Riwayat Sejarah Kisah Nabi Hud AS
Kawan, berikut adalah kisah Nabi Hud AS
 pada zaman rasul. Berakhirlah kisah kaum nabi Nuh As, Sedangkan 
minoriti antara mereka dapat kembali memakmurkan bumi sebagai wujud dari
 sunatullah dan janji-Nya: Sedangkan janji Allah SWT kepada Nabi Nuh 
adalah:
تِلْكَ الدَّارُ الآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الأرْضِ وَلا فَسَادًا وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
Tilkaddaaru-aakhiratu naj'aluhaa lil-ladziina laa yuriiduuna 'uluu-wan fiil ardhi walaa fasaadan wal 'aaqibatu lilmuttaqiin(a).
 "Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang, yang tidak ingin 
menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan 
(yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa."(QS. al-Qashash: 83)
Dan janji Allah SWT juga kepada Nabi Nuh adalah:
قِيلَ
 يَا نُوحُ اهْبِطْ بِسَلامٍ مِنَّا وَبَرَكَاتٍ عَلَيْكَ وَعَلَى أُمَمٍ 
مِمَّنْ مَعَكَ وَأُمَمٌ سَنُمَتِّعُهُمْ ثُمَّ يَمَسُّهُمْ مِنَّا عَذَابٌ
 أَلِيمٌ
Qiila yaa nuuhu ihbith bisalaamin minnaa 
wabarakaatin 'alaika wa'ala umamin mimman ma'aka wa-umamun 
sanumatti'uhum tsumma yamassuhum minnaa 'adzaabun aliimun
"Difirmankan: 'Hai
 Nuh, turunlah dengan selamat dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan 
atas umat-umat (yang beriman) dari orang-orang yang bersamamu. Dan ada 
pula umat-umat yang Kami beri kesenangan pada mereka (dalam hehidupan 
dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab yang pedih dari Kami. " (QS. 
Hud: 48)
Berputarlah
 roda kehidupan dan datanglah janji Allah SWT. Setelah datangnya taufan,
 tiada yang tersisa dari manusia di muka bumi kecuali orang-orang yang 
beriman. Tiada satu hati yang kafir pun berada di muka bumi dan syaitan 
mulai mengeluhkan pengangguran.
Berlalulah
 tahun demi tahun, lalu matilah para orang tua dan anak-anak, dan 
datanglah anak dari anak-anak. Manusia lupa akan wasiat Nabi Nuh dan 
mereka kembali menyembah berhala. Manusia menyimpang dari penyembahan 
yang semata-mata untuk Allah SWT. Akhirnya, tipuan kuno berulang 
kembali. Para cucu kaum Nabi Nuh berkata: "Kita tidak ingin melupakan 
kakek kita yang Allah SWT selamatkan mereka dari taufan."
Oleh
 kerana itu, mereka membuat patung-patung orang-orang yang selamat itu 
yang dapat mengingatkan mereka dengannya. Dan pengagungan ini semakin 
berkembang generasi demi generasi, namun akhimya penghormatan itu 
berubah menjadi penghambaan. Patung- patung itu berubah - dengan bisikan
 syaitan - menjadi tuhan selain Allah SWT. Dan bumi kembali mengeluhkan 
kegelapan. Lalu Allah SWT rnengutus junjungan kita Nabi Hud di 
tengah-tengah kaumnya.
Nabi
 Hud AS adalah keturunan Sam bin Nuh AS (cucu nabi Nuh) ia di utus 
kepada kaumnya yang bernama kaum “Ad”, suatu kaum yang bertempat tinggal
 di sebelah utara Hadramaut negeri Yaman. Kaum Ad adalah kaum yang 
sangat mahir membikin benteng yang kokoh dan kuat, tetapi sayang, mereka
 menyembah berhala.
Al-Qur'an
 menyingkap ceritanya setelah diutusnya Nabi Hud untuk membawa agama 
kepada manusia. Nabi Hud berasal dari kabilah yang bernama 'Ad. Kabilah 
ini tinggal di suatu tempat yang bernama al-Ahqaf. la adalah padang 
pasir yang dipenuhi dengan gunung-gunung pasir dan tampak dari puncaknya
 lautan. Adapun tempat tinggal mereka berupa tenda-tenda besar dan 
mempunyai tiang-tiang yang kuat dan tinggi. Kaum 'Ad terkenal dengan 
kekuatan fisik di saat itu, dan mereka juga memiliki tubuh yang amat 
tinggi dan tegak sampai-sampai mereka mengatakan seperti yang dikutip 
oleh Al-Qur'an:
فَأَمَّا
 عَادٌ فَاسْتَكْبَرُوا فِي الأرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَقَالُوا مَنْ 
أَشَدُّ مِنَّا قُوَّةً أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَهُمْ
 هُوَ أَشَدُّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يَجْحَدُونَ
Fa-ammaa 'aadun faastakbaruu fiil ardhi bighairil 
haqqi waqaaluuu man asyaddu minnaa quu-watan awalam yarau 
annallahal-ladzii khalaqahum huwa asyaddu minhum quu-watan wakaanuu 
biaayaatinaa yajhaduun(a)
"Adapun kaum 'Aad, maka mereka menyombongkan diri di muka bumi, tanpa 
alasan yang benar, dan berkata: 'Siapakah yang lebih besar kekuatannya 
dari kami'. Dan apakah mereka itu tidak memperhatikan, bahwa Allah yang 
menciptakan mereka adalah lebih besar kekuatan-Nya dari mereka. Dan 
adalah mereka mengingkari tanda-tanda (kekuatan) Kami." – (QS. Fushilat: 15)
Tiada
 seorang pun di masa itu yang dapat menandingi kekuatan mereka. Meskipun
 mereka memiliki kebesaran tubuh, namun mereka memiliki akal yang gelap.
 Mereka menyembah berhala dan membelanya bahkan mereka siap berperang 
atas namanya. Mereka malah menuduh nabi mereka dan mengejeknya. Selama 
mereka menganggap bahawa kekuatan adalah hal yang patut dibanggakan, 
maka seharusnya mereka melihat bahawa Allah SWT yang menciptakan mereka 
lebih kuat dari mereka. Sayangnya, mereka tidak melihat selain 
kecongkakan mereka. Nabi Hud berkata kepada mereka:
وَإِلَى عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ إِنْ أَنْتُمْ إِلا مُفْتَرُونَ
Wa-ila 'aadin akhaahum huudan qaala yaa qaumii'buduullaha maa lakum min ilahin ghairuhu in antum ilaa muftaruun(a)
"Wahai kaumku, sembahlah Allah yang tiada tuhan lain bagi kalian selain-Nya. " (QS. Hud: 50)
Itu
 adalah perkataan yang sama yang diucapkan oleh seluruh nabi dan rasul. 
Perkataan tersebut tidak pernah berubah, tidak pernah berkurang, dan 
tidak pernah dicabut kembali. Kaumnya bertanya kepadanya: "Apakah engkau
 ingin menjadi pemimpin bagi kami melalui dakwahmu ini? Imbalan apa yang
 engkau inginkan?" Nabi Hud memberitahu mereka bahawa ia hanya 
mengharapkan imbuhan dari Allah SWT. Ia tidak menginginkan sesuatu pun 
dari mereka selain agar mereka menerangi akal mereka dengan cahaya 
kebenaran. Ia mengingatkan mereka tentang nikmat Allah SWT terhadap 
mereka. Bagaimana Dia menjadikan mereka sebagai khalifah setelah Nabi 
Nuh, bagaimana Dia memberi mereka kekuatan fisik, bagaimana Dia 
menempatkan mereka di bumi yang penuh dengan kebaikan, bagaimana Dia 
mengirim hujan lalu menghidupkan bumi dengannya.
Kaum
 Hud membuat kerosakan dan mengira bahawa mereka orang-orang yang 
terkuat di muka bumi, sehingga mereka menampakkan kesombongan dan 
semakin menentang kebenaran. Mereka berkata kepada Nabi Hud: "Bagaimana 
engkau menuduh tuhan-tuhan kami yang kami mendapati ayah-ayah kami 
menyembahnya?" Nabi Hud menjawab: "Sungguh orang tua kalian telah 
berbuat kesalahan." Kaum Nabi Hud berkata: "Apakah engkau akan 
mengatakan wahai Hud bahawa setelah kami mad dan menjadi tanah yang 
beterbangan di udara, kita akan kembali hidup?" Nabi Hud menjawab: 
"Kalian akan kembali pada hari kiamat dan Allah SWT akan bertanya kepada
 masing-masing dari kalian tentang apa yang kalian lakukan."
Setelah
 mendengar jawaban itu, meledaklah tertawa dari mereka. Alangkah anehnya
 pengakuan Hud, demikianlah orang-orang kafir berbisik di antara mereka.
 Manusia akan mati dan ketika mati jasadnya akan rusak dan ketika 
jasadnya rusak ia akan menjadi tanah kemudian akan dibawa oleh udara dan
 tanah itu akan beterbangan, lalu bagaimana semua ini akan kembali ke 
asalnya. "Kemudian apa pengertian adanya hari kiamat? Mengapa 
orang-orang yang mati akan bangkit dari kematiannya?" Hud menerima 
pertanyaan-pertanyaan ini dengan kesabaran yang mulia. Kemudian ia mulai
 menerangkan pada kaumnya keadaan hari kiamat. Ia menjelaskan kepada 
mereka bahawa kepercayaan manusia kepada hari akhir adalah satu hal yang
 penting yang berhubungan dengan keadilan Allah SWT, sebagaimana ia juga
 sesuatu yang penting yang juga berhubungan dengan kehidupan manusia.
Nabi
 Hud menerangkan kepada mereka sebagaimana apa yang diterangkan oleh 
semua nabi berkenaan dengan hari kiamat. Sesungguhnya hikmah sang 
Pencipta tidak menjadi sempurna dengan sekadar memulai penciptaan 
kemudian berakhirnya kehidupan para makhluk di muka bumi ini, lalu 
setelah itu tidak ada hal yang lain. Ini adalah masa tenggang yang 
pertama dari ujian. Dan ujian tidak selesai dengan hanya menyerahkan 
lembar jawaban. Harus juga disertai dengan koreksi terhadap lembar 
jawaban itu, memberi nilai, dan menjelaskan siapa yang berhasil dan 
siapa yang gagal.
Manusia
 selama hidup di dunia tidak hanya mempunyai satu tindakan; ada yang 
berbuat kelaliman, ada yang membunuh, dan ada yang melampaui batas. 
Seringkali kita melihat orang-orang lalim pergi dengan bebas tanpa 
menjalani hukuman. Cukup banyak orang-orang yang jahat namun mereka 
mendapatkan fasilitas yang mewah dan mendapatkan penghormatan serta 
kekuasaan. Ke mana orang-orang yang teraniaya akan mengadu dan kepada 
siapa orang-orang yang menderita akan mengeluh?
Logika
 keadilan menuntut adanya hari kiamat. Sesungguhnya kebaikan tidak 
selalu menang dalam kehidupan, bahkan terkadang pasukan kejahatan 
berhasil membunuh dan memperdaya para pejuang kebenaran. Lalu, apakah 
kejahatan ini berlalu begitu saja tanpa mendapatkan balasan? Sungguh 
suatu kelaliman besar terhampar seandainya kita menganggap bahawa hari 
kiamat tidak pernah terjadi. Allah SWT telah mengharamkan kelaliman atas
 diri-Nya sendiri, dan Dia pun mengharamkannya terjadi di antara 
hamba-hamba-Nya., maka adanya hari kiamat, hari perhitungan, hari 
pembalasan adalah sebagai bukti kesempurnaan dari keadilan Allah SWT. 
Sebab hari kiamat adalah hari di mana semua persoalan akan disingkap 
kembali di depan sang Pencipta dan akan di tinjau kembali, dan Allah SWT
 akan memutuskan hukum-Nya di dalam-nya. Inilah kepentingan pertama 
tentang hari kiamat yang berhubungan langsung dengan keadilan Allah SWT.
Ada
 kepentingan lain berkenaan dengan hari kiamat, yang berhubungan dengan 
perilaku manusia sendiri. bahawa keyakinan dengan adanya hari akhir, 
mempercayai hari kebangkitan, perhitungan amal, penerimaan pahala dan 
siksa, dan kemudian masuk surga atau neraka adalah perkara- perkara yang
 langsung berkenaan dengan perilaku manusia, di mana konsentrasi manusia
 dan had mereka akan tertuju dengan alam lain setelah alam ini. Oleh 
kerana itu, mereka tidak akan terbelenggu oleh kenikmatan dunia, 
kerakusan kepadanya, dan egoisme untuk menguasinya. Mereka tidak perlu 
gelisah saat mereka tidak berhasil melihat balasan usaha mereka dalam 
umur mereka yang pendek dan terbatas. Dengan demikian, manusia semakin 
meninggi dari tanah yang menjadi asal penciptaannya ke roh yang 
ditiupkan oleh Tuhannya.
Barangkali
 persimpangan jalan antara tunduk terhadap imajinasi dunia, 
nilai-nilainya, dan pertimbangan-pertimbangannya dan ketergantungan 
dengan nilai-nilai Allah SWT yang tinggi dapat terwujud dengan adanya 
keimanan terhadap hari kiamat. Nabi Hud telah membicarakan semua ini dan
 mereka telah mendengarkannya namun mereka mendustakannya. Allah SWT 
menceritakan sikap kaum itu terhadap hari kiamat:
وَقَالَ
 الْمَلأ مِنْ قَوْمِهِ الَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِلِقَاءِ 
الآخِرَةِ وَأَتْرَفْنَاهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا مَا هَذَا إِلا 
بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يَأْكُلُ مِمَّا تَأْكُلُونَ مِنْهُ وَيَشْرَبُ مِمَّا 
تَشْرَبُونَ
Waqaalal malaa min qaumihil-ladziina kafaruu 
wakadz-dzabuu biliqaa-i-aakhirati wa-atrafnaahum fiil hayaatiddunyaa maa
 hadzaa ilaa basyarun mitslukum ya'kulu mimmaa ta'kuluuna minhu 
wayasyrabu mimmaa tasyrabuun(a)
وَلَئِنْ أَطَعْتُمْ بَشَرًا مِثْلَكُمْ إِنَّكُمْ إِذًا لَخَاسِرُونَ
Wala-in atha'tum basyaran mitslakum innakum idzan lakhaasiruun(a)
أَيَعِدُكُمْ أَنَّكُمْ إِذَا مِتُّمْ وَكُنْتُمْ تُرَابًا وَعِظَامًا أَنَّكُمْ مُخْرَجُونَ
Aya'idukum annakum idzaa mittum wakuntum turaaban wa'izhaaman annakum mukhrajuun(a)
هَيْهَاتَ هَيْهَاتَ لِمَا تُوعَدُونَ
Haihaata haihaata limaa tuu'aduun(a)
إِنْ هِيَ إِلا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا نَحْنُ بِمَبْعُوثِينَ
In hiya ilaa hayaatunaaddunyaa namuutu wanahyaa wamaa nahnu bimab'uutsiin(a)
"Dan
 berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang 
mendustakan pertemuan dengan hari kiamat (kelak) dan yang telah Kami 
mewahkan mereka dalam kehidupan dunia: 'Orang ini tidak lain hanyalah 
manusia seperti kamu, dia, makan dari apa yang kamu, makan, dan meminum 
dari apa yang kamu minum. Dan sesungguhnya jika kamu sekalian menaati 
manusia yang seperti kamu, niscaya bila demikian itu, kamu benar-benar 
menjadi orang- orang yang merugi. Apakah ia menjanjikan kepada kamu 
sekalian, bahawa bila kamu telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang
 belulang, kamu sesungguhnya akan dikeluarkan (dari kuburmu)?, jauh, 
jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan kepadamu itu, kehidupan
 tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan hidup 
dan sekali-kali tidak akan dibangkitkan lagi. " (QS. al- Mu`minun: 
33-37)
Demikianlah
 kaum Nabi Hud mendustakan nabinya. Mereka berkata kepadanya: "Tidak 
mungkin, tidak mungkin." Mereka keheranan ketika mendengar bahawa Allah 
SWT akan membangkitkan orang-orang yang ada dalam kuburan. Mereka 
bingung ketika dibe-ritahu bahawa Allah SWT akan mengembalikan 
penciptaan manusia setelah ia berubah menjadi tanah, meskipun Dia telah 
menciptakannya sebelumnya juga dari tanah. Seharusnya para pendusta hari
 kebangkitan itu merasa bahawa mengembalikan penciptaan manusia dari 
tanah dan tulang lebih mudah dari penciptaannya pertama kali. Bukankah 
Allah SWT telah menciptakan semua makhluk, maka kesulitan apa yang 
ditemui-Nya dalam mengembalikannya. Kesulitan itu disesuaikan dengan 
tolok ukur manusia yang tersembunyi dalam ciptaan., maka tolok ukur 
manusia tersebut tidak dapat diterapkan kepada Allah SWT. kerana Dia 
tidak mengenal kesulitan atau kemudahan. Ketika Dia ingin membuat 
sesuatu, maka Dia hanya sekadar mengeluarkan perintah:
بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَإِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
Badii'us-samaawaati wal ardhi wa-idzaa qadha amran fa-innamaa yaquulu lahu kun fayakuun(u)
"Allah
 Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) 
sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah."Lalu 
jadilah ia." (QS. al-Baqarah: 117)
Kita juga memperhatikan firman-Nya:
"Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya." (QS. al-Mu^minun: 33)
Al-Mala'
 ialah para pembesar (ar-Ruasa'). Mereka dinamakan al-Mala' kerana 
mereka suka berbicara dan mereka mempunyai kepentingan dalam 
kesinambungan situasi yang tidak sehat. Kita akan menyaksikan mereka 
dalam setiap kisah para nabi. Kita akan melihat para pembesar kaum, 
orang-orang kaya di antara mereka, dan orang-orang elit di antara mereka
 yang menentang para nabi. Allah SWT menggambarkan mereka dalam 
firman-Nya:
"Dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan dunia. " (QS. al-Mukminun: 33)
kerana
 pengaruh kekayaan dan kemewahan hidup, lahirlah keinginan untuk 
meneruskan kepentingan-kepentingan khusus, dan dari pengaruh kekayaan 
dan kekuasaan, muncullah sikap sombong. Para pembesar itu menoleh kepada
 kaumnya sambil bertanya-tanya: "Tidakkah nabi ini manusia biasa seperti
 kita, ia memakan dari apa yang kita, makan, dan meminum dari apa yang 
kita minum? Bahkan barangkali kerana kemiskinannya, ia sedikit, makan 
dari apa yang kita, makan dan ia minum, menggunakan gelas-gelas yang 
kotor sementara kita minum dari gelas-gelas yang terbuat dari emas dan 
perak., maka bagaimana ia mengaku berada dalam kebenaran dan kita dalam 
kebatilan? Ini adalah manusia biasa, maka bagaimana kita menaati manusia
 biasa seperti kita? Kemudian, mengapa Allah SWT memilih manusia di 
antara kita untuk mendapatkan wahyu-Nya?"
Para
 pembesar kaum Nabi Hud berkata: "Bukankah hal yang aneh ketika Allah 
SWT memilih manusia biasa di antara kita untuk menerima wahyu dari-Nya?"
 Nabi Hud balik bertanya: "Apa keanehan dalam hal itu? Sesungguhnya 
Allah SWT mencintai kalian dan oleh kerananya Dia mengutus aku kepada 
kalian untuk mengingatkan kalian. Sesungguhnya perahu Nuh dan kisah Nuh 
tidak jauh dari ingatan kalian. Janganlah kalian melupakan apa yang 
telah terjadi. Orang-orang yang menentang Allah SWT telah dihancurkan 
dan begitu juga orang-orang yang akan mengingkari-Nya pun akan 
dihancurkan, sekuat apa pun mereka." Para pembesar kaum berkata: 
"Siapakah yang dapat menghancurkan kami wahai Hud?" Nabi Hud menjawab: 
"Allah SWT."
Orang-orang
 kafir dari kaum Nabi Hud berkata: "Tuhan-tuhan kami akan menyelamatkan 
kami." Nabi Hud memberitahu mereka, bahawa tuhan- tuhan yang mereka 
sembah ini dengan maksud untuk mendekatkan mereka kepada Allah SWT pada 
hakikatnya justru menjauhkan mereka dari-Nya. Ia menjelaskan kepada 
mereka bahawa hanya Allah SWT yang dapat menyelamatkan manusia, 
sedangkan kekuatan lain di bumi tidak dapat mendatangkan mudarat dan 
manfaat.
Pertarungan
 antara Nabi Hud dan kaumnya semakin seru. Dan setiap kali pertarungan 
berlanjut dan hari berlalu, kaum Nabi Hud meningkatkan kesombongan, 
pembangkangan, dan pendustaan kepada nabi mereka. Mereka mulai menuduh 
Nabi Hud sebagai seorang idiot dan gila. Pada suatu hari mereka berkata 
kepadanya: "Sekarang kami memahami rahasia kegilaanmu. Sesungguhnya 
engkau menghina tuhan kami dan tuhan kami telah marah kepadamu, dan 
kerana kemarahannya engkau menjadi gila." Allah SWT menceritakan apa 
yang mereka katakan dalam firman-Nya:
"Kaum
 'Ad berkata: 'Hai Hud, kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti 
yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan 
sembahan-sembahan kami kerana perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak 
akan mempercayai kamu. Kami tidak mengatakan melainkan bahawa sebagian 
sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu. " (QS. Hud: 
53-54)
Sampai
 pada batas inilah penyimpangan itu telah terjadi pada diri mereka, 
sampai pada batas bahawa mereka menganggap, bahawa Nabi Hud telah 
mengigau kerana salah satu tuhan mereka telah murka kepadanya sehingga 
ia terkena sesuatu penyakit gila. Nabi Hud tidak membiarkan anggapan 
mereka bahawa ia gila dan mengigau, naniun ia tidak bersikap emosi 
tetapi ia menunjukkan sikap tegas ketika mereka mengatakan: "Dan kami 
sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan- sembahan kami kerana 
perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu. "
Setelah
 tantangan ini tiada lain bagi Nabi Hud kecuali memberikan tantangan 
yang sama. Nabi Hud hanya pasrah kepada Allah SWT. Nabi Hud hanya 
memberikan peringatan dan ancaman terhadap orang-orang yang mendustakan 
dakwahnya. Nabi Hud berkata:
"Sesungguhnya
 aku jadikan Allah sebagai saksiku dan saksikanlah olehmu bahawa 
Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan dari 
selain-Nya. Sebab itu, jalankanlah tipu dayamu semuanya terhadapku dan 
janganlah karnu memberi tangguh kepadaku. Sesungguhnya aku bertawakal 
kepada Allah, Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melata pun 
melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di 
atas jalan yang lurus. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku telah 
menyampaikan kepadamu apa (amanat) yang aku diutus (untuk 
menyampaikan)nya kepadamu. Dan Tuhanku akan mengganti (kamu) dengan kaum
 yang lain (dari) kamu; dan kamu tidak dapat membuat mudarat kepada-Nya 
sedikit pun. Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha Pemelihara segala sesuatu.
 " (QS. Hud: 54-57)
Manusia
 akan merasa keheranan terhadap perlawanan kepada kebenaran ini. Seorang
 lelaki menghadapi kaum yang kasar dan keras kepala serta bodoh. Mereka 
menganggap bahawa berhala-berhala dari batu dapat memberikan gangguan. 
Manusia sendiri rnampu menentang para tiran dan melumpuhkan keyakinan 
mereka, serta berlepas diri dari mereka dan dari tuhan mereka. Bahkan ia
 siap menentang mereka dan menghadapi segala bentuk, makar mereka. Ia 
pun siap berperang dengan mereka dan bertawakal kepada Allah SWT. 
Allah-lah yang Maha Kuat dan Maha Benar. Dia-lah yang menguasai setiap 
makhluk di muka bumi, baik berupa binatang, manusia, maupun makhluk 
lain. Tidak ada sesuatu pun yang dapat melemahkan Allah SWT.
Dengan
 keimanan kepada Allah SWT dan dengan kepercayaan pada janji- Nya serta 
merasa tenang dengan pertolongan-Nya, Nabi Hud menyeru orang-orang kaflr
 dari kaumnya. Nabi Hud melakukan yang demikian itu meskipun ia 
sendirian dan merasakan kelemahan kerana ia mendapatkan keamanan yang 
hakiki dari Allah SWT. Dalam pembicaraannya, Nabi Hud menjelaskan kepada
 kaumnya bahawa ia melaksanakan amanat dan menyampaikan agama. Jika 
mereka mengingkari dakwahnya, niscaya Allah SWT akan mengganti mereka 
dengan kaum selain mereka. Yang demikian ini berarti bahawa mereka 
sedang menunggu azab. Demikianlah Nabi Hud menjelaskan kepada mereka, 
bahawa ia berlepas diri dari mereka dan dari tuhan mereka. la bertawakal
 kepada Allah SWT yang menciptakannya.
Ia
 mengetahui bahawa siksa akan turun di antara para pengikutnya yang 
menentang. Beginilah hukum kehidupan di mana Allah SWT menyiksa 
orang-orang kafir meskipun mereka sangat kuat atau sangat kaya. Nabi Hud
 dan kaumnya menunggu janji Allah SWT. Kemudian terjadilah masa kering 
di muka bumi di mana langit tidak lagi menurunkan hujan. Matahari 
menyengat sangat kuat hingga laksana percikan-percikan api yang menimpa 
kepala manusia.
Kaum
 Nabi Hud segera menuju kepadanya dan bertanya: "Mengapa terjadi 
kekeringan ini wahai Hud?" Nabi Hud berkata: "Sesungguhnya Allah SWT 
murka kepada kalian. Jika kalian beriman, maka Allah SWT akan rela 
terhadap kalian dan menurunkan hujan serta menambah kekuatan kalian." 
Namun kaum Nabi Hud justru mengejeknya dan malah semakin menentangnya., 
maka masa kekeringan semakin meningkat dan menguningkan pohon-pohon yang
 hijau dan matilah tanaman-tanaman.
Lalu
 datanglah suatu hari di mana terdapat awan besar yang menyelimuti 
langit. Kaum Nabi Hud begitu gembira dan mereka keluar dari rumah mereka
 sambil berkata: "Hari ini kita akan dituruni hujan." Tiba-tiba udara 
berubah yang tadinya sangat kering dan panas kini menjadi sangat dingin.
 Angin mulai bertiup dengan kencang. Semua benda menjadi bergoyang. 
Angin terus-menerus bertiup malam demi malam, dan hari demi hari. Setiap
 saat rasa dingin bertambah.
Kaum
 Nabi Hud mulai berlari. Mereka segera menuju ke tenda dan bersembunyi 
di dalamnya. Angin semakin bertiup dengan kencang dan menghancurkan 
tenda. Angin menghancurkan pakaian dan menghancurkan kulit. Setiap kali 
angin bertiup, ia menghancurkan dan membunuh apa saja yang di depannya. 
Angin bertiup selama tujuh malam dan delapan hari dengan mengancam 
kehidupan dunia. Kemudian angin berhenti dengan izin Tuhannya.
Allah SWT berfirman:
فَلَمَّا
 رَأَوْهُ عَارِضًا مُسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ قَالُوا هَذَا عَارِضٌ 
مُمْطِرُنَا بَلْ هُوَ مَا اسْتَعْجَلْتُمْ بِهِ رِيحٌ فِيهَا عَذَابٌ 
أَلِيمٌ
Falammaa ra-auhu 'aaridhan mustaqbila audiyatihim 
qaaluuu hadzaa 'aaridhun mumthirunaa bal huwa maaasta'jaltum bihi riihun
 fiihaa 'adzaabun aliimun
تُدَمِّرُ كُلَّ شَيْءٍ بِأَمْرِ رَبِّهَا فَأَصْبَحُوا لا يُرَى إِلا مَسَاكِنُهُمْ كَذَلِكَ نَجْزِي الْقَوْمَ الْمُجْرِمِينَ
Tudammiru kulla syai-in biamri rabbihaa fa-ashbahuu laa yura ilaa masaakinuhum kadzalika najziil qaumal mujrimiin(a)
"Maka
 tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke 
lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: 'Inilah awan yang akan 
menurunkan hujan kepada kami.' (Bukan)! Bahkan itulah azab yang kamu 
minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab 
yang pedih, yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya."
 (QS. al-Ahqaf: 24-25)
سَخَّرَهَا
 عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ حُسُومًا فَتَرَى 
الْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَى كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ
Sakh-kharahaa 'alaihim sab'a layaalin 
watsamaaniyata ai-yaamin husuuman fataral qauma fiihaa shar'a kaannahum 
a'jaazu nakhlin khaawiyatin
 
 "Yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka 
selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus;, maka kamu lihat kaum
 'Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka 
tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). " (QS. al-Haqqah:
 7)
Tiada
 yang tersisa dari kaum Nabi Hud kecuali pohon-pohon kurma yang lapuk. 
Nabi Hud dan orang-orang yang beriman kepadanya selamat sedangkan 
orang-orang yang menentangnya binasa.
Pembalasan Allah Atas Kaum Aad
Pembalasan Tuhan terhadap kaum Aad yang kafir dan tetap membangkang itu diturunkan dalam dua perinkat.Tahap pertama berupa kekeringan yang melanda ladang-ladang dan kebun-kebun mrk, sehingga menimbulkan kecemasan dan kegelisahan, kalau-kalau mereka tidak memperolehi hasil dari ladang-ladang dan kebun-kebunnya seperti biasanya.Dalam keadaan demikian Nabi Hud masih berusaha meyakinkan mereka bahawa kekeringan itu adalah suatu permulaan seksaan dari Allah yang dijanjikan dan bahwa Allah masih lagi memberi kesempatan kepada mereka untuk sedar akan kesesatan dan kekafiran mrk dan kembali beriman kepada Allah dengan meninggalkan persembahan mrk yang bathil kemudian bertaubat dan memohon ampun kepada Allah agar segera hujan turun kembali dengan lebatnya dan terhindar mrk dari bahaya kelaparan yang mengancam. Akan tetapi mereka tetap belum mahu percaya dan menganggap janji Nabi Hud itu adalah janji kosong belaka. Mereka bahkan pergi menghadap berhala-berhala mereka memohon perlindungan ari musibah yang mereka hadapi.
Tentangan mrk terhadap janji Allah yang diwahyukan kepada Nabi Hud segera mendapat jawapan dengan dtgnya pembalasan tahap kedua yang dimulai dengan terlihatnya gumpalan awan dan mega hitam yang tebal di atas mereka yang disambutnya dengan sorak-sorai gembira, karena dikiranya bahwa hujan akan segera turun membasahi ladang-ladang dan menyirami kebun-kebun mereka yang sedang mengalami kekeringan.
Melihat sikap kaum Aad yang sedang bersuka ria itu berkatalah Nabi Hud dengan nada mengejek: "Mega hitam itu bukanlah mega hitam dan awam rahmat bagi kamu tetapi mega yang akan membawa kehancuran kamu sebagai pembalasan Allah yang telah ku janjikan dan kamu ternanti-nanti untuk membuktikan kebenaran kata-kataku yang selalu kamu sangkal dan kamu dusta.
Sejurus kemudian menjadi kenyataanlah apa yang diramalkan oleh Nabi Hud itu bahawa bukan hujan yang turun dari awan yang tebal itu tetapi angin taufan yang dahsyat dan kencang disertai bunyi gemuruh yang mencemaskan yang telah merusakkan bangunan-bangunan rumah dari dasarnya membawa berterbangan semua perabot-perabot dan milik harta benda dan melempar jauh binatang-binatang ternak. Keadaan kaum Aad menjadi panik mereka berlari kesana sini hilir mudik mencari perlindungan .Suami tidak tahu di mana isterinya berada dan ibu juga kehilangan anaknya sedang rumah-rumah menjadi sama rata dengan tanah. Bencana angin taufan itu berlangsung selama lapan hari tujuh malam sehingga sempat menyampuh bersih kaum Aad yang congkak itu dan menamatkan riwayatnya dalam keadaan yang menyedihkan itu untuk menjadi pengajaran dan ibrah bagi umat-umat yang akan datang.
Adapun Nabi Hud dan para sahabatnya yang beriman telah mendapat perlindungan Allah dari bencana yang menimpa kaumnya yang kacau bilau dan tenang seraya melihat keadaan kaumnya yang kacau bilau mendengar gemuruhnya angin dan bunyi pohon-pohon dan bangunan-bangunan yang berjatuhan serta teriakan dan tangisan orang yang meminta tolong dan mohon perlindungan.
Setelah keadaan cuaca kembali tenang dan tanah " Al-Ahqaf " sudah menjadi sunyi senyap dari kaum Aad pergilah Nabi Hud meninggalkan tempatnya berhijrah ke Hadramaut, di mana ia tinggal menghabiskan sisa hidupnya sampai ia wafat dan dimakamkan di sana dimana hingga sekarang makamnya yang terletak di atas sebuah bukit di suatu tempat lebih kurang 50 km dari kota Siwun dikunjungi para penziarah yang datang beramai-ramai dari sekitar daerah itu, terutamanya dan bulan Syaaban pada setiap tahun
Pembalasan Tuhan terhadap kaum Aad yang kafir dan tetap membangkang itu diturunkan dalam dua perinkat.Tahap pertama berupa kekeringan yang melanda ladang-ladang dan kebun-kebun mrk, sehingga menimbulkan kecemasan dan kegelisahan, kalau-kalau mereka tidak memperolehi hasil dari ladang-ladang dan kebun-kebunnya seperti biasanya.Dalam keadaan demikian Nabi Hud masih berusaha meyakinkan mereka bahawa kekeringan itu adalah suatu permulaan seksaan dari Allah yang dijanjikan dan bahwa Allah masih lagi memberi kesempatan kepada mereka untuk sedar akan kesesatan dan kekafiran mrk dan kembali beriman kepada Allah dengan meninggalkan persembahan mrk yang bathil kemudian bertaubat dan memohon ampun kepada Allah agar segera hujan turun kembali dengan lebatnya dan terhindar mrk dari bahaya kelaparan yang mengancam. Akan tetapi mereka tetap belum mahu percaya dan menganggap janji Nabi Hud itu adalah janji kosong belaka. Mereka bahkan pergi menghadap berhala-berhala mereka memohon perlindungan ari musibah yang mereka hadapi.
