 Alhamdulillah saat ini pengobatan dengan thibbun nabawi mulai
 dilirik kaum muslimin sebagai alternatif pengobatan disamping 
pengobatan melalui ilmu medis kedokteran. Berbagai ramuan herbal dan 
semacamnya yang didasarkan petunjuk Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam 
seperti habbatus sauda, minyak zaitun, madu, kurma dan air zam-zam sudah
 banyak beredar di toko-toko dan dikemas sedemikian rupa sehingga 
memudahkan penggunaannya.
Alhamdulillah saat ini pengobatan dengan thibbun nabawi mulai
 dilirik kaum muslimin sebagai alternatif pengobatan disamping 
pengobatan melalui ilmu medis kedokteran. Berbagai ramuan herbal dan 
semacamnya yang didasarkan petunjuk Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam 
seperti habbatus sauda, minyak zaitun, madu, kurma dan air zam-zam sudah
 banyak beredar di toko-toko dan dikemas sedemikian rupa sehingga 
memudahkan penggunaannya.Namun satu hal yang jangan sampai dilupakan adalah kekuatan do’a kepada Alloh. Allah dan Rasul-Nya telah mengajarkan berbagai do’a dan dzikir yang begitu banyak manfaatnya. Di antaranya untuk membentengi diri dari kejahatan yang kita tidak menyadarinya dan hanya Allah yang tahu seperti melalui dzikir pagi dan petang dan untuk pengobatan.
Ruqyah yang bentuk jamaknya adalah ruqaa merupakan bacaan-bacaan untuk pengobatan yang syar’i. Penyembuhan dengan al-Qur’an dan do’a-do’a yang diajarkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam adalah penyembuhan yang bermanfaat sekaligus penawar yang sempurna. Allah berfirman dalam Surat al-Isra ayat 82,
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman…”
Pengertian ‘dari al-Qur’an’ pada ayat di atas maksudnya adalah al-Qur’an itu sendiri. Karena al-Qur’an secara keseluruhan adalah
penyembuh sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas. [1]
penyembuh sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas. [1]
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ 
جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ 
وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang 
kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit 
(yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
 beriman.” (QS Yunus: 57)
Dengan demikian al-Qur’an merupakan 
penyembuh yang sempurna di antara seluruh obat hati dan juga obat fisik,
 sekaligus obat bagi seluruh penyakit dunia dan akhirat. Tidak setiap 
orang mampu untuk melakukan penyembuhan dengan al-Qur’an. Jika 
pengobatan dan penyembuhan itu dilakukan secara baik terhadap penyakit dengan didasari kepercayaan dan keimanan, penerimaan yang penuh, keyakinan yang pasti, pemenuhan syarat-syaratnya, maka tidak ada satu penyakit pun yang mampu melawannya untuk selamanya.
Para ulama telah sepakat untuk membolehkan ruqyah dengan tiga syarat, yaitu:
1. Ruqyah itu dengan menggunakan firman Allah Ta’ala atau Asma dan Sifat-Nya atau sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam
2. Ruqyah itu boleh diucapkan dalam bahasa Arab atau bahasa lain yang difahami maknanya
3. Harus diyakini bahwa bukanlah dzat ruqyah
 itu sendiri yang memberikan pengaruh, tetapi yang memberikan pengaruh 
itu adalah kekuasaan Allah, sedangkan ruqyah hanya merupakan salah satu 
sebab saja. [2]
Di antara ayat-ayat yang dianjurkan untuk 
dibaca sebagai ruqyah diantaranya ayat kursi, Surat al-Fatihah, Surat 
al-Ikhlash, Surat al-Falaq, Surat an-Nas, Surat al-A’raf ayat 117-122, 
Surat Yunus ayat 79-82, Surat Thaha ayat 65-70 dan Surat al-Kafirun. 
Ruqyah ini berguna untuk pengobatan penyakit fisik maupun untuk melawan 
guna-guna atau sihir.
Cara pengobatan ini bisa juga dilakukan kepada diri sendiri seperti yang ditunjukan kisah-kisah berikut ini:
وعَنْ عُثْمَانَ بْنِ أَبِى الْعَاصِ
 أَنَّهُ شَكَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-  ضَعْ يَدَكَ 
عَلَى الَّذِى يَأْلَمُ مِنْ جَسَدِكَ وَقُلْ بِاسْمِ اللَّهِ. ثَلاَثًا. 
وَقُلْ سَبْعَ مَرَّاتٍ: أَعُوذُ بِعِزَّةِ اللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ 
شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ،قال: فَفَعَلْتُ فَأَذْهَبَ اللهُ مَا كَانَ 
بِي – رواه مسلم
Dari Utsman bin Abu al-Ash bahwasanya dia 
mengadukan rasa sakit kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam: 
“Letakkan tanganmu di atas bagian tubuhnya yang sakit lalu ucapkan Bismillah tiga kali, setelah itu ucapkan sebanyak tujuh kali ‘A’udzubi ‘izzatillahi wa qudratihi min syarri maa ajidu wa uhadziru.’ (Aku
 berlindung dengan kemuliaan dan kekuasaan Allah dari keburukan yang aku
 rasakan dan yang aku khawatirkan). Lalu aku baca do’a ini, setelah itu 
Allah menghilangkan rasa sakit yang sebelumnya aku rasakan.” (HR Muslim)
Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu berkata,
 “Pada suatu ketika aku pernah jatuh sakit, tetapi aku tidak menemukan 
seorang dokter atau obat penyembuh. Lalu aku berusaha mengobati dan 
menyembuhkan diriku dengan surat al-Fatihah, maka aku melihat pengaruh 
yang sangat menakjubkan. Aku ambil segelas air zam-zam dan membacakan 
padanya surat al-Fatihah berkali-kali, lalu aku meminumnya hingga aku 
mendapatkan kesembuhan total. Selanjutnya aku bersandar dengan cara 
tersebut dalam mengobati berbagai penyakit dan aku merasakan manfaat 
yang sangat besar. Kemudian aku beritahukan kepada banyak orang yang 
mengeluhkan suatu penyakit dan banyak dari mereka yang sembuh dengan 
cepat.” [3]
Mengenai kekhususan air zam-zam ini terdapat pada hadits Jabir yang marfu’,
مَاءُ زَمْزَمُ لِمَا شُرِبَ لَهُ
“Air zam-zam tergantung kepada tujuan diminumnya.” [4]Suatu kisah nyata terjadi pada Imam al-Hakim Abu Abdillah penulis kitab al mustadrak. Beliau pernah terkena penyakit borok di wajahnya, ia sudah berusaha berobat dengan segala cara namun tak kunjung sembuh. Beliaupun datang kepada abu Utsman ash-Shabuni agar mendo’akan kesembuhan untuknya. Abu Utsman pun mendo’akannya di hari jum’at dan banyak orang yang mengaminkan.
Di hari jum’at mendatang, datanglah seorang 
wanita membawa secarik kertas dan bercerita bahwa ia telah bersungguh 
sungguh mendo’akan untuk kesembuhan beliau. Lalu wanita itu bermimpi 
bertemu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan bersabda: “Katakan 
kepada abu abdillah.. Hendaklah ia mengalirkan air untuk kaum 
muslimin.” Maka beliau pun segera membangun sumur di dekat rumahnya dan 
menyediakan airnya untuk diminum oleh manusia. Seminggu kemudian, tampak
 kesembuhan terlihat pada wajah beliau dan akhirnya hilang sama 
sekali. Dan beliau hidup beberapa tahun setelah itu. (Shahih targhib no 
964)
Insya Allah sedekah yang sepadan dengan 
penyakit atau musibah yang diderita bisa menjadi obat penyembuh. Bisa 
dengan memberi makan orang fakir, menanggung beban anak yatim, 
mewakafkan harta, atau mengeluarkan sedekah jariyah. Jika kesembuhan 
belum kunjung datang, mungkin Allah memperpanjang sakit untuk sebuah 
hikmah yang dikehendaki-Nya atau karena kemaksiatan yang menghalangi 
kesembuhan. Jika demikian cepatlah bertaubat dan perbanyak doa di 
sepertiga malam terakhir.
Demikianlah beberapa contoh pengobatan yang 
bisa dilakukan untuk diri sendiri. Dan sebaik-baik petunjuk adalah 
petunjuk Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam.
Update 12/09/2013 :
Hadits-hadits yang berkaitan dengan anjuran Rasulullah untuk bersedekah sebagai obat penyembuh adalah hadits yang sangat lemah
 derajatnya sehingga tidak bisa dijadikan sandaran meskipun sebagian 
ulama mengamalkan kandungannya. Bersedekah dengan niat kesembuhan dari 
penyakit adalah termasuk keinginan duniawi yang pada asalnya tidak boleh
 dihadirkan ketika melakukan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. 
Ibadah adalah amal perbuatan mulia yang seharusnya ditujukan untuk 
meraih balasan mulia dan kekal di sisi Allah ‘Azza wa Jalla. Disamping 
itu meniatkan ibadah untuk mendapatkan balasan dunia bisa menggugurkan 
pahala amal kebaikan. Allah berfirman dalam QS Huud ayat 15-16,
“Barang siapa yang menghendaki kehidupan
 dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan 
pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak 
akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, 
kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka 
usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan?” [5]
Wallahu a’lam.
*********
_______________________ 
Rujukan:
-Doa & Wirid Mengobati Guna-Guna dan 
Sihir Menurut al-Qur’an dan as-Sunnah, Yazid Abdul Qadir Jawas, Pustaka 
Imam asy-Syafi’i
-Majalah adz-Dzakhiirah Edisi 43 – 1429H hal. 52
-Posting Ustadz Khalid Syamhudi di milis PM-Fatwa 28 September 2011.
-http://fariqgasimanuz.wordpress.com
[1] Al-Jawaabul Kaafi Liman Saala ‘Anid 
Dawaaisy Syaafi (Jawaban yang Memadai Bagi Orang Yang Bertanya Tentang 
Obat Penyembuh yang Mujarab) karya Ibnul Qayyim hal. 20
[2] Al-’Illaaj bir Ruqaa minal Kitab was Sunnah hal. 72-83
[3] Zaadul Ma’ad (IV/178) dan al-Jawabul Kaafi (hal. 21)
[4] HR Ibnu Majah dan lain-lainnya. Lihat juga Shahih Ibnu Majah  (II/183) juga Irwa’ul Ghalil (IV/320)
[5] Majalah as-Sunnah no 03-04/Thn XVII 
artikel oleh Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, M.A. dengan judul 
“Hadits yang Sangat Lemah Tentang Keutamaan Bersedekah Untuk 
Menyembuhkan Penyakit”
 








 
 
 



Tidak ada komentar:
Posting Komentar