup hati, yang diutus kepada semua manusia. Nabi itu termasuk keturunan Ibrahim dari anaknya Ismail. Setelah Nabi yang dimaksud itu datang dan memberikan keterangan sesuai dengan keterangan yang disampaikan Nabi-nabi mereka dahulu mereka pun mengingkarinya, dan tidak mempercayainya. Kedengkian itu timbul karena Nabi yang diutus itu bukan dari Ishak as, dan mereka menganggap bahwa keturunan Ishak lebih mulia dari keturunan Ismail walaupun keduanya adalah saudara seayah (Ibrahim). Karena itu, tidak pantas Nabi dan Rasul terakhir diangkat dari keturunannya.
Allah SWT berfirman:


وَمَا تَفَرَّقُوا إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ
Artinya:
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah-belah melainkan sesudah datangnya pengetahuan kepada mereka karena kedengkian antara mereka (Q.S. As Syura: 14)
Mengenai masalah yang mereka persengketakan itu, Allah SWT akan memberikan keputusan-Nya pada Hari Kiamat dan akan memperjelas alasan yang sebenarnya yang menyebabkan terjadinya perselisihan antara mereka itu. Pada saat itu, nampak dengan jelas hasad dan kedengkian mereka, yang menjurus kepada fanatik golongan sehingga nikmat yang semula harus disyukuri, malah menjadikan mereka sombong dan takabur.
18 Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan agama itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.(QS. 45:18)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 18 

ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ (18

Kemudian Allah SWT memerintahkan kepada Rasulullah saw agar jangan terpengaruh oleh sikap orang-orang Quraisy karena Allah SWT telah menetapkan urusan syariat yang harus dijadikan pegangan dalam menetapkan urusan agama dengan perantara wahyu. Maka peraturan yang termuat dalam wahyu itulah yang harus diikuti, tidak boleh mengikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahuinya. Syariat yang dibawa oleh para Rasul terdahulu dan syariat yang dibawa Nabi Muhammad saw pada asasnya dan hakikatnya sama, sama-sama berasaskan tauhid, membimbing manusia ke jalan yang benar, mewujudkan kemaslahatan dalam masyarakat, menyuruh berbuat baik dan mencegah berbuat mungkar. Jika terdapat perbedaan, maka perbedaan itu bukan masalah pokok, hanya dalam pelaksanaan ibadat dan cara-caranya. Hal itu disesuaikan dengan keadaan, tempat dan waktu. Itulah sebabnya Allah SWT melarang Rasulullah saw mengikuti keinginan orang-orang musyrik Quraisy yang tidak mengetahui syariat Allah dan tidak mengetahui agama tauhid.
19 Sesungguhnya mereka sekali-kali tidak akan dapat menolak dari kamu sedikitpun dari (siksaan) Allah. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain, dan Allah adalah pelindung orang-orang yang bertaqwa.-(QS. 45:19)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 19

إِنَّهُمْ لَنْ يُغْنُوا عَنْكَ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَإِنَّ الظَّالِمِينَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُتَّقِينَ (19

Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan bahwa orang-orang musyrik mengetahui syariat Allah dan tidak mengakui keesaan Allah, bagaimanapun mereka tidak akan dapat menolak atau menghindari azab Allah yang ditimpakan kepada mereka di akhirat nanti.
Kemudian diterangkan pula bahwa orang-orang musyrik itu tolong-menolong antara yang satu dengan yang lain dalam berbuat dosa dan kemaksiatan. Ditegaskan bahwa tipu muslihat mereka bersekongkol untuk merintangi dan merusak agama Islam dan kaum Muslimin hanyalah dapat mereka lakukan selama hidup di dunia saja, sedangkan di akhirat nanti hal itu tidak dapat mereka lakukan. Pada hari itu, seseorang tidak dapat menolong orang lain dan tidak dapat menanggung dosa orang lain; tiap-tiap orang bertanggung jawab terhadap perbuatannya sendiri-sendiri.
Pada akhir ayat, Allah SWT menegaskan bahwa Dia pelindung orang yang bertakwa. Perbuatan takwa yang mereka lakukan untuk mencari keridaan Allah itu dibalas oleh Allah dengan pahala yang berlipat ganda di akhirat nanti.
20 Quran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.(QS. 45:20)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 20 

هَذَا بَصَائِرُ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ (20

Dalam ayat ini, Allah SWT menerangkan bahwa Alquran itu adalah pedoman hidup bagi manusia, petunjuk dan rahmat yang dikaruniakan kepada hamba Nya yang meyakininya.
Alquran itu disebut pedoman karena di dalamnya terdapat dalil-dalil dan keterangan-keterangan agama yang sangat mereka perlukan untuk kesejahteraan manusia di dunia dan kebahagiaan mereka di akhirat. Petunjuk dan rahmat Allah itu hanya akan dapat dirasakan oleh orang-orang yang benar-benar yakin dan percaya kepada Allah dan Rasul-Nya dalam melaksanakan isi Alquran itu.

Halaman  First Previous Next Last Balik Ke Atas   Total [2]
Ayat 1 s/d 20 dari [37]


Sumber tafsir ini di ambil dari :

1. Tafsir DEPAG RI, 2. Tafsir Jalalain Indonesia.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger... Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Edy_Hari_Yanto's  album on Photobucket
TPQ NURUDDIN NEWS : Terima kasih kepada donatur yang telah menyisihkan sebagian rezekinya untuk pembangunan TPQ Nuruddin| TKQ-TPQ "NURUDDIN" MENERIMA SANTRI DAN SANTRIWATI BARU | INFORMASI PENDAFTARAN DI KANTOR TPQ "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN-WONOAYU