| 21 | Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu  menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang  beriman dan mengerjakan amal yang saleh, yaitu sama antara kehidupan dan  kematian mereka Amat buruklah apa yang mereka sangka itu.(QS. 45:21) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 21 
 
 أَمْ  حَسِبَ الَّذِينَ اجْتَرَحُوا السَّيِّئَاتِ أَنْ نَجْعَلَهُمْ كَالَّذِينَ  آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَوَاءً مَحْيَاهُمْ وَمَمَاتُهُمْ  سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ (21 Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan  Rasul Nya agar menanyakan kepada orang-orang kafir Quraisy tentang  persengketaan mereka dengan maksud menyangkal dugaan mereka itu. Mereka  menduga bahwa Allah SWT akan memperlakukan dan akan memberikan balasan  yang sama kepada mereka terhadap orang-orang yang beriman. Apakah Allah  akan mempersamakan orang yang beriman kepada Nya tetapi tidak  melaksanakan syariat Nya dengan orang yang beriman yang melakukan  syariat Nya, tidak sekali-kali tidak. Bahkan telah berkembang aliran  kepercayaan bahwa seseorang manusia itu cukup percaya kepada Tuhan Yang  Maha Esa saja. Mengenai ibadat, cukup dibuat dan ditentukan oleh  seseorang sesuai dengan keinginan mereka masing-masing; seakan-akan  ibadat itu tidak perlu ditentukan oleh Allah walaupun hubungan manusia  itu adalah hak Allah terhadap hamba Nya.
 Mengenai hubungan manusia  dengan manusia cukup seseorang berbuat baik, tentu Allah akan memberinya  pahala. Ayat ini membantah anggapan orang-orang yang berkepercayaan  demikian itu. Orang yang diterima ibadat dan amalannya ialah orang yang  benar-benar beriman kepada Allah dan Rasul Nya, mengerjakan segala  perintah dan menjauhkan segala larangan Nya yang termuat di dalam  Alquran dan hadis. Ibadah itu adalah hak Allah SWT atas hamba Nya,  karena itu yang menentukan bentuk ibadat yang akan dilakukan itu adalah  Allah sendiri, bukan manusia. Jika manusia yang menentukan bentuk ibadat  itu, berarti manusialah yang menentukan kehendak-Nya. Hal ini  bertentangan dengan ketentuan bahwa Allah SWT mempunyai kudrat dan  iradat. Mengenai masalah ini, para ulama sepakat bahwa iradat yang  semata-mata ditujukan kepada Allah itu ditentukan oleh Allah sendiri,  bukan ditentukan oleh manusia. Suatu iradat yang ditentukan oleh manusia  adalah bidah dan bidah itu Sesat, karena itu semua orang yang melakukan  bidah akan diazab Allah.
 Allah SWT berfirman:
 
 
 
 لَا يَسْتَوِي أَصْحَابُ النَّارِ وَأَصْحَابُ الْجَنَّةِ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمُ الْفَائِزُونَ Artinya: Tidak  sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni surga, penghuni penghuni  surga itulah orang-orang yang beruntung. (Q.S. Al Hasyr: 20)
 Dalam  ayat-ayat yang lain, diterangkan bahwa antar orang-orang yang beriman  yang melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhkan  larangan-larangan Nya tidak sama dengan orang-orang fasik, yaitu orang  yang beriman dan mengakui adanya perintah-perintah dan adanya larangan  Allah, tetapi tidak melaksanakannya. Allah SWT berfirman:
 
 
 
 أَفَمَنْ كَانَ مُؤْمِنًا كَمَنْ كَانَ فَاسِقًا لَا يَسْتَوُونَ (18 Artinya: Maka apakah orang yang beriman seperti orang yag fasik (kafir) Mereka itu tidak sama. (Q.S. As Sajdah: 18)
 Pada  akhir ayat ini, Allah SWT menegaskan bahwa semua dugaan dan sangkaan  orang-orang kafir itu adalah dugaan dan sangkaan yang tidak benar dan  mustahil terjadi. Karena itu, hendaklah kaum Muslimin waspada terhadap  sangkaan itu sehingga tidak terpengaruh olehnya.
 |  | 
   | 22 | Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan  tujuan yang benar dan agar dibalasi tiap-tiap diri terhadap apa yang  dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan.(QS. 45:22) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 22 
 
 وَخَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ وَلِتُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ (22 Allah  SWT menjelaskan bahwa langit dan bumi diciptakan dengan benar, sesuai  dengan kehendak Nya. Tidak ada satu pun kekuatan lain yang dapat  mengubah kehendak Allah. Ketentuan yang demikian berlaku bagi seluruh  ciptaan-Nya sesuai dengan keadilan dan sunah-Nya. Di antara keadilan  Allah ialah memberikan balasan yang setimpal kepada para hamba Nya atas  amal dan perbuatannya pada hari pembalasan.
 Barang siapa yang  melakukan amal perbuatan yang baik akan menerima ganjarannya sesuai  dengan ketentuan yang telah ditetapkan Nya, demikian pula barangsiapa  yang melakukan perbuatan jahat akan menerima balasan yang setimpal  dengan perbuatan jahatnya itu.
 Mengapa dikatakan memberikan balasan  yang setimpal itu sesuai dengan keadilan Allah? Allah SWT menciptakan  manusia sebagai makhluk Nya dilengkapi dengan kecenderungan dan  kesediaan untuk berbuat baik dan kesediaan berbuat jahat. Kedua-duanya  atau salah satu daripada kedua kesediaan itu dapat berkembang pada diri  seseorang. Perkembangannya itu banyak ditentukan oleh keadaan,  lingkungan, dan waktu. Di samping itu, Allah SWT menganugerahi manusia  akal pikiran. Dengan akal pikirannya itu manusia mempunyai  kesanggupan-kesanggupan untuk menilai rangsangan-rangsangan yang  mempengaruhi tindakan dan perilakunya. Sebelum seseorang menentukan  sikap untuk melakukan suatu perbuatan atau tidak melakukannya, maka  dalam dirinya terdapat suatu gejolak dalam mempertimbangkan dan  menetapkan suatu pilihan sikap mana atau tindakan mana yang akan  diambilya dari kedua tindakan itu.
 Pada saat-saat yang demikian itu,  manusia diberi kemerdekaan memilih antara yang baik dan yang buruk.  Dalam pergolakan yang demikian maka pada jiwa manusia terdapat  tekanan-tekanan yang disebut tekanan-tekanan kejiwaan. Apabila ia  memilih dan memutuskan melakukan suatu kebaikan, maka perbuatan itu  terjadi berdasar pilihannya sendiri. Bila ia memilih keputusan melakukan  keburukan, maka itu pun tadi karena pilihannya sendiri pula. Saat-saat  yang seperti itu adalah saat-saat yang menentukan apakah ia sengaja  melakukan suatu perbuatan atau tidak sengaja melakukannya. Dan juga  membedakan antara perbuatan yang dilakukan; apakah perbuatan itu  dilakukan dengan sadar atau tidak. Itulah sebabnya dikatakan bahwa  alasan Allah SWT terhadap hamba Nya sesuai dengan amal dan perbuatannya  adalah sesuai dengan keadilan Nya.
 |  | 
   | 23 | Maka pernahkah kamu melihat orang yang  menjadikan hawa nafsunya sebagai ilahnya dan Allah membiarkannya sesat  berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan  hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya Maka siapakah yang  akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka  mengapa kamu tidak mengambil pelajaran(QS. 45:23) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 23 
 
 أَفَرَأَيْتَ  مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ  وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً  فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ (23 Dalam  ayat ini Allah SWT menerangkan keadaan orang-orang kafir Quraisy yang  sedang tenggelam dalam perbuatan jahat. Semua yang mereka lakukan itu  disebabkan oleh dorongan hawa nafsunya dan karena telah tergoda oleh  tipu daya setan. Tidak ada lagi nilai-nilai kebenaran yang mendasari  tingkah laku dan perbuatan mereka; apa yang baik menurut hawa nafsu  mereka itulah yang mereka perbuat seakan-akan mereka menganggap hawa  nafsu mereka itu sebagai tuhan yang harus mereka ikuti perintahnya.
 Mereka  telah lupa bahwa kehadiran mereka di dunia yang fana ini ada maksud dan  tujuannya; ada suatu misi yang harus mereka bawa yaitu misi sebagai  khalifah Allah di muka bumi. Mereka telah menyia-nyiakan kedudukan yang  diberikan Allah SWT kepada mereka sebagai makhluk Tuhan yang paling baik  bentuknya dan mempunyai kemampuan yang paling baik pula. Mereka tidak  menyadari lagi bahwa mereka harus mempertanggungjawabkan semua  perbuatannya kepada Allah kelak dan bahwa Allah SWT akan membalas setiap  perbuatan dengan balasan yang setimpal. Inilah yang dimaksud dengan  firman Allah SWT:
 
 
 
 لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ (4) ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ (5Artinya: Sesungguhnya  Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.  Kemudian Kami kembalikan mereka ke tempat yang serendah-rendahnya  (neraka): (Q.S. At Tin: 4-5)
 Sebenarnya hawa nafsu yang ada pada  manusia itu melupakan anugerah yang tiada ternilai harganya yang  diberikan Nya kepada manusia. Di samping itu Allah SWT memberikan akal  dan agama kepada manusia agar dengan itu manusia dapat mengendalikan  hawa nafsunya itu. Jika seseorang mengendalikan hawa nafsunya sesuai  dengan pertimbangan akal yang sehat dan tidak bertentangan dengan  tuntunan agama, maka orang yang demikian itu telah berbuat sesuai dengan  fitrahnya. Tetapi apabila seseorang memperturutkan hawa nafsunya tanpa  pertimbangan akal yang sehat dan tidak lagi berpedoman kepada tuntutan  agama maka orang itulah orang yang diperbudak oleh hawa nafsunya.
 Hal itu berarti telah berbuat menyimpang dari fitrahnya dan terjerumus dalam. kesesatan.
 Berdasarkan  keterangan di atas, maka dalam mengikuti hawa nafsunya manusia terbagi  atas dua kelompok. Kelompok pertama ialah kelompok yang dapat  mengendalikan hawa nafsunya; mereka itulah orang yang bertakwa.  Sedangkan kelompok kedua ialah orang yang dikuasai hawa nafsunya; mereka  itulah orang-orang yang berdosa dan selalu bergelimang dalam lumpur  kejahatan.
 Ibnu Abbas berkata: "Setiap kali Allah SWT menyebut hawa nafsu dalam Alquran, setiap kali itu pula Ia mencelanya".
 Allah SWT berfirman:
 
