Kamis, 20 Juni 2013

Tafsir Surat Ali Imran 121 - 140 ( 7 )

Cari dalam "TAFSIR" Al Qur'an
Bahasa Indonesia    English Translation    Dutch    nuruddin

No. Pindah ke Surat Sebelumnya... Pindah ke Surat Berikut-nya... [TAFSIR] : ALI IMRAN
Ayat [200]   First Previous Next Last Balik Ke Atas  Hal:7/10
121 Dan (ingatlah), ketika kamu berangkat pada pagi hari dari (rumah) keluargamu akan menempatkan para mukmin pada beberapa tempat untuk berperang. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,(QS. 3:121)


Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 121

  وَإِذْ غَدَوْتَ مِنْ أَهْلِكَ تُبَوِّئُ الْمُؤْمِنِينَ مَقَاعِدَ لِلْقِتَالِ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (121


Orang-orang munafik telah menghasut kaum muslimin supaya jangan ikut berperang. Dalam perjalanan ke medan pertempuran mereka berhasil dan mereka dapat membawa kembali ke Madinah sepertiga dari tentara yang dipersiapkan untuk menghadapi kaum musyrikin. Tak ada yang menyelamatkan kaum muslimin dalam Perang Uhud itu, karena banyaknya musuh yang di hadapi, kecuali pertolongan Allah. Berkat pertolongan Allah. ketabahan hati dan kesabaran menghadapi segala percobaan dan taat serta patuh menjalankan perintah Rasulullah saw kaum muslimin dapat terhindar dari kehancuran.
Ayat ini dan beberapa ayat berikutnya diturunkan berhubungan dengan perang Uhud
Pada perang Badar kaum musyrikin menderita kekalahan total dan banyak pemimpin mereka mati sehingga mereka terpaksa kembali ke Mekah dalam keadaan yang menyedihkan dan sangat memalukan. Tetapi mereka tidak tinggal diam dengan pimpinan Abu Sofyan dan orang-orang terkemuka di kalangan kaum Quraisy mereka menyiapkan kekuatan yang lebih besar untuk balas atas kekalahan mereka pada perang Badar itu. Akhirnya mereka dapat mengumpulkan 3.000 orang tentara terbagi atas 700 orang tentara berbaju besi. 200 orang tentara berkuda dan selebihnya tentara biasa dengan persenjataan yang lengkap. Di samping itu mereka membawa pula beberapa orang wanita untuk membangkitkan semangat bertempur di kalangan mereka, dipimpin oleh Hindun istri Sofyan sendiri.
Pada mulanya Rasulullah saw ingin bertahan saja di Madinah, tetapi kebanyakan para sahabat berpendapat bahwa sebaiknya kaum muslimin menghadapi serangan kaum musyrikin itu di luar kota. Akhirnya Rasulullah saw menerima pendapat mereka dan keluarlah beliau memimpin 1.000 orang tentara untuk menghadapi 3.000 tentara kaum musyrikin yang berkobar-kobar semangatnya. Di tengah jalan atas hasutan Abdullah bin Ubay bin Salul, 300 orang tidak ikut berperang dan kembali ke Madinah. Jadi yang tinggal hanya 700 orang saja lagi, di antaranya 100 orang berbaju besi dan 2 orang berkuda.
Rasulullah saw memilih tempat di kaki bukit Uhud dan menyiapkan 50 orang pemanah di sebelah atas bukit itu serta memerintahkan kepada mereka supaya jangan meninggalkan tempat itu walau dalam keadaan bagaimanapun. Kewajiban mereka ialah memanah pasukan kuda musuh yang hendak maju menyerang karena kuda tidak tahan terhadap tusukan panah.
Demikianlah, tentara yang hanya berjumlah 700 orang itu oleh Rasulullah saw ditempatkan pada tempat-tempat yang strategis untuk menghadapi musuh yang banyaknya 3.000 yang dipersenjatai dengan senjata yang lengkap.


122 ketika dua golongan dari padamu ingin (mundur) karena takut, padahal Allah adalah penolong bagi kedua golongan itu. Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal.(QS. 3:122)


Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 122

  إِذْ هَمَّتْ طَائِفَتَانِ مِنْكُمْ أَنْ تَفْشَلَا وَاللَّهُ وَلِيُّهُمَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ (122

Dalam suasana yang sulit dan tidak menguntungkan itu ada dua golongan di antara kaum muslimin yang hampir patah semangatnya setelah mengetahui bahwa tiga ratus tentara Islam tidak mau ikut bertempur dan telah kembali ke Madinah. Mereka yang hampir patah semangatnya itu lakan Bani Salamah dari suku Khazraj dan Bani Harisah dari suku `Aus masing-masing mereka adalah sayap kanan dan kiri dari tentara Islam.
Mereka terpengaruh oleh suasana yang amat mencemaskan dan merasa lebih baik mundur saja dari pada dihancurkan oleh musuh yang demikian besar jumlahnya dan lengkap persenjataannya. Tetapi untunglah perasaan patah semangat itu tidak lama mempengaruhi mereka karena mereka adalah orang-orang yang penuh tawakal kepada Allah dan tetap berkeyakinan bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba Nya yang bersabar dan bertakwa kepada Nya.


123 Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya.(QS. 3:123)


Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 123 

وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنْتُمْ أَذِلَّةٌ فَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (123

Sebagai penambah kekuatan jiwa dan ketabahan hati dalam menghadapi segala bahaya dan kesulitan, Allah mengingatkan mereka kepada peperangan Badar di mana mereka berada dalam keadaan lemah dan jumlah yang amat sedikit dibanding dengan kekuatan dari jumlah musuh.
Berkat pertolongan Allah, mereka berhasil memporak-porandakan musuh itu hingga banyak di antara pembesar Quraisy yang jatuh menjadi korban dan banyak pula yang ditawan dan tidak sedikit harta rampasan yang diperoleh kaum muslimin. Oleh sebab itu Allah memerintahkan supaya mereka bersabar dan bertakwa kepada Nya dan dengan sabar dan takwa itu mereka akan mendapat pertolongan dari pada Nya dan akan mendapatkan kemenangan dan kiranya mereka akan mensyukuri atas kemenangan itu.


124 (Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang mukmin:` Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)? `(QS. 3:124)


Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 124 - 125
  إِذْ تَقُولُ لِلْمُؤْمِنِينَ أَلَنْ يَكْفِيَكُمْ أَنْ يُمِدَّكُمْ رَبُّكُمْ بِثَلَاثَةِ آلَافٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُنْزَلِينَ (124) بَلَى إِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا وَيَأْتُوكُمْ مِنْ فَوْرِهِمْ هَذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُمْ بِخَمْسَةِ آلَافٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُسَوِّمِينَ (125

Untuk lebih memperkuat hati dan tekad kaum muslimin dalam menghadapi peperangan Uhud ini, Nabi mengatakan kepada mereka bahwa mereka akan dibantu oleh Allah 3,000 Malaikat, bahwa apabila mereka sabar dan tabah menghadapi segala bahaya dan bertakwa, Allah Akan membantu mereka dengan 5.000 Malaikat.
Menurut riwayat Dahhaq, bantuan dengan 5.000 Malaikat ini adalah janji dari Allah yang dijanjikan Nya kepada Nabi Muhammad saw. jika kaum muslimin sabar dan bertakwa. Ibnu Zaid meriwayatkan, ketika kaum muslimin melihat banyaknya tentara kaum musyrikin dan lengkapnya persiapan mereka, mereka bertanya kepada Rasulullah saw: "Apakah dalam perang Uhud ini Allah SWT tidak akan membantu kita sebagaimana Dia telah membantu kita pada perang badar?" Maka turunlah ayat ini.
Memang dalam perang Badar Allah telah membantu kaum muslimin dengan 1000 malaikat sebagaimana tersebut dalam firman Nya:
إذ تستغيثون ربكم فاستحاب لكم إني ممددكم بألف من الملائكة مردفين
Artinya:
(ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan Nya bagimu. "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut turut".
(Q.S Al Anfal: 9)
pada mulanya dalam perang Uhud ini kaum muslimin sudah dapat mengacau balaukan musuh sehingga banyak di antara mereka yang lari kucar-kacir meninggalkan harta benda mereka, dan mulailah tentara Islam berebut mengambil harta benda itu sebagai ganimah (rampasan). Melihat keadaan ini para pemanah diperintahkan Nabi Muhammad saw. supaya tetap bertahan di tempatnya, apapun yang terjadi, menyangka kaum musyrikin telah kalah, lalu mereka meninggalkan tempat mereka dan turun untuk ikut mengambil harta ganimah.
Karena tempat itu telah ditinggalkan pasukan pemanah, Khalid bin Walid panglima kaum musyrikin waktu itu, dengan pasukan berkudanya naik ke tempat itu dan mendudukinya, lalu menghujani kaum muslimin dari belakang dengan anak panah sehingga terjadilah kekacauan dan kepanikan di kalangan kaum muslimin. Dalam keadaan kacau balau itu kaum musyrikin mencoba hendak mendekati markas Nabi Muhammad saw. tetapi para sahabat dapat mempertahankannya walaupun Nabi Muhammad saw. mendapat luka pada muka dan bibirnya serta patah sebuah giginya. Akhirnya berkat kesetiaan mereka membela Nabi Muhammad saw. dan kegigihan mereka mempertahankan posisinya, mereka bersama Nabi naik kembali ke bukit Uhud dengan selamat. Dengan demikian berakhirlah pertempuran dan pulanglah kaum musyrikin menuju Mekah dengan rasa puas karena telah dapat membalas kekalahan mereka pada perang Badar.
Di antara dalil yang menguatkan pendapat bahwa kaum muslimin tidak diberi Allah bantuan dengan malaikat ialah firman Allah berikut ini.


125 Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda.(QS. 3:125)


Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 124 - 125 

إِذْ تَقُولُ لِلْمُؤْمِنِينَ أَلَنْ يَكْفِيَكُمْ أَنْ يُمِدَّكُمْ رَبُّكُمْ بِثَلَاثَةِ آلَافٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُنْزَلِينَ (124) بَلَى إِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا وَيَأْتُوكُمْ مِنْ فَوْرِهِمْ هَذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُمْ بِخَمْسَةِ آلَافٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُسَوِّمِينَ (125

Untuk lebih memperkuat hati dan tekad kaum muslimin dalam menghadapi peperangan Uhud ini, Nabi mengatakan kepada mereka bahwa mereka akan dibantu oleh Allah 3,000 Malaikat, bahwa apabila mereka sabar dan tabah menghadapi segala bahaya dan bertakwa, Allah Akan membantu mereka dengan 5.000 Malaikat.
Menurut riwayat Dahhaq, bantuan dengan 5.000 Malaikat ini adalah janji dari Allah yang dijanjikan Nya kepada Nabi Muhammad saw. jika kaum muslimin sabar dan bertakwa. Ibnu Zaid meriwayatkan, ketika kaum muslimin melihat banyaknya tentara kaum musyrikin dan lengkapnya persiapan mereka, mereka bertanya kepada Rasulullah saw: "Apakah dalam perang Uhud ini Allah SWT tidak akan membantu kita sebagaimana Dia telah membantu kita pada perang badar?" Maka turunlah ayat ini.
Memang dalam perang Badar Allah telah membantu kaum muslimin dengan 1000 malaikat sebagaimana tersebut dalam firman Nya:
إذ تستغيثون ربكم فاستحاب لكم إني ممددكم بألف من الملائكة مردفين
Artinya:
(ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan Nya bagimu. "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut turut".
(Q.S Al Anfal: 9)
pada mulanya dalam perang Uhud ini kaum muslimin sudah dapat mengacau balaukan musuh sehingga banyak di antara mereka yang lari kucar-kacir meninggalkan harta benda mereka, dan mulailah tentara Islam berebut mengambil harta benda itu sebagai ganimah (rampasan). Melihat keadaan ini para pemanah diperintahkan Nabi Muhammad saw. supaya tetap bertahan di tempatnya, apapun yang terjadi, menyangka kaum musyrikin telah kalah, lalu mereka meninggalkan tempat mereka dan turun untuk ikut mengambil harta ganimah.
Karena tempat itu telah ditinggalkan pasukan pemanah, Khalid bin Walid panglima kaum musyrikin waktu itu, dengan pasukan berkudanya naik ke tempat itu dan mendudukinya, lalu menghujani kaum muslimin dari belakang dengan anak panah sehingga terjadilah kekacauan dan kepanikan di kalangan kaum muslimin. Dalam keadaan kacau balau itu kaum musyrikin mencoba hendak mendekati markas Nabi Muhammad saw. tetapi para sahabat dapat mempertahankannya walaupun Nabi Muhammad saw. mendapat luka pada muka dan bibirnya serta patah sebuah giginya. Akhirnya berkat kesetiaan mereka membela Nabi Muhammad saw. dan kegigihan mereka mempertahankan posisinya, mereka bersama Nabi naik kembali ke bukit Uhud dengan selamat. Dengan demikian berakhirlah pertempuran dan pulanglah kaum musyrikin menuju Mekah dengan rasa puas karena telah dapat membalas kekalahan mereka pada perang Badar.
Di antara dalil yang menguatkan pendapat bahwa kaum muslimin tidak diberi Allah bantuan dengan malaikat ialah firman Allah berikut ini.


126 Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala-bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira (kemenangan) mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(QS. 3:126)


Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 126

وَمَا جَعَلَهُ اللَّهُ إِلَّا بُشْرَى لَكُمْ وَلِتَطْمَئِنَّ قُلُوبُكُمْ بِهِ وَمَا النَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ (126

Allah menegaskan dalam ayat ini bahwa ucapan Nabi Muhammad saw. mengenai bantuan tiga ribu atau lima ribu malaikat hanyalah untuk menggembirakan hati kaum muslimin dan mengajak mereka supaya sabar dan tabah serta bertakwa kepada Allah dalam menghadapi musuh yang demikian banyak dan amat kuat itu. Sebenarnya kemenangan itu hanyalah datang dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Jadi kalau kaum muslimin benar-benar mengamalkan petunjuk Allah dan rasul Nya dan benar-benar percaya dan yakin akan mendapat kemenangan dan tetap bersifat sabar dan takwa dengan penuh tawakal tentulah Allah akan memberikan kemenangan kepada mereka.
Tetapi pada perang Uhud ini tidak terdapat kebulatan tekad dan tidak terdapat kepatuhan kepada perintah, kecuali pada permulaan pertempuran. Hal ini terbukti dengan timbulnya keragu-raguan dalam hati dua golongan kaum muslimin dan turunnya pasukan pemanah yang diperintahkan supaya tidak meninggalkan tempat mereka. Inilah sebabnya kekalahan kaum muslimin pada perang Uhud ini.


127 (Allah menolong kamu dalam perang Badar dan memberi bala bantuan itu) untuk membinasakan segolongan orang-orang yang kafir, atau untuk menjadikan mereka hina, lalu mereka kembali dengan tiada memperoleh apa-apa.(QS. 3:127)


Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 127
  لِيَقْطَعَ طَرَفًا مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَوْ يَكْبِتَهُمْ فَيَنْقَلِبُوا خَائِبِينَ (127

Pada permulaan pertempuran, sebagaimana tersebut di atas, kaum muslimin dapat mengkacau-balaukan barisan musuh, sehingga banyak di antara mereka yang jatuh menjadi korban.
Sebagian ahli sejarah mengatakan bahwa ada delapan belas orang yang terbunuh dari kaum musyrikin.
Tetapi pendapat ini ditolak oleh sebagian Ahli sejarah yang lain. Mereka berkata: "Sayidina Hamzah saja, dapat membunuh tiga puluh orang dari mereka". Ahli sejarah yang lain mengatakan bahwa sebab perbedaan pendapat ini adalah karena ketika kaum muslimin menghitung korban yang jatuh di kalangan kaum musyrikin, mereka hanya menemukan delapan belas mayat. Padahal kaum musyrikin itu sebelum kembali ke Mekah sempat menguburkan sebagian korban itu dan membawa korban yang lain bersama mereka.
Jadi kemenangan kaum muslimin pada pertempuran pertama ini adalah berkat kebulatan tekad dan ketetapan hati mereka yang ditimbulkan oleh perkataan Rasulullah saw yang tersebut dalam ayat 124 dan 125.
Kekalahan kaum musyrikin dan jatuhnya korban yang banyak di kalangan mereka memang sudah menjadi kehendak Allah untuk membinasakan segolongan orang kafir itu, menjengkelkan hati mereka dan menghina mereka dengan kekalahan itu.


Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Ali 'Imran 127 


لِيَقْطَعَ طَرَفًا مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَوْ يَكْبِتَهُمْ فَيَنْقَلِبُوا خَائِبِينَ (127

(Yaitu untuk memotong) berkaitan dengan kemenanganmu itu dan maksudnya ialah membinasakan (segolongan orang-orang yang kafir) dengan terbunuh dan tertawan (atau untuk menjadikan mereka hina dina) disebabkan kekalahan (sehingga mereka kembali dengan tangan hampa) tidak memperoleh apa yang mereka harapkan. Ayat berikut ini turun ketika gigi depan Nabi saw. patah dan wajahnya berlumuran darah di waktu perang Uhud, sampai beliau bersabda, "Bagaimana suatu kaum akan beroleh keberuntungan, jika mereka berani melumuri wajah Nabi mereka dengan darah!"


128 Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka, karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim.(QS. 3:128)


Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 128 

لَيْسَ لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ (128

Pada pertempuran kedua kaum muslimin menderita kekalahan berat, sehingga ada 70 orang di antara mereka gugur sebagai Syuhada' dan Nabipun mendapat luka-luka. Hal ini amat menyedihkan hati kaum muslimin dan hati Nabi sendiri.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Ali 'Imran 128


لَيْسَ لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ (128

(Tak ada sedikit pun hakmu untuk campur tangan dalam urusan mereka itu) tetapi semua itu urusan Allah, maka hendaklah kamu bersabar (apakah) artinya hingga (Allah menerima tobat mereka) dengan masuknya mereka ke dalam agama Islam (atau menyiksa mereka, karena sesungguhnya mereka orang-orang yang aniaya) disebabkan kekafiran mereka.


129 Kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan yang ada di bumi. Dia memberi ampun kepada siapa yang Dia kehendaki; Dia menyiksa siapa yang Dia kehendaki; dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. 3:129)


Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 129 

وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ يَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (129

Memang demikianlah hak Allah terhadap hamba-Nya karena Dia Yang memiliki semua yang ada di langit dan di bumi. Dia berkuasa penuh atas semuanya, tak ada Seorangpun yang berkuasa atas makhluknya kecuali Dia. -Dialah yang menghukum dan memutuskan segala urusan. Dia berhak mengampuni dan menerima tobat hamba-Nya yang nampak durhaka, tetapi siapa tahu bahwa pada diri hamba-Nya itu ada bibit-bibit keimanan dan kebaikan. Dia berhak menyiksa karena Dialah Yang Maha Mengetahui siapa di antara hamba-Nya yang patut mendapat siksaan di dunia atau di akhirat. Di samping itu Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.


130 Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.(QS. 3:130)


Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 130 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا الرِّبَا أَضْعَافًا مُضَاعَفَةً وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (130


Ayat ini adalah yang pertama-tama diturunkan tentang haramnya riba. Ayat-ayat mengenai haramnya riba dalam surat M-Baqarah yaitu ayat-ayat 275, 276, 279 diturunkan sesudah ini. Yang dimaksud dengan riba dalam ayat ini, ialah riba jahiliah yang biasa dilakukan orang-orang di masa itu.
Berkata Ibnu Jarir: "Yang dimaksud Allah dalam ayat ini ialah : Hai, orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul Nya; janganlah kamu memakan riba berlipat ganda, sebagaimana kamu lakukan di masa jahiliah sesudah kamu masuk Islam, padahal kamu telah diberi petunjuk oleh-Nya."
Di masa itu bila seseorang meminjam uang sebagaimana di-sepakati waktu meminjam. maka orang yang punya uang menuntut supaya utang itu dilunasi menurut waktu yang dijanjikan. Orang yang berutang (karena belum ada uang untuk membayar) meminta tangguh dan menjanjikan akan membayar nanti dengan tambahan yang ditentukan. Setiap kali pembayaran tertunda ditambah lagi bunganya. Inilah yang dinamakan riba berlipat ganda, dan Allah melarang kaum muslimin melakukan hal yang seperti itu".
Al Rani memberikan penjelasan sebagai berikut: "Bila seseorang berutang kepada orang lain dan telah tiba waktu membayar utang itu sedang orang yang berutang belum sanggup membayarnya, maka orang yang berpiutang membolehkan penangguhan pembayaran utang itu asal saja yang berutang itu mau menjadikan utangnya menjadi dua ratus dirham. Kemudian apabila tiba pula waktu pembayaran tersebut dan yang berutang belum juga sanggup membayarnya, maka pembayaran itu dapat ditangguhkan dengan ketentuan utangnya dilipat gandakan lagi, dan demikianlah seterusnya sehingga utang itu menjadi bertumpuk-tumpuk. Inilah yang dimaksud dengan kata "berlipat ganda" dalam firman Allah: Riba semacam ini dinamakan juga riba Nasi-ah karena adanya penangguhan dalam pembayaran bukan tunai.
Selain riba Nasi-ah ada pula riba yang dinamakan riba fadal yaitu: menukar barang dengan barang yang sejenis sedang mutunya berlainan, umpamanya menukar I liter beras yang mutunya tinggi dengan 1.1/2 liter beras bermutu rendah. Haramnya riba fadal ini. didasarkan pada hadis-hadis Rasul. dan hanya berlaku pada emas, perak dan makanan-makanan pokok. Oleh karena itu para ulama mengatakan bahwa riba nasi-ah itu haramnya adalah karena zatnya, disebabkan riba itu sendiri adalah besar bahayanya. Adapun riba fadal haramnya ^ bukan karena zat-nya, tetap karena sebab lain yaitu karena riba fadl itu membawa kepada riba nasiah.
Karena beratnya hukum riba ini dan amat besar bahayanya maka Allah memerintahkan kepada kaum muslimin supaya menjauhi riba itu dan selalu memelihara diri dan bertakwa kepada Allah agar jangan terperosok ke dalamnya dan supaya mereka dapat hidup berbahagia dan beruntung di dunia dan di akhirat.


131 Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir.(QS. 3:131)


Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 131

وَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ (131

Dalam ayat ini Allah memerintahkan lagi supaya kaum muslimin memelihara dan menjauhi perbuatan orang kafir yang tidak memperdulikan apakah harta yang mereka peroleh berasal dari sumber-sumber yang tidak halal seperti riba, memeras kaum lemah, dan ini skin dan sebagainya. Semua cara yang tidak halal itu akan membahayakan mereka dl dunia dan membawa mereka ke neraka kelak.
Diterangkan oleh Imam Hanafi, bahwa ayat ini mengandung ancaman yang sangat menakutkan, karena dalam ayat ini Allah mengancam kaum muslimin akan memasukkan mereka ke dalam neraka yang disediakan bagi orang-orang kafir bila mereka tidak memelihara diri dari perbuatan yang dilarang-Nya.


132 Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat.(QS. 3:132)


Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 132 

وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (132

Kemudian perintah tersebut diiringi lagi dengan perintah supaya kaum muslimin selalu taat dan patuh kepada perintah Allah dan Rasul Nya karena dengan menaati Allah dan Rasul Nya itulah mereka akan dapat limpahan rahmat daripada-Nya dan dapat hidup berbahagia di dunia dan di akhirat.


133 Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.(QS. 3:133)


Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 133
  وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (133

Lalu Allah menyuruh supaya kaum muslimin bersegera meminta ampun kepada Nya bila sewaktu-waktu jatuh ke jurang dosa dan maksiat, karena manusia tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Seorang muslim tidak akan mau mengerjakan perbuatan yang dilarang Allah, tetapi kadang-kadang karena kuatnya godaan dan tipu daya setan dia terjerumus juga ke dalam jurang maksiat, kemudian dia sadar akan kesalahannya dan menyesal atas perbuatan itu lalu tobat dan mohon ampun kepada Allah, maka Allah akan mengampuni dosanya itu. Allah adalah Maha Penerima tobat dan Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Bila seorang muslim selalu menaati perintah Allah dan Rasul Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dan bertobat bila jatuh ke jurang dosa dan maksiat maka Allah akan mengampuni dosanya dan akan memasukkan nanti di akhirat ke dalam surga yang amat luas sebagai balasan atas amal yang telah dikerjakannya di dunia yaitu surga yang disediakan Nya untuk orang yang. bertakwa kepada Nya.


134 (Yaitu) orang-orang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.(QS. 3:134)


Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 134 

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (134

Ayat ini langsung menjelaskan sifat-sifat orang-orang yang bertakwa yaitu:
Pertama: Orang yang selalu menafkahkan hartanya balk dalam keadaan berkecukupan maupun dalam keadaan kesempitan (miskin). Dalam keadaan berkecukupan dan dalam keadaan sempit ia tetap memberi nafkah sesuai dengan kesanggupannya. Bernafkah itu tidak diharuskan dalam jumlah yang tertentu sehingga ada kesempatan bagi si ini skin untuk memberi nafkah. Bersedekah itu boleh saja dengan barang atau uang yang sedikit nilainya. karena itulah kesanggupan yang baru dapat diberikan dan tetap akan memperoleh pahala dari Allah SWT.
Diriwayatkan oleh 'Aisyah Ummul mukminin bahwa dia pernah bersedekah dengan sebiji anggur, dan di antara sahabat-sahabat Nabi ada yang bersedekah dengan sebiji bawang.
Diriwayatkan bahwa 'Aisyah Ummul mukminin bahwa dia pernah bersedekah dengan sebiji anggur, dan di antara sahabat-sahabat Nabi ada yang bersedekah dengan sebiji bawang.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda:
"اتقوا النار ولو بشق تمرة وردو السائل ولو بظلف محرق"
Artinya:
"Peliharalah dirimu dari api neraka meskipun dengan menyedekahkan sepotong karma, dan perkenankanlah permintaan seorang peminta walaupun dengan memberikan sepotong kuku hewan yang dibakar"
(HR Ahmad dalam musnadnya)
Bagi orang kaya dan berkelapangan tentulah sedekah dan dermanya harus disesuaikan dengan kesanggupan. Sungguh amat janggal bahkan memalukan bila seorang yang berlimpah-limpah kekayaannya hanya memberikan derma dan sedekah sama banyak-nya dengan pemberian orang ini skin. Ini menunjukkan bahwa kesadaran bernafkah belum tertanam di dalam hatinya.
Allah SWT berfirman
لينفق ذو سعة من سعته ومن قدر عليه رزقه فليبفق مما ءاتاه الله لا يكلف الله نفسا إلا ما اتهاها سيجعل الله بعد العسر يسر
Artinya:
hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya; Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekadar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan"
(Q.S At Talaq: 7)
Sifat kikir yang tertanam dalam hati manusia hendaklah diberantas dengan segala macam cara dan usaha, karena sifat ini adalah musuh masyarakat nomor satu. Tak ada satu umatpun yang dapat maju dan hidup berbahagia kalau sifat kikir ini merajalela pada umat itu. Sifat kikir bertentangan dengan peri kemanusiaan.
Oleh sebab itu Allah memerintahkan bernafkah dan menjelaskan bahwa harta yang ditunaikan zakatnya dan didermakan sebagiannya tidak akan berkurang bahkan akan bertambah.
Firman Allah SWT:
يمحق الله الربا ويربي الصدقات
Artinya:
"Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah"
(Q.S Al Baqarah:276)
Imam Gazali menjelaskan sebagai berikut Memerangi suatu sifat yang buruk haruslah dengan membiasakan diri melakukan lawan sifat itu. Jadi kalau orang akan memberantas sifat kikir dalam dirinya hendaklah dia membiasakan berderma dan memberi pertolongan kepada orang lain. Dengan membiasakan diri itu akan hilanglah sifat kikirnya itu dengan berangsur-angsur.
Kedua: Orang-orang yang menahan amarahnya. Biasanya orang yang memperturutkan rasa amarahnya tidak dapat mengendalikan akal pikirannya dan ia akan melakukan tindakan-tindakan kejam dan jahat sehingga apabila sadar dia pasti menyesali tindakan yang dilakukannya itu dan dia akan merasa heran mengapa ia bertindak sejauh itu. Oleh karena itu bila seorang dalam keadaan marah hendaklah ia berusaha sekuat tenaganya menahan rasa amarahnya itu lebih dahulu. Apabila ia telah menguasai dirinya kembali dan amarahnya sudah mulai reda, barulah ia melakukan tindakan yang adil sebagai balasan atas perlakuan orang terhadap dirinya.
Apabila seorang telah melatih dirinya seperti itu maka dia tidak akan melakukan tindakan-tindakan yang melampaui batas, bahkan dia akan menganggap bahwa perlakuan yang tidak adil terhadap dirinya itu mungkin karena kehilafan dan tidak disengaja dan ia akan memaafkannya. Allah menjelaskan bahwa menahan amarah itu suatu jalan ke arah takwa. Orang-orang yang benar bertakwa pasti akan dapat menguasai dirinya di waktu sedang marah.
Pernah Siti Aisyah menjadi marah karena tindakan pembantunya. Tetapi beliau dapat menguasai dirinya, karena sifat takwa yang bersemi dalam dirinya. Beliau berkata: "Alangkah baiknya sifat takwa itu. dia menjadi obat bagi segala kemarahan". Nabi Muhammad saw. bersabda "Orang-orang kuat itu bukanlah yang dapat membanting lawannya tetapi orang yang benar-benar kuat ialah orang yang dapat menahan amarahnya".
Allah SWT berfirman:

وإذا ما غضبوا هم يغفرون
Artinya:
Dan apabila mereka marah, mereka memberi maaf'
(Q.Sasy Syura: 37)
Ketiga: Orang yang memaafkan kesalahan orang lain. Memaafkan kesalahan orang lain sedang kita sanggup membalasnya dengan yang setimpal adalah suatu sifat yang baik yang harus dimiliki oleh setiap muslim yang bertakwa. Mungkin hal ini sulit dipraktekkan karena sudah menjadi kebiasaan bagi manusia membalas kejahatan dengan kejahatan tetapi bagi manusia yang sudah tinggi akhlak dan kuat imannya serta telah dipenuhi jiwa, dengan takwa, maka memaafkan kesalahan itu mudah saja baginya.
Mungkin membalas kejahatan dengan kejahatan masih dalam rangka keadilan tetapi harus disadari bahwa membalas kejahatan dengan kejahatan pula tidak dapat membasmi atau melenyapkan kejahatan itu. Mungkin dengan adanya balas membalas itu kejahatan akan meluas dan berkembang.
Tetapi bila kejahatan itu dibalas dengan maaf dan sesudah itu diiringi dengan perbuatan yang baik, maka yang melakukan kejahatan itu akan sadar, bahwa dia telah melakukan perbuatan yang sangat buruk dan tidak adil terhadap orang bersih hatinya dan suka berbuat baik.
Dengan demikian dia tidak akan melakukannya lagi dan tertutuplah pintu kejahatan itu.
Keempat: Orang-orang yang berbuat baik. Berbuat baik termasuk sifat orang yang bertakwa maka di samping memaafkan kesalahan orang lain hendaklah memaafkan itu diiringi dengan berbuat baik kepada orang yang melakukan kesalahan.
Diriwayatkan oleh Al Baihaqi, ada seorang jariah (budak wanita) kepunyaan Ali bin Husein menolong tuannya menuangkan air dari kendi untuk mengambil wudu'. Kemudian kendi itu jatuh dari tanganya dan pecah berserakan. lalu Ali bin Husen menentang mukanya seakan-akan dia marah. Budak itu berkata: "Allah SWT telah berfirman: 


  والكاظمين الغيظ
Artinya:
"Dan orang-orang yang menahan amarahnya".
(Q.S Al Imran: 134)
Ali bin Husen menjawab : "Aku telah menahan amarah itu". Kemudian budak itu berkata pula:
Allah SWT berfirman:
والعافين عن الناس
Artinya:
"dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) manusia"
(Q.S Al Imran; 134)
Dijawab oleh Ali bin Husen: "Aku telah memaafkanmu" Akhirnya budak itu berkata lagi:
Allah juga berfirman:
والله يحب المحسنين
Artinya:
"dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan"
(Q.S Ali Imran: 134)
Ali bin Husen menjawab: "Pergilah kamu aku telah memerdekakanmu" demi untuk mencapai keridaan Allah.
Demikianlah tindakan salah seorang cucu Nabi Muhammad saw. terhadap kesalahan seorang budaknya karena memang dia seorang yang mukmin yang bertakwa, tidak saja dia memaafkan kesalahan budaknya bahkan diiringinya pemaafan itu dengan berbuat baik kepadanya dengan memerdekakannya.


135 Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa mereka--dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.(QS. 3:135)


Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 135
  وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ (135

Kelima: Orang yang mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri kemudian mereka segera meminta ampun kepada Allah dan tidak mengulangi lagi perbuatan itu.
Para muffassirin membedakan antara perbuatan keji (fahisyah) dengan menganiaya diri sendiri (Zulm). Mereka mengatakan perbuatan keji ialah perbuatan yang bahayanya tidak saja menimpa orang yang berbuat dosa tetapi juga menimpa orang lain dan masyarakat. Dan menganiaya diri sendiri ialah berbuat dosa yang bahayanya terbatas pada orang yang mengerjakan saja.
Perbuatan keji seperti berzina, berjudi, memfitnah dan sebagainya, perbuatan menganiaya diri sendiri seperti memakan makanan yang haram, memboroskan harta benda, menyia-nyiakannya dan sebagainya.
Mungkin seorang muslim terlanjur mengerjakan dosa besar karena kurang kuat imannya, karena godaan setan atau karena sebab-sebab lain, tetapi ia segera insaf dan menyesal atas perbuatannya itu kemudian ia memohon ampun kepada Allah dan tobat dengan sebenar-benar tobat serta berjanji kepada diri sendiri tidak akan mengerjakannya lagi. Maka Allah akan menerima tobatnya dan mengampuni dosanya karena Allah adalah Maha Penerima tobat dan Maha Pengampun.
Bila seseorang berbuat dosa meskipun yang diperbuatnya itu bukan dosa besar tetapi mengerjakan tanpa ada kesadaran hendak menghentikannya dan tidak ada penyesalan serta keinginan hendak bertobat kepada Allah maka dosanya itu menjadi dosa besar. Nabi Muhammad saw. pernah bersabda:
"لا كبيرة مع الاستغفار ولا صغيرة مع الإصرار"
Artinya:
Dosa besar tidak menjadi dosa besar bila segera menunta ampun (kepada Allah). Dan dosa kecil akan menjadi dosa besar bila selalu dikerjakannya"
(HR Ad Dailamiy dari Ibnu 'Abbas)
Meminta ampun kepada Allah bukan sekadar mengucapkan kalimat "Aku memohon kepada Allah". tetapi harus disertai dengan penyesalan serta janji kepada diri sendiri tidak akan mengerjakan dosa itu lagi. Inilah yang dinamakan tobat nasuha yang diterima oleh Allah.


136 Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan syurga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.(QS. 3:136)


Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 136

أُولَئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ (136

Demikianlah lima sifat di antara sifat-sifat orang yang bertakwa kepada Allah yang harus dimiliki oleh setiap muslim. Setiap muslim hendaknya berusaha agar terwujud di dalam dirinya kelima sifat itu dengan sempurna karena dengan memiliki sifat-sifat itu dia akan menjadi muslim sejati yang dapat memberi manfaat kepada dirinya sendiri dan dapat pula memberi manfaat kepada orang lain dan kepada masyarakat, nusa dan bangsanya.
Orang-orang yang memiliki sifat-sifat itu akan dibalasi Allah dengan mengampuni dosanya dan menempatkannya di akhirat kelak di dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Mereka kekal di dalamnya dan memang itulah ganjaran yang sebaik-baiknya bagi setiap orang yang beramal dan berusaha untuk memperbaiki dirinya, masyarakat dan umatnya.


137 Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).(QS. 3:137)


Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 137
  قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ سُنَنٌ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ (137

Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa sunah Nya (ketentuan yang berlaku) terhadap makhluk Nya, semenjak umat-umat dahulu kala sebelum umat Nabi Muhammad saw. tetap berlaku sampai sekarang.
Oleh karena itu. kita dituntun supaya melakukan perjalanan dan penyelidikan di bumi, sehingga kita dapat sampai kepada suatu kesimpulan, bahwa Allah dalam ketentuan Nya telah mengikatkan antara sebab dengan musababnya. Misalnya kalau seseorang ingin kaya, maka ia harus mengusahakan sebab-sebab yang biasa membawa kepada kejayaan. Kalau ingin menang dalam peperangan hendaklah dipersiapkan segala sebab untuk mendapatkan kemenangan. baik dari segi materinya maupun dari segi taktik dan sebagainya. Kalau ingin bahagia di dunia dan akhirat. perbuatlah sebab-sebab untuk memperolehnya, dan demikiaanlah seterusnya.
Pada ayat 137 ini, Allah menyuruh kita menyelidiki dan memperhatikan sebab-sebab ditimpakannya azab kepada orang-orang yang mendustakan kebenaran.


138 (Al quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.(QS. 3:138)


Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 138 

هَذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ (138

Selanjutnya Allah menjelaskan bahwa apa yang tersebut pada ayat 137 adalah penerangan bagi seluruh manusia dan petunjuk serta pelajaran orang-orang bertakwa.
Ulama tafsir mengatakan bahwa maksud ayat ini adalah: memperingatkan kaum muslimin bahwa kekalahan mereka pada perang Uhud adalah pelajaran bagi orang-orang Islam, tentang berlakunya ketentuan sunah Allah itu.
Mereka menang pada perang Badar, karena mereka menjalankan dan mematuhi perintah Nabi saw. Pada perang Uhud pun mereka hampir saja memperoleh kemenangan tetapi oleh karena mereka lalai dan tidak lagi mematuhi perintah Nabi saw. akhirnya mereka terkepung dan diserang tentara musuh yang jauh lebih banyak jumlahnya, sehingga bergelimpanganlah puluhan kurban syuhada dari kaum muslimin, dan Nabi sendiri menderita luka dan pecah salah satu giginya.


139 Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.(QS. 3:139)


Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 139 

وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (139

Ayat ini menghendaki agar kaum muslimin jangan bersifat lemah dan bersedih hati, meskipun mereka mengalami kekalahan dan penderitaan yang cukup pahit pada perang Uhud, karena kalah atau menang dalam sesuatu peperangan adalah soal biasa yang termasuk dalam ketentuan Allah.
Yang demikian itu hendaklah dijadikan pelajaran. Kaum muslimin dalam peperangan sebenarnya mempunyai mental yang kuat dan semangat yang tinggi jika mereka benar-benar beriman.


140 Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejadian dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.(QS. 3:140)


Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 140 

إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ (140


Pada ayat ini Allah menambah lagi bahwa kaum muslimin jika menderita luka atau menemui ajalnya pada perang Uhud, maka orang-orang kafir juga telah mengalami yang demikian itu pada perang Badar. Demikianlah menang dan kalah dalam peperangan adalah hal yang dipergilirkan oleh Allah di antara manusia, agar mereka mendapat pelajaran, dan supaya Allah membedakan antara orang-orang yang beriman dengan orang-orang kafir, dan juga memberikan kepada kaum muslimin kebahagiaan mati syahid yang sangat tinggi nilainya di sisi Allah, karena mereka mengorbankan jiwa raganya demi untuk membela kebenaran, dan Allah tidak menyukai orang-orang berbuat zalim.

Halaman  First Previous Next Last Balik Ke Atas   Total [10]
Ayat 121 s/d 140 dari [200]



Sumber Tafsir dari :

1.Tafsir DEPAG RI, 2. Tafsir Jalalain Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger... Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Edy_Hari_Yanto's  album on Photobucket
TPQ NURUDDIN NEWS : Terima kasih kepada donatur yang telah menyisihkan sebagian rezekinya untuk pembangunan TPQ Nuruddin| TKQ-TPQ "NURUDDIN" MENERIMA SANTRI DAN SANTRIWATI BARU | INFORMASI PENDAFTARAN DI KANTOR TPQ "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN-WONOAYU