| 121 | Dan (ingatlah), ketika kamu berangkat pada  pagi hari dari (rumah) keluargamu akan menempatkan para mukmin pada  beberapa tempat untuk berperang. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha  Mengetahui,(QS. 3:121) | 
   | 
 | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 121 
 
   وَإِذْ غَدَوْتَ مِنْ أَهْلِكَ تُبَوِّئُ الْمُؤْمِنِينَ مَقَاعِدَ لِلْقِتَالِ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (121  
 Orang-orang  munafik telah menghasut kaum muslimin supaya jangan ikut berperang.  Dalam perjalanan ke medan pertempuran mereka berhasil dan mereka dapat  membawa kembali ke Madinah sepertiga dari tentara yang dipersiapkan  untuk menghadapi kaum musyrikin. Tak ada yang menyelamatkan kaum  muslimin dalam Perang Uhud itu, karena banyaknya musuh yang di hadapi,  kecuali pertolongan Allah. Berkat pertolongan Allah. ketabahan hati dan  kesabaran menghadapi segala percobaan dan taat serta patuh menjalankan  perintah Rasulullah saw kaum muslimin dapat terhindar dari kehancuran.
 Ayat ini dan beberapa ayat berikutnya diturunkan berhubungan dengan perang Uhud
 Pada  perang Badar kaum musyrikin menderita kekalahan total dan banyak  pemimpin mereka mati sehingga mereka terpaksa kembali ke Mekah dalam  keadaan yang menyedihkan dan sangat memalukan. Tetapi mereka tidak  tinggal diam dengan pimpinan Abu Sofyan dan orang-orang terkemuka di  kalangan kaum Quraisy mereka menyiapkan kekuatan yang lebih besar untuk  balas atas kekalahan mereka pada perang Badar itu. Akhirnya mereka dapat  mengumpulkan 3.000 orang tentara terbagi atas 700 orang tentara berbaju  besi. 200 orang tentara berkuda dan selebihnya tentara biasa dengan  persenjataan yang lengkap. Di samping itu mereka membawa pula beberapa  orang wanita untuk membangkitkan semangat bertempur di kalangan mereka,  dipimpin oleh Hindun istri Sofyan sendiri.
 Pada mulanya Rasulullah  saw ingin bertahan saja di Madinah, tetapi kebanyakan para sahabat  berpendapat bahwa sebaiknya kaum muslimin menghadapi serangan kaum  musyrikin itu di luar kota. Akhirnya Rasulullah saw menerima pendapat  mereka dan keluarlah beliau memimpin 1.000 orang tentara untuk  menghadapi 3.000 tentara kaum musyrikin yang berkobar-kobar semangatnya.  Di tengah jalan atas hasutan Abdullah bin Ubay bin Salul, 300 orang  tidak ikut berperang dan kembali ke Madinah. Jadi yang tinggal hanya 700  orang saja lagi, di antaranya 100 orang berbaju besi dan 2 orang  berkuda.
 Rasulullah saw memilih tempat di kaki bukit Uhud dan  menyiapkan 50 orang pemanah di sebelah atas bukit itu serta  memerintahkan kepada mereka supaya jangan meninggalkan tempat itu walau  dalam keadaan bagaimanapun. Kewajiban mereka ialah memanah pasukan kuda  musuh yang hendak maju menyerang karena kuda tidak tahan terhadap  tusukan panah.
 Demikianlah, tentara yang hanya berjumlah 700 orang  itu oleh Rasulullah saw ditempatkan pada tempat-tempat yang strategis  untuk menghadapi musuh yang banyaknya 3.000 yang dipersenjatai dengan  senjata yang lengkap.
 |  
 
 | 
   | 122 | ketika dua golongan dari padamu ingin (mundur)  karena takut, padahal Allah adalah penolong bagi kedua golongan itu.  Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal.(QS. 3:122) | 
   | 
 | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 122 
 
   إِذْ هَمَّتْ طَائِفَتَانِ مِنْكُمْ أَنْ تَفْشَلَا وَاللَّهُ وَلِيُّهُمَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ (122 Dalam  suasana yang sulit dan tidak menguntungkan itu ada dua golongan di  antara kaum muslimin yang hampir patah semangatnya setelah mengetahui  bahwa tiga ratus tentara Islam tidak mau ikut bertempur dan telah  kembali ke Madinah. Mereka yang hampir patah semangatnya itu lakan Bani  Salamah dari suku Khazraj dan Bani Harisah dari suku `Aus masing-masing  mereka adalah sayap kanan dan kiri dari tentara Islam.
 Mereka  terpengaruh oleh suasana yang amat mencemaskan dan merasa lebih baik  mundur saja dari pada dihancurkan oleh musuh yang demikian besar  jumlahnya dan lengkap persenjataannya. Tetapi untunglah perasaan patah  semangat itu tidak lama mempengaruhi mereka karena mereka adalah  orang-orang yang penuh tawakal kepada Allah dan tetap berkeyakinan bahwa  Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba Nya yang bersabar dan bertakwa  kepada Nya.
 |  
 
 | 
   | 123 | Sungguh Allah telah menolong kamu dalam  peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang  lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya.(QS. 3:123) | 
   | 
 | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 123 
 وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنْتُمْ أَذِلَّةٌ فَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (123
 
 Sebagai  penambah kekuatan jiwa dan ketabahan hati dalam menghadapi segala  bahaya dan kesulitan, Allah mengingatkan mereka kepada peperangan Badar  di mana mereka berada dalam keadaan lemah dan jumlah yang amat sedikit  dibanding dengan kekuatan dari jumlah musuh.
 Berkat pertolongan  Allah, mereka berhasil memporak-porandakan musuh itu hingga banyak di  antara pembesar Quraisy yang jatuh menjadi korban dan banyak pula yang  ditawan dan tidak sedikit harta rampasan yang diperoleh kaum muslimin.  Oleh sebab itu Allah memerintahkan supaya mereka bersabar dan bertakwa  kepada Nya dan dengan sabar dan takwa itu mereka akan mendapat  pertolongan dari pada Nya dan akan mendapatkan kemenangan dan kiranya  mereka akan mensyukuri atas kemenangan itu.
 |  
 
 | 
   | 124 | (Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada  orang mukmin:` Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan  tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)? `(QS. 3:124) | 
   | 
 | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 124 - 125 
   إِذْ  تَقُولُ لِلْمُؤْمِنِينَ أَلَنْ يَكْفِيَكُمْ أَنْ يُمِدَّكُمْ رَبُّكُمْ  بِثَلَاثَةِ آلَافٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُنْزَلِينَ (124) بَلَى إِنْ  تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا وَيَأْتُوكُمْ مِنْ فَوْرِهِمْ هَذَا يُمْدِدْكُمْ  رَبُّكُمْ بِخَمْسَةِ آلَافٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُسَوِّمِينَ (125  Untuk  lebih memperkuat hati dan tekad kaum muslimin dalam menghadapi  peperangan Uhud ini, Nabi mengatakan kepada mereka bahwa mereka akan  dibantu oleh Allah 3,000 Malaikat, bahwa apabila mereka sabar dan tabah  menghadapi segala bahaya dan bertakwa, Allah Akan membantu mereka dengan  5.000 Malaikat.
 Menurut riwayat Dahhaq, bantuan dengan 5.000  Malaikat ini adalah janji dari Allah yang dijanjikan Nya kepada Nabi  Muhammad saw. jika kaum muslimin sabar dan bertakwa. Ibnu Zaid  meriwayatkan, ketika kaum muslimin melihat banyaknya tentara kaum  musyrikin dan lengkapnya persiapan mereka, mereka bertanya kepada  Rasulullah saw: "Apakah dalam perang Uhud ini Allah SWT tidak akan  membantu kita sebagaimana Dia telah membantu kita pada perang badar?"  Maka turunlah ayat ini.
 Memang dalam perang Badar Allah telah membantu kaum muslimin dengan 1000 malaikat sebagaimana tersebut dalam firman Nya:
 إذ تستغيثون ربكم فاستحاب لكم إني ممددكم بألف من الملائكة مردفين
 Artinya:
 (ingatlah),  ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan Nya  bagimu. "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu  dengan seribu malaikat yang datang berturut turut".
 (Q.S Al Anfal: 9)
 pada  mulanya dalam perang Uhud ini kaum muslimin sudah dapat mengacau  balaukan musuh sehingga banyak di antara mereka yang lari kucar-kacir  meninggalkan harta benda mereka, dan mulailah tentara Islam berebut  mengambil harta benda itu sebagai ganimah (rampasan). Melihat keadaan  ini para pemanah diperintahkan Nabi Muhammad saw. supaya tetap bertahan  di tempatnya, apapun yang terjadi, menyangka kaum musyrikin telah kalah,  lalu mereka meninggalkan tempat mereka dan turun untuk ikut mengambil  harta ganimah.
 Karena tempat itu telah ditinggalkan pasukan pemanah,  Khalid bin Walid panglima kaum musyrikin waktu itu, dengan pasukan  berkudanya naik ke tempat itu dan mendudukinya, lalu menghujani kaum  muslimin dari belakang dengan anak panah sehingga terjadilah kekacauan  dan kepanikan di kalangan kaum muslimin. Dalam keadaan kacau balau itu  kaum musyrikin mencoba hendak mendekati markas Nabi Muhammad saw. tetapi  para sahabat dapat mempertahankannya walaupun Nabi Muhammad saw.  mendapat luka pada muka dan bibirnya serta patah sebuah giginya.  Akhirnya berkat kesetiaan mereka membela Nabi Muhammad saw. dan  kegigihan mereka mempertahankan posisinya, mereka bersama Nabi naik  kembali ke bukit Uhud dengan selamat. Dengan demikian berakhirlah  pertempuran dan pulanglah kaum musyrikin menuju Mekah dengan rasa puas  karena telah dapat membalas kekalahan mereka pada perang Badar.
 Di  antara dalil yang menguatkan pendapat bahwa kaum muslimin tidak diberi  Allah bantuan dengan malaikat ialah firman Allah berikut ini.
 |  
 
 | 
   | 125 | Ya (cukup), jika kamu bersabar dan  bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu  juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai  tanda.(QS. 3:125) | 
   | 
 | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 124 - 125 
 إِذْ  تَقُولُ لِلْمُؤْمِنِينَ أَلَنْ يَكْفِيَكُمْ أَنْ يُمِدَّكُمْ رَبُّكُمْ  بِثَلَاثَةِ آلَافٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُنْزَلِينَ (124) بَلَى إِنْ  تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا وَيَأْتُوكُمْ مِنْ فَوْرِهِمْ هَذَا يُمْدِدْكُمْ  رَبُّكُمْ بِخَمْسَةِ آلَافٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُسَوِّمِينَ (125
 
 Untuk  lebih memperkuat hati dan tekad kaum muslimin dalam menghadapi  peperangan Uhud ini, Nabi mengatakan kepada mereka bahwa mereka akan  dibantu oleh Allah 3,000 Malaikat, bahwa apabila mereka sabar dan tabah  menghadapi segala bahaya dan bertakwa, Allah Akan membantu mereka dengan  5.000 Malaikat.
 Menurut riwayat Dahhaq, bantuan dengan 5.000  Malaikat ini adalah janji dari Allah yang dijanjikan Nya kepada Nabi  Muhammad saw. jika kaum muslimin sabar dan bertakwa. Ibnu Zaid  meriwayatkan, ketika kaum muslimin melihat banyaknya tentara kaum  musyrikin dan lengkapnya persiapan mereka, mereka bertanya kepada  Rasulullah saw: "Apakah dalam perang Uhud ini Allah SWT tidak akan  membantu kita sebagaimana Dia telah membantu kita pada perang badar?"  Maka turunlah ayat ini.
 Memang dalam perang Badar Allah telah membantu kaum muslimin dengan 1000 malaikat sebagaimana tersebut dalam firman Nya:   إذ تستغيثون ربكم فاستحاب لكم إني ممددكم بألف من الملائكة مردفين
 Artinya:
 (ingatlah),  ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan Nya  bagimu. "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu  dengan seribu malaikat yang datang berturut turut".
 (Q.S Al Anfal: 9)
 pada  mulanya dalam perang Uhud ini kaum muslimin sudah dapat mengacau  balaukan musuh sehingga banyak di antara mereka yang lari kucar-kacir  meninggalkan harta benda mereka, dan mulailah tentara Islam berebut  mengambil harta benda itu sebagai ganimah (rampasan). Melihat keadaan  ini para pemanah diperintahkan Nabi Muhammad saw. supaya tetap bertahan  di tempatnya, apapun yang terjadi, menyangka kaum musyrikin telah kalah,  lalu mereka meninggalkan tempat mereka dan turun untuk ikut mengambil  harta ganimah.
 Karena tempat itu telah ditinggalkan pasukan pemanah,  Khalid bin Walid panglima kaum musyrikin waktu itu, dengan pasukan  berkudanya naik ke tempat itu dan mendudukinya, lalu menghujani kaum  muslimin dari belakang dengan anak panah sehingga terjadilah kekacauan  dan kepanikan di kalangan kaum muslimin. Dalam keadaan kacau balau itu  kaum musyrikin mencoba hendak mendekati markas Nabi Muhammad saw. tetapi  para sahabat dapat mempertahankannya walaupun Nabi Muhammad saw.  mendapat luka pada muka dan bibirnya serta patah sebuah giginya.  Akhirnya berkat kesetiaan mereka membela Nabi Muhammad saw. dan  kegigihan mereka mempertahankan posisinya, mereka bersama Nabi naik  kembali ke bukit Uhud dengan selamat. Dengan demikian berakhirlah  pertempuran dan pulanglah kaum musyrikin menuju Mekah dengan rasa puas  karena telah dapat membalas kekalahan mereka pada perang Badar.
 Di  antara dalil yang menguatkan pendapat bahwa kaum muslimin tidak diberi  Allah bantuan dengan malaikat ialah firman Allah berikut ini.
 |  
 
 | 
   | 126 | Dan Allah tidak menjadikan pemberian  bala-bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira (kemenangan) mu, dan  agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah  Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(QS. 3:126) | 
   | 
 | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 126 
 وَمَا  جَعَلَهُ اللَّهُ إِلَّا بُشْرَى لَكُمْ وَلِتَطْمَئِنَّ قُلُوبُكُمْ بِهِ  وَمَا النَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ (126
 
 Allah  menegaskan dalam ayat ini bahwa ucapan Nabi Muhammad saw. mengenai  bantuan tiga ribu atau lima ribu malaikat hanyalah untuk menggembirakan  hati kaum muslimin dan mengajak mereka supaya sabar dan tabah serta  bertakwa kepada Allah dalam menghadapi musuh yang demikian banyak dan  amat kuat itu. Sebenarnya kemenangan itu hanyalah datang dari Allah Yang  Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Jadi kalau kaum muslimin benar-benar  mengamalkan petunjuk Allah dan rasul Nya dan benar-benar percaya dan  yakin akan mendapat kemenangan dan tetap bersifat sabar dan takwa dengan  penuh tawakal tentulah Allah akan memberikan kemenangan kepada mereka.
 Tetapi  pada perang Uhud ini tidak terdapat kebulatan tekad dan tidak terdapat  kepatuhan kepada perintah, kecuali pada permulaan pertempuran. Hal ini  terbukti dengan timbulnya keragu-raguan dalam hati dua golongan kaum  muslimin dan turunnya pasukan pemanah yang diperintahkan supaya tidak  meninggalkan tempat mereka. Inilah sebabnya kekalahan kaum muslimin pada  perang Uhud ini.
 |  
 
 | 
   | 127 | (Allah menolong kamu dalam perang Badar dan  memberi bala bantuan itu) untuk membinasakan segolongan orang-orang yang  kafir, atau untuk menjadikan mereka hina, lalu mereka kembali dengan  tiada memperoleh apa-apa.(QS. 3:127) | 
   | 
 | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 127 
   لِيَقْطَعَ طَرَفًا مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَوْ يَكْبِتَهُمْ فَيَنْقَلِبُوا خَائِبِينَ (127 Pada  permulaan pertempuran, sebagaimana tersebut di atas, kaum muslimin  dapat mengkacau-balaukan barisan musuh, sehingga banyak di antara mereka  yang jatuh menjadi korban.
 Sebagian ahli sejarah mengatakan bahwa ada delapan belas orang yang terbunuh dari kaum musyrikin.
 Tetapi  pendapat ini ditolak oleh sebagian Ahli sejarah yang lain. Mereka  berkata: "Sayidina Hamzah saja, dapat membunuh tiga puluh orang dari  mereka". Ahli sejarah yang lain mengatakan bahwa sebab perbedaan  pendapat ini adalah karena ketika kaum muslimin menghitung korban yang  jatuh di kalangan kaum musyrikin, mereka hanya menemukan delapan belas  mayat. Padahal kaum musyrikin itu sebelum kembali ke Mekah sempat  menguburkan sebagian korban itu dan membawa korban yang lain bersama  mereka.
 Jadi kemenangan kaum muslimin pada pertempuran pertama ini  adalah berkat kebulatan tekad dan ketetapan hati mereka yang ditimbulkan  oleh perkataan Rasulullah saw yang tersebut dalam ayat 124 dan 125.
 Kekalahan  kaum musyrikin dan jatuhnya korban yang banyak di kalangan mereka  memang sudah menjadi kehendak Allah untuk membinasakan segolongan orang  kafir itu, menjengkelkan hati mereka dan menghina mereka dengan  kekalahan itu.
 
 
 Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Ali 'Imran 127
 
 لِيَقْطَعَ طَرَفًا مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَوْ يَكْبِتَهُمْ فَيَنْقَلِبُوا خَائِبِينَ (127
 
 (Yaitu  untuk memotong) berkaitan dengan kemenanganmu itu dan maksudnya ialah  membinasakan (segolongan orang-orang yang kafir) dengan terbunuh dan  tertawan (atau untuk menjadikan mereka hina dina) disebabkan kekalahan  (sehingga mereka kembali dengan tangan hampa) tidak memperoleh apa yang  mereka harapkan. Ayat berikut ini turun ketika gigi depan Nabi saw.  patah dan wajahnya berlumuran darah di waktu perang Uhud, sampai beliau  bersabda, "Bagaimana suatu kaum akan beroleh keberuntungan, jika mereka  berani melumuri wajah Nabi mereka dengan darah!"
 |  
 
 | 
   | 128 | Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam  urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab  mereka, karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim.(QS. 3:128) | 
   | 
 | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 128 
 لَيْسَ لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ (128
 
 Pada  pertempuran kedua kaum muslimin menderita kekalahan berat, sehingga ada  70 orang di antara mereka gugur sebagai Syuhada' dan Nabipun mendapat  luka-luka. Hal ini amat menyedihkan hati kaum muslimin dan hati Nabi  sendiri.
 
 Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Ali 'Imran 128
 
 لَيْسَ لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ (128
 
 (Tak  ada sedikit pun hakmu untuk campur tangan dalam urusan mereka itu)  tetapi semua itu urusan Allah, maka hendaklah kamu bersabar (apakah)  artinya hingga (Allah menerima tobat mereka) dengan masuknya mereka ke  dalam agama Islam (atau menyiksa mereka, karena sesungguhnya mereka  orang-orang yang aniaya) disebabkan kekafiran mereka.
 |  
 
 | 
   | 129 | Kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan  yang ada di bumi. Dia memberi ampun kepada siapa yang Dia kehendaki; Dia  menyiksa siapa yang Dia kehendaki; dan Allah Maha Pengampun lagi Maha  Penyayang.(QS. 3:129) | 
   | 
 | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 129 
 وَلِلَّهِ  مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ يَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ  وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (129
 
 Memang  demikianlah hak Allah terhadap hamba-Nya karena Dia Yang memiliki semua  yang ada di langit dan di bumi. Dia berkuasa penuh atas semuanya, tak  ada Seorangpun yang berkuasa atas makhluknya kecuali Dia. -Dialah yang  menghukum dan memutuskan segala urusan. Dia berhak mengampuni dan  menerima tobat hamba-Nya yang nampak durhaka, tetapi siapa tahu bahwa  pada diri hamba-Nya itu ada bibit-bibit keimanan dan kebaikan. Dia  berhak menyiksa karena Dialah Yang Maha Mengetahui siapa di antara  hamba-Nya yang patut mendapat siksaan di dunia atau di akhirat. Di  samping itu Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
 |  
 
 | 
   | 130 | Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu  memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah  supaya kamu mendapat keberuntungan.(QS. 3:130) | 
   | 
 | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 130 
 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا الرِّبَا أَضْعَافًا مُضَاعَفَةً وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (130
 
 
 Ayat  ini adalah yang pertama-tama diturunkan tentang haramnya riba.  Ayat-ayat mengenai haramnya riba dalam surat M-Baqarah yaitu ayat-ayat  275, 276, 279 diturunkan sesudah ini. Yang dimaksud dengan riba dalam  ayat ini, ialah riba jahiliah yang biasa dilakukan orang-orang di masa  itu.
 Berkata Ibnu Jarir: "Yang dimaksud Allah dalam ayat ini ialah :  Hai, orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul Nya; janganlah  kamu memakan riba berlipat ganda, sebagaimana kamu lakukan di masa  jahiliah sesudah kamu masuk Islam, padahal kamu telah diberi petunjuk  oleh-Nya."
 Di masa itu bila seseorang meminjam uang sebagaimana  di-sepakati waktu meminjam. maka orang yang punya uang menuntut supaya  utang itu dilunasi menurut waktu yang dijanjikan. Orang yang berutang  (karena belum ada uang untuk membayar) meminta tangguh dan menjanjikan  akan membayar nanti dengan tambahan yang ditentukan. Setiap kali  pembayaran tertunda ditambah lagi bunganya. Inilah yang dinamakan riba  berlipat ganda, dan Allah melarang kaum muslimin melakukan hal yang  seperti itu".
 Al Rani memberikan penjelasan sebagai berikut: "Bila  seseorang berutang kepada orang lain dan telah tiba waktu membayar utang  itu sedang orang yang berutang belum sanggup membayarnya, maka orang  yang berpiutang membolehkan penangguhan pembayaran utang itu asal saja  yang berutang itu mau menjadikan utangnya menjadi dua ratus dirham.  Kemudian apabila tiba pula waktu pembayaran tersebut dan yang berutang  belum juga sanggup membayarnya, maka pembayaran itu dapat ditangguhkan  dengan ketentuan utangnya dilipat gandakan lagi, dan demikianlah  seterusnya sehingga utang itu menjadi bertumpuk-tumpuk. Inilah yang  dimaksud dengan kata "berlipat ganda" dalam firman Allah: Riba semacam  ini dinamakan juga riba Nasi-ah karena adanya penangguhan dalam  pembayaran bukan tunai.
 Selain riba Nasi-ah ada pula riba yang  dinamakan riba fadal yaitu: menukar barang dengan barang yang sejenis  sedang mutunya berlainan, umpamanya menukar I liter beras yang mutunya  tinggi dengan 1.1/2 liter beras bermutu rendah. Haramnya riba fadal ini.  didasarkan pada hadis-hadis Rasul. dan hanya berlaku pada emas, perak  dan makanan-makanan pokok. Oleh karena itu para ulama mengatakan bahwa  riba nasi-ah itu haramnya adalah karena zatnya, disebabkan riba itu  sendiri adalah besar bahayanya. Adapun riba fadal haramnya ^ bukan  karena zat-nya, tetap karena sebab lain yaitu karena riba fadl itu  membawa kepada riba nasiah.
 Karena beratnya hukum riba ini dan amat  besar bahayanya maka Allah memerintahkan kepada kaum muslimin supaya  menjauhi riba itu dan selalu memelihara diri dan bertakwa kepada Allah  agar jangan terperosok ke dalamnya dan supaya mereka dapat hidup  berbahagia dan beruntung di dunia dan di akhirat.
 |  
 
 | 
   | 131 | Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir.(QS. 3:131) | 
   | 
 | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 131 
 وَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ (131
 
 Dalam  ayat ini Allah memerintahkan lagi supaya kaum muslimin memelihara dan  menjauhi perbuatan orang kafir yang tidak memperdulikan apakah harta  yang mereka peroleh berasal dari sumber-sumber yang tidak halal seperti  riba, memeras kaum lemah, dan ini skin dan sebagainya. Semua cara yang  tidak halal itu akan membahayakan mereka dl dunia dan membawa mereka ke  neraka kelak.
 Diterangkan oleh Imam Hanafi, bahwa ayat ini  mengandung ancaman yang sangat menakutkan, karena dalam ayat ini Allah  mengancam kaum muslimin akan memasukkan mereka ke dalam neraka yang  disediakan bagi orang-orang kafir bila mereka tidak memelihara diri dari  perbuatan yang dilarang-Nya.
 |  
 
 | 
   | 132 | Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat.(QS. 3:132) | 
   | 
 | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 132 
 وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (132
 
 Kemudian  perintah tersebut diiringi lagi dengan perintah supaya kaum muslimin  selalu taat dan patuh kepada perintah Allah dan Rasul Nya karena dengan  menaati Allah dan Rasul Nya itulah mereka akan dapat limpahan rahmat  daripada-Nya dan dapat hidup berbahagia di dunia dan di akhirat.
 |  
 
 | 
   | 133 | Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari  Tuhanmu dan kepada syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang  disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.(QS. 3:133) | 
   | 
 | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 133 وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (133
 
 Lalu  Allah menyuruh supaya kaum muslimin bersegera meminta ampun kepada Nya  bila sewaktu-waktu jatuh ke jurang dosa dan maksiat, karena manusia  tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Seorang muslim tidak akan mau  mengerjakan perbuatan yang dilarang Allah, tetapi kadang-kadang karena  kuatnya godaan dan tipu daya setan dia terjerumus juga ke dalam jurang  maksiat, kemudian dia sadar akan kesalahannya dan menyesal atas  perbuatan itu lalu tobat dan mohon ampun kepada Allah, maka Allah akan  mengampuni dosanya itu. Allah adalah Maha Penerima tobat dan Maha  Pengampun lagi Maha Penyayang.
 Bila seorang muslim selalu menaati  perintah Allah dan Rasul Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dan  bertobat bila jatuh ke jurang dosa dan maksiat maka Allah akan  mengampuni dosanya dan akan memasukkan nanti di akhirat ke dalam surga  yang amat luas sebagai balasan atas amal yang telah dikerjakannya di  dunia yaitu surga yang disediakan Nya untuk orang yang. bertakwa kepada  Nya.
 |  
 
 | 
   | 134 | (Yaitu) orang-orang menafkahkan (hartanya),  baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan  amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang  yang berbuat kebajikan.(QS. 3:134) | 
   | 
 | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 134 
 الَّذِينَ  يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ  وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (134
 
 Ayat ini langsung menjelaskan sifat-sifat orang-orang yang bertakwa yaitu:
 Pertama:  Orang yang selalu menafkahkan hartanya balk dalam keadaan berkecukupan  maupun dalam keadaan kesempitan (miskin). Dalam keadaan berkecukupan dan  dalam keadaan sempit ia tetap memberi nafkah sesuai dengan  kesanggupannya. Bernafkah itu tidak diharuskan dalam jumlah yang  tertentu sehingga ada kesempatan bagi si ini skin untuk memberi nafkah.  Bersedekah itu boleh saja dengan barang atau uang yang sedikit nilainya.  karena itulah kesanggupan yang baru dapat diberikan dan tetap akan  memperoleh pahala dari Allah SWT.
 Diriwayatkan oleh 'Aisyah Ummul  mukminin bahwa dia pernah bersedekah dengan sebiji anggur, dan di antara  sahabat-sahabat Nabi ada yang bersedekah dengan sebiji bawang.
 Diriwayatkan  bahwa 'Aisyah Ummul mukminin bahwa dia pernah bersedekah dengan sebiji  anggur, dan di antara sahabat-sahabat Nabi ada yang bersedekah dengan  sebiji bawang.
 Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda:
 "اتقوا النار ولو بشق تمرة وردو السائل ولو بظلف محرق"
 Artinya:
 "Peliharalah  dirimu dari api neraka meskipun dengan menyedekahkan sepotong karma,  dan perkenankanlah permintaan seorang peminta walaupun dengan memberikan  sepotong kuku hewan yang dibakar"
 (HR Ahmad dalam musnadnya)
 Bagi  orang kaya dan berkelapangan tentulah sedekah dan dermanya harus  disesuaikan dengan kesanggupan. Sungguh amat janggal bahkan memalukan  bila seorang yang berlimpah-limpah kekayaannya hanya memberikan derma  dan sedekah sama banyak-nya dengan pemberian orang ini skin. Ini  menunjukkan bahwa kesadaran bernafkah belum tertanam di dalam hatinya.
 Allah SWT berfirman
 لينفق ذو سعة من سعته ومن قدر عليه رزقه فليبفق مما ءاتاه الله لا يكلف الله نفسا إلا ما اتهاها سيجعل الله بعد العسر يسر
 Artinya:
 hendaklah  orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang  disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan  Allah kepadanya; Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang  melainkan (sekadar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan  memberikan kelapangan sesudah kesempitan"
 (Q.S At Talaq: 7)
 Sifat  kikir yang tertanam dalam hati manusia hendaklah diberantas dengan  segala macam cara dan usaha, karena sifat ini adalah musuh masyarakat  nomor satu. Tak ada satu umatpun yang dapat maju dan hidup berbahagia  kalau sifat kikir ini merajalela pada umat itu. Sifat kikir bertentangan  dengan peri kemanusiaan.
 Oleh sebab itu Allah memerintahkan  bernafkah dan menjelaskan bahwa harta yang ditunaikan zakatnya dan  didermakan sebagiannya tidak akan berkurang bahkan akan bertambah.
 Firman Allah SWT:
 يمحق الله الربا ويربي الصدقات
 Artinya:
 "Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah"
 (Q.S Al Baqarah:276)
 Imam  Gazali menjelaskan sebagai berikut Memerangi suatu sifat yang buruk  haruslah dengan membiasakan diri melakukan lawan sifat itu. Jadi kalau  orang akan memberantas sifat kikir dalam dirinya hendaklah dia  membiasakan berderma dan memberi pertolongan kepada orang lain. Dengan  membiasakan diri itu akan hilanglah sifat kikirnya itu dengan  berangsur-angsur.
 Kedua: Orang-orang yang menahan amarahnya.  Biasanya orang yang memperturutkan rasa amarahnya tidak dapat  mengendalikan akal pikirannya dan ia akan melakukan tindakan-tindakan  kejam dan jahat sehingga apabila sadar dia pasti menyesali tindakan yang  dilakukannya itu dan dia akan merasa heran mengapa ia bertindak sejauh  itu. Oleh karena itu bila seorang dalam keadaan marah hendaklah ia  berusaha sekuat tenaganya menahan rasa amarahnya itu lebih dahulu.  Apabila ia telah menguasai dirinya kembali dan amarahnya sudah mulai  reda, barulah ia melakukan tindakan yang adil sebagai balasan atas  perlakuan orang terhadap dirinya.
 Apabila seorang telah melatih  dirinya seperti itu maka dia tidak akan melakukan tindakan-tindakan yang  melampaui batas, bahkan dia akan menganggap bahwa perlakuan yang tidak  adil terhadap dirinya itu mungkin karena kehilafan dan tidak disengaja  dan ia akan memaafkannya. Allah menjelaskan bahwa menahan amarah itu  suatu jalan ke arah takwa. Orang-orang yang benar bertakwa pasti akan  dapat menguasai dirinya di waktu sedang marah.
 Pernah Siti Aisyah  menjadi marah karena tindakan pembantunya. Tetapi beliau dapat menguasai  dirinya, karena sifat takwa yang bersemi dalam dirinya. Beliau berkata:  "Alangkah baiknya sifat takwa itu. dia menjadi obat bagi segala  kemarahan". Nabi Muhammad saw. bersabda "Orang-orang kuat itu bukanlah  yang dapat membanting lawannya tetapi orang yang benar-benar kuat ialah  orang yang dapat menahan amarahnya".
 Allah SWT berfirman:
 
 وإذا ما غضبوا هم يغفرون
 Artinya:
 Dan apabila mereka marah, mereka memberi maaf'
 (Q.Sasy Syura: 37)
 Ketiga:  Orang yang memaafkan kesalahan orang lain. Memaafkan kesalahan orang  lain sedang kita sanggup membalasnya dengan yang setimpal adalah suatu  sifat yang baik yang harus dimiliki oleh setiap muslim yang bertakwa.  Mungkin hal ini sulit dipraktekkan karena sudah menjadi kebiasaan bagi  manusia membalas kejahatan dengan kejahatan tetapi bagi manusia yang  sudah tinggi akhlak dan kuat imannya serta telah dipenuhi jiwa, dengan  takwa, maka memaafkan kesalahan itu mudah saja baginya.
 Mungkin  membalas kejahatan dengan kejahatan masih dalam rangka keadilan tetapi  harus disadari bahwa membalas kejahatan dengan kejahatan pula tidak  dapat membasmi atau melenyapkan kejahatan itu. Mungkin dengan adanya  balas membalas itu kejahatan akan meluas dan berkembang.
 Tetapi bila  kejahatan itu dibalas dengan maaf dan sesudah itu diiringi dengan  perbuatan yang baik, maka yang melakukan kejahatan itu akan sadar, bahwa  dia telah melakukan perbuatan yang sangat buruk dan tidak adil terhadap  orang bersih hatinya dan suka berbuat baik.
 Dengan demikian dia tidak akan melakukannya lagi dan tertutuplah pintu kejahatan itu.
 Keempat:  Orang-orang yang berbuat baik. Berbuat baik termasuk sifat orang yang  bertakwa maka di samping memaafkan kesalahan orang lain hendaklah  memaafkan itu diiringi dengan berbuat baik kepada orang yang melakukan  kesalahan.
 Diriwayatkan oleh Al Baihaqi, ada seorang jariah (budak  wanita) kepunyaan Ali bin Husein menolong tuannya menuangkan air dari  kendi untuk mengambil wudu'. Kemudian kendi itu jatuh dari tanganya dan  pecah berserakan. lalu Ali bin Husen menentang mukanya seakan-akan dia  marah. Budak itu berkata: "Allah SWT telah berfirman:
 
 
    والكاظمين الغيظ Artinya: "Dan orang-orang yang menahan amarahnya".
 (Q.S Al Imran: 134)
 Ali bin Husen menjawab : "Aku telah menahan amarah itu". Kemudian budak itu berkata pula:
 Allah SWT berfirman:
 والعافين عن الناس
 Artinya:
 "dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) manusia"
 (Q.S Al Imran; 134)
 Dijawab oleh Ali bin Husen: "Aku telah memaafkanmu" Akhirnya budak itu berkata lagi:
 Allah juga berfirman:   والله يحب المحسنين
 Artinya:
 "dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan"
 (Q.S Ali Imran: 134)
 Ali bin Husen menjawab: "Pergilah kamu aku telah memerdekakanmu" demi untuk mencapai keridaan Allah.
 Demikianlah  tindakan salah seorang cucu Nabi Muhammad saw. terhadap kesalahan  seorang budaknya karena memang dia seorang yang mukmin yang bertakwa,  tidak saja dia memaafkan kesalahan budaknya bahkan diiringinya pemaafan  itu dengan berbuat baik kepadanya dengan memerdekakannya.
 |  
 
 | 
   | 135 | Dan (juga) orang-orang yang apabila  mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat  akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa mereka--dan siapa lagi yang  dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak  meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.(QS. 3:135) | 
   | 
 | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 135 وَالَّذِينَ  إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ  فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ  وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ (135
 
 Kelima:  Orang yang mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri  kemudian mereka segera meminta ampun kepada Allah dan tidak mengulangi  lagi perbuatan itu.
 Para muffassirin membedakan antara perbuatan  keji (fahisyah) dengan menganiaya diri sendiri (Zulm). Mereka mengatakan  perbuatan keji ialah perbuatan yang bahayanya tidak saja menimpa orang  yang berbuat dosa tetapi juga menimpa orang lain dan masyarakat. Dan  menganiaya diri sendiri ialah berbuat dosa yang bahayanya terbatas pada  orang yang mengerjakan saja.
 Perbuatan keji seperti berzina,  berjudi, memfitnah dan sebagainya, perbuatan menganiaya diri sendiri  seperti memakan makanan yang haram, memboroskan harta benda,  menyia-nyiakannya dan sebagainya.
 Mungkin seorang muslim terlanjur  mengerjakan dosa besar karena kurang kuat imannya, karena godaan setan  atau karena sebab-sebab lain, tetapi ia segera insaf dan menyesal atas  perbuatannya itu kemudian ia memohon ampun kepada Allah dan tobat dengan  sebenar-benar tobat serta berjanji kepada diri sendiri tidak akan  mengerjakannya lagi. Maka Allah akan menerima tobatnya dan mengampuni  dosanya karena Allah adalah Maha Penerima tobat dan Maha Pengampun.
 Bila  seseorang berbuat dosa meskipun yang diperbuatnya itu bukan dosa besar  tetapi mengerjakan tanpa ada kesadaran hendak menghentikannya dan tidak  ada penyesalan serta keinginan hendak bertobat kepada Allah maka dosanya  itu menjadi dosa besar. Nabi Muhammad saw. pernah bersabda:   "لا كبيرة مع الاستغفار ولا صغيرة مع الإصرار"
 Artinya:
 Dosa  besar tidak menjadi dosa besar bila segera menunta ampun (kepada  Allah). Dan dosa kecil akan menjadi dosa besar bila selalu  dikerjakannya"
 (HR Ad Dailamiy dari Ibnu 'Abbas)
 Meminta ampun  kepada Allah bukan sekadar mengucapkan kalimat "Aku memohon kepada  Allah". tetapi harus disertai dengan penyesalan serta janji kepada diri  sendiri tidak akan mengerjakan dosa itu lagi. Inilah yang dinamakan  tobat nasuha yang diterima oleh Allah.
 |  
 
 | 
   | 136 | Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan  mereka dan syurga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang  mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang  beramal.(QS. 3:136) | 
   | 
 | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 136 
 أُولَئِكَ  جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا  الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ (136
 
 Demikianlah  lima sifat di antara sifat-sifat orang yang bertakwa kepada Allah yang  harus dimiliki oleh setiap muslim. Setiap muslim hendaknya berusaha agar  terwujud di dalam dirinya kelima sifat itu dengan sempurna karena  dengan memiliki sifat-sifat itu dia akan menjadi muslim sejati yang  dapat memberi manfaat kepada dirinya sendiri dan dapat pula memberi  manfaat kepada orang lain dan kepada masyarakat, nusa dan bangsanya.
 Orang-orang  yang memiliki sifat-sifat itu akan dibalasi Allah dengan mengampuni  dosanya dan menempatkannya di akhirat kelak di dalam surga yang mengalir  sungai-sungai di bawahnya. Mereka kekal di dalamnya dan memang itulah  ganjaran yang sebaik-baiknya bagi setiap orang yang beramal dan berusaha  untuk memperbaiki dirinya, masyarakat dan umatnya.
 |  
 
 | 
   | 137 | Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu  sunnah-sunnah Allah; karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan  perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan  (rasul-rasul).(QS. 3:137) | 
   | 
 | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 137 قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ سُنَنٌ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ (137
 
 Pada  ayat ini Allah menerangkan bahwa sunah Nya (ketentuan yang berlaku)  terhadap makhluk Nya, semenjak umat-umat dahulu kala sebelum umat Nabi  Muhammad saw. tetap berlaku sampai sekarang.
 Oleh karena itu. kita  dituntun supaya melakukan perjalanan dan penyelidikan di bumi, sehingga  kita dapat sampai kepada suatu kesimpulan, bahwa Allah dalam ketentuan  Nya telah mengikatkan antara sebab dengan musababnya. Misalnya kalau  seseorang ingin kaya, maka ia harus mengusahakan sebab-sebab yang biasa  membawa kepada kejayaan. Kalau ingin menang dalam peperangan hendaklah  dipersiapkan segala sebab untuk mendapatkan kemenangan. baik dari segi  materinya maupun dari segi taktik dan sebagainya. Kalau ingin bahagia di  dunia dan akhirat. perbuatlah sebab-sebab untuk memperolehnya, dan  demikiaanlah seterusnya.
 Pada ayat 137 ini, Allah menyuruh kita  menyelidiki dan memperhatikan sebab-sebab ditimpakannya azab kepada  orang-orang yang mendustakan kebenaran.
 |  
 
 | 
   | 138 | (Al quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.(QS. 3:138) | 
   | 
 | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 138 
 هَذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ (138
 
 Selanjutnya  Allah menjelaskan bahwa apa yang tersebut pada ayat 137 adalah  penerangan bagi seluruh manusia dan petunjuk serta pelajaran orang-orang  bertakwa.
 Ulama tafsir mengatakan bahwa maksud ayat ini adalah:  memperingatkan kaum muslimin bahwa kekalahan mereka pada perang Uhud  adalah pelajaran bagi orang-orang Islam, tentang berlakunya ketentuan  sunah Allah itu.
 Mereka menang pada perang Badar, karena mereka  menjalankan dan mematuhi perintah Nabi saw. Pada perang Uhud pun mereka  hampir saja memperoleh kemenangan tetapi oleh karena mereka lalai dan  tidak lagi mematuhi perintah Nabi saw. akhirnya mereka terkepung dan  diserang tentara musuh yang jauh lebih banyak jumlahnya, sehingga  bergelimpanganlah puluhan kurban syuhada dari kaum muslimin, dan Nabi  sendiri menderita luka dan pecah salah satu giginya.
 |  
 
 | 
   | 139 | Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah  (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling  tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.(QS. 3:139) | 
   | 
 | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 139 
 وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (139
 
 Ayat  ini menghendaki agar kaum muslimin jangan bersifat lemah dan bersedih  hati, meskipun mereka mengalami kekalahan dan penderitaan yang cukup  pahit pada perang Uhud, karena kalah atau menang dalam sesuatu  peperangan adalah soal biasa yang termasuk dalam ketentuan Allah.
 Yang  demikian itu hendaklah dijadikan pelajaran. Kaum muslimin dalam  peperangan sebenarnya mempunyai mental yang kuat dan semangat yang  tinggi jika mereka benar-benar beriman.
 |  
 
 | 
   | 140 | Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka,  maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka  yang serupa. Dan masa (kejadian dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di  antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah  membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan  supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah  tidak menyukai orang-orang yang zalim.(QS. 3:140) | 
   | 
 | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 140 
 إِنْ  يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ وَتِلْكَ  الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ  آمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ  الظَّالِمِينَ (140
 
 
 Pada ayat ini Allah menambah lagi bahwa kaum  muslimin jika menderita luka atau menemui ajalnya pada perang Uhud, maka  orang-orang kafir juga telah mengalami yang demikian itu pada perang  Badar. Demikianlah menang dan kalah dalam peperangan adalah hal yang  dipergilirkan oleh Allah di antara manusia, agar mereka mendapat  pelajaran, dan supaya Allah membedakan antara orang-orang yang beriman  dengan orang-orang kafir, dan juga memberikan kepada kaum muslimin  kebahagiaan mati syahid yang sangat tinggi nilainya di sisi Allah,  karena mereka mengorbankan jiwa raganya demi untuk membela kebenaran,  dan Allah tidak menyukai orang-orang berbuat zalim.
 |  | 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar