Kamis, 03 April 2014

Mayoritas Tidak Memahami Makna Laa Ilaah Illallah


Mayoritas kaum muslimin sekarang ini yang telah bersaksi Laa Ilaaha Illallah (Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah) tidak memahami makna Laa Ilaaha Illallah dengan baik, bahkan barangkali mereka memahami maknanya dengan pemahaman yang terbalik sama sekali. Saya akan memberikan suatu contoh untuk hal itu : Sebagian di antara mereka (Dia adalah Syaikh Muhammad Al-Hasyimi, salah seorang tokoh sufi dari thariqah Asy-Syadziliyyah di Suriah kira-kira 50 tahun yang lalu) menulis suatu risalah  tentang makna Laa Ilaaha Illallah, dan menafsirkan dengan “Tidak ada Rabb (pencipta dan pengatur) kecuali Allah” !! Orang-orang musyrik pun memahami makna seperti itu, tetapi keimanan mereka terhadap makna tersebut tidaklah bermanfaat bagi mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Artinya : Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka : ‘Siapakah yang menciptakan langit dan bumi ?’ Tentu mereka akan menjawab : ‘Allah’. ” [Luqman : 25].
Orang-orang musyrik itu beriman bahwa alam semesta ini memiliki Pencipta yang tidak ada sekutu bagi-Nya, tetapi mereka menjadikan tandingan-tandingan bersama Allah dan sekutu-sekutu dalam beribadah kepada-Nya. Mereka beriman bahwa Rabb (pengatur dan pencipta) adalah satu (esa), tetapi mereka meyakini bahwa sesembahan itu banyak. Oleh karena itu, Allah membantah keyakinan ini yang disebut dengan ibadah kepada selain Allah di samping beribadah kepada Allah melalui firman-Nya :
“Artinya : Dan orang-orang yang mengambil perlindungan selain Allah (berkata) : ‘Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya’”. [Az-Zumar : 3].
Kaum musyrikin dahulu mengetahui bahwa ucapan Laa Ilaaha Illallah mengharuskannya untuk berlepas diri dari peribadatan kepada selain Allah Azza wa Jalla. Adapun mayoritas kaum muslimin sekarang ini, menafsirkan kalimat thayyibah Laa Ilaaha Illallah ini dengan : “Tidak ada Rabb (pencipta dan pengatur) kecuali Allah”. Padahal apabila seorang muslim mengucapkan Laa Ilaaha Illallah dan dia beribadah kepada selain Allah disamping beribadah kepada Allah, maka dia dan orang-orang musyrik adalah sama secara aqidah, meskipun secara lahiriah adalah Islam, karena dia mengucapkan lafazh Laa Ilaaha Illallah, sehingga dengan ungkapan ini dia adalah seorang muslim secara lafazh dan secara lahir. Dan ini termasuk kewajiban kita semua sebagai da’i Islam untuk menda’wahkan tauhid dan menegakkan hujjah kepada orang-orang yang tidak mengetahui makna Laa Ilaaha Illallah dimana mereka terjerumus kepada apa-apa yang menyalahi Laa Ilaaha Illallah. Berbeda dengan orang-orang musyrik, karena dia enggan mengucapkan Laa Ilaaha Illallah, sehingga dia bukanlah seorang muslim secara lahir maupun batin. Adapun mayoritas kaum muslimin sekarang ini, mereka orang-orang muslim, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Artinya : Apabila mereka mengucapkan (Laa Ilaaha Illallah), maka kehormatan dan harta mereka terjaga dariku kecuali dengan haknya, dan perhitungan mereka atas Allah Subhanahu wa Ta’ala”. ]Hadits Shahih diriwayatkan oleh Al-Bukhari (25) dan pada tempat lainnya, dan Muslim (22), dan selainnya, dari hadits Ibnu Umar Radhiyallahu anhum]
Oleh karena itu, saya mengatakan suatu ucapan yang jarang terlontar dariku, yaitu : Sesungguhnya kenyataan mayoritas kaum muslimin sekarang ini adalah lebih buruk daripada keadaan orang Arab secara umum pada masa jahiliyah yang pertama, dari sisi kesalahpahaman terhadap makan kalimat tahyyibah ini, karena orang-orang musyrik Arab dahulu memahami makna Laa Ilaaha Illallah, tetapi mereka tidak mengimaninya. Sedangkan mayoritas kaum muslimin sekarang ini mereka mengatakan sesuatu yang tidak mereka yakini, mereka mengucapkan : ‘Laa Ilaaha Illallah’ tetapi mereka tidak mengimani -dengan sebenarnya- maknanya. (Mereka menyembah kubur, menyembelih kurban untuk selain Allah, berdo’a kepada orang-orang yang telah mati, ini adalah kenyataan dan hakikat dari apa-apa yang diyakini oleh orang-orang syi’ah rafidhah, shufiyah, dan para pengikut thariqah lainnya. berhaji ke tempat pekuburan dan tempat kesyirikan dan thawaf di sekitarnya serta beristighatsah (meminta tolong) kepada orang-orang shalih dan bersumpah dengan (nama) orang-orang shalih adalah merupakan keyakinan-keyakinan yang mereka pegang dengan kuat).
Oleh karena itu, saya meyakini bahwa kewajiban pertama atas da’i kaum muslimin yang sebenarnya adalah agar mereka menyeru seputar kalimat tauhid ini dan menjelaskan maknanya secara ringkas. Kemudian dengan merinci konsekuensi-kosekuensi kalimat thayyibah ini dengan mengikhlaskan ibadah dan semua macamnya untuk Allah, karena ketika Allah Azza wa Jalla menceritakan perkataan kaum musyrikin, yaitu :
“Artinya : Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. [Az-Zumar : 3]
Allah menjadikan setiap ibadah yang ditujukan bagi selain Allah sebagai kekufuran terhadap kalimat thayyibah Laa Ilaaha Illallah.
Oleh karena itu, pada hari ini saya berkata bahwa tidak ada faedahnya sama sekali upaya mengumpulkan dan menyatukan kaum muslimin dalam satu wadah, kemudian membiarkan mereka dalam kesesatan mereka tanpa memahami kalimat thayyibah ini, yang demikian ini tidak bermanfaat bagi mereka di dunia apalagi di akhirat !.
Kami mengetahui sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
“Artinya : Barangsiapa mati dan dia bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah dengan ikhlas dari hatinya, maka Allah mengharamkan badannya dari Neraka” dalam riwayat lain : “Maka dia akan masuk Surga”. [Hadits Shahih, diriwayatkan oleh Ahmad (5/236), Ibnu Hibban (4) dalam Zawa'id dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah (3355)].
Maka mungkin saja orang yang mengucapkan kalimat thayyibah dengan ikhlas dijamin masuk Surga. meskipun setelah mengucapkannya menerima adzab terlebih dahulu. Orang yang meyakini keyakinan yang benar terhadap kalimat thayyibah ini, maka mungkin saja dia diadzab berdasarkan perbuatan maksiat dan dosa yang dilakukannya, tetapi pada akhirnya tempat kembalinya adalah Surga.
Dan sebaliknya barangsiapa mengucapkan kalimat tauhid ini dengan lisannya, sehingga iman belum masuk kedalam hatinya, maka hal itu tidak memberinya manfaat apapun di akhirat, meskipun kadang-kadang memberinya manfaat di dunia berupa kesalamatan dari diperangi dan dibunuh, apabila dia hidup di bawah naungan orang-orang muslim yang memiliki kekuatan dan kekuasaan. Adapun di akhirat, maka tidaklah memberinya manfaat sedikitpun kecuali apabila :
Dia mengucapkan dan memahami maknanya.
Dia meyakini makna tersebut, karena pemahaman semata tidaklah cukup kecuali harus dibarengi keimanan terhadap apa yang dipahaminya.
Saya menduga bahwa kebanyakan manusia lalai dari masalah ini ! Yaitu mereka menduga bahwa pemahaman tidak harus diiringi dengan keimanan. Padahal sebenarnya masing-masing dari dua hal tersebut (yaitu pemahaman dan keimanan) harus beriringan satu sama lainnya sehingga dia menjadi seorang mukmin. Hal itu karena kebanyakan ahli kitab dari kalangan Yahudi dan Nashrani mengetahui bahwa Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang rasul yang benar dalam pengakuannya sebagai seorang rasul dan nabi, tetapi pengetahuan mereka tersebut yang Allah Azza wa Jalla telah mepersaksikannya dalam firman-Nya.
“Artinya : Mereka (ahlul kitab dari kalangan Yahudi dan Nashara) mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri ….” [Al-Baqarah : 146 & Al-An'am : 20]
Walaupun begitu, pengetahuan itu tidak bermanfaat bagi mereka sedikitpun ! Mengapa ? Karena mereka tidak membenarkan apa-apa yang diakui oleh beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berupa nubuwah (kenabian) dan risalah (kerasulan). Oleh karena itu keimanan harus didahului dengan ma’rifah (pengetahuan). Dan tidaklah cukup pengetahuan semata-mata, tanpa diiringi dengan keimanan dan ketundukan, karena Al-Maula Jalla Wa’ ala berfirman dalam Al-Qur’an :
“Artinya : Maka ketahuilah bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah dan mohon ampunlah atas dosa mu …….” [Muhammad : 19].
Berdasarkan hal itu, apabila seorang muslim mengucapkan Laa Ilaaha Illallah dengan lisannya, maka dia harus menyertakannya dengan pengetahuan terhadap kalimat thayyibah tersebut secara ringkas kemudian secara rinci. Sehingga apabila dia mengetahui, membenarkan dan beriman, maka dia layak untuk mendapatkan keutamaan-keutamaan sebagaimana yang dimaksud dalam hadits-hadits yang telah saya sebutkan tadi, diantaranya adalah sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai isyarat secara rinci :
“Artinya : Barangsiapa mengucapkan Laa Ilaaha Illallah, maka bermanfaat baginya meskipun satu hari dari masanya”. [Hadits Shahih. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam As-Silsilah Ash-Shahihah (1932) dan beliau menyandarkan kepada Sa'id Al-A'rabi dalam Mu'jamnya, dan Abu Nu'aim dalam Al-Hidayah (5/46) dan Thabrani dalam Mu'jam Al-Ausath (6533), dan daia dari Hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu]
Yaitu : Kalimat thayyibah ini -setelah mengetahui maknanya- akan menjadi penyelamat baginya dari kekekalan di Neraka. Hal ini saya ulang-ulang agar tertancap kokoh di benak kita.
Bisa jadi, dari tidak melakukan konsekuensi-konsekuensi kalimat thayyibah ini berupa penyempurnaan dangan amal shalih dan meninggalkan segala maksiat, akan tetapi dia selamat dari syirik besar dan dia telah menunaikan apa-apa yang dituntut dan diharuskan oleh syarat-syarat iman berupa amal-amal hati -dan amal-amal zhahir/lahir, menurut ijtihad sebagian ahli ilmu, dalam hal ini terdapat perincian yang bukan disini tempat untuk membahasnya- (Ini adalah aqidah Salafus Shalih, dan ini merupakan batas pemisah kita dengan khawarij dan murji’ah). Da dia berada dibawah kehendak Allah, bisa jadi dia masuk ke Neraka terlebih dahulu sebagai balasan dari kemaksiatan-kemaksiatan yang dia lakukan atau kewajiban-kewajiban yang ia lalaikan, kemudian kalimat thayyibah ini menyelamtkan dia atau Allah memaafkannya dengan karunia dan kemuliaan-Nya. Inilah makna sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu :
Artinya : Barangsiapa mengucapkan Laa Ilaaha Illallah, maka ucapannya ini akan memberi manfaat baginya meskipun satu hari dari masanya”. [Hadits Shahih. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam As-Silsilah Ash-Shahihah (1932) dan beliau menyandarkan kepada Sa'id Al-A'rabi dalam Mu'jamnya, dan Abu Nu'aim dalam Al-Hidayah (5/46) dan Thabrani dalam Mu'jam Al-Ausath (6533), dan daia dari Hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu]
Adapun orang yang mengucapkan dengan lisannya tetapi tidak memahami maknanya, atau memahami maknanya tetapi tidak mengimani makna tersebut, maka ucapan Laa Ilaaha Illaallah-nya tidak memberinya manfaat di akhirat, meskipun di dunia ucapan tersebut masih bermanfaat apabila ia hidup di bawah naungan hukum Islam.
Oleh karena itu, harus ada upaya untuk memfokuskan da’wah tauhid kepada semua lapisan masyarakat atau kelompok Islam yang sedang berusaha secara hakiki dan bersungguh-sungguh untuk mencapai apa yang diserukan oleh seluruh atau kebanyakan kelompok-kelompok Islam, yaitu merealisasikan masyarakat yang Islami dan mendirikan negara Islam yang menegakkan hukum Islam di seluruh pelosok bumi manapun yang tidak berhukum dengan hukum yang Allah turunkan.
Kelompok-kelompok tersebut tidak mungkin merealisasikan tujuan yang telah mereka sepakati dan mereka usahakan dengan sungguh-sungguh, kecuali memulainya dengan apa-apa yang telah dimulai oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, agar tujuan tersebut bisa menjadi kenyataan.

*********


_______________________________
[Disalin dari buku At-Tauhid Awwalan Ya Du'atal Islam, edisi Indonesia TAUHID, Prioritas Pertama dan Utama, oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, hal 16-26, terbitan Darul Haq, penerjemah Fariq Gasim Anuz]
Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=144&bagian=0

Melestarikan Tauhid Dengan Dzikir dan Syukur


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan orang yang mengingat Rabbnya dengan orang yang tidak mengingat Rabbnya adalah seperti perumpamaan orang yang hidup dengan orang yang sudah mati.” (HR. Bukhari dan Muslim)
 Syaikhul Islam mengatakan, “Dzikir bagi hati laksana air bagi ikan. Lantas apakah yang akan terjadi pada seekor ikan apabila dia dipisahkan dari air?” (Lihat Al Wabil Ash Shayyib oleh Ibnul Qayyim)


Kaitan Syukur dengan Tauhid
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab mengatakan dalam mukadimah Al Qawa’id Al Arba’, “Aku memohon kepada Allah yang Maha mulia Rabb pemilik arsy yang agung, semoga Dia senantiasa menolongmu dalam kehidupan dunia dan akhirat. Semoga Dia menjadikanmu senantiasa diberkahi di manapun engkau berada dan menjadikanmu bersyukur apabila diberi karunia, bersabar apabila mendapat coba, dan memohon ampun apabila terjatuh dalam dosa, karena sesungguhnya ketiga hal itulah lambang kebahagiaan.”
Syaikh Shalih Alusy Syaikh mengatakan,”Syukur memiliki kaitan erat dengan tauhid. Tatkala sang imam (Syaikh Muhammad bin abdul Wahhab) rahimahullah menyebutkan do’a untuk kita supaya bersyukur atas karunia, bersabar atas musibah dan istighfar ketika berbuat dosa, seolah-olah beliau sedang mengarahkan pandangan matanya kepada kondisi yang dialami kaum yang bertauhid. Beliau berbicara dengan mereka tentang suatu kewajiban yang harus senantiasa mereka tunaikan. Sebab seorang yang telah bertauhid mendapatkan karunia yang sangat besar, tidak ada lagi nikmat lain yang menandinginya. Nikmat itu adalah keberadaannya di atas ajaran Islam yang lurus. Nikmat itulah yang membuatnya bisa tegak di atas prinsip tauhid yang murni. Tauhid itulah yang menjadi sebab Allah menjanjikan kebahagiaan di dunia dan di akhirat bagi orang-orang yang merealisasikannya.” ( Syarh Qawa’id Arba’)
Syaikh Shalih melengkapi keterangannya, “Apabila berdosa maka diapun beristighfar”. Dalam diri seorang muwahhid juga terdapat unsur ketidaktaatan. Dia tidaklah terlepas dari perbuatan dosa, yang kecil maupun yang besar. Sedangkan salah satu Asma’ Allah adalah Al Ghafuur (Maha Pengampun) maka pengaruh hukum dari Asma itu pasti terwujud pada alam serta kerajaan-Nya. Karena itulah Allah mencintai hamba-Nya yang bertauhid lagi ikhlash untuk senantiasa meminta ampunan. Seorang muwahhid pasti mengalami hal itu.”
“Apabila seorang hamba meninggalkan keagungan istighfar ini, niscaya dia akan tertimpa kesombongan. Padahal kesombongan akan menghapuskan banyak pahala amal perbuatan. Karena latar belakang itulah beliau (Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah) mengatakan di sini,”Apabila berdosa maka diapun beristighfar. Karena sesungguhnya ketiga hal itu adalah simbol kebahagiaan sejati”. Maka ini artinya hal itu pasti terjadi terhadap setiap muwahhid. Hal itu mencakup bersyukur ketika mendapat karunia, bersabar ketika tertimpa coba dan beristighfar ketika berbuat dosa dan maksiat. Semakin besar pengenalan seorang hamba terhadap Tuhannya niscaya ketiga hal inipun akan semakin kuat tertancap di dalam jiwanya. Dan semakin besar ruang tauhid dalam hati seorang hamba niscaya ketiga hal ini pun turut membesar. Dengan sikap demikian niscaya akan melahirkan seorang hamba yang tidak lagi memandang selain keridhaan Allah jalla wa ‘ala dalam melaksanakan amal maupun aktifitas hidupnya, dia tidak mau mempersembahkan sedikitpun amalnya untuk selain-Nya. Apabila dia telah lalai dari hal itu maka istighfar yang diucapkannya bukanlah istighfar yang sebenarnya.” ( Syarh Qawa’id Arba’)

Berdzikir dan Bersyukur

Allah ta’ala berfirman,


فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ

“Ingatlah kepada-Ku, Aku juga akan ingat kepada kalian. Dan bersyukurlah kepada-Ku, janganlah kalian kufur.” (Qs. Al Baqarah [2]: 152)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah menjelaskan, “Dzikir kepada Allah ta’ala yang paling utama adalah dengan menyesuaikan isi hati dengan dzikir yang diucapkan oleh lisan. Itulah dzikir yang dapat membuahkan pengenalan kepada Allah, rasa cinta kepada-Nya, dan pahala yang melimpah dari-Nya. Dzikir adalah bagian terpenting dari syukur.
Oleh sebab itu Allah memerintahkannya secara khusus, kemudian sesudahnya Allah memerintahkan untuk bersyukur secara umum. Allah berfirman yang artinya, “Maka bersyukurlah kepada-Ku.”
Yaitu bersyukurlah kalian atas nikmat-nikmat ini yang telah Aku karuniakan kepada kalian dan atas berbagai macam bencana yang telah Aku singkirkan sehingga tidak menimpa kalian….”
“Disebutkannya perintah untuk bersyukur setelah penyebutan berbagai macam nikmat diniyah yang berupa ilmu, penyucian akhlak, dan taufik untuk beramal, maka itu menjelaskan bahwa sesungguhnya nikmat diniyah adalah nikmat yang paling agung. Bahkan, itulah nikmat yang sesungguhnya. Apabila nikmat yang lain lenyap, nikmat tersebut masih tetap ada.
Sudah selayaknya setiap orang yang telah mendapatkan taufik (dari Allah) untuk berilmu atau beramal untuk bersyukur kepada Allah atas nikmat itu. Hal itu supaya Allah menambahkan karunia-Nya kepada mereka. Dan juga, supaya lenyap perasaan ujub (kagum diri) dari diri mereka. Dengan demikian, mereka akan terus disibukkan dengan bersyukur.”
“Karena lawan dari syukur adalah ingkar/kufur, Allah pun melarang melakukannya. Allah berfirman (yang artinya), “Dan janganlah kalian kufur”. Yang dimaksud dengan kata ‘kufur’ di sini adalah yang menjadi lawan dari kata syukur. Maka, itu berarti kufur di sini bermakna tindakan mengingkari nikmat dan menentangnya, tidak menggunakannya dengan baik. Dan bisa jadi maknanya lebih luas daripada itu, sehingga ia mencakup banyak bentuk pengingkaran. Pengingkaran yang paling besar adalah kekafiran kepada Allah, kemudian diikuti oleh berbagai macam perbuatan kemaksiatan yang beraneka ragam jenisnya dari yang berupa kemusyrikan sampai yang ada di bawah-bawahnya.” ( Taisir Karimir Rahman, hal. 74)
Adh Dhahak bin Qais mengatakan, “Ingatlah kepada Allah di saat senang, niscaya Dia akan mengingat kalian di saat sulit.” ( Jami’ul ‘Ulum, hal. 248) Ada lelaki berkata kepada Abud Darda’, “Berilah saya wasiat.” Beliau menjawab, “Ingatlah Allah di waktu senang, niscaya Allah ‘azza wa jalla akan mengingatmu di waktu susah.” ( Jami’ul ‘Ulum, hal. 248)

Penopang Tegaknya Agama
Al ‘Allamah Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan di dalam sebuah kitabnya yang penuh faedah yaitu Al Fawa’id, “Bangunan agama ini ditopang oleh dua kaidah: Dzikir dan syukur. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Ingatlah kepada-Ku, Aku juga akan ingat kepada kalian. Dan bersyukurlah kepada-Ku, janganlah kalian kufur.” (QS. Al Baqarah [2] : 152).”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Mu’adz, “Demi Allah, aku benar-benar mencintaimu. Maka janganlah kamu lupa untuk membaca doa di setiap akhir shalat: ‘Allahumma a’innii ‘ala dzikrika wa syukrika, wa husni ‘ibaadatik.’ (Ya Allah, bantulah aku untuk mengingat-Mu dan bersyukur kepada-Mu, serta agar bisa beribadah dengan baik kepada-Mu).” (HR. An Nasa’i [1303] dalam pembahasan Sujud Sahwi, Abu Dawud [1522] dalam pembahasan Shalat, dan Ahmad [21614] dari jalan Abdurrahman Al Hubla dari Ash Shonabihi dari Mu’adz bin Jabal, disahihkan Al Albani dalam Sahih Sunan Abu Dawud. ( Tahqiq Al Fawa’id))
“Bukanlah yang dimaksud dengan dzikir di sini sekedar berdzikir dengan lisan. Namun, dzikir dengan hati sekaligus dengan lisan. Berdzikir/mengingat Allah mencakup mengingat nama-nama dan sifat-sifat-Nya, mengingat perintah dan larangan-Nya, mengingat-Nya dengan membaca firman-firman-Nya.
Itu semua tentunya akan melahirkan ma’rifatullah (pengenalan terhadap Allah), keimanan kepada-Nya, serta keimanan kepada kesempurnaan dan keagungan sifat-sifat-Nya.
Selain itu, ia akan membuahkan berbagai macam sanjungan yang tertuju kepada-Nya. Sementara itu semua tidak akan sempurna apabila tidak dilandasi dengan ketauhidan kepada-Nya. Maka dzikir yang hakiki pasti akan melahirkan itu semuanya. Dan ia juga akan melahirkan kesadaran mengingat berbagai macam kenikmatan, anugerah, serta perbuatan baik-Nya kepada makhluk-Nya.”
“Adapun syukur adalah mengabdi kepada Allah dengan menaati-Nya, mendekatkan diri kepada-Nya dengan hal-hal yang dicintai-Nya, baik yang bersifat lahir ataupun batin. Dua perkara inilah simpul ajaran agama. Mengingat-Nya akan melahirkan pengenalan (hamba) kepada-Nya.
Dan dalam bersyukur kepada-Nya terkandung ketaatan kepada-Nya. Kedua perkara inilah tujuan diciptakannya jin dan manusia, langit dan bumi serta segala sesuatu yang berada di antara keduanya. Lawan dari tujuan ini adalah berupa kebatilan (kesia-siaan) dan main-main belaka. Allah Maha tinggi dan Maha suci dari perbuatan semacam itu. Seperti itulah anggapan buruk yang ada pada diri musuh-musuh-Nya.”
“Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan tidaklah Kami menciptakan langit dan bumi serta apa-apa yang ada di antara keduanya sia-sia, itulah yang disangka oleh orang-orang kafir itu.” (Qs. Shad [38]: 27)
Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan tidaklah Kami menciptakan langit dan bumi serta apa yang berada di antara keduanya sekedar bermain-main saja. Tidaklah Kami menciptakan keduanya kecuali dengan tujuan yang benar.” (Qs. Ad Dukhan [44]: 38-39)
Allah juga berfirman yang artinya, “Dan tidaklah Kami menciptakan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya kecuali dengan tujuan yang benar, dan sesungguhnya hari kiamat itu pasti datang.” (Qs. Al Hijr [15]: 85)
Allah berfirman setelah menyebutkan tanda-tanda kebesaran-Nya di awal surat Yunus yang artinya, “Tidaklah Allah menciptakan hal itu semua kecuali dengan maksud yang benar.” (Qs. Yunus [10]: 5)
Allah berfirman yang artinya, “Apakah manusia mengira dia ditinggalkan begitu saja.” (Qs. Al Qiyamah [75]: 36). Allah berfirman pula yang artinya, “Apakah kalian mengira kalau Kami menciptakan kalian hanya sia-sia dan kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (Qs. Al Mu’minun [23]: 115)
Allah berfirman yang artinya, “Dan tidaklah Kami menciptkan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (Qs. Adz Dzariyat [51]: 56)
Dalam ayat lainnya, “Allah lah yang menciptakan tujuh lapis langit dan bumi seperti itu pula. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah maha kuasa atas segala sesuatu dan Allah ilmunya meliputi segala sesuatu.” (Qs. Ath Thalaq [65]: 12)
Allah berfirman yang artinya, “Allah menjadikan ka’bah yaitu baitul haram sebagai kiblat sholat bagi umat manusia, demikian pula bulan haram, hadyu dan qalaa’id. Itu semua agar kalian mengetahui allah mengetahui segala sesuatu yang ada di langit dan segala yang ada di bumi, dan bahwasanya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (Qs. Al Maa-idah [5]: 97).”
“Maka dengan disebutkannya ayat-ayat tersebut telah terbukti bahwasanya tujuan penciptaan dan perintah ialah agar Allah diingat dan disyukuri. Sehingga Dia akan selalu diingat dan tidak dilupakan. Akan selalu disyukuri dan tidak diingkari. Allah Yang Maha suci akan mengingat siapa saja yang mengingat diri-Nya. Dan Allah juga akan berterima kasih (membalas kebaikan) kepada siapa saja yang bersyukur kepada-Nya.
Mengingat Allah adalah sebab Allah mengingat hamba. Dan bersyukur kepada-Nya adalah sebab Allah menambahkan nikmat-Nya. Maka dzikir lebih terfokus untuk kebaikan hati dan lisan. Syukur dari hati dalam bentuk rasa cinta dan taubat yang disertai ketaatan. Adapun di lisan, syukur itu akan tampak dalam bentuk pujian dan sanjungan. Dan syukur juga akan muncul dalam bentuk ketaatan dan pengabdian oleh segenap anggota badan.” ( Al Fawa’id, hal. 124-125)
Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammadin wa ‘ala aalihi wa shahbihi wa sallam. Walhamdulillaahi Rabbil ‘alamiin.


*********


 ____________________________________
Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi Al Jukjakarti.
www.muslim.or.id

ARTIKEL - ARTIKEL ISLAM PILIHAN

Keutamaan Istighfar dan Penghulu Doa Meminta Ampun


Musibah banjirSalah satu hal yang sering diingatkan oleh ayah saya ketika mendapatkan musibah atau melakukan kesalahan adalah beristighfar. Bahkan hanya mendapatkan musibah atau kesalahan yang kelihatan sepele sekalipun, seperti lupa sesuatu atau salah ucap, maka ayah mengingatkan saya untuk beristighfar dan meminta ampun kepada Allah. Bisa jadi itu semua terjadi diakibatkan dosa-dosa yang pernah saya lakukan. Sungguh sebuah nasihat yang sederhana namun berharga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang ma’sum saja dalam sehari beristighfar paling tidak 100 kali. Salah satu dzikir pagi petang yang beliau contohkan adalah ucapan Astaghfirullah wa atuubu ilaihi  sebanyak 100 kali.
Berkaitan dengan istighfar ini ada sebuah atsar dari Hasan al-Bashri rahimahullah.
Seseorang mengadukan kepada Hasan al-Bashri tentang musim paceklik yang terjadi. Lalu al-Hasan menasehatkan,
Baca lebih lanjut

Bagaimana Para Ulama Menjaga Hadits



Sesungguhnya Kami telah menurunkan Adz Dzikra dan Kami lah yang akan menjaganyaAllah telah berjanji untuk menjaga Adz Dzikra dalam firman-Nya:

إنا نحن نزلنا الذكر وإنا له لحافظون
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Adz Dzikra dan kamilah yang akan menjaganya.” (QS Al Hijir : 9)
Dan masuk ke dalam makna Adz Dzikra adalah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam karena Allah Ta’ala berfirman dalam ayat lain:

وأنزلنا إليك الذكر لتبين للناس ما نزل إليهم ولعلهم يتفكرون
“Dan Kami telah menurunkan Adz Dzikra agar engkau menjelaskan kepada mereka apa yang diturunkan kepada mereka dan agar mereka berfikir.” (QS An Nahl : 44)
Ayat ini menunjukkan bahwa Adz Dzikra yang dimaksud adalah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam karena ia berfungsi menjelaskan Al Qur’an yang diturunkan kepada mereka. Baca lebih lanjut

Perusak-perusak Niat dan Obatnya



Perusak niat

1. Kebodohan

Kebodohan adalah musibah yang besar menimpa kehidupan manusia, dan menjadikannya terjerumus ke dalam berbagai macam penyimpangan dan kesesatan, seorang penya’ir berkata[1],
 Kebodohan sebelum maut adalah kematian untuk pemiliknya
Dan badan mereka menjadi kuburan sebelum dikuburkan
Roh mereka tidak tenang di dalam jasad mereka
Tidak ada tempat kembali walaupun hari nusyur.
Berilmu tentang hukum suatu ibadah adalah syarat sah niat sehingga ketika seorang hamba beribadah ia dapat menentukan (ta’yin) niatnya dengan benar, maka bila ia tidak mengetahui hukum sebuah ibadah; wajibkah atau sunahkah, tentu ia tidak dapat menta’yinnya dengan benar terlebih jika ibadah tersebut disyaratkan padanya menta’yin niat Baca lebih lanjut

Kaidah-Kaidah Penting dalam Ittiba’ (Mengikuti Sunnah Rasulullah)



Kaidah Penting dalam IttibaDalam ber-ittiba’, yaitu meneladani dan mencontoh tuntunan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, terdapat beberapa kaidah penting yaitu:

1. Agama Islam dibangun di atas wahyu dan dalil yang shahih, bukan akal dan pendapat

Maka jika datang suatu perintah ataupun larangan dari Kitabullah atau sunnah (hadits) Rasul-Nya Shallallahu’alaihi Wasallam, wajib bagi menerimanya dan bersegera untuk menerapkannya dengan melaksanakan perintah atau menjauhi larangan. Oleh karena itu dahulu para salaf rahimahumullah berjalan mengikuti nash-nash. Mereka menghukumi seseorang di atas jalan yang benar selama dia mengikuti atsar.[1]
Zuhri berkata, “Risalah datangnya dari Allah, kewajiban Rasul Shallallahu’alaihi Wasallam adalah menyampaikan dan kewajiban kita adalah menerimanya.”[2] Baca lebih lanjut

Makna Ayat ‘Wahuwa Ma’akum Aina Maa Kuntum’ (QS. Al-Hadiid: 4)



Dimanakah Allah?Saat pemilihan ketua BEM – ketika masih kuliah dulu – seorang teman saya bertanya kepada salah seorang kandidat: “Ainallaah?” (Dimanakah Allah). Sang kandidat menjawab dengan menggunakan ayat:

وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ
Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada.” [QS. Al-Hadiid : 4]
Jadi gimana? Allah ada dimana-mana? Tidak jelas jawabannya, mengambang. Sebagian saudara-saudara kita (yang mengaku) Aswaja pun ada yang menjawab demikian. Bahkan di antara mereka ada yang meyakini berdasarkan ayat tersebut Allah ada di mana-mana, di setiap tempat, dimana pun kita berada.
Berikut sedikit akan saya bawakan beberapa komentar dan pemahaman ulama Ahlus-Sunnah tentang ayat dimaksud. Baca lebih lanjut

Karomah Wali Allah



Karomah Wali AllahAl-Mufassir bermadzhab Asy-Syafi’i Al-Haafiz Ibnu Katsiir rahimahullah berkata dalam tafsirnya:


“Yunus bin ‘Abdil A’la berkata ; “Aku berkata kepada Asy-Syafi’i : Al-Laits bin S’ad berkata : Jika kalian melihat seseorang berjalan di atas air maka janganlah kalian tertipu olehnya hingga kalian menimbang perkaranya di atas Al-Qur’an dan As-Sunnah”Maka Asy-Syafi’i berkata, “Al-Laits rahimahullah masih kurang, bahkan jika kalian melihat seseorang berjalan di atas air dan terbang di atas udara maka janganlah terpedaya olehnya hingga kalian menimbang perkaranya di atas Al-Qur’an dan As-Sunnah.” (Tafsiir Al-Qur’an al-’Adziim 1/326. Perkataan Al-Imam Asy-Syafi’i ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Abi Haatim dengan sanadnya dalam kitabnya Aadaab Asy-Syaafi’i wa Manaaqibuhu hal 184) Anggapan yang telah menyebar di sebagian kaum muslimin Baca lebih lanjut

 

Urgensi Segera Menyambut Seruan Allah dan Rasul-Nya Serta Pengaruhnya Terhadap Petunjuk dan Taufik Allah Azza wa Jalla



1. Antara Petunjuk dan Kesesatan

Berkali-kali di dalam al-Qur-an dijelaskan bahwa amal perbuatan yang dilakukan dengan hati dan anggota badan merupakan sebab datangnya dua hal; petunjuk atau kesesatan. Maka sedikit banyaknya perbuatan yang dilakukan seorang hamba dengan hati dan anggota badannya, merupakan penyebab utama datangnya petunjuk atau kesesatan.
Perbuatan yang dilakukan dengan hati dan anggota badan tersebut dapat mendatangkan petunjuk bagi seseorang, layaknya suatu sebab mendatangkan akibat dan pengaruh. Demikian pula yang berlaku pada kesesatan.
Dengan kata lain, semua amal kebajikan yang dilakukan dapat berbuah petunjuk bagi pelakunya. Semakin banyak amal kebajikan yang dilakukan semakin banyak pula petunjuk yang diperoleh. Demikian pula sebaliknya. Semakin banyak perbuatan buruk yang dilakukan, semakin banyak pula Baca lebih lanjut

Mengambil Setiap Kemudahan dalam Islam?



Mengambil setiap kemudahan Islam - RokokBarangkali ada sebagian muslim yang mengatakan musik boleh-boleh saja karena Ibnu Hazm membolehkan musik!
Wanita nikah tanpa wali hukumnya boleh karena mengikuti madzhab Hanafiyah!
Binatang buas tidak haram karena madzhab Malikiyah tidak mengharamkannya!
Melafadzkan niat boleh karena mengikuti madzhab Hanabilah dan Syafi’iyyah!
Apakah kita bebas mengambil setiap pendapat yang ringan karena Islam itu agama yang mudah? Berikut pembahasannya.

عن ابن عمر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إن الله يحب أن تؤتى رخصه كما يكره أن تؤتى معصيته

Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah suka jika rukhshah (keringanan)Nya diamanfaatkan sebagaimana Allah tidak suka jika kemaksiatan dilaksanakan.” (HR Ahmad no 5866, shahih)
Rukhshah dalam bahasa Arab bermakna kelembutan, kelapangan dan kemudahan. Sementara itu dalam bahasa para ulama, rukhshah atau keringanan memiliki dua pengertian:
Pertama: Keringanan hukum yang diberikan oleh syariat. Baca lebih lanjut

Tauhid Bermanfaat Bagi Orang Kafir



Manfaat tauhid bagi orang kafir dan beriman

1. Tauhid Sebagai Tempat Berlindung

Tauhid bisa menjadi tempat berlindung bagi musuh-musuh Allah sekaligus menjadi tempat berlindung bagi para pembela-Nya. Adapun tempat berlindung bagi musuh-musuh-Nya, yakni tauhid dapat menyelamatkan orang-orang musyrik dari segala kesulitan dan malapetaka dunia [saja]. Di dalam satu ayat, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ
“Maka apabila mereka naik kapal mereka mendoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah).” (QS al-Ankabuut: 65)
Adapun perlindungan bagi para pembela-Nya, yakni tauhid bisa menyelamatkan orang yang beriman dari segala kesulitan dan malapetaka dunia dan akhirat.
Oleh karena itu Nabi Yunus berlindung dengan tauhid Baca lebih lanjut

Tiga Masalah Penting Perbedaan Shalat Wanita Dengan Laki-Laki



Perbedaan shalat wanita dengan laki-laki
Ketahuilah, bahwa asal hukum-hukum syar’i tidak ada perbedaan antara wanita dan laki-laki. Termasuk dalam hal ini adalah masalah shalat. Dalam shalat ada beberapa hukum yang kaum wanita berbeda dengan laki-laki, yang paling kami anggap terpenting adalah sebagai berikut:

A. Tempat Berdirinya Wanita Adalah di Belakang Imam

Tidak ada perselisihan antara ahli ilmu bahwa yang sunnah adalah wanita berdiri di belakang laki-laki bila sedang shalat berjama’ah.[1]
Yang mendasari hal ini adalah haditsnya Anas, dia berkata,
Aku shalat bersama seorang anak yatim di rumahku, kami berdiri di belakang Rasulullah, dan ibuku -Ummu Sulaim- berdiri di belakang kami. (HR.Bukhari: 727, Muslim: 658)
Dari Abu Hurairoh bahwasanya Rasulullah bersabda,
“Sebaik-baiknya shof laki-laki adalah yang paling depan, dan yang paling jelek adalah yang paling belakang. Dan sebaik-baiknya shof wanita adalah yang paling belakang, dan yang paling jelek adalah yang paling depan.” (HR Muslim: 440)
Hadits ini menunjukkan bahwa wanita Baca lebih lanjut

Beberapa Tanya Jawab Penting dalam Islam (Bag 2)



14. Apa fitnah yang paling besar yang dialami manusia?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak ada perkara yang lebih besar antara penciptaan Adam sampai hari kiamat melebihi (fitnah) Dajjal.” (HR Muslim)
Tanya jawab penting tentang IslamDajjal adalah seorang laki-laki dari keturunan Adam, keluar pada akhir zaman, di antara kedua matanya tertulisك ف ر (ka–fa–ra) yang bisa dibaca oleh setiap orang yang beriman. Mata kanannya buta, dan biji matanya bagaikan buah anggur yang mengapung. Saat pertama kali keluar dia mengaku sebagai orang shaleh, lalu mengaku sebagai nabi, kemudian mengaku sebagai tuhan. Ia mendatangi suatu kaum dan mengajak mereka pada ajarannya, namun mereka mendustakan dan menolak perkataannya. Lalu dia meninggalkan mereka, lantas harta-harta mereka mengikuti Dajjal, sehingga mereka tidak memiliki apa-apa. Kemudian dia mendatangi kaum lain, lalu ia mengajak mereka kepada ajarannya, lantas mereka menerima dan percaya kepadanya. Dia memerintahkan langit untuk menurunkan hujan, maka turunlah hujan, dan memerintah bumi untuk menumbuhkan, maka tumbuhlah tanaman. Dia mendatangi manusia dengan membawa air dan api. Api yang dibawanya adalah air yang dingin, dan air yang dibawanya adalah api. Sudah sepantasnya setiap orang yang beriman untuk berlindung kepada Allah dari fitnah Dajjal ini pada setiap penghujung shalat, membaca beberapa ayat dari awal Surat al-Kahfi jika bertemu dengannya, dan berusaha menjauhi pertemuan dengannya karena dikhawatirkan terpedaya olehnya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Siapa saja mendengar tentang Dajjal, maka menjauhlah darinya. Demi Allah, sesungguhnya seseorang mendatanginya dan mengira bahwa dia adalah orang yang beriman, lantas dia mengikutinya disebabkan oleh syubhat yang dibawanya.” (HR Abu Daud)
Dajjal berada di muka bumi selama empat puluh hari, di antaranya ada sehari bagaikan setahun, Baca lebih lanjut

Beberapa Tanya Jawab Penting dalam Islam (Bag 1)



Tanya jawab penting tentang IslamDi antara metode atau uslub dalam pendidikan adalah dengan cara tanya jawab. Metode semacam ini banyak terdapat dalam ayat-ayat al-Qur’an dan dalam hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagai salah satu contoh adalah apa yang terdapat dalam sebuah hadits shahih yang cukup terkenal, yaitu hadits Jibril yang datang berupa seorang laki-laki dan bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang Islam, iman dan ihsan. Di akhir hadits tersebut Rasulullah mengatakan, “Wahai Umar, tahukah engkau siapakah orang yang bertanya itu?” Umar menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Kemudian Rasulullah bersabda, “Ia adalah Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajari kalian tentang agama kalian.”
Berikut ini adalah beberapa permasalahan dalam Islam yang cukup penting untuk diketahui oleh seorang muslim dalam bentuk tanya jawab untuk mempermudah dalam memahami dan mengingatnya.*

1. Apakah syarat diterimanya amal shaleh?

Syarat diterimanya amal shaleh:
a. Beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mentauhidkan-Nya. Amalan orang yang berbuat syirik tidak akan diterima.
b. Ikhlas, yakni bahwa amalan shaleh tersebut dilakukan semata-mata karena mengharapkan ridha Allah.
c. Mengikuti tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam amalan itu, dengan cara mengerjakan sesuai dengan apa yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ajarkan. Sehingga Allah tidak diibadahi kecuali dengan apa yang diajarkan oleh beliau.
Jika salah satu dari syarat-syarat itu tidak terpenuhi, maka amalan akan tertolak/tidak diterima. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: Baca lebih lanjut

Meraih Berbagai Pahala dengan Sebuah Amalan: Sebuah Kaidah Fiqih



Meraih banyak pahala dengan sebuah amal. Image courtesy of  http://www.islamicfinder.org
إِذَا اجْتَمَعَتْ عِبَادَتَانِ مِنْ جِنْسٍ وَاحِدٍ اكْتَفَى عَنْهُمَا بِفِعْلٍ وَاحِدٍ إِذَا كَانَ المَقْصُوْدُ وَاحِدًا


Apabila berkumpul dua ibadah yang satu jenis, maka dengan mengerjakan salah satunya sudah mencukupi untuk keduanya jika maksudnya sama.

Makna Kaidah

Maksud dari kaidah ini adalah apabila ada beberapa jenis ibadah yang sama bentuk dan mempunyai satu tujuan yang sama, maka dengan mengerjakan salah satu perbuatan saja bisa mewakili amal perbuatan lainnya jika diniatkan untuk semuanya.
Al-Hafizh Ibnu Rajab mengungkapkan kaidah ini dalam Qawa’id beliau no 18 dengan lafazh:
إِذَا اجْتَمَعَتْ عِبَادَتَانِ مِنْ جِنْسٍ فِي وَقْتٍ وَاحِدٍ لَيسَتْ إِحدَاهُمَا مَفْعُولَةً عَلَى جِهَةِ القَضَاء وَلَا عَلَى طَرِيقِ التَّبَعِيَّةِ لِلأُخْرَى فِى الوَقْتِ تَدَاخَلَتْ أَفعَالُهُمَا واكْتَفَىى فِيهِمَا بِفِعْلٍ وَاحِدٍ
“Apabila ada dua ibadah yang satu jenis dan dikerjakan dalam satu waktu sedangkan salah satunya bukan dikerjakan untuk mengqadha juga bukan karena mengikuti ibadah lainnya yang satu waktu, maka dengan mengerjakan satu saja bisa mewakili lainnya.”
Berarti kesimpulannya bahwa yang bisa masuk dalam kaidah ini apabila memenuhi beberapa syarat: Baca lebih lanjut

Mengembalikan Kejayaan Umat Islam Atas Umat yang Lain



Mengembalikan kejayaan umat IslamSharing berupa nasihat untuk menyikapi kelemahan dan kekalahan umat Islam di masa sekarang. Mengapa dan bagaimana kaum muslimin hendaknya berjuang untuk mengembalikan kemuliaan mereka? Semoga bermanfaat.

Pelajaran dari Jalur Gaza

Petaka yang sedang menimpa umat Islam secara umum, dan yang sedang diderita oleh saudara-saudara kita di Jalur Gaza adalah menuntut kita untuk berpikir serius nan tulus. Kita mencari sumber permasalahan, kelemahan dan kekalahan, lalu kita membenahinya, satu demi satu.
Betapa tidak, jumlah umat Islam pada zaman ini telah mencapai seperlima dari penduduk dunia. Akan tetapi mengapa di berbagai belahan dunia, umat Islam senantiasa tertindas, terampas hak-haknya? Bukankah Allah ta’ala telah berjanji akan melimpahkan kejayaan, kemakmuran, dan kedamaian kepada mereka?

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka sebagai penguasa, dan Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah di ridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan mengubah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Baca lebih lanjut

Manfaat dan Keutamaan Ayat Kursi



Keutamaan Ayat KursiDari Ubay bin Ka’ab radhiallahu ‘anhu bahwasanya ia memiliki lumbung kurma yang terus berkurang tanpa tahu apa penyebabnya. Pada suatu malam ia pun menjaganya, lalu ia mendapati seekor binatang melata yang menyerupai anak kecil yang baru beranjak dewasa. Ubay mengucapkan salam kepada anak tersebut dan anak itu menjawab salamnya. Ubay bertanya, “Siapa Anda? Jin atau manusia?” Anak itu menjawab, “Jin.” Ubay berkata, “Tunjukkan tanganmu!” Kemudian anak itu menunjukkan tangannya, ternyata tangannya serupa dengan tangan anjing dan bulunya pun seperti bulu anjing.
Ubay bertanya lagi, “Apakah ini wujud dari jin?” Jin itu menjawab, “Bangsa jin telah mengetahui bahwa tidak ada di antara mereka yang lebih kuat dariku.” Ubay bertanya, “Apa yang menyebabkanmu datang ke sini?” Jin itu menjawab, “Telah sampai berita kepadaku bahwa kamu suka bersedekah, maka kami datang untuk mencuri makananmu.” Ubay berkata, “Apa yang bisa menyelamatkan kami dari kalian?” Jin itu menjawab, “Ayat ini yang berada di dalam surat al-Baqarah: Allaahu laa ilaaha illa huwal Hayyul Qayyuum…” Barangsiapa membacanya pada sore hari, niscaya ia akan dilindungi dari kami sampai pagi dan barangsiapa yang membacanya di pagi hari, niscaya ia akan dilindungi dari kami sampai sore.”
Baca lebih lanjut
Kandungan Ayat Kursi - Pustaka Imam asy-Syafi'i

Makna, Kandungan dan Tafsir Ayat Kursi Secara Ringkas

Ayat Kursi yang mulia dan penuh berkah ini terdiri atas sepuluh penggal kalimat. Di dalamnya terkandung tauhidullah, pengagungan terhadap-Nya serta penjelasan akan keesaan-Nya dalam kesempurnaan dan kebesaran, sehingga akan melahirkan penjagaan dan kecukupan bagi yang membacanya. Di dalam ayat ini terdapat lima Asma’ul Husna, juga terdapat lebih dari dua puluh sifat Allah, didahului dengan menyebutkan kemahaesaan Allah dalam peribadatan dan bathilnya beribadah kepada selain-Nya, kemudian disebutkan tentang kemahahidupan Allah yang sempurna yang tidak diiringi dengan kesirnaan.
Disebutkan pula di dalamnya bahwa Allah adalah al-Qayyuum, yaitu Dia berdiri sendiri, tidak membutuhkan makhluk-Nya dan senantiasa mengatur seluruh urusan makhluk-Nya.  Selain itu, juga tentang kemahasucian Allah dari segala sifat yang kurang, seperti mengantuk dan tidur, mengenai luasnya kerajaan-Nya. Bahwasanya semua yang ada di langit dan bumi adalah hamba-Nya, berada di bawah kekuasaan dan aturan-Nya. Dia juga menyebutkan bahwa di antara bukti-bukti keagungan-Nya ialah tidak mungkin bagi seorang pun dari makhluk-Nya untuk memberi syafaat di sisi-Nya kecuali setelah mendapat izin dari-Nya.
Di dalamnya terdapat penetapan
Baca lebih lanjut

Model-Model Para Pengghibah



Model-model para pengghibahSesungguhnya lisan merupakan organ tubuh yang sangat penting karena ialah yang menta’bir (mengungkapkan) apa yang terdapat dalam hati seseorang. Lisan tidak mengenal lelah dan tidak pernah bosan berucap, jika seseorang membiarkannya bergerak mengucapkan kebaikan maka ia akan memperoleh kebaikan yang banyak, adapun jika ia membiarkannya mengucapkan keburukan-keburukan maka ia akan ditimpa dengan bencana dan malapetaka, dan inilah yang lebih banyak terjadi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أكْثَرُ خَطَايَا ابْنِ آدَمَ فِي لِسَانِهِ

“Mayoritas dosa seorang anak Adam adalah pada lisannya.” [1]
Oleh karena itu lisan merupakan salah satu sebab yang paling banyak menjerumuskan umat manusia ke dalam api neraka.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَكْثَرُ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ الأَجْوَفَانِ : الفَمُ و الْفَرَجُ

“Yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka adalah dua lubang, mulut dan kemaluan.” [2]
Sesungguhnya penyakit-penyakit yang timbul karena lisan yang tidak terkendali sangatlah banyak, namun di sana ada sebuah penyakit yang paling merajalela dan menjangkiti kaum muslimin. Penyakit tersebut terasa sangat ringan di mulut, Baca lebih lanjut

Makhluk yang Pertama Kali Diciptakan Allah



Makhluk yang Pertama Kali Diciptakan Allahإِنَّ أَوَّلَ شَيْءٍ خَلَقَهُ اللهُ تَعَالٰى الْقَلَمُ وَأَمَرَهُ أَنْ يَكْتُبَ كُلُّ شَيْءٍ يَكُوْنُ
“Sesungguhnya sesuatu yang pertama kali Allah Subhanahu wa Ta’ala ciptakan adalah al-Qalam. Dan Dia memerintahkannya untuk menulis tiap-tiap sesuatu yang ada.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Ya’la (I/126) dan al-Baihaqi dalam al-Asma’ wash-Shifat (hal. 271) dari jalur Ahmad yang memberitahukan: “Telah bercerita kepadaku Rabah bin Zaid, dari Umar bin Habib, dari al-Qasim bin Abu Buzzah, dari Sa’id bin Jabir dari Ibnu Abbas secara marfu’ (disandarkan kepada Nabi).”

Kandungan Hadits
Hadits itu mengisyaratkan kepada apa yang telah menjadi kepercayaan bagi kebanyakan orang bahwa Nur Muhammad adalah sesuatu yang pertama kali Allah ciptakan, padahal kepercayaan semacam itu tidak memiliki dasar yang sah. Sedangkan hadits Abdurrazaq adalah tidak dikenal sanadnya. Baca lebih lanjut

Lima Faedah Puasa Syawal



Keutamaan puasa Syawal setelah RamadhanAlhamdulillah, kita saat ini telah berada di bulan Syawal. Kita juga sudah mengetahui ada amalan utama di bulan ini yaitu puasa enam hari di bulan Syawal. Apa saja faedah melaksanakan puasa tersebut? Itulah yang akan kami hadirkan ke tengah-tengah pembaca pada kesempatan kali ini. Semoga bermanfaat.

Faedah pertama: Puasa Syawal akan menggenapkan ganjaran berpuasa setahun penuh.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.”[1]
Para ulama mengatakan bahwa berpuasa seperti setahun penuh asalnya karena setiap kebaikan semisal dengan sepuluh kebaikan yang semisal. Bulan Ramadhan (puasa sebulan penuh, -pen) sama dengan (berpuasa) selama sepuluh bulan (30 x 10 = 300 hari = 10 bulan) dan puasa enam hari di bulan Syawal sama dengan (berpuasa) selama dua bulan (6 x 10 = 60 hari = 2 bulan).[2] Jadi seolah-olah jika seseorang melaksanakan puasa Syawal dan sebelumnya berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadhan, maka dia seperti melaksanakan puasa setahun penuh. Hal ini dikuatkan oleh sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Baca lebih lanjut

Kaidah Fiqih: Sesuatu Hukum Menjadi Sah dan Sempurna Jika Terpenuhi Syarat dan Rukunnya Serta Tidak Ada Penghalangnya



Kaidah fikihSebagaimana telah dimaklumi, masalah fiqih terus berkembang sejalan dengan berjalannya waktu dan timbul berbagai permasalahan baru yang dialami umat. Para ulama telah berjuang dan bekerja keras dengan memperhatikan berbagai dalil-dalil wahyu dan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga bisa merumuskan berbagai kaidah untuk bisa digunakan sepanjang masa, sampaipun terhadap masalah-masalah yang belum pernah ada wujudnya pada zaman turunnya wahyu. Dari sini diketahuilah betapa pentingnya ilmu qowa’id fiqhiyyah ini. Imam al-Qorrofi berkata, “Barang siapa yang menguasai fiqih lewat penguasaan kaidah-kaidahnya, maka dia tidak butuh untuk menghafal semua permasalahannya satu persatu karena sudah tercakup dalam keumuman kaidah tersebut.” [*]
Pada kesempatan ini akan dibahas sebuah kaidah fiqih yang cukup penting untuk dipahami dimana kaidah ini berhubungan dengan sempurnanya hukum akidah dan amal perbuatan. Kaidah ini berbunyi:

الأَحْكَامُ العِلْمِيَّهُ وَ الْعَمَلِيَّهُ لاَ تَتِمُّ إِلاَّ بِأَمْرَيْنِ وُجُودُ شُرُوطِهَا وَ أَرْكَانِهَا وَ انْتِفَاءُ مَوَانِعِهَا

“Semua hukum ilmu dan amal tidak sempurna kecuali dengan dua perkara: terpenuhi syarat dan rukunnya, serta tidak ada penghalangnya.”

Penjelasan

العِلْمِيَّهُ (al-ilmiah) adalah hukum yang tidak berhubungan dengan amal perbuatan, yang biasa disebut oleh para ulama dengan hukum yang berhubungan dengan akidah. Baca lebih lanjut

Sekilas Memahami Apakah Manusia Ditakdirkan Masuk Neraka dan Surga



Takdir Allah terhadap manusiaAda sebuah hadits shahih yang mungkin cukup sulit dipahami dan terasa menyesakan dan berat di hati untuk menerimanya. Hadits tersebut berkaitan dengan nasib atau takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi manusia apakah akan bahagia atau celaka serta akhir kehidupan manusia apakah akan menjadi penghuni surga atau neraka. Hadits ini yang diriwayatkan Imam al-Bukhari dalam Shahih-nya, pada kitab Bada’ul Khalq Bab Dzikrul Mala’ikah no. 3208, kitab Ahaditsul Anbiya no. 3332 dan Imam Muslim dalam Shahih-nya, pada kitab al-Qadar no. 2643 yang berbunyi:

عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قالَ: حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ: إنَّ أَحَدَكُم يُجْمَعُ خلقُهُ فِيْ بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ، وَأَجَلِهِ، وَعَمَلِهِ، وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ، فَوَاللهِ الَّذِيْ لاَ إِلَهَ غُيْرُهُ، إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا. (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ

Dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menuturkan kepada kami, dan beliau adalah ashshadiqul mashduq (orang yang benar lagi dibenarkan perkataannya), beliau bersabda,
Baca lebih lanjut

Allah Menciptakan Nabi Adam Menurut Bentuk-Nya



Tauhid nama dan sifat AllahPertanyaan:
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan Adam berdasarkan bentuk-Nya. Apakah makna dari hal itu bahwa semua yang dimiliki Adam berasal dari sifat-sifat yang dimiliki Allah?
Jawab:
Diriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda,

إِنَّ اللهَ خَلَقَ آدَمَ عَلَى صُوْرَتِهِ
“Sesungguhnya Allah menciptakan Adam ‘alaihi salam berdasarkan bentuk-Nya.”
Disebutkan dalam riwayat Ahmad dan sejumlah ahli hadits,

عَلَى صُوْرَةِ الرَّحْمَنِ
“..berdasarkan bentuk ar-Rahman (Allah).”
Jadi dhamir (kata ganti ketiga) dalam hadits pertama kembali kepada Allah.
Para ulama seperti Ahmad, Ishaq bin Rahawaih dan ulama salaf lainnya berkata, “Kita wajib menetapkannya seperti yang dikabarkan sesuai dengan aspek yang layak bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala tanpa menyamakan, menyerupakan dan meniadakan. Hal itu tidak berarti Baca lebih lanjut

 

Peringatan Bagi yang Meremehkan Dalam Berutang dan Doa Hutang



Doa hutangTidak patut bagi seorang muslim untuk meremehkan urusan utang atau mengecilkan perkaranya atau lalai dalam melunasinya. Banyak dalil-dalil dalam hadits yang menunjukan bahaya hal itu. Bahwa mayit tertahan oleh utangnya hingga dilunasi.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Sa’ad bin al-Athwal radhiyallahu ‘anhu dia berkata, “Saudaraku wafat dan meninggalkan 300 dinar. Beliau meninggalkan pula anak kecil. Maka aku ingin menginfakkan hartanya kepada anak kecil tersebut. Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda kepadaku, ‘Sungguh saudaramu tertahan oleh utangnya. Pergi dan lunasi utangnya.’” Beliau berkata, “Aku pergi dan melunasi utangnya. Kemudian aku datang dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku telah melunasi utangnya kecuali seorang perempuan mengklaim memiliki piutang atasnya sebanyak 2 dinar, namun dia tidak punya bukti.’ Beliau bersabda, ‘Berilah dia karena dia seorang yang jujur.’” [Musnad Ahmad 4/136, dan dinyatakan shahih oleh al-Albani dalam Shahih at-Targhib no 1550]
Beliau meriwayatkan pula dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda:

نَفْسُ المُؤمِنِ مُعَلَّقَةٌ مَا كَانَ عَلَيْهِ دَيْنٌ
“Jiwa seorang muslim tergantung selama ada utangnya.” [Musnad Ahmad 2/440, dan dinyatakan shahih oleh al-Albani dalam Shahih at-Targhib no 1811]
Oleh karena itu Baca lebih lanjut

 

Keutamaan Takbir Serta Memahami Makna Kebesaran dan Keagungan Allah



Kedudukan Takbir dalam Agama

Keutamaan takbirSesungguhnya takbir itu masalah penting dan pahalanya sangat besar di sisi Allah. Terdapat banyak nash yang mendorong, menganjurkan dan menyebut-nyebut pahalanya.
Allah berfirman,
“Dan katakanlah: “Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.” (QS al-Isra: 111)
Allah berfirman tentang puasa,
“Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS al-Baqarah: 185)
Allah berfirman tentang haji dan ibadah-ibadah di dalamnya yang dapat mendekatkan diri kepada-Nya,
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS al-Hajj: 37)
Allah juga berfirman,
“Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah.” (QS al-Mudatstsir: 1-3)
Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu mencoba menerangkan tentang keutamaan takbir, Baca lebih lanjut

Perkataan Para Imam Mengenai Larangan Taqlid Terhadap Madzhab




Perintah mengikuti sunnah dan larangan taqlid terhadap madzhabMasalah perbedaan pendapat di kalangan umat Islam adalah sesuatu yang umum terjadi, terutama dalam permasalahan fikih. Bahkan di kalangan ulama sendiri perbedaan itu terjadi. Namun seharusnya itu tidak menjadi alasan umat Islam untuk berpecah belah, terlebih jika pendapat tersebut berlandaskan pada dalil yang shahih, karena Allah mencintai persatuan dan melarang perpecahan.
Terkadang yang disayangkan adalah tatkala sebagian individu muslim terlalu menganggap ringan perbedaan tanpa melihat kembali terhadap amal atau keyakinan yang dimilikinya sejak kecil. Karena bisa jadi apa yang dia amalkan atau dia yakini hanya sekedar kebiasaan yang dia lihat di lingkungannya atau menerima informasi tanpa lebih jauh melihat dasar atau dalil yang mendasarinya. Atau mengamini adanya perselisihan dengan berdalil hadits yang tidak ada asalnya yaitu ‘perselisihan umatku adalah rahmat‘. Atau mengecam orang lain semata-mata karena bertentangan dengan madzhabnya dan menolak pendapat lain hanya karena berbeda madzhab – yang umum disebut sebagai taqlid buta. Sangat disayangkan, padahal para imam yang menjadi panutan dalam madzhab itu justru melarang pengikutnya untuk taqlid dan memerintahkan mereka untuk ittiba atau mengikuti sunnah Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tentu tidak sulit bagi kebanyakan kaum muslimin untuk kembali merenungkan dan mencari tahu lebih jauh mengenai landasan amal perbuatan dan keyakinan yang selama ini dipegangnya.
Berikut ini kutipan beberapa pernyataan para imam rahimahumullah yang hendaknya dicermati oleh para pengikutnya dan dijadikannya sebagai salah satu landasannya dalam beragama.

1. Abu Hanifah (Imam Hanafi)

Beliau adalah imam madzhab yang pertama. Ucapan beliau: Baca lebih lanjut

Ayat al-Qur’an Menjadi Dalil bagi Ketuhanan Nabi Isa ‘Alaihis Salam?



Nabi Isa tuhan karena dari ruh-Nya? Image courtesy of http://howto.techworld.com

Pertanyaan:

Apa bantahan Syaikh yang mulia terhadap mereka yang berdalil dengan ayat ini:

فَنَفَخْنَا فِيهِ مِنْ رُوحِنَا

“Maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami.” (QS at-Tahrim: 12)
bahwa Nabi Isa ‘alaihis salam adalah anak Allah, Maha Tinggi Allah dari apa saja yang dikatakan oleh orang-orang yang zhalim?

Jawab:

Ayat ini terdapat dalam surat at-Tahrim:

وَمَرْيَمَ ابْنَتَ عِمْرَانَ الَّتِي أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيهِ مِنْ رُوحِنَا

“Dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami.” (QS at-Tahrim: 12)
Dan dalam surat al-Anbiya:

وَالَّتِي أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيهَا مِنْ رُوحِنَا

“Yang telah memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuh)nya ruh dari Kami.” (QS al-Anbiya: 91)
Ayat ini menegaskan peniupan ruh Baca lebih lanjut

Wajibnya Makan dan Minum dengan Tangan Kanan



Adab makan dan minum. Image courtesy of prlog.orgKita perhatikan banyak kaum muslimin yang belum tahu atau menganggap sepele adab makan minum dalam Islam. Di antara yang masih banyak dilakukan adalah makan dan minum menggunakan tangan kiri bahkan sambil berdiri. Padahal telah jelas perintah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam untuk makan dan minum dengan tangan kanan dan itu bukan sekedar keutamaan.
Allah berfirman,

فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih.” (QS An-Nur: 63)
Allah Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi mengingatkan orang-orang yang menentang perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam yang itu merupakan jalan, manhaj, cara dan sunnahnya. Barangsiapa menyelisihinya secara lahir dan batin berarti dia berada di mulut jurang kebinasaan dan berada dalam bahaya bahwa hatinya akan ditimpa kekufuran dan kemunafikan serta ancaman adzab Allah ‘Azza wa Jalla. Na’udzubillah.
Mengenai perintah makan dengan tangan kanan ini, dalam sebuah hadits,
Dari Abu Muslim, ada juga yang mengatakan, Abu Iyas Salamah bin Amr bin al-Akwa radhiyallahu ‘anhu bahwasanya ada seseorang yang makan di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam Baca lebih lanjut

10 Amalan Ringan Pembuka Jalan Menuju Surga



Jalan menuju surga - Courtesy of Emirates Palace Hotel Abu Dhabi http://www.dubai-abu-dhabi.comAllah dan Rasul-Nya banyak menyebutkan ganjaran surga dan mengancam dengan adzab neraka untuk memotivasi umat-Nya untuk banyak beramal shalih dan menjauhi segala larangan-Nya. Di samping itu Allah pun telah mengabarkan sifat-sifat surga dan neraka untuk lebih meningkatkan keinginan manusia untuk meraih surga dan menjauhi neraka.
Di antara kenikmatan surga, Allah berfirman dalam sebagian ayat-ayat-Nya,

عَلَى سُرُرٍ مَوْضُونَةٍ – مُتَّكِئِينَ عَلَيْهَا مُتَقَابِلِينَ – يَطُوفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُخَلَّدُونَ – بِأَكْوَابٍ وَأَبَارِيقَ وَكَأْسٍ مِنْ مَعِينٍ – لا يُصَدَّعُونَ عَنْهَا وَلا يُنْزِفُونَ – وَفَاكِهَةٍ مِمَّا يَتَخَيَّرُونَ – وَلَحْمِ طَيْرٍ مِمَّا يَشْتَهُونَ – وَحُورٌ عِينٌ – كَأَمْثَالِ اللُّؤْلُؤِ الْمَكْنُونِ

“Mereka berada di atas dipan yang bertahtakan emas dan permata, seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan. Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda, dengan membawa gelas, cerek dan sloki (piala) berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir, mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk, dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih, dan daging burung dari apa yang mereka inginkan. Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik.” (QS al-Waqi’ah: 15-23)
Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Baca lebih lanjut

Jawaban Tuduhan-Tuduhan Buruk Kaum Nasrani dan Orang-Orang Kafir Terhadap Islam (Bag 2)



Membantah syubhat terhadap Islam bag 2Ini merupakan kelanjutan dari bagian pertama dari jawaban tuduhan terhadap Islam dari Kristen. Pada bagian kedua ini terdapat pembahasan mengenai kesalahpahaman pernikahan dan poligami Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, jihad dalam Islam dan beberapa anggapan salah lainnya berkaitan dengan ayat al-Qur’an, syariat dan keyakinan Islam. Nampak bahwa salah paham menjadi salah satu sebab keberpalingan dari Islam, terutama ketika tidak dilakukannya penelitian yang jujur dan adil terhadap segala apa yang didengar dan dibaca.
Jawaban syubhat masih diambil dari situs Majalah Qiblati oleh Syaikh Mamduh Farhan al-Buhairi saat mengomentari surat seorang Wanita Nasrani dengan penataan ulang seperlunya untuk menyesuaikan format penulisan di blog ini dan karena dijadikan satu dari 7 seri pada situs aslinya.**
_

Bagian 1

Ada seorang wanita Nasrani yang membangun sebuah hubungan persahabatan kuat dengan seorang wanita muslimah. Kemudian, Baca lebih lanjut

Jawaban Tuduhan-Tuduhan Buruk Kaum Nasrani dan Orang-Orang Kafir Terhadap Islam (Bag 1)



Membantah syubhat terhadap IslamAlhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memuliakan agama Islam dan umatnya serta menjadikan Islam sebagai satu-satunya agama yang diridhai-Nya. Dan adalah suatu kepastian bahwa umat Islam akan berjaya di bawah naungan al-Qur’an dan sunnah Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga hari kiamat.  Walaupun orang-orang kafir dan musyrik membencinya.
Berbagai syubhat dan tuduhan buruk telah banyak dilontarkan oleh orang-orang kafir dan orientalis dari kalangan Nasrani atau Kristen. Dan ikut pula digembar-gemborkan oleh para murtaddin (orang-orang murtad) yang begitu bangga dengan kemurtadannya seperti nampak pada website-website mereka. Mereka melontarkan syubhat baik dengan cara halus dengan membawa-bawa ayat al-Qur’an dan membawanya kepada makna-makna yang mereka kehendaki ataupun cara kasar dengan cacian dan terang-terangan menjelek-jelekan Islam dan pembawa risalahnya yaitu Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Namun yang membuat takjub, justru lontaran syubhat-syubhat tersebut bagaikan menggosok emas yang menyebabkan Islam semakin tampak kemilau dan membuka mata orang-orang yang lalai akan keagungannya. Semakin terpatri dalam dada apa yang difirmankan Allah Subhanahu wa Ta’ala,

يُرِيدُونَ أَنْ يُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَيَأْبَى اللَّهُ إِلا أَنْ يُتِمَّ نُورَهُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ

“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.” (QS at-Taubah: 32)
Tentu tidak mengherankan jika mereka tidak takut akibat buruk menimpa mereka seandainya mereka menghayati ayat ini. Bagaimana akan takut, bahkan memang mereka tidak beriman terhadap Allah, al-Qur’an dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Barangkali tidak asing bagi sebagian kita, terutama pengguna internet, forum, milis dan email, bagaimana begitu banyak dan gigih syubhat dan tuduhan buruk terhadap Islam dan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam oleh orang-orang kafir untuk memalingkan kaum muslimin dari keyakinan agama mereka. Terutama tuduhan buruk terhadap al-Qur’an dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai pembawa risalah Islam, karena dengan dirusakkannya kehormatan beliau, otomatis batal pula ajaran yang beliau bawa. Di antara syubhat mereka adalah bahwa al-Qur’an adalah buatan Muhammad shallallau ‘alaihi wa sallam, beliau dituduh berakhlak bejat,  al-Qur’an banyak memiliki kontradiksi, bertentangan dengan ilmu dan fakta alam serta berbagai tuduhan lainnya.
Berikut ini adalah jawaban-jawaban terhadap berbagai syubhat yang bantahan ini disampaikan oleh Baca lebih lanjut

Tidak Menggerakan Lidah dalam Bacaan Shalat



Taj Mahal Hall - from WikipediaDi antara kesalahan dalam shalat yang mungkin banyak dilakukan adalah tidak menggerakan lidah dan bibir tatkala takbir dan membaca bacaan dalam shalat atau hanya membaca dalam hati saja. Bacaan shalat hanya sekedar dilintaskan dalam hati saja seakan-akan shalat itu hanya gerakan tanpa ada perkataan dan dzikir-dzikir.
Allah Ta’ala berfirman,

فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ

“… karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari al-Qur’an.” (QS al-Muzzammil: 20)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا صلاة لمن لم يقرأ بفاتحة الكتاب

“Tidak sah shalat seseorang jika tidak membaca al-Fatihah.” (HR Bukhari, Muslim, Abu ‘Awanah dan Baihaqi. Lihat  Irwa’ hadits no 302)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ketika mengajari seseorang shalat, “Apabila kamu melaksanakan shalat, maka bacalah takbir, lalu bacalah apa yang mudah menurut kamu dari ayat Al-Qur’an…” (HR Abu Daud dan Al-Baihaqy dari jalannya, hadits hasan)
Dalil-dalil di atas menunjukkan bahwa shalat itu tidak hanya gerakan saja namun meliputi perkataan, karena yang dimaksud dengan membaca itu adalah menggerakan lidah seperti yang telah maklum adanya.
Di antara dalil yang memperkuat pernyataan ini adalah firman Allah Ta’ala, Baca lebih lanjut

Jurus Jitu Mendidik Anak



Ebook: Jurus jitu mendidik anakAda tulisan menarik mengenai kiat dan cara mendidik anak yang ditulis oleh Ustadz Abdullah Zaen Lc. M.A. dan disebarluaskan dalam bentuk ebook oleh yufid.com mesin pencari ilmu Islam. Mungkin ini adalah artikel terpanjang dan menyalahi kebiasaan tulisan di blog ini yang ringkas,  namun melihat pembahasannya yang sangat penting dan menarik maka saya postingkan di blog ini. Semoga memberi manfaat bagi para pembaca yang sudah memiliki anak atau pun yang baru mau memiliki anak.*

PROLOG

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya.
Di bulan Ramadhan tahun ini (1432 H, ed.), kami mendapat amanah untuk mengimami shalat Tarawih dan Subuh di Masjid Agung Darussalam Purbalingga selama lima hari. Masih dalam rangkaiannya, kami ditugaskan untuk memberikan kuliah Tarawih dan kuliah Subuh. Kebetulan materi pengajian Tarawih seputar pilar-pilar penting dalam mendidik anak. Karena banyaknya permintaan dari jama’ah, bahan materi tersebut kami kumpulkan dalam bentuk makalah yang kami beri judul “Jurus Jitu Mendidik Anak”. Tentu masih terlalu jauh dari format sempurna, namun semoga yang sederhana ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak -yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu- yang turut andil dalam amal salih ini. Tegur sapa para pembaca kami nantikan. Selamat menelaah! Baca lebih lanjut

Kiat-kiat Meraih Doa Mustajab



Waktu mustajab dikabulkannya doa diantaranya saat hujan turun.Orang yang meninggalkan doa adalah orang yang paling merugi. Sebaliknya seorang yang berdoa tidak akan pernah merugi atas doa yang ia panjatkan, selama ia tidak berdoa untuk suatu dosa atau memutuskan tali silaturahim. Karena doa yang ia panjatkan pasti disambut oleh Allah, bisa dengan mewujudkan apa yang ia minta di dunia atau mencegah keburukan atas dirinya yang setara dengan apa yang ia minta atau menyimpannya sebagai pahala yang lebih baik baginya di akhirat kelak. Dalam sebuah hadits Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda,

مَا مِنْ أَحَدٍ يَدْعُو بِدُعَاءٍ إِلَّا آتَاهُ اللّٰهُ مَا سَأَلَ أَوْ كَفَّ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهُ مَا لَمْ يَدْعُ بِـإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ

“Tidak ada seorang yang berdoa dengan suatu doa kecuali Allah akan mengabulkan apa yang ia minta atau Allah menahan keburukan atas dirinya yang semisal dengan apa yang ia minta selama ia tidak berdoa untuk suatu perbuatan dosa atau untuk memutuskan tali silaturahim.” (HR at-Tirmidzi dan Ahmad. Dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih al-Jami’ (5678))
Oleh karena itu janganlah seorang hamba merasa keberatan meminta kepada Rabbnya dalam urusan-urusan dunianya, meskipun urusan yang sepele, terlebih lagi dalam urusan akhirat. Karena permintaan itu merupakan bukti ketergantungan yang sangat kepada Allah dan kebutuhannya kepada Allah dalam semua urusan. Karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam telah mengatakan,

إِنَّهُ مَنْ لَمْ يَسْأَلْهُ يَغْضَبْ عَلَيْهِ
“Sesungguhnya barang siapa yang tidak meminta kepada Allah, maka Allah akan marah kepadanya.” (HR at-Tirmidzi (3373) dan Ibnu Majah (3727) dari Abu Hurairah. Lihat Shahih at-Tirmidzi)
Oleh karena itu dahulu para salaf senantiasa berdoa kepada Allah sampai-sampai Baca lebih lanjut

Kecerdasan Iyas bin Mu’awiyah al-Muzanni



Kecerdasan Iyas bin Mu'awiyah al-Muzanni. Desert - Courtesy of www.itsnature.orgNama beliau adalah Iyas bin Mu’awiyah bin Qurrah al-Muzanni lahir pada tahun 46 H di daerah Yamamah Nejed. Beliau termasuk generasi tabi’in yaitu generasi yang bertemu dengan sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam namun tidak sempat bertemu dengan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam.
Telah nampak bakat dan kecerdasan putera al-Muzanni yang satu ini sejak kecil. Orang-orang sering membicarakan kehebatan dan beritanya kendati beliau masih kanak-kanak.
Telah diriwayatkan bahwa ketika masih kecil beliau belajar ilmu hisab di sebuah sekolah yang diajar oleh Yahudi ahli dzimmah (tunduk dan berada di bawah jaminan penguasa Islam, tidak masuk Islam namun membayar pajak). Pada suatu hari berkumpullah kawan-kawannya dari kalangan Yahudi itu, lalu mereka asyik membicarakan masalah agama mereka tanpa menyadari bahwa Iyas turut mendengarkannya.
Guru Yahudi itu berkata kepada teman-teman Iyas, “Tidakkah kalian heran dengan kaum muslimin itu? Baca lebih lanjut

Larangan Menyerupai Yahudi dan Nasrani dalam Menjadikan Kuburan Sebagai Tempat Ibadah



Larangan Menyerupai Yahudi dan Nasrani dalam Menjadikan Kuburan Sebagai Tempat Ibadah. Tree Grave - Courtesy of Deborah Sandidge www.betterphoto.comSebagaimana kita ketahui, Islam adalah agama tauhid yang menegakan peribadahan hanya kepada Allah semata. Dakwah tauhid ini diserukan tidak hanya oleh Rasulullah Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam, tapi juga oleh seluruh Nabi dan Rasul. Dalam sebuah surat dalam al-Qur’an, yaitu Surat al-A’raf, Allah menyebut kisah beberapa Rasul yang mendakwahkan tauhid:
“Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: “Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya.” Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat).” (QS al-A’raf: 59)
“Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Ad saudara mereka, Hud. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?” (QS al-A’raf: 65)
“Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka, Saleh. Ia berkata. “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya.” (QS al-A’raf: 73) Baca lebih lanjut

Fenomena Bertekad Tobat Ketika Hendak Bermaksiat



Disaster - Courtesy of itsnature.orgPeringatan bagi orang yang terpedaya dan sering mengulangi kemaksiatan. Semoga kita terhindar dari fenomena ini. Sekedar sharing sebuah artikel pendek namun bermanfaat. **
Ada fenomena ‘aneh’ pada sebagian orang. Ketika akan berbuat maksiat, sudah ditanamkan untuk tobat setelah perbuatan buruk yang ia lakukan. Dalam hatinya ia berbisik, “Nanti setelah aku melakukan maksiat ini, saya akan bertaubat.”
Memang betul, pintu tobat akan tetap terbuka sebelum matahari terbit dari arah barat. Siapa saja bertobat kepada Allâh dengan tobat sebenarnya (tobat nashuha) dari perbuatan syirik dan perbuatan lain yang lebih rendah darinya, Allâh Subhanahu wa Ta’ala akan menerima tobatnya.
Tobat nashûhâ ialah tobat yang mencakup beberapa aspek yaitu berhenti dari perbuatan dosa, menyesali dosa yang diperbuat dan bertekad kuat untuk tidak mengulangi lagi sebagai realisasi dari rasa takutnya kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala, pengagungannya kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala dan demi mengharap maaf dan ampunan-Nya.
Syarat sahnya tobat bertambah menjadi empat bila Baca lebih lanjut

Meruqyah Diri Sendiri



Ruqyah atau pengobatan dengan ayat al-Qur'anAlhamdulillah saat ini pengobatan dengan thibbun nabawi mulai dilirik kaum muslimin sebagai alternatif pengobatan disamping pengobatan melalui ilmu medis kedokteran. Berbagai ramuan herbal dan semacamnya yang didasarkan petunjuk Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam seperti habbatus sauda, minyak zaitun, madu, kurma dan air zam-zam sudah banyak beredar di toko-toko dan dikemas sedemikian rupa sehingga memudahkan penggunaannya.
Namun satu hal yang jangan sampai dilupakan adalah kekuatan do’a kepada Alloh. Allah dan Rasul-Nya telah mengajarkan berbagai do’a dan dzikir yang begitu banyak manfaatnya. Di antaranya untuk membentengi diri dari kejahatan yang kita tidak menyadarinya dan hanya Allah yang tahu seperti melalui dzikir pagi dan petang dan untuk pengobatan.
Ruqyah yang bentuk jamaknya adalah ruqaa merupakan bacaan-bacaan untuk pengobatan yang syar’i. Penyembuhan dengan al-Qur’an dan do’a-do’a yang diajarkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam adalah penyembuhan yang bermanfaat sekaligus penawar yang sempurna. Baca lebih lanjut

3 Hadits Lemah Yang Populer Tentang Puasa



Ada 3 hadits yang sangat populer yang berkaitan dengan puasa yang ternyata hadits-hadits tersebut lemah atau dha’if. Ini perlu diketahui dalam rangka membersihkan dienul Islam dari kesalahan pemahaman akibat tersebarnya hadits-hadits lemah tersebut. Terlebih lagi kita tentu tidak ingin terkena ancaman sebagai pendusta dengan mengatasnamakan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam padahal bukan dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam.
Pengertian hadits secara istilah adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam  baik berupa ucapan, perbuatan, ketetapan, perangai maupun sifat jasad beliau shalallahu ‘alaihi wa salam. [1]
Pengertian ini sama dengan pengertian as-sunnah, khobar dan atsar. Berkata al-Hafizh Ibnu Hajar, “Menurut ulama ahli hadits bahwa khobar itu sama dengan hadits dan ada yang mengatakan bahwa hadits adalah yang datangnya dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam  sedangkan khobar Baca lebih lanjut

Nabi Nuh Berada Dalam Puncak Kesabaran



Kesabaran Nabi Nuh. Courtesy of free wallpaper from goodscreen.ruSabar adalah satu kata yang sering kita ucapkan dan kita dengar, namun tidak mudah untuk kita amalkan dengan sempurna. Memang sabar telah diperintahkan dalam al-Qur’an maupun hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam dan kenyataan ujian yang selalu dialami manusia dalam kehidupannya di dunia menjadikan sabar (seharusnya) bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Barangkali kita sering mendengar orang berkata, “… tapi sabar khan ada batasnya!” atau “… apa kita harus bersabar terus…?” dan sebagainya. Musibah atau ujian yang demikian bertubi-tubi terkadang menjadi pembenaran atas ucapan tersebut. Namun bagaimanakah sabar yang dicontohkan oleh para nabi dan rasul?

Kesabaran Nabi Nuh ‘alaihis salam

Nabi Nuh ‘alaihis salam berdakwah mengajak umatnya ke jalan Allah selama 995 tahun secara rahasia dan terang-terangan, malam dan siang hari, memberikan kabar gembira juga ancaman, akan tetapi beliau hanya mendapatkan pembangkangan dari mereka, bahkan pelecehan dan ejekan. Kendati demikian Nabi Nuh tetap berdakwah dalam waktu tersebut tanpa kesal dan bosan. Setiap kali umatnya Baca lebih lanjut

Program Gratis Untuk Menulis Huruf Arab dan Terjemah al-Qur’an



Arabic Pad 1.4Bagi anda yang suka menulis makalah atau artikel-artikel islami kerap kesulitan tatkala harus menulis tulisan Arab, baik dalam hal penulisan huruf-huruf dan tanda harokatnya maupun arah penulisan dari kanan ke kiri atau RTL (right to left). Tidak banyak orang yang faham bagaimana cara mensetting komputer Windows-nya agar bisa melakukan penulisan dari kanan ke kiri dan menulis huruf Arab lengkap dengan tanda harokatnya.
Namun alhamdulillah ada suatu program buatan anak bangsa yang khusus dibuat untuk menulis Arab dengan mudah – Arabic Pad 1.4. Program tersebut bahkan bisa digunakan dan diunduh secara gratis di websitenya. Di antara kelebihan program tersebut yang saya rasakan adalah kemudahan dalam menulisnya dibanding menggunakan Word, mudah dalam menambahkan berbagai tanda harokat, serta ukuran programnya yang kecil, tidak lebih dari 50 kB. Hasil tulisan kita di Arabic Pad tinggal kita copy paste ke program word editor. Bagi pengguna Windows XP kemungkinan masih perlu ada sedikit setting yang harus dilakukan, namun bagi pengguna Windows 7 insya Alloh lebih mudah.
Baca lebih lanjut

Untuk Para Lelaki Yang Menunda-nunda Untuk Menikah



Bunga pernikahan. Courtesy of Bride and Groom Magazine.Konon menurut data statistik umumnya pria menikah pada usia 27 tahun dan wanita pada usia 25 tahun. Tentunya itu bukan patokan untuk menikah, karena siapa saja yang sudah mampu untuk menikah maka dianjurkan untuk segera menikah. Dan Alloh menjanjikan rizki bagi mereka yang menikah.
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (An-Nuur: 32)
Berapakah umur anda sekarang? Barangkali anda belum berminat untuk segera menikah? Silakan simak motivator-motivator berikut ini:
1. Mendapatkan ketenangan dan rasa kasih sayang
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

artinya, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang…” (Ar-Rum: 21)
2. Agar termasuk golongan Rasulullah Baca lebih lanjut

Akibat Tersebarnya Berita Kejahatan dan Kemungkaran



Akibat tersebarnya berita-berita kejahatanBagi penikmat media-media berita baik itu koran maupun televisi niscaya akan sering mendengar dan membaca berbagai berita tentang perbuatan kriminal dan mungkar. Entah itu berita korupsi, perzinaan, perselingkuhan, pencurian, pembunuhan, penyiksaan, kerusakan akhlak dan lain sebagainya. Memang berita-berita tersebut sudah menjadi konsumsi yang digemari banyak orang dan sumber pemasukan untuk menyedot banyak pembaca bagi media-media tersebut. Sebagian mungkin beranggapan bahwa itu perlu diketahui dalam rangka kontrol sosial, mengetahui waqi’ (realitas umat) dan sebagai bahan untuk mengkritik pemerintah. Namun pada kenyataannya yang banyak terjadi hanyalah sekedar konsumsi mata dan hati tatkala beristirahat selepas kerja, untuk refreshing dan dianggap ‘hiburan’ oleh kebanyakan orang yang tidak memiliki kemampuan atau kekuasaan apa-apa untuk merubahnya. Jangan-jangan dalam hatinya pun tidak terbersit rasa benci sama sekali.
Seorang ulama, Syaikh Musthafa al-Adawy, menjelaskan secara ringkas tentang hal yang berkaitan dengan memperdengarkan berita-berita buruk ini. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, Baca lebih lanjut

Kisah-kisah Menakjubkan Bakti Ulama Kepada Ibu



Bakti kepada orang tuaPerintah untuk berbakti kepada orang tua mungkin sudah sering kita dengar. Di berbagai pengajian, buku-buku dan artikel majalah yang kita baca sudah banyak menjelaskan berbagai dalil baik dari al-Qur’an maupun hadits Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam yang memerintahkan dan menganjurkan untuk berbuat baik kepada orang yang telah melahirkan kita. Namun barangkali masih jarang kita dengar contoh kongkrit dan kisah-kisah bakti para ulama salafus shalih kepada orang tua mereka khususnya kepada ibu mereka. Tindakan mereka tersebut tentu tidak lepas dari baik dan dalamnya pemahaman mereka terhadap ilmu yang mereka miliki sebagai ulama. Dan sebaik-baik ilmu adalah yang diamalkan. Berikut saya cuplikan beberapa kisah nyata yang menakjubkan tentang bakti kepada ibu.
Dari Dawud bin Qais dia berkata, “Abu Murrah pernah mengabarkan kepadaku bahwa bila Abu Hurairah hendak pergi, setelah mengenakan pakaian, dia datang kepada ibunya lalu berkata, ‘Semoga keselamatan dan berkah terlimpah kepadamu wahai Ibu. Semoga engkau mendapatkan balasan dari Allah karena dulu engkau telah memeliharaku.’ Kemudian bila pulang, dia pun mengatakan seperti itu.” (1) Baca lebih lanjut

Pandangan Mata Saat Shalat



Menoleh dalam shalat. Picture courtesy of http://pedia.muftisays.comKerap kali kita menyaksikan saat seseorang sedang shalat pandangan matanya melirik ke arah lain atau memandang ke atas, dan ada juga yang memejamkan atau  menutup matanya. Yang melirikkan matanya mengesankan orang tersebut tidak khusyu, sedangkan yang menutup matanya mengesankan orang tersebut sedang berusaha untuk khusyu di dalam shalatnya. Lantas bagaimanakah petunjuk dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam dalam hal ini?
Sesungguhnya di antara kesalahan orang yang shalat adalah memandang ke tempat selain tempat sujud dan memejamkan matanya. Telah datang perintah yang menganjurkan orang shalat untuk menundukkan pandangannya dan melihat tempat sujud, kecuali saat tasyahhud (duduk tahiyat)  dimana hendaknya memandang isyarat jari telunjuknya dan tidak lebih dari itu.
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha dia berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam tentang menoleh ketika shalat. Beliau bersabda, Baca lebih lanjut

Selamatkan Diri dari Adzab Allah Dengan Bersyukur



Rain from freefoto.comTidak perlu diragukan lagi akan keutamaan syukur dan ketinggian derajatnya, yakni syukur kepada Allah atas nikmat-nikmat-Nya yang datang terus beruntun dan tiada habis-habisnya. Di dalam Al-Qur’an Allah menyuruh bersyukur dan melarang kebalikannya. Allah memuji orang-orang yang mau bersyukur dan menyebut mereka sebagai makhluk-makhluk-Nya yang istimewa. Allah menjadikan syukur sebagai tujuan penciptaan-Nya, dan menjanjikan orang-orang yang mau melakukannya dengan balasan yang sangat baik. Allah menjadikan syukur sebagai sebab untuk menambahkan karunia dan pemberian-Nya, dan sebagai sesuatu yang memelihara nikmat-Nya. Allah memberitahukan bahwa orang-orang yang mau bersyukur adalah orang-orang yang dapat memanfaatkan tanda-tanda kebesaran-Nya.
Allah memerintahkan untuk bersyukur pada beberapa ayat Al-Qur’an. Allah berfirman:

 وَاشْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

“… dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.” (An-NahI: 114)

 فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلا تَكْفُرُونِ

“Dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (Al-Baqarah: 152) Baca lebih lanjut

Do’a Bepergian, Do’a yang Mengesankan



SafarAda satu do’a yang begitu menyentuh, dalam maknanya dan saya anggap begitu lengkap menghimpun segala kebaikan yang kita butuhkan dan segala keburukan yang ingin kita hindari berkaitan dengan perjalanan jauh atau safar yang kita lakukan. Do’a itu adalah do’a safar yang diajarkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam. Saya baru tahu dan menghafalnya tatkala berangkat haji 2 tahun lalu. Do’a tersebut adalah sebagai berikut:

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، {سُبْحَانَ الَّذِيْ سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِيْنَ. وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ} اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِيْ سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى، وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى، اللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ، اللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِي السَّفَرِ وَالْخَلِيْفَةُ فِي اْلأَهْلِ، اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ وَسُوْءِ الْمُنْقَلَبِ فِي الْمَالِ وَاْلأَهْلِ. وَإِذَا رَجَعَ قَالَهُنَّ وَزَادَ فِيْهِنَّ: آيِبُوْنَ تَائِبُوْنَ عَابِدُوْنَ لِرَبِّنَا حَامِدُوْنَ

“Allah Maha Besar (3x). Maha Suci Rabb yang menundukkan kendaraan ini untuk kami, sedang sebelumnya kami tidak mampu. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Rabb kami (di hari Kiamat). Ya Allah! Sesungguhnya kami memohon kebaikan dan taqwa dalam bepergian ini, kami mohon perbuatan yang Engkau ridhai. Ya Allah! Permudahlah perjalanan kami ini dan dekatkan jaraknya bagi kami. Ya Allah! Engkau-lah teman dalam bepergian dan yang mengurusi keluarga(ku). Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kelelahan dalam bepergian, pemandangan yang menyedihkan dan perubahan yang buruk dalam Baca lebih lanjut

Pada Hal Apa Sajakah Suatu Amal Bisa Menjadi Bid’ah?



Courtesy of http://bauwerk-bonn.de/tasbih-namaz&page=2Istilah bid’ah sudah gencar disuarakan oleh para ulama sebagai peringatan bagi kaum muslimin agar menjauhinya. Mengapa tidak? Karena orang-orang yang melakukan perbuatan bid’ah tidak sadar dan tidak merasa telah berbuat kesalahan. Mereka merasa sedang melakukan suatu amal shalih dan berharap pahala darinya. Itulah salah satu bahaya terbesar dari perbuatan bid’ah sebagaimana dikatakan seorang ulama tabi’in, Ali bin Ja’d mengatakan bahwa dia mendengar Yahya bin Yaman berkata bahwa dia mendengar Sufyan (ats-Tsauri) berkata, “Bid’ah itu lebih disukai Iblis dibandingkan dengan maksiat biasa. Karena pelaku maksiat itu lebih mudah bertaubat. Sedangkan pelaku bid’ah itu sulit bertaubat” (Diriwayatkan oleh Ibnu Ja’d dalam Musnadnya no 1809 dan Ibnul Jauzi dalam Talbis Iblis). Ya, pelaku maksiat biasanya dia menyadari bahwa dia telah berbuat dosa dan lebih besar harapannya dia suatu saat akan bertaubat. Tapi pelaku bid’ah..?
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam pun telah memperingatkan tentang perbuatan bid’ah ini dalam sebuah haditsnya, Baca lebih lanjut

Dzikir Pagi dan Petang



Dzikir pagi dan petangAda banyak do’a dan dzikir yang diajarkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam. Diantaranya adalah do’a dan dzikir yang berkaitan dengan ibadah tertentu seperti setelah shalat dan saat ibadah haji dan umrah, dzikir sehari-hari seperti setelah bangun tidur, saat hujan turun, bangun tidur, masuk kamar mandi dan sebagainya, serta dzikir pagi dan petang. Mungkin masih banyak kaum muslimin yang belum tahu dan belum mengamalkan dzikir pagi dan petang, padahal begitu besar manfaat dan faidah berdzikir.
Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa waktu pagi yang dimaksud adalah antara subuh hingga terbit matahari dan waktu petang adalah antara ashar hingga tenggelamnya matahari. Dalam surat al-Ahzab ayat 41 -42 Allah berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا -  وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلا

“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah kepada Allah sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” Baca lebih lanjut

Ternyata Begitu Banyak Manfaat dan Faidah Dzikir



Courtesy of www.shawuniversitymosque.orgDalam surat al-Ahzab ayat 41 Allah berfirman:

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا
“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah kepada Allah sebanyak-banyaknya.”
Di sini Allah memerintahkan kita untuk berdzikir sebanyak-banyaknya. Orang yang banyak berdzikir berarti memiliki hati yang hidup. Dia selalu sadar akan keadaannya sebagai seorang hamba yang fakir dan butuh kepada Allah serta hatinya dipenuhi dengan pengagungan dan pujian terhadap Allah. Perumpaan orang yang berdzikir dan yang tidak berdzikir adalah seperti orang yang hidup dan orang yang mati.
Namun barangkali kita belum menyadari apa sajakah manfaat dzikir bagi pelakunya? Ibnul Qayyim al-Jauziyyah telah menyebutkan banyak manfaat dan faidah dzikir yang bisa menambah motivasi kepada kita untuk banyak berdzikir. Faidah dzikir banyak sekali, bisa mencapai seratus lebih. Sebagian di antaranya:
Pertama: Mengusir syetan, menundukkan dan mengenyahkannya.
Kedua: Membuat Allah ridha.
Ketiga: Menghilangkan kesedihan dan kemuraman hati.
Keempat: Mendatangkan kegembiraan dan kesenangan di dalam hati. Baca lebih lanjut

Larangan Mencaci Maki Angin



The Icelandic Web of ScienceTerkadang kita suka mendengar seseorang yang kesal kemudian keluar sumpah serapah tatkala merasakan angin yang kuat berhembus membanting pintu atau jendela rumahnya. Mungkin tidak disadari bahwa sesungguhnya itu adalah perbuatan yang tidak pantas dilakukan oleh seorang muslim.
Mencaci maki angin telah dilarang oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam karena Allah-lah yang telah mengatur angin sesuai dengan kehendakNya, baik itu akan membawa kebaikan maupun keburukan bagi manusia. Bahkan Rasulullah shalallahu ’alaihi wa salam mengajari kita untuk berdo’a tatkala angin berhembus. Di antara hadits yang melarang mencaci maki angin adalah sebagai berikut:
Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam telah bersabda:

لا تسبواالريح فإذا رايتم ما نكرهون فقولوا : اللهم انا نسالك من خير هذا الريح و خير ما امرث به, و نعوذبك من شر هذا الريح, و شر ما فيها, وشر ما امرت به  – اخرجه الترمذي

 “Janganlah kalian mengutuk angin. Jika kalian mendapati suatu hal yang kalian benci, maka katakanlah, “Ya Allah, kami memohon perlindungan kepada-Mu akan kebaikan angin ini dan kebaikan yang dibawanya, Baca lebih lanjut

Kewajiban Mendahulukan Wahyu Atas Hawa Nafsu



عن أبي محمد عبدالله بن عمرو بن العاص رضي الله عنهما ما قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم – لا يؤمن أحدكم حتى يكون هواه تبعاُ لما جئت به – حديث صحيح رويناه في كتاب الحجة بإسناد صحيح
Syarah Hadits Arba'in an-NawawiDari Abu Muhammad, ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-’Ash, dia berkata: Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa.” (Hadits hasan shahih dan kami riwayatkan dari kitab al-Hujjah dengan sanad yang shahih).

PENJELASAN:
‘Abdullah bin ‘Amr bin al-’Ash tergolong sahabat yang banyak meriwayatkan hadits dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam, sebab ia sebagai penulis wahyu, sehingga Abu Hurairah merasa ingin mengunggulinya (ghibthah). Abu Hurairah berkata: “Saya tidak tahu orang yang mengungguliku dalam periwayatan hadits Rasulullah, selain ‘Abdullah bin ‘Amr, sebab ia menulis sedangkan aku tidak menulis. (2)
Sabda beliau:    احدكم لايؤمن  (tidak beriman salah seorang di antara kalian), artinya: iman secara sempurna.  ه حتى يكون هوا (hingga hawa nafsunya), artinya: arah dan tujuannya (sesuai/mengikuti syari’at Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam). Baca lebih lanjut

Ujian Hakiki



ujian hakikiSebagian orang tatkala berada dihadapan orang lain maka ia mampu dengan mudahnya meninggalkan kemaksiatan, bahkan ia mampu untuk menegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar. Ia mampu melaksanakan itu semua meskipun ia berada di tengah-tengah kondisi masyarakat yang tenggelam dalam lautan kemaksiatan. Ini adalah suatu kemuliaan karena ia bisa menghadapi ujian dengan baik sehingga terhindar dari kemaksiatan. Namun ingat sesungguhnya bukan ini ujian yang sebenarnya.
Allah telah melarang para hambanya untuk bermaksiat kepadanya baik secara terang-terangan atau tatkala ia bersendirian tatkala tidak ada orang lain yang melihatnya. Seseorang yang mencegah dirinya dari melakukan kemaksiatan dihadapan khalayak tentunya berbeda dengan orang yang mencegah dirinya dari melakukan kemaksiatan tatkala ia bersendirian. Baca lebih lanjut

9 Kunci Dalam Bersabar



Ketika sabar diperintahkan Allah kepada kita semua, maka Dia pun adakan sebab-sebab yang membantu dan memudahkan seseorang untuk sabar. Demikian juga tidaklah Allah memerintahkan sesuatu kecuali membantu dan mengadakan sebab-sebab yang memudahkan dan membantu pelaksanaannya sebagaimana Ia tidak mentaqdirkan adanya penyakit kecuali menetapkan obatnya. Sabar walaupun sulit dan tidak disukai jiwa, apalagi bila disebabkan kelakuan dan tindakan orang lain. Akan tetapi kesabaran harus ada dan diwujudkan.
Ada beberapa kiat yang dapat membantu kita dalam bersabar dengan ketiga jenisnya, diantaranya: Baca lebih lanjut

Yakinlah! Di Balik Kesulitan, Ada Kemudahan yang Begitu Dekat



Di balik kesulitan ada kemudahan
Seringkali kita berputus asa tatkala mendapatkan kesulitan atau cobaan. Padahal Allah telah memberi janji bahwa di balik kesulitan, pasti ada jalan keluar yang begitu dekat.
Dalam surat Alam Nasyroh, Allah Ta’ala berfirman,

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. An Nasyr: 5) Ayat ini pun diulang setelah itu,

إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. An Nasyr: 6)
Mengenai ayat di atas, ada beberapa faedah yang bisa kita ambil:
Pertama: Di balik satu kesulitan, ada dua kemudahan
Baca lebih lanjut

Hukum Mencari Ilmu



Hukum mencari ilmu.Mencari ilmu syar’i adalah fardhu kifayah yang apabila ada orang yang sudah mempelajarinya maka hukumnya menjadi sunnah bagi yang lainnya. Tapi terkadang mencari ilmu ini menjadi fardhu ‘ain bagi manusia. Batasannya adalah apabila seseorang akan melakukan ibadah yang akan dia laksanakan atau muamalah yang akan dia kerjakan maka dia wajib dalam keadaan ini mengetahui bagaimana cara melakukan beribadah ini dan bagaimana dia melaksanakan muamalah ini. Adapun ilmu yang lainnya  (yang tidak akan dilakukan saat itu) maka tetaplah hukumnya fardhu kifayah. Setiap pencari ilmu harus menyadari bahwa dirinya sedang melaksanakan amalan yang fardhu kifayah ketika mencari ilmu agar dia memperoleh pahala mengerjakan yang fardhu sembari memperoleh ilmu. Baca lebih lanjut

Jual Beli Kredit



Hukum jual beli kreditMasalah jual beli kredit masih menjadi topik hangat di kalangan kaum muslimin. Apalagi dengan praktek jaman sekarang, bagaimanakah pandangan syariat mengenai hal ini? Berikut penjelasan Ustadz Muhammad Arifin Badri, M.A. alumnus S3 Universitas Madinah berkaitan dengan hukum muamalah jual beli kredit yang marak di masa sekarang ini.

HUKUM PERKREDITAN

Macam-Macam Praktek Perkreditan.
Diantara salah satu bentuk perniagaan yang marak dijalankan di masyarakat ialah dengan jual-beli dengan cara kredit.
Dahulu, praktek perkreditan yang dijalankan di masyarakat sangat sederhana, sebagai konsekwensi langsung dari kesederhanaan metode kehidupan mereka. Akan tetapi pada zaman sekarang, kehidupan umat manusia secara umum telah mengalami kemajuan dan banyak perubahan. Baca lebih lanjut

Perhatian Syaikh Muqbil Pada Murid-Muridnya



Berikut kita akan mengambil beberapa pelajaran akhlaq dari ulama abad ini. Beliau adalah ulama hadits terkemuka. Nama beliau adalah Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi’iy, seorang ulama hadits dari negeri Yaman. Kisah-kisah beliau ini kami sarikan dari biografi Syaikh Muqbil rahimahullah yang ditulis oleh Syaikh Yahya Al Hajuri hafizhohullah (salah seorang murid senior Syaikh Muqbil).[1]
Imam Abu Hanifah rahimahullah lebih senang mempelajari kisah-kisah para ulama dibanding menguasai bab fiqih. Beliau rahimahullah mengatakan, Baca lebih lanjut

Bolehkah Isyarat Salam dengan Mengangkat Tangan?



Pertanyaan:
Apa hukum (syariah -ed) salam dengan menggunakan isyarat tangan?

Syekh bin Baz menjawab:

Mengucapkan salam dengan isyarat tidak diperbolehkan dalam syariat Islam. Sunnahnya, salam itu hanya diucapkan dengan kata-kata saja, baik untuk melontarkan salam atau untuk menjawabnya.
Adapun salam dengan isyarat saja, maka tidak diperbolehkan. Dikarenakan, hal itu menyerupai kebiasaan sebagian orang-orang kafir, dan karena itu bertentangan dengan syariat Allah. Baca lebih lanjut

Melestarikan Tauhid Dengan Dzikir dan Syukur



Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan orang yang mengingat Rabbnya dengan orang yang tidak mengingat Rabbnya adalah seperti perumpamaan orang yang hidup dengan orang yang sudah mati.” (HR. Bukhari dan Muslim)
 Syaikhul Islam mengatakan, “Dzikir bagi hati laksana air bagi ikan. Lantas apakah yang akan terjadi pada seekor ikan apabila dia dipisahkan dari air?” (Lihat Al Wabil Ash Shayyib oleh Ibnul Qayyim) Baca lebih lanjut

Mayoritas Tidak Memahami Makna Laa Ilaah Illallah



Mayoritas kaum muslimin sekarang ini yang telah bersaksi Laa Ilaaha Illallah (Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah) tidak memahami makna Laa Ilaaha Illallah dengan baik, bahkan barangkali mereka memahami maknanya dengan pemahaman yang terbalik sama sekali. Saya akan memberikan suatu contoh untuk hal itu : Sebagian di antara mereka (Dia adalah Syaikh Muhammad Al-Hasyimi, salah seorang tokoh sufi dari thariqah Asy-Syadziliyyah di Suriah kira-kira 50 tahun yang lalu) menulis suatu risalah  Baca lebih lanjut
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger... Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Edy_Hari_Yanto's  album on Photobucket
TPQ NURUDDIN NEWS : Terima kasih kepada donatur yang telah menyisihkan sebagian rezekinya untuk pembangunan TPQ Nuruddin| TKQ-TPQ "NURUDDIN" MENERIMA SANTRI DAN SANTRIWATI BARU | INFORMASI PENDAFTARAN DI KANTOR TPQ "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN-WONOAYU