Kamis, 03 April 2014

Yakinlah! Di Balik Kesulitan, Ada Kemudahan yang Begitu Dekat



Di balik kesulitan ada kemudahanSeringkali kita berputus asa tatkala mendapatkan kesulitan atau cobaan. Padahal Allah telah memberi janji bahwa di balik kesulitan, pasti ada jalan keluar yang begitu dekat.
Dalam surat Alam Nasyroh, Allah Ta’ala berfirman,

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. An Nasyr: 5) Ayat ini pun diulang setelah itu,

إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. An Nasyr: 6)
Mengenai ayat di atas, ada beberapa faedah yang bisa kita ambil:

Pertama: Di balik satu kesulitan, ada dua kemudahan
Kata al usr (kesulitan) yang diulang dalam surat Alam Nasyroh hanyalah satu. Al usr dalam ayat pertama sebenarnya sama dengan al usr dalam ayat berikutnya karena keduanya menggunakan isim marifah (seperti kata yang diawali alif lam). Sebagaimana kaedah dalam bahasa Arab, Jika isim marifahdiulang, maka kata yang kedua sama dengan kata yang pertama, terserah apakah isim marifah tersebut menggunakan alif lam jinsi ataukah alif lam ahdiyah. Intinya, al usr (kesulitan) pada ayat pertama sama dengan al usr (kesulitan) pada ayat kedua.
Sedangkan kata yusro (kemudahan) dalam surat Alam Nasyroh itu ada dua. Yusro (kemudahan) pertama berbeda dengan yusro (kemudahan) kedua karena keduanya menggunakan isim nakiroh (seperti kata yang tidak diawali alif lam). Sebagaimana kaedah dalam bahasa Arab, Secara umum, jika isim nakiroh itu diulang, maka kata yang kedua berbeda dengan kata yang pertama. Dengan demikian, kemudahan itu ada dua karena berulang.[1] Ini berarti ada satu kesulitan dan ada dua kemudahan.
Dari sini, para ulama pun seringkali mengatakan, Satu kesulitan tidak akan pernah mengalahkan dua kemudahan. Asal perkataan ini dari hadits yang lemah, namun maknanya benar[2]. Jadi, di balik satu kesulitan ada dua kemudahan.
Note: Mungkin sebagian orang yang belum pernah mempelajari bahasa Arab kurang paham dengan istilah di atas. Namun itulah keunggulan orang yang paham bahasa Arab, dalam memahami ayat akan berbeda dengan orang yang tidak memahaminya. Oleh karena itu, setiap muslim hendaklah membekali diri dengan ilmu alat ini. Di antara manfaatnya, seseorang akan memahami Al Quran lebih mudah dan pemahamannya pun begitu berbeda dengan orang yang tidak paham bahasa Arab. Semoga Allah memberi kemudahan.
Kedua: Akhir berbagai kesulitan adalah kemudahan
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sadi mengatakan, Kata al usr (kesulitan) menggunakan alif-lam dan menunjukkan umum (istigroq) yaitu segala macam kesulitan. Hal ini menunjukkan bahwa bagaimana pun sulitnya, akhir dari setiap kesulitan adalah kemudahan.[3] Dari sini, kita dapat mengambil pelajaran, Badai pastilah berlalu (after a storm comes a calm), yaitu setelah ada kesulitan pasti ada jalan keluar.
Ketiga: Di balik kesulitan, ada kemudahan yang begitu dekat
Dalam ayat di atas, digunakan kata maa, yang asalnya bermakna bersama. Artinya, kemudahan akan selalu menyertai kesulitan. Oleh karena itu, para ulama seringkali mendeskripsikan, Seandainya kesulitan itu memasuki lubang binatang dhob (yang berlika-liku dan sempit, pen), kemudahan akan turut serta memasuki lubang itu dan akan mengeluarkan kesulitan tersebut.[4] Padahal lubang binatang dhob begitu sempit dan sulit untuk dilewati karena berlika-liku (zig-zag). Namun kemudahan akan terus menemani kesulitan, walaupun di medan yang sesulit apapun. Allah Ta’ala berfirman,

سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا

Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. (QS. Ath Tholaq: 7)
Ibnul Jauziy, Asy Syaukani dan ahli tafsir lainnya mengatakan, Setelah kesempitan dan kesulitan, akan ada kemudahan dan kelapangan.[5] Ibnu Katsir mengatakan, Janji Allah itu pasti dan tidak mungkin Dia mengingkarinya.[6] Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً

Bersama kesulitan, ada kemudahan.[7] Oleh karena itu, masihkah ada keraguan dengan janji Allah dan Rasul-Nya ini?

Rahasia Mengapa di Balik Kesulitan, Ada Kemudahan yang Begitu Dekat
Ibnu Rajab telah mengisyaratkan hal ini. Beliau berkata, Jika kesempitan itu semakin terasa sulit dan semakin berat, maka seorang hamba akan menjadi putus asa dan demikianlah keadaan makhluk yang tidak bisa keluar dari kesulitan. Akhirnya, ia pun menggantungkan hatinya pada Allah semata. Inilah hakekat tawakkal pada-Nya. Tawakkal inilah yang menjadi sebab terbesar keluar dari kesempitan yang ada. Karena Allah sendiri telah berjanji akan mencukupi orang yang bertawakkal pada-Nya. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. (QS. Ath Tholaq: 3).[8] Inilah rahasia yang sebagian kita mungkin belum mengetahuinya. Jadi intinya, tawakkallah yang menjadi sebab terbesar seseorang keluar dari kesulitan dan kesempitan.
Ya Allah, jadikanlah kami termasuk golongan orang yang sabar dalam menghadapi setiap ketentuan-Mu. Jadikanlah kami sebagai hamba-Mu yang selalu bertawakkal dan bergantung pada-Mu. Amin Ya Mujibas Saa-ilin.
Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.
Begitu nikmat setiap hari dapat menggali faedah dari sebuah ayat. Semoga hati ini tidak lalai dari mengingat-Nya.
***


_______________________
Muhammad Abduh Tuasikal
http://rumaysho.com
[1] Dua kaedah bahasa Arab ini disebutkan oleh Asy Syaukani dalam kitab tafsirnya Fathul Qodir, 8/22, Mawqi At Tafasir.
[2] Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits tersebut adalah dhoif (lemah). Hadits tersebut termasuk hadits mursal dan mursal termasuk hadits dhoif (lemah). Lihat As Silsilah Ash Shohihah no. 4342
[3] Taisir Karimir Rahman, Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sadi, hal. 929, Muassasah Ar Risalah, cetakan pertama, tahun 1423 H
[4] Asal perkataan ini adalah dari hadits yang dhoif (lemah), namun maknanya shahih (benar).
[5] Zaadul Masiir, Ibnul Jauziy, 6/42, Mawqi At Tafasir dan Fathul Qodir, Asy Syaukani, 7/247, Mawqi At Tafasir.
[6] Tafsir Al Quran Al Azhim, Ibnu Katsir, 8/154, Dar Thoyibah, cetakan kedua, tahun 1420 H.
[7] HR. Ahmad no. 2804. Syaikh Syuaib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih.
[8] Jaamiul Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab Al Hambali, hal. 238, Darul Muayyad, cetakan pertama, tahun 1424 H.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger... Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Edy_Hari_Yanto's  album on Photobucket
TPQ NURUDDIN NEWS : Terima kasih kepada donatur yang telah menyisihkan sebagian rezekinya untuk pembangunan TPQ Nuruddin| TKQ-TPQ "NURUDDIN" MENERIMA SANTRI DAN SANTRIWATI BARU | INFORMASI PENDAFTARAN DI KANTOR TPQ "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN-WONOAYU