| 1 | Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan  langit dan bumi, dan mengadakan gelap dan terang, namun orang-orang yang  kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka.(QS. 6:1) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 1 
 
 الْحَمْدُ  لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ  وَالنُّورَ ثُمَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ (1 Dalam  ayat ini, Allah swt. memuji dirinya dengan "alhamdulillah". Dengan  demikian para hamba mengetahui bagaimana hendaknya mereka memuji Tuhan  yaitu dengan mengucap kalimat "alhamdulillah". Segala puji adalah untuk  Allah swt. karena Dialah yang paling berhak untuk menerima pujian itu.  Dialah yang memiliki segala sifat-sifat yang terpuji dan segala  sifat-sifat kesempurnaan. Allah menjelaskan tentang diri-Nya sebagai zat  Yang Maha terpuji itu dengan menerangkan bahwa Dialah Pencipta langit  dan bumi, gelap dan terang. Penciptaan langit dan bumi disebutkan secara  khusus dalam ayat ini adalah untuk menunjukkan keistimewaannya sebagai  ciptaan Allah yang besar dan senantiasa disaksikan oleh umat manusia dan  pada keduanya terdapat pelajaran kemanfaatan dan kemudaratan yang  kesemuanya itu merupakan tanda-tanda dari kesempurnaan Allah. Sedangkan  bumi merupakan wadah bagi perwujudan dari kemanfaatan dan kemudaratan  yang kesemuanya itu adalah merupakan akibat-akibat.
 Pengadaan gelap  dan terang yang dimaksudkan dalam ayat ini ialah pengadaan  kegelapan-kegelapan dan cahaya terang itu sendiri yang nampak oleh  indra. Kegelapan nampak di malam hari dan terang di siang hari, keduanya  ada manfaat bagi hamba-hamba Allah swt. Di antara ulama salaf ada yang  berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan "Zulmah" (gelap) dalam ayat ini  ialah kekafiran dan yang dimaksud dengan "nur" (terang) ialah iman, maka  mereka menguraikan makna ayat-ayat ini sebagai berikut: Allah swt.  menciptakan langit dan bumi lalu Dia menegakkan bukti-bukti untuk  mengenali-Nya dan mentauhidkan-Nya dan membentangkan jalan-jalan  kesesatan dan jalan-jalan petunjuk dengan menurunkan syariat-syariat dan  kitab-kitab-Nya, walaupun demikian orang-orang kafir itu berbuat jauh  dari pikiran yang sehat dan mereka selalu memilih jalan kesesatan.  Karena itu Allah swt. berfirman pada akhir ayat ini yang artinya, "Namun  orang-orang kafir itu mempersekutukan dengan Tuhan mereka". Dalam ayat  ini Allah swt. mempergunakan Zulumat (kegelapan-kegelapan) dalam bentuk  jamak (plural) dari Zulmah (gelap), sedangkan kata "Nur" (terang)  dipergunakan bentuk kata tunggal. Dimaksudkan dengan perbedaan bentuk  itu ialah kesesatan (gelap) banyak macamnya sedangkan petunjuk (terang)  hanya satu, kebenaran hanya satu, sedang kebatilan itu berbilang. Di  akhir ayat ini, ditegaskan bahwa orang-orang kafir itu mengambil sikap  bertolak belakang. Mereka tidak mengkhususkan pujian dan ibadah kepada  Allah sebagai Pencipta langit dan bumi dan Yang mengadakan gelap dan  terang tetapi mereka mempersamakan Allah dengan selain-Nya dalam ibadah  dan pujian. Padahal mereka menyadari, hanyalah Allah yang paling berhak  menerima ibadah dan pujian itu.
 |  
 
 | 
   | 2 | Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah,  sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal  yang ditentukan (untuk berbangkit) yang ada pada sisi-Nya (yang Dia  sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang  berbangkit itu).(QS. 6:2) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 2 
 
 هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ طِينٍ ثُمَّ قَضَى أَجَلًا وَأَجَلٌ مُسَمًّى عِنْدَهُ ثُمَّ أَنْتُمْ تَمْتَرُونَ (2  Kemudian  Allah swt. menghadapkan firman-Nya kepada orang-orang musyrikin yang  mempersamakan Allah swt. dengan selain-Nya dalam peribadatan. Allah  dalam ayat ini menunjukkan lagi bukti-bukti keesaan dan kekuasaan-Nya  untuk membangkitkan manusia pada hari kiamat. Dialah yang menciptakan  manusia turunan Adam dari tanah yang basah. Setiap kejadian manusia  tentulah mengandung unsur zat dari asal-usul kejadian induknya yang  pertama yakni Adam a.s. Sifat-sat kejadian induk pertama itu tidaklah  terbatas pada induk itu saja tetapi diturunkan kepada kesatuan jenisnya.  Oleh karena itu penciptaan Adam a.s. dari tanah yang basah dapat juga  dalam penciptaan untuk setiap turunannya.
 Jika diperhatikan proses  kejadian manusia, lebih jelas lagi bahwa kejadiannya dari tanah. Manusia  mula kejadiannya dalam rahim berupa nutfah (zygote), yaitu percampuran  antara sel mani laki-laki "sperma" dengan sel telur dari ibu "ovum".  Disebabkan berasimilasi dengan zat makanan, maka nutfah yang sudah  bercampur itu mengembangkan dirinya ke dalam janin, kemudian keadaan itu  berubah sampai menjadi bayi. Sel hidup itu tersusun dari zat-zat yang  bermacam dan zat itu sendiri hakikatnya terdiri dari zat-zat unsur kimia  yang mati seperti zat besi, zat air yang berasal dari tanah. Demikian  pula zat makanan itu baik dari tumbuh-tumbuhan ataupun daging hewan  tersusun dari zat unsur kimia yang berasal dari tanah. Dari zat-zat  makanan ini pula terbentuk sel mani yang ada pada manusia atau hewan.  Demikian dengan kodrat Allah swt. Yang Maha Besar, zat unsur kimia yang  mati itu menjadi sel hidup dan akhirnya menjadi bibit manusia.
 Bilamana  Allah swt. kuasa menciptakan sel hidup dari zat-zat mati, mengapa pula  Allah tidak kuasa membangkitkan manusia pada hari kiamat? Bukankah pada  proses kejadian manusia itu sendiri bukti nyata yang menunjukkan kodrat  Tuhan untuk mengadakan hari berbangkit. Allah menentukan pula dua waktu  untuk manusia yang tak dapat dilampauinya, yaitu waktu kematian dan  waktu dibangkitkan dari kubur, sesudah kehancuran dunia. Waktu yang  ditetapkan Tuhan untuk berbangkit itu tidak ada yang mengetahui kecuali  Allah swt.
 Firman Allah swt:
 
 
 
 إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلَّا هُوَ Artinya: Sesungguhnya  pengetahuan tentang hari kiamat ada pada sisi Tuhanku, tidak seorangpun  yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain dari Dia....
 (Q.S Al A'raf: 187)
 Meskipun  orang-orang musyrikin menyaksikan kejadian diri mereka dan terbatasnya  umur mereka yang kesemuanya itu membuktikan kekuasaan Allah swt. untuk  menentukan hari berbangkit, namun mereka masih tetap ragu ragu.  Seharusnya mereka dapat menarik kesimpulan dari kesaksian-kesaksian itu  bahwa Yang Kuasa menciptakan zat-zat yang mati menghimpunkannya menjadi  satu lalu memberinya hidup serta menentukan perkembangannya, tentu Dia  Kuasa pula menghimpunkan kembali zat-zat yang mati dan menghidupkannya  sesuai dengan yang dikehendaki-Nya.
 |  
 
 | 
   | 3 | Dan Dialah Allah (Yang disembah), baik di  langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa  yang kamu lahirkan dan mengetahui (pula) apa yang kamu usahakan.(QS. 6:3) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 3 
 
 وَهُوَ اللَّهُ فِي السَّمَاوَاتِ وَفِي الْأَرْضِ يَعْلَمُ سِرَّكُمْ وَجَهْرَكُمْ وَيَعْلَمُ مَا تَكْسِبُونَ (3  Kemudian  dalam ayat ini Allah swt. menjelaskan bahwa Dialah Allah Yang disembah,  Yang menerima doa dan harapan dari semua makhluk-Nya di langit dan di  bumi. "Allah" ialah nama yang Maha Agung bagi Tuhan Rabbulalamin, sudah  dikenal oleh Bangsa Arab sebelum Islam. Sebab bangsa Arab pada zaman  Jahiliah, bila mereka akan menjawab "Allah", maka maksudnya ialah Tuhan  Yang berhak disembah. Tuhan Yang mempunyai sifat-sifat yang mereka kenal  itulah yang patut mereka sembah.
 Ayat lain yang sejalan dengan maksud ayat ini ialah firman Allah swt.:
 
 
 
 وَهُوَ الَّذِي فِي السَّمَاءِ إِلَهٌ وَفِي الْأَرْضِ إِلَهٌ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْعَلِيمُ(84 Artinya:
 Dialah Tuhan (Yang disembah) di langit dan Tuhan (Yang disembah) di bumi dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.
 (Q.S Az Zukhruf: 84)
 Kedua  ayat ini, yakni ayat ini dan ayat surah Zukhruf dengan jelas  mengagungkan Allah karena kekuasaan-Nya menghidupkan kembali orang yang  telah mati dan lebih-lebih karena kekhususan diri-Nya dalam mengetahui  hari berbangkit dan keesaan-Nya dalam ketuhanan serta keesaan zat-Nya  yang disembah di langit dan di bumi. Kepada Dia sajalah tujuan doa  segala makhluk dalam alam semesta ini.
 Kemudian Allah menegaskan  lagi bahwa Dia mengetahui segala yang mereka rahasiakan atau yang mereka  lahirkan, baik perkataan dan perbuatan mereka maupun gerak-gerik hati  mereka, segala apa yang diusahakan oleh manusia, tidak luput dari  pengetahuan Tuhan. Usaha yang baik akan diberi pahala usaha yang buruk  akan diberi hukuman. Sangatlah sempurna perhatian Tuhan terhadap usaha  manusia itu disebabkan hubungan usaha itu dengan balasan balasan-Nya.
 |  
 
 | 
   | 4 | Dan tak ada suatu ayatpun dari ayat-ayat Tuhan  sampai kepada mereka, malainkan mereka selalu berpaling daripadanya  (mendustakannya).(QS. 6:4) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 4 
 
 وَمَا تَأْتِيهِمْ مِنْ آيَةٍ مِنْ آيَاتِ رَبِّهِمْ إِلَّا كَانُوا عَنْهَا مُعْرِضِينَ (4 Dalam  ayat ini Allah swt. menjelaskan sikap orang musyrikin yang sama sekali  tidak dapat menanggapi dalil-dalil dan bukti-bukti kebenaran ayat ayat  Alquran. Ayat-ayat yang menjelaskan bukti-bukti Keesaan Allah, hari  berbangkit dan keluasan ilmu-Nya, tidak mereka renungkan. Bahkan mereka  tidak pula berusaha mencari petunjuk dari tanda-tanda alamiah yang  mereka saksikan di permukaan bumi ini ataupun di dalam diri mereka  sendiri. Semua ayat-ayat Alquran yang menunjuk kepada ayat-ayat alamiah  dan meneguhkan kenabian Muhammad saw. semuanya mereka tinggalkan dan  dustakan. Mereka acuh tak acuh dan tidak mau merenungkan ayat-ayat  alamiah padahal ayat-ayat itulah yang menunjukkan adanya Tuhan Yang Maha  Esa yang menguasai dan mengurusi alam semesta ini dan tidak ada Tuhan  Yang disembah kecuali Dia.
 Sekiranya mereka tidak berpaling dari  ayat-ayat Allah karena keras kepala atau fanatik kepada  pemimpin-pemimpin mereka, tentu tampaklah kebenaran bagi mereka dan  tentu pula mereka tidak akan ragu-ragu serta tidak pula menentang ajaran  Rasul saw.
 Senada dengan ayat ini, Allah berfirman di awal surah Al Anbiya
 
 
 
 مَا يَأْتِيهِمْ مِنْ ذِكْرٍ مِنْ رَبِّهِمْ مُحْدَثٍ إِلَّا اسْتَمَعُوهُ وَهُمْ يَلْعَبُونَ(2)لَاهِيَةً قُلُوبُهُمْ Artinya: Tidak  datang kepada mereka suatu ayat Alquran pun yang baru (diturunkan) dari  Tuhan mereka, melainkan mereka mendengarnya. sedang mereka bermain-main  lagi hati mereka dalam keadaan lalai.
 (Q.S Al Anbiya': 2-3)
 |  
 
 | 
   | 5 | Sesungguhnya mereka telah mendustakan yang hak  (Al quran) tatkala sampai kepada mereka, maka kelak akan sampai kepada  mereka (kenyataan dari) berita-berita yang selalu mereka perolok-olokan.(QS. 6:5) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 5 
 
 فَقَدْ كَذَّبُوا بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُمْ فَسَوْفَ يَأْتِيهِمْ أَنْبَاءُ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (5 Kemudian  dalam ayat ini Allah swt. menerangkan bahwa sebab orang-orang musyrikin  itu selalu berpaling dari ayat-ayat Allah karena sebenarnya mereka  telah mendustakan yang hak ketika yang hak tersebut datang kepada  mereka. Tindakan mereka yang salah itu karena kejahatan dari mereka  sendiri sebagai akibat mereka menutup jalan bagi diri mereka sendiri  untuk memperoleh ilmu pengetahuan.
 Yang dimaksudkan dengan "yang  hak" di sini ialah agama Allah yang dibawa Nabi Muhammad saw. yang  mengandung kaidah-kaidah agama, hukum-hukum syariat, ibadah-ibadah,  muamalah, hukum haram dan halal, akhlak dan lain sebagainya yang  kesemuanya dijelaskan dalam Alquran, mereka mendustakan agama berarti  mendustakan Alquran yang menjadi dasar agama ini. Jika kiranya mereka  memahami Alquran dan merenungkannya tentulah mereka tidak akan  mendustakan ajaran-ajaran agama itu.
 Allah menegaskan kelak akan  sampai kepada mereka kebenaran berita-berita besar yang selalu mereka  perolok-olokan. Suatu ketika mereka akan mengalami penghinaan di dunia  dan kebinasaan di akhirat akibat pendustaan mereka kepada agama itu.  Sebaliknya mereka akan menyaksikan kemenangan Rasul kaum Muslimin.  Ancaman-ancaman Allah kepada mereka, sebelumnya merupakan berita belaka.  Oleh karena itu mereka memperolok-olokkannya, demikian pula janji Allah  untuk kemenangan kaum Muslimin. Tetapi kemudian berita-berita itu  terbukti yaitu dengan datangnya musim kering yang menimpa mereka dan  hancurnya kaum musyrikin itu dalam perang Badar dan perang lain-lainnya  dan kemenangan kaum Muslimin dengan penaklukan kota Mekah.
 Dalam  Alquran berulang kali diceritakan ejekan-ejekan orang musyrikin zaman  dahulu terhadap para nabi dan agama Allah, melalui tiga tingkatan.  Pertama mereka tidak memperdulikan ayat-ayat Allah swt. dan tanda-tanda  alamiah serta tidak mau merenungkannya. Kedua: mereka mendustakannya.  Sikap tingkatan kedua ini melebihi tingkatan pertama, karena orang-orang  yang bersikap acuh tak acuh belum tentu mendustakan, kemungkinan lain  dia alpa dan lalai. Ketiga: mereka memperolok-olokannya. Orang yang  mendustakan belum tentu dia sampai kepada sikap memperolok-olokkan.  Sikap memperolok-olokkan ini sudah mencapai puncak keingkaran.  Orang-orang kafir itu telah melalui ketiga tingkatan tersebut.
 |  
 
 | 
   | 6 | Apakah mereka tidak memperhatikan berapa  banyaknya generasi-generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka,  padahal (generasi itu), telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka  bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami  curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai  mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa  mereka sendiri, dan Kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain.(QS. 6:6) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 6 
 
 أَلَمْ  يَرَوْا كَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ قَرْنٍ مَكَّنَّاهُمْ فِي  الْأَرْضِ مَا لَمْ نُمَكِّنْ لَكُمْ وَأَرْسَلْنَا السَّمَاءَ عَلَيْهِمْ  مِدْرَارًا وَجَعَلْنَا الْأَنْهَارَ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمْ  فَأَهْلَكْنَاهُمْ بِذُنُوبِهِمْ وَأَنْشَأْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ قَرْنًا  آخَرِينَ (6 Kemudian Allah swt. memperingatkan dalam ayat ini  bukankah orang orang kafir itu sudah mengetahui berapa banyak  generasi-generasi dari umat zaman dahulu yang telah dimusnahkan Allah  seperti kaum Nuh, Ad, Samud dan lain-lain. Padahal mereka termasuk  generasi-generasi umat yang telah diberi Allah kekuatan, keteguhan,  kemerdekaan di bumi yang belum pernah diberikan Allah kepada orang Arab  yang musyrik itu. Bumi mereka senantiasa mendapat siraman air hujan yang  deras menimbulkan kemakmuran dan kesuburan. Sungai-sungai mengalir di  bawah kebun-kebun tanaman tanaman mereka, menambah indah dan makmur bumi  mereka. Segala nikmat dan karunia Tuhan tersebut yang telah diberikan  kepada umat dahulu itu tidaklah dapat menghalangi azab Allah disebabkan  dosa yang mereka perbuat. Dua macam dosa yang mereka lakukan yang  mengakibatkan kebinasaan mereka. Pertama dosa menentang Rasul-rasul dan  mengingkari ajaran-ajaran mereka serta memperolok-olokkannya. Kedua:  dosa kafir nikmat yaitu mereka mempergunakan nikmat-nikmat itu ke jalan  yang berlawanan dengan petunjuk Allah.
 Banyak ayat Allah dalam Alquran yang menceritakan tentang sebab-sebab kehancuran mereka. Seperti firman Allah swt:
 
 
 
 وَمَا كُنَّا مُهْلِكِي الْقُرَى إِلَّا وَأَهْلُهَا ظَالِمُونَ(59 Artinya:
 Tidaklah pernah (pula) kami membinasakan kota-kota kecuali penduduknya dalam melakukan kelaliman.
 (Q.S Al Qasas: 59).
 Azab Tuhan yang dijatuhkan kepada umat yang ingkar ada dua macam pula.
 Pertama:  azab dengan membinasakan secara keseluruhan dengan menghapuskan mereka  sampai ke akarnya. Kedua: azab dengan melenyapkan kemerdekaan dan  kekuatan umat itu sehingga mereka menjadi umat yang hina.
 Bila  mereka sudah binasa, maka yang lain yang memiliki sifat-sifat yang baik,  berlawanan dengan sifat-sifat umat yang binasa itu.
 Ayat ini  memperingatkan kaum musyrikin Mekah bahwa kekuatan dan kekuasaan mereka  tidak dapat menghalangi hukuman Allah, seperti halnya bangsa-bangsa yang  telah lalu.
 |  
 
 | 
   | 7 | Dan kalau Kami turunkan kepadamu tulisan di  atas kertas, lalu mereka dapat memegangnya dengan tangan mereka sendiri,  tentulah orang-orang yang kafir itu berkata: `Ini tidak lain hanyalah  sihir yang nyata`.(QS. 6:7) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 7 
 
 وَلَوْ  نَزَّلْنَا عَلَيْكَ كِتَابًا فِي قِرْطَاسٍ فَلَمَسُوهُ بِأَيْدِيهِمْ  لَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلَّا سِحْرٌ مُبِينٌ (7 Dalam  ayat ini Allah menjelaskan keragu-raguan orang-orang kafir yang ingkar  terhadap kebenaran wahyu dan kerasulan Muhammad saw. Nabi Muhammad saw.  sesungguhnya sudah mengetahui berdasarkan keterangan-keterangan Allah  swt. pada ayat-ayat yang lalu bahwa sebab-sebab mereka mendustakan agama  ialah berpalingnya mereka dari ayat-ayat Alquran dan tertutupnya hati  mereka untuk merenungkan dan memikirkan kejadian-kejadian dalam alam  ini. Banyak bukti-bukti keesaan Allah nampak pada diri sendiri dan di  atas bumi ini, baik ayat kauniah maupun ayat alamiah yang sangat jelas,  tak ada yang kabur dan yang samar-samar. Namun demikian orang-orang  musyrikin itu tetap dalam kekafiran. Penjelasan-penjelasan Alquran  terhadap bukti Keesaan Allah dalam alam ini tidak merubah pendirian  mereka. Umpamanya wahyu itu diturunkan dari langit kepada Muhammad saw.  tercetak di atas kertas dan mereka dapat menyaksikannya dengan mata  kepala mereka, lalu ketika tiba di bumi mereka dapat memegangnya dengan  tangan mereka sendiri, tentulah orang kafir itu masih akan berkata, "Ini  tidak lain hanyalah sihir yang nyata". Kata-keta demikian didorong oleh  kesombongan di luar batas dan permusuhan yang mendalam. Mereka tetap  memandang wahyu ilahi itu sebagai sihir dan merasa diri mereka kena  sihir. Sihir ialah tanggapan indrawi terhadap sesuatu tidak menurut  wujudnya yang sebenarnya. Umpamanya seutas tali nampak sebagai seekor  ular. Orang-orang kafir mengatakan Alquran yang tercetak di atas kertas  yang turun dari langit itu (kalau misalnya hal ini benar-benar terjadi)  sebagai sihir. Jadi mereka tetap tidak akan percaya, karena mereka  merasa penglihatan demikian itu palsu, sebab tidak ada kenyataannya dan  mereka merasa menjadi orang yang kena sihir.
 |  
 
 | 
   | 8 | Dan mereka berkata: `Mengapa tidak diturunkan  kepadanya (Muhammad) seorang malaikat?` Dan kalau Kami turunkan  (kepadanya) seorang malaikat, tentu selesailah urusan itu, kemudian  mereka tidak diberi tangguh (sedikitpun).(QS. 6:8) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 8 
 