 
 
 وَلَوْ  شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ  وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ  يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ  كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ  (176Artinya: Dan kalau kami menghendaki, sesungguhnya Kami  tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi mereka cenderung  kepada dunia dan memperturutkan hawa nafsunya yang rendah, maka  perumpamaannya seperti anjing-anjing yang jika kamu menghalaunya,  diulurkannya lidahnya, dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan  lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang  mendustakan ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu  agar mereka berpikir. (Q.S. Al a'raf: 176)
 dan firman Nya:
 
 
 
 وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah". (Q.S. Sad: 26)
 Dalam  ayat ini, Allah SWT memuji orang-orang yang dapat menguasai hawa  nafsunya dan menjanjikan baginya tempat kembali yang penuh kenikmatan.
 Allah SWT berfirman:
 
 
 
 وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى (40) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى (41Artinya: Dan  adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan  diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat  tinggal(nya). (Q.S. An Naziat: 40-41)
 Di samping itu, masih banyak  hadis-hadis Nabi saw yang mencela orang-orang yang memperturutkan hawa  nafsunya. Diriwayatkan oleh Abdullah bin Amr bin As sebagaimana tertera  pada Tafsir Al Maragi halaman 156 juz 25 jilid IX bahwa Nabi saw  berkata:
 
 
 
 لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُوْنَ هَوَاهُ تَبِعًا لِمَا جِئْتَ بِهِ Artinya: Tidak beriman seseorang dari antara kamu sehingga hawa nafsunya itu tunduk kepada apa yang saya bawa (petunjuk).
 Abu Umamah menyampaikan hadis yang didengarnya dari Nabi saw:
 
 
 
 مَا عُبِدَ تَحْتَ السَّمَاءِ إِلَهٌ أَبْغَضُ مِنَ الْهَوَى Artinya: Tidak ada suatu sembahan pun di bawah kolong langit yang paling dibenci Allah (selain) daripada (sembahan) hawa nafsu.
 Syaddad bin Aus meriwayatkan hadis dari Nabi saw:
 
 
 
 اَلْكَيِّسُ  مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْفَاجِرُ مَنْ  اَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ Artinya: Orang  yang cerdik ialah orang yang menguasai hawa nafsunya dan berbuat untuk  kepentingan masa sesudah mati. Tetapi orang yang zalim ialah orang yang  memperturutkan hawa nafsunya dan mengharap-harap sesuatu yang mustahil  dari Allah.
 Orang yang selalu memperturutkan hawa nafsunya biasanya  kehilangan kontrol dirinya. Itulah sebabnya ia terjerumus dalam  kesesatan karena ia tidak mau memperhatikan petunjuk yang diberikan  kepadanya, dan akibat perbuatan jahat yang telah dilakukannya karena  memperturutkan hawa nafsu.
 Keadaan orang yang memperturutkan hawa  nafsunya itu diibaratkan seperti orang yang terkunci mati hatinya  sehingga tidak mampu lagi menilai mana yang baik mana yang buruk, dan  seperti orang yang telinganya tersumbat sehingga tidak mampu lagi  memperhatikan tanda-tanda kekuasaan Allah yang terdapat di langit dan di  bumi, dan seperti orang yang matanya tertutup tidak dapat melihat dan  mengetahui kebenaran adanya Allah Yang Maha Pencipta segala sesuatu.
 Muqatil  mengatakan bahwa ayat ini turun berhubungan dengan peristiwa percakapan  Abu Jahal dengan Walid bin Mugirah. Pada suatu malam Abu Jahal tawaf di  Baitullah bersama Walid. Kedua orang itu membicarakan keadaan Nabi  Muhammad saw. Abu Jahal berkata: "Demi Allah, sebenarnya aku tahu bahwa  Muhammad itu adalah orang yang benar". Al Walid. berkata kepadanya:  "Biarkan saja, apa pedulimu dan apa alasan pendapatmu itu?". Abu Jahal  menjawab: "Hai Abu Abdisy Syams, kita telah menamainya orang yang,  benar, jujur, dan terpercaya dimasa mudanya, tetapi sesudah ia dewasa  dan sempurna akalnya, kita menamakannya pendusta lagi pengkhianat. Demi  Allah, sebenarnya aku tahu bahwa dia itu adalah benar". Al Walid  berkata: "Apakah gerangan yang menghalangimu untuk membenarkan dan  mempercayai seruannya?". Abu Jahal menjawab: "Nanti gadis-gadis Quraisy  akan menggunjingkan bahwa aku pengikut anak yatim Abu Talib, padahal aku  dari suku yang paling tinggi. Demi Al Lata dan Al Uzza, saya tidak akan  menjadi pengikutnya selama-lamanya". Kemudian turunlah ayat ini. Ayat  lain yang senada dengan ayat ini, ialah firman Allah SWT:
 
 
 
 إِنَّ  الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ  تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ (6) خَتَمَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ  وَعَلَى سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ  عَظِيمٌ (7 Artinya: Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja  bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan mereka  tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran  mereka dan penglihatan mereka di tutup. Dan bagi mereka siksa yang  berat. (Q.S. Al Baqarah: 6-7)
 Sesudah itu, Allah SWT memerintahkan  kepada Rasul Nya agar tidak membenarkan sikap orang-orang Quraisy dengan  mengatakan bahwa tidak ada kekuasaan lain yang akan memberikan petunjuk  selain dari Dia setelah mereka tersesat dari jalan yang luruS. Siapakah  yang dapat memberi petunjuk selain dari Allah.
 Maka pada akhir ayat  ini, Allah SWT mengingatkan mereka mengapa mereka tidak mengambil  pelajaran dari alam semesta, kejadian pada diri mereka sendiri, dan  pengalaman-pengalaman umat-umat terdahulu sebagai bukti bahwa Allah SWT  Maha Kuasa lagi berhak disembah.
 |  | 
   | 24 | Dan mereka berkata: `Kehidupan ini tidak lain  hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada  yang membinasakan kita selain masa`, dan mereka sekali-kali tidak  mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah  menduga-duga saja.(QS. 45:24) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 24 
 
 وَقَالُوا  مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا  يُهْلِكُنَا إِلَّا الدَّهْرُ وَمَا لَهُمْ بِذَلِكَ مِنْ عِلْمٍ إِنْ هُمْ  إِلَّا يَظُنُّونَ (24 Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan  keingkaran orang-orang musyrik dari segi yang lain yaitu keingkaran  mereka terhadap hari kebangkitan. Menurut anggapan mereka kehidupan itu  hanya di dunia saja. Di dunia mereka dilahirkan dan di dunia pula mereka  dimatikan dan di situlah akhir dari segala sesuatu, dan demikian pula  terjadi pada nenek moyang mereka. Menurut mereka, yang menyebabkan  kematian dan kebinasaan segala sesuatu ialah pertukaran masa. Dari  pendapat mereka itu, dapat diambil kesimpulan bahwa mereka mengingkari  terjadinya hari kebangkitan.
 Keterangan itu diperkuat oleh adat  kebiasaan orang Arab Jahiliah yaitu apabila mereka ditimpa bencana atau  musibah, terlompatlah kata-kata dan mulut mereka, "Aduhai celakalah  masa". Mereka mengumpat-ngumpat masa karena menurut mereka masa itulah  sumber dari segala musibah.
 Dalam suatu hadis Qudsi yang tertera  pada Tafsir Al Maragi halaman 159, juz 25 jilid IX terdapat larangan  bagi kaum Muslimin untuk mengumpat masa. Yang berbunyi sebagai berikut:
 
 
 
 يَقُوْلُ  اللَّهُ عَزَّ وَ جَلَّ: يُؤْذِيْنِي اِبْنُ آدَمَ بِسَبِّ الدَّهْرِ وَ  أَنَا الدَّهْرُ بِيَدِ الْأَمْرُ أُقَلِّبُ اللَّيلَ وَالنَّهَارَ Artinya: Allah  'Azza wajalla berfirman: "Bani Adam menyakiti Aku. Mereka mencaci maki  masa, padahal Akulah masa (Penciptanya). Segala sesuatu berada dalam  kekuasaan Ku. Akulah yang mengatur pergantian malam dan siang".
 Kemudian  Allah SWT menyayangkan sikap kaum musyrikin Quraisy yang tidak  didasarkan pada pengetahuan yang benar. Allah SWT menyatakan bahwa  mereka sama sekali tidak mempunyai pengetahuan sedikit pun tentang hal  yang menyangkut masa itu. Pendapat mereka itu hanyalah didasarkan pada  sangkaan dan dugaan saja.
 |  | 
   | 25 | Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat  Kami yang jelas, tidak ada bantahan dari mereka selain dari mengatakan:  `Datangkanlah nenek moyang kami jika kamu adalah orang-orang yang benar.(QS. 45:25) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 25 
 
 وَإِذَا  تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ مَا كَانَ حُجَّتَهُمْ إِلَّا  أَنْ قَالُوا ائْتُوا بِآبَائِنَا إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (25 Dalam  ayat ini, Allah SWT menerangkan dan menegaskan bahwa pendapat mereka  itu benar-benar berdasarkan dugaan dan sangkaan belaka, yang menjurus  kepada pengingkaran terjadinya hari kebangkitan. Apabila dibacakan  kepada merek ayat-ayat Allah yang mengandung keterangan tentang  bukti-bukti terjadinya hari kebangkitan, mereka tidak mau memahami  keterangan yang dikemukakan itu, dan juga mereka menantang Rasulullah  saw agar beliau menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati. Jika  hal itu dapat dilakukan oleh Rasulullah. mereka mau beriman.
 Dari  sikap mereka yang demikian itu, dapat diambil kesimpulan bahwa mereka  benar-benar telah dikendalikan oleh hawa nafsu mereka, tidak lagi  mempergunakan pikiran mereka dengan baik sehingga mereka tidak mau  menerima segala kebenaran yang disampaikan oleh Rasulullah saw, bahwa  hari berbangkit itu akan datang pada saat yang telah ditentukan yaitu  pada saat jagat raya dan segala isinya hancur lebur sebelum terjadinya  hari berbangkit. Hal ini tidak mau mereka mengerti dan tidak pula mau  mengakuinya.
 |  | 
   | 26 | Katakanlah: `Allah-lah yang menghidupkan kamu  kemudian mematikan kamu, setelah itu mengumpulkan kamu pada hari kiamat  yang tidak ada keraguan padanya; akan tetapi kebanyakan manusia tidak  mengetahui.-(QS. 45:26) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 26 
 
 قُلِ  اللَّهُ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يَجْمَعُكُمْ إِلَى يَوْمِ  الْقِيَامَةِ لَا رَيْبَ فِيهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا  يَعْلَمُونَ (26 Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan kepada Rasul  Nya agar menjelaskan kepada orang-orang musyrik Mekah, bahwa Allah lah  yang berkuasa menghidupkan dan mematikan makhluk Nya. Dahulu mereka  belum ada dan merupakan benda mati, sesudah itu atas kuasa Nya mereka  dijadikan makhluk hidup di dunia untuk jangka waktu yang ditentukan.  Apabila telah sampai waktu yang ditentukan itu, mereka pun dimatikan.  Kemudian mereka dibangkitkan kembali pada Hari Kiamat untuk  mempertanggungjawabkan segala perbuatan yang telah mereka lakukan selama  hidup di dunia.
 Allah SWT menegaskan bahwa terjadinya Hari Kiamat  itu adalah suatu kejadian yang pasti, tidak ada keraguan sedikit pun.  Jika Allah SWT kuasa menghidupkan dan mematikan, tentu Dia kuasa pula  menghidupkan dan menghimpunkan kembali bagian-bagian tubuh mereka yang  telah hancur berserakan menjadi tanah. Mengulangi kembali suatu  perbuatan itu adalah lebih mudah dari melakukannya yang pertama kalinya.  Dan bagi Allah SWT, tidak ada suatu perbuatan pun yang sukar.
 Pada  akhir ayat ini, Allah SWT menyayangkan mengapa kebanyakan orang-orang  musyrik tidak meyakini kebenaran adanya hari kebangkitan dan tetapi  mengingkaarinya dengan alasan bahwa orang yang telah mati, yang tubuhnya  telah hancur lebur bersama tanah, tulang-tulangnya telah berserakan  tidak mungkin hidup kembali. Allah SWT berfirman:
 
 
 
 وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَنْ فِي الْقُبُورِ (7Artinya: Dan  sesungguhnya Hari Kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan padanya  dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur. (Q.S. Al  Hajj: 7)
 |  | 
   | 27 | Dan hanya kepunyaan Allah kerajaan langit dan  bumi. Dan pada hari terjadinya kebangkitan, akan rugilah pada hari itu  orang-orang yang mengerjakan kebathilan.(QS. 45:27) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 27 
 
 وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ يَوْمَئِذٍ يَخْسَرُ الْمُبْطِلُونَ (27 Allah  SWT menjelaskan bahwa yang memiliki kekuasaan di langit dan di bumi  ialah Allah. Kekuasaan-Nya tidak ada yang melebihi, tetapi, berjalan  sesuai dengan kehendak Nya. Tidak ada penguasa-penguasa yang lain selain  Dia dan tidak ada tuhan-tuhan yang lain yang pantas disembah selain  Dia. Kekuasaan Nya meliputi seluruh alam, alam dunia dan alam akhirat.  Pada saat berakhirnya alam dunia dan mulainya hari akhirat, Allah jualah  yang berkuasa. Pada saat itu manusia akan dibangkitkan dari alam kubur.  Semua manusia akan digiring ke padang mahsyar untuk dihadapkan ke  pengadilan. Pada saat itu, perbuatan mereka akan diperiksa dengan  pemeriksaan yang teliti. Tiap-tiap orang akan menerima catatan  perbuatannya selama ia hidup di dunia, yang dibuat secara teliti oleh  para malaikat pencatat amal. Pada hari itulah, tampak kemurungan  orang-orang kafir yang mendustakan kebenaran ayat-ayat Allah. Kemurungan  itu berubah menjadi kesengsaraan dan penderitaan yang amat berat ketika  mereka diseret ke neraka Jahanam dan waktu itu nampaklah penyesalan  mereka, tetapi penyesalan itu tidak berguna lagi.
 |  | 
   | 28 | Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat  berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya.  Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu  kerjakan.(QS. 45:28) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 28 
 
 وَتَرَى كُلَّ أُمَّةٍ جَاثِيَةً كُلُّ أُمَّةٍ تُدْعَى إِلَى كِتَابِهَا الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (28 Dalam  ayat ini, Allah SWT menjelaskan keadaan manusia pada hari penentuan  keputusan itu dan kedahsyatan huru-hara pada saat menunggu detik-detik  yang menentukan itu yaitu:
 1. Pada hari itu, manusia berlutut dan  bersimpuh di hadapan Tuhan. penguasa seluruh alam untuk menerima  perhitungan amal perbuatan mereka dan menerima keputusan akhir yang akan  ditetapkan atas mereka.
 2. Pada hari itu, mereka dipanggil melihat  catatan mereka yang dibuat oleh para malaikat. Kemudian mereka memeriksa  apakah ada di antara perbuatan mereka yang belum tercatat atau ada yang  tercatat, tetapi tidak sesuai dengan yang telah mereka kerjakan.  Apabila perbuatan mereka yang tercatat itu sesuai dengan yang  diperintahkan oleh agama yang dibawa Rasul mereka, maka mereka akan  memperoleh kebahagiaan dan keberuntungan, sedangkan apabila tidak sesuai  dengan perintah dan banyak melanggar larangan agama mereka, maka mereka  akan memperoleh kecelakaan dan azab di neraka. Allah SWT berfirman:
 
 
 
 وَأَشْرَقَتِ  الْأَرْضُ بِنُورِ رَبِّهَا وَوُضِعَ الْكِتَابُ وَجِيءَ بِالنَّبِيِّينَ  وَالشُّهَدَاءِ وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْحَقِّ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ  (69 Artinya: Dan terang benderanglah bumi (padang makhsyar)  dengan cahaya (keadilan) Tuhannya, dan diberikanlah buku (diperhitungkan  perbuatan masing-masing) dan didatangkan para nabi dan saksi-saksi dan  diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedangkan mereka tidak  dirugikan. (Q.S. Az Zumar: 69)
 Dan Allah SWT berfirman:
 
 
 
 وَوُضِعَ  الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ  يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا  كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا وَلَا  يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا (49 Artinya:
 Dan diletakkan kitab,  lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah. ketakutan terhadap apa  yang (tertulis) di dalamnya dan mereka berkata: "Aduhai celaka kami,  kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula)  yang besar, melainkan ia mencatat semuanya. Dan mereka dapati apa yang  telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya  seorang jua pun". (Q.S. Al Kahfi: 49)
 Pada saat itu, manusia  mendapat panggilan. Kepada mereka diberitahukan bahwa pada hari itulah  mereka akan menerima balasan dari amal perbuatan mereka masing-masing  dengan balasan yang setimpal.
 |  | 
   | 29 | (Allah berfirman): `Inilah kitab (catatan)  Kami yang menuturkan terhadapmu dengan benar. Sesungguhnya Kami telah  menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan`.(QS. 45:29) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 29 
 
 هَذَا كِتَابُنَا يَنْطِقُ عَلَيْكُمْ بِالْحَقِّ إِنَّا كُنَّا نَسْتَنْسِخُ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (29 Dalam  pada itu, Allah SWT menyatakan firman Nya kepada seluruh umat manusia  bahwa kitab-kitab yang memuat catatan amal perbuatan itu adalah kitab  yang benar, tidak ada suatu pun kesalahan terdapat di dalamnya, dibuat  atas dasar perintah Allah Yang Maha Kuasa, yang menjadi dasar  pertimbangan untuk menentukan keputusan bagi umat manusia.
 Allah SWT  juga menyatakan bahwa pada saat orang itu hidup di dunia, telah  dikerahkan para pencatat amal perbuatan, baik perbuatan yang baik maupun  perbuatan yang buruk. Catatan itu tidak mungkin salah karena dibuat  dengan ketelitian yang tinggi sebagai alat bukti. yang tidak dapat  diragukan kebenarannya.
 |  | 
   | 30 | Adapun orang-orang yang beriman dan  mengerjakan amal yang saleh maka Rabb mereka memasukkan mereka ke dalam  rahmat-Nya (surga). Itulah keberuntungan yang nyata.(QS. 45:30) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 30 
 
 فَأَمَّا  الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَيُدْخِلُهُمْ رَبُّهُمْ فِي  رَحْمَتِهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْمُبِينُ (30 Kemudian Allah SWT  menjelaskan keadaan orang yang beriman dan yang melakukan amal saleh.  Mereka itu akan mendapat balasan yang setimpal dengan amal perbuatannya.  Mereka itu termasuk hamba Allah yang memperoleh limpahan rahmat Nya.
 Yang dimaksud dengan rahmat Allah dalam ayat ini adalah surga. Hal ini sesuai dengan maksud hadis:
 
 
 
 إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى قَالَ لِجَنَّةٍ: أَنْتِ رَحْمَتِي أَرْحَمُ بِكِ مَنْ أَشَاءُ Artinya: Sesungguhnya  Allah SWT berkata kepada surga: "Engkau adalah rahmat Ku. Dengan dikau  Aku melimpahkan Kasih sayang Ku kepada orang-orang yang Aku kehendaki".  (H.R. Bukhari)
 Pada bagian akhir ayat ini, Allah SWT menegaskan  bahwa surga itu merupakan kebahagiaan yang akan dicapai oleh orang-orang  yang beriman karena nikmatnya yang berlimpah-limpah yang akan dirasakan  penghuninya.
 |  | 
   | 31 | Dan adapun orang-orang yang kafir (kepada  mereka dikatakan): `Maka apakah belum ada ayat-ayat-Ku yang dibacakan  kepadamu lalu kamu menyombongkan diri dan kamu jadi kaum yang berbuat  dosa`(QS. 45:31) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 31 
 
 وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا أَفَلَمْ تَكُنْ آيَاتِي تُتْلَى عَلَيْكُمْ فَاسْتَكْبَرْتُمْ وَكُنْتُمْ قَوْمًا مُجْرِمِينَ (31 Dalam  ayat ini Allah SWT menjelaskan keadaan orang-orang yang mengingkari  keesaan Nya. Mereka itu selalu menerima cemoohan dan penghinaan karena  kepada mereka telah di datangkan utusan Allah yang telah membacakan  ayat-ayat Nya, tetapi mereka bersikap sombong dan keras kepala.
 Karena  itu mereka akan merasakan siksa Allah yang menghinakan disebabkan oleh  perbuatan dosa yang telah mereka kerjakan. Pada saat itulah, mereka  tergagap karena melihat kenyataan yang dahulu mereka dustakan.
 |  | 
   | 32 | Dan apabila dikatakan (kepadamu):  `Sesungguhnya janji Allah itu adalah benar dan hari berbangkit itu tidak  ada keraguan padanya`, niscaya kamu menjawab: `Kami tidak tahu apakah  hari kiamat itu, kami sekali-kali tidak lain hanyalah menduga-duga saja  dan kami sekali-kali tidak meyakini(nya)`.(QS. 45:32) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 32 
 
 وَإِذَا  قِيلَ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ لَا رَيْبَ فِيهَا  قُلْتُمْ مَا نَدْرِي مَا السَّاعَةُ إِنْ نَظُنُّ إِلَّا ظَنًّا وَمَا  نَحْنُ بِمُسْتَيْقِنِينَ (32 Dalam ayat ini, Allah SWT menjelaskan  penyesalan orang-orang yang mengingkari terjadinya hari kebangkitan.  Sewaktu masih di dunia, apabila disampaikan kepada mereka berita tentang  terjadinya hari kebangkitan, mereka beranggapan bahwa berita hari  kebangkitan itu adalah berita yang aneh dan mustahil. Mana mungkin  membangkitkan orang yang telah mati yang tulang-tulangnya telah  berserakan dan seluruh tubuhnya telah hancur menjadi tanah? Tetapi nanti  setelah mereka menghadapi kenyataan dan berhadapan dengan siksa yang  sangat mengerikan, barulah menyesali sikap dan perbuatan mereka dahulu  yang semata-mata didasarkan atas dugaan dan prasangka belaka, tidak  berdasarkan ilmu pengetahuan dan kepercayaan kepada Allah Yang Maha  Penguasa semesta Alam.
 |  | 
   | 33 | Dan nyatalah bagi mereka keburukan-keburukan  dari apa yang mereka kerjakan dan mereka diliputi oleh (azab) yang  mereka selalu memperolok-olokannya.(QS. 45:33) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 33 
 
 وَبَدَا لَهُمْ سَيِّئَاتُ مَا عَمِلُوا وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (33 Kemudian  Allah SWT menjelaskan keadaan kaum musyrikin ketika kejahatan mereka  telah terungkap dengan jelas. Mereka tergagap menghadapi tanggung jawab  ang begitu besar. Mereka merasa takut melihat dosa mereka yang  bertumpuk-tumpuk yang harus mereka tebus dengan siksa neraka yang sangat  mereka takuti. Mereka menyadari pula saat itu bahwa tidak ada seorang  pun yang dapat membela mereka; kekuasaan mereka selama di dunia, harta  benda yang melimpah ruah, anak cucu mereka, teman bersekongkol, dan  sebagainya semuanya tidak ada artinya pada waktu itu. Satu-satunya  pilihan yang dapat mereka ambil waktu itu hanyalah menunggu keputusan  dan pasrah untuk menerima azab Allah.
 |  | 
   | 34 | Dan dikatakan (kepada mereka): `Pada hari ini  Kami melupakan kamu sebagaimana kamu telah melupakan pertemuan (dengan)  harimu ini dan tempat kembalimu ialah neraka dan kamu sekali-kali tidak  memperoleh penolong.(QS. 45:34) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 34 
 
 وَقِيلَ الْيَوْمَ نَنْسَاكُمْ كَمَا نَسِيتُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَذَا وَمَأْوَاكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ نَاصِرِينَ (34 Dalam  ayat ini, Allah SWT menjelaskan cemoohan, penghinaan dan azab yang  mereka tanggungkan pada Hari Kiamat itu. Pada hari itu, Allah tidak akan  menghiraukan jerit dan tangis mereka, ratapan dan penyesalan mereka  karena semua yang mereka alami itu benar-benar sebagai pembalasan yang  seimbang dengan perbuatan mereka di dunia dahulu.
 Di dunia mereka  menganiaya dan memfitnah orang yang tidak bersalah, menghalalkan yang  haram untuk kepentingan pribadi dan klik mereka; Allah akan memberikan  balasan yang setimpal dengan amal mereka semua di akhirat nanti.
 Jika  Allah SWT bersikap tidak mengacuhkan mereka terhadap sikap angkuh dan  sombong yang telah mereka lakukan, serta sikap yang tidak  berperikemanusiaan yang telah mereka lakukan pula, maka sikap yang  demikian itu adalah balasan yang wajar pula sesuai dengan keadilan Nya.
 |  | 
   | 35 | Yang demikian itu, karena sesungguhnya kamu  menjadikan ayat-ayat Allah sebagai olok-olokan dan kamu telah ditipu  oleh kehidupan dunia, maka pada hari ini mereka tidak dikeluarkan dari  neraka dan tidak pula mereka diberi kesempatan untuk bertaubat.(QS. 45:35) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 35 
 
 ذَلِكُمْ  بِأَنَّكُمُ اتَّخَذْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ هُزُوًا وَغَرَّتْكُمُ  الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فَالْيَوْمَ لَا يُخْرَجُونَ مِنْهَا وَلَا هُمْ  يُسْتَعْتَبُونَ (35 Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan mengapa  orang-orang kafir itu harus menerima siksaan dan azab yang mengerikan  itu. Sebabnya ialah:
 1. Karena waktu mereka di dunia, mereka  memperolok-olokkan ayat-ayat Allah yang disampaikan kepada mereka  melalui Rasul Nya. Sikap ini adalah sikap yang penuh keangkuhan dan  kesombongan. Bahkan mereka ingin mempertipis iman yang telah meresap  dalam dada kaum Muslimin dengan berbagai macam dalih dan cara.
 2.  Karena mereka telah tertipu oleh kenikmatan hidup di dunia, maka mereka  melupakan kehidupan akhirat yang menjadi tujuan akhir kehidupan manusia.
 Itulah sebabnya Allah SWT menyatakan pada saat jatuhnya keputusan  Nya, tidak ada kemungkinan lagi bagi mereka untuk melepaskan diri dari  azab dan tidak ada lagi ampun bagi mereka.
 |  | 
   | 36 | Maka bagi Allah-lah segala puji, Rabb langit dan Rabb bumi, Rabb semesta alam.(QS. 45:36) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Jaatsiyah 36 - 37 
 
 فَلِلَّهِ  الْحَمْدُ رَبِّ السَّمَاوَاتِ وَرَبِّ الْأَرْضِ رَبِّ الْعَالَمِينَ  (36) وَلَهُ الْكِبْرِيَاءُ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ  الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (37 Kedua ayat ini merupakan ayat penutup  surah Al Jasiyah. Dalam ayat-ayat ini Allah SWT menyebutkan beberapa  sifat Nya yang ada hubungannya dengan dasar-dasar pengambilan keputusan  di Hari Kiamat nanti yaitu:
 1. Dia Maha Terpuji, karena itu bagi  Nyalah segala puji. Ungkapan ini memberikan pengertian bahwa segala  nikmat apa pun yang diperoleh manusia selama hidup di dunia berasal dari  Dia. Diberikan Nya kemungkinan agar manusia dapat melaksanakan tugasnya  sebagai khalifah Nya di bumi, namun bukan untuk berbuat sewenang-wenang  dan memperturutkan hawa nafsu. Jika manusia tidak mensyukuri nikmat itu  dan tidak mempergunakan nikmat itu menurut yang semestinya, tentulah  orang itu akan mendapat murka dan azab Nya.
 2. Allah Maha Kuasa. Dia  menguasai semesta alam. Perkataan ini memberikan pengertian bahwa  segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi berada dalam kekuasaan  Nya; Dia menguasai dunia dan akhirat.
 3. Dia Maha Agung, karena  keagungan dan keangkuhan hanya bagi Allah SWT di langit dan di bumi dan  kekuasaan Nya berada di atas segala kekuasaan.
 4. Dia Maha Perkasa,  keputusan Nya tidak dapat ditolak, tidak dapat diubah oleh siapa pun,  dan tidak ada yang dapat menandingi kekuasaan Nya itu.
 5. Dia Maha  Bijaksana. Maksudnya: Allah dalam menetapkan perintah Nya kepada seluruh  makhluk Nya, selalu disertai aturan, perhitungan, dan berhasil serta  pasti terjadi sesuai dengan yang dikehendaki Nya.
 |  | 
   | 37 | Dan bagi-Nyalah keagungan di langit dan di bumi, Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(QS. 45:37) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Jaatsiyah 36 - 37 
 
 فَلِلَّهِ   الْحَمْدُ رَبِّ السَّمَاوَاتِ وَرَبِّ الْأَرْضِ رَبِّ الْعَالَمِينَ   (36) وَلَهُ الْكِبْرِيَاءُ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ   الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (37 
 (Maka bagi Allahlah segala puji) sanjungan yang baik atas ketepatan ancaman-Nya terhadap orang-orang yang mendustakan-Nya (Rabb langit dan bumi, Rabb semesta alam) Pencipta hal-hal yang telah disebutkan tadi. Pengertian kata Al- 'Aalam adalah semua yang selain Allah, diungkapkan dalam bentuk jamak mengingat jenisnya yang bermacam-macam dan lafal Rabb adalah Badal.
 
 (Dan bagi-Nyalah keagungan) kebesaran (di langit dan bumi) lafal Fis Samaawaati Wal Ardhi ini berkedudukan menjadi Hal atau kata keterangan keadaan; yakni keagungan yang ada pada keduanya. (Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana) sebagaimana yang telah dijelaskan pada penafsiran-penafsiran sebelumnya.
 |  | 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar