Minggu, 01 Desember 2013

TAFSIR AL QUR'AN SURAH AL-JAATSIYAH AYAT 21 - 37 ( 02 )

Cari dalam "TAFSIR" Al Qur'an
Bahasa Indonesia    English Translation    Dutch    Nuruddin

No. Pindah ke Surat Sebelumnya... Pindah ke Surat Berikut-nya... [TAFSIR] : AL JAATSIYAH
Ayat [37]   First Previous Next Last Balik Ke Atas  Hal:2/2
21 Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka Amat buruklah apa yang mereka sangka itu.(QS. 45:21)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 21 

أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ اجْتَرَحُوا السَّيِّئَاتِ أَنْ نَجْعَلَهُمْ كَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَوَاءً مَحْيَاهُمْ وَمَمَاتُهُمْ سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ (21

Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan Rasul Nya agar menanyakan kepada orang-orang kafir Quraisy tentang persengketaan mereka dengan maksud menyangkal dugaan mereka itu. Mereka menduga bahwa Allah SWT akan memperlakukan dan akan memberikan balasan yang sama kepada mereka terhadap orang-orang yang beriman. Apakah Allah akan mempersamakan orang yang beriman kepada Nya tetapi tidak melaksanakan syariat Nya dengan orang yang beriman yang melakukan syariat Nya, tidak sekali-kali tidak. Bahkan telah berkembang aliran kepercayaan bahwa seseorang manusia itu cukup percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa saja. Mengenai ibadat, cukup dibuat dan ditentukan oleh seseorang sesuai dengan keinginan mereka masing-masing; seakan-akan ibadat itu tidak perlu ditentukan oleh Allah walaupun hubungan manusia itu adalah hak Allah terhadap hamba Nya.
Mengenai hubungan manusia dengan manusia cukup seseorang berbuat baik, tentu Allah akan memberinya pahala. Ayat ini membantah anggapan orang-orang yang berkepercayaan demikian itu. Orang yang diterima ibadat dan amalannya ialah orang yang benar-benar beriman kepada Allah dan Rasul Nya, mengerjakan segala perintah dan menjauhkan segala larangan Nya yang termuat di dalam Alquran dan hadis. Ibadah itu adalah hak Allah SWT atas hamba Nya, karena itu yang menentukan bentuk ibadat yang akan dilakukan itu adalah Allah sendiri, bukan manusia. Jika manusia yang menentukan bentuk ibadat itu, berarti manusialah yang menentukan kehendak-Nya. Hal ini bertentangan dengan ketentuan bahwa Allah SWT mempunyai kudrat dan iradat. Mengenai masalah ini, para ulama sepakat bahwa iradat yang semata-mata ditujukan kepada Allah itu ditentukan oleh Allah sendiri, bukan ditentukan oleh manusia. Suatu iradat yang ditentukan oleh manusia adalah bidah dan bidah itu Sesat, karena itu semua orang yang melakukan bidah akan diazab Allah.
Allah SWT berfirman:


لَا يَسْتَوِي أَصْحَابُ النَّارِ وَأَصْحَابُ الْجَنَّةِ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمُ الْفَائِزُونَ
Artinya:
Tidak sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni surga, penghuni penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung. (Q.S. Al Hasyr: 20)
Dalam ayat-ayat yang lain, diterangkan bahwa antar orang-orang yang beriman yang melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhkan larangan-larangan Nya tidak sama dengan orang-orang fasik, yaitu orang yang beriman dan mengakui adanya perintah-perintah dan adanya larangan Allah, tetapi tidak melaksanakannya. Allah SWT berfirman:


أَفَمَنْ كَانَ مُؤْمِنًا كَمَنْ كَانَ فَاسِقًا لَا يَسْتَوُونَ (18
Artinya:
Maka apakah orang yang beriman seperti orang yag fasik (kafir) Mereka itu tidak sama. (Q.S. As Sajdah: 18)
Pada akhir ayat ini, Allah SWT menegaskan bahwa semua dugaan dan sangkaan orang-orang kafir itu adalah dugaan dan sangkaan yang tidak benar dan mustahil terjadi. Karena itu, hendaklah kaum Muslimin waspada terhadap sangkaan itu sehingga tidak terpengaruh olehnya.
22 Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dan agar dibalasi tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan.(QS. 45:22)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 22

وَخَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ وَلِتُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ (22

Allah SWT menjelaskan bahwa langit dan bumi diciptakan dengan benar, sesuai dengan kehendak Nya. Tidak ada satu pun kekuatan lain yang dapat mengubah kehendak Allah. Ketentuan yang demikian berlaku bagi seluruh ciptaan-Nya sesuai dengan keadilan dan sunah-Nya. Di antara keadilan Allah ialah memberikan balasan yang setimpal kepada para hamba Nya atas amal dan perbuatannya pada hari pembalasan.
Barang siapa yang melakukan amal perbuatan yang baik akan menerima ganjarannya sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan Nya, demikian pula barangsiapa yang melakukan perbuatan jahat akan menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan jahatnya itu.
Mengapa dikatakan memberikan balasan yang setimpal itu sesuai dengan keadilan Allah? Allah SWT menciptakan manusia sebagai makhluk Nya dilengkapi dengan kecenderungan dan kesediaan untuk berbuat baik dan kesediaan berbuat jahat. Kedua-duanya atau salah satu daripada kedua kesediaan itu dapat berkembang pada diri seseorang. Perkembangannya itu banyak ditentukan oleh keadaan, lingkungan, dan waktu. Di samping itu, Allah SWT menganugerahi manusia akal pikiran. Dengan akal pikirannya itu manusia mempunyai kesanggupan-kesanggupan untuk menilai rangsangan-rangsangan yang mempengaruhi tindakan dan perilakunya. Sebelum seseorang menentukan sikap untuk melakukan suatu perbuatan atau tidak melakukannya, maka dalam dirinya terdapat suatu gejolak dalam mempertimbangkan dan menetapkan suatu pilihan sikap mana atau tindakan mana yang akan diambilya dari kedua tindakan itu.
Pada saat-saat yang demikian itu, manusia diberi kemerdekaan memilih antara yang baik dan yang buruk. Dalam pergolakan yang demikian maka pada jiwa manusia terdapat tekanan-tekanan yang disebut tekanan-tekanan kejiwaan. Apabila ia memilih dan memutuskan melakukan suatu kebaikan, maka perbuatan itu terjadi berdasar pilihannya sendiri. Bila ia memilih keputusan melakukan keburukan, maka itu pun tadi karena pilihannya sendiri pula. Saat-saat yang seperti itu adalah saat-saat yang menentukan apakah ia sengaja melakukan suatu perbuatan atau tidak sengaja melakukannya. Dan juga membedakan antara perbuatan yang dilakukan; apakah perbuatan itu dilakukan dengan sadar atau tidak. Itulah sebabnya dikatakan bahwa alasan Allah SWT terhadap hamba Nya sesuai dengan amal dan perbuatannya adalah sesuai dengan keadilan Nya.
23 Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai ilahnya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran(QS. 45:23)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 23

أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ (23

Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan keadaan orang-orang kafir Quraisy yang sedang tenggelam dalam perbuatan jahat. Semua yang mereka lakukan itu disebabkan oleh dorongan hawa nafsunya dan karena telah tergoda oleh tipu daya setan. Tidak ada lagi nilai-nilai kebenaran yang mendasari tingkah laku dan perbuatan mereka; apa yang baik menurut hawa nafsu mereka itulah yang mereka perbuat seakan-akan mereka menganggap hawa nafsu mereka itu sebagai tuhan yang harus mereka ikuti perintahnya.
Mereka telah lupa bahwa kehadiran mereka di dunia yang fana ini ada maksud dan tujuannya; ada suatu misi yang harus mereka bawa yaitu misi sebagai khalifah Allah di muka bumi. Mereka telah menyia-nyiakan kedudukan yang diberikan Allah SWT kepada mereka sebagai makhluk Tuhan yang paling baik bentuknya dan mempunyai kemampuan yang paling baik pula. Mereka tidak menyadari lagi bahwa mereka harus mempertanggungjawabkan semua perbuatannya kepada Allah kelak dan bahwa Allah SWT akan membalas setiap perbuatan dengan balasan yang setimpal. Inilah yang dimaksud dengan firman Allah SWT:


لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ (4) ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ (5
Artinya:
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan mereka ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka): (Q.S. At Tin: 4-5)
Sebenarnya hawa nafsu yang ada pada manusia itu melupakan anugerah yang tiada ternilai harganya yang diberikan Nya kepada manusia. Di samping itu Allah SWT memberikan akal dan agama kepada manusia agar dengan itu manusia dapat mengendalikan hawa nafsunya itu. Jika seseorang mengendalikan hawa nafsunya sesuai dengan pertimbangan akal yang sehat dan tidak bertentangan dengan tuntunan agama, maka orang yang demikian itu telah berbuat sesuai dengan fitrahnya. Tetapi apabila seseorang memperturutkan hawa nafsunya tanpa pertimbangan akal yang sehat dan tidak lagi berpedoman kepada tuntutan agama maka orang itulah orang yang diperbudak oleh hawa nafsunya.
Hal itu berarti telah berbuat menyimpang dari fitrahnya dan terjerumus dalam. kesesatan.
Berdasarkan keterangan di atas, maka dalam mengikuti hawa nafsunya manusia terbagi atas dua kelompok. Kelompok pertama ialah kelompok yang dapat mengendalikan hawa nafsunya; mereka itulah orang yang bertakwa. Sedangkan kelompok kedua ialah orang yang dikuasai hawa nafsunya; mereka itulah orang-orang yang berdosa dan selalu bergelimang dalam lumpur kejahatan.
Ibnu Abbas berkata: "Setiap kali Allah SWT menyebut hawa nafsu dalam Alquran, setiap kali itu pula Ia mencelanya".
Allah SWT berfirman:


وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ (176
Artinya:
Dan kalau kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi mereka cenderung kepada dunia dan memperturutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing-anjing yang jika kamu menghalaunya, diulurkannya lidahnya, dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berpikir. (Q.S. Al a'raf: 176)
dan firman Nya:


وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ
Artinya:
Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah". (Q.S. Sad: 26)
Dalam ayat ini, Allah SWT memuji orang-orang yang dapat menguasai hawa nafsunya dan menjanjikan baginya tempat kembali yang penuh kenikmatan.
Allah SWT berfirman:


وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى (40) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى (41
Artinya:
Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya). (Q.S. An Naziat: 40-41)
Di samping itu, masih banyak hadis-hadis Nabi saw yang mencela orang-orang yang memperturutkan hawa nafsunya. Diriwayatkan oleh Abdullah bin Amr bin As sebagaimana tertera pada Tafsir Al Maragi halaman 156 juz 25 jilid IX bahwa Nabi saw berkata:


لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُوْنَ هَوَاهُ تَبِعًا لِمَا جِئْتَ بِهِ
Artinya:
Tidak beriman seseorang dari antara kamu sehingga hawa nafsunya itu tunduk kepada apa yang saya bawa (petunjuk).
Abu Umamah menyampaikan hadis yang didengarnya dari Nabi saw:


مَا عُبِدَ تَحْتَ السَّمَاءِ إِلَهٌ أَبْغَضُ مِنَ الْهَوَى
Artinya:
Tidak ada suatu sembahan pun di bawah kolong langit yang paling dibenci Allah (selain) daripada (sembahan) hawa nafsu.
Syaddad bin Aus meriwayatkan hadis dari Nabi saw:


اَلْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْفَاجِرُ مَنْ اَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
Artinya:
Orang yang cerdik ialah orang yang menguasai hawa nafsunya dan berbuat untuk kepentingan masa sesudah mati. Tetapi orang yang zalim ialah orang yang memperturutkan hawa nafsunya dan mengharap-harap sesuatu yang mustahil dari Allah.
Orang yang selalu memperturutkan hawa nafsunya biasanya kehilangan kontrol dirinya. Itulah sebabnya ia terjerumus dalam kesesatan karena ia tidak mau memperhatikan petunjuk yang diberikan kepadanya, dan akibat perbuatan jahat yang telah dilakukannya karena memperturutkan hawa nafsu.
Keadaan orang yang memperturutkan hawa nafsunya itu diibaratkan seperti orang yang terkunci mati hatinya sehingga tidak mampu lagi menilai mana yang baik mana yang buruk, dan seperti orang yang telinganya tersumbat sehingga tidak mampu lagi memperhatikan tanda-tanda kekuasaan Allah yang terdapat di langit dan di bumi, dan seperti orang yang matanya tertutup tidak dapat melihat dan mengetahui kebenaran adanya Allah Yang Maha Pencipta segala sesuatu.
Muqatil mengatakan bahwa ayat ini turun berhubungan dengan peristiwa percakapan Abu Jahal dengan Walid bin Mugirah. Pada suatu malam Abu Jahal tawaf di Baitullah bersama Walid. Kedua orang itu membicarakan keadaan Nabi Muhammad saw. Abu Jahal berkata: "Demi Allah, sebenarnya aku tahu bahwa Muhammad itu adalah orang yang benar". Al Walid. berkata kepadanya: "Biarkan saja, apa pedulimu dan apa alasan pendapatmu itu?". Abu Jahal menjawab: "Hai Abu Abdisy Syams, kita telah menamainya orang yang, benar, jujur, dan terpercaya dimasa mudanya, tetapi sesudah ia dewasa dan sempurna akalnya, kita menamakannya pendusta lagi pengkhianat. Demi Allah, sebenarnya aku tahu bahwa dia itu adalah benar". Al Walid berkata: "Apakah gerangan yang menghalangimu untuk membenarkan dan mempercayai seruannya?". Abu Jahal menjawab: "Nanti gadis-gadis Quraisy akan menggunjingkan bahwa aku pengikut anak yatim Abu Talib, padahal aku dari suku yang paling tinggi. Demi Al Lata dan Al Uzza, saya tidak akan menjadi pengikutnya selama-lamanya". Kemudian turunlah ayat ini. Ayat lain yang senada dengan ayat ini, ialah firman Allah SWT:


إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ (6) خَتَمَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَعَلَى سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ (7
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan mereka tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka dan penglihatan mereka di tutup. Dan bagi mereka siksa yang berat. (Q.S. Al Baqarah: 6-7)
Sesudah itu, Allah SWT memerintahkan kepada Rasul Nya agar tidak membenarkan sikap orang-orang Quraisy dengan mengatakan bahwa tidak ada kekuasaan lain yang akan memberikan petunjuk selain dari Dia setelah mereka tersesat dari jalan yang luruS. Siapakah yang dapat memberi petunjuk selain dari Allah.
Maka pada akhir ayat ini, Allah SWT mengingatkan mereka mengapa mereka tidak mengambil pelajaran dari alam semesta, kejadian pada diri mereka sendiri, dan pengalaman-pengalaman umat-umat terdahulu sebagai bukti bahwa Allah SWT Maha Kuasa lagi berhak disembah.
24 Dan mereka berkata: `Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa`, dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.(QS. 45:24)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 24 

وَقَالُوا مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلَّا الدَّهْرُ وَمَا لَهُمْ بِذَلِكَ مِنْ عِلْمٍ إِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ (24

Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan keingkaran orang-orang musyrik dari segi yang lain yaitu keingkaran mereka terhadap hari kebangkitan. Menurut anggapan mereka kehidupan itu hanya di dunia saja. Di dunia mereka dilahirkan dan di dunia pula mereka dimatikan dan di situlah akhir dari segala sesuatu, dan demikian pula terjadi pada nenek moyang mereka. Menurut mereka, yang menyebabkan kematian dan kebinasaan segala sesuatu ialah pertukaran masa. Dari pendapat mereka itu, dapat diambil kesimpulan bahwa mereka mengingkari terjadinya hari kebangkitan.
Keterangan itu diperkuat oleh adat kebiasaan orang Arab Jahiliah yaitu apabila mereka ditimpa bencana atau musibah, terlompatlah kata-kata dan mulut mereka, "Aduhai celakalah masa". Mereka mengumpat-ngumpat masa karena menurut mereka masa itulah sumber dari segala musibah.
Dalam suatu hadis Qudsi yang tertera pada Tafsir Al Maragi halaman 159, juz 25 jilid IX terdapat larangan bagi kaum Muslimin untuk mengumpat masa. Yang berbunyi sebagai berikut:


يَقُوْلُ اللَّهُ عَزَّ وَ جَلَّ: يُؤْذِيْنِي اِبْنُ آدَمَ بِسَبِّ الدَّهْرِ وَ أَنَا الدَّهْرُ بِيَدِ الْأَمْرُ أُقَلِّبُ اللَّيلَ وَالنَّهَارَ
Artinya:
Allah 'Azza wajalla berfirman: "Bani Adam menyakiti Aku. Mereka mencaci maki masa, padahal Akulah masa (Penciptanya). Segala sesuatu berada dalam kekuasaan Ku. Akulah yang mengatur pergantian malam dan siang".
Kemudian Allah SWT menyayangkan sikap kaum musyrikin Quraisy yang tidak didasarkan pada pengetahuan yang benar. Allah SWT menyatakan bahwa mereka sama sekali tidak mempunyai pengetahuan sedikit pun tentang hal yang menyangkut masa itu. Pendapat mereka itu hanyalah didasarkan pada sangkaan dan dugaan saja.
25 Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang jelas, tidak ada bantahan dari mereka selain dari mengatakan: `Datangkanlah nenek moyang kami jika kamu adalah orang-orang yang benar.(QS. 45:25)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 25 

وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ مَا كَانَ حُجَّتَهُمْ إِلَّا أَنْ قَالُوا ائْتُوا بِآبَائِنَا إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (25

Dalam ayat ini, Allah SWT menerangkan dan menegaskan bahwa pendapat mereka itu benar-benar berdasarkan dugaan dan sangkaan belaka, yang menjurus kepada pengingkaran terjadinya hari kebangkitan. Apabila dibacakan kepada merek ayat-ayat Allah yang mengandung keterangan tentang bukti-bukti terjadinya hari kebangkitan, mereka tidak mau memahami keterangan yang dikemukakan itu, dan juga mereka menantang Rasulullah saw agar beliau menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati. Jika hal itu dapat dilakukan oleh Rasulullah. mereka mau beriman.
Dari sikap mereka yang demikian itu, dapat diambil kesimpulan bahwa mereka benar-benar telah dikendalikan oleh hawa nafsu mereka, tidak lagi mempergunakan pikiran mereka dengan baik sehingga mereka tidak mau menerima segala kebenaran yang disampaikan oleh Rasulullah saw, bahwa hari berbangkit itu akan datang pada saat yang telah ditentukan yaitu pada saat jagat raya dan segala isinya hancur lebur sebelum terjadinya hari berbangkit. Hal ini tidak mau mereka mengerti dan tidak pula mau mengakuinya.
26 Katakanlah: `Allah-lah yang menghidupkan kamu kemudian mematikan kamu, setelah itu mengumpulkan kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya; akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.-(QS. 45:26)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 26

قُلِ اللَّهُ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يَجْمَعُكُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَا رَيْبَ فِيهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ (26

Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan kepada Rasul Nya agar menjelaskan kepada orang-orang musyrik Mekah, bahwa Allah lah yang berkuasa menghidupkan dan mematikan makhluk Nya. Dahulu mereka belum ada dan merupakan benda mati, sesudah itu atas kuasa Nya mereka dijadikan makhluk hidup di dunia untuk jangka waktu yang ditentukan. Apabila telah sampai waktu yang ditentukan itu, mereka pun dimatikan. Kemudian mereka dibangkitkan kembali pada Hari Kiamat untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatan yang telah mereka lakukan selama hidup di dunia.
Allah SWT menegaskan bahwa terjadinya Hari Kiamat itu adalah suatu kejadian yang pasti, tidak ada keraguan sedikit pun. Jika Allah SWT kuasa menghidupkan dan mematikan, tentu Dia kuasa pula menghidupkan dan menghimpunkan kembali bagian-bagian tubuh mereka yang telah hancur berserakan menjadi tanah. Mengulangi kembali suatu perbuatan itu adalah lebih mudah dari melakukannya yang pertama kalinya. Dan bagi Allah SWT, tidak ada suatu perbuatan pun yang sukar.
Pada akhir ayat ini, Allah SWT menyayangkan mengapa kebanyakan orang-orang musyrik tidak meyakini kebenaran adanya hari kebangkitan dan tetapi mengingkaarinya dengan alasan bahwa orang yang telah mati, yang tubuhnya telah hancur lebur bersama tanah, tulang-tulangnya telah berserakan tidak mungkin hidup kembali. Allah SWT berfirman:


وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَنْ فِي الْقُبُورِ (7
Artinya:
Dan sesungguhnya Hari Kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan padanya dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur. (Q.S. Al Hajj: 7)
27 Dan hanya kepunyaan Allah kerajaan langit dan bumi. Dan pada hari terjadinya kebangkitan, akan rugilah pada hari itu orang-orang yang mengerjakan kebathilan.(QS. 45:27)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 27

وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ يَوْمَئِذٍ يَخْسَرُ الْمُبْطِلُونَ (27

Allah SWT menjelaskan bahwa yang memiliki kekuasaan di langit dan di bumi ialah Allah. Kekuasaan-Nya tidak ada yang melebihi, tetapi, berjalan sesuai dengan kehendak Nya. Tidak ada penguasa-penguasa yang lain selain Dia dan tidak ada tuhan-tuhan yang lain yang pantas disembah selain Dia. Kekuasaan Nya meliputi seluruh alam, alam dunia dan alam akhirat. Pada saat berakhirnya alam dunia dan mulainya hari akhirat, Allah jualah yang berkuasa. Pada saat itu manusia akan dibangkitkan dari alam kubur. Semua manusia akan digiring ke padang mahsyar untuk dihadapkan ke pengadilan. Pada saat itu, perbuatan mereka akan diperiksa dengan pemeriksaan yang teliti. Tiap-tiap orang akan menerima catatan perbuatannya selama ia hidup di dunia, yang dibuat secara teliti oleh para malaikat pencatat amal. Pada hari itulah, tampak kemurungan orang-orang kafir yang mendustakan kebenaran ayat-ayat Allah. Kemurungan itu berubah menjadi kesengsaraan dan penderitaan yang amat berat ketika mereka diseret ke neraka Jahanam dan waktu itu nampaklah penyesalan mereka, tetapi penyesalan itu tidak berguna lagi.
28 Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan.(QS. 45:28)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 28 

وَتَرَى كُلَّ أُمَّةٍ جَاثِيَةً كُلُّ أُمَّةٍ تُدْعَى إِلَى كِتَابِهَا الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (28

Dalam ayat ini, Allah SWT menjelaskan keadaan manusia pada hari penentuan keputusan itu dan kedahsyatan huru-hara pada saat menunggu detik-detik yang menentukan itu yaitu:
1. Pada hari itu, manusia berlutut dan bersimpuh di hadapan Tuhan. penguasa seluruh alam untuk menerima perhitungan amal perbuatan mereka dan menerima keputusan akhir yang akan ditetapkan atas mereka.
2. Pada hari itu, mereka dipanggil melihat catatan mereka yang dibuat oleh para malaikat. Kemudian mereka memeriksa apakah ada di antara perbuatan mereka yang belum tercatat atau ada yang tercatat, tetapi tidak sesuai dengan yang telah mereka kerjakan. Apabila perbuatan mereka yang tercatat itu sesuai dengan yang diperintahkan oleh agama yang dibawa Rasul mereka, maka mereka akan memperoleh kebahagiaan dan keberuntungan, sedangkan apabila tidak sesuai dengan perintah dan banyak melanggar larangan agama mereka, maka mereka akan memperoleh kecelakaan dan azab di neraka. Allah SWT berfirman:


وَأَشْرَقَتِ الْأَرْضُ بِنُورِ رَبِّهَا وَوُضِعَ الْكِتَابُ وَجِيءَ بِالنَّبِيِّينَ وَالشُّهَدَاءِ وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْحَقِّ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ (69
Artinya:
Dan terang benderanglah bumi (padang makhsyar) dengan cahaya (keadilan) Tuhannya, dan diberikanlah buku (diperhitungkan perbuatan masing-masing) dan didatangkan para nabi dan saksi-saksi dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedangkan mereka tidak dirugikan. (Q.S. Az Zumar: 69)
Dan Allah SWT berfirman:


وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا (49

Artinya:
Dan diletakkan kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah. ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya dan mereka berkata: "Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya. Dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang jua pun". (Q.S. Al Kahfi: 49)
Pada saat itu, manusia mendapat panggilan. Kepada mereka diberitahukan bahwa pada hari itulah mereka akan menerima balasan dari amal perbuatan mereka masing-masing dengan balasan yang setimpal.
29 (Allah berfirman): `Inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan terhadapmu dengan benar. Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan`.(QS. 45:29)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 29 

هَذَا كِتَابُنَا يَنْطِقُ عَلَيْكُمْ بِالْحَقِّ إِنَّا كُنَّا نَسْتَنْسِخُ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (29

Dalam pada itu, Allah SWT menyatakan firman Nya kepada seluruh umat manusia bahwa kitab-kitab yang memuat catatan amal perbuatan itu adalah kitab yang benar, tidak ada suatu pun kesalahan terdapat di dalamnya, dibuat atas dasar perintah Allah Yang Maha Kuasa, yang menjadi dasar pertimbangan untuk menentukan keputusan bagi umat manusia.
Allah SWT juga menyatakan bahwa pada saat orang itu hidup di dunia, telah dikerahkan para pencatat amal perbuatan, baik perbuatan yang baik maupun perbuatan yang buruk. Catatan itu tidak mungkin salah karena dibuat dengan ketelitian yang tinggi sebagai alat bukti. yang tidak dapat diragukan kebenarannya.
30 Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh maka Rabb mereka memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya (surga). Itulah keberuntungan yang nyata.(QS. 45:30)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 30 

فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَيُدْخِلُهُمْ رَبُّهُمْ فِي رَحْمَتِهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْمُبِينُ (30

Kemudian Allah SWT menjelaskan keadaan orang yang beriman dan yang melakukan amal saleh. Mereka itu akan mendapat balasan yang setimpal dengan amal perbuatannya. Mereka itu termasuk hamba Allah yang memperoleh limpahan rahmat Nya.
Yang dimaksud dengan rahmat Allah dalam ayat ini adalah surga. Hal ini sesuai dengan maksud hadis:


إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى قَالَ لِجَنَّةٍ: أَنْتِ رَحْمَتِي أَرْحَمُ بِكِ مَنْ أَشَاءُ
Artinya:
Sesungguhnya Allah SWT berkata kepada surga: "Engkau adalah rahmat Ku. Dengan dikau Aku melimpahkan Kasih sayang Ku kepada orang-orang yang Aku kehendaki". (H.R. Bukhari)
Pada bagian akhir ayat ini, Allah SWT menegaskan bahwa surga itu merupakan kebahagiaan yang akan dicapai oleh orang-orang yang beriman karena nikmatnya yang berlimpah-limpah yang akan dirasakan penghuninya.
31 Dan adapun orang-orang yang kafir (kepada mereka dikatakan): `Maka apakah belum ada ayat-ayat-Ku yang dibacakan kepadamu lalu kamu menyombongkan diri dan kamu jadi kaum yang berbuat dosa`(QS. 45:31)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 31

وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا أَفَلَمْ تَكُنْ آيَاتِي تُتْلَى عَلَيْكُمْ فَاسْتَكْبَرْتُمْ وَكُنْتُمْ قَوْمًا مُجْرِمِينَ (31

Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan keadaan orang-orang yang mengingkari keesaan Nya. Mereka itu selalu menerima cemoohan dan penghinaan karena kepada mereka telah di datangkan utusan Allah yang telah membacakan ayat-ayat Nya, tetapi mereka bersikap sombong dan keras kepala.
Karena itu mereka akan merasakan siksa Allah yang menghinakan disebabkan oleh perbuatan dosa yang telah mereka kerjakan. Pada saat itulah, mereka tergagap karena melihat kenyataan yang dahulu mereka dustakan.
32 Dan apabila dikatakan (kepadamu): `Sesungguhnya janji Allah itu adalah benar dan hari berbangkit itu tidak ada keraguan padanya`, niscaya kamu menjawab: `Kami tidak tahu apakah hari kiamat itu, kami sekali-kali tidak lain hanyalah menduga-duga saja dan kami sekali-kali tidak meyakini(nya)`.(QS. 45:32)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 32

وَإِذَا قِيلَ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ لَا رَيْبَ فِيهَا قُلْتُمْ مَا نَدْرِي مَا السَّاعَةُ إِنْ نَظُنُّ إِلَّا ظَنًّا وَمَا نَحْنُ بِمُسْتَيْقِنِينَ (32

Dalam ayat ini, Allah SWT menjelaskan penyesalan orang-orang yang mengingkari terjadinya hari kebangkitan. Sewaktu masih di dunia, apabila disampaikan kepada mereka berita tentang terjadinya hari kebangkitan, mereka beranggapan bahwa berita hari kebangkitan itu adalah berita yang aneh dan mustahil. Mana mungkin membangkitkan orang yang telah mati yang tulang-tulangnya telah berserakan dan seluruh tubuhnya telah hancur menjadi tanah? Tetapi nanti setelah mereka menghadapi kenyataan dan berhadapan dengan siksa yang sangat mengerikan, barulah menyesali sikap dan perbuatan mereka dahulu yang semata-mata didasarkan atas dugaan dan prasangka belaka, tidak berdasarkan ilmu pengetahuan dan kepercayaan kepada Allah Yang Maha Penguasa semesta Alam.
33 Dan nyatalah bagi mereka keburukan-keburukan dari apa yang mereka kerjakan dan mereka diliputi oleh (azab) yang mereka selalu memperolok-olokannya.(QS. 45:33)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 33 

وَبَدَا لَهُمْ سَيِّئَاتُ مَا عَمِلُوا وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (33

Kemudian Allah SWT menjelaskan keadaan kaum musyrikin ketika kejahatan mereka telah terungkap dengan jelas. Mereka tergagap menghadapi tanggung jawab ang begitu besar. Mereka merasa takut melihat dosa mereka yang bertumpuk-tumpuk yang harus mereka tebus dengan siksa neraka yang sangat mereka takuti. Mereka menyadari pula saat itu bahwa tidak ada seorang pun yang dapat membela mereka; kekuasaan mereka selama di dunia, harta benda yang melimpah ruah, anak cucu mereka, teman bersekongkol, dan sebagainya semuanya tidak ada artinya pada waktu itu. Satu-satunya pilihan yang dapat mereka ambil waktu itu hanyalah menunggu keputusan dan pasrah untuk menerima azab Allah.
34 Dan dikatakan (kepada mereka): `Pada hari ini Kami melupakan kamu sebagaimana kamu telah melupakan pertemuan (dengan) harimu ini dan tempat kembalimu ialah neraka dan kamu sekali-kali tidak memperoleh penolong.(QS. 45:34)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 34

وَقِيلَ الْيَوْمَ نَنْسَاكُمْ كَمَا نَسِيتُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَذَا وَمَأْوَاكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ نَاصِرِينَ (34

Dalam ayat ini, Allah SWT menjelaskan cemoohan, penghinaan dan azab yang mereka tanggungkan pada Hari Kiamat itu. Pada hari itu, Allah tidak akan menghiraukan jerit dan tangis mereka, ratapan dan penyesalan mereka karena semua yang mereka alami itu benar-benar sebagai pembalasan yang seimbang dengan perbuatan mereka di dunia dahulu.
Di dunia mereka menganiaya dan memfitnah orang yang tidak bersalah, menghalalkan yang haram untuk kepentingan pribadi dan klik mereka; Allah akan memberikan balasan yang setimpal dengan amal mereka semua di akhirat nanti.
Jika Allah SWT bersikap tidak mengacuhkan mereka terhadap sikap angkuh dan sombong yang telah mereka lakukan, serta sikap yang tidak berperikemanusiaan yang telah mereka lakukan pula, maka sikap yang demikian itu adalah balasan yang wajar pula sesuai dengan keadilan Nya.
35 Yang demikian itu, karena sesungguhnya kamu menjadikan ayat-ayat Allah sebagai olok-olokan dan kamu telah ditipu oleh kehidupan dunia, maka pada hari ini mereka tidak dikeluarkan dari neraka dan tidak pula mereka diberi kesempatan untuk bertaubat.(QS. 45:35)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 35 

ذَلِكُمْ بِأَنَّكُمُ اتَّخَذْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ هُزُوًا وَغَرَّتْكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فَالْيَوْمَ لَا يُخْرَجُونَ مِنْهَا وَلَا هُمْ يُسْتَعْتَبُونَ (35

Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan mengapa orang-orang kafir itu harus menerima siksaan dan azab yang mengerikan itu. Sebabnya ialah:
1. Karena waktu mereka di dunia, mereka memperolok-olokkan ayat-ayat Allah yang disampaikan kepada mereka melalui Rasul Nya. Sikap ini adalah sikap yang penuh keangkuhan dan kesombongan. Bahkan mereka ingin mempertipis iman yang telah meresap dalam dada kaum Muslimin dengan berbagai macam dalih dan cara.
2. Karena mereka telah tertipu oleh kenikmatan hidup di dunia, maka mereka melupakan kehidupan akhirat yang menjadi tujuan akhir kehidupan manusia.
Itulah sebabnya Allah SWT menyatakan pada saat jatuhnya keputusan Nya, tidak ada kemungkinan lagi bagi mereka untuk melepaskan diri dari azab dan tidak ada lagi ampun bagi mereka.
36 Maka bagi Allah-lah segala puji, Rabb langit dan Rabb bumi, Rabb semesta alam.(QS. 45:36)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 36 - 37 

فَلِلَّهِ الْحَمْدُ رَبِّ السَّمَاوَاتِ وَرَبِّ الْأَرْضِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (36) وَلَهُ الْكِبْرِيَاءُ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (37

Kedua ayat ini merupakan ayat penutup surah Al Jasiyah. Dalam ayat-ayat ini Allah SWT menyebutkan beberapa sifat Nya yang ada hubungannya dengan dasar-dasar pengambilan keputusan di Hari Kiamat nanti yaitu:
1. Dia Maha Terpuji, karena itu bagi Nyalah segala puji. Ungkapan ini memberikan pengertian bahwa segala nikmat apa pun yang diperoleh manusia selama hidup di dunia berasal dari Dia. Diberikan Nya kemungkinan agar manusia dapat melaksanakan tugasnya sebagai khalifah Nya di bumi, namun bukan untuk berbuat sewenang-wenang dan memperturutkan hawa nafsu. Jika manusia tidak mensyukuri nikmat itu dan tidak mempergunakan nikmat itu menurut yang semestinya, tentulah orang itu akan mendapat murka dan azab Nya.
2. Allah Maha Kuasa. Dia menguasai semesta alam. Perkataan ini memberikan pengertian bahwa segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi berada dalam kekuasaan Nya; Dia menguasai dunia dan akhirat.
3. Dia Maha Agung, karena keagungan dan keangkuhan hanya bagi Allah SWT di langit dan di bumi dan kekuasaan Nya berada di atas segala kekuasaan.
4. Dia Maha Perkasa, keputusan Nya tidak dapat ditolak, tidak dapat diubah oleh siapa pun, dan tidak ada yang dapat menandingi kekuasaan Nya itu.
5. Dia Maha Bijaksana. Maksudnya: Allah dalam menetapkan perintah Nya kepada seluruh makhluk Nya, selalu disertai aturan, perhitungan, dan berhasil serta pasti terjadi sesuai dengan yang dikehendaki Nya.
37 Dan bagi-Nyalah keagungan di langit dan di bumi, Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(QS. 45:37)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Jaatsiyah 36 - 37

فَلِلَّهِ الْحَمْدُ رَبِّ السَّمَاوَاتِ وَرَبِّ الْأَرْضِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (36) وَلَهُ الْكِبْرِيَاءُ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (37


(Maka bagi Allahlah segala puji) sanjungan yang baik atas ketepatan ancaman-Nya terhadap orang-orang yang mendustakan-Nya (Rabb langit dan bumi, Rabb semesta alam) Pencipta hal-hal yang telah disebutkan tadi. Pengertian kata Al- 'Aalam adalah semua yang selain Allah, diungkapkan dalam bentuk jamak mengingat jenisnya yang bermacam-macam dan lafal Rabb adalah Badal.

(Dan bagi-Nyalah keagungan) kebesaran (di langit dan bumi) lafal Fis Samaawaati Wal Ardhi ini berkedudukan menjadi Hal atau kata keterangan keadaan; yakni keagungan yang ada pada keduanya. (Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana) sebagaimana yang telah dijelaskan pada penafsiran-penafsiran sebelumnya. 

Halaman  First Previous Next Last Balik Ke Atas   Total [2]
Ayat 21 s/d 37 dari [37]


Sumber Tafsir ini di salin dari :

1. Tafsir DEPAG RI, 2. Tafsir Jalalain Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger... Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Edy_Hari_Yanto's  album on Photobucket
TPQ NURUDDIN NEWS : Terima kasih kepada donatur yang telah menyisihkan sebagian rezekinya untuk pembangunan TPQ Nuruddin| TKQ-TPQ "NURUDDIN" MENERIMA SANTRI DAN SANTRIWATI BARU | INFORMASI PENDAFTARAN DI KANTOR TPQ "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN-WONOAYU