Jumat, 06 Desember 2013

Ayat Al-Quran sebagai Azimat

Menjadikan Ayat Al-Quran sebagai Azimat
  

Ilmu hikmah dalam perbendaharaan Islam merupakan salah satu pengetahuan yang hadir bersama dengan Islam itu sendiri. Banyak sekali hadits Rasulullah saw yang menunjukkan betapa ilmu hikmah itu sangatlah penting, karena Komplelksitas kehidupan manusia seringkali membutuhkan solusi yang beragam.
Diantara rekaman kejadian itu bisa kita lihat dalam asbabun nuzul dari surat mu’awwidztatin (qul a’udzu birabbil falaq dan qul a’udzu birabbin nas) yang keduanya dibaca Rasulullah saw ketika beliau terkena sihir orang yahudi. Dalam kitabnya Lubabun Nuqul fi Asbabin Nuzul, Imam suyuthi menerangkan bahwa suatu ketika Rasulullah saw sakit parah sehingga dua malaikat mendatanginya dan menunjukkan kepada para sahabat bahwa Labid bin al-A’sham al-Yahudi mengirim sihir kepada Rasulullah saw. Sihir itu berupa gulung-gulungan tali yang disimpan di bawah batu besar di dalam sebuah sumur.
Maka segeralah para sahabat mengambil gulungan yang terdapat dalam sebuah sumur tua yang ternyata airnya mengandung warna merah pacar dan mengambil gulungan yang dimaksud setelah terlebih dahulu mengangkat batu dari dalamnya. Benar saja, tali bergulung-gulung itu tidak dapat diurai simpulnya kecuali setelah Rasulullah saw  membaca surat mu’awwidztatin. Dan demikianlah setelah tali itu terurai sakit Rasulullah saw mendadak hilang begitu saja. Tentunya hal ini tidak terlepas dari kekuasaan Allah swt, akan tetapi kekuasaan-Nya itu dihadirkan oleh Rasulullah saw melalui bacaan mu’awwidztatin.
Ilmu hikmah sangat banyak macamnya. Selain dilisankan, sebagaimana ayat-ayat al-qur’an, hizib dan do’a lainnya, ada pula yang dituliskan sebagai azimat. Hal inipun pernah ditanyakan oleh seorang sahabat kepada Rasulullah saw. Dengan spesifik Imam Malik seperti yang dinukil dalam at-Tibyan fi Adabi Hamlatil Qur’an menerangkan bahwa:

وأما كتابة الحروف من القرأن فقال مالك لا بأس به إذا كان فى قصبة أو جلد وخرز عليه وقال بعض أصحابنا اذا كتب فى الخرز قرأنا مع غيره فليس بحرام ولكن الأولى تركه لكونه يحمل على الحدث واذا كتب يصان بما قاله الامام مالك رحمه الله .

Menulis huruf-huruf al-Qur’an itu tidak dilarang (tidak diharamkan), manakala di letakkan dalam botol atau ditaruh dalam bungkus kulit. Sebagian ulama berkata “bahwa tidak dilarang menuliskan al-Qur’an bersamaan dengan yang lain sebagai sebuah azimat, akan tetapi lebih baik dihindari karena akan terbawa ketika hadats. Kecuali jika memang dapat dijaga dan tidak disia-siakan sebagaimana yang diakatakan oleh Imam Malik”.
Jika menuliskan huruf-huruf al-Qur’an sebagai sebuah azimat diperolehkan dengan syarat tetap dijaga kehormatannya, maka menggunakan azimat itu sendiri pastilah tidak dilarang.

*********

_______________________________
Sumber : nu.or.id (Ubudiyah)

UBUDIYAH : Hikmah Angkat Tangan bagi Imam Syafi‘i

Hikmah Angkat Tangan bagi Imam Syafi‘i

Segala sesuatu ada tempatnya? Kurang. Yang pas, segala sesuatu ada tempat dan waktunya. Segala sesuatu itu juga berlaku buat tindakan mengangkat tangan dalam sembahyang. Angkat tangan menjadi sunah tersendiri. Jangan sampai salah waktu. Salah-salah bisa menjadi makruh.

Angkat tangan dalam sembahyang disunahkan di empat waktu. Pertama, saat takbiratul ihram. Kedua, bila hendak turun untuk ruku’. Ketiga, ketika i‘itdal (berdiri tegak usai ruku‘). Keempat, bila berdiri kembali setelah duduk tasyahud awal.

Tindakan angkat tangan yang disunahkan itu bukan tanpa alasan. Ulama menyatakan sejumlah hikmah angkat tangan. Salah satunya dapat membuka hijab Allah. Perihal ini dicantumkan Syekh Nawawi Banten dalam Kasyifatus Saja berikut ini.

وحكمة رفع اليدين فى الصلاة كما قال الشافعى رحم الله تعالى تعظيمه تعالى حيث جمع بين اعتقاد القلب ونطق اللسان المترجم عنه وعمل الأركان. وقيل الإشارة الى طرح ما سواه تعالى والإقبال بكليته على صلاته. وقيل الإشارة الى رفع الحجاب بين العبد وبين ربه. وقيل غير ذلك

“Hikmah mengangkat tangan dalam sembahyang seperti dikatakan Imam Syafi‘i RA ialah praktik menakzimkan Allah SWT karena dengan angkat tangan seseorang menyatukan sekaligus keyakinan hati, ucapan yang mengungkapkan isi hati, dan tindakan anggota badannya.”
Syekh Nawawi Banten melanjutkan, sedangkan ulama lain mengatakan hikmah angkat tangan menjadi isyarat untuk menghalau segala selain Allah dari hati dan menghayati sembahyang secara total.
Sementara ulama lain berpendapat, angkat tangan bertujuan menguak hijab antara Allah dan hamba-Nya. Bahkan, ada hikmah lainnya. Wallahu A‘lam.

*********

____________________________________
Sumber : nu.or.id (Ubudiyah)







Perempuan Haidh Boleh Tahlil


Mati tidak mengenal kompromi. Kapapun bisa datang, dimanapun bisa terjadi. Dan mati juga tidak bisa ditawar apalagi dimajukan waktunya ‘fala yasta’khiruna sa’atan wa la yastaqdimun’. Begitulah aturan dari Yang Maha Kuasa. Dia yang memberi penghidupan Dia pula yang berhak mencabutnya kembali. Kapanpun dia suka.Sehubungan dengan mati, maka ta’ziyah dan tahlil sebagai acara do’a bersama tidak bisa dilewati. Meskipun banyak orang yang mengatakan do’a untuk orang mati tidak sampai, tetap saja keluarga tidak tega untuk tidak mendoakannya. Apalagi jika si mayit itu ayah, suami, kakak atau adik yang memiliki peran dan kontribusi pada kehidupan kita. Apalagi yang dapat kita berikan kepadanya selain do’a. Uang, emas, mobil tidak dapat dia bawanya ke alam kubur. Bahkan harta yang dikumpulkannya selama hidupnya malah akan segera dibagi-bagi sebagai warisan. Sungguh kasihan jika mayit tidak kita bekali dengan do’a, dan sungguh tega jika hanya do’apun kita tidak memberikannya.
Namun sekali lagi kematian datang sesuka hati, dia tidak tahu ternyata istri, adik, kakak, ataupun emak  yang ditinggalkan dalam keadaan hadats besar. Seringkali mereka bingung bolehkah berkirim do’a membaca surat ikhlas dan Fatihah, jika dalam keadaa haidh. Padahal mayit kesayangan sangat membutuhkan do’anya?
Mengenai hal ini I’anatuht Thaibin menerangkan dengan jelas:

وإن قصد الذكر وحده أو الدعاء أو التبرك أو التحفظ أو أطلق فلا تحرم لأنه عند وجود قرينة لا يكون قرأنا إلا بالقصد ولوبما لا يوجد نظمه فى غير القرأن كسورة الإخلاص
Apabila ada tujuan berdzikir saja atau berdo’a, atau ngalap berkah atau menjaga hafalan, atau tanpa tujuan apapun (selama tidak berniat membaca al-Qur’an) maka (membacaal-qu’an bagi  perempuan haidh) tidak diharamkan. Kerena ketika dijumpai suatu qarinah, maka yang dibacanya itu bukanlah al-Qur’an kecuali jika memang dia sengaja berniat membaca al-Qur’an. Walaupun bacaan itu seseungguhnya adalah bagian dari alqur’an semisal surat al-ikhlas.  
Demikianlah seseungguhnya seorang yang sedang haidh diperbolehkan membaca al-Qur’an selama tidak diniatkan untuk berzikir maupun berdo’a demikian pula membaca tahlil dan tahmid dan takbir. Bahakan dalam kitab al-Mizanul Kubra diterangkan dengan tegas bahwa Imam Malik memperbolehkan wanita haidh membaca al-Qur’an.

*********


________________________________
Sumber : nu.or id (Ubudiyah)

Alhamdulillah Yang Dilarang




Sebagaimana dianjurkannya bacaan basmalah di awal perbuatan, demikian pula hamdalah di akhir segala amal. Bahkan dalam sebuah hadits diterangkan bahwa Allah swt. akan meridhai hambanya yang setiap makan terlebih dahulu membaca "bismillah" dan mengakhirinya dengan "alhamdulillah".

Jika Allah swt. telah meridhai sebuah makanan maka tidaklah mungkin makanan itu mengandung dampak negatif sebagaimana yang banyak dikhawatirkan manusia zaman sekarang. Ada yang mengandung kolesterol, mengandung gula, mengandung bahan kimia dan lain sebagainya. Andaikata semua kandungan itu benar adanya, namun Allah swt meridhai hambanya akan makanan tersebut karena mendahului makan dengan bacaan "bismillah" dan mengakhirinya dengan hamdalah. Maka Allah swt pasti telah menyiapkan hikmah dibalik itu semuanya yang jauh lebih sesuai untuk hamba-Nya.

Akan tetapi perlu diketahui, bahwa tidak semua kegiatan boleh diakhiri dengan ucapan "alhamdulillah", karena menjadi haram hukumnya mengucapkan "alhamdulillah" setelah melakukan pekerjaan yang mengandung kemaksiatan. Misalkan mengucapkan "alhamdulillah" setelah minum alkohol, atau setelah melakukan zina dan lain sebagainya.

Tentunya tidak hanya hukum haram yang dijelaskan di sini. Karena pada dasarnya ada banyak tafsil hukum mengenai bacaan "alhamdulillah" sebagaimana dalam kitab al-Bujairomi alal Khatib:

الحمد أقسام أربعة : إما واجب كما فى خطبة الجمعة, أومندوب كما فى الأدعية ابتداء وختاما ونحو الأكل, أو مكروه ككونه فى الأماكن القذرة أو بفم نجس أوحرام كالحمد عند الفرح بالمعصية
(Hukum) membaca hamdalah itu ada empat macam:  1) wajib seperti membaca hamdalah dalam khotbah jum’at. 2) sunnah seperti ketika mengawali dan mengakiri do’a dan (amal kebaikan lainnya) seperti makan. 3) makruh seperti membaca hamdalah di tempat yang kotor atau mulut dalam keadaan najis. 4)haram ketika membaca hamdalah ketika merasa senang telah melakukan kemaksiatan.

Dengan kata lain mengucap hamdalah memiliki hukum sendiri-sendiri yang sangat tergantung dengan kondisinya. Bisa wajib, sunnah, makruh dan juga haram.

*********


_____________________________
Sumber : nu .or.id (Ubudiyah)

TAFSIR AL QUR'AN SURAH AL-AHQAAF AYAT 21 - 35 ( 02 )

Cari dalam "TAFSIR" Al Qur'an
Bahasa Indonesia    English Translation    Dutch    Nuruddin

No. Pindah ke Surat Sebelumnya... Pindah ke Surat Berikut-nya... [TAFSIR] : AL AHQAAF
Ayat [35]   First Previous Next Last Balik Ke Atas  Hal:2/2
21 Dan ingatlah (Hud) saudara kaum Aad yaitu ketika dia memberi peringatan kepada kaumnya di Al-Ahqaaf dan sesungguhnya telah terdahulu beberapa orang pemberi peringatan sebelumnya dan sesudahnya (dengan mengatakan): `Janganlah kamu menyembah selain Allah, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab hari yang besar`.(QS. 46:21)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ahqaaf 21

وَاذْكُرْ أَخَا عَادٍ إِذْ أَنْذَرَ قَوْمَهُ بِالْأَحْقَافِ وَقَدْ خَلَتِ النُّذُرُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا اللَّهَ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ (21

Allah SWT. memerintahkan kepada rasul agar menyampaikan kepada orang-orang musyrik Mekah kisah Nabi Hud a.s, saudara Ad, ketika ia memperingatkan kepada kaumnya yang diam di Ahqaf itu akan azab Tuhan. Allah SWT. menjelaskan bahwa mengutus Rasul-rasul dan Nabi-nabi kepada kaumnya masing-masing adalah suatu hal yang biasa, karena menjadi Sunatullah.
Sebelum Nabi inipun Dia telah mengutus Rasul-rasul dan Nabi-nabi yang memberi peringatan kepada kaum mereka masing-masing. Begitu pula sesudah Nabi Hud dalam memberi peringatan kepada kaumnya, Nabi Hud a.s berkata, "Wahai kaumku. janganlah kamu menyembah kecuali hanya kepada Allah saja, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah menciptakan kamu, yang memberimu rezeki sehingga kami dapat hidup dengan rezeki itu dalam memelihara dan menjaga kelangsungan hidupmu. Aku sampaikan yang demikian itu kepada kamu karena aku takut akan malapetaka yang akan menimpamu nanti. akibat kedurhakaan itu. Di akhirat nanti kamu akan` mendapat azab yang pedih.
Keadaan pada Hari Kiamat itu diterangkan pada firman Allah SWT:

 
إِنَّ يَوْمَ الْفَصْلِ مِيقَاتُهُمْ أَجْمَعِينَ (40) يَوْمَ لَا يُغْنِي مَوْلًى عَنْ مَوْلًى شَيْئًا وَلَا هُمْ يُنْصَرُونَ (41
Artinya:
Sesungguhnya hari keputusan (Hari Kiamat) itu adalah waktu yang dijanjikan bagi mereka semuanya, yaitu hari yang seorang karib tidak dapat memberi manfaat kepada karibnya sedikitpun dan mereka tidak akan mendapat pertolongan. (Q.S. Ad Dukhan 40-41)
Al Ahqaf berarti "bukit-bukit pasir". Kemudian nama itu dijadikan nama sebuah daerah yang terletak antara negeri Oman dan negeri Muhrah. Daerah ini dinamai oleh kaum Ad. Sekarang daerah itu terkenal dengan nama "Sahara Al Ahqaf". Menurut ketatanegaraan sekarang, daerah itu termasuk salah satu daerah yang menjadi bagian Kerajaan Saudi Arabia bagian selatan terletak sebelah utara Hadramaut, sebelah timur laut Yaman dan sebelah selatan Nejed.
Semula kaum Ad menganut agama yang berdasarkan tauhid. setelah berlalu beberapa generasi, kepercayaan tauhid itu dimasuki unsur-unsur syirik. Unsur syirik itu dimulai dengan penghormatan kepada pembesar-pembesar dan pahlawan mereka yang telah meninggal dunia, dengan membuat patung patungnya. Lama-kelamaan, pemberian penghormatan ini berubah menjadi pemberian penghormatan kepada patung, yang akhirnya berubah menjadi penyembahan kepada dewa, dengan arti bahwa pembesar dan pahlawan yang telan meninggal itu telah mereka anggap sebagai dewa. Untuk mengembalikan mereka kepada agama yang benar yaitu agama tauhid, Allah SWT. mengutus seorang Rasul yang diangkat dari keluarga mereka sendiri, yaitu Nabi Hud a.s. Hud a.s menyeru mereka agar kembali kepada kepercayaan yang benar, yaitu kepercayaan tauhid, dengan hanya menyembah Allah semata, tidak lagi mempersekutukan-Nya dengan tuhan-tuhan yang lain.
22 Mereka menjawab: `apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari (menyembah) ilah-ilah kami Maka datangkanlah kepada kami azab yang telah kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar`.(QS. 46:22)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ahqaaf 22 

قَالُوا أَجِئْتَنَا لِتَأْفِكَنَا عَنْ آلِهَتِنَا فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ (22

Kaum Ad menjawab seruan Hud a.s. "Apakah kamu diutus kepada kami hai Hud untuk memalingkan kami dari agama nenek moyang kami sehingga kami tidak lagi menyembah tuhan-tuhan kami dan hanya menyembah Tuhanmu?". Mereka meminta kepada Hud a.s. membuktikan kerasulannya, dengan segera mendatangkan azab yang pernah dijanjikan kepada mereka, seandainya mereka tidak beriman. Bahkan pada ayat yang lain mereka menuduh Hud a.s. sebagai orang gila. Allah SWT. berfirman:

 
إِنْ نَقُولُ إِلَّا اعْتَرَاكَ بَعْضُ آلِهَتِنَا بِسُوءٍ
 
Artinya:
Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu. 203)
23 Ia berkata: `Sesungguhnya pengetahuan (tentang itu) hanya pada sisi Allah dan aku hanya) menyampaikan kepadamu apa yang aku diutus dengan membawanya tetapi aku lihat kamu adalah kau yang bodoh`.(QS. 46:23)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ahqaaf 23 

قَالَ إِنَّمَا الْعِلْمُ عِنْدَ اللَّهِ وَأُبَلِّغُكُمْ مَا أُرْسِلْتُ بِهِ وَلَكِنِّي أَرَاكُمْ قَوْمًا تَجْهَلُونَ (23

Nabi Hud a.s. menjawab, "Yang mengetahui kapan azab yang diancamkan itu datang hanyalah Allah semata, tidak ada yang lain. Aku sendiri tidak mengetahui kapan azab itu akan datang, karena itu aku tidak sanggup mempercepat atau menangguhkan kedatangan azab itu. Aku hanyalah pesuruh Allah yang ditugaskan menyampaikan agama-Nya kepadamu, berupa hukum hukum, peringatan-peringatan, janji dan ancaman, pokok-pokok akidah dan cara-cara beribadat kepada-Nya. Semua yang aku sampaikan itu hanyalah dari Allah Tuhan Maha Pencipta segala sesuatu, lagi Maha Kuasa, bukan aku yang membuatnya. Menurut pandanganku, kamu semua tidak mengetahui hakikat agama yang benar, siapakah sebenarnya Tuhan yang berhak disembah dan siapa yang berhak menentukan cara-cara beribadat kepada-Nya. Karena itu, wajarlah jika kamu tidak memahami apa yang aku sampaikan kepadamu dun tidak mau memikirkan sampai di mana kebenaran hal yang aku sampaikan itu.
24 Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: `Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami`.(Bukan)! bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih,(QS. 46:24)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ahqaaf 24

فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًا مُسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ قَالُوا هَذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا بَلْ هُوَ مَا اسْتَعْجَلْتُمْ بِهِ رِيحٌ فِيهَا عَذَابٌ أَلِيمٌ (24

Segala macam usaha telah dilakukan Nabi Hud a.s. untuk mengajak kaumnya menganut agama yang benar. Bahkan dalam ayat-ayat yang lain diterangkan bahwa Nabi Hud a.s. menantang kaumnya agar semua mereka dan dewa-dewa mereka itu bersama-sama melawan dun membunuh dirinya.Namun tantangan itu tidak mereka hiraukan, karena itu Allah SWT. memutuskan untuk. menimpakan azab kepada mereka.
Azab itu dimulai dengan datangnya musim kemarau yang panjang menimpa negeri mereka Dalam keadaan demikian itu, kelihatan oleh mereka awan hitam melintang di atas langit dun bergerak menuju negeri merek! Mereka semua bergembira menyambut kedatangan awan itu menurut mereka, awan itu adalah sebagai tanda akan kedatangan hujan dalam waktu yang dekat, yang selama ini sangat mereka harapkan. Mereka mengatakan, "Ini adalah awan yang membawa `! hujan". Lalu Nabi Hud a.s. menatap awan itu dan memperhatikannya dengan seksama, kemudian berkatalah beliau, "Awan yang datang bergumpal-gumpa itu bukanlah sebagai tanda akan kedatangan hujan sebagaimana yang kamu sangka itu, tetapi awan itu sebagai tanda datangnya azab yang kamu inginkan dun kamu tunggu-tunggu. Azab yang akan datang untuk menghancurkan kamu itu berupa angin kencang yang akan membinasakan kamu dan semua yang dilandanya. Dia akan membinasakan kamu dan semua hartamu dan akan menghancurkan pula seluruh kekuatan dewa-dewa yang selalu kamu bangga sesuai dengan tugas yang diperintahkan Tuhan kepadanya.
Dalam ayat yang lain diterangkan bentuk azab yang ditimpakan kepada kaum `Ad itu. Allah SWT. berfirman:

وَأَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوا بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ (6) سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ حُسُومًا فَتَرَى الْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَى كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ (7) فَهَلْ تَرَى لَهُمْ مِنْ بَاقِيَةٍ (8 

Artinya:
Adapun kaum `Ad mereka itu telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi sangat kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam delapan hari terus-menerus; maka kamu lihat kaum `Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). Maka kamu tidak melihat seorang pun yang tinggal di antara mereka". (Q.S. Al Haqqah: 6-8)
Dan firman Allah SWT: 



وَفِي عَادٍ إِذْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِمُ الرِّيحَ الْعَقِيمَ (41) مَا تَذَرُ مِنْ شَيْءٍ أَتَتْ عَلَيْهِ إِلَّا جَعَلَتْهُ كَالرَّمِيمِ (42

Artinya
Dan juga pada (kisah) `Ad ketika Kami kirimkan kepada mereka angin yang membinasakan, angin itu tidak membiarkan sesuatu pun yang dilandanya, melainkan dijadikannya seperti serbuk. (Q.S. Az Zariat : 41-42)
Bagaimana kedahsyatan azab yang telah ditimpakan kepada kaum `Ad itu tergambar pada sikap Rasulullah saw. sewaktu angin kencang bertiup. Di dalam suatu hadis diterangkan sebagai berikut: 



عن عائشة رضي الله عنها قاليت: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا عصفت الريح قال : اللهم إني أسألك خيرها وخير ما أرسلت به وأعوذبك من شرها وشر ما فيها وشر ما أرسلت به فإذا أحيلت السماء تغير لونه صلى الله عليه وسلم وخرج ودخل وأقبل وأدبر، فإذا أمطرت سري عنه فسألته فقال عليه الصلاة والسلام: لا أدري لعله كما قال قوم عاد : هذا عارض ممطرنا
Artinya:
Aisyah berkata, adalah Rasulullah saw. apabila angin kencang bertiup, berdoa, "Wahai Tuhan, aku mohon kepada Engkau angin yang paling baik; baik isinya dan paling baik pula yang dibawanya. dan aku : berlindung kepada Engkau dan angin yang buruk; buruk isinya dan buruk pula yang dibawanya?. Apabila langit memperlihatkan gejala-gejala akan turunnya hujan berubahlah air muka Rasulullah saw. beliau mondar mandir keluar masuk rumah, ke muka dan ke belakang. Maka apabila hujan telah turun legalah hati beliau, lalu aku bertanya kepada beliau, beliau menjawab, "Aku tidak mengetahui, mudah-mudahan saja seperti r yang dikatakan kaum `Ad Awan yang datang ini menurunkan hujan kepada kita. (H.R. Muslim dan Nasai dari Aisyah)
dan sabdanya lagi sebagai berikut 



عن عائشة قالت: ما رأيت رسول الله مستجمعا ضاحكا حتى رأى منه لهواته، وإنما كان يبتسم وكان إذا رأى غيما وريحا عرف ذلك في وجهه، قلت يا رسول الله الناس إذا رأوا الغيم فرحوا رجاء أن يكون فيه المطر، وأراك إذا رأيته عرف في وجهك الكراهية، قال : يا عائشة وما يؤمنني أن يكون فيه عذاب عذب قوم بالريح وقد رأى قوم العذاب قالوا هذا عارض ممطرنا
Artinya
Sesungguhnya Aisyah telah berkata, "Aku tidak pernah melihat Rasulullah tertawa lebar hingga kelihatan anak lidahnya. Beliau hanya tersenyum, sedang apabila beliau melihat awan dan angin, berubah air mukanya. Aku bertanya kepada beliau, "Ya Rasulullah; orang apabila melihat awan mereka bergembira karena mengharapkan moga-moga awan itu membuat hujan, sedangkan engkau aku lihat bila melihat awan kelihatan perasaan kurang senang di mukamu" Rasulullah menjawab, "Ya Aisyah. siapa yang dapat menjamin bahwa awan itu tidak membawa azab?. Telah pernah suatu kaum diazab dengan angin itu. Sesungguhnya kaum itu melihat azab, tetapi mereka menyangkanya awan yang membawa hujan, maka berkatalah mereka, "Awan itu datang membawa hujan kepada kita". (H.R. Bukhari, Muslim dan lainnya dari Aisyah)
Pada hadis yang lain (lihat Tatsir Al Maragi, hal 31 juz 26 jilid IX) yang diriwayatkan Muslim diterangkan 



عن ابن عباس عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: نصرت بالصبا وأهلكت عاد الدبور
Artinya:
Ibnu Abbas menerangkan bahwa Nabi saw. pernah bersabda, "Saya ditolong oleh angin utara dan kaum `Ad dihancurkan dengan angin barat".
25 yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Rabbnya, maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa.(QS. 46:25)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ahqaaf 25

تُدَمِّرُ كُلَّ شَيْءٍ بِأَمْرِ رَبِّهَا فَأَصْبَحُوا لَا يُرَى إِلَّا مَسَاكِنُهُمْ كَذَلِكَ نَجْزِي الْقَوْمَ الْمُجْرِمِينَ (25

Dalam ayat ini Allah SWT. memperingatkan kepada orang-orang musyrik Quraisy bahwa Allah SWT. telah menimpakan azab yang amal dahsyat kepada kaum `Ad itu. Demikian dahsyatnya azab itu sehingga apa saja yang dilanda oleh azab yang berupa angin yang amat dingin yang bertiup dengan keras itu hancurlah. Mereka mati bergelimpangan. Rumah-rumah dan bangunan-bangunan runtuh, barang-barang beterbangan, pohon-pohon dan kayu-kayuan tumbang. Tidak ada yang kelihatan lagi, kecuali puing-puing dan tempat tinggal mereka yang telah berserakan. Azab yang seperti itu telah menimpa pula kaum-kaum yang lain. seperti kaum Samud, kaum Lut dan kaum Syuaib. Semua mereka itu adalah orang-orang yang ingkar dan durhaka kepada Allah. Seandainya kaum Quraisy tetap ingkar dan durhaka, mereka akan p kedatangan azab seperti itu.
26 Dan sesungguhnya Kami telah meneguhkan kedudukan mereka dalam hal-hal yang Kami belum pernah meneguhkan kedudukanmu dalam hal itu dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi pendengaran, penglihatan dan hati merekatidak berguna sedikit juapun bagi mereka, karena mereka selalu mengngkari ayat-ayat Allah dan mereka telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka memperolok-olokkannya.(QS. 46:26)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ahqaaf 26 

وَلَقَدْ مَكَّنَّاهُمْ فِيمَا إِنْ مَكَّنَّاكُمْ فِيهِ وَجَعَلْنَا لَهُمْ سَمْعًا وَأَبْصَارًا وَأَفْئِدَةً فَمَا أَغْنَى عَنْهُمْ سَمْعُهُمْ وَلَا أَبْصَارُهُمْ وَلَا أَفْئِدَتُهُمْ مِنْ شَيْءٍ إِذْ كَانُوا يَجْحَدُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (26

Dengan ayat ini Allah SWT. membandingkan antara keadaan kaum `Ad yang dihancurkan itu dengan orang-orang musyrik Mekah yang semakin bertambah keingkarannya kepada Nabi saw. dengan mengatakan "Kami telah meneguhkan kedudukan kaum `Ad itu pada beberapa segi kehidupan duniawi, belum pernah Kami meneguhkan yang serupa itu terhadap kamu sekalian. Kami telah memberikan kepada mereka harta yang banyak, tubuh yang kuat dan perkasa, kemampuan untuk membentuk suatu negara sehingga mereka dapat menguasai negeri-negeri di sekitar mereka, tetapi semuanya itu tidak dapat menghindarkan mereka dari azab Allah yang ditimpakan kepada mereka". Allah SWT. berfirman: 



أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ كَانُوا أَكْثَرَ مِنْهُمْ وَأَشَدَّ قُوَّةً وَآثَارًا فِي الْأَرْضِ فَمَا أَغْنَى عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (82
Artinya:
Maka apakah mereka tiada mengadakan perjalanan di muka bumi lalu memperhatikan betapa kesudahan orang-orang yang sebelum mereka Adalah orang-orang yang sebelum mereka itu lebih hebat kekuatannya dan (lebih banyak) bekas-bekas mereka di muka bumi, maka apa yang mereka usahakan itu tidak dapat menolong mereka. (Q.S. Al Mu'min: 82)
Selanjutnya Allah SWT. menerangkan "Kami telah memberikan kepada kaum Ad bermacam-macam nikmat; Kami telah menganugerahkan kepada mereka penglihatan, pendengaran dan hati agar mereka memperhatikan ayat-ayat Kami, tetapi mereka tidak mempergunakannya, bahkan semuanya itu tidak berfaedah bagi mereka".
Sejarah telah membuktikan bahwa kaum `Ad pernah mempunyai kebudayaan yang tinggi. Mereka telah sanggup menyusun pemerintahan dan membangun negara dan negeri-negeri. Mereka telah membangun perusahaan-perusahaan, menggali barang-barang tambang dari perut bumi, membuat kanal-kanal untuk menciptakan irigasi yang teratur. Dengan adanya irigasi yang teratur itu tanah negeri mereka menjadi subur. Mereka dapat pula mengolah tanah dengan baik sehingga mereka hidup makmur. Di samping itu, telah dapat pula mereka membangun tentara ya!g kuat dan kokoh sehingga negera mereka meujadi negara yang terkemuka di Jazirah Arab pada masa itu.
Seharusnya kenikmatan dan kebesaran yang telah di anugerahkan Allah SWT itu menjadi bahan pemikiran bagi mereka tentang siapa yang telah menolong mereka mencapai semua yang mereka cita-citakan. Tetapi semuanya itu menambah kesombongan dan ketakaburan mereka. Mereka mengira bahwa keadaan yang demikian itu mereka peroleh semata-mata atas kesanggupan dan kemauan mereka dan keadaan itu akan mereka punyai selama-lamanya. Allah SWT. berfirman: 



فَأَمَّا عَادٌ فَاسْتَكْبَرُوا فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَقَالُوا مَنْ أَشَدُّ مِنَّا قُوَّةً أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَهُمْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يَجْحَدُونَ (15

Artinya:
Adapun kaum Ad, maka mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata, "Siapakah yang lebih besar kekuatannya dari kami?". Dan apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allah yang menciptakan mereka adalah lebih besar kekuatan-Nya dari mereka? Dan adalah mereka mengingkari tanda-tanda (kekuatan) Kami. (Q.S. Fussilat: 15)
Selanjutnya Allah SWT. menerangkan bahwa kaum `Ad tidak dapat mengambil manfaat dari semua yang telah dianugerahkan kepada mereka itu, adalah karena mereka mendustakan seruan Rasul yang diutus kepada mereka serta mengingkari mukjizat-mukjizat Rasul. Akibatnya, mereka ditimpa azab yang selalu mereka minta segera didatangkan, yang menurut mereka azab itu mustahil akan ditimpakan kepada mereka.
27 Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan negeri-negeri di sekitarmu dan Kami telah mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami berulang-ulang supaya mereka kembali (bertaubat).(QS. 46:27)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ahqaaf 27 - 28 

وَلَقَدْ أَهْلَكْنَا مَا حَوْلَكُمْ مِنَ الْقُرَى وَصَرَّفْنَا الْآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (27) فَلَوْلَا نَصَرَهُمُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ قُرْبَانًا آلِهَةً بَلْ ضَلُّوا عَنْهُمْ وَذَلِكَ إِفْكُهُمْ وَمَا كَانُوا يَفْتَرُونَ (28

Allah SWT. mengingatkan kaum musyrik Mekah agar mereka mengambil pelajaran dari pengalaman pahit yang telah dialami oleh orang-orang dahulu, yang telah mendustakan Rasul yang telah diutus kepada mereka. Orang .!orang dahulu itu tidak jauh dan negerinya dari negeri mereka; mereka diam di sekitar negeri Mekah seperti kaum `Ad di Ahqaf, kaum Samud yang diam di daerah antara Mekah dan Syam. Kepada mereka telah diterangkan pula tanda tanda keesaan, kekuasaan dan kebesaran Allah dan telah disampaikan pula agama-Nya. Tetapi mereka tidak mengacuhkannya, bahkan mengingkari dan memperolok-olokkan para Rasul itu. Di waktu azab menimpa mereka, tidak ada satu pun dari sembahan )bahan itu yang dapat menolong mereka, bahkan sembahan-sembahan yang berupa patung-patung yang tak bernyawa itu ikut hancur lebur bersama mereka.
Itulah kebohongan dan pengingkaran umat-umat dahulu dan itu pulalah balasan dan azab yang mereka terima. Bagaimanakah dengan orang-orang musyrik Mekah? Apakah mereka ingin pula mengalami kehancuran seperti yang telah dialami umat-umat yang dahulu itu?
Dari ayat ini, terkandung suatu pengertian berupa ancaman Allah kepada orang-orang musyrik Mekah bahwa mereka pasti mengalami dan ditimpa azab, seperti yang dialami kaum `Ad dan Samud dan umat-umat yang lain apabila mereka tetap tidak mengindahkan seruan Muhammad, sebagai Rasul Allah yang diutus kepada mereka.


28 Maka mengapa yang mereka sembah selain Allah sebagai Ilah untuk mendekatkan diri (kepada Allah) tidak dapat menolong mereka. Bahkan ilah-ilah itu telah lenyap dari mereka Itulah akibat kebohongan mereka dan apa yang dahulu mereka ada-adakan.(QS. 46:28)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ahqaaf 28

فَلَوْلَا نَصَرَهُمُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ قُرْبَانًا آلِهَةً بَلْ ضَلُّوا عَنْهُمْ وَذَلِكَ إِفْكُهُمْ وَمَا كَانُوا يَفْتَرُونَ (28

(Maka mengapa tidak) atau kenapa tidak (menolong mereka) dengan cara menolak azab dari diri mereka (sesembahansesembahan selain Allah yang mereka jadikan) selain dari Allah (sebagai taqarrub) untuk mendekatkan diri mereka kepada Allah (dan sebagai tuhan-tuhan) di samping Allah, yaitu berupa berhala-berhala. Maf'ul pertama dari lafal Ittakhadza adalah Dhamir yang tidak disebutkan yang kembali kepada Isim Maushul, yaitu lafal Hum, sedangkan Maf'ul keduanya adalah lafal Qurbaanan, dan lafal Aalihatan sebagai Badal dari lafal Qurbaanan. (Bahkan tuhan-tuhan itu telah lenyap) yakni pergi (dari mereka) sewaktu azab itu datang menimpa mereka. (Itulah) yakni pengambilan mereka terhadap berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan untuk mendekatkan diri kepada Allah (akibat kebohongan mereka) kedustaan mereka (dan apa yang dahulu mereka ada-adakan) yang dahulu mereka buat-buat. Maa adalah Mashdariyah atau Maushulah, sedangkan Dhamir yang kembali kepadanya tidak disebutkan yaitu lafal Fiihi; lengkapnya: Wa Maa Kaanuu Fiihi Yaftaruuna.
29 Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan al-Quran, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata: `Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)`. Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.(QS. 46:29)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ahqaaf 29 

وَإِذْ صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَرًا مِنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْآنَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوا أَنْصِتُوا فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوْا إِلَى قَوْمِهِمْ مُنْذِرِينَ (29

Dalam ayat ini Allah SWT. memerintahkan kepada Rasulullah saw. agar menyampaikan kepada orang-orang musyrik Mekah peristiwa tentang pertemuannya dengan sekelompok jin yang telah datang kepadanya untuk mendengarkan pembacaan ayat-ayat Alquran. Di waktu mereka mendengarkan pembacaannya, sebagian mereka berkata kepada sebahagian yang lain, "Dengarlah baik-baik pembacaan Alquran ini agar dengan demikian kita dapat memusatkan perhatian kepada bacaan yang belum pernah kita dengar selama ini dan untuk menunjukkan sikap dan budi pekerti yang baik pada waktu mendengarkan pembacaan ayat Alquran yang mulia ini". Setelah mereka selesai mendengarkan pembacaan Alquran itu, mereka kembali kepada kaumnya untuk menyampaikan apa yang telah mereka dengar itu.
Dalam ayat ini diterangkan bahwa jin telah mendengarkan pembacaan ayat ayat Alquran dari Nabi saw. Bagaimana cara jin mendengarkan pembacaan itu dan bagaimana Nabi saw. memperdengarkannya tidak ada keterangan yang menerangkannya dengan jelas. Demikian pula, tidak ada bukti-bukti nyata yang dapat dikemukakan dengan pasti dengan adanya alam jin itu sendiri. Adanya alam jin itu hanyalah didapat dari ayat-ayat Alquran dan hadis-hadis Nabi saw. Maka kita sebagai umat Islam wajib mempercayai adanya jin itu, sebagaimana kita wajib mempercayai adanya malaikat karena kepercayaan kepada adanya jin dan malaikat itu termasuk dalam mempercayai seluruh isi Alquran yang merupakan sumber pokok agama Islam.
Malaikat dan jin termasuk alam gaib, karena itu hanya Allah sajalah yang mengetahui dengan pasti tentang hakikat dan kejadiannya. seorang muslim wajib percaya bahwa Nabi Muhammad saw. pernah berhubungan dengan malaikat, seperti waktu menerima wahyu dan sebagainya. Demikian pula seorang muslim wajib percaya pula bahwa pada suatu waktu, di masa Rasulullah saw. masih hidup, beliau pernah berhubungan dengan jin, yaitu di waktu memperdengarkan bacaan Alquran kepada mereka dan waktu mereka kepada kaumnya.
Mengenai hadis-hadis Rasulullah yang menerangkan pertemuan beliau dengan serombongan jin itu ialah antara lain hadis yang tersebut di bawah ini.

 
عن مسروق قال: سألت ابم مسعود من أذن النبي صلى الله عليه وسلم بالجن ليلة استمعوا القرآن قال : أذنته بهم الشجرة
 
Artinya:
Masruq berkata, "Aku bertanya kepada Ibnu Mas'ud tentang siapa yang memberitahukan kepada Nabi Muhammad saw. akan kehadiran jin pada malam mereka mendengarkan bacaan Alquran". Beliau menjawab, "Yang memberitahukan kehadiran mereka ialah pohon kayu itu". (H.R. Bukhari dan Muslim dan lain-lain dari Masruq)
Pada hadis yang lain disebutkan sebagai berikut: 



عن علقمة قال : قلت لابن مسعود :هل صحب رسول الله صلى الله عليه وسلم منكم أحد ليلة الجن؟ قال : ما صحبه منا أحد 

Artinya:
Alqamah berkata, "Aku bertanya kepada Ibnu Mas'ud, adakah salah seorang di antara kamu yang menyertai Rasulullah saw. pada malam pertemuannya dengan jin?" Ibnu Mas'ud menjawab, "Tidak seorang pun di antara kami yang menyertainya". (H.H. Ahmad, Muslim dan Tirmizi dari Alqamah)
Ayat ini diturunkan pada saat-saat Rasulullah saw. dan para sahabat sedang menghadapi tantangan yang sangat berat dari kaum musyrik Mekah. Setelah istri beliau yang beliau cintai, Khadijah wafat, kemudian disusul dengan wafatnya paman beliau Abu Talib, beliau merasa kehilangan orang-orang yang selama ini melindungi dan menolong beliau dari gangguan orang-orang Quraisy. Dalam pada itu, ancaman dan gangguan orang Quraisy semakin bertambah. Berhadapan dengan keadaan semacam ini beliau pergi ke negeri Taif dengan harapan akan mendapat perlindungan dan pertolongan dari Bani Saqif. Tetapi beliau tidak memperoleh apa yang diharapkannya itu, bahkan Bani Saqif sendiri bertindak kasar dengan menyuruh budak-budak mereka mengusir dan melempari Rasulullah sehingga kaki beliau luka dan berdarah. Mereka memaksa Rasulullah menghindarkan diri ke kebun `Utbah dan Syaibah, di situlah beliau berlindung dari teriknya matahari dan setelah berdoa meminta pertolongan dari Tuhan, barulah budak-budak itu pergi. Kemudian Rasulullah kembali ke Mekah. Dalam perjalanan kembali itu, beliau singgah di Nakhlah, suatu tempat termasuk kota Mekah. Beliau kemalaman di sana. Maka pada malam itu waktu beliau sedang salat dan membaca Alquran dalam salat itu, Allah SWT. mengerahkan tujuh orang pemuka jin untuk mendengarkan Nabi saw. membaca Alquran itu. Beliau tidak mengetahui akan kedatangan jin itu dan beliau juga tidak mengetahui saat jin itu kembali ke tempatnya. Dengan turunnya ayat ini barulah Rasulullah saw. mengetahui kedatangan jin itu.
Ayat ini diturunkan untuk menenteramkan hati Nabi saw. dan para sahabatnya. Tidak lama setelah itu, terjadilah peristiwa `Israk dan Mikraj. Kedua peristiwa itu menambah kuat hati Nabi dan keyakinan beliau akan berhasilnya beliau dalam menyampaikan risalah yang ditugaskan Allah kepadanya.
Ayat ini menerangkan bahwa jin memperlihatkan ayat-ayat Alquran yang dibaca Rasulullah, kemudian menyampaikan isi Alquran itu kepada kaumnya. Dari peristiwa ini, dapat diambil kesimpulan bahwa seruan Rasulullah itu tidak saja tertuju kepada seluruh manusia, tetapi juga ditujukan kepada jin, makhluk gaib yang tidak dapat diketahui hakikat dan keadaannya oleh manusia. Hanya saja kita manusia tidak mengetahui bila waktunya dan bagaimana cara-caranya jin itu melaksanakan perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan Allah.
Sebagian ahli tafsir mengambil kesimpulan berdasarkan ayat ini bahwa seandainya ada makhluk hidup yang berada di luar planet bumi ini, yang keadaannya seperti manusia pula, yaitu dapat berpikir, berbuat dan berperasaan, maka risalah Muhammad saw. berlaku pula bagi mereka dan kaum Muslimin wajib menyampaikannya kepada mereka sedapat mungkin. Jin sebagai makhluk gaib wajib melaksanakan risalah Muhammad saw. dan tentulah makhluk lain yang tidak gaib dan sama dengan manusia lebih wajib lagi melaksanakan risalah Muhammad saw. ini.
30 Mereka berkata: `Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (al-Quran) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus.(QS. 46:30)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ahqaaf 30 

قَالُوا يَا قَوْمَنَا إِنَّا سَمِعْنَا كِتَابًا أُنْزِلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَى مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ وَإِلَى طَرِيقٍ مُسْتَقِيمٍ (30

Dalam ayat ini diterangkan bahwa serombongan jin yang telah mendengar pembacaan Alquran dari Nabi Muhammad saw. menyeru kaumnya, "Wahai kaumku, sesungguhnya kami telah mendengar pembacaan ayat-ayat sebuah kitab yang telah diturunkan Allah setelah kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa. Kitab itu membenarkan kitab-kitab yang diturunkan Allah sebelumnya, menunjukkan jalan yang paling baik ditempuh seseorang yang ingin mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan kebahagaiaan hidup di akhirat nanti, serta menerangkan jalan-jalan yang diridai dan jalan-jalan yang tidak diridai Allah SWT".
31 Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih.(QS. 46:31)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ahqaaf 31

يَا قَوْمَنَا أَجِيبُوا دَاعِيَ اللَّهِ وَآمِنُوا بِهِ يَغْفِرْ لَكُمْ مِنْ ذُنُوبِكُمْ وَيُجِرْكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ (31

Selanjutnya jin-jin itu menyeru kaumnya, "Wahai kaumku, perkenankanlah dan terimalah seruan Muhammad sebagai Rasul Allah yang telah menyeru kamu mengikuti agama Allah, berimanlah kepada-Nya agar Dia mengampuni dosa-dosamu dan melindungi kamu dari azab yang tidak seorang pun dapat melepaskan dari azab itu, kecuali dengan seizin-Nya.
Ayat ini memberi pengertian bahwa:
1. Jin-jin itu ada yang mukmin dan ada pula yang kafir. Dalam ayat ini, mereka diseru agar beriman kepada Allah SWT.
2. Jin berkewajiban beribadah kepada Allah. Oleh karena itu jin menerima syariat sebagaimana syariat yang disampaikan oleh para Nabi dan Rasul kepada manusia.
3. Jin yang beriman diselamatkan dari api neraka.
32 Dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah maka dia tidak akan melepaskan diri dari azab Allah di muka bumi dan tidak ada baginya pelindung selain Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata`.(QS. 46:32)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ahqaaf 32 

وَمَنْ لَا يُجِبْ دَاعِيَ اللَّهِ فَلَيْسَ بِمُعْجِزٍ فِي الْأَرْضِ وَلَيْسَ لَهُ مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءُ أُولَئِكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (32

Kemudian diterangkan, "Barang siapa di antara jin yang tidak menerima seruan Muhammad saw. sebagai Rasulullah yaitu tidak melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhkan diri dari larangan-larangan-Nya yang tersebut dalam Alquran dan hadis, maka ia tidak dapat menghindari diri dari azab-Nya apabila Dia berkehendak mengazabnya. Dan ia tidak mendapat seorang penolong pun untuk melepaskan dirinya dari azab Allah, kecuali jika Allah sendiri menghendakinya.
Dari ayat ini dipahamkan pula bahwa seluruh ibadat-ibadat yang diwajibkan kepada kaum muslimin mengerjakannya, wajib pula seluruh jin mengerjakannya, seperti salat, puasa, bertolong-tolongan dan sebagainya. Diterangkan bahwa jin-jin yang tidak mengikuti seruan Muhammad berada dalam kesesatan dan menyimpang dari jalan yang benar.
33 Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah karena menciptakannya, kuasa menghidupkan orang-orang mati Ya (bahkan) sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.`(QS. 46:33)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ahqaaf 33 

أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَمْ يَعْيَ بِخَلْقِهِنَّ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يُحْيِيَ الْمَوْتَى بَلَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (33

Ayat ini merupakan teguran keras kepada orang-orang kafir yang mengingkari hari kebangkitan, adanya hidup setelah mati untuk menghisab amal dan perbuatan yang telah dilakukan setiap manusia dengan mengatakan, "Wahai orang-orang kafir, mengapa kamu lalai dan tidak pernah merenungkan kejadian alam semesta ini sehingga kamu tidak mengetahui bahwa Allah SWT yang telah menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak pernah merasa letih dan lesu dalam menciptakan itu, serta berkuasa pula menghidupkan yang telah mati".
Dari ayat ini dipahami bahwa orang-orang kafir itu tidak pernah menggunakan pikiran dan tidak pernah merenungkan kejadian alam semesta ini dalam arti yang sebenarnya. Mereka tidak mau memikirkan siapa pencipta alam yang amat teratur dan dilengkapi dengan hukum-hukum yang sangat rapi dan kokoh. Mereka juga tidak mau memikirkan siapa yang menciptakan dirinya sendiri dan menjaga kelangsungan hidupnya. Seandainya mereka mau memikirkan dengan tujuan ingin mencari kebenaran, mereka akan sampai kepada kesimpulan bahwa pencipta semua itu adalah Allah yang Maha Bijaksana lagi Maha Kuasa. Jika Dia Maha Kuasa, tentulah Dia sanggup melaksanakan segala sesuatu yang dikehendaki-Nya, tanpa mengenal lelah. Zat yang bersifat demikian mudah bagi-Nya menghidupkan kembali orang-orang yang telah dimatikan-Nya, karena menciptakan langit dan bumi itu jauh lebih sukar dari menciptakan manusia dan mematikan serta menghidupkan kembali.
Allah SWT. berfirman: 



لَخَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أَكْبَرُ مِنْ خَلْقِ النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ (57

Artinya:
Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Q.S. Al Mu'min: 57)
Selain daripada itu, biasanya mengulang membuat sesuatu itu lebih mudah daripada menciptakan pertama kalinya. Allah SWT. berfirman: 



وَهُوَ الَّذِي يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَهُوَ أَهْوَنُ عَلَيْهِ وَلَهُ الْمَثَلُ الْأَعْلَى فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (27

Artinya:
Dan Dia lah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali dan menghidupkan kembali itu lebih mudah bagi-Nya. Dan bagi-Nyalah sifat yang Maha Tinggi di langit dan di bumi dan Dia lah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. Ar Rum: 27)
Pada akhir ayat ini ditegaskan bahwa yang Maha Pencipta segala sesuatu lagi Maha Perkasa itu adalah Allah Yang Maha Kuasa. Dia dapat melakukan segala yang dikehendaki-Nya, tanpa seorang pun dapat menghalangi dan menentang-Nya.
34 Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan kepada neraka, dikataka kepada mereka): `Bukankah (azab) ini benar` Mereka menjawab: `Ya benar, demi Rabb kami`. Allah berfirman: `Maka rasakanlah azab ini disebabkan kamu selalu ingkar`.(QS. 46:34)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ahqaaf 34 

وَيَوْمَ يُعْرَضُ الَّذِينَ كَفَرُوا عَلَى النَّارِ أَلَيْسَ هَذَا بِالْحَقِّ قَالُوا بَلَى وَرَبِّنَا قَالَ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ (34

Dalam ayat ini Allah SWT. menerangkan akibat yang akan diterima oleh orang-orang yang mengingkari adanya hari kebangkitan. Pada hari kebangkitan itu mereka dan orang-orang yang tidak percaya akan adanya pahala dan siksa Allah, akan dimasukkan ke dalam api neraka yang menyala-nyala.
Kepada mereka diucapkan perkataan yang menyakitkan hati dan penuh penghinaan, "Hai orang-orang kafir, bukankah azab yang kamu rasakan hari ini adalah azab yang pernah diperingatkan kepada kamu dahulu, semasa kamu. hidup di dunia, sedangkan kamu mendustakan dan memperolok-olokkan". Mereka menjawab, "Benar ya Tuhan kami, kami benar-benar telah merasakan akibatnya". Allah mengatakan kepada mereka, "Sekarang rasakanlah olehmu apa yang kamu perolok-olokkan itu. Itulah balasan yang setimpal dengan sikap dan tindakanmu itu."
35 Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari.(Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik.(QS. 46:35)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Ahqaaf 35 

فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلَا تَسْتَعْجِلْ لَهُمْ كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ بَلَاغٌ فَهَلْ يُهْلَكُ إِلَّا الْقَوْمُ الْفَاسِقُونَ (35

Dalam ayat ini Allah SWT. memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw. agar selalu tetap tabah dalam menghadapi sikap dan tindakan orang-orang kafir yang mengingkari dan mendustakan risalah yang disampaikan kepada mereka itu seperti ketabahan dan kesabaran yang telah dilakukan Rasul-rasul ulul `azmi yang dahulu.
Rasulullah saw. melaksanakan dengan baik perintah Allah ini. Beliau selalu bersabar dan tabah menghadapi segala macam cobaan yang datang kepada beliau. Mengenai kesabaran beliau ini diterangkan dalam hadis sebagai berikut: 



عن عائشة قالت: ظل رسول الله صلى الله عليه وسلم صائما ثم طوى ثم ظل صائما ثم طوى ثم ظل صائما، قال يا عائشة إن الدنيا لا ينبغي لمحمد ولا لأل محمد، يا عائشة إن الله لم يرض من أولي العزم من الرسل إى الصبر على مكروهها والصبر عن محبوبها ثم لم يرض مني إلا أن يكلفني فقال : فاصبر كما صبر أولوا العزم من الرسل، وإني والله لأصبرن كما صبروا جهدي ولا قوة إلا بالله
Artinya:
Dari Aisyah ia berkata, "Rasulullah saw. senantiasa berpuasa, lalu beliau merasa lapar, kemudian ia tetap berpuasa, lalu ia merasa lapar, kemudian ia berpuasa. Ia berkata, 'Ya Aisyah sesungguhnya kesenangan di dunia tidak patut bagi Muhammad dan keluarganya. Ya Aisyah sesungguhnya Allah tidak menyukai para rasul ulul azmi (Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad) kecuali bersabar atas segala cobaannya dan bersabar atas yang dicintainya, kemudian Allah tidak menyukai aku, kecuali Dia membebankan kepadaku seperti yang telah dibebankan-Nya kepada para rasul itu. Maka Dia berkata, "Bersabarlah seperti para Rasul ulul azmi telah bersabar." Dan sesungguhnya aku demi Allah, benar-benar akan bersabar seperti para rasul itu dan tidak ada sesuatupun kekuatan kecuali kekuatan Allah". (H.R. Ibnu Abi Hatim dan Dailami dari Aisyah r.a.)
Sabar adalah suatu sifat yang utama. Berbahagialah orang-orang yang mempunyai sifat ini. Lawan dari sabar ialah tergesa-gesa.
Dalam ayat ini Allah SWT. mencela sifat tergesa-gesa itu dan memperingatkan Nabi Muhammad saw. agar jangan mempunyai sifat tergesa-gesa seperti memohonkan kepada Allah agar segera ditimpakan azab kepada orang-orang musyrik yang mengingkari seruan beliau karena azab itu telah pasti menimpa mereka dan waktu kedatangannya hanya Allah lah yang mengetahuinya.
Allah SWT. berfirman: 



وَذَرْنِي وَالْمُكَذِّبِينَ أُولِي النَّعْمَةِ وَمَهِّلْهُمْ قَلِيلًا (11

Artinya:
Dan biarkanlah Aku (saja) yang bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu, orang-orang yang mempunyai kemewahan dan beri tangguhlah mereka barang sebentar". (Q.S. Al Muzammil: 11)
Dan firman Allah SWT: 



فَمَهِّلِ الْكَافِرِينَ أَمْهِلْهُمْ رُوَيْدًا (17

Artinya:
"Karena itu beri tangguhlah orang-orang kafir itu, yaitu beri tangguhlah mereka itu barang sebentar". (Q.S. At Tariq: 17)
Ayat ini menerangkan keadaan orang-orang kafir di akhirat tatkala melihat azab yang akan menimpa mereka. Mereka seakan-akan diam di dunia ini hanya sesaat saja pada suatu siang hari. Perasaan ini timbul karena kengerian dan ketakutan yang timbul di hati mereka waktu melihat azab yang akan menimpa mereka itu. Keadaan mereka diterangkan Allah pada ayat yang lain: 



قَالَ كَمْ لَبِثْتُمْ فِي الْأَرْضِ عَدَدَ سِنِينَ (112) قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ فَاسْأَلِ الْعَادِّينَ (113

Artinya:
Allah bertanya, "Berapa tahun kah lamanya kamu tinggal di bumi?" Mereka menjawab, "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung". (Q.S. Al Mu'minun: 112-113)
Dan firman Allah SWT:.

 
كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَاهَا (46

Artinya:
Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari. (Q.S. An Naziat: 46)
Dalam ayat ini terdapat perkataan "balag" yang dalam ayat ini berarti "cukup". Maksudnya ialah: Allah SWT. menyatakan bahwa ayat ini merupakan penjelasan yang cukup bagi manusia, terutama orang-orang kafir yang mau berpikir dan merenungkan kejadian alam semesta ini. Seandainya mereka tidak mau mengindahkan penjelasan ini, mereka pasti akan menanggung akibatnya. Dalam ayat yang lain Allah SWT. berfirman: 



هَذَا بَلَاغٌ لِلنَّاسِ وَلِيُنْذَرُوا بِهِ وَلِيَعْلَمُوا أَنَّمَا هُوَ إِلَهٌ وَاحِدٌ وَلِيَذَّكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ 

Artinya:
(Alquran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia dan supaya mereka diberi peringatan dengannya dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan orang-orang yang berakal mengambil pelajaran (Q.S. Ibrahim: 52)
Dan firman Allah SWT: 



إِنَّ فِي هَذَا لَبَلَاغًا لِقَوْمٍ عَابِدِينَ
Artinya:
Sesungguhnya (apa yang disebutkan) dalam (surah) ini, benar-benar menjadi peringatan bagi kaum yang menyembah Allah. (Q.S. Al Anbiya: 106)
Pada akhir ayat ini Allah SWT. menegaskan, "Betapapun besar dan dahsyatnya azab Allah itu, tidak akan menimpa orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Hanya orang-orang kafir yang tidak mengindahkan perintah-perintah Allah dan melanggar larangan-arangan-Nya saja yang akan ditimpa azab yang mengerikan itu. Ayat ini juga menggambarkan betapa besarnya rahmat dan karunia Allah yang dilimpahkan kepada orang-orang yang taat kepada-Nya. Sehubungan dengan rahmat dan karunia, azab dan malapetaka ini, Rasulullah saw sering berdoa kepada Allah, seperti yang tersebut dalam hadis di bawah ini: 



أخرج الطبرني في الدعاء عن أنس أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يدعو : اللهم إني أسألك موجبات رحمتك وعزائم مغفرتك والسلامة من كل إثم والغنيمة من كل بر والفوز بالجنة والنجاة من النار اللهم لا تدع لي ذنبا إلا غفرته ولا هما إلا فرجته ولا دينا إلا قضيته ولا حوائج الدنيا والأخرة إلا قضيتها برحمتك يا أرحم الراحمين
Artinya:
Diriwayatkan oleh At Tabrani dalam kitab doa dari Anas, Nabi saw berdoa, "Wahai Tuhan! Sesungguhnya aku memohon kepada Engkau limpahan rahmat-Mu, kepastian ampunan-Mu, keselamatan dari setiap perbuatan dosa, kesempatan melakukan setiap kebaikan keberuntungan memperoleh surga, keselamatan dari api neraka. Wahai Tuhan, janganlah kau biarkan satu dosapun bagiku, kecuali Engkau mengampuninya dan kesempitan kecuali Engkau melapangkannya dan utang kecuali Engkau membayarnya, demikian pula segala keperluan dari keperluan duniawi dan ukhrawi, kecuali Engkau menyelesaikannya dengan rahmat Engkau, wahai Tuhan Yang Maha Pemurah (H.R. Tabrani)

Halaman  First Previous Next Last Balik Ke Atas   Total [2]
Ayat 21 s/d 35 dari [35]


Sumber Tafsir di ambil dari :

1. Tafsir DEPAG RI, 2. Tafsir Jalalain Indonesia.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger... Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Edy_Hari_Yanto's  album on Photobucket
TPQ NURUDDIN NEWS : Terima kasih kepada donatur yang telah menyisihkan sebagian rezekinya untuk pembangunan TPQ Nuruddin| TKQ-TPQ "NURUDDIN" MENERIMA SANTRI DAN SANTRIWATI BARU | INFORMASI PENDAFTARAN DI KANTOR TPQ "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN-WONOAYU