| 61 | Dan apabila orang-orang (Yahudi atau munafik)  datang kepadamu, mereka mengatakan: `Kami telah beriman`, padahal mereka  datang kepada kamu dengan kekafirannya dan mereka pergi (daripada kamu)  dengan kekafirannya (pula); dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka  sembunyikan.(QS. 5:61) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Maa-idah 61 
 
 وَإِذَا  جَاءُوكُمْ قَالُوا آمَنَّا وَقَدْ دَخَلُوا بِالْكُفْرِ وَهُمْ قَدْ  خَرَجُوا بِهِ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا كَانُوا يَكْتُمُونَ (61 .  Setelah pada beberapa ayat lalu Allah menerangkan tingkah laku  orang-orang kafir dari ahli kitab, terutama dari orang-orang Yahudi,  maka pada ayat ini dan beberapa ayat berikutnya, Allah menerangkan pula  tingkah laku orang-orang munafik dari golongan Yahudi di Madinah dan  sekitarnya.
 Menurut riwayat Qatadah dan As-Suddi mereka  menceritakan, bahwa orang-orang Yahudi datang menyatakan keislaman  mereka kepada Rasulullah saw. dan para sahabatnya yang kebetulan ada  pada waktu itu, maka turunlah ayat ini untuk mengungkapkan kepalsuan  orang-orang munafik ini.
 Pada ayat ini Allah menerangkan kepada  Rasul-Nya, Muhammad saw. dan para sahabatnya, yang maksudnya sebagai  berikut: Apabila datang kepada kamu orang-orang munafik dari Yahudi yang  berkata, "Kami beriman kepada Rasul Allah Muhammad dan apa yang  diturunkan kepadanya," maka ketahuilah di dalam hati mereka tetap  tertanam kekafiran dan kesesatan yang tak kunjung berubah, semenjak  mereka masuk ke tempat kamu sampai keluar. Dan Allah mengetahui apa yang  mereka sembunyikan dalam hati mereka, sewaktu mereka mengunjungi kamu  dengan cara tipu muslihat sampai mereka keluar dalam segala macam bentuk  tipu daya untuk mengetahui keadaan kamu yang diperlukan mereka untuk  disampaikan kepada kaum mereka.
 |  
 
 | 
   | 62 | Dan kamu akan melihat kebanyakan dari mereka  (orang-orang Yahudi) bersegera membuat dosa, permusuhan dan memakan yang  haram. Sesungguhnya amat buruk apa yang mereka telah kerjakan itu.(QS. 5:62) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Maa-idah 62 
 
 وَتَرَى  كَثِيرًا مِنْهُمْ يُسَارِعُونَ فِي الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَأَكْلِهِمُ  السُّحْتَ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (62 . Pada ayat ini  Allah menjelaskan pula sesuatu yang maksudnya sebagai berikut: Dan  engkau ya Muhammad, akan melihat banyak di antara orang-orang Yahudi  menjadikan agamamu sebagai bahan ejekan dan permainan. Mereka bersegera  melanjutkan dan meneruskan perbuatan dosa dan permusuhan dengan  perkataan, seperti mengejek, menghina, membohong dan sebagainya. Selain  itu mereka senantiasa makan yang haram, seperti riba, uang suap, korupsi.
 
 Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Maa-idah 62
 
 
 وَتَرَى  كَثِيرًا مِنْهُمْ يُسَارِعُونَ فِي الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ  وَأَكْلِهِمُ السُّحْتَ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (62 (Dan  akan kamu lihat banyak di antara mereka) maksudnya orang-orang Yahudi  (bersegera) artinya cepat terlibat dalam (berbuat dosa) kedustaan (dan  permusuhan) keaniayaan (serta memakan barang yang haram) seperti uang  suap dan lain-lain (sungguh, amat buruklah apa yang mereka kerjakan)  itu; yakni perbuatan-perbuatan yang mereka lakukan tadi.
 Selanjutnya  Allah berfirman yang maksudnya: "Sesungguhnya amat buruklah apa yang  telah mereka kerjakan itu," karena pada hakikatnya mereka telah  menenggelamkan diri sendiri ke dalam lautan kejahatan yang tidak  berpantai sehingga mereka tidak dapat ditolong lagi.
 |  
 
 | 
   | 63 | Mengapa orang-orang alim mereka,  pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan  bohong dan memakan yang haram? Sesungguhnya amat buruk apa yang telah  mereka kerjakan itu.(QS. 5:63) | 
   | 
 | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Maa-idah 63 
 
 لَوْلَا  يَنْهَاهُمُ الرَّبَّانِيُّونَ وَالْأَحْبَارُ عَنْ قَوْلِهِمُ الْإِثْمَ  وَأَكْلِهِمُ السُّحْتَ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَصْنَعُونَ (63 . Pada  ayat ini Allah menyatakan celaan yang maksudnya sebagai berikut: Mengapa  orang-orang alim dan pendeta orang-orang Yahudi tidak mau melarang  umatnya berbohong dan makan harta yang haram?
 Ibnu Abbas  menceritakan, bahwa tidak ada di dalam Alquran celaan yang lebih keras  dari ayat ini terhadap para ulama yang melalaikan tugas mereka dalam  menyampaikan dakwah tentang larangan-larangan dan kejahatan-kejahatan.
 Para  ulama tafsir mengatakan, bahwa ayat ini bukanlah sekadar menceritakan  cercaan Allah kepada para pendeta-pendeta Yahudi yang tidak menunjuki  orang-orang Yahudi yang berbuat fasik, tetapi lebih penting dari itu  yang harus kita sadari ialah bahwa para ulama Islam tidak boleh lalai  menyampaikan dakwah terutama menganjurkan perbuatan yang baik dan  mencegah perbuatan yang jelek.
 |  
 
 | 
   | 64 | Orang-orang Yahudi berkata: `Tangan Allah  terbelenggu`, sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah  yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak  demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan  sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al quran yang diturunkan kepadamu dari  Tuhanmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi  kebanyakan di antara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan  kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka menyalakan  api peperangan, Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan di muka  bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan.(QS. 5:64) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Maa-idah 64 
 
 وَقَالَتِ  الْيَهُودُ يَدُ اللَّهِ مَغْلُولَةٌ غُلَّتْ أَيْدِيهِمْ وَلُعِنُوا  بِمَا قَالُوا بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ يُنْفِقُ كَيْفَ يَشَاءُ  وَلَيَزِيدَنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ  طُغْيَانًا وَكُفْرًا وَأَلْقَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ  وَالْبَغْضَاءَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ كُلَّمَا أَوْقَدُوا نَارًا  لِلْحَرْبِ أَطْفَأَهَا اللَّهُ وَيَسْعَوْنَ فِي الْأَرْضِ فَسَادًا  وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ (64 Menurut riwayat Ibnu Ishak  dan Tabrani dari Ibnu Abbas dia berkata: Berkata seorang lelaki dari  kaum Yahudi yang bernama Nabbasy bin Qais kepada Nabi Muhammad saw.  bahwa Tuhan engkau kikir, tidak suka memberi. Maka ayat ini, meskipun  yang mengatakan kepada Nabi itu hanya seorang dari kalangan Yahudi namun  dapat dianggap menggambarkan pendirian secara keseluruhan dari kaumnya.
 Ayat ini menceritakan bahwa orang Yahudi itu berkata, "Tangan Allah  terbelenggu." Dan Allah menegaskan bahwa yang terbelenggu itu adalah  tangan mereka sendiri dan dengan demikian mereka akan dilaknat Allah.
 Perkataan  orang Yahudi bahwa tangan Allah terbelenggu adalah tidak masuk akal  sebab mereka mengakui bahwa Allah adalah nama bagi zat yang pasti ada  dan Maha Kuasa, Dia pencipta alam semesta. Hal ini menunjukkan bahwa  tangan Allah tidak terbelenggu dan kekuasaan-Nya tidak terbatas karena  jika demikian maka tentulah Dia tidak dapat memelihara dan mengatur alam  ini. Maka apakah yang mendorong mereka mengucapkan kata-kata demikian?  Sebagian ahli tafsir mengemukakan bahwa dorongan tersebut adalah sebagai  berikut:
 1. Mungkin mereka mendengar ayat:
 
 
 
 مَنْ ذَا الَّذِي  يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا  كَثِيرَةً وَاللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ Artinya: Siapakah  yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan  hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran  kepadanya dengan kelipatan yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan  melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.
 (Q.S. Al-Baqarah: 245)
 Setelah  mendengar ayat ini mereka mengatakan bahwa tangan Allah itu terbelenggu  dengan arti kikir karena Allah tidak mampu sehingga memerlukan  pinjaman.
 2. Mereka mengucapkan ucapan tersebut dengan mengejek kaum  Muslimin ketika mereka melihat sahabat nabi yang sedang berada dalam  kesempitan dan kesulitan keuangan.
 3. Orang-orang Yahudi adalah  orang-orang kaya. Ketika Nabi Muhammad diutus menjadi rasul mereka  menentangnya, oleh karenanya mereka banyak mengeluarkan harta benda  untuk pembiayaan guna menggagalkan dakwahnya sehingga orang-orang kaya  dari kalangan mereka banyak yang menjadi miskin. Maka karena Allah tidak  melapangkan rezeki lagi bagi mereka yang telah miskin itu mereka  mengeluarkan ucapan "tangan Allah terbelenggu" dengan maksud Allah itu  kikir karena tidak menolong mereka.
 Pernyataan Allah dalam ayat ini  bahwa "tangan orang Yahudi itulah yang terbelenggu dan mereka mendapat  laknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu", adalah suatu  pernyataan terhadap kekikiran mereka itu, yakni merekalah yang kikir,  terbelenggu tangannya, tidak mau memberi bantuan. Ternyata memang mereka  adalah umat yang terkikir, mereka baru mau memberikan bantuan jika  dilihatnya harapan akan mendapat keuntungan yang besar. Dan mereka pada  hari kemudian pasti menerima kutukan Allah sebagai balasan atas  perbuatan mereka.
 Ayat ini juga menegaskan bahwa Allah swt. Maha  Pemurah, Dia memberi sebagaimana yang Dia kehendaki. Perkataan "tangan"  dalam bahasa Arab mempunyai beberapa arti, yaitu:
 1. Salah satu dari anggota tubuh manusia
 2. Kekuatan
 3. Kepunyaan (milik)
 4. Nikmat, karunia.
 Pengertian  yang keempat inilah yang dimaksud dengan perkataan "tangan" yang  disandarkan kepada Allah pada ayat ini. Demikianlah para ulama khalaf  mengartikan tangan dalam ayat ini. Dengan demikian hendaklah diartikan  perkataan "kedua tangan Allah terbuka" dengan makna nikmat karunia Allah  terbentang luas, nikmat karunia itu diberikan kepada siapa-siapa yang  dikehendaki-Nya. Adapun golongan yang tidak menerima nikmat karunia  Allah janganlah menganggap bahwa Allah itu kikir atau fakir.
 Adanya perbedaan tingkatan manusia di dalam menerima rezeki dari Allah adalah termasuk sunatullah. Allah berfirman:
 
 
 
 أَهُمْ  يَقْسِمُونَ رَحْمَةَ رَبِّكَ نَحْنُ قَسَمْنَا َيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ  فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ  لِيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا وَرَحْمَةُ رَبِّكَ خَيْرٌ  مِمَّا يَجْمَعُونَ Artinya: Apakah mereka yang membagi-bagi  rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka kehidupan mereka  dalam kehidupan dunia. Dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas  sebagian yang lain beberapa derajat agar sebagian mereka dapat  mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari  yang mereka kumpulkan.
 (Q.S. Az Zukhruf: 32)
 Ahli tafsir dalam menafsirkan ayat ini ada dua pendapat yaitu:
 Pertama,  yang terkenal dengan Ahli Takwil yaitu yang menakwilkan (menafsirkan  pengertian kalimat-kalimat menurut pengertian majazi (kiasan), umpamanya  ayat:
 
 
 
 وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ Artinya: Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.
 (Q.S. Ar Rahman: 27)
 Maka  golongan ini menakwil perkataan "wajah" umpamanya pada kalimat "aku  tidak melihat wajah Si Anu", dimaksudkan adalah diri atau zat Si Anu.  Jadi samalah kalimat itu dengan "aku tidak melihat Si Anu" (tanpa  menyebutkan kata "wajah").
 Kedua, golongan Ahli Tafwid yaitu  menyerahkan maksud kalimat atau perkataan seperti demikian itu kepada  Allah. Mereka mengartikan tangan dengan arti hakikinya. Jadi ia  mengartikan perkataan "wajah" pada ayat surat Ar-Rahman tersebut menurut  arti hakiki, yaitu "muka". Tentang bagaimanakah keadaan "Muka Tuhan"  itu mereka menyerahkan juga kepada Tuhan dan dalam hal ini mereka  berpegang pada ayat:
 
 
 
 لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ Artinya: Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia.
 (Q.S. Asy Syu'ara: 11)
 Jadi golongan ini menetapkan Tuhan itu bermuka tetapi tidak seperti muka manusia umpamanya.
 Kemudian  pada ayat ini Allah mengutarakan kepada Nabi Muhammad saw. bahwa apa  yang diturunkan kepadanya benar-benar akan menambah kedurhakaan dan  kekafiran bagi kebanyakan di antara kaum Yahudi dan menerangkan bahwa  ayat yang diturunkan itu mengandung pengetahuan yang tidak diketahui  oleh orang-orang Yahudi yang semasa dengan Nabi Muhammad saw. Karena  jika tidak demikian halnya tentulah Muhammad tidak mengetahui semua itu  sebab dia adalah ummi tidak tahu tulis baca. Akan tetapi karena  kedengkian dan kefanatikan orang-orang Yahudi itu semakin jauh dari  beriman kepada Nabi Muhammad meskipun kenabian Muhammad telah ditulis di  dalam buku mereka.
 Ayat ini juga menerangkan bahwa Allah akan  menimbulkan permusuhan di antara sesama Ahli Kitab (Yahudi/Nasrani).  Permusuhan itu tidak akan berakhir sampai hari kiamat. Watak orang  Yahudi memang suka menyalakan api peperangan, fitnah dan keonaran. Watak  seperti itu telah tercatat dalam sejarah dan membuktikan bahwa mereka  selalu berusaha memperdayakan Nabi Muhammad dan orang-orang beriman baik  secara langsung maupun dengan cara membujuk orang musyrik atau  orang-orang Nasrani untuk memerangi Nabi Muhammad dan orang-orang yang  beriman.
 Watak seperti itu membawa mereka senang berbuat dan melihat  kerusakan di bumi. Tetapi setiap kali mereka menyalakan api peperangan,  fitnah dan keonaran, serta mencoba membuat kerusakan, Allah tetap  memadamkannya karena Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat  kerusakan oleh karenanya usaha-usaha mereka untuk membuat kerusakan dan  bencana di atas bumi ini selalu mengalami kegagalan.
 |  
 
 | 
   | 65 | Dan sekiranya Ahli Kitab beriman dan bertakwa,  tentulah Kami tutup (hapus) kesalahan-kesalahan mereka dan tentulah  Kami masukkan mereka ke dalam syurga-syurga yang penuh kenikmatan.(QS. 5:65) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Maa-idah 65 
 
 وَلَوْ  أَنَّ أَهْلَ الْكِتَابِ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَكَفَّرْنَا عَنْهُمْ  سَيِّئَاتِهِمْ وَلَأَدْخَلْنَاهُمْ جَنَّاتِ النَّعِيمِ (65 Pada  ayat ini Allah menerangkan andaikata Ahli Kitab itu (orang Yahudi dan  Nasrani) beriman kepada Allah dan beriman kepada Muhammad saw. selaku  nabi akhir zaman, dan mereka bertakwa dengan menjauhi  pekerjaan-pekerjaan dosa, niscaya Allah mengampuni segala dosa dan  kejahatan yang telah mereka perbuat. Dan Allah akan memasukkan mereka ke  dalam surga yang penuh dengan segala macam nikmat. Pengampunan Allah  dan surga yang dijanjikan itu tergantung kepada iman, takwa dan taat.  Iman tanpa takwa adalah suatu kemunafikan yang hanya dipergunakan untuk  mencari keuntungan duniawi belaka.
 Menurut ayat ini Allah swt. Maha Pengampun dan mengampuni dosa-dosa orang yang beriman dan bertakwa.
 |  
 
 | 
   | 66 | Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh  menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan Al quran, yang diturunkan  kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari  atas mereka dan dari bawah kaki mereka. Di antara mereka ada golongan  yang pertengahan. Dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh  kebanyakan mereka.(QS. 5:66) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Maa-idah 66 
 
 وَلَوْ  أَنَّهُمْ أَقَامُوا التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ وَمَا أُنْزِلَ  إِلَيْهِمْ مِنْ رَبِّهِمْ لَأَكَلُوا مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ  أَرْجُلِهِمْ مِنْهُمْ أُمَّةٌ مُقْتَصِدَةٌ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ سَاءَ مَا  يَعْمَلُونَ (66 Pada ayat ini Allah swt. menerangkan bahwa apabila  Ahli Kitab itu (Yahudi dan Nasrani) benar-benar menjalankan hukum Taurat  dan Injil seperti mengesakan Allah dan berpegang kepada berita gembira  yang terdapat dalam Taurat dan Injil tentang kenabian Muhammad, tentulah  Allah akan melapangkan kehidupan mereka. Jadi jika pada ayat yang lalu  Allah swt. menjanjikan kebahagiaan akhirat kepada Ahli Kitab, apabila  mereka beriman dan bertakwa, maka pada ayat ini Allah menjanjikan pula  kebahagiaan duniawi kepada mereka yaitu memberi kelapangan rezeki dengan  melimpahkan rahmat-Nya dari langit dengan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan.  Meskipun demikian mereka tetap durhaka dan menentang rasul-rasul Allah.
 Ayat  ini juga menerangkan bahwa di antara orang-orang Yahudi ada golongan  yang bimbang dalam beragama tidak berpegang secara fanatik kepada  pendapat-pendapat pendeta-pendetanya dan tidak pula memandang enteng.  Dan memang mayoritas orang Yahudi itu sangat fanatik kepada  pendapat-pendapat pendetanya. Golongan inilah yang buruk tingkah  lakunya. Hal serupa itu terjadi dalam kalangan kaum Nasrani.
 Menurut  kebiasaan meskipun golongan pertengahan dari masing-masing agama itu  tidak banyak pengikutnya namun dari kalangan mereka timbul orang-orang  yang suka memperbaiki keadaan dan mengikuti perkembangan serta menerima  kebenaran. Orang-orang yang seperti ini terdapat pada setiap umat dan  tiap-tiap masa. Umpamanya Abdullah bin Sallam dan kawan-kawannya dari  kalangan Yahudi menjadi pengikut Nabi Muhammad yang setia pula. Demikian  pula Najasyi dan kawan-kawan dari kalangan Nasrani menjadi pengikut  Nabi Muhammad yang setia pula. Hal tersebut menunjukkan bahwa fungsi  pemeluk agama adalah mencari kebenaran. Maka jika pemeluk suatu agama  berpegang kepada petunjuk-petunjuk agama secara benar tentulah dia tidak  akan menjadi fanatik, kaku dan menerima agama yang dibenarkan di dalam  kitab-kitabnya. Dalam mencari kebenaran itu modal utama adalah  keikhlasan yang disertai ilmu pengetahuan. Mencari kebenaran dengan  modal ini terdapat di dalam agama Islam. Pemeluk Islam sendiri yang  tidak mengamalkan petunjuk-petunjuk Islam tentulah kebenaran yang ada  pada Islam itu tidak dapat diperolehnya sehubungan dengan ayat ini  terdapat hadis nabi yang diriwayatkan Zaid bin Labid, yaitu:
 
 
 
 قال  لبيد: ذكر النبي صلى الله عليه وسلم قال: وذلك عند ذهاب العلم قلنا:  يارسول الله، وكيف يذهب العلم ونحن نقرأ القرآن ونقرئه أبناءنا ويقرأه  أبناؤنا أبناءهم إلى يوم القيامة، قال: ثكلتك أمك يا ابن أم لبيد، إني كنت  لأراك من أفقه رجل في المدينة أو ليس هذه اليهود والنصارى يقرؤون التوراة  والإنجيل ولا ينتفعون مما فيهما في شيء \15 Artinya: Berkata Labid,  "Nabi Muhammad saw. membicarakan sesuatu lalu beliau berkata, "Hal  demikian itu adalah pada waktu ilmu pengetahuan telah lenyap." Kami  (para sahabat) berkata, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah ilmu pengetahuan  bisa lenyap, sedangkan kami membaca Alquran dan kami membacakannya pula  kepada anak-anak kami dan anak-anak kami itu membacakannya pula kepada  anak-anak mereka sampai hari kiamat." Rasulullah saw. menjawab,  "Celakalah engkau hai anak ibu Labid. Sesungguhnya aku mengetahui engkau  adalah orang-orang yang paling banyak ilmunya di antara penduduk  Madinah. Tidakkah orang-orang Yahudi dan Nasrani itu membaca Taurat dan  Injil sedangkan mereka tidak mendapat manfaatnya sedikit pun."(H.R.  Ahmad dan Ibnu Majah) Menurut riwayat lain setelah pembicaraan itu maka  turunlah ayat 66 ini. (H.R. Ibnu Abi Hatim) Jelaslah dari hadis ini  bahwa kaum Muslimin yang tidak mengamalkan petunjuk agamanya, mereka  serupa saja dengan Yahudi dan Nasrani itu.
 |  
 
 | 
   | 67 | Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan  kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang  diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah  memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak  memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.(QS. 5:67) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Maa-idah 67 
 
 يَا  أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ  لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ  النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ (67 Diriwayatkan  oleh Ibnu Mardawaih dan Diya' dari Ibnu Abbas bahwa ayat ini diturunkan  pada masa permulaan Islam dan masa permulaan Rasul diperintahkan Allah  melakukan dakwah secara umum. Sebagian ahli tafsir memandang, bahwa  perintah Allah kepada Rasul untuk melakukan dakwah tersebut secara  khusus yaitu terhadap Ahli Kitab dan yang harus disampaikan itu ialah  yang dikandung oleh ayat berikut ini. Selanjutnya menurut Ibnu  Mardawaih, Ibnu Abbas berkata:
 
 
 
 سئل رسول الله صلى الله عليه وسلم:  أي آية من السماء أنزلت أشد عليك؟ قال: كنت بمنى أيام موسم واجتمع مشركو  العرب وأفناء الناس في الموسم فنزل علي جبريل فقال (الآية) قال: فقمت عند  العقبة فقلت: أيها الناس من ينصرني على أن أبلغ رسالات ربي ولكم الجنة،  أيها الناس قولوا: لا إله إلا الله وأنا رسول الله إليكم، تفلحوا وتنجحوا  ولكم الجنة، قال صلى الله عليه وسلم: فما بقي رجل ولا امرأة ولا أمة ولا  صبي إلا يرمون علي التراب والحجارة ويقولون: كذاب صابئ فعرض علي عارض:  فقال: يا محمد إن كنت رسول الله فقد آن لك أن تدعو عليهم كما دعا نوح على  قومه بالهلاك، فقال النبي صلى الله عليه وسلم: أللهم اهد قومي فإنهم لا  يعلمون وانصرني عليهم أن يجيبوني إلى طاعتك، فجاء العباس عمه فأنقذه منهم  وطردهم Artinya: Rasulullah ditanya, "Ayat manakah yang turun  dari langit yang sangat berat bagimu?" Rasulullah berkata, "Aku sedang  berada di Mina pada suatu musim, sedang orang-orang musyrik Arab dan  masyarakat awam berkumpul pada musim tersebut. Maka datanglah kepadaku  Jibril membacakan ayat ini." Kata Nabi, "Lantas aku berdiri di Aqabah  lalu menyeru, "Wahai sekalian manusia siapakah di antaramu yang menolong  aku untuk menyampaikan amanat-amanat Tuhanku dan kamu akan memperoleh  surga. Hai sekalian manusia katakanlah tidak ada Tuhan melainkan Allah  dan aku (Muhammad) adalah utusan Allah kepadamu niscaya kamu akan  berbahagia selamat senantiasa dan kamu memperoleh surga." Kata Nabi,  "Tidak ada seorang pun baik laki-laki maupun perempuan, baik hamba  sahaya perempuan dan anak-anak kecil, melainkan semua mereka itu  melempariku dengan tanah dan batu sambil berteriak, "Pendusta yang  murtad!" Kemudian muncullah seseorang dan berkata, "Hai Muhammad, jika  engkau Rasulullah maka sudah sampailah waktunya engkau mendoakan  kecelakaan atas mereka itu sebagaimana Nabi Nuh mendoakan kecelakaan  atas kaumnya." Maka berkata Rasulullah saw., "Hai Tuhanku, beri  petunjuklah kaumku ini, karena mereka tidak mengetahui dan tolonglah aku  supaya mereka mengikuti ajakan-ajakanku agar mereka taat kepadamu."  Kemudian datanglah Abbas paman Rasul menolongnya dan mengusir  orang-orang itu."
 (Rasyid Rida, Aal-Manar, juz 6, hal. 467)
 |  
 
 | 
   | 68 | Katakanlah: `Hai Ahli Kitab, kamu tidak  dipandang beragama sedikitpun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran  Taurat, Injil dan Al quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu`.  Sesungguhnya apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dari Tuhanmu akan  menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada kebanyakan dari mereka; maka  janganlah kamu bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir itu.(QS. 5:68) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Maa-idah 68 
 
 قُلْ يَا  أَهْلَ الْكِتَابِ لَسْتُمْ عَلَى شَيْءٍ حَتَّى تُقِيمُوا التَّوْرَاةَ  وَالْإِنْجِيلَ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ وَلَيَزِيدَنَّ  كَثِيرًا مِنْهُمْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ طُغْيَانًا  وَكُفْرًا فَلَا تَأْسَ عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ (68 . Pada  ayat ini Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw. supaya mengatakan  kepada Ahli Kitab bahwa mereka itu tidak dapat dipandang sebagai orang  yang beragama selagi mereka tidak menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil  dan ajaran-ajaran yang telah Allah turunkan kepada Muhammad yaitu  Alquran, karena kalau mereka menegakkan ajaran Taurat dan Injil tentulah  tidak ada golongan yang mereka musuhi dan mereka laknati. Dan jika ada  orang lain mengganggu tentulah mereka memberikan maaf bahkan mereka akan  memberikan pipi kirinya ketika dipukul orang pada pipi kanannya.
 Mereka  akan meninggalkan kompetisi dalam mempersiapkan senjata-senjata yang  menghancurkan dunia demi untuk keselamatan manusia di dunia. Untuk  perdamaian itu tentulah mereka akan mengeluarkan kekayaan mereka. Akan  tetapi kenyataan bahwa tingkah laku mereka adalah sebaliknya tidak  menunjukkan bahwa mereka itu orang yang berpegang kepada agama. Malahan  kebanyakan mereka bertambah kedurhakaan dan kekafiran terhadap sesuatu  yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad yaitu Alquran selaku kitab  penyempurnaan agama Allah. Hal itu menggambarkan bahwa mereka tidak  beriman sungguh-sungguh kepada Allah dan tidak beriman sungguh-sungguh  kepada rasul-rasul, tegasnya mereka tidak melakukan perbuatan-perbuatan  yang baik yang dituntut oleh Kitab-kitab mereka. Jadi kebanyakan mereka  itu hanya berpegang kepada adat-istiadat yang buruk dan kefanatikan,  karenanya mereka tidak menolak Alquran, secara sadar disebabkan mereka  jauh dari ajaran agama mereka yang sebenarnya, yaitu Allah itu satu.  Agama sebelum Muhammad merupakan permulaan dan agama yang dibawa  Muhammad merupakan penyempurnaan. Oleh karena mereka melihat Alquran  dengan kacamata permusuhan dan kefanatikan, bertambah-tambahlah  kefanatikan dan kedurhakaan mereka. Memang ulah golongan yang kecil dari  mereka masih terdapat orang-orang yang memelihara ajaran Tauhid yang  cinta kepada kebenaran; mereka inilah orang-orang yang memandang Alquran  dengan kesadaran yang karenanya mereka meyakini bahwa Alquran itu  sebenarnya dari Tuhan mereka dan bahwa Nabi yang Alquran diturunkan  kepadanya adalah nabi yang terakhir yang ada tertulis dalam kitab-kitab  mereka sehingga mereka ini beriman kepada Muhammad, seperti Abdullah bin  Salam dan lain-lain dari ulama-ulama Yahudi dan Najasyi dari kalangan  Nasrani.
 Selanjutnya pada akhir ayat ini Allah melarang Nabi  Muhammad berduka cita terhadap orang-orang kafir yang tidak menyambut  seruannya agar mereka beriman kepada Alquran.
 |  
 
 | 
   | 69 | Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang  Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (di antara mereka)  yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh,  maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka  bersedih hati.(QS. 5:69) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Maa-idah 69 
 
 إِنَّ  الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالصَّابِئُونَ وَالنَّصَارَى مَنْ  آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَا خَوْفٌ  عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (69 . Ayat ini dari segi  pengertiannya tidak ada perbedaannya dari ayat 62 surat Al-Baqarah. Ia  diulang kembali dengan susunan yang berbeda. Sejalan dengan ayat  sebelumnya yaitu ayat 62, yang memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw.  supaya mengatakan kepada Ahli Kitab, bahwa mereka belum dipandang  beragama selama mereka belum beriman kepada Allah dengan sesungguhnya  dan mengamalkan tuntunan Taurat dan Injil serta ajaran Alquran, maka  pada ayat ini Allah menerangkan bahwa hal itu berlaku pada  pengikut-pengikut segala rasul sebelum Muhammad yaitu Yahudi, Nasrani  dan Sabiin (bukan Yahudi dan Nasrani). Mereka jika menjalankan  petunjuk-petunjuk agama mereka, tentulah mereka itu tidak ada  kekhawatiran pada hari kemudian nanti dan mereka yang menemui Nabi  Muhammad tetapi menentangnya atau pura-pura beriman, manakala mereka itu  tobat dan beramal saleh tentulah mereka tidak ada kekhawatiran pada  hari kemudian nanti, karena seseorang itu tidak ada kelebihannya kecuali  jika ia beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian serta beramal  saleh.
 Manusia itu mempunyai dua macam kekuatan: pertama kekuatan di  bidang teori dan kedua kekuatan di bidang praktek atau amaliah.  Kekuatan di bidang teori barulah mencapai kesempurnaannya jika manusia  itu mempunyai ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan manusia barulah  mencapai kesempurnaan sampai kepada puncaknya, jika sampai pada  pengetahuan tentang sesuatu yang paling mulia yaitu Allah swt. Tuhan  Yang Maha Esa dan Maha Kuasa membangkitkan dan menghimpun manusia di  padang mahsyar. Dengan demikian pengetahuan yang paling mulia adalah  keimanan kepada Allah dan hari kemudian. Amal kebaikan yang paling mulia  adalah berbakti kepada Allah dan berusaha menyampaikan hal-hal yang  bermanfaat kepada manusia dan alam ini. Jadi orang-orang yang menghadap  Tuhan dengan keimanan dan amalan-amalan seperti ini tentulah dia tidak  akan khawatir sedikit pun terhadap huru-hara hari kiamat dan mereka  tidak bersedih hati terhadap nikmat dunia yang tidak pernah mereka  rasakan ketika hidup di dunia.
 |  
 
 | 
   | 70 | Sesungguhnya Kami telah mengambil perjanjian  dari Bani Israil, dan telah Kami utus kepada mereka rasul-rasul. Tetapi  setiap datang seorang rasul kepada mereka dengan membawa apa yang tidak  diingini oleh hawa nafsu mereka, (maka) sebagian dari rasul-rasul itu  mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh.(QS. 5:70) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Maa-idah 70 
 
 لَقَدْ  أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَأَرْسَلْنَا إِلَيْهِمْ رُسُلًا  كُلَّمَا جَاءَهُمْ رَسُولٌ بِمَا لَا تَهْوَى أَنْفُسُهُمْ فَرِيقًا  كَذَّبُوا وَفَرِيقًا يَقْتُلُونَ (70 . Ayat ini menerangkan bahwa  Allah mengambil janji dari Bani Israel yaitu berupa ikrar mereka beriman  kepada Allah dan mengamalkan isi Taurat selaku syariat yang diturunkan  Allah kepada mereka. Untuk memberikan penjelasan isi kitab tersebut  Allah mengutus rasul-rasul-Nya kepada mereka. Akan tetapi setiap kali  datang kepada mereka seorang rasul yang membawa petunjuk yang sesuai  dengan keinginan nafsu, mereka perlakukan rasul itu dengan perlakuan  yang sangat keji, yaitu mereka hadapi dengan tantangan-tantangan.
 Segolongan  mereka bertingkah laku mendustakan rasul dan sebagian mereka bertingkah  laku menganiaya dan membunuh rasul. Hal itu menunjukkan betapa jahatnya  tingkah laku mereka sehingga petunjuk yang dibawa oleh rasul tidak  sedikit pun berkesan pada hati mereka, malahan kekufuran dan kelaliman  mereka yang semakin bertambah-tambah.
 |  
 
 | 
   | 71 | Dan mereka mengira bahwa tidak akan terjadi  suatu bencanapun (terhadap mereka dengan membunuh nabi-nabi itu), maka  (karena itu) mereka menjadi buta dan pekak, kemudian Allah menerima  taubat mereka, kemudian kebanyakan dari mereka buta dan tuli (lagi). Dan  Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.(QS. 5:71) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Maa-idah 71 
 
 وَحَسِبُوا  أَلَّا تَكُونَ فِتْنَةٌ فَعَمُوا وَصَمُّوا ثُمَّ تَابَ اللَّهُ  عَلَيْهِمْ ثُمَّ عَمُوا وَصَمُّوا كَثِيرٌ مِنْهُمْ وَاللَّهُ بَصِيرٌ  بِمَا يَعْمَلُونَ (71 Ayat ini menerangkan bahwa orang-orang Yahudi  itu tidak menduga bahwa Allah akan memberikan cobaan yang maha berat  disebabkan perbuatan mereka yang sangat keji dan kekejaman yang  melampaui batas. Hal itu adalah karena mereka menganggap bahwa mereka  adalah anak Allah dan kekasih-Nya yang oleh karenanya mereka menganggap  bebas dari azab Allah. Mereka seolah-olah buta akan kenyataan-kenyataan  yang menunjukkan siksaan-siksaan Allah terhadap umat yang membuat  kerusakan dan kelaliman. Mereka seolah-olah tuli akan ajaran-ajaran dan  petunjuk-petunjuk yang penuh mengandung ancaman-ancaman Allah; yaitu  siksa terhadap orang-orang yang membatalkan janji-janji yang telah  diikrarkan karena mengikuti hawa nafsu untuk berbuat kelaliman.
 Menurut  sejarah ketika bangsa Babilon menaklukkan bangsa Yahudi mereka membakar  masjid Al-Aqsa, merampas harta benda dan memperkosa wanita. Setelah  orang-orang Yahudi kembali ke ajaran Taurat dan tobat kepada Allah, maka  barulah Allah memberikan pertolongan kepada mereka untuk melepaskan  diri dari kekejaman bangsa Babilon itu. Tetapi setelah penglihatan  mereka buta akan peringatan dan telinga mereka tuli akan  petunjuk-petunjuk Allah, mereka kembali berbuat kelaliman membunuh  rasul-rasul, maka datanglah lagi cobaan dari Allah yaitu mereka secara  berganti dikuasai oleh kerajaan Romawi. Memang yang berbuat kejahatan  tidaklah seluruh orang-orang Yahudi dengan adanya kenyataan golongan  kecil dari mereka yang berbuat baik akan tetapi sudah menjadi sunah  Allah bahwa cobaan Tuhan itu menimpa secara merata kepada seluruh umat  akibat perbuatan golongan yang lalim. Oleh karena itu Allah  memperingatkan dalam firman-Nya:
 
 
 
 وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً Artinya: Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang lalim saja di antara kamu.
 (Q.S. Al-Anfal: 25)
 Selanjutnya  akhir ayat ini menerangkan bahwa Allah swt. Maha Melihat tindakan atau  kelakuan orang Yahudi terhadap Nabi Muhammad baik tipu daya maupun  berupa pengerahan segenap kabilah-kabilah untuk bersatu menyerang Nabi  Muhammad, karena dorongan nafsu jahat mereka yang telah membuat mereka  buta, ketika dikemukakan bukti-bukti kebenaran oleh Nabi Muhammad selaku  nabi penutup segala nabi.
 |  
 
 | 
   | 72 | Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang  berkata: `Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam`, padahal Al  Masih (sendiri) berkata: `Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan  Tuhanmu`. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan)  Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya syurga, dan tempatnya  ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang  penolongpun.(QS. 5:72) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Maa-idah 72 
 
 لَقَدْ  كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ  وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي  وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ  عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ  أَنْصَارٍ (72 . Allah swt. menegaskan dengan sesungguhnya bahwa  orang-orang Nasrani adalah orang-orang kafir karena mereka berkeyakinan  bahwa Allah itu adalah Isa Al-Masih anak Maryam.
 Pendirian inilah  yang menjadikan mereka itu kafir dan sesat, oleh sebab mereka  berlebih-lebihan memuji Isa a.s. sebagaimana orang Yahudi keterlaluan  pula menghina Isa terutama terhadap Maryam. Pendirian orang-orang  Nasrani terhadap diri Isa a.s. tersebut adalah suatu pendirian yang  dianut oleh mayoritas golongan Nasrani dan siapa di antara mereka yang  menyimpang dari pendirian tersebut, maka dianggaplah murtad. Orang-orang  Nasrani berpendirian bahwa Tuhan itu terdiri dari unsur-unsur yang  mereka namakan tiga oknum, yaitu Bapak, Putra dan Ruhul Kudus. Isa  adalah putra, Allah adalah Bapak yang menjelma pada anak yang merupakan  Ruhul Kudus dan mereka adalah tiga kesatuan yang tidak terpisah-pisah.  Dengan demikian Allah itu adalah Isa dan dan Isa itu adalah Allah.  Pendirian mereka ini sangat menyimpang dari kebenaran, karena Isa  sendiri berkata kepada Bani Israel supaya mereka menyembah Allah, yaitu  Tuhannya Isa dan Tuhannya Bani Israel. Jadi ayat ini jelas menunjukkan  pengakuan langsung dari Isa bahwa Tuhan yang disembah itu adalah Allah  semata. Tegasnya seruan-seruan Nabi Isa kepada Bani Israel seperti yang  diterangkan oleh ayat ini untuk menegaskan agama Tauhid. Hal itu dapat  dilihat di dalam kitab-kitab Injil asli.
 Selanjutnya Allah swt.  menerangkan bahwa Isa dengan tegas berkata bahwa orang-orang yang  mempersekutukan Tuhan dengan sesuatu baik dengan malaikat atau dengan  bintang atau dengan batu, maka orang itu tidak akan mendapat surga dan  tempatnya adalah di dalam neraka, karena orang yang mempersekutukan  Allah itu adalah orang-orang yang berbuat lalim kepada diri mereka itu  sendiri yang karenanya tidak wajar mendapat pembelaan dan pertolongan  Allah.
 
 Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Maa-idah 72
 
 
 لَقَدْ  كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ  وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي  وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ  عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ  أَنْصَارٍ (72 (Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang  mengatakan, "Sesungguhnya Allah ialah Almasih putra Maryam.") di masa  sebelumnya telah terjadi hal yang serupa (padahal telah berkata) kepada  mereka (Almasih, "Hai Bani Israel, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu)  sesungguhnya aku ini hanyalah seorang hamba Allah dan bukan Tuhan  (sesungguhnya orang-orang yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah)  menyembah kepada selain Allah (maka pasti Allah mengharamkan kepadanya  surga) Allah melarangnya untuk memasuki surga (dan tempatnya ialah  neraka dan tidak ada bagi orang-orang lalim itu seorang) lafal min  adalah tambahan (penolong.") yang dapat mencegah siksaan Allah terhadap  diri mereka.
 |  
 
 | 
   | 73 | Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang  mengatakan: `Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga`, padahal  sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka  tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang  kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.(QS. 5:73) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Maa-idah 73 
 
 لَقَدْ  كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ وَمَا مِنْ  إِلَهٍ إِلَّا إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ  لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (73 . Ayat  ini menerangkan bahwa Allah swt. menegaskan dengan sesungguhnya akan  kekafiran orang Nasrani yang berkata bahwa Allah yang menciptakan langit  dan bumi adalah salah satu dari tiga oknum yaitu Bapak, Putra dan Roh  Kudus.
 Jadi jelaslah bahwa ayat ini menggambarkan pendirian  mayoritas orang-orang Nasrani zaman dahulu. Segolongan kecil dari mereka  itu ada yang berpendirian bahwa Allah itu adalah Isa Putra Maryam  sedangkan segolongan kecil yang lain berpendirian bahwa Isa itu adalah  Putra Allah, dan dia bukan Allah.
 Pendirian mereka ini tidak  mempunyai dasar yang kuat karena Tuhan yang sebenarnya ialah zat yang  tidak terbilang. Dia adalah Maha Esa. Karena itu Dia adalah Maha Kuasa.  Jika Tuhan berbilang maka artinya Yang Maha Kuasa itu lebih dari satu,  dan jika mereka berdua atau lebih tentulah akan berebut kekuasaan yang  akibatnya hancurlah alam ini. Andaikata tuhan-tuhan itu berdamai yakni  ada yang berkuasa di langit dan ada yang berkuasa di bumi, maka  terjadilah Tuhan itu lemah, karena sifat damai adalah sifat orang yang  lemah yang tidak sanggup menaklukkan sendiri. Dengan demikian Yang Maha  Kuasa itu adalah tunggal.
 Selanjutnya jika Tuhan itu berbilang,  umpama terdiri atas tiga oknum dan ketiga-tibanya dianggap satu karena  kesatuannya, maka artinya jika terjadi kehilangan salah satu  daripadanya, maka berarti hilanglah kesatuannya, dengan demikian  hilanglah ketuhanannya karena matinya Isa (salah satu oknum Tuhan) di  tiang salib. Dan jika tidak demikian maka artinya Tuhan itu berbilang.  Jadi ada Tuhan yang telah mati disalib dan dua yang masih hidup.
 Jika  dibenarkan adanya Tuhan Bapak dan adanya Tuhan Putra, maka yang  dinamakan Tuhan Bapak tentulah diketahui adanya lebih dahulu dan yang  dinamakan Tuhan Putra tentulah diketahui adanya terkemudian. Sedangkan  Tuhan itu bersifat Qadim, yakni "adanya" sama dengan "tidak didahului  oleh tiada" dan Tuhan itu bersifat Baqa' (kekal) yakni "adanya tidak  diakhiri tiada". Isa adalah didahului oleh "tiada" karena itu dia tidak  bersifat qadim karena dia tidak ada pada waktu sebelum dilahirkan oleh  Siti Maryam dan Isa tidak bersifat baqa' (kekal) karena dia telah  menjadi tiada, dia telah mati. Demikianlah sesatnya pendirian orang  Nasrani. Jika ditinjau dari segi logika, karenanya pada ayat ini Allah  memperingati orang Nasrani supaya meninggalkan kepercayaan yang salah  dan hendaklah mereka kembali kepada ajaran-ajaran tauhid dan jika mereka  masih tetap pada kekafiran, yaitu mempersekutukan Allah, maka akan  dimasukkan ke dalam azab api neraka.
 
 Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Maa-idah 73
 
 
 لَقَدْ  كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ وَمَا مِنْ  إِلَهٍ إِلَّا إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ  لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (73 (Sesungguhnya  telah kafirlah orang-orang yang mengatakan, "Bahwasanya Allah salah  seorang) dari tuhan (yang tiga) artinya salah seorang dari tuhan-tuhan  yang jumlahnya tiga dan dua orang lainnya yang dianggap tuhan ialah Nabi  Isa beserta ibunya. Mereka yang berpendapat demikian adalah golongan  dari orang-orang Nasrani (padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain  dari Tuhan Yang Esa. Dan jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka  katakan itu) berhenti dari menigakan Allah, kemudian kembali  mengesakan-Nya (pasti akan menimpa kepada orang-orang yang kafir)  artinya mereka yang menetapi kekafirannya (di antara mereka siksaan yang  pedih") siksaan yang sungguh amat memedihkan, yaitu siksaan neraka.
 |  
 
 | 
   | 74 | Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. 5:74) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Maa-idah 74 
 
 أَفَلَا يَتُوبُونَ إِلَى اللَّهِ وَيَسْتَغْفِرُونَهُ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (74 Ayat  ini menerangkan bahwa tingkah laku orang-orang Yahudi itu sangat  mengherankan karena telah menerima ayat-ayat yang mengandung cercaan  yang disertai ancaman-ancaman namun tidaklah tergerak hati mereka untuk  kembali kepada Allah dan memohon ampunan-Nya padahal Allah sangat luas  rahmat-Nya, Maha Pengampun, Maha Penerima tobat hamba-Nya yang tenggelam  dalam kesesatan kemudian benar-benar beriman dan bertakwa dengan  iringan amal-amal saleh.
 |  
 
 | 
   | 75 | Al Masih putera Maryam itu hanyalah seorang  Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan  ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan.  Perhatikan bagaimana kami menjelaskan kepada mereka (ahli kitab)  tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka  berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu).(QS. 5:75) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Maa-idah 75 
 
 مَا  الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ  الرُّسُلُ وَأُمُّهُ صِدِّيقَةٌ كَانَا يَأْكُلَانِ الطَّعَامَ انْظُرْ  كَيْفَ نُبَيِّنُ لَهُمُ الْآيَاتِ ثُمَّ انْظُرْ أَنَّى يُؤْفَكُونَ (75 Ayat  ini menerangkan keistimewaan kedudukan Al-Masih (Isa) dan keistimewaan  kedudukan ibunya (Maryam) kemudian menerangkan pula tentang hakikat  kepribadian mereka berdua. Keistimewaan Al-Masih ialah dia adalah utusan  Allah, tidak ada perbedaannya dengan rasul-rasul yang datang pada masa  sebelumnya, karena masing-masing membawa tanda kerasulan dari Allah.  Jika Allah menyembuhkan sakit sopak dan menghidupkan orang mati sebagai  mukjizat bagi Al-Masih, maka Allah menjadikan ular dan membelah laut  sebagai mukjizat bagi Nabi Musa. Jika Al-Masih dijadikan tanpa bapak,  maka Nabi Adam dijadikan tanpa ibu dan bapak. Ibu Al-Masih adalah  seorang yang sangat mulia dan bertakwa kepada Allah dan kedudukannya  hampir sederajat dengan kedudukan rasul.
 Ayat ini menegaskan bahwa  Al-Masih adalah seperti rasul-rasul yang lain, yaitu manusia biasa yang  mempunyai kebutuhan-kebutuhan jasmani yang antara lain makan makanan  untuk menghindari lapar dan menjaga kesehatan untuk kelanjutan hidup.  Tiap-tiap orang memerlukan sesuatu, dia adalah makhluk biasa yang  karenanya tidak dapat dikatakan Tuhan pencipta dan tidak wajar disembah.  Jadi yang wajar dan yang berhak disembah hanyalah Yang Maha Kuasa  karena Dia diperlukan pertolongannya. Tiap-tiap yang diperlukan,  tentulah dipandang mulia oleh yang memerlukan. Tegasnya penyembah adalah  orang yang memandang dirinya sendiri rendah dan hina dari yang  disembah. Al-Masih sangat terkenal kuat ibadahnya kepada Allah, jadi  Al-Masih menyembah Allah. Ini menunjukkan bahwa Al-Masih itu "bukan  Allah" karena Allah adalah yang disembah. Allah itu bebas dari kewajiban  menyembah (beribadat). Adalah suatu kebodohan apabila seseorang  menyembah kepada orang yang sederajat dengannya baik dalam hakikat  kejadian maupun dalam memerlukan pertolongan.
 Selanjutnya pada akhir  ayat ini, Allah menerangkan kepada Muhammad saw., bagaimana cara-cara  Allah menjelaskan kepada Ahli Kitab tentang tanda-tanda kekuasaan-Nya  yang menunjukkan kesesatan pendirian mereka tentang Al-Masih. Kemudian  Allah meminta perhatian Nabi Muhammad bagaimana cara-cara Ahli Kitab  menolak penjelasan-penjelasan yang telah dikemukakan Allah itu yang  menunjukkan bahwa mereka memanglah tidak mempergunakan akal pikiran yang  sehat karena mereka terbelenggu oleh taklid buta.
 |  
 
 | 
   | 76 | Katakanlah: `Mengapa kamu menyembah selain  daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat kepadamu dan  tidak (pula) memberi manfaat?` Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi  Maha Mengetahui.(QS. 5:76) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Maa-idah 76 
 
 قُلْ أَتَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَلَا نَفْعًا وَاللَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (76 .  Ayat ini menerangkan betapa sesatnya orang-orang Nasrani yang menyembah  Al-Masih. Nabi Muhammad mendapat perintah dari Allah supaya menanyakan  kepada orang-orang Nasrani, mengapa mereka itu menyembah selain Allah,  sesuatu yang tidak memberi mudarat dan tidak memberi manfaat. Tidakkah  mereka mengetahui bahwa orang Yahudi itu memusuhi Al-Masih dan mereka  hendak membinasakannya, sedang Al-masih sendiri ternyata tidak sanggup  memberi mudarat kepada orang-orang Yahudi itu dan sahabat Al-Masih tidak  dapat menolongnya. Wajarkah orang yang tidak mempunyai kesanggupan itu  dipandang sebagai Tuhan. Tidakkah mereka sendiri bercerita bahwa  Al-Masih ketika dianiaya di atas tiang salib dia meminta air karena haus  dan orang-orang Yahudi hanya memberikannya air cuka yang dituangkan ke  lubang hidungnya. Tidakkah cerita mereka ini menunjukkan bahwa Al-Masih  itu sangat lemah. Pantaskah orang yang lemah seperti demikian dipandang  sebagai Tuhan.
 Selanjutnya pada akhir ayat ini Allah mengancam  orang-orang Nasrani bahwa Allah Maha Mendengar terutama ucapan kekafiran  mereka dan Maha Mengetahui kepalsuan yang dikandung dalam hati mereka.
 |  
 
 | 
   | 77 | Katakanlah: `Hai Ahli Kitab, janganlah kamu  berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam  agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah  sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah  menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang  lurus.`(QS. 5:77) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Maa-idah 77 
 
 قُلْ يَا  أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلَا  تَتَّبِعُوا أَهْوَاءَ قَوْمٍ قَدْ ضَلُّوا مِنْ قَبْلُ وَأَضَلُّوا  كَثِيرًا وَضَلُّوا عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ (77 . Pada ada ayat ini  Allah melarang Ahli Kitab yang di masa Nabi Muhammad bertindak  keterlaluan di dalam agama sebagaimana nenek moyang mereka dahulu dan  melarang mereka mengikuti sebab-sebab yang membawa nenek moyang mereka  kepada kesesatan sehingga menyesatkan pula orang lain dari jalan  pertengahan (ajaran Islam) dengan sebab mereka meninggalkan hukum  syariat dan mengikuti hawa nafsu yang buruk. Jadi dengan ayat ini  dapatlah disimpulkan bahwa Ahli Kitab itu adalah:
 a. Orang-orang  yang sesat sejak dahulu disebabkan karena mengikuti hawa nafsu dalam  urusan agama, membuat bidah, menghalalkan yang haram dan meninggalkan  sunah Rasul.
 b. Orang-orang lain menjadi sesat karena mereka setelah  sesat berusaha menyesatkan orang lain, yaitu memperluas bidah yang  diada-adakan oleh para pendeta mereka.
 c. Orang-orang yang berpaling  dari agama Islam, terus-menerus berada dalam kesesatan, berarti mereka  telah berbuat melampaui batas, berbuat bidah dan menyimpang dari iktikad  yang benar.
 
 Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Maa-idah 77
 
 
 قُلْ  يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلَا  تَتَّبِعُوا أَهْوَاءَ قَوْمٍ قَدْ ضَلُّوا مِنْ قَبْلُ وَأَضَلُّوا  كَثِيرًا وَضَلُّوا عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ (77 (Katakanlah, "Hai  Ahli Kitab!) para pemeluk agama Yahudi dan agama Nasrani (Janganlah kamu  berlebih-lebihan) janganlah kamu melampaui batas (dalam agamamu) secara  berlebih-lebihan (dengan cara tidak benar) yaitu dengan cara  merendahkan Nabi Isa atau kamu mengangkatnya secara berlebihan dari apa  yang seharusnya (dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang  yang telah sesat dahulunya sebelum kedatangan Nabi Muhammad) mengikuti  cara berlebih-lebihan yang pernah dilakukan oleh para pendahulu mereka  (dan mereka telah menyesatkan kebanyakan) manusia (dan mereka tersesat  dari jalan yang lurus.") jalan yang hak; lafal as-sawaa` asalnya  bermakna pertengahan.
 |  
 
 | 
   | 78 | Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani  Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu,  disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas.(QS. 5:78) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Maa-idah 78 
 
 لُعِنَ  الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُدَ  وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ (78 Pada  ayat ini Allah menerangkan bahwa orang-orang kafir dari kalangan Yahudi  mendapat kemurkaan dan kutukan Tuhan melalui ucapan Nabi Daud dan Isa  putra Maryam. Ketika orang-orang Yahudi membuat kedurhakaan pada hari  Sabtu (hari larangan terhadap orang Yahudi menangkap ikan), Nabi Daud  mengutuk mereka pada khususnya, karena melanggar kehormatan hari Sabtu  dan pada umumnya terhadap mereka yang membuat kedurhakaan biasa. Nabi  Isa pun pernah mengutuk mereka. Pada akhir ayat ini dijelaskan bahwa  kutukan itu disebabkan mereka membuat maksiat dan melanggar hukum-hukum  Allah dengan cara melampaui batas.
 |  
 
 | 
   | 79 | Mereka satu sama lain selalu tidak melarang  tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang  selalu mereka perbuat itu.(QS. 5:79) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Maa-idah 79 
 
 كَانُوا لَا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ (79 .  Ayat ini menerangkan bahwa kebiasaan orang-orang Yahudi yaitu  membiarkan kemungkaran-kemungkaran terjadi di hadapan mereka disebabkan  mereka tidak melaksanakan amar makruf dan nahi mungkar. Demikianlah  buruknya perbuatan mereka itu sehingga menjadi sebab adanya kutukan  Allah pada mereka. Dalam hubungan ayat ini Nabi Muhammad bersabda:
 
 
 
 إن  أول ما دخل النقص على بني إسرائيل أنه كان الرجل يلقى الرجل فيقول: يا هذا  اتق الله ودع ما تصنع فإنه لا يحل لك ثم يلقاه من الغد وهو على حاله فلا  يمنعه ذلك أن يكون أكيله وشريبه وقعيده، فلما فعلوا ذلك ضرب الله قلوب  بعضهم ببعض ثم قال (الآية) ثم قال النبي صلى الله عليه وسلم: كلا والله  لتأمرن بالمعروف ولتنهون عن المنكر ثم لتأخذن على يد الظالم ولتأطرن على  الحق أطرا ولتنصرنه على الحق نصرا أو ليضربن الله قلوب بعضكم ببعض ثم  يلعنكم كما لعنهم Artinya: Awal mula kekurangan yang menimpa Bani  Israel adalah pertemuan seorang lelaki dengan lelaki lain (yang salah  seorang membuat kemungkaran). Maka berkata (laki-laki yang tidak  mengerjakan mungkar), "Hai kawanku, takutlah kepada Allah dan tinggalkan  perbuatanmu karena perbuatanmu itu tidak halal bagimu." Kemudian hari  berikutnya (laki-laki yang menegur) berjumpa lagi dengan lelaki itu  sedang membuat kemungkaran seperti biasanya, maka tidak dicegahnya lagi  malahan dijadikan teman makannya, teman minumnya dan teman duduknya.  Maka setelah perbuatan mungkar tersebut merata di kalangan umum, Allah  menjadikan mereka bergontok-gontokkan. Kemudian Nabi membacakan ayat 78  (kepada kaum mukminin) dalam surat ini. Kemudian Nabi bersabda,  "Sekali-kali tidak, demi Allah kamu semua hendaknya menegakkan amar  makruf dan nahi mungkar kemudian hendaklah kamu mencegah perbuatan orang  yang lalim dan hendaklah kamu memaksakan kepadanya menerima kebenaran  itu jika tidak, niscaya Allah akan menjadikan kamu saling  bergontok-gontokkan kemudian Allah akan mengutukmu sebagaimana mengutuk  orang-orang Yahudi."
 (H.R. Abu Daud dan Tirmizi dari Ibnu Mas'ud)
 |  
 
 | 
   | 80 | Kamu melihat kebanyakan dari mereka  tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya  amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu  kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan.(QS. 5:80) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Maa-idah 80 
 
 تَرَى  كَثِيرًا مِنْهُمْ يَتَوَلَّوْنَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَبِئْسَ مَا  قَدَّمَتْ لَهُمْ أَنْفُسُهُمْ أَنْ سَخِطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَفِي  الْعَذَابِ هُمْ خَالِدُونَ (80 . Setelah ayat yang lalu menerangkan  keburukan tingkah laku nenek moyang orang-orang Yahudi (Bani Israel),  maka ayat ini menerangkan bahwa Nabi Muhammad menyaksikan sendiri  tingkah laku orang-orang kafir Bani Israel yang ada pada zamannya, yaitu  kebanyakan mereka tolong-menolong dengan orang musyrik dari kalangan  Arab (kaum Nabi sendiri) dalam usaha memerangi Nabi Muhammad. Pekerjaan  yang mereka lakukan itu adalah sangat buruk sekali hanya mengikuti  perintah hawa nafsu dan hasutan. Perbuatan itu menimbulkan kemurkaan  Allah yang karenanya mereka pasti mendapat balasan daripada-Nya berupa  azab api neraka untuk selama-lamanya. Orang-orang yang lepas dari api  neraka adalah orang-orang yang mengerjakan pekerjaan yang diridai Allah.
 |  |