 وَقَالُوا لَوْلَا أُنْزِلَ عَلَيْهِ مَلَكٌ وَلَوْ أَنْزَلْنَا مَلَكًا لَقُضِيَ الْأَمْرُ ثُمَّ لَا يُنْظَرُونَ (8 Kemudian  Allah menerangkan lagi dalam ayat ini pikiran orang kafir Mekah tentang  kerasulan. Mereka berpendapat semestinya ada seorang malaikat  mendampingi Muhammad saw. yang turut memberi peringatan bersama dia dan  memperkuat kerasulan beliau atau sama sekali Allah menurunkan Malaikat  sebagai Rasul, bahkan mereka menghendaki dapat melihat Tuhan.
 Di  kalangan bangsa Arab terdapat kepercayaan tentang adanya hubungan antara  Allah dengan makhluk-Nya. Menurut mereka, yang patut menjadi penghubung  (Rasul) ini haruslah makhluk rohani (malaikat). Manusia, meskipun dia  memiliki kesempurnaan rohani yang tinggi, seperti akal, akhlak dan adab  yang mulia, namun tidak mungkin dia menjadi Rasul disebabkan dia masih  bergaul dengan manusia dan terikat kepada kebutuhan jasmani, seperti  makan minum dan berusaha. Aliran Kepercayaan seperti ini, bukanlah baru  ada pada zaman Nabi Muhammad saw. bahkan sejak zaman Nabi Hud a.s.
 Kaum  musyrikin Mekah mempunyai dua pandangan mengenai kedudukan malaikat  dalam kerasulan. Pandangan pertama ialah malaikat itu sendiri yang  menjadi Rasul. Pandangan kedua ialah malaikat itu menyertai Nabi dan  menjelaskan langsung kepada mereka bahwa Muhammad itu adalah Nabi.  Pandangan mereka yang kedua ini, jika sekiranya tidak dikaitkan dengan  kehadiran malaikat secara langsung di hadapan mereka, tidaklah menjadi  perselisihan, sebab Nabi Muhammad saw. sudah menerangkan kepada mereka,  bahwa beliau selalu didatangi malaikat. Tetapi mereka memandang diri  mereka sederajat dengan Nabi saw. dalam sifat-sifat kemanusiaan. Oleh  karena itu mereka berpendapat sanggup pula berhadapan dengan malaikat  dan menerima pelajaran langsung dari malaikat. Di sinilah letak  kekeliruan yang besar dari orang-orang kafir terhadap wahyu. Karena  anggapan yang berlebihan terhadap diri sendiri, mereka menolak segala  sesuatu yang tidak diperoleh mereka dengan langsung.
 Terhadap  pandangan mereka yang kedua, Allah menjelaskan dalam ayat ini hawa kalau  Allah menghadirkan malaikat di hadapan mereka menurut wujud bentuknya  yang asli, tentulah selesai urusan itu dengan kehancuran mereka dan  mereka tidak akan diberi kesempatan lagi untuk menyatakan iman, bahkan  azab segera akan menimpa mereka. Kehancuran mereka dapat disebabkan  kedahsyatan rupa dari malaikat itu di saat malaikat itu menampakkan diri  kepada mereka atau dapat pula mereka dimusnahkan oleh malaikat karena  mereka ingkar kepada ayat-ayat Allah swt.
 Mengenai pandangan mereka yang pertama dijelaskan dalam ayat berikut.
 |  
 
 | 
   | 9 | Dan kalau Kami jadikan rasul itu seorang  malaikat, tentulah Kami jadikan dia berupa seorang laki-laki dan (kalau  Kami jadikan dia berupa seorang laki-laki) tentulah Kami meragu-ragukan  atas mereka apa yang mereka ragu-ragukan atas diri mereka sendiri.(QS. 6:9) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 9 
 
 وَلَوْ جَعَلْنَاهُ مَلَكًا لَجَعَلْنَاهُ رَجُلًا وَلَلَبَسْنَا عَلَيْهِمْ مَا يَلْبِسُونَ (9 Dalam  ayat ini Allah menjelaskan pandangan kaum musyrikin Mekah tentang  kerasulan malaikat seperti tersebut dalam tafsir surah Al An'am ayat 8.  Kalau Allah menjadikan Rasul-rasul dari golongan malaikat, seperti  pendapat orang musyrikin Mekah itu, tentulah Allah akan menjadikan  malaikat itu seperti manusia laki-laki dan mendengarkan  ajaran-ajarannya. Tetapi bilamana malaikat yang menjadi Rasul (Nabi) itu  berujud dalam bentuk manusia, maka tentulah mereka akan mengatakan dia  itu manusia. Memang mereka itu tidak akan melihat lain kecuali bentuk  rupa dengan sifat-sifat kemanusiaannya. Pada saat itu timbullah  kesangsian dan keragu-raguan lagi dalam jiwa mereka dan tentulah mereka  akan mendustakan seperti halnya mereka mendustakan Nabi Muhammad saw.  Mereka menyatakan lagi pendapat mereka yaitu Rasul itu haruslah seorang  malaikat. Demikianlah mereka berputar dalam suatu lingkaran  keragu-raguan yang tak tentu ujung pangkalnya. Kaum musyrikin Mekah ini  adalah suatu contoh dari kebanyakan manusia yang terjerumus dalam  kesulitan disebabkan kesalahan mereka dalam memilih pegangan hidup dan  akhirnya mereka kebingungan mencari jalan keluar.
 |  
 
 | 
   | 10 | Dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa  rasul sebelum kamu, maka turunlah kepada orang-orang yang mencemoohkan  di antara mereka balasan (azab) olok-olokan mereka.(QS. 6:10) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 10 
 
 وَلَقَدِ اسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍ مِنْ قَبْلِكَ فَحَاقَ بِالَّذِينَ سَخِرُوا مِنْهُمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (10 Sesudah  Allah swt. menerangkan kekacauan pikiran orang-orang kafir tentang  kerasulan dan keadaan mereka yang terus menerus mengingkarinya, maka  pada ayat ini Allah swt. menjelaskan bahwa sikap perlawanan mereka  terhadap kerasulan Nabi Muhammad saw. itu serupa halnya dengan  perlawanan orang-orang kafir terhadap Rasul-rasul Allah pada zaman  dahulu. Permusuhan dan penghinaan yang dialami Nabi Muhammad dialami  pula oleh Rasul-rasul sebelum beliau. Firman Allah:
 
 
 
 يَاحَسْرَةً عَلَى الْعِبَادِ مَا يَأْتِيهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ(30 Artinya:
 Alangkah  besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tiada datang seorang  Rasulpun kepada mereka, melainkan mereka selalu memperolok-olok kaumnya.
 (Q.S Yasin: 30)
 Penghinaan orang-orang kafir Quraisy terhadap  Nabi Muhammad saw. merupakan kelanjutan dari permusuhan terhadap  Rasul-rasul sejak zaman dahulu, maka akibat yang mereka hadapi tentulah  sama dengan akibat yang dihadapi oleh umat-umat musuh Rasul-rasul itu.  Dalam ayat ini, Allah menjelaskan bahwa mereka yang mencemoohkan dan  menghina rasul-rasul itu akan ditimpa azab, sebagai yang selalu mereka  olok-olokkan bilamana Rasul-rasul itu mengingatkan kepada mereka jalan  yang betul. Mereka dibinasakan dalam dunia dengan suatu bencana yang  sangat mengerikan.
 Ayat ini menerangkan kepada Nabi, sunah Allah  yang berlaku bagi umat manusia di masa dahulu dengan Rasul-rasul-Nya dan  juga ayat ini sebagai penghibur dan pelipur hati Nabi Muhammad saw.  karena penghinaan kaumnya kepadanya dan sebagai berita yang  menggembirakan, yaitu berita kemenangan terakhir kelak bagi Nabi dan  pengikut-pengikut beliau dan kekalahan kaumnya. Hanya saja kaum Nabi  Muhammad tidak akan menerima azab seperti umat-umat yang lalu yakni  kemusnahan sampai ke akar-akarnya. Azab yang dijatuhkan kepada mereka  tidaklah mengakibatkan kemusnahan dan kehancuran karena Nabi Muhammad  saw. adalah "nabiyyurrahmah" nabi yang membawa rahmat kepada umat  manusia.
 |  
 
 | 
   | 11 | Katakanlah: `Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu`.(QS. 6:11) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 11 
 
 قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ ثُمَّ انْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ (11 Sesudah  menjelaskan kemusnahan kaum-kaum yang memusuhi rasul-rasul pada zaman  dahulu, maka Allah swt. dalam ayat ini menyuruh Nabi Muhammad saw. untuk  mengatakan kepada kaumnya agar mereka mengembara di atas bumi ini  terutama sekali mendatangi negeri-negeri kaum-kaum yang telah binasa  itu. Sebab dengan pengembaraan itu mereka akan dapat menyaksikan sendiri  tempat-tempat yang bersejarah menjadi bahan renungan bagi mereka dan  memikirkan mengapa bangsa-bangsa dahulu itu sampai binasa padahal mereka  termasuk bangsa yang perkasa dan berkuasa. Sesudah itu hendaklah mereka  melihat kepada diri mereka sendiri dan membandingkannya dengan  umat-umat yang musnah itu.
 Orang-orang kafir Mekah sebenarnya adalah  pengembara karena pada umumnya mereka hidup sebagai pedagang antar  daerah di semenanjung Arabia. Tetapi dalam pengembaraan sebagai  pedagang, mereka tidak memperhatikan bekas-bekas peninggalan umat-umat  yang musnah itu, seperti kaum Nuh dan Samud di Arabia Utara dan kaum Ad  di Arabia Selatan. Betapa banyak generasi-generasi yang telah  dibinasakan lalu diganti dengan generasi baru, sebagaimana diterangkan  Allah dalam ayat enam surah ini. Kesemuanya itu hendaklah dijadikan  bahan penyelidikan sejarah bangsa itu sendiri walaupun akan memakan  waktu yang panjang, karena dari pengalaman sejarah bangsa-bangsa yang  lampau banyak diperoleh pelajaran yang berguna bagi generasi mendatang.
 Dengan  turunnya ayat ini, hati Nabi Muhammad saw. tambah terhibur, karena di  dalamnya mengandung isyarat-isyarat lagi bahwa kaum musyrikin akan  mengalami kekalahan.
 |  
 
 | 
   | 12 | Katakanlah: `Kepunyaan siapakah apa yang ada  di langit dan di bumi?`. Katakanlah: `Kepunyaan Allah`. Dia telah  menetapkan atas diri-Nya kasih sayang. Dia sungguh-sungguh akan  menghimpun kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan terhadapnya.  Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman.(QS. 6:12) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 12 
 
 قُلْ  لِمَنْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلْ لِلَّهِ كَتَبَ عَلَى  نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ لَيَجْمَعَنَّكُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَا  رَيْبَ فِيهِ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ (12 Allah swt. menyuruh Rasul-Nya, agar menanyakan kepada kaumnya yang  ingkar itu, "Kepunyaan siapakah segala yang ada di langit dan di bumi  ini?" Pertanyaan ini untuk mematahkan dasar pikiran syirik, karena  bangsa Arab Jahiliah itu sebenarnya telah mengakui bahwa yang  menciptakan langit dan bumi ini ialah "Allah"
 Kemudian Allah  memerintahkan Rasul saw. untuk menjawab sendiri pertanyaan itu dengan  jawaban, "Kepunyaan Allah". Kaum musyrikin tentulah akan menjawab  pertanyaan itu dengan jawaban yang serupa. Tidak ada jawaban lain bagi  mereka. Mereka tidak akan memungkirinya dan mengelakkannya. Karena itu  mereka tidak boleh menyandarkan sesuatu dari alam ini kepada orang lain  selain kepada Allah. Hanyalah Allah sendiri Raja dan Pemilik alam raya  ini dengan segala isinya.
 Allah swt. yang diakui ada-Nya oleh orang  musyrikin Yang menciptakan langit dan bumi dan Yang memiliki keduanya  itu telah menyatakan tentang diri-Nya melalui Rasul-Nya bahwasanya sifat  kasih sayang merupakan keharusan dari zat-Nya dan sifat kasih itu  meliputi keseluruhan makhluk-Nya. Dia Maha Penyayang kepada seluruh  hamba-hamba-Nya dengan melimpahkan bermacam-macam nikmat lahir dan batin  kepada mereka. Jika mereka berbuat dosa, Dia tidak segera menjatuhkan  azab kepada mereka, sebaliknya mereka diberi kesempatan untuk bertobat  dan kembali ke jalan Allah. Perbuatan dosa yang mereka lakukan sehingga  mengakibatkan murka Allah, bukanlah sebabnya dari Allah tetapi adalah  merupakan akibat kesalahan manusia itu sendiri. Bukankah karena kasih  sayang Allah, manusia itu diciptakan di atas dasar fitrah kejadian yang  sempurna? Kemudian mereka diberi petunjuk untuk mengenali dan  mengesakan-Nya dengan jalan menunjukkan bukti-bukti yang ada pada  manusia dan pada alam semesta ini, karena rahmat Allah diutus-Nya  Rasul-rasul kepada mereka dengan membawa Kitab-kitab yang penuh dengan  ajaran-ajaran yang menuju kepada rida-Nya dan ajaran yang mencegah  mereka dari murka-Nya. Akan tetapi kemudian manusia itulah yang menodai  ajaran yang baik itu dengan kejahatan-kejahatan. Mereka mengingkari  ayat-ayat Allah dan menghina para Rasul. Allah berfirman:
 
 
 
 وَمَا ظَلَمْنَاهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا هُمُ الظَّالِمِينَ(76 Artinya:
 Tidaklah Kami menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.
 (Q.S Az Zukhruf: 76)
 Karena rahmat Tuhan itu pulalah orang musyrikin Mekah tidak dibinasakan seperti umat-umat di masa yang silam.
 Rasulullah saw. bersabda.
 
 
 
 إن الله لما خلق الخلق كتب كتابا عنده فوق العرش: رحمتي سبقت غضبي Artinya: Tatkala  Allah selesai menciptakan makhluk ini, Allah menulis di dalam kitab-Nya  (Lohmahfuz) yang ada di sisi-Nya di atas Arasy, "Sesungguhnya rahmat-Ku  mengalahkan murka-Ku"
 (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
 Dengan  kasih sayang Allah itu pula, pasti Dia akan menghimpunkan manusia itu  pada hari kiamat yang tidak ada keraguan terhadapnya. Keadilan akan  ditegakkan hari itu. Manusia dikumpulkan pada hari itu, tak seorangpun  yang akan dialpakan. Adalah menjadi rahmat yang besar bagi hidup dan  kehidupan manusia, bilamana dia yakin dan sadar akan kejadian hari  berkumpul itu. Kesadaran ini menjadi pendorong baginya untuk  membersihkan jiwanya dan meluhurkan budinya. Ketidakadilan yang terjadi  dalam kehidupan duniawi, tentulah akan diperhitungkan oleh Allah dan  diputuskan kembali dengan penuh keadilan pada hari kiamat itu.
 Allah  swt. tidak akan membiarkan saja pada pagi hari berkumpul itu orang yang  merugikan dirinya yakni orang menodai fitrah kejadian dirinya yang  bersih, merusak mentalnya yang sehat dan menghilangkan kesediaannya  untuk menerima kerasulan Muhammad saw. dan tidak mau mendengarkan wahyu,  mereka memilih jalan kekafiran, karena mereka tidak beriman kepada hari  akhirat
 |  
 
 | 
   | 13 | Dan kepunyaan Allah-lah segala yang ada pada malam dan siang hari. Dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(QS. 6:13) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 13 
 
 وَلَهُ مَا سَكَنَ فِي اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (13 Dalam  ayat ini Allah menyatakan bahwa alam dengan segala isinya menjadi  milik-Nya dan juga segala yang terjadi di waktu malam dan di siang hari  adalah kepunyaan Allah swt. Bagaimanapun kecilnya sesuatu benda yang  menempati sudut manapun dalam ruang alam semesta ini, baik di waktu mana  dia mulai menempati dan maupun di waktu mana dia meninggalkannya  pastilah dia dalam kekuasaan Ilahi. Demikian pula tak mungkin dia  bergerak dan dia di segala bidang dan waktu tanpa kodrat dan iradat  Allah, sebab dia milik-Nya. Penguasaan atasnya mutlak pada Allah swt.
 Kemudian  Allah swt. menegaskan pula bahwa Dia Maha Mendengar lagi Maha  Mengetahui. Jarak jangkauan pendengaran-Nya sangatlah jauh dan luas,  meliputi ruang lingkup alam ini. Walaupun bunyi langkah seekor semut di  atas batu yang licin di malam gelap gulita, pasti tak akan luput dari  pendengaran dan pengetahuan-Nya.
 |  
 
 | 
   | 14 | Katakanlah: `Apakah akan aku jadikan pelindung  selain dari Allah yang menjadikan langit dan bumi, padahal Dia memberi  makan dan tidak diberi makan?`. Katakanlah: `Sesungguhnya aku diperintah  supaya aku menjadi orang yang pertama sekali menyerah diri (kepada  Allah), dan jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang-orang musyrik.`(QS. 6:14) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 14 
 
 قُلْ  أَغَيْرَ اللَّهِ أَتَّخِذُ وَلِيًّا فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ  وَهُوَ يُطْعِمُ وَلَا يُطْعَمُ قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ أَوَّلَ  مَنْ أَسْلَمَ وَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (14 Kemudian  Allah dalam ayat ini memerintahkan lagi kepada Rasul-Nya agar bertanya  kepada kaum musyrikin, "Apakah patut selain Allah aku jadikan pelindung  yang memberikan pertolongan kepadaku sewaktu dalam kesulitan atau  menolak bencana menimpaku?" Tentulah Rasul saw. tidak berbuat seperti  halnya orang-orang musyrikin dan ahli-ahli kitab zaman dulu. Mereka itu  menjadikan sembahan-sembahan dan pendeta-pendeta mereka, sebagai  pelindung, yang menurut iktikad mereka dapat menolong dengan memberikan  kebahagiaan mereka atau menolak kesengsaraan dari mereka.
 Tiada  pelindung atau penolong yang sebenarnya kecuali Allah yang menciptakan  langit dan bumi. Allah mengemukakan sifat-Nya sebagai Pencipta untuk  menegaskan penolakan pikiran yang menempatkan selain Allah sebagai  penolong, sebab hanya Allah sajalah yang patut dimintai pertolongan dan  tidak patut selain Dia dijadikan perantara yang dapat mempengaruhi  kehendak Ilahi. Hanya kepada Pencipta langit dan bumi ini doa dan  harapan ditujukan. Kehendak-Nya tak dapat dipengaruhi oleh siapapun  juga. Dialah Tuhan Yang memberi rezeki, makan dan minum serta segala  kemanfaatan kepada manusia. Sebaliknya Dia tidak memerlukan makan, minum  dan rezeki, bahkan Dia suci dari segala kebutuhan akan makan, minum dan  lain-lain sebagainya dan Dia tidak memerlukan orang lain. Firman Allah  swt.
 
 
 
 مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ(57 Artinya:
 Aku tidak menghendaki rezeki dari mereka sedikitpun dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan.
 (Q.S Az Zariyat: 57)
 Kemudian  Rasul saw. disuruh pula berkata di hadapan orang kafir bahwa beliau  diperintahkan Allah untuk menjadi orang yang pertama berserah diri  kepada-Nya, menjunjung tinggi perintah-Nya, tidak akan memohon kepada  selain Dia dan terus akan menegakkan agama di tengah-tengah umatnya.  Rasul Muhammad saw. juga dilarang untuk menjadi orang musyrik yakni  orang yang menganggap selain Allah swt. sebagai penolong atau perantara  untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
 |  
 
 | 
   | 15 | Katakanlah: `Sesungguhnya aku takut akan azab hari yang besar (hari kiamat), jika aku mendurhakai Tuhanku.`(QS. 6:15) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 15 
 
 قُلْ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ (15 Sesudah  Allah menjelaskan pokok asas agama yang harus menjadi pegangan oleh  seorang Rasul, maka dalam ayat ini Allah memerintahkan pula kepada  Rasul-Nya agar menyatakan kepada kaum musyrikin bahwa jika sekiranya  beliau melakukan kemaksiatan yakni melanggar perintah Allah atau  menyimpang dari asas agama yang ditetapkan Allah, maka dia takut azab  hari kiamat akan menimpanya, sebab pada hari itu Allah swt. akan  berhadapan dengan hamba-hamba-Nya untuk menjatuhkan azab kepada mereka  yang berdosa dan memberikan pahala kepada mereka yang beramal saleh.  Pada hari yang dahsyat ini tidak seorangpun yang dapat menolong orang  lain, karena kasih sayang atau persaudaraan. Ayat ini menunjukkan sifat  Rasulullah saw. bahwa beliau meskipun jauh dari kemungkinan melakukan  maksiat, namun hati beliau tetap takut kepada Allah swt. dalam segala  keadaan.
 |  
 
 | 
   | 16 | Barangsiapa yang dijauhkan azab daripadanya  pada hari itu, maka sungguh Allah telah memberikan rahmat kepadanya. Dan  itulah keberuntungan yang nyata.(QS. 6:16) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al An'aam 16 
 
 مَنْ يُصْرَفْ عَنْهُ يَوْمَئِذٍ فَقَدْ رَحِمَهُ وَذَلِكَ الْفَوْزُ الْمُبِينُ (16 (Siapa  yang dijauhkan siksaan) dalam bentuk pasif, maf'ulnya azab/siksaan; dan  dalam bentuk aktif, fa'ilnya Allah, sedangkan dhamirnya dibuang  (daripadanya pada hari itu, maka sungguh Allah telah memberikan rahmat  kepadanya) Maha Tinggi Allah, artinya Ia menghendaki kebaikan untuknya.  (Dan itu keberuntungan yang nyata) keselamatan yang nyata.
 |  
 
 | 
   | 17 | Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan  kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri.  Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas  tiap-tiap sesuatu.(QS. 6:17) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 17 
 
 وَإِنْ  يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ  يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (17 Kemudian  Allah dalam ayat ini menegaskan lagi ke Maha Kuasaan-Nya yaitu tak ada  seorangpun yang dapat melenyapkan suatu kemudaratan yang ditimpakan  Tuhan kepada seseorang kecuali Allah sendiri, seperti sakit, kemiskinan,  dukacita, kehinaan dan lain sebagainya yang mengakibatkan penderitaan  manusia baik lahir maupun batin. Maka bukanlah berhala berhala,  dukun-dukun atau pelindung lainnya selain Allah yang acap kali dipandang  oleh orang musyrik, dapat menghilangkan kemudaratan tersebut. Demikian  pula halnya tak ada seorangpun yang dapat mencegah suatu kebaikan yang  dianugerahkan Allah kepada seseorang seperti kekayaan, kesehatan,  kemuliaan, kekuatan dan lain sebagainya yang menimbulkan kebahagiaan  baik lahir maupun batin. Allah Kuasa memelihara segala kebaikan itu agar  seseorang tetap sebagaimana yang dikehendaki-Nya.
 Nabi Muhammad saw. setiap habis salat lima waktu membaca antara lain:
 
 
 
 اللهم لا مانع لما أعطيت ولا معطى لما منعت ولا ينفع ذاالجد منك الجد Artinya: Ya  Allah tak ada yang mencegah terhadap apa yang Kau berikan, tak ada yang  memberi terhadap apa yang Engkau cegah dan tidak memberi manfaat segala  kesungguhan orang yang bersungguh-sungguh terhadap kehendak Mu
 (HR Bukhari dari Warrad. Sekretaris al Mughirah Ibnu Syu'bah)
 Ayat  ini menunjukkan pula bahwa setiap manusia baik yang menginginkan  kebaikan atau yang menghindari kemudaratan, haruslah meminta pertolongan  kepada Allah swt. semata-mata dengan berusaha menurut sunah-Nya yang  berlaku dalam alam ini dan dengan menghadapkan doa sepenuhnya  kepada-Nya.
 Firman Allah swt.
 
 
 
 ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ Artinya: Berdoalah kepada Ku, niscaya Ku perkenankan bagimu.
 (Q.S Al Mu'min: 60)
 |  
 
 | 
   | 18 | Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.(QS. 6:18) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 18 
 
 وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ (18 Allah  dalam ayat ini menegaskan kesempurnaan kedaulatan-Nya yang mutlak atas  hamba-hamba-Nya. Dialah Penguasa yang tertinggi di atas hamba hamba-Nya  dan menyelenggarakan serta mengatur segala masalah dan urusan mereka  menurut kehendak-Nya dan tidak seorangpun yang dapat mencampuri-Nya yang  dapat keluar dari daerah kekuasaan-Nya.
 Kesempurnaan kekuasaan dan  kedaulatan-Nya atas hamba-hamba-Nya itu disertai dengan kesempurnaan  hikmah-Nya dalam mengatur kebutuhan hamba hamba-Nya dan keluasan  ilmu-Nya terhadap segala perkara yang kecil dan tersembunyi. Dialah Yang  Maha Mengetahui apa yang bermanfaat dan yang mudarat bagi  hamba-hamba-Nya. Tak ada suatu perkarapun, melainkan diketahui-Nya akhir  dari perkara itu. Pentadbiran-Nya atas hamba-hamba-Nya ini diarahkan  kepada suatu tujuan yakni kesempurnaan kemanusiaan.
 Dialah Yang Maha Kuasa lagi Maha Esa tak ada sekutu bagi-Nya. Karena itu tidakkah patut menyembah kepada selain dari pada-Nya.
 Firman Allah swt:
 
 
 
 فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا(18 Artinya:
 Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.
 (Q.S Al Jin: 18)
 |  
 
 | 
   | 19 | Katakanlah: `Siapakah yang lebih kuat  persaksiannya?`. Katakanlah: `Allah`. Dia menjadi saksi antara aku dan  kamu. Dan Al quran ini diwahyukan kepadaku supaya dengan dia aku memberi  peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al quran  (kepadanya). Apakah sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan  yang lain di samping Allah? `. Katakanlah:` Sesungguhnya Dia adalah  Tuhan Yang Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang  kamu persekutukan (dengan Allah) `.(QS. 6:19) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 19 
 
 قُلْ أَيُّ  شَيْءٍ أَكْبَرُ شَهَادَةً قُلِ اللَّهُ شَهِيدٌ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ  وَأُوحِيَ إِلَيَّ هَذَا الْقُرْآنُ لِأُنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ  أَئِنَّكُمْ لَتَشْهَدُونَ أَنَّ مَعَ اللَّهِ آلِهَةً أُخْرَى قُلْ لَا  أَشْهَدُ قُلْ إِنَّمَا هُوَ إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنَّنِي بَرِيءٌ مِمَّا  تُشْرِكُونَ (19 Dalam ayat ini Allah swt. memerintahkan lagi kepada  Rasul-Nya agar menanyakan kepada orang-orang kafir Quraisy tentang  syahadat (persaksian pembuktian) yang lebih kuat yakni persaksian yang  tidak mungkin mengandung unsur kedustaan, kepalsuan atau kesalahan.
 Syahadat  ialah keterangan yang bersumber dari pengetahuan, pengenalan dan  keyakinan yang didasarkan atas penyerapan indrawi atau tanggapan pikiran  dan perasaan. Perkara apakah yang akan disaksikan itu?
 Dan siapakah yang menjadi saksi, supaya persaksian itu tidak diragu-ragukan?
 Perkara  yang meminta persaksian itu ialah kerasulan Muhammad saw. dan keesaan  Allah yang mutlak yang diajarkan beliau. Orang-orang kafir itu  menolaknya. Untuk menghadapi perkara ini Allah swt. menanyakan kepada  mereka melalui Rasul-Nya, "Persaksian siapakah yang lebih kuat dan lebih  benar yang tidak menimbulkan keraguan lagi. Kemudian Allah menyuruh  Rasul-Nya untuk menjawab sendiri pertanyaan itu dengan jawaban, "Bahwa  Allah yang menjadi saksi antara beliau dengan mereka dan Allah telah  menurunkan Alquran kepada beliau untuk memperingatkan mereka tentang  azab bagi mereka yang mendustakan kenabiannya dan ajaran yang dibawanya  yang sudah diperkuat dengan persaksian Allah swt." Demikian juga,  Alquran itu diturunkan untuk memberikan peringatan kepada semua orang  yang telah sampai Alquran itu kepada mereka. Wajiblah atas mereka untuk  mengikuti Alquran sampai hari kiamat.
 Persaksian Allah atas kerasulan Muhammad saw ialah:
 Pertama;  Kitab Alquran sebagai mukjizat yang abadi. Manusia tidak mampu  menirunya baik mengenai bahasa ataupun makna serta isinya yang  mengandung berita-berita gaib, janji kemenangan bagi Rasul dan umatnya  terhadap orang-orang musyrikin. Dalam Alquran itu sendiri banyak  pertanyaan-pertanyaan Allah swt. tentang kenabian dan kerasulan Muhammad  saw.
 Kedua: Kitab-kitab samawi seperti Taurat dan Injil yang  menggambarkan tentang kelahiran Nabi Muhammad saw. serta sifat-sifat dan  tanda-tanda kenabian beliau.
 Adapun persaksian Allah swt. atas ke  Maha Esaan-Nya dan ke Maha Kekuasaan-Nya untuk mengadakan hari  berbangkit di samping persaksian kitab-Nya ialah:
 Pertama kejadian  manusia dan alam semesta ini yang banyak di dalamnya menunjukkan  bukti-bukti Keesaan-Nya dan kesempurnaan sifat-sifat-Nya
 Kedua:  hakikat tabiat manusia yang condong untuk percaya kepada Keesaan Tuhan  dengan sifat-sifat-Nya yang sempurna. Kemudian Allah menyuruh lagi Rasul  saw. mengatakan kepada orang musyrikin bahwa mereka sebenarnya mengakui  adanya tuhan lain di samping Allah swt. dan kepada Nabi disuruh  mengatakan bahwa beliau tidak akan mengakui sebagaimana pengakuan  mereka. Bahkan beliau diperintahkan untuk mengatakan bahwa sesungguhnya  Tuhan itu Allah Yang Maha Esa, sebagai pernyataan keyakinan yang  berlawanan sepenuhnya dengan keyakinan orang musyrikin itu dan beliau  bersih dari menuhankan apa yang mereka pandang sebagai sekutu Allah  seperti patung, berhala atau nama-nama lain yang semakna dengan  pengertian sekutu itu.
 
 
 Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al An'aam 19
 
 
 قُلْ  أَيُّ شَيْءٍ أَكْبَرُ شَهَادَةً قُلِ اللَّهُ شَهِيدٌ بَيْنِي  وَبَيْنَكُمْ وَأُوحِيَ إِلَيَّ هَذَا الْقُرْآنُ لِأُنْذِرَكُمْ بِهِ  وَمَنْ بَلَغَ أَئِنَّكُمْ لَتَشْهَدُونَ أَنَّ مَعَ اللَّهِ آلِهَةً  أُخْرَى قُلْ لَا أَشْهَدُ قُلْ إِنَّمَا هُوَ إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنَّنِي  بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ (19 (Katakanlah) kepada mereka  ("Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?") menjadi tamyiz yang  dialihkan dari mubtada (Katakanlah, "Allah.") jika kamu tidak  mengatakannya, maka tidak ada jawaban lain bagimu selain itu. (Dia  menjadi saksi antara aku dan kamu) yang menyaksikan kebenaranku. (Dan  Alquran ini diwahyukan kepadaku supaya aku memberi peringatan kepadamu)  aku membuat kamu takut hai penduduk Mekah (dengannya dan kepada  orang-orang yang sampai kepadanya Alquran) diathafkan kepada dhamir yang  terdapat dalam Lafal undzirakum; artinya manusia dan jin yang sampai  kepadanya Alquran. ("Apakah sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada  tuhan-tuhan yang lain di samping Allah?") kata tanya mengandung arti  ingkar. (Katakanlah) kepada mereka ("Aku tidak mengakui") hal tersebut.  (Katakanlah, "Sesungguhnya Dia adalah Tuhan Maha Esa dan sesungguhnya  aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.") terhadap Allah.
 |  
 
 | 
   | 20 | Orang-orang yang telah Kami berikan kitab  kepadanya, mereka mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal  anak-anaknya sendiri. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu  tidak beriman (kepada Allah).(QS. 6:20) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 20 
 
 الَّذِينَ  آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمُ  الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ (20 Dalam  ayat ini, Allah swt. menambahkan keterangan tentang kebenaran kerasulan  Nabi Muhammad Saw yaitu keterangan bahwa ahli-ahli kitab dari Yahudi dan  Nasrani, sebenarnya mengetahui bahwa Muhammad saw. itu sendiri karena  tanda-tanda kenabian beliau sangat jelas tercantum dalam kitab-kitab  mereka.
 Ada di riwayatkan bahwa orang-orang kafir Mekah pergi ke  Madinah menanyakan kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani tentang sifat  Muhammad saw. tetapi mereka memungkiri bahwa dalam Taurat dan Injil ada  bagian yang menunjukkan kenabian Muhammad saw.
 Allah swt. setelah  menyatakan mereka telah merugikan diri sendiri disebabkan mereka tidak  mempercayai kerasulan Muhammad saw. bahkan mengingkarinya dengan  permusuhan. Oleh karena itu mereka mengingkari apa yang mereka ketahui.  Keingkaran pendeta-pendeta Yahudi itu sama alasannya dengan keingkaran  orang-orang musyrikin Mekah. Pendeta-pendeta Yahudi itu tidak mau  beriman kepada Muhammad saw. karena takut kehilangan martabat dan  kedudukan di tengah-tengah kaumnya, sedang dalam agama Islam sama  kedudukannya Tidak berbeda antara pendeta dengan rakyat. Bila melakukan  kesalahan yang sama, hukumnya akan serupa pula tak berbeda antara ulama  dengan rakyat umum.
 Demikian pemimpin-pemimpin Quraisy, tidak mau  beriman kepada Nabi Muhammad saw. karena takut kehilangan martabat dan  kedudukan. Bila mereka menganut agama Islam mereka akan duduk sejajar  dengan rakyat jelata dan orang-orang miskin seperti Bilal orang Habsyah  dan lain-lain, mereka itulah yang merugikan diri sendiri. Kerugian  mereka itu disebabkan kelemahan cita cita dan keamanan mereka dan  kehilangan pertimbangan akal sehat sehingga mereka mengingkari ilmu  pengetahuan yang mereka miliki.
 
 
 
 ********  |  
 | 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar