Pengantar
Assalaamu 'alaikum Wr.Wb.Halaman ini didedikasikan kepada pengajaran Al Qur-an.
Dalam kurun waktu yang sangat panjang pengajaran membaca Al Qur-an menghadapi krisis metodologi pengajaran yang tidak sesuai, yang menyebabkan ilmu membaca Al Qur-an menjadi sangat eksklusif.
Sedemikian sulitnya mengajarkan membaca Al Qur-an menyebabkan seorang yang ingin dapat membaca Al Qur-an dengan baik harus menyediakan resource waktu, tenaga, bahkan biaya yang luar biasa besar.
Pencerahan yang ditawarkan Qiraati, disambut dengan antusiasme bisnis. Kemudahan yang ditawarkan Qiraati, di transformasikan dalam bentuk penyusunan metode-metode baru yang sangat berorientasi bisnis. Semangat ´nggampangke´ oleh pengajar maupun yang diajar menjadi senjata yang ampuh untuk meligitimasi bahwa semua orang boleh mengajarkan Al Qur-an, bahwa penyebaran ilmu Al Qur-an dengan jual-beli metode-metode tersebut secara bebas tidak boleh dihalang-halangi.
Jika Rasulullah SAW memerintahkan untuk mengambil Al Qur-an dari 4 orang sahabat, itu mengindikasikan bahwa tidak semua orang boleh mengajarkan Al Qur-an.
Semoga Allah memberikan petunjukNya kepada hamba-hambaNya yang serius mengajarkan dan mempelajari Al Qur-an.
Fa ammaz-zabadu fayadz-habu jufaaa'aa, wa ammaa maa yanfa'un-naasa fayamkutsu fil ardl..
Maka yang seperti buih di laut akan hilang sirna, dan adapun yang bermanfaat bagi manusia akan tetap kokoh di bumi.
Wassalaamu 'alaikum Wr.Wb.
Sekilas Qiraati
Metoda dalam mengajarkan membaca al qur-an yang berorientasi kepada hasil bacaan murid secara mujawwad murattal dengan mempertahankan mutu pengajaran dan mutu pengajar melalui mekanisme sertifikasi / syahadah.Hanya pengajar yang telah mendapatkan sertifikasi / syahadah yang diijinkan untuk mengajarkan Qiraati.
Hanya lembaga yang memiliki sertifikasi / syahadah yang diijinkan untuk mengembangkan Qiraati.
Sejarah Penyusunan Qiraati
Sejarah Penyusunan
Sejarah
penemuan dan penyusunan Metode Qiraati membutuhkan perjalanan masa yang
cukup lama dengan usaha, penelitian, pengamatan, dan uji coba selama
bertahun-tahun. Dengan penuh ketekunan dan kesabaran Bapak H. Dachlan
Salim Zarkasyi selalu mengadakan pengamatan dan penelitian pada majlis
pengajaran Al Qur-an di mushalla-mushalla, masjid-masjid, ataupun majlis
tadarus Al Qur-an.
Dari
hasil pengamatan dan penelitian ini beliau mendapatkan masukan-masukan
dalam penyusunan Metode Qiraati, di mana hal-hal yang dirasa perlu dan
penting untuk diketahui dan dipelajari anak-anak beliau tulis, beserta
contoh-contohnya yang kemudian diujicobakan kepada anak didiknya.
Sehingga penyusunan Metode Qiraati ini bukan berupa satu paket buku
sekali jadi dari hasil “otak-atik akal” melainkan dari hasil pengamatan,
penelitan, dan percobaan, sehingga Metode Qiraati ini mempunyai gerak
yang dinamis sesuai kebutuhan dan perkembangan.
Bermula
dari panggilan hati Bapak Dachlan Salim Zarkasyi sebagai seorang muslim
untuk mengajar ngaji (membaca Al Qur-an) kepada anak-anaknya sendiri
dan anak-anak di sekitar tempat tinggalnya. Beliau mulai mengajar ngaji
ini pada tahun 1963. Pada saat itu beliau mengajar dengan Kitab Turutan
(Metode / Kaidah Baghdadiyah) sebagaimana umumnya guru-guru ngaji di
Indonesia.
Namun
ternyata dalam mengajar dengan Kitab Turutan ini beliau merasa
kesulitan sehingga tidak diperoleh hasil yang memuaskan. Dimana anak
cenderung hanya sekadar menghafal dan tidak paham masing-masing huruf,
sehingga anak tidak membaca sendiri, tetapi harus dituntun dalam membaca
Al Qur-an.
Dari
rasa tidak puas dengan Kaidah Baghdadiyah yang diajarkan dengan cara
dituntun ini, timbul gagasan pemikiran di benak beliau bagaimana cata
mengajarkan membaca Al Qur-an dengan cara yang lebih mudah dan berhasil
dapat membaca Al Qur-an dengan tartil.
Untuk
itu membeli buku-buku yang katanya praktis dan memudahkan orang belajar
membaca Al Qur-an, untuk diajarkan kepada anak didiknya. Namun setelah
dipelajari tidak ada satupun buku yang dipergunakan untuk mengajar,
karena dalam buku-buku tersebut hanya diajarkan sekedar bias membaca
huruf Al Qur-an dan tidak akan menghasilkan anak dapat membaca Al Qur-an
dengan bacaan tartil. Dan yang lebih merisaukan beliau adalah contoh-contoh yang diberikan menggunakan kalimat dalam bahasa Jawa ataupun bahasa Indonesia, bukan dengan bahasa Arab ataupun bahasa Al Qur-an.
Karena
tidak ditemukan buku yang dikehendaki, tercetuslah gagasan untuk
menyusun metode yang berbeda dengan metode-metode yang sudah ada
sebelumnya.
Amanat/wasiat Ust. Dachlan Salim mengenai Qiraati
Memahami Qiraati
Ada dua wasiat yang disampaikan oleh Bapak H. Dachlan Salim Zarkasyi kepada Guru Al Qur-an khususnya pemakai Qiraati :
- Guru ngaji harus melaksanakan tiga hal :
- Guru ngaji harus sabar dan ikhlash
- Guru ngaji harus sering tahajjud
- Guru ngaji harus sering tadarus Al Qur-an
- Qiraati tidak boleh di nyok-nyok ke (di tawar-tawarkan). Qiraati diberikan kepada yang mau mengikuti aturan main yang telah ditetapkan oleh Bapak H. Dachlan Salim Zarkasyi. Qiraati tidak boleh diberikan kepada mereka yang sak karepe dhewe walaupun mereka sudah memakai Qiraati cukup lama.
Bapak H. Dachlan Salim Zarkasyi mengamanahkan :
- Jangan wariskan Al Qur-an yang salah, karena yang benar itu mudah
- Tidak semua orang boleh mengajarkan Qiraati, tetapi semua orang boleh diajarkan Qiraati.
- Dalam 100 siswa/santri hanya 1 orang yang kurang pandai, jika ada lebih dari 1 orang yang kurang pandai, maka yang perlu dipertanyakan adalah gurunya.
Ciri Khas Qiraati
Ciri-ciri Qiraati :1. Tidak dijual secara bebas (tidak ada di toko-toko)
2. Guru yang mengajarkan Qiraati telah di tashih untuk mendapatkan syahadah (sertifikat / ijin mengajar)
3. Kelas TKQ/TPQ dalam disiplin yang sama
Dawuh Penulis Metode Qiraati
PESAN-PESAN KH. DACHLAN SALIM ZARKASYI
1. NAWAITU DAN VISI MISI QIRAATI
-
Qiraati bukan hasil fikiran manusia, Qiraati bukan karangan saya, Qiraati adalah inayah dan hidayah minallah.
Saya duduk, saya kelihatan tulisan. Jadi kalau ditanya, “mengapa pelajaran ikhfa di jilid 4, sedangkan idhar di jilid 6,?” jawabannya, “Tidak tahu, saya tidak ikut ngarang.”
-
Saya tidak jual buku, saya ingin anak-anak nanti ngajinya benar. Kalau saya jual buku, buat apa repot repot membentuk Kooordinator, titipkan saja ke toko-toko buku, selesai.
-
Saya tidak pingin yang pakai Qiraati banyak. Saya pingin anak yang ngaji pakai Qiraati, ngajinya benar.
-
Qiraati tidak disebar-sebarkan, saya tidak pernah menyebarkan Qiraati. Qiraati menyebar minallah.
2. METODOLOGI
-
Kegagalan mengajar tempo dulu sebabnya ialah, terlalu toleransi pada anak-anak. Pelajaran belum bisa dan anaknya minta tambah, ditambah. Satu halaman, dua halaman belum masalah, setelah halaman 15 pelajaran tidak bisa diteruskan dan disuruh kembali ke halaman pertama, tidak mau. Akhirnya, karena merasa tidak berhasil, ngajinya pindah.
-
Insya Allah setelah TK al-Quran berdiri, dua tahun sudah hataman. Di sini (Semarang) santri 90, setelah 2 tahun, khatam 20 santri ( + 20 %).
-
Tidak ada murid yang bodoh. Kalau ada yang bodoh, paling dalam 100 ada 1 atau 2 murid saja.
Kalau ada guru yang mengatakan, “Murid saya bodoh-bodoh.”
“Apa bukan gurunya,” tanya beliau.
Dan
kalau ada anak yang bodoh seperti itu, maka cara yang tepat ialah
gurunya sowan ke rumah orang tuanya agar orang tuanya sabar.
-
Qiraati tidak ke mana-mana tetapi ada di mana-mana. Semua yang lulus tashih boleh mengajarkan Qiraati (yang belum lulus tashih walaupun teman atau saudara tidak boleh mengajar Qiraati).
3. UJIAN SANTRI, KHATAMAN, DAN IMTIHAN
-
Khatam Qiraati jilid 6 adalah khatam Tingkat Persiapan, insya Allah sudah bisa baca al Quran dengan tartil (belum khatam).
-
Kalau dulu santri ngaji sampai با لناس dikhatami, sekarang di TK al Quran sampai dengan با لناس baca al Qurannya diulangi الم lagi, belum dikhatami sampai gharib dan ilmu tajwid khatam.
-
Khatam TK al Quran, khatam al Qurannya bisa 2 kali, 3 kali, atau sampai 5 kali.
-
Khataman ini adalah khataman untuk pendidikan, dan ini lebih cocok (karena model tadarus ini lebih efektif dibandingkan dengan model tallqi).
-
Saya diundang khataman di Kudus, bacaan gharibnya bagus tapi baca al Qurannya tidak tartil.
Baca
ان طهرا gharibnya benar, tapi an tha “salah” tidak dengung. Saya
sampaikan kepada Kepala TK al Qurannya bahwa, “anak-anak belum boleh
dikhatami, masih jilid 3.”
-
Khataman jangan diganti dengan wisuda
-
Khataman tidak harus meriah (mewah), pernah di sini (Semarang), khataman cukup dengan mengeluarkan minuman the dan kantong plastik, sedangkan isinya dari (sumbangan) wali murid.
-
Kalau akan mengadakan khataman, wali murid yang dikahtami diajak rapat, mau khataman di gedung atau di sini (TPQ), terserah wali murid.
4. KRITIK DAN SARAN KH. DAHLAN SALIM ZARKASYI
-
Saya tidak pernah dengar guru al Quran mengatakan, “al hamdulillah saya telah dijadikan Allah sebagai guru al Quran, padahal, خيركم من تعلم القرأن و علمه
Berapa nilai pahala خيركم ?
Yang sering saya dengarkan guru mengeluhkan santrinya dan pengurusnya, (orang bersyukur tidak suka mengeluh).
-
Guru al Quran harus sering tadarus al Quran.
-
Guru al Quran harus ikhlas.
Saya kira tidak ada guru al Quran yang ingin cari sesuatu (nafkah dalam mengajar al Quran). Kalau ada orang memberi sesuatu pada kita, maka cepat-cepat doakan semoga rizkinya barokah.
-
Guru al Quran supaya hati-hati dalam mengajarkan al Quran.
5. PESAN-PESAN LAIN
-
Guru ngaji harus sabar dan ikhlas
-
Guru ngaji harus sering tahajjud
-
Guru ngaji harus sering tadarus al Quran
-
Qiraati tidak boleh dinyok-nyoke (ditawar-tawarkan).
Qiraati hanya diberikan kepada yang mau, jangan diberikan kepada yang tidak mau. Waktu itu Bunyamin bertanya maksudnya.
“Mereka
yang mau adalah yang mau mengikuti aturan main yang telah saya
tetapkan. Mereka yang tidak mau adalah mereka yang tidak mengikuti
aturan mainnya, sak karepe dewe, walaupun mereka telah memakai Qiraati
cukup lama,” jawab Ayah.
Diambil dari beberapa sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar