Minggu, 16 Juni 2013

Tafsir Surat Ali Imran 1 - 20 ( 1 )

Cari dalam "TAFSIR" Al Qur'an
Bahasa Indonesia    English Translation    Dutch    nuruddin

No. Pindah ke Surat Sebelumnya... Pindah ke Surat Berikut-nya... [TAFSIR] : ALI IMRAN
Ayat [200]   First Previous Next Last Balik Ke Atas  Hal:1/10
1 Alif laam miim.(QS. 3:1)

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 1
الم (1)
"Alif Lam Mim" termasuk huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan beberapa surah Alquran. Ada dua hal yang perlu dibicarakan tentang huruf-huruf abjad yang disebutkan pada permulaan beberapa surah dari Alquranul Karim itu, yaitu apa yang dimaksud dengan huruf ini, dan apa hikmahnya menyebutkan huruf-huruf ini?
Tentang soal pertama, maka para mufassir berlainan pendapat, yaitu:
1.Ada yang menyerahkan saja kepada Allah, dengan arti mereka tidak mau menafsirkan huruf-huruf itu. Mereka berkata, "Allah sajalah yang mengetahui maksudnya." Mereka menggolongkan huruf-huruf itu ke dalam golongan ayat-ayat mutasyabihat.
2.Ada yang menafsirkannya. Mufassirin yang menafsirkannya ini berlain-lain pula pendapat mereka, yaitu:
a.Ada yang berpendapat bahwa huruf-huruf itu adalah isyarat (keringkasan dari kata-kata), umpamanya Alif Lam Mim. Maka "Alif" adalah keringkasan dari "Allah", "Lam" keringkasan dari "Jibril", dan "Mim" keringkasan dari Muhammad, yang berarti bahwa Alquran itu datangnya dari Allah, disampaikan oleh Jibril kepada Muhammad. Pada Alif Lam Ra; "Alif" keringkasan dari "Ana", "Lam" keringkasan dari "Allah" dan "Ra" keringkasan dari "Ar-Rahman", yang berarti: Saya Allah Yang Maha Pemurah.
b.Ada yang berpendapat bahwa huruf-huruf itu adalah nama dari surah yang dimulai dengan huruf-huruf itu.
c.Ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan huruf-huruf abjad ini adalah huruf-huruf abjad itu sendiri. Maka yang dimaksud dengan "Alif" adalah "Alif", yang dimaksud dengan "Lam" adalah "Lam", yang dimaksud dengan "Mim" adalah "Mim", dan begitu seterusnya.
d.Huruf-huruf abjad itu untuk menarik perhatian.
Menurut para mufassir ini, huruf-huruf abjad itu disebut Allah pada permulaan beberapa surah dari Alquranul Karim, hikmahnya adalah untuk "menantang". Tantangan itu bunyinya kira-kira begini: Alquran itu diturunkan dalam bahasa Arab, yaitu bahasa kamu sendiri, yang tersusun dari huruf-huruf abjad, seperti Alif Lam Mim Ra, Ka Ha Ya Ain Shad, Qaf, Tha Sin dan lain-lainnya. Maka kalau kamu sekalian tidak percaya bahwa Alquran ini datangnya dari Allah dan kamu mendakwakan datangnya dari Muhammad, yakni dibuat oleh Muhammad sendiri, maka cobalah kamu buat ayat-ayat yang seperti ayat Alquran ini. Kalau Muhammad dapat membuatnya tentu kamu juga dapat membuatnya."
Maka ada "penantang", yaitu Allah, dan ada "yang ditantang", yaitu bahasa Arab, dan ada "alat penantang", yaitu Alquran. Sekalipun mereka adalah orang-orang yang fasih berbahasa Arab, dan mengetahui pula seluk-beluk bahasa Arab itu menurut naluri mereka, karena di antara mereka itu adalah pujangga-pujangga, penyair-penyair dan ahli-ahli pidato, namun demikian mereka tidak bisa menjawab tantangan Alquran itu dengan membuat ayat-ayat seperti Alquran. Ada juga di antara mereka yang memberanikan diri untuk menjawab tantangan Alquran itu, dengan mencoba membuat kalimat-kalimat seperti ayat-ayat Alquran itu, tetapi sebelum mereka ditertawakan oleh orang-orang Arab itu, lebih dahulu mereka telah ditertawakan oleh diri mereka sendiri.
Para mufassir dari golongan ini, yakni yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu disebut oleh Allah pada permulaan beberapa surah dari Alquran untuk menantang bangsa Arab itu, mereka sampai kepada pendapat itu adalah dengan "istiqra" artinya menyelidiki masing-masing surah yang dimulai dengan huruf-huruf abjad itu. Dengan penyelidikan itu mereka mendapat fakta-fakta sebagai berikut:
1.Surah-surah yang dimulai dengan huruf-huruf abjad ini adalah surah-surah Makiyah (diturunkan di Mekah), selain dari dua buah surah saja yang Madaniyah (diturunkan di Madinah), yaitu surah Al-Baqarah yang dimulai dengan Alif Lam Mim dan surah Ali Imran yang dimulai dengan Alif Lam Mim juga. Sedang penduduk Mekah itulah yang tidak percaya bahwa Alquran itu adalah dari Tuhan, dan mereka mendakwakan bahwa Alquran itu buatan Muhammad semata-mata.
2.Sesudah menyebutkan huruf-huruf abjad itu ditegaskan bahwa Alquran itu diturunkan dari Allah, atau diwahyukan oleh-Nya. Penegasan itu disebutkan oleh Allah secara langsung atau tidak langsung. Hanya ada 9 surah yang dimulai dengan huruf-huruf abjad itu yang tidak disebutkan sesudahnya penegasan bahwa Alquran itu diturunkan dari Allah.
3.Huruf-huruf abjad yang disebutkan itu adalah huruf-huruf abjad yang banyak terpakai dalam bahasa Arab.
Dari ketiga fakta yang didapat dari penyelidikan itu, mereka menyimpulkan bahwa huruf-huruf abjad itu didatangkan oleh Allah pada permulaan beberapa surah dari Alquranul Karim itu adalah untuk "menantang" bangsa Arab agar membuat ayat-ayat seperti ayat-ayat Alquran itu, bila mereka tidak percaya bahwa Alquran itu, datangnya dari Allah dan mendakwakan bahwa Alquran itu buatan Muhammad semata-mata sebagai yang disebutkan di atas. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa para mufassir yang mengatakan bahwa huruf-huruf abjad ini didatangkan Allah untuk "tahaddi" (menantang) adalah memakai tariqah (metode) ilmiah, yaitu "menyelidiki dari contoh-contoh, lalu menyimpulkan daripadanya yang umum". Tariqah ini disebut "Ath-Thariqat Al-Istiqra'iyah" (metode induksi).
Ada mufassir yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad ini didatangkan oleh Allah pada permulaan beberapa surah-surah Alquranul Karim untuk menarik perhatian. Memulai pembicaraan dengan huruf-huruf abjad adalah suatu cara yang belum dikenal oleh bangsa Arab di waktu itu, karena itu maka hal ini menarik perhatian mereka.
Tinjauan terhadap pendapat-pendapat ini:
1.Pendapat yang pertama yaitu menyerahkan saja kepada Allah karena Allah sajalah yang mengetahui, tidak diterima oleh kebanyakan mufassirin ahli-ahli tahqiq (yang menyelidiki secara mendalam). (Lihat Tafsir Al-Qasimi j.2, hal. 32)
Alasan-alasan mereka ialah:
a.Allah sendiri telah berfirman dalam Alquran:

بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ (195)
Artinya:
Dengan bahasa Arab yang jelas.
(Q.S. Asy Syu'ara': 195)
Maksudnya Alquran itu dibawa oleh Jibril kepada Muhammad dalam bahasa Arab yang jelas. Dari ayat ini dapat dipahami bahwa ayat-ayat dalam Alquran itu adalah "jelas", tak ada yang tidak jelas, yang tak dapat dipahami atau dipikirkan, yang hanya Allah saja yang mengetahuinya.
b.Di dalam Alquran ada ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Alquran itu menjadi petunjuk bagi manusia. Di antaranya firman Allah:

ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (2)
Artinya:
Kitab Alquran ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa.
(Q.S. Al-Baqarah: 2)
Firman-Nya lagi:

وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ
Artinya:
....dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.
(Q.S. Al-Baqarah: 97)
Firman-Nya lagi:

هَذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ (138)
Artinya:
(Alquran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
(Q.S. Ali Imran: 138)
Dan banyak lagi ayat-ayat yang menerangkan bahwa Alquran itu adalah petunjuk bagi manusia. Sesuatu yang fungsinya menjadi "petunjuk" tentu harus jelas dan dapat dipahami. Hal-hal yang tidak jelas tentu tidak dijadikan petunjuk.
c. Dalam ayat yang lain Allah berfirman pula:

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ (17)
Artinya:
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Alquran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?
(Q.S. Al-Qamar: 17, 22, 32, dan 40)
2.
a.Pendapat yang menafsirkan bahwa huruf-huruf abjad itu adalah keringkasan dari suatu kalimat. Pendapat ini juga banyak para mufassir yang tidak dapat menerimanya.
Keberatan mereka ialah: tidak ada kaidah-kaidah atau patokan-patokan yang tertentu untuk ini, sebab itu para mufassir yang berpendapat demikian berlain-lainan pendapatnya dalam menentukan kalimat-kalimat itu. Maka di samping pendapat mereka bahwa Alif Lam Mim artinya ialah: Allah, Jibril, Muhammad, ada pula yang mengartikan "Allah, Latifun, Maujud" (Allah Maha Halus lagi Ada). (Dr. Mahmud Syaltut, Tafsir al Qur'anul Karim, hal. 73)
b.Pendapat yang menafsirkan bahwa huruf-huruf abjad yang terdapat pada permulaan beberapa surah ini adalah nama surah, juga banyak pula para mufassir yang tidak dapat menerimanya. Alasan mereka ialah: bahwa surah-surah yang dimulai dengan huruf-huruf itu kebanyakannya adalah mempunyai nama yang lain, dan nama yang lain itulah yang terpakai. Umpamanya surah Al-Baqarah, Ali Imran, Maryam dan lain-lain. Maka kalau betul huruf-huruf itu adalah nama surah, tentu nama-nama itulah yang akan dipakai oleh para sahabat Rasulullah dan kaum muslimin sejak dari dahulu sampai sekarang.
Hanya ada empat buah surah yang sampai sekarang tetap dinamai dengan huruf-huruf abjad yang terdapat pada permulaan surah-surah itu, yaitu: Surah Thaha, surah Yasin, surah Shad dan surah Qaf. (Dr. Mahmud Syaltut, Tafsir al Qur'anul Karim, hal. 73)
c.Pendapat yang menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan huruf-huruf abjad itu sendiri, dan abjad-abjad ini didatangkan oleh Allah ialah untuk "menantang" (tahaddi). Inilah yang dipegang oleh sebahagian mufassirin ahli tahqiq. (Di antaranya: Az Zamakhsyari, Al Baidawi, Ibnu Taimiah, dan Hafizh Al Mizzi, lihat Rasyid Rida, Tafsir Al Manar jilid 8, hal. 303 dan Dr Shubhi As Salih, Mabahis Ulumi Qur'an, hal 235. Menurut An Nasafi: pendapat bahwa huruf abjad ini adalah untuk menantang patut diterima. Lihat Tafsir An Nasafi, hal. 9)
d.Pendapat yang menafsirkan bahwa huruf-huruf abjad ini adalah untuk "menarik perhatian" (tanbih) pendapat ini juga diterima oleh ahli tahqiq. (Tafsir Al Manar jilid 8 hal. 209-303)
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa "yang dimaksud dengan huruf-huruf abjad yang disebutkan oleh Allah pada permulaan beberapa surat dari Alquran hikmahnya adalah untuk "menantang" bangsa Arab serta menghadapkan perhatian manusia kepada ayat-ayat yang akan dibacakan oleh Nabi Muhammad saw."


2 Allah--tidak ada Tuhan melainkan Dia. Yang Hidup kekal lagi senantiasa berdiri sendiri.(QS. 3:2)

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 2
اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ (2)
Ayat ini menegaskan bahwa Tuhan yang berhak disembah tidak lain hanyalah Allah SWT yang hidup kekal, terus menerus mengatur dan menjaga makhluk-Nya. Selanjutnya lihat tafsir ayat 255 Al Baqarah.


3 Dia menurunkan Al Kitab (Al quran) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil,(QS. 3:3)

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 3
نَزَّلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَأَنْزَلَ التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ (3)
Ayat yang lalu telah menerangkan bahwa Dialah Allah yang hidup kekal, terus menerus mengatur dan menjaga makhluk-Nya, Dialah Tuhan yang berhak disembah. Ayat ini menerangkan bahwa Tuhan yang berhak disembah itu benar-benar telah menurunkan Alquran kepada Nabi Muhammad saw dengan perantaraan Jibril, dan menegaskan bahwa sebelum menurunkan Alquran,
Allah SWT telah menurunkan pula kitab-kitab kepada para Nabi yang terdahulu, yang diutus sebelum kedatangan Nabi Muhammad saw, misalnya kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa as., kitab Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa as. dsb.
Alquran mengakui kebenaran isi kitab-kitab yang telah lalu sebagaimana kitab-kitab yang telah lalu itu membenarkan isi Alquran sesuai dengan yang diisyaratkan kitab-kitab itu.
Penegasan dan pengakuan ini hanyalah secara garis besarnya saja, tidak secara terperinci, yaitu Allah SWT telah mengutus rasul-rasul kepada umat-umat dahulu, dan Allah SWT telah menurunkan wahyu kepada mereka, seperti Taurat, Injil dan sebagainya Mengenai isi dari kitab-kitab itu tidak dijelaskan Alquran. Beriman kepada penegasan dan pengakuan ayat itu termasuk iman kepada Allah SWT.
Sebagaimana halnya dengan Alquran yang mengakui bahwa telah diutus para nabi dan rasul kepada umat-umat yang terdahulu dan telah diturunkan kepada mereka kitab-kitab, maka kitab-kitab yang dahulupun mengisyaratkan dan mengakui bahwa pada akhir zaman nanti Allah SWT akan mengutus seorang Nabi terakhir, Nabi penutup dan kepada Nabi itu akan diturunkan Allah pula sebuah kitab; yang berisi pokok-pokok dari risalah yang di bawa Nabi-nabi yang terdahulu.
Kitab Taurat adalah Kitab suci Agama Yahudi, agama yang dianut oleh orang-orang yang mengakui sebagai pengikut Nabi Musa as. Orang Nasrani menjadikan Taurat salah satu bahagian dari isi Al-Kitab yang diberi judul: "Wasiat Lama".
Kitab Taurat adalah Kitab suci Agama Yahudi, agama yang dipegangi orang Yahudi maupun yang disebut oleh orang Nasrani "Wasiat Lama", maka ada suatu pikiran dan perasaan yang timbul, yaitu bahwa Kitab Taurat atau Wasiat Lama yang ada sekarang tidak semata-mata berisi wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Musa as, sebagaimana yang ditegaskan oleh ayat ini, tetapi telah ada campur tangan manusia di dalamnya. Hal ini diakui kebenarannya oleh Wasiat Lama Di dalam Wasiat Lama diterangkan bahwa Kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa as, telah pernah hilang, kemudian diketemukan oleh Imam Hilkija sewaktu orang membongkar timbunan uang di rumah Tuhan. Kitab itu dibawa dan dibacakan oleh Sufyan di hadapan raja Yahudi. Maka rajapun marah dan dikoyak-koyaknyalah Kitab itu karena isi Al-Kitab itu bertentangan dengan keinginan beliau. Dalam pada itu tidak didapat keterangan tentang asal usul Wasiat Lama yang ada sekarang.
Kitab Injil adalah kitab suci agama Nasrani. Di dalam "Al Kitab", Injil termasuk bahagian yang diberi judul "Perjanjian Baru". Sebagaimana Taurat, maka di dalam lnjilpun banyak didapati yang bukan wahyu dari Tuhan, seperti sabda atau ucapan pengikut-pengikut setia Nabi Isa as, yang hidup setelah beliau meninggal dunia Dalam pada itu bahasa Injil yang terkenal pada saat ini bukanlah bahasa yang dipahami oleh Nabi Isa as.
Menurut ayat ini dan ayat-ayat Alquran yang lain seluruh isi Taurat dan Injil adalah wahyu dari Allah SWT, yang disampaikan kepada Nabi Musa as dan Nabi Isa as yang berisi pokok-pokok risalah yang dibawanya, tidak ada sedikitpun terdapat di dalamnya yang berupa perkataan karangan manusia dan sebagainya.
Mengenai Taurat yang ada sekarang bukanlah Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa as, demikian pula Injil bukanlah Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa as karena di dalam kedua kitab-kitab itu terdapat karangan-karangan pengikut kedua Nabi itu yang datang kemudian.
Allah SWT berfirman:

يحرفون الكلم عن مواضعه ونسوا حظا مما ذكروا به ولا تزال تطلع على خائنة منهم إلا قليلا منهم
Artinya:
".....Mereka (orang-orang Yahudi dan Nasrani) suka merubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya semula, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu, (Muhammad) akan selalu melihat kekhianatan dari mereka, kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat)........".
(Q.S Al Maidah: 13 lihat juga Q.S An Nisa': 46)


4 sebelum (Al quran), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al Furqaan. Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa).(QS. 3:4)

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 4
مِنْ قَبْلُ هُدًى لِلنَّاسِ وَأَنْزَلَ الْفُرْقَانَ إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَاللَّهُ عَزِيزٌ ذُو انْتِقَامٍ (4)
Pada ayat ini diterangkan bahwa sebelum Alquran diturunkan, Taurat dan Injil menjadi petunjuk bagi manusia, dan kemudian diturunkanlah Al Furqan yaitu Alquran. Pada akhir ayat ini Allah SWT. mengancam dengan azab yang pedih terhadap orang-orang yang tetap ingkar din tidak mau tahu dengan kitab-kitab yang telah diturunkan Allah kepada para rasul, orang-orang yang tidak mau menggunakan akal pikirannya untuk membedakan antara kepercayaan yang benar dan yang salah, antara agama-agama yang diridai Allah dengan yang tidak diridai-Nya. Mereka semua akan dimasukkan ke dalam neraka. Tidak ada sesuatupun yang dapat merubah keputusan Allah dan tidak ada yang dapat mengelakkan dan mempertahankan diri dari azab-azab Nya. Allah akan membalasi segala bentuk keingkaran dan pembangkangan terhadap hukum-hukum Nya serta mengazab pelaku pelakunya dengan azab yang setimpal.


5 Sesungguhnya bagi Allah tidak ada satupun yang tersembunyi di bumi dan tidak (pula) di langit.(QS. 3:5)


إِنَّ اللهَ لاَ يَخْفَى عَلَيْهِ شَيْءُُ فِي اْلأَرْضِ وَلاَ فِي السَّمَآءِ {5

( 5 - 6 ) Dan di antara kesempurnaan pengaturanNya (atas hamba-hambaNya) ta’ala adalah bahwa ilmuNya meliputi seluruh makhluk, (لاَ يَخْفَى عَلَيْهِ شَيْءٌ في اْلأَرْضِ وَلاَ فِي السَّمَاءِ) ; ”Bagi Allah tidak ada satupun yang tersembunyi di bumi dan tidak (pula) di langit” hingga apa yang ada di dalam perut wanita-wanita hamil, Allah-lah, (الَّذِي يُصَوِّرُكُمْ فِي اْلأَرْحَامِ كَيْفَ يَشَآءُ) ”yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendakiNya” berupa laki-laki, wanita, bentuk yang sempurna, bentuk yang cacat yang selalu berganti dalam tahapan pembentukanNya dan keindahan hikmahNya, oleh karena itu Dzat yang seperti ini terhadap hamba-hambaNya dan perhatianNya yang besar terhadap kondisi mereka dari permulaan ketika Dia menciptakan mereka hingga akhir dari perkara mereka, tidak ada sekutu bagiNya dalam semua itu. Maka menjadi jelas bahwa tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Dia, ( لاَإِلهَ إِلاَّ هُوَ الْعَزِيزُ); “Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Mahaperkasa”; Yang menguasai segala makhluk dengan kekuatanNya, dan Perkasa dari sifat kekurangan atau dari sifat tercela, (الْحَكِيمُ) ”Lagi Mahabijaksana” dalam penciptaanNya dan syariatNya.



.

6 Dia-lah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. Tak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(QS. 3:6)

 هُوَ الَّذِي يُصَوِّرُكُمْ فِي اْلأَرْحَامِ كَيْفَ يَشَآءُ لآَإِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ {6


Untuk tafsir ayat  ini silahkan baca pada ayat sebelumnya yaitu ayat 5





7 Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al quran) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al quran dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: `Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.` Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang orang yang berakal.(QS. 3:7)

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 7
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ (7)
Pada ayat ini Allah SWT menjelaskan bahwa Alquran yang diturunkan-Nya itu di dalamnya ada ayat-ayat yang Muhkamat dan ada yang Mutasyabihat. "Ayat yang Muhkamat" ialah ayat yang jelas artinya, seperti ayat-ayat hukum, dan sebagainya. "Ayat Mutasyabihat" ialah ayat yang tidak jelas artinya, yang dapat ditafsirkan dengan bermacam-macam penafsiran seperti ayat-ayat yang berhubungan dengan hal-hal yang gaib dan sebagainya. Ayat-ayat Muhkamat dapat diketahui dengan mudah arti dan maksudnva sedang ayat-ayat yang Mutasyabihat itu ialah ayat-ayat yang sukar diketahui arti dan maksudnya yang sebenarnya hanyalah Allah SWT yang mengetahuinya tentang tujuan Allah menurunkan ayat-ayat Mutasyabihat itu. Menurut sebagian para mufassir ialah:
1.Untuk menguji iman dan keteguhan hati seseorang muslim kepada Allah, iman yang benar hendaklah disertai dengan penyerahan diri dalam arti yang seluas-luasnya kepada Allah SWT. Allah SWT menurunkan ayat-ayat yang dapat dipikirkan artinya dengan mudah dan Dia menurunkan ayat-ayat yang sukar diketahui makna dan maksud yang sebenarnya, yaitu ayat-ayat Mutasyabihat. Dalam menghadapi ayat-ayat yang Mutasyabihat ini, manusia akan merasa bahwa dirinya bukanlah makhluk yang sempurna, ia hanya di beri Allah pengetahuan yang sedikit karena itu ia akan menyerahkan pengertian ayat-ayat itu kepada Allah SWT Yang Maha Mengetahui.
2.Dengan adanya ayat-ayat yang muhkamat dan mutasyabihat itu kaum muslimin akan berpikir sesuai dengan batas-batas yang diberikan Allah; ada yang dapat dipikirkan secara mendalam dan ada pula yang sukar dipikirkan, lalu diserahkan kepada Allah.
3.Para nabi dan para rasul diutus kepada seluruh manusia yang keadaannya berbeda-beda, misalnya berbeda kepandaiannya, kemampuannya dan kekayaannya; berbeda pula bangsa, bahasa dan daerahnya. Karena itu cara penyampaian agama kepada mereka itu hendaklah disesuaikan dengan tingkatan keadaan mereka itu dan dengan tingkatan bahasa yang sesuai dengan kemampuan mereka; ada yang mudah dipahami dan ada yang sukar dipahami. Yang mudah untuk orang yang kurang mempunyai ilmu, sedang yang sukar untuk orang yang dalam ilmunya.
Dalam pada itu Allah SWT. menerangkan sikap manusia dalam memahami dan menghadapi ayat-ayat yang mutasyabihat, yaitu:
1.Orang-orang yang hatinya tidak menginginkan kebenaran, mereka jadikan ayat-ayat itu untuk bahan fitnah yang mereka sebarkan di kalangan manusia dan mereka mencari-cari artinya yang dapat dijadikan alasan untuk menguatkan pendapat din keinginan mereka.
2.Orang-orang yang mempunyai pengetahuan yang mendalam dan ingin mencari kebenaran, mereka haruslah mencari pengertian yang benar, dari ayat itu. Bila mereka belum atau tidak sanggup mengetahuinya, mereka berserah diri kepada Allah sambil berdoa din mohon petunjuk.
Pada akhir ayat ini Allah SWT menerangkan sifat-sifat orang-orang yang dalam ilmunya, yaitu orang-orang yang suka memperhatikan makhluk Allah, suka memikirkan dan merenungkannya. Ia berpikir semata-mata karena Allah dan untuk mencari kebenaran.


Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Ali 'Imran 7

هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ (7)
(Dialah yang menurunkan kepadamu Alquran, di antara isinya ada ayat-ayat yang muhkamat) jelas maksud dan tujuannya (itulah dia pokok-pokok Alquran) yakni yang menjadi pegangan dalam menetapkan (sedangkan yang lainnya mutasyabihat) tidak dimengerti secara jelas maksudnya, misalnya permulaan-permulaan surah. Semuanya disebut sebagai 'muhkam' seperti dalam firman-Nya 'uhkimat aayaatuh' dengan arti tak ada cacat atau celanya, dan 'mutasyaabiha' pada firman-Nya, 'Kitaaban mutasyaabiha,' dengan makna bahwa sebagian menyamai lainnya dalam keindahan dan kebenaran. (Adapun orang-orang yang dalam hatinya ada kecenderungan pada kesesatan) menyeleweng dari kebenaran, (maka mereka mengikuti ayat-ayat mutasyabihat untuk membangkitkan fitnah) di kalangan orang-orang bodoh dengan menjerumuskan mereka ke dalam hal-hal yang syubhat dan kabur pengertiannya (dan demi untuk mencari-cari takwilnya) tafsirnya (padahal tidak ada yang tahu takwil) tafsirnya (kecuali Allah) sendiri-Nya (dan orang-orang yang mendalam) luas lagi kokoh (ilmunya) menjadi mubtada, sedangkan khabarnya: (Berkata, "Kami beriman kepada ayat-ayat mutasyaabihat) bahwa ia dari Allah, sedangkan kami tidak tahu akan maksudnya, (semuanya itu) baik yang muhkam maupun yang mutasyabih (dari sisi Tuhan kami," dan tidak ada yang mengambil pelajaran) 'Ta' yang pada asalnya terdapat pada 'dzal' diidgamkan pada dzal itu hingga berbunyi 'yadzdzakkaru' (kecuali orang-orang yang berakal) yang mau berpikir. Mereka juga mengucapkan hal berikut bila melihat orang-orang yang mengikuti mereka.


8 (Mereka berdoa): `Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau memberi petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)`.(QS. 3:8)


رَبَّنا لا تُزِغْ قُلُوبَنا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنا وَ هَبْ لَنا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّاب
 " Wahai Tuhan kami Janganlah Engkau sesatkan hati kami sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan kurniakanlah kiranya kepada kami rahmat langsung dari Engkau. Sesungguhnya Engkau adalah pemberi kurnia." (ayat 8).

Dengan doa seperti inilah kita menghadapi segala soal di dalam hidup ini. Selama petunjuk Tuhan masih membimbing kita akan selamatlah kita. Jangan kita berani berjalan dengan kemauan sendiri, memperturutkan kehendak hawa-nafsu, niscaya kita akan sesat. Moga-moga Tuhan akan menjauhkan kita dari kesesatan itu. Tidaklah hidup di dunia yang paling sengsara daripada sesat sesudah petunjuk, atau kepadaman suluh di tengah jalan. Teringat kepada nikmat iman yang pernah dirasai, sekarang telah hilang dan payah buat kembali ke sana. Orang lain kelihatan maju terus menuju ridha Tuhan, sedang diri sendiri telah terbenam ke dalam lumpur kesesatan. Itu sebabnya selalu kita hendaknya memohonkan rahmat yang datang Iangsung dari Tuhan, rahmat ke dalam hati dan sikap hidup, yang memancar kepada amal dan perbuatan. Sampai kelak kita meninggal dunia dengan husnul­kahtimah.


9 `Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan padanya`. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.(QS. 3:9)

رَبَّنا إِنَّكَ جامِعُ النَّاسِ لِيَوْمٍ لا رَيْبَ فيهِ

" Wahai Tuhan kami , Sesungguhnya Engkaulah yang akan mengumpulkan rnanusia pada hari yang tidak diragukan lagi padanya." (pangkal ayat 9).

Yaitu Hari Akhirat, tempat berhitung dosa dan pahala, amal dan ibadat, cita baik dan niat buruk. Moga-­moga perhitungan yang baiklah yang akan didapati pada hari yang tidak diragukan itu.

إِنَّ اللهَ لا يُخْلِفُ الْميعاد
"Sesungguhnya Allah tidaklah menyalahi janji." (ujung ayat 9).
Karena janji yang telah Dia janjikan itulah maka kita senantiasa berusaha menempuh jalan yang diridhaiNya, mengambil pimpinan dari RasulNya, berpedoman pada kitabnya, dengan ayat-ayatNya, yang muhkam dan mutasyabih.




10 Sesungguhnya orang-orang yang kafir, harta benda dan anak-anak mereka, sedikitpun tidak dapat menolak (siksa) Allah dari mereka. Dan mereka itu adalah bahan bakar api neraka.(QS. 3:10)

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 10
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَنْ تُغْنِيَ عَنْهُمْ أَمْوَالُهُمْ وَلَا أَوْلَادُهُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَأُولَئِكَ هُمْ وَقُودُ النَّارِ (10)
Pada ayat ini, Allah menegaskan bahwa mereka yang kafir serta mengingkari kenabian Muhammad saw, padahal mereka mengetahui kebenarannya baik dari golongan ahli kitab maupun dari golongan orang-orang musyrik Arab, mereka tidak akan dapat menghindari azab Allah. Dalam ayat-ayat ini Allah menerangkan bahwa harta benda dan anak cucu mereka tidak akan memberi syafaat sedikitpun kepada mereka. Harta yang bisa dipergunakan untuk mendapat manfaat dan menolak kemudaratan dan anak-anak yang bisa membantu dalam segala urusan penting dan dalam peperangan, semuanya itu tidak akan menyelamatkan mereka dari api neraka.
Sebagaimana Allah berfirman:

يوم لا ينفع مال ولا بنون
Artinya:
"Di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna" (Q.S Asy Syu'ara: 88)
Walaupun mereka mengucap seperti firman Allah:

وقالوا نحن أكثر أموالا وأولادا وما نحن بمعذبين
Artinya:
Dan mereka berkata: "Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak (dari pada kamu) dan kami sekali-kali tidak akan diazab". (Q.S Saba': 35)
Pernyataan mereka ini dibantah Allah dengan firman-Nya:

وما أموالكم ولا أولادكم بالتي تقربكم عندنا زلفى إلا من آمن وعمل صالحا
Artinya:
Dan sekali -kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun, tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh. (Q.S Saba': 37)


11 (Keadaan mereka) adalah sebagai keadaan kaum Firaun dan orang-orang yang sebelumnya; mereka mendustakan ayat-ayat Kami; karena itu Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya. Dan Allah sangat keras siksa-Nya.(QS. 3:11)

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 11
كَدَأْبِ آلِ فِرْعَوْنَ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَأَخَذَهُمُ اللَّهُ بِذُنُوبِهِمْ وَاللَّهُ شَدِيدُ الْعِقَابِ (11)
Pada ayat ini Allah menjelaskan lagi bahwa hal ihwal mereka yang ingkar itu sama dengan hal ihwal Firaun dan pengikut-pengikutnya, juga serupa dengan apa yang dilakukan umat sebelumnya kepada Nabi Musa dan nabi-nabi lainnya.
Mereka mendustakan ayat-ayat Allah yang dibawa oleh para rasul itu. Karena itu Allah menurunkan siksa atas mereka betapapun kebesaran dan kekuasaan mereka itu. Musuh-musuh nabi itu hancur, dan nabi-nabi beserta pengikut-pengikutnya memperoleh kemenangan.
Orang kafir tidak dapat lari dari azab yang diturunkan Allah itu. Karena hukuman Allah itu adalah sebagai akibat yang wajar dari dosa mereka sendiri. Orang-orang Yahudi merasa takut dengan turunnya ayat ini karena mereka mengetahui apa yang telah dialami oleh Firaun dan pengikut-pengikurnya.


12 Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: `Kamu pasti akan dikalahkan (di dunia ini) dan akan digiring ke dalam neraka Jahannam. Dan itulah tempat yang seburuk-buruknya`.(QS. 3:12)

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 12
قُلْ لِلَّذِينَ كَفَرُوا سَتُغْلَبُونَ وَتُحْشَرُونَ إِلَى جَهَنَّمَ وَبِئْسَ الْمِهَادُ (12)
Pada ayat ini dengan tegas Allah mengancam mereka; bahwa mereka pasti akan dihancurkan di dunia ini, sebelum di akhirat nanti. Nabi Muhammad saw, diperintahkan untuk mengatakan kepada orang-orang Yahudi itu, bahwa mereka akan dikalahkan di dunia ini. Tuhan akan menepati janji-Nya, dan di akhirat mereka akan ditempatkan di neraka Jahanam.
Yang dimaksud orang-orang kafir dalam ayat ini ialah orang Yahudi. Menurut riwayat lbnu Abbas ra, orang Yahudi Madinah tatkala menyaksikan kemenangan Rasulullah atas kaum musyrikin pada perang Badar, mereka berkata: "Demi Allah, sesungguhnya dia adalah nabi yang ummi, yang dikabarkan oleh Nabi Musa as kepada kita, dan dalam Taurat terdapat tanda-tandanya". Lalu mereka bermaksud mengikuti Nabi Muhammad saw. Berkata sebagian mereka : "Janganlah terburu-buru sampai kamu menyaksikan bukti-bukti yang lain. Tatkala tiba perang `Uhud mereka menjadi ragu-ragu laIu mereka membatalkan perjanjian yang mereka ikat dengan Rasulullah saw. Kemudian Ka'ab bin Al Asraf (pimpinan Yahudi) bersama enam puluh anggota pasukan berkuda berangkat segera ke Mekah untuk menghimpun kekuatan, untuk memerangi Rasulullah saw. Maka pada saat itu turunlah ayat ini Diriwayatkan pula oleh Abu Daud dalam sunannya, dan oleh Al Baihaki dalam Dala-il melalui lbnu Ishaq dari Ibnul `Abbas bahwa Rasulullah tatkala berhasil mengalahkan orang Quraisy dalam perang Badar, beliau pulang ke Madinah, beliau mengumpulkan orang Yahudi di pasar Bani Qainuqa'. Beliau berkata: "Hai, orang Yahudi masuklah dalam agama Islam sebelum kamu ditimpa oleh apa yang telah ditimpakan Allah kepada Quraisy. Mereka menjawab. "Hai Muhammad, jangan kamu tertipu oleh dirimu sendiri. Kamu telah membunuh sejumlah orang Quraisy, dan mereka itu orang-orang yang tidak berpengalaman, tidak mengerti perang. Demi Allah, Jika kamu berperang melawan kami, kamu akan tahu bahwa kamilah sebenarnya laki-laki yang sesungguhnya, kamu belum pernah berhadapan dengan kami". Dengan kejadian ini, turunlah ayat 12 dan 13 ini.
Kebenaran ayat ini terbukti di kemudian hari. Yaitu kaum Muslimin berhasil mengalahan Yahudi Bani Quraizah karena pengkhianatan mereka dan mengusir Bani Nadir dari Madinah, karena kemunafikan mereka, dan menaklukkan kota Khaibar kota orang Yahudi, serta memungut jizyah dari orang-orang Yahudi. Walaupun ayat ini menerangkan pemungutan jizyah dari orang Yahudi namun pengertian ayat ini mencakup seluruh orang kafir pada umumnya.


13 Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati.(QS. 3:13)

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 13
قَدْ كَانَ لَكُمْ آيَةٌ فِي فِئَتَيْنِ الْتَقَتَا فِئَةٌ تُقَاتِلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَأُخْرَى كَافِرَةٌ يَرَوْنَهُمْ مِثْلَيْهِمْ رَأْيَ الْعَيْنِ وَاللَّهُ يُؤَيِّدُ بِنَصْرِهِ مَنْ يَشَاءُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَعِبْرَةً لِأُولِي الْأَبْصَارِ (13)
Selanjutnya Allah memperingatkan agar mereka jangan merasa kuat dengan jumlah harta dan tenaga yang mereka miliki. Karena seharusnya mereka mengambil pelajaran dari peristiwa perang Badar itu.
Jumlah dana dan tenaga yang besar, banyaknya sekutu yang membantu, tidaklah akan menjamin kemenangan dalam peperangan. Sejarah peperangan di dunia ini membuktikan kekeliruan anggapan demikian. Apa yang terjadi pada perang Badar, di mana dua pasukan saling berhadapan. Satu pasukan dari kaum muslimin yang berjumlah kecil yang berjuang dijalan Allah, ditakdirkan bagi mereka kemenangan atas pasukan kaum musyrikin yang jauh lebih besar jumlahnya. Mereka yang memiliki akal pikiran yang sehat dan mempergunakannya untuk merenungkan segala perkara yang terjadi, serta mengambil faedah dari padanya, tentulah akan banyak memperoleh pelajaran dari peristiwa perang Badar ini. Ternyata bahwa ada suatu kekuatan lain di atas segala kekuatan yang lahir. Kekuatan itulah yang sering memperkuat pasukan yang lemah hingga dia dapat mengalahkan pasukan yang kuat lagi besar dengan izin Allah SWT.
Berperang di jalan Allah adalah kunci kemenangan itu. Bila perjuangan dan peperangan tujuannya adalah membela kebenaran, melindungi agama dan pemeluknya, maka jiwa pejuang-pejuangnya akan menghadapi medan pertempuran dengan sepenuh kekuatan yang dimilikinya, dengan segala kemungkinan, siasat dan persiapan. Karena mereka meyakini bahwa di belakang mereka ada kekuatan yang mendorong dan ada pertolongan dari Allah SWT. Allah SWT menegaskan pertolongan itu akan diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang berjihad di jalan-Nya, asal saja mereka itu tetap tahan dan sabar serta selalu ingat kepada Allah, dan patuh kepada pimpinan. Pada perang Badar kedua yang terjadi tanggal 17 Ramadan tahun 2 Hijriah itu, kaum muslimin telah berusaha mematuhi ketentuan-ketentuan Tuhan dan ketentuan Rasul-Nya dengan segala kemampuan yang ada, serta dengan tekad yang bulat. Mereka berperang dengan penuh keberanian. Dan dengan pertolongan Allah mereka menang dalam peperangan itu.
Allah berfirman:

يا أيها الذين آمنوا إن تنصروا الله ينصركم ويثبت أقدامكم
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman. Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu". (Q.S Muhammad: 7)
Menurut para ahli sejarah, tentara kaum muslimin dalam perang Badar itu berjumlah 313 orang. Terdiri dari 77 orang Muhajirin dan 236 orang Ansar. Yang memegang bendera dalam pasukan Muhajirin adalah Ali bin Abu Talib. sedang bendera pasukan Ansar dipegang oleh Saad bin `Ubadah. Dalam pasukan muslimin itu terdapat 90 ekor unta dan 2 ekor kuda perang masing-masing dikendarai oleh Miqdad bin Al Aswad dan Marsad bin Marsad, yang memakai baju besi ada enam orang dan yang bersenjata pedang ada delapan orang. Seluruh yang terbunuh dari pihak kaum Muslimin 14 orang laki-laki, terdiri dari 6 orang Muhajirin dan delapan orang dari Ansar. Jumlah tentara kaum musyrikin 950 orang, dipimpin oleh `Utbah bin Rabi'ah, dan di antara mereka terdapat Abu Sufyan dan Abu Jahal. Dalam pasukan mereka terdapat seratus ekor kuda perang, 700 ekor unta, dan sejumlah senjata yang tidak terbilang banyaknya.
Dalam peperangan Badar jumlah pasukan kaum muslimin hanyalah 313 orang saja. Tetapi dalam penglihatan kaum musyrikin ketika perang telah berkecamuk jumlah tersebut menjadi berlipat ganda, sehingga hal itu menimbulkan rasa takut dalam hati mereka, Akhirnya mereka lari dari medan pertempuran. Demikian Allah SWT menurunkan pertolongan kepada kaum muslimin.
Sebelum perang berkecamuk, pasukan kaum muslimin di mata orang-orang musyrikin kelihatan sangat kecil, karena itu mereka berani menghadapi dan menyerbu mereka, seperti diberitahukan Allah dalam kisah tentang Perang Badar ini, dengan firman-Nya:

وإذ يريكموهم إذ التقيتم في أعينكم قليلا ويقللكم في أعينهم ليقضي الله أمرا كان مفعولا وإلى الله ترجع الأمور
Artinya:
Dan ketika Allah menampakkan mereka kepada kamu sekalian ketika kamu berjumpa dengan mereka berjumlah sedikit pada penglihatan matamu dan kamu ditampakkan-Nya berjumlah sedikit pada penglihatan mata mereka, karena Allah hendak melakukan suatu urusan yang mesti dilaksanakan, dan hanya kepada Allah-lah dikembalikan segala urusan. (Q.S Al Anfal: 44)
Dengan pertolongan inilah Allah memperkuat orang-orang yang dikehendaki-Nya, dan sesungguhnya pada pertolongan yang demikian itu ada pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal dan pikiran.


14 Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: Wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (syurga).(QS. 3:14)

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 14
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ (14)
Sesudah Allah SWT menjelaskan pada ayat sebelum ini kekeliruan pandangan orang kafir terhadap harta dan anak-anak serta penyimpangan mereka dari kebenaran maka dalam ayat ini diterangkan segi kesesatan mereka yang disebabkan oleh harta dan anak yang dijadikan tumpuan harapan mereka.
Adalah keliru kalau manusia menjadikan harta dan anak sebagai tujuan hidupnya. Wanita, anak-anak, emas dan perak, kendaraan, binatang peliharaan, dan semua kekayaan adalah menyenangkan dan dipandang baik oleh manusia dan sangat dicintainya. Dia tidak memandang jelek mencintai benda-benda itu, bahkan dia tidak dapat terhindar dari mencintainya. Amat sedikit sekali orang yang memahami keburukan atau bahayanya, sekalipun bukti-bukti cukup jelas dan banyak yang memperlihatkan keburukan dan bahayanya itu. Dia tidak mau lagi surut dari mencintainya. meskipun sudah menderita disebabkan harta benda kesayangannya itu. Kadang-kadang manusia menyukai sesuatu, padahal dia mengetahui sesuatu itu buruk, dan tidak berguna. Siapa yang menyukai sesuatu tetapi ia belum memandungnya baik untuk dirinya, mungkin pada suatu waktu dia dapat melepaskan diri dari padanya. Sesungguhnya Allah menjadikan tabiat manusia cinta kepada harta benda kesenangan itu. Tetapi terserah kepada manusia itu sendiri, sampai di mana ia dapat mempergunakan harta benda itu untuk mengabdi kepada Allah SWT dan mendapatkan keridaan-Nya.
Firman Allah:

إنا جعلنا ما على الأرض زينة لها لنبلوهم أيهم أحسن عملا
Artinya:
Sesungguhnya, Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. (Q.S Al Kahfi: 7)
Benda-benda kesenangan manusia itu secara terperinci adalah sebagai berikut:
Pertama: Wanita (istri), wanita adalah tumpuan cinta kasih sayang dan kepadanyalah kecenderungan jiwa manusia sebagaimana difirmankan Allah dalam Alquran:

ومن آياته أن خلق لكم من أنفسكم أزواجا لتسكنوا إليها وجعل بينكم مودة ورحمة
Artinya:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya; dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. (Q.S Ar Rum: 21)
Untuk istri dipergunakan sebagian besar hasil usaha kaum lelaki yang diperoleh dengan susah payah. Para lelaki adalah pembimbing yang bertanggung jawab atas kaum wanita, karena lelaki itu memiliki kekuatan dan kemampuan melindungi mereka. Tetapi berlebih-lebihan dalam mencintai wanita mempunyai efek yang kurang baik terhadap bangsa, dan dapat pula mempengaruhi kesimbangan hak dan kewajiban antara laki-laki dan wanita.
Dalam ayat ini, mencintai wanita (istri) disebutkan lebih dahulu daripada "mencintai anak-anak", walaupun cinta kepada wanita itu dapat luntur, sedang cinta pada anak itu tidak; karena cinta pada anak-anak itu jarang sekali berlebih-lebihan seperti halnya mencintai wanita Dan pada umumnya mencintai anak itu tidak menimbulkan kemusykilan. Dalam masyarakat banyak terjadi seorang laki-laki mengutamakan cinta kepada wanita dengan mengabaikan cinta kepada anak. Seperti laki-laki yang kawin lebih dari satu, dia curahkan cintanya pada istri yang baru, diberinya nafkah yang banyak, sedang istrinya yang tua diabaikan. Dengan demikian anak-anaknya jadi terlantar, karena pendidikannya tidak lagi diperhatikan. Banyak pula anak-anak penguasa dan orang-orang kaya yang rusak akhlaknya karena bapaknya mencintai wanita lain.
Kedua: Anak, baik laki-laki maupun perempuan. Cinta kepada anak adalah fitrah manusia. Sama halnya dengan cinta kepada wanita (istri) karena tujuannya ialah untuk melanjutkan turunan.
Anak sebenarnya adalah hiasan rumah tangga penerus keturunan dan generasi. Tetapi dia dapat berubah menjadi cobaan sebagaimana dinyatakan Allah:

إنما أموالكم وأولادكم فتنة
Artinya:
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu)
(Q.S At Tagabun: 15)
Ketiga: Harta kekayaan emas dan perak yang melimpah ruah. Berkata Ar-Razi dalam tafsir: "Emas dan perak amat disenangi, karena keduanya adalah alat penilai harga sesuatu. Orang yang memilikinya sama dengan orang yang memiliki segala sesuatu. Memiliki berarti menguasai. Berkuasa adalah salah satu kesempurnaan dan kesempurnaan itu diingini dengan sendirinya. Karena emas dan perak adalah alat yang paling tepat untuk memperoleh kesempurnaan maka ia diingini dan dicintai. Apabila sesuatu yang dicintai tidak dapat diperoleh kecuali dengan sesuatu yang lain, maka sesuatu yang lain itupun dicintai pula. Maka karena itulah emas dan perak dicintai".
Harta yang melimpah ruah akan menggoda hati manusia serta menyibukkan mereka sepanjang hari untuk mengurusinya. Hal ini sudah barang tentu akan dapat melupakan orang kepada Tuhan dan kehidupan di akhirat. Dalam Alquran Allah menceritakan demikian:

سيقول لك المخلفون من الأعراب شغلتنا أموالنا وأهلونا فاستغفر لنا
Artinya:
Orang-orang Badui yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiyah) akan mengatakan "Harta dan keluarga kami telah merintangi kami, maka mohonkanlah ampun untuk kami ini"
(Q.S Al Fath: 11)
Cinta kepada harta adalah menjadi tabiat manusia, karena harta adalah alat untuk memenuhi keinginan. Keinginan manusia tidak ada batasnya Maka mereka mengejar harta tidak henti-hentinya. Rasalullah saw bersabda:

لو كان لابن آدم واديان من ذهب لتمنى أن يكون له ثالثا ولا يملا جوف ابن آدم إلا التراب ويتوب الله على من تاب
Artinya:
Sekiranya manusia itu mempunyai dua lembah emas. tentulah ia menginginkan lagi di samping yang dua itu lembah yang ketiga. Tidak ada yang dapat memenuhi perut Bani Adam kecuali tanah. Dan Allah mengampuni orang-orang yang bertobat kepada-Nya.
(HR Bukhari dari Ibnu 'Abbas)
Keempat: Kuda ternak yang dipelihara di padang rumput, terutama kuda yang berwarna putih pada bagian dahinya, dan pada kakinya, sehingga nampak sebagai tanda. Bagi bangsa Arab, kuda yang demikian ini adalah kuda yang paling baik dan paling indah. Mereka berlomba-lomba untuk dapat memilikinya. Mereka merasa bangga dengan kuda semacam itu dan kadang-kadang bersaing membelinya dengan harga yang amat tinggi.
Kelima: Binatang-binatang ternak lainnya, seperti sapi, unta, kambing. Binatang-binatang ini termasuk harta kekayaan Arab Badui. Kebutuhan hidup mereka seperti pakaian, makanan alat-alat rumah tangga dan sebagainya, sebagian besar terpenuhi dari hasil binatang-binatang ternak itu. Allah SWT berfirman menerangkan nikmat-Nya ini:

والأنعام خلقها لكم فيها دفء ومنافع ومنها تأكلون ولكم فيها جمال حين تريحون وحين تسرحون وتحمل أثقالكم إلى بلد لم تكونوا بالغيه إلا بشق الأنفس إن ربكم لرءوف رحيم والخيل والبغال والحمير لتركبوها وزينة ويخلق ما لا تعلمون
Artinya:
"Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu, padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan kamu makan (apa yang dapat dimakan) dari padanya. Dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskan ke tempat penggembalaan. Dan ia memikul beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup sampai kepadanya, melainkan dengan kesukaran-kesukaran (yang memayahkan) diri. Sesungguhnya Tuhanmu adalah Maha Pengasih lagi yang Maha Penyayang. Dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal dan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahui"
(Q.S An Nahl: 5-6)
Keenam: Sawah ladang adalah sumber kehidupan manusia dan hewan. Kebutuhan manusia kepada sawah ladang melebihi kebutuhan mereka kepada harta lainnya yang disenangi seperti benda-benda kesenangan yang disebutkan.
Demikian itulah keenam macam harta yang disenangi manusia dalam dunia ini, dan merupakan alat kelengkapan bagi hidup mereka, dan yang memenuhi segala kebutuhan dan keinginan mereka. Manusia memandang baik mencintai harta benda tersebut. Tetapi hendaknya manusia menyadari bahwa semua harta benda itu hanya untuk kehidupan duniawi yang tidak kekal. Tak patutlah kiranya harta benda untuk dijadikan manusia sebagai cita-cita dan tujuan terakhir dari kehidupan di dunia yang fana ini, sehingga dia terhalang untuk mempersiapkan diri bagi kehidupan yang sebenamya, yaitu kehidupan di akhirat yang abadi. Bukankah di sisi Allah ada tempat kembali yang baik (surga)? Dan alangkah bahagianya manusia, sekiranya dia mempergunakan harta benda itu dalam batas-batas petunjuk Allah SWT.


15 Katakanlah: `Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?`. Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (ada pula) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah; Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hambanya.(QS. 3:15)

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 15
قُلْ أَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِنْ ذَلِكُمْ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَأَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ (15)
Dalam ayat ini Allah memerintahkan Rasul-Nya untuk menjelaskan kepada manusia apa yang dimaksud dengan tempat kembali yang baik itu agar mereka terangsang untuk berbuat kebaikan.
Nabi Muhammad saw diperintahkan untuk menanyakan kepada kaumnya apakah mereka suka diberitahu tentang hal-hal yang lebih baik dari segala macam kesenangan yang disebut pada ayat 14. Dengan cara bertanya mereka akan lebih tertarik untuk memberikan jawaban.
Allah menjelaskan apa "yang lebih baik" itu, yaitu balasan yang akan diperoleh oleh orang-orang yang bertakwa yang dapat dibagi kepada dua macam nikmat:
1.Bersifat jasmani, yaitu nikmat berupa keindahan-keindahan di surga yang tak tergambarkan oleh manusia, pasangan hidup yang bersih dari segala macam cacat din kelemahan seperti yang terdapat pada manusia didunia. baik dari segi rupa maupun perangai dan lain sebagainya.
2.Bersifat kerohanian, yaitu rida Allah yang tidak bercampur sedikitpun dengan kemurkaan -Nya, dan inilah sebesar-besar nikmat di akhirat bagi orang-orang yang bertakwa.
Rasulullah saw bersabda:

إن الله عز وجل يقول لأهل الجنة: يا أهل الجنة فيقولون لبيك ربنا وسعديك فيقول: هل رضيتم؟ فيقولون: وما لنا لا نرضى وقد أعطيتنا ما لم تعط أحدا من خلقك؟ فيقول أنا أعطيكم أفضل من ذلك قالوا: يا ربنا وأي شيء أفضل من ذلك؟ فيقول: احل عليكم رضواني فلا اسخط عليكم بعده أبدا
Artinya:
Sesungguhnya Allah `Azza wa Jalla berkata kepada ahli surga "Hai, ahli surga" mereka menjawab:"labba'ika Rabbana Wasa'daika".Berkata Allah "Sudah puaskah kamu sekalian?" Mereka menjawab: "Mengapa kami tidak puas. Sungguh Engkau telah memberikan kepada kami sesuatu yang belum pernah Engkau berikan kepada seorang dari makluk Mu". Maka Allah berfirman:" Aku akan memberikan kepada kamu yang lebih baik dari pada itu?'. Mereka berkata: "Wahai Tuhan kami! `Apakah yang lebih dari pada itu?" Maka Allah menjawab: "Aku akan melimpahkan kepadamu keridaan Ku, Lalu Aku tidak akan marah kepadamu selama-lamanya".
(HR Bukhari dan Muslim dari Abi Sa'id Al Khudri)
Ayat ini memberi pengertian, bahwa penghuni surga itu mempunyai tingkat-tingkat seperti keadaan dl dunia. Di antara manusia di dunia ini ada yang tidak dapat memahami arti rida Ilahi, dan rida Ilahi itu mendorongnya untuk berbuat kebajikan atau meninggalkan kejahatan. Mereka ini hanya menginginkan kenikmatan-kenikmatan lahiriyah seperti yang mereka rasakan di dunia. Di antara mereka ada yang memiliki pula kemampuan berpikir yang tinggi dan sanggup mendekatkan diri kepada Tuhan. Mereka mengidam-idamkan keridaan Allah serta menjadikannya sebagai tujuan akhir dan kebahagiaan yang tertinggi bagi hidupnya.
Kemudian di akhir ayat ini Allah menjelaskan bahwa Dia Maha Mengetahui hal ihwal manusia, isi hati dan segala rahasia mereka. Tidak ada sesuatu yang tersembunyi bagi Allah. Oleh karena itu Dia akan memberikan ganjaran atas, segala perbuatan manusia menurut derajat takwanya masing-masing.


16 (Yaitu) orang-orang yang berdoa: `Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka,(QS. 3:16)

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 16
الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا إِنَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (16)
Kemudian Allah menunjukkan sifat-sifat orang yang takwa itu, yaitu orang yang hatinya sudah merasakan buah iman, orang yang bergetar lidahnya mengucapkan pengakuan iman ini ketika berdoa dan beribadah. Mereka memelihara diri dari pada berbuat maksiat, tunduk kepada Allah dengan khusyuk serta memohon kepada-Nya. "Wahai Tuhan kami. Kami benar-benar telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan kepada Rasulullah dengan iman yang meresap ke dalam lubuk hati kami, yang membimbing akal pikiran kami, dan menguasai pekerjaan-pekerjaan badaniah kami. Maka wahai Tuhan kami, luputkanlah dosa-dosa kami dengan ampunan-Mu. Serta jauhkanlah kami dari azab neraka. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".
Dikhususkan doa dengan memohonkan pemeliharaan dari azab neraka. karena orang yang dibebaskan dari azab neraka berarti telah mendapat kemenangan dan tempat kembali yang terbaik.
Yang dimaksud dengan iman dalam pengakuan orang-orang yang takwa ini ialah iman yang murni, yang bekas-bekasnya nampak pada pemeliharaan diri, dari pada kemaksiatan, serta banyak berbual kebajikan.
Ulama' salaf telah bersepakat bahwa yang dimaksud dengan iman itu meliputi iktikad, ucapan dan pekerjaan. Iman inilah yang memberi bimbingan kepada akal dan perbuatan manusia sesuai dengan fitrahnya.


17 (yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur.(QS. 3:17)

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 17
الصَّابِرِينَ وَالصَّادِقِينَ وَالْقَانِتِينَ وَالْمُنْفِقِينَ وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ (17)
Pada ayat ini ditambahkan lagi sifat-sifat orang beriman yang membedakan mereka dari orang-orang yang lain. Dengan sifat tersebut mereka mendapatkan keridaan Allah SWT. Semua sifat tersebut mereka miliki. dan masing-masing sifat itu mempunyai tingkatan keutamaan. dan berkat sifat-sifat itu pula mereka memperoleh apa yang dijanjikan Allah kepada mereka. Sifat-sifat tersebut ialah:
1.Sabar; Sabar yang paling sempurna, ialah sabar dan tabah menderita di dalam melaksanakan ketaatan dan menjauhi larangan Allah. Apabila gelora syahwat sudah bergejolak, dan jiwapun sudah tunduk untuk melakukan kemaksiatan maka kesabaranlah yang akan membendungnya. Sifat sabar pulalah yang menetapkan (mengokohkan) iman dan memelihara ketaatan pada batas-batas yang telah ditetapkan syarak. Sabarlah yang dapat memelihara martabat manusia di waktu mendapat kesulitan di dunia, dan memelihara hak-hak orang dari gangguan tangan orang yang rakus. Sifat sabar merupakan syarat bagi tercapainya sifat-sifat jujur, taat, dan istigfar.
2.Bersifat benar; Benar adalah puncak kesempurnaan. Benar dan jujur dalam iman, perkataan dan niat.
3.Taat; ialah ketekunan dalam melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dengan tunduk dan khusyuk kepada Allah. Tunduk dan khusyuk adalah jiwa dan inti Sari ibadah. Tanpa tunduk dan khusyu' ibadah menjadi hampa, bagaikan pohon tiada berbuah.
4.Membelanjakan harta di jalan Allah, baik yang bersifat wajib, maupun yang sunah, karena mengeluarkan harta untuk amal kebajikan sangat ditekankan dan dianjurkan oleh agama.
5.Beristigfar di waktu sahur yaitu waktu sebelum fajar menyingsing dekat subuh maksudnya salat Tahajud di akhir malam, yaitu waktu tidur paling enak dan sukar untuk meninggalkannya. Tetapi jiwa dan hati pada waktu itu sangat bening dan tenang. Salat ini diikuti dengan bacaan istigfar dan doa. Terdapat di dalam kitab hadis Sahih Bukhari dan Muslim, dan dalam kitab-kitab musnad serta sunan, riwayat dari pada sejumlah sahabat.
Rasulullah berkata:

ينزل ربك تبارك وتعالى كل ليلة إلى السماء الدنيا حين يبقى ثلث الليل الآخر يقول: من يدعوني فاستيجب له من يسألني فاعطيه ومن يستغفرني فاغفر له
درء المفاسد مقدم على جلب المصالح
Artinya:
Tuhan kita yang Maha suci dan Maha tinggi, turun pada setiap malam ke langit dunia pada waktu sepertiga akhir malam. Dia berfirman: "Siapa yang berdoa kepada Ku maka Aku akan mengabulkannya. Siapa yang meminta kepada Ku Aku akan memberinya. Siapa yang meminta ampun kepada Ku maka Aku akan mengampuninya".
(HR Bukhari dan Muslim)
Adapun istigfar (minta ampun) yang dimaksud oleh syarak ialah istigfar yang disertai tobat nasuha, serta menyesuaikan perbuatan dengan ketentuan agama. Tobat nasuha adalah tobat dengan benar-benar menghentikan perbuatan dosa dan tidak mengulangi lagi, serta berusaha mengimbanginya dengan perbuatanya.


18 Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(QS. 3:18)

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 18
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (18)
Allah SWT menyatakan ke Esaan Nya dengan menegakkan dalil-dalil dan bukti ciptaan Nya pada alam dan diri manusia, serta menurunkan ayat-ayat yang menjelaskannya. Para malaikat menyatakan pula hal keesaan Allah itu dan menyampaikannya kepada nabi-nabi. Para nabi-nabi menyatakan kesaksian yang diperkuat oleh ilmu yang sudah tertanam dalam jiwa mereka yang lebih tinggi dari pada ilmu-ilmu lainnya yang diperoleh dengan pengalaman-pengalaman. Demikian pula para ahli ilmu, turut menyatakan ke Esaan Allah dan menjelaskannya. Mereka menyaksikan Allah dengan kesaksian yang disertai bukti-bukti dan alasan ilmiyah. Ayat ini menunjukkan martabat yang tinggi dari para ulama karena mereka telah disejajarkan dengan malaikat yang mulia yaitu sama-sama dapat menyaksikan ke Esaan Allah SWT.
"Menegakkan keadilan" dalam ayat ini ialah menegakkan keseimbangan dalam i'tikad, karena tauhid itu merupakan suatu kepercayaan yang Iurus, tauhid yang murni yang tidak dicampuri sedikitpun oleh keingkaran kepada Allah dan mempersekutukan Nya. Juga menegakkan keseimbangan di dalam ibadat, budi pekerti dan amal perbuatan, artinya menegakkan keseimbangan antara kekuatan rohani, dan kekuatan jasmani. Allah memerintahkan kita melakukan ibadan salat dan ibadah lainnya untuk menyucikan rohani. Allah menyuruh kita makan makanan yang baik adalah untuk memelihara tubuh. Dan Allah melarang kita berlebih-lebihan di dalam beragama dan keterlaluan dalam mencintai dunia.
Demikian pula, Allah meletakkan hukum keseimbangan pada alam ini. Barang siapa memperhatikan hukum alam ini dan tata tertibnya yang teliti, maka nampak jelas baginya hukum keseimbangan itu paling sempurna. Allah menegakkan keseimbangan yang sempurna pada alam ini, adalah sebagai bukti nyata atas kebenaran kebijaksanaan Nya. Kesatuan tata tertib pada alam ini menunjukkan ke Esaan pencipta Nya.
Di akhir ayat ini Allah menguatkan lagi keesaan zat Nya dalam sifat ke Tuhanan."Tak ada Tuhan melainkan Dia, yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana". Sifat "Maha Kuasa" dalam ayat ini memberi pengertian kesempurnaan KodratNya dan sifat "Maha Bijaksana" menunjukkan kesempurnaan ilmu Nya. Suatu kekuasaan tidak dapat sempurna kecuali dengan adanya hak yang mutlak dalam bertindak. Dan keadilan (keseimbangan) juga tidak akan dapat sempurna, kecuali dengan mengetahui segala keadaan dan kemaslahatan. Maka barang siapa yang kesempurnaannya sudah sampai demikian, tidak seorangpun dapat mempengaruhinya dalam menjalankan keseimbangan itu dan tidak ada satu makhlukpun yang keluar dari hikmahnya.


19 Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.(QS. 3:19)

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 19
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ (19)
Pada ayat ini Allah menerangkan agama yang diakui Nya hanyalah agama Islam yaitu agama tauhid, agama yang mengesakan Allah SWT. Allah menerangkan bahwasanya agama yang sah di sisi Allah hanyalah Islam . Semua agama dan syariat yang dibawa nabi-nabi terdahulu intinya satu, ialah "Islam" yaitu berserah diri kepada Allah Yang Maha Esa, menjunjung tinggi perintah-perintah Nya dan berendah diri kepada Nya walaupun syariat-syariat itu berbeda di dalam beberapa kewajiban ibadah dan lain-lain.
Maka yang dinamakan orang Islam yang benar ialah orang yang ikhlas di dalam melaksanakan segala amalnya, serta kuat imannya lagi bersih dari syirik.
Allah mensyariatkan agama untuk dua macam tujuan:
1.Membersihkan jiwa manusia dan akalnya daripada kepercayaan yang tidak benar seperti mengakui adanya kekuasaan gaib pada makhluk Allah.
2.Memperbaiki jiwa manusia dengan amal perbuatan yang baik dan memurnikan keikhlasan kepada Allah.
Kemudian Allah menggambarkan perselisihan para ahli kitab tentang agama yang sebenarnya.
Sebenarnya mereka tidaklah keluar dari agama Islam, agama tauhid yang dibawa oleh para nabi-nabi, seandainya pemimpin-pemimpin mereka tidak berbuat aniaya dan melampaui batas sehingga mereka berpecah belah menjadi bermazhab-mazhab serta membunuh nabi-nabi. Perpecahan dan peperangan di antara mereka tidak patut terjadi karena mereka adalah satu agama Tetapi karena kedengkian di antara pemimpin-pemimpin mereka, dan dukungan mereka terhadap satu mazhab untuk mengadakan mazhab yang lain, timbullah perpecahan itu. Perpecahan itu bertambah sengit setelah pemimpin-pemimpin itu menyesatkan lawannya dengan jalan menafsirkan nash-nash agama menurut hawa nafsu mereka.
Sejarah telah membuktikan, bahwa raja-raja dan pendeta-pendetalah yang telah memecah belah agama masehi, sehingga menjadi beberapa mazhab yang saling bertentangan.
Arius, seorang pemimpin kaum Nasrani, dan pengikut-pengikutnya yang mengajak umat Masehi kembali kepada tauhid telah dijatuhi hukuman sebagai orang mulhid (kafir) Dan kitab-Kitabnya dibakar dan ajaran-ajarannya dilarang berdasarkan persidangan yang dibentuk oleh Konstantien pada tahun 325 M.
Ketika ajaran Arius berkembang dalam masyarakat, pengikut-pengikut Arius dimusnahkan oleh Theodosius II, berdasarkan undang-undang yang dikeluarkan pada tahun 628 M. Maka dengan demikian mazhab-mazhab Trinitas tetap berkembang, dan tetap saling bertentangan.
Di akhir ayat ini Allah mengancam orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Nya dengan menandaskan hukuman yang akan ditimpakan kepada mereka.


20 Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: `Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku`. Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: `Apakah kamu (mau) masuk Islam`. Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.(QS. 3:20)



Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 20
فَإِنْ حَاجُّوكَ فَقُلْ أَسْلَمْتُ وَجْهِيَ لِلَّهِ وَمَنِ اتَّبَعَنِ وَقُلْ لِلَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالْأُمِّيِّينَ أَأَسْلَمْتُمْ فَإِنْ أَسْلَمُوا فَقَدِ اهْتَدَوْا وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلَاغُ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ (20)
Dalam ayat ini Allah menerangkan bagaimana semestinya Nabi Muhammad saw menghadapi sikap ahil kitab yang menentang agama Islam itu.
Dalam menghadapai mereka itu, Nabi Muhammad saw, diperintahkan untuk menjawab, bilamana mereka mengemukakan bantahan dengan mengatakan kepada mereka bahwa beliau hanya berserah diri kepada Allah demikian pula orang-orang yang mengikutinya. Jawaban demikian adalah untuk menghindari perdebatan-perdebatan yang tidak berfaedah, karena bukti-bukti kekeliruan mereka sudah jelas.
Kemudian Allah memerintahkan kepada Nabi Nya untuk mengatakan kepada orang Yahudi, Nasrani dan kaum musyrikin Arab yang sedang dihadapinya: "Apakah kamu (mau) masuk agama Islam?". Maksudnya apakah kamu mau menerima agama Islam sehingga kamu berserah diri kepada Allah SWT. Pertanyaan itu disampaikan Nabi sesudah beliau berulang kali menunjukkan bukti-bukti kebenarannya, dan sebenarnya suduh pula dimengerti oleh mereka. Ataukah sebenarnya mereka masih ingin meneruskan kekafiran dan perlawanan mereka. Secara tidak langsung ungkapan pertanyaan Nabi itu menunjukkan kebodohan dan ketumpulan otak mereka serta mencela sikap keras dari mereka itu.
"Sesungguhnya jika mereka itu masuk Islam mereka mendapat petunjuk". Masuk agama Islam berarti berserah diri secara mutlak kepada ke Esaan Allah SWT. Di sinilah letak jiwa segala agama yang dibawa oleh para rasul, yakni berserah diri kepada Allah Yang Maha Esa. Mereka pasti akan memperoleh keuntungan besar dan selamat dari jurang kesengsaraan. Karena penyerahan diri mereka kepada Allah Yang Maha Esa akan mendorong mereka mengikuti ajaran Nabi Muhammad saw.
Tetapi jika mereka menolak ajaran Nabi Muhammad saw, maka hal itu tidak menjadi tanggung jawab beliau, sebab tugas beliau hanyalah menyampaikan ajaran Allah.
"Allah Maha Melihat akan hamba-hamba Nya", Allah Maha Mengetahui hati siapa yang tertutup di antara hamba-hamba Nya, mata siapa yang buta melihat kebenaran, dan siapa pula yang putus asa mencari petunjuk Ilahi. Allah Maha Mengetahui siapa-siapa di antara hamba Nya yang dapat menerima taufik dan hidayah dari pada Nya.

Halaman  First Previous Next Last Balik Ke Atas   Total [10]
Ayat 1 s/d 20 dari [200]





Sumber Tafsir dari :

1.Tafsir DEPAG RI, 2. Tafsir Jalalain Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger... Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Edy_Hari_Yanto's  album on Photobucket
TPQ NURUDDIN NEWS : Terima kasih kepada donatur yang telah menyisihkan sebagian rezekinya untuk pembangunan TPQ Nuruddin| TKQ-TPQ "NURUDDIN" MENERIMA SANTRI DAN SANTRIWATI BARU | INFORMASI PENDAFTARAN DI KANTOR TPQ "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN-WONOAYU