ISTIGHOSAH
Al Istighosah artinya memohon pertolongan dari Alloh untuk mencapai  kemenangan dalam menghadapi musuh Alloh. Sayyidina Umar meriwayatkan,  saat perang Badar, perang yang pertama dilakukan oleh umat Islam melawan  orang-orang musyrik. Nabi melihat jumlah sahabatnya ada 313 orang,  sementara jumlah orang musyrik lebih dari 1000 orang. Maka beliau  kemudian berdo’a : “Yaa Alloh tepatilah janji-Mu kepadaku, Yaa Alloh  bila sekelompok golongan Islam ini hancur, maka tidak akan ada lagi yang  akan menyembah kepada-Mu selamanya.”
   Umar melanjutukan riwayatnya bahwa Nabi terus saja melanjutkan  Istighosahnya dan berdo’a, sehingga surban yang ada di pundaknya jatuh  dan oleh Abu Bakar diletakkan di pundaknya lagi, seraya berkata : “Yaa  Nabiyalloh cukuplah do’a-do’amu kepada Tuhanmu. Dia akan menepati  janji-Nya kepadamu.” (Sirah Nabawiyah fi Fathil Bary jilid II hal 156).  Dan menurut riwayat lain bahwa para sahabat yang ada di belakang beliau  ikut mengamini do’anya Rasulullah SAW. (Tafsir Munir Dr. Wahbah Zuhaily  jilid IX hal. 262)
   Setelah Nabi Istighosah dan berdo’a Kepada Alloh dalam waktu yang  sangat kritis ini, maka Alloh menurunkan Malaikat Jibril dengan membawa  Firman Alloh SWT yang artinya :
   “Ingat wahai Muhammad, tatkala kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu,  lalu Tuhanmu akan mengabulkanmu, sesungguhnya Aku akan mendatangkan  bala bantuan kepadamu dengan seribu Malaikat yang datang  berturut-turut.”
   Dengan ayat tersebut diatas dan ayat-ayat lain yang berhubungan dengan  bantuan Alloh yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, para Ulama’  selalu melakukan Istighosah pada saat-saat krisis yang sulit  diselesaikan kecuali atas pertolongan Alloh.
   Untuk mendekatkan diri kepada Alloh SWT, didalam Istighosah, sebaiknya  dibaca ayat-ayat Al Qur’an, kalimat toyyibah, istighfar, sholawat,  tahmid, tahlil, do’a-do’a, wirid, hizib, dll.
  Dalam surat Al Ghofir / Al Mukmin ayat 60, Alloh Berfirman : “Wa qola Robbukumu ud ’uni astajiblakum.”  Yang artinya : “Dan Tuhanmu berfirman : “berdo’alah / mintalah  kepada-Ku, pasti Aku mengabulkanmu.” Atau dalam bahasa lain : “Call on  Me, I will answer your (prayer)….”
   Rasulullah SAW menegaskan : “Barangsiapa yang tidak mau minta kepada  Alloh. Dia murka kepada orang tersebut.” (Ibnu Katsir jilid I / 21).
   Semoga Alloh selalu meridhoi semua apa yang kita kerjakan, yang selalu  bertujuan untuk mendekatkan diri pada-Nya, agar kita selalu  dicintai-Nya. Semoga kita semua dibimbing oleh-Nya untuk menjadi hamba  yang bisa berma’rifat kepada-Nya.
 Amin Ya Robbal Alamin…!
“Bersholawat”  artinya : kalau dari Alloh berarti memberi rohmat. Sedangkan dari para  Malaikat berarti memintakan ampunan. Adapun dari orang mukmin berarti  mendo’akan supaya dicurahkan rohmat atas diri Rasulullah Muhammad SAW,  seperti dengan perkataan,
 “Allohumma sholli ‘ala Muhammad.”
   Bagi seorang yang beriman, bersholawat kepada Nabi hukumnya wajib.  Minimal, sholawat dibaca saat melakukan takhiyat dalam sholat lima  waktu.
   Perintah bersholawat termaktub dalam Al Qur’an surat Al Ahzab ayat 56,  “Sesungguhnya Alloh dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi.  Hai orang-orang yang beriman bersholawatlah kamu untuk Nabi dan  ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”
   “Bersholawat” artinya : kalau dari Alloh berarti memberi rohmat.  Sedangkan dari para Malaikat berarti memintakan ampunan. Adapun dari  orang mukmin berarti mendo’akan supaya dicurahkan rohmat atas diri  Rasulullah Muhammad SAW, seperti dengan perkataan, “Allohumma sholli  ‘ala Muhammad.”
  Keutamaan bersholawat banyak disebutkan di berbagai hadist. Antara lain :
   “Sesungguhnya Alloh Ta’ala berfirman : “Barangsiapa mengucapkan salam  kepadamu (Muhammad), maka Aku mengucapkan salam (pula) kepadanya, dan  barangsiapa yang bersholawat kepadamu, maka Aku akan bersholawat pula  kepadanya.” H.R. Ibnu an Najjar dari Abdurrohman bin Auf.
   “Bukankah ridho engkau, atau bukankah Dia meridhoimu, bahwa tak  seorangpun dari umatmu yang bersholawat kepadamu melainkan Aku  bersholawat kepadanya sepuluh kali, dan tak seorangpun yang mengucapkan  salam kepadamu melainkan Aku menyampaikan salam kepadanya sepuluh kali.”  H.R. At Thobroni dalam Al Jaami’ul Kabiir dari Abu Tholhah R.A.
   “Sungguh, diantara hari-harimu yang terbaik adalah Jum’at, maka  perbanyaklah bersholawat kepadaku pada hari itu, sebab bacaan sholawatmu  itu pasti diperlihatkan. Mereka bertanya : “Ya Rosul, bagaimana hal itu  terjadi, sedang engkau sudah menjadi bumi / tanah bubuk ?” jawabnya :  “Sungguh, Alloh mengharamkan bumi memakan tubuh para Nabi.” H.R. Abu  Daud.
  








 

 
 


