Selasa, 04 Maret 2014

Mintalah Doa Orang yang Sakit



Sebagai agama yang sangat menghargai kebersamaan, Islam menganjurkan umatnya untuk saling menengok sesamanya ketika dalam keadaan sakit. Begitu anjuran Rasulullah saw dalam haidtsnya:

حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ: إِذَا لَقِيْتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ، وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ، وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصُحْ لَهُ وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللهَ فَشَمِّتْهُ وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ
“Hak seorang muslim atas muslim yang lain ada enam: Jika engkau bertemu dengannya, maka ucapkanlah salam kepadanya, apabila ia mengundangmu penuhilah undangan itu, apabila ia minta nasihat kepadamu maka nasihatilah dia, dan apabila di bersin dan mengucapkan "Al Hamdu lillah", maka ucapkanlah "Yarhamukallah", apabila ia sakit maka jenguklah dan apabila ia mati maka ikutilah (antarkanlah jenazahnya sampai ke kuburnya)". (HR. Muslim).
Kewajiban menjenguk orang sakit tidak hanya sebatas pada sesama yang memiliki hubungan persaudaraan tetapi juga tetangga walaupun dia tidak hubungan persaudaraan sama sekali.

حق الجار إن مرض عدته وإن مات شيعته
Hak tetangga jika dia sakit, engkau menjenguknya, dan jika dia mati engkau urusi jenazahnya..dst.
Demikianlah anjuran Rasulullah saw sehubungan dengan orang sakit. Meski demikian ada satu hal yang jarang dimengerti oleh masyarakat umum akan satu rahasia penting dibalik dianjurkannya menjenguk orang sakit. Harus dimengerti bahwasannya do’a orang yang sedang menderita adalah maqbul. Tidak ada penghalang antara dia dan Allah. Bahkan Rasulullah menyamakan do’a orang yang saki, seperti do’a malaikat.

اذا دخلت على مريض فمره فليدع لك فإن دعاءه كدعاء الملائكة
Apabila engkau datang mengunjungi orang sakit, maka mintalah agar dia beroa untukmu, karena do’anya maqbul seperti doa malaikat (Riwayat Ibnu Majah)
Demikianlah salah satu hal yang sering dilewatkan oleh para penjenguk orang sakit. Mereka sebagai orang sehat merasa berkecukupan dengan mendo’akan kesembuhan si sakit, padahal sebaliknya. Karena �do’a orang yang sakit adalah makbul

*********

___________________________________
Sumber :  http://www.nu.or.id/ubudiyah

Hari-hari Yang Paling Istimewa Dalam Islam

Berikut ini adalah hari-hari istimewa yang ada dalam Islam, dan cukuplah kita dengan hari-hari istimewa milik kita sendiri.

1. Hari Senin dan Kamis

Apa saja keistimewaannya?
- Hari diperiksanya amal manusia
Dari Abu Hurairah R.a, bahwa Nabi Muhammad Saw bersabda:
“Diperiksa amal-amal manusia pada setiap Jumat (baca: setiap pekan) sebanyak dua kali; hari senin dan hari kamis.” (HR. Muslim No. 2565)
- Hari dianjurkannya puasa
Dari Abu Hurairah R.a, katanya: bahwa Nabi Muhammad Saw bersabda:
“Amal-amal manusia diperiksa setiap hari Senin dan Kamis, maka saya suka ketika amal saya diperiksa saat saya sedang berpuasa.”
(HR. At Tirmidzi No. 747, katanya: hasan Gharib. Syeikh Al Albani mengatakan: shahih. Lihat Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmidzi No. 747)
- Hari dibukanya pintu-pintu surga dan diampunkannya hamba.
Dari Abu Hurairah R.a, bahwa Nabi Muhammad Saw bersabda:
“Pintu-pintu Surga dibuka pada hari Senin dan Kamis, maka saat itu akan di ampuni semua hamba yang tidak menyekutukan Allah Swt dengan sesuatu apapun, kecuali seseorang yang antara dirinya dan saudaranya terjadi permusuhan. Lalu dikatakan: ‘Tundalah pengampunan terhadap kedua orang ini sampai keduanya berdamai, tundalah pengampunan terhadap kedua orang ini sampai keduanya berdamai, tundalah pengampunan terhadap kedua orang ini sampai keduanya berdamai.”
(HR. Muslim No. 2565, Al Bukhari dalam Adabul Mufrad No. 411, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 6626)
- Senin adalah hari lahir, hari wafat, dan hari diutusnya Nabi Muhammad Saw dan menerima wahyu pertama
Dari Abu Qatadah Al Anshari R.a, katanya:
Nabi ditanya tentang hari senin. Beliau menjawab: “Itu adalah hari aku dilahirkan, hari aku diutus menjadi rasul, atau diturunkan kepadaku (wahyu).” (HR. Muslim No. 1162)
Dari ‘Aisyah binti Abu Bakar Ash Shiddiq R.ha, bahwa dia ditanya: Hari apakah Rasulullah Saw wafat?
Beliau menjawab: “Hari senin.”(HR. Bukhari No. 1387)
- Kamis adalah hari yang Nabi Muhammad Saw sukai untuk bepergian
Dari Ka’ab bin Malik R.a:
“Bahwa Rasulullah Saw jika hendak safar, Beliau tidak bersafar melainkan pada hari kamis.”
(HR. Ahmad No. 27178. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: shahih. Lihat Ta’liq Musnad Ahmad No. 27178)
- Kamis adalah hari disebarkannya Ad Dawwab (hewan)
Dari Abu Hurairah R.a, bahwa Rasulullah Saw bersabda:
Allah Swt membanyakkan Ad Dawwab di bumi pada hari Kamis.(HR. Muslim No. 2789)

2. Hari Jum’at
Apa saja keistimewaannya?
- Dijelaskan dalam riwayat berikut lima keutamaannya:
Dari Abu Lubabah bin Abdil Mundzir, dia berkata: Bersabda Nabi Muhammad Saw: “Sesungguhnya hari Jum’at adalah Sayyidul Ayyam (pimpinan hari-hari), keagungannya ada pada sisi Allah Swt, dan dia lebih agung di sisi Allah Swt dibanding hari Idul Adha dan Idul Fitri.
Padanya ada lima hal istimewa: pada hari itu Allah Swt menciptakan Adam A.s, pada hari itu Allah Swt menurunkan Adam A.s ke bumi, pada hari itu Allah Swt mewafatkan Adam A.s, pada hari itu ada waktu yang tidaklah seorang hamba berdo’a kepada Allah Swt melainkan akan dikabulkan selama tidak meminta yang haram, dan pada hari itu terjadinya kiamat. Tidaklah Malaikat Muqarrabin A.s, langit, bumi, angin, gunung, dan lautan, melainkan mereka ketakutan pada hari Jum’at.”
(HR. Ibnu Majah No. 1083. Ahmad No. 15547, Ath Thabarani dalam Al Mu’jam Al Kabir No. 4511, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 2973, Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf No. 817, Al Bazzar No. 3738. Dihasankan oleh Syeikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ No. 2279)
- Dianjurkan membaca surat Al Kahfi pada hari Jum’at:
Dari Abu Said Al Khudri bahwa Nabi Muhammad Saw bersabda: “Barang siapa yang membaca surat Al Kahfi pada hari Jum’at, maka dia akan disinari oleh cahaya sejauh diantara dua Jum’at.”
(HR. Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 5792, Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 3392, katanya: shahih. Dishahihkan pula oleh Syeikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ No. 6470)
- Dibebaskan dari fitnah kubur bagi yang wafat pada malam Jum’at dan hari Jum’at
Dari Abdullah bin Amr, bahwa Nabi Muhammad Saw bersabda:
“Tidaklah seorang muslim yang wafat pada hari Jum’at atau malam Jum’at, melainkan Allah Swt akan melindunginya dari fitnah kubur.”
(HR. At Tirmidzi No. 1073, Ahmad No. 6582, Ath Thahawi dalam Syarh Musykilul Aatsar No. 277)
Syeikh Al Albani Rahimahullah berkata tentang hadits ini: “Dikeluarkan oleh Ahmad (6582-6646) melalui dua jalan dari Abdullah bin Amr, dan oleh At Tirmidzi melalui salah satu dari dua jalur, dan hadits ini memiliki Syawahid (beberapa penguat) dari jalur Anas, Jabir bin Abdullah, dan selain keduanya. Maka, hadits ini dengan kumpulan semua jalurnya adalah hasan atau shahih.” (Lihat Ahkamul Jazaiz, Hal. 35)
Selain disebutnya Senin, Kamis, dan Jum’at, disebutkan pula oleh Nabi Muhammad Saw bahwa semua hari yang tujuh memiliki peristiwanya sendiri.
Dari Abu Hurairah R.a, katanya:
Rasulullah Saw memegang tanganku lalu bersabda: “Allah ‘Azza wa Jalla menciptakan tanah pada hari Sabtu, dan menciptakan padanya gunung-gunung pada hari Ahad, menciptakan pepohonan pada hari Senin, menciptakan sesuatu yang dibenci pada hari Selasa, menciptakan cahaya pada hari Rabu, menyebarkan hewan melata pada hari Kamis, menciptakan Adam A.s setelah Ashar pada hari Jum’at, di akhir penciptaan pada akhir waktu-waktu Jum’at antara Ashar menuju malam. (HR. Muslim No. 2789)

3. Hari ‘Asyura (9 dan 10 Muharram)
Berikut ini keistimewaannya:
- Hari diselamatkannya Nabi Musa A.s dan Bani Israel dari kejaran Fir’aun dan tentaranya
Dari Ibnu Abbas R.a, katanya:
Nabi Muhammad Saw sampai di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa ‘Asyura.
Beliau Saw bertanya: “Apa ini?”
mereka menjawab: “Ini hari baik, Allah telah menyelamatkan pada hari ini Musa dan Bani Israel dari musuh mereka, maka Musa pun berpuasa.”
Maka, Nabi Muhammad Saw bersabda: “Saya lebih berhak terhadap Musa dibanding kalian.” Maka, beliau pun berpuasa dan memerintahkan untuk berpuasa (‘Asyura).” (HR. Muttafaq ‘Alaih)
- Hari dianjurkannya berpuasa
Dari Abu Qatadah, bahwa Rasulullah Saw bersabda:
“Dan berpuasa ‘Asyura, sesungguhnya saya menduga atas Allah Swt bahwa dihapuskannya dosa setahun sebelumnya.”
(HR. Abu Daud No. 2425, Ibnu Majah No. 1738. Syeikh Al Albani mengatakan shahih dalam Al Irwa, 4/111, katanya: diriwayatkan oleh Jamaah kecuali Al Bukhari dan At Tirmidzi. Shahihul Jami’ No. 3806)
Berkata Al Hafizh Ibnu Hajar Rahimahullah –setelah merangkum semua dalil yang ada tentang puasa ‘Asyura:
“Oleh karena itu, puasa ‘Asyura terdiri atas tiga tingkatan:
1. Paling rendah yakni berpuasa sehari saja (tanggal 10).
2. Puasa hari ke-9 dan ke-10.
3. Paling tinggi puasa hari ke-9, 10, dan ke-11.
Wallahu A’lam” (Fathul Bari, 6/280. Lihat juga Fiqhus Sunnah, 1/450)

4. Ayyamul Bidh (tanggal 13,14,15 tiap bulan Hijriyah)
Ayyamul Bidh artinya hari-hari yang putih terang, karena saat itu hari di waktu bulan sedang purnama. Ini juga hari-hari istimewa dalam Islam.
- Saat itu dianjurkan bagi kita untuk berpuasa
Abu Hurairah R.a berkata:
Kekasihku (Nabi) Muhammad Saw berwasiat kepadaku tiga hal:
“Berpuasa tiga hari setiap bulan, shalat dua rakaat ketika Dhuha, dan shalat witir sebelum tidur.”
(HR. Bukhari No. 1981, Muslim No. 721. Lafadz ini adalah milik Bukhari)
Kapankah tiga hari itu?
Dari Abu Dzar Al Ghifari R.a, katanya:
“Rasulullah Saw memerintahkan kami untuk berpuasa dalam satu bulannya sebanyak tiga hari, Ayyamul Bidh, yaitu tanggal 13, 14, dan 15.”
(HR. An Nasa’i No. 2422, 2423, lihat juga dalam As Sunan Al Kubranya An Nasa’i No. 2730, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 3848, Ibnu Hibban No. 943, lihat Mawarid Azh Zham’an. Dihasankan oleh Syeikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ No.673)
- Nilai puasanya sama seperti puasa Ad Dahr (sepanjang tahun)
Dari Jarir bin Abdullah R.a, bahwa Nabi Muhammad Saw bersabda:
“Berpuasa tiga hari setiap bulannya, adalah puasa sepanjang tahun, dan hari Ayyamul Bidh yang terang benderang itu adalah pada hari 13, 14, dan 15.”
(HR. An Nasa’i No. 2420. Dihasankan oleh Syeikh Al Albani dalam At Ta’liq Ar Raghib, 2/84)

5. Hari Idul Fitri (1 Syawwal) dan Idul Adha (10 Dzulhijah)
Dari ‘Aisyah R.ha, bahwa Rasulullah Saw bersabda ketika hari Id:
“Sesungguhnya setiap kaum memiliki hari raya, dan hari ini adalah hari raya kita.” (HR. Bukhari No. 952, Muslim No. 892)
Dari Anas bin Malik R.a, beliau Saw berkata:
“Dahulu orang jahiliyah memiliki dua hari untuk mereka bermain-main pada tiap tahunnya.” Ketika Rasulullah Saw datang ke Madinah, dia (Muhammad Saw) bersabda: “Dahulu Kalian memiliki dua hari yang kalian bisa bermain-main saat itu. Allah Swt telah menggantikan keduanya dengan yang lebih baik dari keduanya, yakni hari Fitri dan hari Adha.”
(HR. An Nasa’i No. 1556, lihat juga As Sunan Al Kubra No. 1755)
Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan hadits ini sanadnya shahih. (Fathul Bari, 3/371). Syeikh Al Albani juga menshahihkannya. (Ash Shahihah No.2021)
Dua hari raya inilah hari bagi umat Islam untuk bersenang-senang dan bermain, sebagaimana yang nabi Muhammad Saw alternatifkan dalam hadits Anas bin Malik di atas.

6. Enam hari di Bulan Syawal
Pada enam hari di bulan Syawal kita dianjurkan untuk berpuasa setelah kita menunaikan puasa Ramadhan. Keutamaannya adalah senilai dengan puasa setahun penuh.
Dari Abu Ayyub Al Anshari R.a, bahwasanya Rasulullah Saw bersabda:
“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan, kemudian menyusulnya dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka seakan dia berpuasa setahun penuh.”
(HR. Muslim No. 1164, At Tirmidzi No. 759, Abu Daud No. 2433, Ibnu Majah No. 1716, An Nasa’i dalam As Sunan Al Kubra No. 2866, Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 8214, dan As Sunan As Shaghir No. 1119, Ath Thabarani dalam Al Mu’jam Al Kabir No. 3908, 3909, 3914, 3915, Abdu bin Humaid dalam Musnadnya No. 228, Abu Ja’far Ath Thahawi dalam Musykilul Aatsar No. 1945, Al Baghawi dalam Syarhus Sunnah No. 1780)
Kapankah enam hari Syawal itu?
Imam At Tirmidzi Rahimahullah menceritakan:
Imam Ibnul Mubarak memilih berpuasa enam hari itu di awal bulan. Diriwayatkan dari Ibnul Mubarak bahwa dia berkata: “Berpuasa enam hari bulan Syawal secara terpisah-pisah boleh saja.” (Lihat Sunan At Tirmidzi komentar hadits No. 759)
Syeikh Sayyid Sabiq -Rahimahullah rahmatan waasi’ah- berkata:
Menurut Imam Ahmad: bahwa itu bisa dilakukan secara berturut-turut dan tidak berturut-turut, dan tidak ada keutamaan yang satu atas yang lainnya. Menurut Hanafiyah dan Syafi’iyah adalah lebih utama secara berturut-turut, setelah hari raya. (Fiqhus Sunnah, 1/450)
Syeikh ‘Athiyah Shaqr Rahimahullah mengatakan:
Keutamaan ini adalah bagi yang berpuasanya di bulan Syawal, sama saja apakah di awalnya, di tengah, atau di akhirnya, dan sama pula apakah dengan hari yang berturut atau dipisah-pisah. Hanya saja lebih utama di awal bulan dan secara bersambung. Anjurannya berakhir jika sudah selesai bulan Syawal. (Fatawa Darul Ifta Al Mishriyah, 9/261)

7. Sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah
Disebutkan dalam Al Qur’an:
“Demi fajar, dan malam yang sepuluh.” (QS. Al Fajr (89): 1-2)
Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menjelaskan maknanya:
(Dan demi malam yang sepuluh): maksudnya adalah sepuluh hari pada Dzulhijjah. Sebagaimana dikatakan Ibnu Abbas, Ibnu Az Zubeir, Mujahid, dan lebih dari satu kalangan salaf dan khalaf. (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 8/390. Dar Ath Thayyibah)
Ada juga yang mengatakan maksudnya adalah sepuluh hari awal Muharram, ada juga ulama yang memaknai sepuluh hari awal Ramadhan. Namun yang benar adalah pendapat yang pertama. (Ibid) yakni sepuluh awal bulan Dzulhijjah.
Keutamaannya pun juga disebutkan dalam As Sunnah, bahwa ibadah saat itu senilai dengan mati syahid. Dari Ibnu Abbas R.a, bahwasanya Rasulullah Saw bersabda:
“Tidak ada amal yang lebih afdhal dibanding amal pada hari-hari ini.”
Mereka bertanya: “Tidak juga jihad?”
Beliau Saw menjawab: “Tidak pula oleh jihad, kecuali seseorang yang keluar untuk mengorbankan jiwa dan hartanya, lalu dia tidak kembali dengan sesuatu apa pun (mati syahid).”(HR. Bukhari No. 969)
Imam Ibnu Katsir mengatakan maksud dari “pada hari-hari ini” adalah sepuluh hari Dzulhijjah. (Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 8/390. Lihat Syeikh Sayyid Ath Thanthawi, Al Wasith, 1/4497. Mawqi’ At Tafasir)

8. Hari ‘Arafah (9 Dzulhijah), Hari penyembelihan Qurban – Idul Adha (10 Dzulhijah), dan hari-hari taysrik (11,12,13 Dzulhijah)
Hari-hari ini dengan tegas oleh Nabi Muhammad Saw disebut sebagai ‘Iduna (hari raya kita).
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir R.a, bahwa Rasulullah Saw bersabda:
“Hari ‘Arafah, hari penyembelihan Qurban, hari-hari Tasyriq, adalah hari raya kita para pemeluk Islam, itu adalah hari-hari makan dan minum.”
(HR. At Tirmidzi No. 773, katanya: hasan shahih, Ad Darimi No. 1764, Syeikh Husein Salim Asad mengatakan: isnaduhu shahih. Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 1586, katanya: “Shahih sesuai syarat Bukhari dan Muslim, tetapi mereka tidak meriwayatkannya.”)

9. Tanggal 17 Ramadhan
Pada tanggal ini ada dua peristiwa istimewa yang terjadi sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an, yakni perang Badar (disebut dengan Yaumul Furqaan dan Yaumut Taqal Jam’an – hari bertemunya dua pasukan) dan turunnya Al Qur’an, disebut dengan Wa Maa Anzalnaa ‘Ala ‘Abdinaa (dan apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami).
Allah Swt berfirman
“Ketahuilah, Sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, Maka Sesungguhnya seperlima untuk Allah, rasul, Kerabat rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, Yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
(QS. Al Anfal (8): 41)
Imam Ibnu Jarir Rahimahullah meriwayatkan demikian:
“Berkata Al Hasan bin Abi Thalib R.a: “Adalah ‘malam Al Furqan hari di mana bertemunya dua pasukan’ terjadi pada 17 Ramadhan.”
(Jami’ Al Bayan, 13/562. Muasasah Ar Risalah)

10. Lailatul Qadar
Malam ini terjadi pada sepuluh malam terakhir, kemungkinannya pada malam-malam ganjil sebagaimana telah diketahui bersama. Keistimewaan malam ini diterangkan dalam Al Qur’an:
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu?
Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al Qadr (97): 1-5)
Ada banyak keutamaan Lailatul Qadar, di sini kami sebutkan dua saja:
Pertama, malam turunnya Al Quran.
Lalu bagaimana dengan 17 Ramadhan?
Bukankah juga waktu diturunkannya Al Quran?
Dan bukankah keduanya merupakan waktu yang berbeda?
Maka untuk mentaufiq (kompromi) antara dua keterangan ini (Lailatul Qadar dan 17 Ramadhan), sebagian ulama mengatakan Al Qur’an diturunkan dua kali tahap. Tahap pertama diturunkan dari Lauhul Mahfuzh ke Baitul Izzah di langit dunia pada Lailatul Qadar secara langsung, tahap selanjutnya, diturunkan dari langit dunia ke kehidupan manusia secara bertahap selama hampir 23 tahun, yang diawali pada 17 Ramadhan di Gua Hira. Inilah pendapat Ibnu Abbas. Dengan demikian antara dua ayat ini tidak ada pertentangan sama sekali, justru saling mendukung. Inilah pendapat yang benar.
Berkata Imam Ibnu Jarir tentang surat Al Qadar ayat 1:
“Sesungguhnya Kami menurunkan Al Qur’an ini secara satu kesatuan menuju langit dunia pada Lailatul Qadar.”
Beliau mengutip dari Ibnu Abbas R.a:
“Seluruh Al Qur’an diturunkan sekali turun pada Lailatul Qadar pada bulan Ramadhan menuju langit dunia, jika Allah Swt hendak ‘berbicara’ sesuatu di bumi Dia menurunkannya sampai semuanya (lengkap).”
Beliau juga mengatakan:
“Allah menurunkan Al Qur’an pada malam (Al Qadar) dari langit paling tinggi menuju langit dunia dalam satu kesatuan, lalu membaginya dalam waktu bertahun-tahun.”
Lalu, Ibnu Abbas membaca ayat: “Maka aku bersumpah dengan masa turunnya bagian-bagian Al-Qur’an.” Artinya: Al Qur’an turun secara terbagi-bagi.
Asy Sya’bi R.a mengatakan:
“Allah Swt menurunkan Al Qur’an pertama kali pada Lailatul Qadar.”
Dari Asy Sya’bi juga:
“Telah sampai kepada kami bahwa Al Qur’an diturunkan dalam satu kesatuan ke langit dunia.“ (lihat semua dalam Jami’ Al Bayan, 24/531-532)
Kedua, nilai Lailatul Qadar lebih baik dari seribu bulan.
Imam Mujahid Rahimahullah berkata tentang ayat tersebut:
“Amal pada malam itu, puasanya, dan qiyamul lailnya, lebih baik (nilainya) dari seribu bulan.”
Imam Mujahid juga menjelaskan:
“Dahulu pada Bani Israil ada seorang laki-laki yang shalat malam hingga pagi hari, kemudian dia pergi jihad melawan musuh pada siang harinya hingga sore, dan dia melakukan itu hingga seribu tahun. Maka Allah Ta’ala menurunkan ayat ini: (Lailatul Qadar lebih baik daripada seribu bulan), qiyamul lail pada malam itu lebih baik dibanding amal laki-laki tersebut.” (Ibid)
Sementara Amru bin Qais Al Mala’i Rahimahullah berkata:
“Amal pada malam itu (nilainya) lebih baik dari amal seribu bulan.”
(Imam Abu Ja’far bin Jarir Ath Thabari, Jami’ul Bayan Fi Ta’wilil Quran, 24/ 533)
Demikian. Sebenarnya masih banyak waktu-waktu istimewa dalam Islam yang belum kami bahas seperti peristiwa Isra Mi’raj dan hari kelahiran Nabi Muhammad Saw. Insya Allah jika ada kesempatan akan kami bahas secara khusus.
Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala Aalihi wa Ashhabihi Ajma’in.
Wallahu A’lam

*********


DO'A ROSULULLOH DI PAGI HARI

Do’a Yang Selalu Di amalkan Nabi Muhammad Saw Pada Pagi Hari


Termasuk do’a yang selalu diamalkan Nabi Muhammad Saw pada Pagi Hari yaitu yang terdapat dalam Musnad Imam Ahmad dan Sunan Ibnu Majah dari hadits Ummu Salamah R.ha, bahwa Rasulullah Saw ketika selesai salam dalam sholat shubuh beliau membaca;


اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

Allaahumma inniy as-aluka ‘ilman naafi’an warizqon thoyyiban wa’amalan mutaqobbalan
“Yaa Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang halal dan baik serta amalan yang diterima oleh-Mu.”
{Musnad Imam Ahmad,6/322. Sunan Ibnu Majah,no.925. Dan shohih Ibnu Majah,no.753.}

Siapa yang merenungkan do’a yang agung ini, niscaya dia tahu bahwa mengamalkannya pada waktu tersebut sangat tepat, karena pagi merupakan permulaan hari, dan bagi seorang muslim, tidak ada obsesi apapun pada hari itu selain merealisasikan tujuan-tujuan mulia tersebut. Yaitu ILMU YANG BERMANFAAT, RIZKI YANG BAIK, dan AMAL YANG SELALU DITERIMA-NYA. Ketika dia membuka harinya dengan tiga permintaan ini seakan-akan dia membatasi harapan dan tujuannya. Dan tidak diragukan lagi, hal ini akan membuat hati manusia semakin lapang dan tujuan hidupnya semakin terarah dengan baik
.
Berbeda dengan mereka yang memulai paginya tanpa mengetahui tujuan hidup yang dia harap untuk dijalankan dalam hidupnya. Para praktisi pendidikan menyarankan agar setiap orang menentukan tujuan pada setiap aktivitas yang dilakukan agar tujuan lebih mudah dicapai, lebih terhindar dari kekacauan, dan lebih terarah. Sekali lagi tidak diragukan lagi jika seseorang yang menentukan tujuan hidupnya dengan tujuan tertentu akan lebih sempurna dibandingkan dengan yang tidak melakukannya.
Bagi seorang muslim dalam menjalankan hari-harinya tidak boleh meremehkan hal itu bahkan dia harus memiliki tujuan-tujuan hidup agar mendapatkan tiga hal di atas dan menyempurnakannya dalam kehidupan dan mendapatkannya dengan cara yang terbaik.
Oleh karena itu, betapa indahnya hari yang diawali dengan menentukan tiga tujuan hidup kita ini. Yang dengannya kehidupan akan lebih terarah dengan baik.
Kemudian seseorang yang di awal harinya menentukan tiga hal ini bukan berarti ia membatasi tujuan hidupnya, namun dia bermaksud untuk merendahkan diri kepada Allah Swt, memohon perlindungan-Nya agar senantiasa diberi karunia oleh Allah Swt untuk mendapatkan tiga tujuan yang mulia tersebut. Karena tiada daya dan kekuatan, tiada kemampuan baginya untuk mendatangkan kebaikan atau menolak bahaya kecuali atas izin Allah ‘Azza wajalla, maka kepada-Nya dia memohon perlindungan, pertolongan dan juga kepada-Nya dia menyerahkan diri dan tawakkal.

{Dikutip dari bagian ketiga kitab “Fiqh Al-Ad’iyah wa Al-Adzkar”, Asy-Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘AbdilMuhsin Al-Abbad Al-Badr.

TAFSIR AL QUR'AN SURAH AL-MA'AARIJ AYAT 41 - 44 ( 03 )

Cari dalam "TAFSIR" Al Qur'an
Bahasa Indonesia    English Translation    Dutch    nuruddin

No. Pindah ke Surat Sebelumnya... Pindah ke Surat Berikut-nya... [TAFSIR] : AL-MA'AARIJ
Ayat [44]   First Previous Next Last Balik Ke Atas  Hal:3/3
41 Untuk mengganti (mereka) dengan kaum yang lebih baik dari mereka, dan Kami sekali-kali tidak dapat dikalahkan.(QS. 70:41)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ma'aarij 40 - 41

فَلَا أُقْسِمُ بِرَبِّ الْمَشَارِقِ وَالْمَغَارِبِ إِنَّا لَقَادِرُونَ (40) عَلَى أَنْ نُبَدِّلَ خَيْرًا مِنْهُمْ وَمَا نَحْنُ بِمَسْبُوقِينَ (41

Allah SWT menegaskan dalam ayat ini bahwa Dia Tuhan penguasa dan pemilik seluruh makhluk-Nya yang berupa alam semesta dan seluruh isinya. Bahwa Dia Kuasa menciptakan umat yang lain yang lebih baik dari orang-orang musyrik itu, yang mau mendengarkan ayat-ayat-Nya, tunduk dan patuh kepada-Nya dan Kuasa pula menghancurkan mereka seketika dan tidak seorangpun yang dapat menolak kehendak Allah atau menghindarkan diri dari azab yang akan ditimpakan kepadanya. Ayat yang lain yang sama artinya dengan ayat ini, ialah firman Allah SWT:

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ إِنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ وَيَأْتِ بِخَلْقٍ جَدِيدٍ (19
Artinya:
Tidakkah kamu perhatikan bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan langit dan bumi dengan hak? Jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kamu dan mengganti (mu) dengan makhluk yang baru. (Q.S. Ibrahim: 19)
Pada akhir ayat ini, Allah SWT menegaskan bahwa siapa saja yang telah menerima ketetapan azab Allah baginya, mereka tidak dapat menghindarinya sedikitpun seperti yang diterangkan dalam firman Allah yang lain:

أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ أَنْ يَسْبِقُونَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ (4
Artinya:
Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput dari (azab) Kami? Amatlah buruk apa yang mereka tetapkan itu. (Q.S. Al-Ankabut: 4)


42 Maka biarkanlah mereka tenggelam (dalam kebatilan) dan bermain-main sampai mereka menjumpai hari yang diancamkan kepada mereka,(QS. 70:42)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ma'aarij 42 

فَذَرْهُمْ يَخُوضُوا وَيَلْعَبُوا حَتَّى يُلَاقُوا يَوْمَهُمُ الَّذِي يُوعَدُونَ (42

Ayat ini merupakan peringatan keras kepada kaum musyrikin yang selalu menantang dan mengingkari seruan Nabi Muhammad SAW. Telah dilakukan berbagai macam cara untuk menyadarkan, namun mereka tetap ingkar. Karena itu Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW, "Hai Muhammad, biarkanlah orang-orang musyrik itu mendustakan kamu dan mengingkari adanya hari berbangkit, sampai datangnya Hari Kiamat yang mana pada hari itu mereka dibangkitkan kembali. Pada hari itu barulah mereka mengetahui kebenaran risalah yang telah engkau sampaikan kepada mereka, yaitu ketika kepada mereka diminta pertanggungjawaban terhadap semua perbuatan mereka di dunia dan ketika mereka dijatuhi hukuman.


43 (yaitu) pada hari mereka ke luar dari kubur dengan cepat seakan-akan mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala (sewaktu di dunia),(QS. 70:43)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ma'aarij 43 

يَوْمَ يَخْرُجُونَ مِنَ الْأَجْدَاثِ سِرَاعًا كَأَنَّهُمْ إِلَى نُصُبٍ يُوفِضُونَ (43

Hari yang diancamkan kedatangannya kepada mereka di masa hidup di dunia dahulu, ialah hari mereka dihidupkan kembali dan dibangkitkan dari kubur. Mereka datang dalam keadaan tergesa-gesa memenuhi panggilan yang memanggil mereka, seperti orang lari menghindari malapetaka, karena ketakutan dan kegundahan hati mereka.


44 dalam keadaan mereka menekurkan pandangannya (serta) diliputi kehinaan. Itulah hari yang dahulunya diancamkan kepada mereka.(QS. 70:44)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ma'aarij 44 

خَاشِعَةً أَبْصَارُهُمْ تَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ ذَلِكَ الْيَوْمُ الَّذِي كَانُوا يُوعَدُونَ (44

Pada hari yang dijanjikan itu, orang-orang musyrik lari dalam keadaan kepala mereka tertunduk dan terhina.
Pada akhir ayat ini, seakan-akan Allah SWT, mengingatkan lagi kepada orang-orang musyrik, bahwa seperti itulah keadaan hari yang dijanjikan itu penuh dengan kesengsaraan dan penderitaan yang tidak tertanggungkan. Pada hari itu tidak ada suatupun yang dapat memberi pertolongan kecuali Allah SWT.



Halaman  First Previous Next Last Balik Ke Atas   Total [3]
Ayat 41 s/d 44 dari [44]


Sumber Tafsir dari :

1. Tafsir DEPAG RI, 2. Tafsir Jalalain Indonesia.

TAFSIR AL QUR'AN SURAH AL-MA'AARIJ AYAT 21 - 40 ( 02 )

Cari dalam "TAFSIR" Al Qur'an
Bahasa Indonesia    English Translation    Dutch    nuruddin

No. Pindah ke Surat Sebelumnya... Pindah ke Surat Berikut-nya... [TAFSIR] : AL-MA'AARIJ
Ayat [44]   First Previous Next Last Balik Ke Atas  Hal:2/3
21 dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir,(QS. 70:21)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ma'aarij 20 - 21 

إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا (20) وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا (21

Dalam ayat-ayat ini, diterangkan bahwa jika manusia itu ditimpa kesusahan, mereka tidak sabar dan tabah, kadang-kadang ia berputus-asa; sedangkan jika ia memperoleh rezeki dan karunia yang banyak dari Allah ia menjadi kikir.
Timbulnya kegelisahan dan kekikiran pada diri manusia lantaran mereka tidak beriman dengan sungguh-sungguh kepada Allah, seakan-akan dirinya merasa terpencil, tidak ada sesuatupun yang dapat menolongnya dalam kesukaran itu. Bila mereka mendapat rezeki, ia merasa bahwa rezeki itu diperolehnya semata-mata karena usaha dirinya sendiri, tanpa pertolongan dari orang lain. Mereka beranggapan, bahwa rezeki dan karunia yang diperolehnya itu bukan karunia dari Allah SWT. Karena itu timbullah sifat kikir dalam dirinya.
Lain halnya dengan orang-orang yang beriman. Ia percaya bahwa segala sesuatu yang datang kepadanya, merupakan ujian dan cobaan Allah kepadanya, baik yang datang itu berupa penderitaan maupun berupa kesenangan. Cobaan itu diberikan kepadanya untuk menguji dan menambah kuat iman mereka. Karena itu ia tetap tabah dan sabar dalam menerima semua cobaan itu. Jika Ia memperoleh kesukaran ia selidiki dirinya sendiri, apa ada larangan Allah yang telah dilanggarnya atau perbuatan mungkar yang telah dilakukannya dan sebagainya. Kemudian ia berlaku sabar dan tabah serta bertobat kepada Allah dengan tobat yang sesungguhnya. Sebaliknya jika ia menerima rahmat dan karunia dari Allah ia bersyukur kepadanya dan merasa dirinya terikat dengan rahmat itu. Kemudian dikeluarkannya hak orang lain atau hak Allah yang ada dalam hartanya itu, sebagaimana yang telah dilakukan Nabi Ayub A.S. yang disebutkan dalam firman Allah SWT.:


وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِنْ ضُرٍّ وَءَاتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَذِكْرَى لِلْعَابِدِينَ
Artinya:
Dan (ingatlah) kisah Ayub ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua yang penyayang". Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya dan Kami lipat gandakan bilangan mereka sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah." (Q.S. Al-Anbiya': 83, 84)
Orang yang beriman tidak akan bersedih hati dan putus asa terhadap urusan dunia yang luput darinya; tidak akan berpengaruh pada jiwanya, karena ia yakin kepada Kada dan Kadar Allah. Belum tentu yang dikira buruk itu, buruk pula di sisi Allah; dan yang dikira baik itu, baik pula di sisi-Nya. Mungkin sebaliknya, yang dikira buruk itu, baik di sisi Allah dan yang kelihatannya baik itu adalah buruk di sisi Allah ia yakin benar hal yang demikian, karena dinyatakan Allah SWT, dalam firman-Nya:


فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا
Artinya:
Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak (Q.S. An Nisa': 19)
Adapun orang-orang kafir tidak mempunyai kepercayaan yang demikian. Mereka tidak percaya bahwa suka dan duka yang didatangkan Allah kepada seseorang, yang merupakan cobaan Allah kepadanya, merupakan malapetaka baginya. Ketika dalam keadaan senang dan gembira, mereka hanya melihat seakan-akan diri mereka sajalah yang ada, sedangkan yang lain tidak ada; sebagaimana firman Allah SWT:


لَا يَسْأَمُ الْإِنْسَانُ مِنْ دُعَاءِ الْخَيْرِ وَإِنْ مَسَّهُ الشَّرُّ فَيَئُوسٌ قَنُوطٌ (49) وَلَئِنْ أَذَقْنَاهُ رَحْمَةً مِنَّا مِنْ بَعْدِ ضَرَّاءَ مَسَّتْهُ لَيَقُولَنَّ هَذَا لِي وَمَا أَظُنُّ السَّاعَةَ قَائِمَةً وَلَئِنْ رُجِعْتُ إِلَى رَبِّي إِنَّ لِي عِنْدَهُ لَلْحُسْنَى فَلَنُنَبِّئَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِمَا عَمِلُوا وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنْ عَذَابٍ غَلِيظٍ (50)
Artinya:
Manusia tidak jemu memohon kebaikan dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan, Dan jika kamu merasakan kepadanya suatu rahmat dari Kami sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata, "Ini adalah hakku dan aku tidak yakin bahwa Hari Kiamat itu akan datang. Dan jika aku dikembalikan kepada Tuhanku maka sesungguhnya aku akan memperoleh kebaikan pada sisi Nya". Maka Kami benar-benar akan memberitakan kepada orang-orang kafir apa yang telah mereka kerjakan dan akan Kami rasakan kepada mereka azab yang keras. (Q.S. Fussilat: 49, 50)
22 kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat,(QS. 70:22)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ma'aarij 22 - 23 

إِلَّا الْمُصَلِّينَ (22) الَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَاتِهِمْ دَائِمُونَ (23

Demikianlah sifat-sifat manusia pada umumnya, kecuali orang-orang yang mengerjakan salat.
Salat itu merupakan rukun kedua dari rukun Islam; tanda yang membedakan antara orang-orang yang beriman dan orang-orang kafir. Jika seseorang salat berarti ia mempunyai hubungan dengan Tuhannya. Dia akan selalu teringat kepada Tuhannya. Sebaliknya jika ia tidak salat, akan lupalah ia kepada Tuhannya dan putuslah hubungannya itu. Hal ini terpahami dari firman Allah SWT:


إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي (14)
Artinya:
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku. (Q.S. Thaha: 14)
Jika seorang benar-benar khusyuk dalam salatnya, berarti hati dan pikirannya tertuju kepada Allah semata. Dia merasakan dalam salatnya itu langsung berhadapan dengan Allah SWT. Timbul dalam hatinya takut terhadap siksa Allah karena dosa-dosa yang telah diperbuatnya di samping penuh harap akan limpahan pahala, rahmat dan karunia-Nya. Karena itu ia berjanji dalam hatinya akan menjauhi dan menghentikan larangan-larangan-Nya. Hatinya pasrah dan tenteram menyerahkan diri kepada-Nya. Orang yang salat secara demikian akan terhindar dari perbuatan-perbuatan keji dan perbuatan mungkar, sebagaimana firman Allah SWT:


اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ (45
Artinya:
Bacalah apa yang telah dititahkan kepadamu, yaitu Al Kitab (Alquran) dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-Ankabut: 45)
Dalam ayat ini, disebut salat dalam arti yang umum, termasuk di dalamnya salat wajib yang lima waktu dan salat-salat sunah. Hal ini berarti bahwa semua salat yang diperintahkan Allah mengerjakannya dapat menghilangkan kegelisahan, menenteramkan hati dan menambah kekuatan iman orang yang mengerjakannya. Sekalipun demikian tentulah salat yang paling diutamakan mengerjakannya, ialah salat yang lima waktu.
Kemudian, diteruskan bahwa salat itu selalu dikerjakan pada setiap waktu yang ditentukan, terus menerus, tidak ada yang luput dikerjakan walaupun satu salat. Inilah syarat mengerjakan salat yang dapat menghilangkan kegelisahan hati dan kekikiran.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Ma'aarij 22 

إِلَّا الْمُصَلِّينَ (22

(Kecuali orang-orang yang mengerjakan salat) yakni, orang-orang yang beriman.
23 yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya,(QS. 70:23)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ma'aarij 22 - 23 

إِلَّا الْمُصَلِّينَ (22) الَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَاتِهِمْ دَائِمُونَ (23

Demikianlah sifat-sifat manusia pada umumnya, kecuali orang-orang yang mengerjakan salat.
Salat itu merupakan rukun kedua dari rukun Islam; tanda yang membedakan antara orang-orang yang beriman dan orang-orang kafir. Jika seseorang salat berarti ia mempunyai hubungan dengan Tuhannya. Dia akan selalu teringat kepada Tuhannya. Sebaliknya jika ia tidak salat, akan lupalah ia kepada Tuhannya dan putuslah hubungannya itu. Hal ini terpahami dari firman Allah SWT:


إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي (14
Artinya:
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku. (Q.S. Thaha: 14)
Jika seorang benar-benar khusyuk dalam salatnya, berarti hati dan pikirannya tertuju kepada Allah semata. Dia merasakan dalam salatnya itu langsung berhadapan dengan Allah SWT. Timbul dalam hatinya takut terhadap siksa Allah karena dosa-dosa yang telah diperbuatnya di samping penuh harap akan limpahan pahala, rahmat dan karunia-Nya. Karena itu ia berjanji dalam hatinya akan menjauhi dan menghentikan larangan-larangan-Nya. Hatinya pasrah dan tenteram menyerahkan diri kepada-Nya. Orang yang salat secara demikian akan terhindar dari perbuatan-perbuatan keji dan perbuatan mungkar, sebagaimana firman Allah SWT:


اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ (45
Artinya:
Bacalah apa yang telah dititahkan kepadamu, yaitu Al Kitab (Alquran) dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-Ankabut: 45)
Dalam ayat ini, disebut salat dalam arti yang umum, termasuk di dalamnya salat wajib yang lima waktu dan salat-salat sunah. Hal ini berarti bahwa semua salat yang diperintahkan Allah mengerjakannya dapat menghilangkan kegelisahan, menenteramkan hati dan menambah kekuatan iman orang yang mengerjakannya. Sekalipun demikian tentulah salat yang paling diutamakan mengerjakannya, ialah salat yang lima waktu.
Kemudian, diteruskan bahwa salat itu selalu dikerjakan pada setiap waktu yang ditentukan, terus menerus, tidak ada yang luput dikerjakan walaupun satu salat. Inilah syarat mengerjakan salat yang dapat menghilangkan kegelisahan hati dan kekikiran.
24 dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu,(QS. 70:24)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ma'aarij 24 - 25 

وَالَّذِينَ فِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَعْلُومٌ (24) لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ (25

Di samping mengerjakan salat untuk mengingat dan menghambakan diri kepada Allah, manusia diperintahkan agar selalu meneliti harta yang telah dianugerahkan Allah kepadanya; apakah dalam harta itu telah atau belum ada hak orang miskin yang meminta-minta, dan orang miskin yang tidak mempunyai sesuatu apapun. Jika ada hak mereka, segera mengeluarkan hak itu, karena dia percaya bahwa selama ada hak orang lain dalam hartanya itu, berarti hartanya belum lagi suci, Allah SWT. berfirman:


خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا
Artinya:
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka. (Q.S. At Taubah: 103)
Dari perkataan "Haqqun ma'lum" (bahagian yang tertentu) dipahami bahwa yang dimaksud dengan ayat ini ialah sedekah wajib. yaitu zakat. Apalagi dalam ayat ini penyebutannya diiringi dengan penyebutan salat.
Di dalam Alquran terdapat dua puluh tujuh tempat yang menyebutkan secara beriringan perintah mengerjakan salat dengan perintah mengerjakan zakat. Hal ini menunjukkan bahwa salat dan zakat itu mempunyai hubungan yang erat. Dengan salat, seorang dapat menyucikan dirinya dari perbuatan-perbuatan syirik, (dari segala perbuatan terlarang, dan menyerahkan serta menghambakan diri kepada Allah saja. Sedangkan dengan zakat; seseorang dapat menyucikan hartanya dari milik orang lain serta menanamkan keyakinan dalam dirinya bahwa harta yang dikaruniakan Allah itu, harus digunakan dan dimanfaatkan untuk jalan-jalan yang diridai Allah. Dan harta itu semata-mata sebagai alat untuk mencari keridaan-Nya, bukan sebagai tujuan hidup dengan mengumpulkan kekayaan. Dengan perkataan lain bahwa zakat itu adalah hasil dari perwujudan dari berhasilnya salat yang dikerjakan seseorang.
25 bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta),(QS. 70:25)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ma'aarij 24 - 25 

وَالَّذِينَ فِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَعْلُومٌ (24) لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ (25

Di samping mengerjakan salat untuk mengingat dan menghambakan diri kepada Allah, manusia diperintahkan agar selalu meneliti harta yang telah dianugerahkan Allah kepadanya; apakah dalam harta itu telah atau belum ada hak orang miskin yang meminta-minta, dan orang miskin yang tidak mempunyai sesuatu apapun. Jika ada hak mereka, segera mengeluarkan hak itu, karena dia percaya bahwa selama ada hak orang lain dalam hartanya itu, berarti hartanya belum lagi suci, Allah SWT. berfirman:


خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا
Artinya:
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka. (Q.S. At Taubah: 103)
Dari perkataan "Haqqun ma'lum" (bahagian yang tertentu) dipahami bahwa yang dimaksud dengan ayat ini ialah sedekah wajib. yaitu zakat. Apalagi dalam ayat ini penyebutannya diiringi dengan penyebutan salat.
Di dalam Alquran terdapat dua puluh tujuh tempat yang menyebutkan secara beriringan perintah mengerjakan salat dengan perintah mengerjakan zakat. Hal ini menunjukkan bahwa salat dan zakat itu mempunyai hubungan yang erat. Dengan salat, seorang dapat menyucikan dirinya dari perbuatan-perbuatan syirik, (dari segala perbuatan terlarang, dan menyerahkan serta menghambakan diri kepada Allah saja. Sedangkan dengan zakat; seseorang dapat menyucikan hartanya dari milik orang lain serta menanamkan keyakinan dalam dirinya bahwa harta yang dikaruniakan Allah itu, harus digunakan dan dimanfaatkan untuk jalan-jalan yang diridai Allah. Dan harta itu semata-mata sebagai alat untuk mencari keridaan-Nya, bukan sebagai tujuan hidup dengan mengumpulkan kekayaan. Dengan perkataan lain bahwa zakat itu adalah hasil dari perwujudan dari berhasilnya salat yang dikerjakan seseorang.
26 dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan,(QS. 70:26)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ma'aarij 26 - 27 

وَالَّذِينَ يُصَدِّقُونَ بِيَوْمِ الدِّينِ (26) وَالَّذِينَ هُمْ مِنْ عَذَابِ رَبِّهِمْ مُشْفِقُونَ (27

Orang-orang yang tidak suka berkeluh kesah adalah orang yang menjalankan salat dan menunaikan zakat. Merekalah yang percaya adanya hari kiamat, akan adanya hidup setelah mati, waktu ditimbang semua amal perbuatan yang telah dikerjakan selama hidup di dunia. Amal baik dibalas dengan surga, sedangkan perbuatan jahat, yang tidak diridai Allah akan dibalas dengan neraka.
Orang yang percaya akan adanya hari akhirat yakin benar bahwa mereka pada hari itu akan mendapat pahala iman dan amal yang telah mereka lakukan selama hidup di dunia. Mereka percaya bahwa hidup di akhiratlah hidup yang sebenarnya; sedangkan hidup di dunia hanyalah hidup sementara, untuk mempersiapkan diri bagi hidup di akhirat itu. Karena itu, segala macam cobaan yang datang kepada mereka selama di dunia, dihadapi mereka dengan tabah dan sabar. Mereka tidak pernah berkeluh kesah, bagaimanapun cobaan yang diderita mereka. Mereka tidak pula akan kikir untuk menolong sesamanya yang hidup dalam kepapaan dan penderitaan.
Telah menjadi dasar bagi kebahagiaan hidup manusia, ialah bahwa usahanya menghindarkan diri dari bahaya dan kemudaratan selalu lebih besar dan lebih didahulukan dari pada usahanya untuk memperoleh kebahagiaan dan kemanfaatan.
Akan tetapi, manusia dalam kehidupannya sehari-hari kadang-kadang lupa atau melalaikan dasar ini. Dia kadang-kadang lekas terpukau oleh sesuatu yang kelihatannya akan mendatangkan kebaikan atau memberi manfaat baginya. Maka dikerjakanlah sesuatu itu dengan tidak memperhitungkan atau mempertimbangkan kemudaratan-kemudaratan yang akan ditimbulkannya. Akibatnya ia menderita dan sengsaralah hidupnya. Itulah hukuman dan azab dari Tuhan atas kelalainnya itu.
Dalam agama Islam ada kaidah Usul Fikih yang berbunyi:
درء المفاسد مقدم على جلب المصالحشق
Artinya:
"Menolak kemudaratan itu didahulukan atas mencari manfaat".
27 dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya.(QS. 70:27)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Ma'aarij 27

وَالَّذِينَ هُمْ مِنْ عَذَابِ رَبِّهِمْ مُشْفِقُونَ (27

 (Dan orang-orang yang takut terhadap azab Rabbnya) mereka takut akan azab-Nya.
28 Karena sesungguhnya azab Tuhan mereka tidak dapat orang merasa aman (dari kedatangannya).(QS. 70:28)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ma'aarij 28 

إِنَّ عَذَابَ رَبِّهِمْ غَيْرُ مَأْمُونٍ (28

Dalam ayat ini, diterangkan bahwa tidak seorang pun yang merasa dirinya aman atas kedatangan azab dari Tuhannya. Oleh karena itu manusia tidak merasa aman dari kedatangan azab Allah maka diusahakanlah agar dia terjauh dari azab Allah itu dengan bertakwa kepada-Nya. Karena azab Tuhan itu hanya akan ditimpakan-Nya kepada orang-orang yang tidak bertakwa kepada-Nya.
Karena itu, dipahami dari ayat ini bahwa semua orang yang beriman dengan sebenar-benarnya, mendirikan salat wajib, menunaikan zakat dan percaya kepada adanya hari akhirat, hari dilaksanakan keadilan yang sesungguhnya, akan tenteram hatinya dan tidak merasa khawatir akan kedatangan azab Allah, sekalipun mereka belum dapat memastikan apakah mereka termasuk penghuni surga atau penghuni neraka. Yang menenteramkan hati orang-orang yang beriman itu ialah iman dan amal saleh yang telah dikerjakan. Allah SWT berfirman:


بَلَى مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِنْدَ رَبِّهِ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (112
Artinya:
(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebaikan, maka baginya pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)mereka bersedih hati. (Q.s Al-Baqarah: 112)
Dan firman Allah SWT:


مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Artinya:
(di antara mereka) yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Q.S. Al-Ma'idah: 69)
29 Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya,(QS. 70:29)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ma'aarij 29 - 30 

وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ (29) إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ (30

Dalam ayat ini, diterangkan lagi sifat manusia yang tenteram hatinya, tidak berkeluh kesah dan tidak kikir, yaitu orang-orang yang menjaga kehormatannya sehingga tidak melakukan perbuatan zina. Mereka hanya melakukan apa yang telah dihalalkan Allah bagi mereka, hanya menggauli istri-istri mereka atau dengan budak-budak perempuan yang telah mereka miliki.
Perkataan "Fa innahum ghairu malumin" (maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela) memberi pengertian bahwa hak mencampuri istri atau budak-budak yang dimiliki, bukanlah hak tanpa batas, melainkan ada batasnya, sesuai dengan ketentuan-ketentuan agama.
Menurut agama Islam, hubungan suami istri adalah hubungan yang suci, hubungan yang diridai Allah, hubungan cinta kasih dan hubungan yang dilatarbelakangi oleh keinginan mengikuti sunah Rasulullah dan ingin memperoleh keturunan. Hubungan suami istri mempunyai unsur-unsur ibadat. Hubungan ini dilukiskan dalam firman Allah SWT:


أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَائِكُمْ هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ
Artinya:
Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri kamu, mereka itu adalah pakaian bagimu dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. (Q.S. Al-Baqarah: 187)
Rasulullah SAW bersabda:


عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ: أَنَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ: الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِهَا المَرْأَةُ الصَّالِحَةُ (رواه مسلم
Artinya:
Dari Abdullah bin Amr bin Ash bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, "Dunia itu adalah harta benda kehidupan, sebaik-baik harta benda kehidupan dunia itu ialah istri yang saleh". (H.R. Muslim)
Ayat ini memberikan petunjuk kepada suami istri, bahwa dalam melakukan hubungan dengan istri atau suami, tuan dengan budak perempuan, hendaklah dilakukan sedemikian rupa sehingga dalam hubungan itu terdapat unsur-unsur ibadat, akhlak yang mulia, tata cara yang baik dan sebagainya, sehingga dapat menjaga kemuliaan dan martabatnya sebagai seorang muslim. Tidak sekadar memenuhi hawa nafsu, keperluan biologis atau seperti yang dilakukan oleh binatang; melainkan untuk tujuan yang agung.
Jika seorang muslim telah dapat melakukan hubungan dengan istrinya atau dengan budaknya, sesuai dengan tuntutan agama Islam ini berarti ia telah dapat menguasai puncak hawa nafsunya. Bahkan ia telah dapat menguasai puncak hawa nafsunya, karena puncak hawa nafsu itu terletak dalam hubungan seperti antara laki-laki dan wanita. Jika mereka telah dapat melakukan yang demikian, maka mereka akan lebih dapat melakukan pada nafsu-nafsu dan keinginan-keinginan yang lain yang lebih rendah tingkatnya.
30 kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak-budak yang mereka miliki maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.(QS. 70:30)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Ma'aarij 30

  إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ (30

(Kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak-budak yang mereka miliki) yakni budak-budak perempuan (maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tidak tercela.)
31 Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.(QS. 70:31)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ma'aarij 31 

فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ (31

Dalam ayat ini, diterangkan bahwa barang siapa yang berbuat di luar ketentuan-ketentuan tersebut, misalnya berzina, melakukan homosexual atau lesbian, mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.
Dalam ayat yang sebelum ini, diterangkan bahwa di antara syarat menghilangkan suka berkeluh kesah-dan sifat kikir, ialah menjaga kehormatan dan kemuliaan diri, yaitu hanya dengan mencampuri istri atau budak yang dimiliki saja: selain dari itu hendaklah dijauhi juga melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat mendorong atau mempercepat orang melakukan perbuatan yang terlarang itu, seperti pergaulan bebas antara laki-laki dan wanita, dan sebagainya. karena itulah, Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya:


قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ (30
Artinya:
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat" (Q.S. An Nur: 30)
Dalam ayat ini dapat dipahami, mengapa Allah memerintahkan agar kaum muslimin memelihara pandangannya, yaitu untuk menjaga kemaluannya dari perbuatan zina.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Ma'aarij 31 

فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ (31

(Barang siapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas) melanggar batas kehalalan menuju kepada keharaman.
32 Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.(QS. 70:32)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ma'aarij 32 

وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ (32

Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan syarat-syarat yang lain yang dapat menghilangkan sifat suka berkeluh kesah dan sifat kikir, yaitu memelihara amanat yang dipercayakan kepadanya, baik berupa amanat Allah, seperti wajib beriman, mengerjakan salat; menunaikan zakat, mengerjakan haji, berjihad dan sebagainya, maupun amanat manusia terhadap dirinya, seperti memelihara kemaluan, memenuhi janji dan sebagainya. Amanat ialah suatu perjanjian untuk memelihara sesuatu yang dilakukan oleh hamba kepada Tuhannya, hamba kepada dirinya dan hamba kepada yang lain.
Sanggup memelihara amanat itu termasuk salah satu dari sifat-sifat seorang muslim, dan sifat ini pulalah yang membedakan orang mukmin dari orang munafik Nabi Muhammad SAW bersabda:


قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَّبَ وّإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا ائْتُمِنَ خَانَ
Artinya:
Bersabda Nabi Muhammad SAW, "Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, yaitu apabila ia berkata ia berdusta, apabila ia berjanji ia ingkar (menyalahinya) dan apabila ia diberi amanat ia berkhianat." (HR Bukhari, lihat Mu'jam Mufahras Li Alfazil Hadisin Nabawi, hal 433, jilid I).
33 Dan orang-orang yang memberikan kesaksiannya.(QS. 70:33)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ma'aarij 33 

وَالَّذِينَ هُمْ بِشَهَادَاتِهِمْ قَائِمُونَ (33

Yang dimaksudkan dengan orang yang memberikan kesaksiannya ialah, orang yang mau melaksanakan kesaksian bila diperlukan dan bila ia menjadi saksi, ia melakukannya dengan benar, tidak berbohong, tidak mengubah atau menyembunyikan sesuatu dalam kesaksiannya itu. Pada ayat yang lain Allah SWT berfirman:


اللَّهَ رَبَّهُ وَلَا تَكْتُمُوا الشَّهَادَةَ وَمَنْ يَكْتُمْهَا فَإِنَّهُ آثِمٌ قَلْبُهُ
Artinya:
dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Q.S. Al-Baqarah: 283)
Diperintahkan kepada manusia melaksanakan kesaksian untuk menegakkan keadilan dan semata-mata mencari keridaan Allah, bukan untuk suatu maksud yang berlawanan dengan ajaran Allah. Allah SWT berfirman:
وَأَشْهِدُوا ذَوَيْ عَدْلٍ مِنْكُمْ وَأَقِيمُوا الشَّهَادَةَ لِلَّهِ
Artinya:
Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. (Q.S. At Thalaq: 2)
34 Dan orang-orang yang memelihara shalatnya.(QS. 70:34)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ma'aarij 34 

وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ (34

Ada suatu sifat manusia selain yang disebutkan itu, yang dapat menghilangkan sifat suka berkeluh kesah dan sifat kikir, ialah selalu memelihara salatnya.
Yang dimaksud dengan memelihara salat di sini, ialah:
1. Berusaha pada setiap akan melakukan salat melengkapi syarat-syaratnya dengan baik dan sempurna, seperti meneliti pakaian yang dipakai sehingga tidak bernajis; berwudu dengan baik serta mengesampingkan segala sesuatu yang dapat menghilangkan atau mengurangi kekhusyukan.
2. Berusaha pada setiap salat melaksanakan semua rukun-rukunnya dengan baik dan sempurna, sehingga tidak ada yang tertinggal.
3. Berusaha khusyuk pada setiap salat.
4. Berusaha agar dapat melaksanakan semua salat terutama salat wajib yang lima waktu jangan sampai ada yang tertinggal.
5. Berusaha melaksanakan salat pada awal waktunya.
35 Mereka itu (kekal) di syurga lagi dimuliakan.(QS. 70:35)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ma'aarij 35 

أُولَئِكَ فِي جَنَّاتٍ مُكْرَمُونَ (35

Manusia yang mempunyai sifat-sifat di atas itu akan mendapat balasan surga di akhirat nanti dan orang-orang yang bersifat demikian akan dapat mengikis sifat suka berkeluh kesah dan sifat kikir itu dari relung hatinya.
36 Mengapakah orang-orang kafir itu bersegera datang ke arahmu.(QS. 70:36)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ma'aarij 36 - 37 

فَمَالِ الَّذِينَ كَفَرُوا قِبَلَكَ مُهْطِعِينَ (36) عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ عِزِينَ (37

Menurut sebahagian ahli Tafsir, ayat in berhubungan dengan peristiwa ketika Rasulullah SAW salat dan membaca Alquran di dekat Kakbah lalu orang-orang musyrik berkumpul berkelompok-kelompok di dekatnya sambil mengejek dan mengatakan, "Jika orang-orang mukmin benar-benar akan masuk surga sebagaimana kata Muhammad, tentu kitalah yang akan masuk lebih dahulu". Maka turunlah ayat ini.
Ayat ini mencela perbuatan orang-orang musyrik Mekah dengan mengatakan, "Mengapa orang-orang musyrik Mekah itu bergegas-gegas mendatangi engkau dan duduk mengelilingi engkau hai Muhammad, seakan-akan ingin benar mendengar dan memperhatikan apa yang engkau ucapkan; padahal mereka tidak memperhatikan dan mendengarkannya sedikitpun?
Orang-orang musyrik Mekah bila mereka mendengar Nabi SAW membaca Alquran mereka beramai-ramai mendatangi Nabi dengan mata yang mendelik, seperti orang yang sedang ketakutan. Mereka duduk di kanan kiri Rasulullah berkelompok-kelompok dan saling bertanya antara mereka, "Apa yang dibaca Muhammad itu?" Mereka seakan-akan memperhatikan ayat-ayat yang dibacakan itu dengan mengangguk-anggukkan kepala mereka dengan maksud menghina Nabi Muhammad SAW sambil berkata, "Seandainya orang yang mengikuti Muhammad itu masuk surga, tentu kita ini lebih pantas masuk surga dari pada mereka, karena kita lebih baik dari mereka.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Ma'aarij 36 

فَمَالِ الَّذِينَ كَفَرُوا قِبَلَكَ مُهْطِعِينَ (36

(Mengapakah orang-orang kami itu ke arahmu) menuju kepadamu (dengan bersegera) lafal muhthi`iina berkedudukan sebagai hal atau kata keterangan keadaan, yakni mereka selalu menatapkan pandangannya ke arahmu secara terus-menerus.
37 Dari kanan dan dari kiri dengan berkelompok-kelompok?(QS. 70:37)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Ma'aarij 37 

عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ عِزِينَ (37

(Dari kanan dan dari kiri) dari sebelah kananmu dan sebelah kirimu (dengan berkelompok-kelompok) secara bergerombol dan membentuk lingkaran di sekitarmu. Mereka berbuat demikian seraya mengatakan dengan nada mengejek, "Sungguh jika mereka, yakni orang-orang yang beriman, masuk ke dalam surga, niscaya kami benar-benar akan masuk ke dalamnya sebelum mereka." Maka Allah berfirman:
38 Adakah setiap orang dari orang-orang kafir itu ingin masuk ke dalam syurga yang penuh kenikmatan?,(QS. 70:38)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ma'aarij 38

أَيَطْمَعُ كُلُّ امْرِئٍ مِنْهُمْ أَنْ يُدْخَلَ جَنَّةَ نَعِيمٍ (38

Allah SWT mengatakan bahwa pernyataan orang-orang musyrik dalam ayat di atas adalah pernyataan yang tidak benar dan tidak mempunyai dasar. Mungkinkah orang yang berpaling dari kebenaran setelah mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepada mereka, akan masuk surga seperti orang-orang mukmin memasukinya? Sebagaimana mereka ketahui bahwa Allah menyediakan surga itu hanya bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bukan untuk orang-orang kafir seperti mereka.
39 Sekali-kali tidak! Sesungguhnya Kami ciptakan mereka dari apa yang mereka ketahui (air mani).(QS. 70:39)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ma'aarij 39 

كَلَّا إِنَّا خَلَقْنَاهُمْ مِمَّا يَعْلَمُونَ (39

Janganlah sekali-kali mereka beranggapan bahwa mereka akan masuk surga, karena mereka adalah orang-orang yang mulia, yang lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang beriman kepada Muhammad. Mereka harus sadar bahwa diri mereka dijadikan dari setetes air yang kotor, sama juga halnya dengan seluruh manusia; tak ada bedanya. Tidak ada keistimewaan seseorang atas yang lain dan Allah tidak membeda-bedakannya. Yang membedakan derajat seorang manusia dengan derajat manusia yang lain, hanyalah iman dan amalnya. Yang demikian itu adalah hukum Allah dan tidak seorangpun yang dapat mengubah hukum-Nya itu, kecuali jika Dia sendiri yang menghendaki perubahan itu.
40 Maka Aku bersumpah dengan Tuhan Yang memiliki timur dan barat, sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa.(QS. 70:40)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ma'aarij 40 - 41 

فَلَا أُقْسِمُ بِرَبِّ الْمَشَارِقِ وَالْمَغَارِبِ إِنَّا لَقَادِرُونَ (40) عَلَى أَنْ نُبَدِّلَ خَيْرًا مِنْهُمْ وَمَا نَحْنُ بِمَسْبُوقِينَ (41

Allah SWT menegaskan dalam ayat ini bahwa Dia Tuhan penguasa dan pemilik seluruh makhluk-Nya yang berupa alam semesta dan seluruh isinya. Bahwa Dia Kuasa menciptakan umat yang lain yang lebih baik dari orang-orang musyrik itu, yang mau mendengarkan ayat-ayat-Nya, tunduk dan patuh kepada-Nya dan Kuasa pula menghancurkan mereka seketika dan tidak seorangpun yang dapat menolak kehendak Allah atau menghindarkan diri dari azab yang akan ditimpakan kepadanya. Ayat yang lain yang sama artinya dengan ayat ini, ialah firman Allah SWT:


أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ إِنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ وَيَأْتِ بِخَلْقٍ جَدِيدٍ (19
Artinya:
Tidakkah kamu perhatikan bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan langit dan bumi dengan hak? Jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kamu dan mengganti (mu) dengan makhluk yang baru. (Q.S. Ibrahim: 19)
Pada akhir ayat ini, Allah SWT menegaskan bahwa siapa saja yang telah menerima ketetapan azab Allah baginya, mereka tidak dapat menghindarinya sedikitpun seperti yang diterangkan dalam firman Allah yang lain:


أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ أَنْ يَسْبِقُونَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ (4
Artinya:
Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput dari (azab) Kami? Amatlah buruk apa yang mereka tetapkan itu. (Q.S. Al-Ankabut: 4)

Halaman  First Previous Next Last Balik Ke Atas   Total [3]
Ayat 21 s/d 40 dari [44]



Sumber Tafsir dari :

1. Tafsir DEPAG RI, 2. Tafsir Jalalain Indonesia.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger... Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Edy_Hari_Yanto's  album on Photobucket
TPQ NURUDDIN NEWS : Terima kasih kepada donatur yang telah menyisihkan sebagian rezekinya untuk pembangunan TPQ Nuruddin| TKQ-TPQ "NURUDDIN" MENERIMA SANTRI DAN SANTRIWATI BARU | INFORMASI PENDAFTARAN DI KANTOR TPQ "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN-WONOAYU