MENGGAPAI BERKAH SHALAWAT ATAS NABI MUHAMMAD SAW. (Bag. 2)
LANJUTAN TAFSIR QS. AL – AHZAB AYAT 56 *)
1. Makna Shalawat
Di dalam Bahasa Arab, lafaz  صَلَوَات    merupakan bentuk jamak dari  صَلاَة   yang mempunyai asal  kata  صَلىَّ     -    يُصَلىِّ  yang berarti berdoa atau memohon.  Dalam  perkembangannya, penggunaan kata-kata tersebut semakin  bermacam-macam  sehingga artinya pun menjadi beraneka ragam, diantaranya  ia menjadi  nama salah satu bentuk ibadah umat Islam, yaitu shalat,  karena shalat  merupakan salah satu bentuk apresiasi-aplikatif  penyembahan dan  permohonan seorang hamba kepada Tuhannya.
 
Selain  itu, ia juga dapat berarti  pujian, rahmat dan ampunan untuk Nabi  Muhammad saw., tergantung siapa  yang melakukannya. Perbuatan seperti  ini, masyarakat Indonesia  menamakannya shalawat. Tidak diketahui  kapan dan siapa yang  pertama kali menyebutnya demikian, sebab al-Quran  menamai perbuatan  untuk Nabi saw. tersebut dengan shalat, bukan  dengan shalawat.  Tetapi yang jelas, ini dapat memudahkan kita  dalam membedakan  pelaksanaan ibadah shalat dan pengucapan shalat (baca:  shalawat) atas  Rasulullah saw.
 
Ibn Mandzur menjelaskan di dalam  bukunya Lisan al-‘Arab,  shalawat atas nabi itu dapat berasal dari  tiga macam, yaitu Allah,  malaikat dan manusia—sebagaimana dikemukakan  ayat 56 surat al-Ahzab.  Shalawat yang berasal dari Allah artinya Dia  memberikan rahmat serta  kasih sayang-Nya kepada Nabi Muhammad saw.  Apabila para malaikat  mengucapkan shalawat, artinya mereka memohonkan  ampun untuk rasul  kepada Allah. Sedangkan bila ia diucapkan oleh  manusia, itu merupakan  permohonan manusia kepada Allah agar mencurahkan  karunia rahmat-Nya  kepada Rasulullah beserta alam seisinya.
2. Tata  Cara Bershalawat Atas Nabi Muhammad saw.
 
Al-Quran surat al-Ahzab ayat  56  memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar senantiasa   bershalawat atas Nabi Muhammad saw. Akan tetapi pengucapan shalawat itu   harus sesuai dengan aturan-aturan yang telah diajarkan Allah dan   nabi-Nya, sebab ia merupakan bentuk doa sekaligus penghormatan kepada   Rasulullah saw.
a)      Larangan Membaca Shalawat al-Batra’
 
Rasulullah  saw. bersabda di dalam salah satu hadisnya :
 لاَ تَصِلُوْا عَلَيَّ الصَّلاَةَ اْلبَتْرَاءَ فَقَالُوْا وَمَا الصَّلاَةُ اْلبَتْرَاءُ قَالَ تَقُوْلُوْنَ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَتَمْسُكُوْنَ بَلْ قُوْلُوْا اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ — الحديث
“Janganlah kalian bershalawat untukku dengan shalawat al-batra’ (terputus/tanggung)”. Para sahabat bertanya, “Apakah shalawat al-batra’ itu?” Nabi saw. menjawab, “Yaitu kalian mengucapkan allahumma  shalli ‘ala muhammad (ya Allah, berikanlah rahmat-Mu kepada Nabi  Muhammad) lalu kalian diam, tetapi ucapkanlah allahumma shalli ‘ala  muhammad wa ‘ala ali muhammad (ya Allah, berikanlah rahmat-Mu kepada  Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad)”. (Al-Hadis).
 
Hadis ini  mengajarkan agar manusia  jangan menjadi orang yang pelit serta tanggung  dalam bershalawat, yakni  hanya cukup mengucapkan allahumma shalli  ‘ala muhammad, akan tetapi harus lengkap membawa keluarga Nabi saw.,  yaitu dengan mengucapkan allahumma shalli ‘ala muhammad wa ‘ala ali  muhammad.  Ini dikarenakan bahwa nabi adalah bagian dari keluarga,  begitu pula  keluarganya merupakan bagian dari diri nabi. Sebagaimana  Rasulullah  menjelaskan :
 قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَللَّهُمَّ إِنَّهُمْ مِنيِّ وَأناَ مِنْهُمْ فَاجْعَلْ صَلاَتَكَ وَرَحْمَتَكَ وَمَغْفِرَتَكَ وَرِضْوَانَكَ عَلَيَّ وَعَلَيْهِمْ — الحديث
Rasulullah saw. berdoa, “Ya Allah,   sesungguhnya mereka (keluarga nabi) adalah bagian dari diriku dan diriku   juga bagian dari mereka, maka jadikanlah keberkahan, rahmat, ampunan   serta keridhaan-Mu untukku dan mereka (keluargaku)”. (Al-Hadis).
 
Berdasarkan  hadis di atas, para ulama menetapkan bahwa sedikit-dikitnya bacaan  shalawat adalah :
 اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ
b) Bilangan Bacaan Shalawat
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan  al-Tirmizi, bahwasanya pernah  suatu ketika seseorang datang kepada Nabi  saw., lalu ia berkata :
 إِنِّى أكْـثَرُ الصَّلاةِ عَلَيْكَ فَكَمْ أَجْعَلُ لَكَ مِنْ صَلاَتِى قَالَ مَا شِئْتَ قَالَ الرُّبْعُ قَالَ مَا شِئْتَ وَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ قَالَ النِّصْفُ قَالَ مَا شِئْتَ وَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ قَالَ الثُّلـُثَيْنِ قَالَ مَا شِئْتَ وَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ قَالَ أجْعَلُ لَكَ صَلاَتِى كُـلُّهَا قَالَ إِذَا تَكْفِى هَمُّكَ وَيَغْفِرُ لَكَ ذَنْـُبكَ — رواه أحمد والترمذى وغيرهما
“Sesungguhnya  aku mampu membaca banyak  shalawat bagimu, maka berapa lamakah aku dapat  membaca shalawatku  untukmu?” Nabi saw. menjawab, “Terserah kamu”. Ia  berkata, “Apakah  seperempat hari?” Beliau menjawab, “Terserah kamu.  Apabila kamu dapat  menambahnya maka itu lebih baik bagimu”.  Ia berkata,  “Apakah setengah  hari?” Beliau menjawab, “Terserah kamu. Apabila kamu  dapat menambahnya  maka itu lebih baik bagimu”. Ia berkata, “Apakah dua  pertiga hari?”  Beliau menjawab, “Terserah kamu. Apabila kamu dapat  menambahnya maka  itu lebih baik bagimu”. Ia berkata, “Aku akan membaca  shalawatku bagimu  sepanjang hari”. Nabi berkata, “Kalau itu mencukupi  bagimu maka  bertekadlah melaksanakannya dan semoga Allah mengampuni  dosa-dosamu”.  (HR. Ahmad, al-Tirmizi dan selainnya).
 
Hadis ini  menjelaskan kepada kita bahwa  tidak ada batasan seorang mukmin membaca  shalawat untuk nabinya, bahkan  semakin banyak dan sering ia bershalawat  maka akan semakin banyak pula  kebaikan yang didapat. Tidak ada yang  dapat membalas itu semua kecuali  Allah swt. dengan menganugerahkan  berbagai kebaikan dan ampunan  sepanjang hidup orang yang mau selalu  membaca shalawat untuk utusan  Allah yang mulia.
Rasulullah saw. sepanjang hidupnya   selalu mendoakan umatnya agar selalu mendapat hidayah, rahmat dan   ampunan dari Allah. Maka sudah sepantasnya bila Allah memerintahkan   kepada umatnya yang beriman agar senantiasa mendoakan beliau supaya   selalu mendapat rahmat Allah sehingga tampaklah kemuliannya di seluruh   alam semesta ini. Allah swt. berfirman di dalam al-Qur’an :
 يا أيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما
“Hai orang-orang yang beriman,   bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan   kepadanya”. (QS. Al-Ahzab: 56).
 
Berikut ini adalah beberapa  jenis  shalawat yang diajarkan Rasulullah—selain yang telah dikemukakan  di  atas—yang harus selalu diamalkan oleh seluruh umatnya yang beriman.
 Pertama,  Diriwayatkan dari Imam al-Bukhari di dalam shahih-nya melalui  jalur sanad Ka’ab bin ‘Ujrah, ia berkata :قِيْلَ ياَ رَسُوْلَ اللهِ اَماَّ السَّلاَمُ عَلَيْكَ فَقَدْ عَرَفْناَ فَكَيْفَ الصَّلاَةُ قَالَ قُوْلُوْا اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ صَلَّيْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنـَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللَّهُمَّ باَرِكْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ باَرَكْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنـَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ — رواه البخاري
“Katanya  Rasulullah ditanya, “Wahai  Rasulullah, adapun mengucapkan salam kepadamu  kami telah tahu, maka  bagaimana cara mengucapkan shalawat?” Nabi  menjawab, “Ucapkanlah :
 اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ صَلَّيْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنـَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللَّهُمَّ باَرِكْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ باَرَكْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنـَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
(Ya Allah,  berilah rahmat kepada Nabi  Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad  sebagaimana Engkau telah memberikan  rahmat kepada Nabi Ibrahim dan  keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya  Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.  Ya Allah, berilah keberkahan  kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi  Muhammad sebagaimana Engkau  telah memberikan keberkahan kepada Nabi  Ibrahim dan keluarga Nabi  Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi  Maha Mulia.)”. (HR.  al-Bukhari).
 Kedua, Imam Abu Daud  meriwayatkan suatu hadis :قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سَرَّهُ أنْ يُكْتاَلَ بِالْمِكْياَلِ اْلأَوْفىَ إِذاَ صَلىَّ عَلَيْناَ أهْلَ اْلبَيْتِ فَلْيَقُلْ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ النَّبِيِّ مُحَمَّدٍ وَأزْوَاجِهِ اُمَّهَاتِ اْلـمُؤْمِنِيْنَ وَذُرِّيَتِهِ وَأهْلِ بَيْتِهِ كَمَا صَلَّيْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ — رواه أبو داود
Rasulullah  saw. bersabda, “Barangsiapa  yang suka dibayar (mendapat) pahala yang  banyak (sempurna) ketika ia  bershalawat untuk kami, ahlul bait,  maka ucapkanlah :
 اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ النَّبِيِّ مُحَمَّدٍ وَأزْوَاجِهِ اُمَّهَاتِ اْلـمُؤْمِنِيْنَ وَذُرِّيَتِهِ وَأهْلِ بَيْتِهِ كَمَا صَلَّيْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
(Ya  Allah, berilah rahmat kepada Nabi  Muhammad, istri-istrinya ibunya kaum  mukminin, keturunannya, dan  keluarganya sebagaimana Engkau telah memberi  rahmat kepada Nabi  Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha  Mulia)”. (HR. Abu  Daud).
Allah swt. mengajak hamba-hamba-Nya   untuk bershalawat atas Nabi Muhammad saw. tentu bukan tanpa manfaat dan   hikmah, khususnya bagi mereka yang membacanya. Diantara beberapa   keutamaan bershalawat adalah :
 - Mendapat syafa‘at al-‘uzma Nabi Muhammad saw. di hari kiamat nanti pada saat kebangkitan di saat seluruh umat manusia berusaha mencari pertolongan demi keselamatan diri mereka. Hal ini sebagaimana dikemukakan Rasulullah saw. di dalam hadisnya :
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ عَنِ النَّبِيِّ صَلىَّ الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَنَّهُ قَالَ إِذَا سَمِعْـتُمُ اْلـمُؤَذِّنَ فَقُلُوْا مِثْلَ مَا يَقُوْلُ ثُمَّ صَلُّوْا عَلَيَّ فَإِنَّهُ مَنْ صَلىَّ عَلَيَّ مَرَّةً صَلىَّ الله ُ عَلَيْهِ عَشْرًا ثُمَّ سِلُوا الله َ لِيَ اْلوَسِيْلَةَ فَإِنَّهَا دَرَجَةٌ فِى اْلجَـنَّةِ لاَ تَنْـَبغِى إِلاَّ لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللهِ وَاَرْجُوْ اَنْ اَكُوْنَ اَناَ ذَلِكَ اْلعَبْدُ فَمَنْ سَاَلَ الله َ لِيَ الْوَسِيْلَةَ حَلَّتْ عَلَيْهِ شَفَاعَتِى يَوْمَ اْلقِيَامَةِ — رواه مسلم
Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Umar dari Nabi saw. bahwasanya beliau bersabda, “Apabila kalian mendengar muadzdzin sedang adzan maka jawablah seperti apa yang ia katakan kemudian bershalawatlah atasku karena sesungguhnya orang yang bershalawat atasku sekali maka Allah akan bershalawat (merahmati) untuknya sepuluh kali lipat. Lalu memohonlah kepada Allah suatu perantara untukku karena sesungguhnya derajat di surga tidak akan diberikan kecuali kepada seorang hamba dari hamba-hamba Allah. Dan aku berharap supaya aku menjadi hamba tersebut. Maka barangsiapa yang memohon kepada Allah bagiku suatu perantara maka ia akan mendapatkan syafaatku di hari kiamat”. (HR. Muslim).
- Mendapatkan pahala kebaikan berlipat ganda sebagaimana dijelaskan dalam hadis di atas.
- Dimudahkan oleh Allah segala urusannya, baik di dunia dan akhirat.
Al-Qur’an  surat al-Ahzab ayat 56  memberitakan keagungan dan kemuliaan Nabi  Muhammad saw. di antara  seluruh makhluk yang ada di ‘arsy,  langit, bumi dan alam  semesta. Begitu agungnya sehingga Allah yang  menciptakannya beserta  para malaikat memujinya dan selalu bershalawat  untuknya. Oleh karena  itu, bila Allah saja membaca shalawat maka  manusia, terutama  orang-orang yang beriman harus ikut memuji dan  bershalawat kepada Nabi  Muhammad saw.
 
Membaca shalawat, selain  bernilai  ibadah, juga termasuk salah satu cara menghormati dan  memuliakan nabi.  Namun, membaca shalawat saja tidaklah cukup dan justru  tidak akan  mendapatkan syafaat beliau jika tidak dibarengi menjadikannya  teladan  dalam kehidupan, mematuhi segala perintah dan ajarannya, serta   meninggalkan segala larangan dan perkara yang dibencinya. Apabila hal   itu tidak dilaksanakan, maka bukan syafaat dan surga yang didapat, akan   tetapi neraka dan murka Allah sebab ini termasuk perbuatan yang   menyakiti Allah dan rasul-Nya. Di dalam al-Qur’an dijelaskan :
 إن الذين يؤذون الله ورسوله لعنهم الله في الدنيا والآخرة وأعد لهم عذابا مهينا . والذين يؤذون المؤمنين والمؤمنات بغير ما اكتسبوا فقد احتملوا بهتانا وإثما مبينا
“Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti  Allah dan Rasul-Ny,.  Allah akan melaknatnya di dunia dan di akhirat  serta menyediakan baginya  siksa yang menghinakan. Dan orang-orang yang  menyakiti orang-orang yang  mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang  mereka perbuat, maka  sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan  dosa yang nyata”. (QS.  al-Ahzab: 57 – 58).
 :
Ahmad bin ‘Abdul Halim bin  Taimiyyah al-Harani, Kutub wa Rasail wa Fatawa Ibn Taimiyyah fi  al-‘Aqidah, Juz 1, (Maktabah Ibnu Taymiyyah, tth.).
 
Ahmad bin  Muhammad bin Muhammad bin ‘Ali bin Hajar al-Haitami, al-Shawa‘iq  al-Muharriqah, (Beirut, Muassisah al-Risalah, 1997).
 
Ahmad  Musthofa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, Jilid 7 dan 8, (Dar  al-Fikr, 1973).
 
Ahmad Syalabi, Sejarah dan  Kebudayaan Islam, (Jakarta: Jayamurni, 1970).
 
Hasan  Mughni, Syair-Syair dan Nadoman (Basa Sunda) Ngamuat Pelajaran Agama,  (Kuningan, tth.).
 
Husin al-Habsyi, Kamu al-Kautsar,  (Surabaya: PP. Assegaff dan PP. Alawy, 1977).
 
Rus’an, Lintasan Sejarah  Islam di Zaman Rasulullah saw., (Semarang: Wicaksana, 1981).
*) Disusun oleh Miftahul Khaer, S.Th.I. Tulisan ini dibuat dalam rangka menyambut dan memperingati kelahiran Nabi Muhammad saw.
 








 

 
 



Tidak ada komentar:
Posting Komentar