Oleh :Prof. Dr. M.M al A'zami
Ayat pertama yang diwahyukan pada Nabi Muhammad adalah,
 ٱقْرَأْ بِٱسْمِ رَبِّكَ ٱلَّذِى 
خَلَقَ
ٱقْرَأْ بِٱسْمِ رَبِّكَ ٱلَّذِى 
خَلَقَ 
"Bacalah atas nama Tuhanmu yang telah menciptakan."
1
 
 
Tak ada bukti bahwa Nabi Muhammad pernah belajar seni menulis dan 
umumnya orang sepakat bahwa ia buta huruf sepanjang hayat. Sepotong ayat
 di atas memberi isyarat bukan tentang persoalan buta huruf, melainkan 
pentingnya pendidikan yang sehat bagi masyarakat di masa mendatang. 
Nabi Muhammad mencurahkan segala upaya yang mungkin dapat dilakukan 
dalam pengembangan pendidikan, manfaat serta imbalan para pelajar dan 
juga sanksi hukum bagi pengekang ilmu pengetahuan. Abu Huraira 
melaporkan bahwa Nabi Muhammad pernah bersabda,
 
"Siapa yang memilih jalan pencarian ilmu pengetahuan, Allah akan membuka baginya jalan menuju surga."
2
 
Sebaliknya beliau memberi peringatan,
 
"Siapa yang ditanya ilmu yang telah dikuasai lalu ia sembunyikan, orang itu akan dililit api neraka di hari Kiamat."3
Nabi Muhammad minta para ilmuwan dan yang masih belum berbudaya agar 
kerja sama menasihati mereka yang tidak pernah belajar, dan kaum 
cendekiawan agar mau mengembangkan ilmunya pada para jiran.4 Penekanan 
diberikan pada setiap yang memiliki keahlian karya tulis di mana dalam 
sebuah hadith ditegaskan agar mengambil peran laksana seorang ayah pada 
anak.5 
Nabi adalah pelopor pendidikan gratis di mana saat `Ubada b. as-Samit 
menerima hadiah dari seorang pelajar (dengan niatan untuk kepentingan 
Islam), Nabi Muhammad menegurnya,
"Jika mau menerima lilitan api neraka di leher anda, maka ambilah hadiah itu."6
Non-Muslim pun juga diberi tugas mengajar membaca di masa kehidupan rasul.
Uang tebusan tahanan Perang Badar juga berlainan. Beberapa di antara mereka mendapat tugas mengajar menulis pada anak-anak.7
 
1. Hadiah Belajar, Mengajar, dan Membaca Al-Qur'an
 
Nabi Muhammad tidak pernah menyia-nyiakan upaya dan keinginan masyarakat dalam mempelajari Kalamullah:
'Uthman bin 'Affan melaporkan bahwa Nabi Muhammad pernah bersabda, 
"Yang terbaik di antara kamu sekalian ada]ah yang mempelajari Al-Qur'an 
kemudian mengajarkan pada orang lain."8 Kata-kata yang sama juga 
dilaporkan oleh `Ali bin Abi.Talib.9 
Menurut Ibn Mas'ud Nabi Muhammad memberi komentar, "Siapa yang membaca 
satu huruf Kitab Allah la akan diberi imbalan amal saleh, dan satu amal 
saleh akan mendapat pahala sepuluh kali lipat. Saya tidak mengatakan 
alif lam mim sebagai satu huruf melainkan alif satu huruf, lam satu 
huruf, dan mim satu huruf."10 
Di antara pahala seketika bagi yang mempelajari Al-Qur'an adalah 
penghargaan umat Islam agar bertindak sebagai imam shalat, suatu 
kedudukan penting yang secara khas diberikan di awal permulaan Islam. 
'A'isha clan Abu Mas'ud al-Ansari melaporkan sabda Nabi Muhammad, 
"Seorang yang be]ajar yang memiliki hafalan terbanyak hendaknya menjadi 
imam sha]at.11  Amir bin Salima al-Jarmi bercerita bahwa orang-orang 
dari suku bangsanya menemui Nabi Muhammad menyatakan diri hendak masuk 
Islam. Sebelum berangkat mereka bertanya, "Siapa yang akan mengimami 
shalat kita?" Beliau menjawab, "Orang yang menghafal Qur'an, atau 
mempelajarinya lebih banyak."12 Pada detik-detik akhir kehidupan 
Rasulullah, kedudukan imam shalat diberikan pada Abu Bakr setiap hari. 
Hal ini merupakan penghormatan agung saat penentuan khalifah umat Islam.
 
Segi positif lainnya adalah penyebab kemungkinan para Malaikat bersama 
kita. Usaid bin Hudair sedang membaca Al-Qur'an bagian terakhir di satu 
malam di mana seekor kudanya melompat-lompat ketakutan. Saat ia 
berhenti, seekor kuda All pun terdiam, dan saat membaca, kuda itu 
melompat-lompat kembali. Kemudian ia berhenti karena khawatir anaknya 
terinjak. Saat ia berdiri dekat kuda, ia melihat sesuatu seperti tenda 
menggantung di awang-awang penuh lampu-lampu bersinar menjulang ke 
langit dan kemudian menghilang. Hari berikutnya, la pergi menemui Nabi 
Muhammad menceritakan kejadian malam itu. la memberitahukan agar 
terus-menerus membacanya dan Usaid bin Hudair menjawab bahwa ia berhenti
 karena demi keselamatan anaknya, Yahya. Kemudian Nabi Muhammad berkata,
 'Mereka adalah para Malaikat sedang mendengar dan mestinya anda terus 
membacanya, sebenarnya orang lain bisa melihat di pagi hari karena tidak
 akan bersembunyi dari mereka."13 
Ibn ‘Umar meriwayatkan, "Kecemburuan hanya dibenarkan dalam dua hal: 
seorang yang telah menerima ilmu Al-Qur an dan membacanya di siang dan 
malam hari dan orang yang diberi karunia kekayaan Allah serta membantu 
orang lain di malam dan siang hari."14 
‘Umar bin al-Khattab menjelaskan bahwa Nabi Muhammad bersabda, "Melalui 
Kitab ini, Allah meninggikan beberapa orang dan merendahkan yang lain 
diantara kita."15 
Yang lebih tua di antara orang buta huruf menghafal Al-Qur'an dengan 
susah payah di mana pikiran dan jiwanya merasa lemah. Mereka tidak 
tertolak mendapat keberkahan apa pun jua karena pahala besar dijanjikan 
bagi mereka yang mendengar Al-Qur'an saat dibacakan. Ibn ‘Abbas pernah 
berkata bahwa siapa yang mendengar satu ayat Al-Qur'an akan mendapat 
cahaya di Hari Kiamat.16 
Adalah sangat memungkinkan bahwa seseorang yang tidak mampu menghafal 
dengan balk untuk membaca dari hafalannya bisa jadi terasa sedikit malas
 dalam mencari naskah tertulis. Untuk itu Nabi Muhammad menjelaskan, 
"Bacaan seseorang tanpa bantuan mushaf, berhakmendapat pahala sebanyak 
seribu tingkat sedang bacaan dengan menggunakan mushafakan mendapat 
pahala dua kali lipat menjadi dua ribu."17 
Dalam menjelaskan tentang kebaikan orang-orang yang menghafal ‘Abdullah 
bin ‘Amr memberitahu bahwa Nabi Muhammad berkata, "Seseorang yang 
mencurahkan hidupnya untuk Al-Qur'an akan diminta di hari kiamat naik ke
 atas untuk membaca dengan hati-hati seperti yang ia lakukan selama di 
dunia di mana ia akan masuk surga lamanya setelah bacaan ayat 
terakhir.18 
Bagi yang bermalas-malasan melihat kepentingan ini, Nabi Muhammad 
menentangnya dengan sebuah peringatan. Ibn ‘Abbas menceritakan bahwa 
Nabi Muhammad pernah bersabda, "Seorang yang tak berminat terhadap 
AI-Qur'an laksana rumah yang telah hancur.19 Dan beliau mencela 
penghafal Al-Qur'an lalu melupakan dianggap dosa besar dan menasihati 
agar selalu mengulanginya. Abu Musa al-Ash'ari memberitahukan bahwa 
Nabi Muhammad bersabda, "Segarkan pengetahuan anda tentang Al-Qur'an dan
 saya bersumpah dengan Nama Allah di mana nyawa Muhammad ada di 
tangan-Nya bahwa hal ini lebih penting untuk menghindari seekor binatang
 unta yang kakinya diikat."20 
Al-Harith bin al-A'war menceritakan apa yang terjadi setelah Nabi Muhammad wafat.
"Sewaktu melewati masjid, secara tak sengaja saya melihat orangorang 
terlibat pembicaraan bisik-bisik. Kemudian saya menemui 'Ali 
menceritakan hal itu. Beliau bertanya apakah itu benar dan saya memberi 
konfirmasi. Kemudian ia berkata, 'Saya mendengar penjelasan Nabi 
Muhammad yang menyebut, Perselisihan pasti akan terjadi.' Saya bertanya
 pada beliau bagaimana cara menghindari hal itu. Beliau menjawab, "Kitab
 Allah adalah satu-satunya cara karena ia mencakup apa-apa yang terjadi 
sebelum kamu, berita masa depan setelah ini serta keputusan tentang 
masalah-masalah yang mungkin terjadi di antara kamu sekalian. la 
merupakan pemisah dan bukan bahan lelucon. Jika terdapat orang yang 
memiliki kekuasaan sengaja meninggalkan ajarannya, Allah akan membuat 
perpecahan, dan siapa yang mencari petunjuk dari sumber lain, Allah akan
 mengantarkan ke jalan kesesatan. Kitab suci Al-Qur'an merupakan tall 
pengikat dari Allah yang tahan uji, peringatan bijak, jalan lurus di 
mana dengannya keinginan tak mungkin meleset pada kesesatan, lidah tak 
akan menjadi galau, dan kaum cendekiawan pun tak akan mampu memahami 
secara sempurna. Al-Qur'an tidak akan pernah usang karena diulang-ulang 
dan tak akan seorang yang rakus ilmu akan berhenti mengkajinya. la 
adalah sesuatu yang makhluk jin tidak segan mengeluarkan kata pujian 
saat mendengarnya, 'Kami telah mendengar bacaan indah yang memberi 
petunjuk pada yang benar dan kami percaya terhadapnya,' bagi orang yang 
membaca akan selalu berkata yang benar dan bagi yang bertindak menurut 
ajarannya akan menuai keberkahan hidup, seorang penegak hukum menurut 
ajarannya akan berbuat adil, dan siapa yang mengajak orang lain, ia akan
 memanggil ke jalan yang lurus."21 
Masalah berikutnya kita akan meresapi secara mendalam bagaimana Nabi 
Muhammad berhasil dalam mencapai tujuan pengajaran Al-Qur'an kepada umat
 Islam. Ini akan dapat terungkap dengan baik sekiranya kita membagi 
bahasan ke dalam situasi di zaman Mekah dan Madinah.
2. Zaman Periode Mekah
i. Nabi Muhammad Sebagai Guru Al-Qur'an
Sebagian kitab suci Al-Qur'an diturunkan di Mekah; imam as-Suyuti 
mendaftar urutan terperinci tentang surah-surah yang diturunkan.22 
Al-Qur'an dapat bertindak sebagai alat petunjuk bagi jiwa yang kalut di 
mana terbukti kehidupan seorang penyembah patung berhala akan selalu 
merasa tidak puas, pengembangannya yang awalnya melakukan penindasan 
terhadap masyarakat Muslim menyebabkan mereka mengadakan kontak dengan 
Nabi Muhammad. 
Orang pertama di luar jalur keturunan keluarga Nabi Muhammad yang masuk 
Islam adalah Abu Bakr. Nabi Muhammad mengajak masuk Islam dengan membaca
 beberapa ayat Al-Qur'an.23 
Kemudian Abu Bakr membawa teman-teman terdekat menemui Nabi Muhammad, 
seperti `Uthman bin ‘Aff-an, `Abdur-Rahman bin 'Auf, azZubair bin 
al-‘Awwam, Talha, dan Sa'd bin Abi Waqqas. Nabi Muhammad mengenalkan 
agama baru dengan membacakan ayat-ayat AIQur'an dan yang menyebabkan 
mereka masuk Islam.24 
Abu ‘Ubaidah, Abu Salama, `Abdullah bin al-Arqam dan ‘Uthman bin Maz'zun
 menemui Nabi Muhammad bertanya tentang hal ihwal Islam. Nabi Muhammad 
menjelaskan dengan membaca Al-Qur'an dan kemudian mereka menerima 
Islam.25 
Ketika ‘Utba bin Rabi'a pergi menemui Nabi Muhammad membawa usulan atas 
nama orang Quraish, menawarkan rayuan dengan harapan ia dapat 
meninggalkan misinya, Nabi Muhammad dengan sabar menunggu sebelum ia 
menjawab dan kemudian berkata, "Sekarang dengarkan ucapan saya," dan 
kemudian la membaca beberapa ayat sebagai respons terhadap tawaran 
mereka.26 
Beberapa orang Kristen dari Ethiopia mengunjungi Nabi Muhammad ke Mekah 
menanyakan tentang Islam. Beliau menjelaskan pada mereka dengan membaca 
Al-Qur'an dan mereka masuk Islam.27 
As'ad bin Zurara dan Dhakwan pergi dari Madinah ke Mekah menemui ‘Utba 
bin Rabi'a tentang persaingan kehormatan ketika mereka mendengar berita 
Nabi Muhammad. Mereka berkunjung dan mendengar bacaan AI-Qur'an, dan 
akhirnya masuk Islam.28 
Sewaktu musim haji Nabi Muhammad menemui delegasi dari Madinah. Beliau 
menjelaskan tentang rukun Islam dan membaca beberapa ayat Al-Qur'an. 
Semuanya masuk Islam.29 
Pada bai'ah ‘aqabah kedua Nabi Muhammad, lagi-lagi, membaca Al-Qur'an 30 
Nabi Muhammad membaca untuk Suwaid bin Samit di Mekah.31 
‘Iyas bin Mu'adh menuju Mekah mencari aliansi kekuatan dengan pihak 
Quraish. Nabi Muhammad mendatangi dan membacakan AI-Qur'an.32 
Rafi bin Malik al-Ansari merupakan orang pertama yang membawa Sarah Yusufke Madinah.33   
Nabi Muhammad mengajarkan pada tiga orang sahabat tentang Sarah Yunus, Taha, dan Hal-ata secara berurutan.34 
Ibn Um Maktum menemui Nabi Muhammad meminta beliau membaca Al-Qur'an.35 
ii. Para Sahabat Sebagai Guru
Ibn Ma'ud adalah orang pertama dari sahabat yang mengajarkan Al-Qur'an di Mekah.36 
Khabbab mengajar AI-Qur'an pada Fatima (saudara perempuan 'Umar bin Khattab) dan suaminya, Sa`id bin Zaid.37 
Mus'ab bin 'Umair dikirim oleh Nabi Muhammad ke Madinah sebagai guru mengaji Al-Qur'an.38 
iii. Hasil Kebijaksanaan Pendidikan pada Periode Mekah
 
Arus kegiatan pendidikan di Mekah berjalan tanpa dapat- dihalangi 
kendati berhadapan dengan berbagai hambatan dan siksaan yang dikenakan 
secara paksa dari masyarakat; sikap tegas merupakan bukti yang 
meyakinkan akan keterikatan dan rujukan mereka terhadap Kitab Allah. 
Para sahabat selalu menanamkan ayat-ayatnya pada kabilah mereka melewati
 batas lembah kota Mekah yang dapat memperkuat tumbuhnya keislaman 
sebelum berhijrah ke Madinah. Berikut adalah beberapa contoh yang mereka
 lakukan:
Saat Nabi Muhamamd sampai ke Madinah, beliau diperkenalkan dengan Zaid 
bin Thabit, anak lelaki berusia sebelas tahun yang telah menghafal 
sebanyak enam belas Sarah Al-Qur'an.39 
Barra menjelaskan bahwa ia sudah mengenal seluruh Sarah al-Mufassal 
(al-Mufassal terdiri dari Sarah al-Qaf hingga akhir seluruh Al-Qur'an) 
sebelum Nabi Muhammad sampai ke Madinah.40 
Akar utama ajaran Al-Qur'an berkembang ke berbagai masjid di mana 
melalui dinding temboknya bergema suara AI-Qur'an yang dibacakan sebelum
 Nabi Muhammad menetap di Madinah. Menurut al-Waqidi, masjid pertama 
yang diberkahi bacaan Al-Qur'an adalah masjid bani Zuraiq41
3. Periode Madinah
i. Nabi Muhammad Sebagai Maha Guru Al-Qur'an
Begitu sampai di Madinah, Nabi Muhammad membuat Suffa di dalam masjid 
yang berfungsi sebagai tempat belajar pemberantasan buta huruf, dengan 
menyediakan makanan, dan tempat tinggal. 
Lebih kurang sembilan ratus sahabat menerima tawaran tersebut.42 Saat 
Nabi Muhammad mengajarkan Al-Qur'an, yang lainnya seperti ‘Abdulah bin 
Sa`id bin al-'As, `Ubada bin as-Samit, dan Ubay bin Ka'b mengajarkan 
dasar-dasar penting membaca and menulis.43 
Ibn ‘Umar sekali memberi pujian, "Nabi Muhammad membaca pada kita dan 
jika beliau membaca ayat sajadah yang menyuruh bersujud, beliau 
mengucapkan Allahu Akbar lalu sujud.44
Banyak di antara para sahabat menjelaskan bahwa Nabi Muhammad membaca 
surah seperti itu kepada mereka secara pribadi termasuk orangorang 
terkemuka, seperti Ubayy bin Ka'b, ‘Abdullah bin Salam, Hisham bin 
Hakim, 'Umar bin Khattab, dan Ibn Mas'ud.45
Beberapa utusan sampai ke Madinah dari luar daerah dan diberikan pada 
orang setempat untuk memberi perlindungan bukan saja di bidang pangan 
dan penginapan, melainkan juga dalam hal pendidikan. Nabi Muhammad 
bertanya pada mereka guna mengetahui tingkat pelajaran mereka.46
Setiap diberi wahyu, Nabi Muhammad cepat-cepat membacakan ayat yang baru
 beliau terima kepada semua sahabat dan kemudian membacakan kepada para 
wanita dalam pertemuan terpisah.47
‘Uthman bin Abi al-'As selalu ingin belajar Al-Qur'an dengan Nabi 
Muhammad dan jika tidak menemuinya, beliau mendatangi rumah Abu Bakr.48
ii. Dialek yang digunakan oleh Nabi Muhammad  dalam Mengajarkan Al-Qur'an di Madinah
 
Adalah fakta yang cukup kuat bahwa sekalipun manusia berbicara bahasa 
namun tetap mengalami perbedaan dialek yang mencolok dari satu satu 
tempat ke tempat lain. Dua orang misalnya, kendati tinggal di New York 
dari kultur dan sosio-ekonomi yang berlainan akan memiliki aksen yang 
berbeda. Demikian juga orang-orang yang tinggal di London akan berbeda 
dengan mereka yang tinggal di Glasgow atau Dublin. Dalam hal bahasa 
Inggris, terdapat perbedaan sistem ejaan Amerika dan Inggris clan 
mungkin saja terdapat kesamaan dalam ejaan namun berbeda dalam 
intonasi.
Marilah kita amati situasi negara-negara Arab masa kini dalam 
penggunaan kata-kata qultu (  saya bicara) sebagai satu permasalahan, 
Orang Mesir mengungkapkan dengan kata ult, diganti dengan u dari 
kosakata q. Orang Yaman mengatakan dengan ungkapan gultu kendati dalam 
menulis katakata semua orang Arab akan mengatakannya secara identik. 
Contoh lain: seorang bernama Qasim akan disebut oleh orang Teluk Parsi 
dengan istilah Jasim; orang yang sama mengganti j dengan y, maka 
kata-kata rijal (orang lelaki) bisa berubah menjadi raiyyal dalam 
ungkapan.
Di Mekah mayoritas Muslim memiliki latar belakang budaya yang beragam. 
Karena Islam berkembang melewati batas kesukuan dan mencakup seluruh 
Jazirah Arab, berbagai aksen terjadi kontak satu sama lain. Pengajaran 
Al-Qur'an pada suku yang berbeda pun dirasa perlu dan mengharuskan 
mereka meninggalkan dialek asli secara keseluruhan dan meninggalkan 
dialek Arab Quraish di mana Qur'an diwahyukan, rasanya suatu masalah 
yang dirasa sulit untuk dilakukan. Guna memfasilitasi masalah tersebut, 
Nabi Muhammad mengajarkan mereka AI-Qur'an dengan dialek mereka. Dalam 
satu kesempatan dua orang atau lebih dari suku yang berbeda boleh juga 
belajar Al-Qur'an dalam dialek mereka, jika dirasa perlu.
 
iii. Para Sahabat sebagai Pengajar Al-Qur'an
 
'Abdullah bin Mughaffal al-Muzani mengatakan bahwa saat seorang Arab 
hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad menugaskan seseorang dari kaum Ansar 
pada individu dengan mengatakan: biarkan la memahami Islam dan 
mengajarkannya tentang Al-Qur'an. "Hal yang sama terjadi pada diri 
saya," katanya, "sebagaimana saya dipercaya karena pada salah satu dari 
orang Ansar yang telah membuatku paham agama dan mengajarku 
Al-Qur'an."49 Bukti nyata menunjukkan bahwa para sahabat secara aktif 
ambil bagian dalam kebijaksanaan, seperti pada periode Madinah. Riwayat 
berikut mewakili, seperti biasa, hanya sebagian dari petikan bukti-bukti
 yang ada pada kita. 
- ‘Ubada bin as-Samit mengajarkan AI-Qur'an pada masa kehidupan Nabi Muhammad.50 
- Ubbay juga mengajarkan Al-Qur'an pada masa kehidupan Nabi Muhammad 
di Madinah51, sehingga secara terus-menerus ia mengajar seorang buta di 
rumahnya.52
- Abu Sa’id al-Khudri menjelaskan bahwa ia duduk dengan sekelompok 
imigran dari Mekah sewaktu seorang qari' membaca untuk mereka.53
- Sahl bin Sa`id al-Ansari berkata, "Nabi Muhammad mendatangi kita sewaktu kami membaca bergantian..."54
- `Uqba bin `Amir memberi komentar, "Nabi Muhammad hadir pada kami 
sewaktu kami berada di dalam masjid mengajar satu sama lain tentang 
Al-Qur' an."55
- Jabir bin ‘Abdullah berkata, "Nabi Muhammad mengunjungi sewaktu kami
 membaca Al-Qur'an. Kumpulan kami terdiri dari orang-orang Arab dan juga
 bukan Arabs.56
- Anas bin Malik kemonetar, 'Nabi Muhammad datang kepada kita sewaktu
 kami membaca, diantara kita terdapat orang-orang Arab dan bukan Arab, 
kulit hitam dan kulit putih.57
- Bukti tambahan menunjukkan bahwa para sahabat melawat sampai di luar kota Madinah bertindak sebagai instruktur: 
Mu'adh bin Jabal dikirim ke Yaman.58 
- Dalam perjalanan menuju Bir' Ma'una, sekurang-kurangnya empat puluh 
kalangan para sahabat yang dikenal sebagai pengajar Al-Qur'an dibunuh.59
- Abu ‘Ubaid dikirim ke Najran.60
- Wabra bin Yuhannas mengajar Al-Qur'an in San'a' (Yaman) kepada Um-Sa`id bint Buzrug semasa kehidupan Nabi Muhammad.61 
4. Hasil Kegiatan Pendidikan: Huffaz
Samudra kesempatan mempelajari Kitab Suci yang berjalan bersama 
gelombang manusia yang terlibat dalam penyebarannya, ternyata membuahkan
 banyak para sahabat yang secara cermat menghafal Al-Qur'an. Banyak 
diantara mereka yang kemudian dibunuh di Yamama dan Bir Ma'una, dan nama
 mereka dalam banyak hal, telah lenyap dari buku sejarah. Dari bukti 
yang ada menunjukkan hanya nama-nama mereka yang masih hidup, yang 
kemudian meneruskan pengajaran di Madinah dan wilayah yang tertaklukan 
oleh kekuasaan Islam. Hal ini meliputi antara lain: Ibn Mas'ud,62 Abu 
Ayyub,63 Abu Bakr as-Siddiq,64 Abu ad-Darda,65 Abu Zaid,66 Abu Musa 
al-'Ash' ari,67 Abu Huraira,68 Ubayy bin Ka'b,69 Um-Salama,70 Tamim 
al-Dari,71 Sa'd bin Mundhir,72 Hafsa,73 Zaid bin Thabit,74 Salim dari 
suku Hudhaifa ,75 Sa'd bin 'Ubada,76 Sa'd bin ‘Ubaid al-Qari,77 Sa'd bin
 Mundhir,78 Shihab al-Qurashi,79 Talha,80 ‘A'isha,81 ‘Ubada bin Samit,82
 ‘Abdullah bin Sa'ib,83 Ibn ‘Abbas,84 ‘Abdullah bin ‘Umar,85 ‘Abdullah 
bin 'Amr,86 ‘Uthman bin 'Affan,87 'Atta bin Markayud (orang Parsi 
tinggal di Yaman),88 ‘Uqba bin 'Amir,89  'All bin Abi Talib,90 ‘Umar bin
 al-Khattab,91 'Arm- bin al-'As.92 Fudala bin ‘Ubaid,93 Qays bin Abi 
Sa'sa'a,94 Mujamma’ bin Jariya,95 Maslama bin Makhlad,96 Mu'adh bin 
Jabal,97 Mu'adh Abu Halima,98 Um-Warqah bin ‘Abdullah bin al-Harith,99 
dan 'Abdul Wahid.100
 
5. Kesimpulan
 
Sejarah tidak selalu bersahabat dengan Kitab suci. Injil asli Nabi ‘Isa 
(Jesus), sebagaimana akan kita lihat kemudian, telah lenyap sejak awal 
clan diganti dengan karya penulis yang tidak memiliki hubungan keilmuan 
dengan sumber pertama; demikian pula dengan kitab perjanjian lama yang 
telah mengalami penderitaan begitu kronik karena tidak adanya perhatian.
 Hal itu sama sekali bertentangan dengan kitab Al-Qur'an yang diberkahi 
dengan penyebaran yang begitu cepat ke seluruh Jazirah Arab sejak 
kehidupan Nabi Muhammad, yang disebarkan oleh para sahabat yang secara 
langsung mendapat pengajaran dari Nabi Muhammad sendiri. Adanya para 
huffaz memberi saksi atas kesuksesan dalam hal ini. Ada pertanyaan 
adakah penyebarannya sama sekali secara verbal? Kita telah jelaskan 
bahwa kompilasi Al-Qur'an secara tertulis merupakan perhatian utama Nabi
 Muhammad Saw Bagaimana beliau melakukan tugas ini? Hal ini akan 
terjawab dalam bab berikut
1. Qur'an, 96: 1.
2. Abn Khaithama, al-'llm, hadith no. 25. 
3. At-Tirmidhi, Sunan, al-Ilm: 3,
4. AI-Haitami, Majma az-Zawa'id, i:164.
5. Al-Kattani, at-Taratib al-Idariya, ii: 239, mencatat apa yang ditulis oleh ad-Durr al-Manthur, Abu Nu'aim dan ad-Dailami.
6. Ibn Hanbal, Musnad, vi: 315.
7. Ibn Sa'd, Tabaqat, ii: 1-4. Juga lihat Ibn Hanbal, Musnad, i: 247.
8. Al-Bukhari, ix: 74, no.5027-8; Abu Dawud, Sunan, hadith no.1452; Abu 'Ubaid, Fada'il, h1m.120-124.
9. Abu ‘Ubaid, Fada'il, hlm. 126.
10. At_Tirmidhi, Sunan, Fa,da'il AI-Qur'an :16. Juga lihat Abu 'Ubaid, Fada'il, hlm. 16.
11. Abu ‘Ubaid, Fada'il, hlm. 92; at-Tirmidhi, Sunan, hadith no.235; Abu Dawud, Sunan, hadith no.582-584.
12. Abu ‘Ubaid, Fada'il, hlm. 91; al-Bukhari, Sahih, no.8: 18; Abu Dawud, Sunan, no.585-587.
13. Muslim, Sahih, terjemahan bahasa Inggris oleh Siddiqi hadith no. 1742. Harap dilihat juga hadith no. 1739-1740.
14.
 Abu `Ubaid, al-Fada'il, hlm.126; al-Bukhari, Sahih, Tawhid:46, Muslim, 
Sahih, Salat alMusafirin, no.266: at-Tirmidhi, Sunan, no. 1937.
15.
 Abu ‘Ubaid, Fa,da'il, hlm.126; al-Bukhari, Sahih, Tawhid:46, Muslim, 
Sahih, Salat alMusafirin, no.266; at-Tirmidhi, Sunan, no. 1937.
16. Abu ‘Ubaid, Fadail, hlm. 62: al-Faryabi, Fa,da'il, hlm. 170.
17. As-Suyuti, al-Itqan, i:304, dicatat dalam al-Tabari dan al-Baihaqi dalam Shu'ab al-Iman, diceritakan oleh ath-Thaqafi.
18.  Abu Dawud, Sunan, hadith no.1464; at-Tirmidhi, Sunan, no. 2914; al-Faryabi, Fada'il, hadith no. 60-1.
19. At_Tirmidhi, Sunan, bab Fada'il AI-Qur'an, hadith no.2913.
20. Muslim, Sahih, terjemahan bahasa Inggris, oleh Siddiqi no.1727. Lihat juga hadith no.1725.
21. Muslim, Sahih, teqemahan bahasa Inggris oleh Siddiqi, no. 1727. Juga dapat dilihat pada
no. 1725.
22. At-Tirmidhi, Sunan, Fa,da'il Al-Qur'an :14, hadith no.2906.
23. Ibn Ishaq, as-Seyar wa al-Maghazi, edited by Suhail Zakkar, hlm.139.
24. Ibid, hlm.140. 
25. Ibid, 143.
26. Ibn Hisham, Sira, jilid l-2, h1m.293-94.
27. Ibn Ishaq, as-Seyar wa al-Maghazi, ed. By Zakkar, hlm.218. 
28. Ibn Sa'd, Tabaqat, iii/2:138-39.
29. Ibn Hisham, Sira, jilid 1-2, hlm. 428. 
30. Ibid., jilid 1-2, hlm.427.
31. Ibid. 
32. Ibid.
33. Al_KattanI , at-Taratib al-Idariya, i: 43-4.
34. Ibn Wahb, al-Jam `i fi Mum Al-Qur'an, h1m.271. Surah-surah tersebut tertulis dalam no. 10, 20, dan 76.
35. Ibn Hisham, Sira,jilid 1-2, hlm.369.
36. Ibn Sa'd, Tabaqat, iii/1:107; Ibn Ishaq, as-Seyar wa al-Maghazi, diedit oleh Zakkar, hlm.186.
37. Ibn Ishaq, as-Seyar wa al-Maghaz, diedit oleh Zakkar, hlm. 181-84. 
38. Ibn Hisham, Sira, jilid 1-2, hlm. 434.
39. Al_Hakim, al-Mustadrak, iii: 476. 
40. lbn Sa'd, Tabaqat, iv/2: 82.
41. An_Nuwairi, Nihayatul Arab, xvi: 312.
42.
 AI-Kattani, at-Taratib al-Idariya, i:476-80. Menurut Qatada (61-117 
A.H) jumlah orang orang yang belajar mencapai sembilan ratus dan ulama 
lain menyebut hanya empat ratus.
43. AI-Baihaqi, Sunan, vi: 125-16. 
44. Muslim, Sahih, Masajid:104.
45. Al_Baihaqi , Sunan, vi: 125-126. 
46. Ibn Hanbal, Musnad, iv: 206.
47. Ibn Ishaq, as-Seyar wa al-Maghazi, diedit oleh Zakkar, hlm.147. 
48. AI-Baqilani, al-lntisar, versi yang telah diperluas, hlm.69.
49. Al-Baqilani, al-Intisar, versi yang diperluas, hlm. 69.
50. Al-Baqilani , Sunan, vi: 125; Abu `Ubaid, Fada'il, hlm. 206-7.
51. Abu ‘Ubaid, Fada'il, hlm. 207.
52. Ibid, hlm.208.
53. Al_Khatib, al-Faqih, ii: 122.
54. Abu 'Ubaid, Fada'il, hlm. 68, al-Faryabi, Fada'il, hlm. 246. 
55. Abu ‘Ubaid, Fada'il, hlm. 69-70.
56. Al Faryabi, Fada'il, hlm. 244.
57. Ibn Hanbal, Musnad, iii: 146; juga agar dilihat al-Faryabi, Fada'il, hlm. 
58. AI-Khalifa, Tarikh, i: 72; ad-Dulabi, al-Kuna, i:19.
59. AI-Baladhuri, Ansab, i: 375. 
60. lbn Sa'd, Tabaqat, iii/2: 299.
61. Ar_Razi, Tarikh Madinat San'a', hlm. 131. 244-45.
62. Adh-Dhahabi, Seyar al-`Alam an Nubula', ii: 245; Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: 52. 
63.  Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: 53.
64.  Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: 52, al-Kattani , at-Taratib al-Idarlya, i: 45-46.
65.
 Ibn Habib, al-Muhabbar, hlm. 286; an-Nadim, al-Fihrist, hlm. 27, 
ad-Dulabi, al-Kuna, i: 312; al-Kattani , at-Taratib al-Idariya, i: 46.
66.  Ibn Sa'd , Tabaqat, ii/2:112.
67.  Ibn Hakar, Fathul Bari :ix: 52.
68.  Al-Katani, at-Taratib al-Idariya I : 45; Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: 52.
69.
 Al-Bukhari, Sahih, hadith nos.5003, 5004, Ibn Habib, al-Muhabbar, hlm. 
86, an-Nadim, alFihrist, hlm. 27; adh-Dhahabi, Tabaqat al-Qutra', hlm. 
9.
70.  Ibn Hajar, Fathul Bari, iX: 52, mencatat pendapat Abu ‘Ubaid. 
71. I Hajar, Fathul Bari, ix: 52.
72. AI-Kattani , at- Taratib al-ldariya, i: 45; Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: 52. 
73. Ibn Hajar, Fathul Bari, ix:52, as-Suyuti, al-Itqan , i: 202.
74.
 Ibn Sa'd, Tabaqat, ii/2:112, al-Bukhari, Sahih, hadith no.5003, 5004; 
Ibn Habib, al Muhabbar, hlm. 86; an-Nadim, al-Fihrist, hlm. 27, 
adh-Dhahabi, seyar al-'Alam an-Nubala', ii: 245, 318.
75. Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: 52; al-Kattani, at-Taratib al-Idariya, i: 45. 
76. Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: 52.
77.
 Ibn Habib, al-Muhabbar, hlm. 286; al-Hakim, Mustadrak, ii: 260; 
an-Nadim, al-Fihrist, hlm. 27, adh-Dhahabi, Tabaqat al-Qurra', hlm. 15; 
Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: 52, as-Suyuti, al-Itqan, i: 202. 
78. Ibn Hajar, Fathul Bari, ii, ii: 159, al-Kattani , at-Tartib al-Idariya , i: 46.
79. Ibn Hajar, al-Isaba, ii: 159, al-Kattani , at-Taratib al-Idariya, i: 46.
80. Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: 52, al-Kattani, at-Taratib al-Idanya, i: 46. 
81. Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: 52, al-Kattani , at-Taratib al-Idariya, i: 45. 
82. Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: 52-53.
83. Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: 52, al-Kattani , at-Taratib al-Idariya, i: 45.
84. Ibn Kathir, Fada'il al-Qur'an, hlm.7, 471; Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: 52.
85. Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: 52, as-Suyuti , al-Itqan , i: 202, adh-Dhahabi, Tabaqat al-Qurra', hlm. 19.
86.  Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: 52.
87.  Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: 52; as-Suyuti , al-Itqan , i: 203; adh-Dhahabi, Tabagat al-Qurra', hlm. 19.
88. Ibn Hibban, Thiqat, hlm.286, ar-Razi, Tarikh Madinat San`a, hlm.337.
89. Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: 52, as-Suyuti, al-Itqan, i: 203, adh-Dhahabi, Tabaqat al-Qurra', hlm. 19.
90. An Nadim, al-Fihrist, hlm. 27; Ibn Hajar, Fathul Ban, ix: 13, 52, adh-Dhahabi, Tabaqat alQurra', hlm.19.
91. Al-Kattani, at-Taratib al-Idariya, i:45; Ibn Hajar, Fathul Bari, ix:52; as-Suyuti, al-Itqan, i:202.
92. Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: 52.
93. As_Suyuti , al-Itqan , i: 203; Ibn Hajar, Fathul Bari, ix:52. 
94. As-Suyuti , al-Itqan, i: 203; Ibn Hajar, Fathul Bar, ix: 52. 
95. Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: 52, al-Kattani , at-Taratib al-Idariya, i: 46. 
96. Ibn Hajar, Fathul Ban, ix: 52; as-Suyuti , al-itqan, i: 202.
97.
 Al-Bukhari, Sahih, hadith nos.5003, 5004; Ibn abb, al-Muhabbar, hlm. 
286; adh-Dhahabi, Tabaqat al-Qurra', hlm. 19; an-Nadim, al-Fihrist, hlm.
 27; Ibn Hajar, Fathul Bari, ix:52
98. Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: 52.'
99. Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: 52; as-Suynti, al-Itqan, i: 203-4; al-Kattani, at-Taratib al-Idariya, i: 47.
100. Ibn Wahb, al-Jami’ fi ‘ulum al-Qur'an, hlm. 263.
********* 
__________________________________
Sumber : www.study-quran.com