Tentangan mrk terhadap janji Allah yang diwahyukan kepada Nabi Hud segera mendapat jawapan dengan dtgnya pembalasan tahap kedua yang dimulai dengan terlihatnya gumpalan awan dan mega hitam yang tebal di atas mereka yang disambutnya dengan sorak-sorai gembira, karena dikiranya bahwa hujan akan segera turun membasahi ladang-ladang dan menyirami kebun-kebun mereka yang sedang mengalami kekeringan.
Melihat sikap kaum Aad yang sedang bersuka ria itu berkatalah Nabi Hud dengan nada mengejek: "Mega hitam itu bukanlah mega hitam dan awam rahmat bagi kamu tetapi mega yang akan membawa kehancuran kamu sebagai pembalasan Allah yang telah ku janjikan dan kamu ternanti-nanti untuk membuktikan kebenaran kata-kataku yang selalu kamu sangkal dan kamu dusta.
Sejurus kemudian menjadi kenyataanlah apa yang diramalkan oleh Nabi Hud itu bahawa bukan hujan yang turun dari awan yang tebal itu tetapi angin taufan yang dahsyat dan kencang disertai bunyi gemuruh yang mencemaskan yang telah merusakkan bangunan-bangunan rumah dari dasarnya membawa berterbangan semua perabot-perabot dan milik harta benda dan melempar jauh binatang-binatang ternak. Keadaan kaum Aad menjadi panik mereka berlari kesana sini hilir mudik mencari perlindungan .Suami tidak tahu di mana isterinya berada dan ibu juga kehilangan anaknya sedang rumah-rumah menjadi sama rata dengan tanah. Bencana angin taufan itu berlangsung selama lapan hari tujuh malam sehingga sempat menyampuh bersih kaum Aad yang congkak itu dan menamatkan riwayatnya dalam keadaan yang menyedihkan itu untuk menjadi pengajaran dan ibrah bagi umat-umat yang akan datang.
Adapun Nabi Hud dan para sahabatnya yang beriman telah mendapat perlindungan Allah dari bencana yang menimpa kaumnya yang kacau bilau dan tenang seraya melihat keadaan kaumnya yang kacau bilau mendengar gemuruhnya angin dan bunyi pohon-pohon dan bangunan-bangunan yang berjatuhan serta teriakan dan tangisan orang yang meminta tolong dan mohon perlindungan.
Setelah keadaan cuaca kembali tenang dan tanah " Al-Ahqaf " sudah menjadi sunyi senyap dari kaum Aad pergilah Nabi Hud meninggalkan tempatnya berhijrah ke Hadramaut, di mana ia tinggal menghabiskan sisa hidupnya sampai ia wafat dan dimakamkan di sana dimana hingga sekarang makamnya yang terletak di atas sebuah bukit di suatu tempat lebih kurang 50 km dari kota Siwun dikunjungi para penziarah yang datang beramai-ramai dari sekitar daerah itu, terutamanya dan bulan Syaaban pada setiap tahun
Kisah Nabi Hud Dalam Al-Quran
Kisah Nabi Hud diceritakan oleh 68 ayat dalam 10 surah di antaranya surah Hud, ayat 50 hingga 60 , surah " Al-Mukminun " ayat 31 sehingga ayat 41 , surah " Al-Ahqaaf " ayat 21 sehingga ayat 26 dan surah " Al-Haaqqah " ayat 6 ,7 dan 8.
Pengajaran Dari Kisah Nabi Hud A.S.
Nabi
 Hud telah memberi contoh dan sistem yang baik yang patut ditiru dan 
diikuti oleh juru dakwah dan ahli penerangan agama.Beliau menghadapi 
kaumnya yang sombong dan keras kepala itu dengan penuh kesabaran, 
ketabahan dan kelapangan dada. Ia tidak sesekali membalas ejekan dan 
kata-kata kasar mereka dengan serupa tetapi menolaknya dengan kata-kata 
yang halus yang menunjukkan bahawa beliau dapat menguasai emosinya dan 
tidak sampai kehilangan akal atau kesabaran.
Nabi
 Hud tidak marah dan tidak gusar ketika kaumnya mengejek dengan 
menuduhnya telah menjadi gila dan sinting. Ia dengan lemah lembut 
menolak tuduhan dan ejekan itu dengan hanya mengata:"Aku tidak gila dan 
bahawa tuhan-tuhanmu yang kamu sembah tidak dapat menggangguku atau 
mengganggu fikiranku sedikit pun tetapi aku ini adalah rasul pesuruh 
Allah kepadamu dan betul-betul aku adalah seorang penasihat yang jujur 
bagimu menghendaki kebaikanmu dan kesejahteraan hidupmu dan agar kamu 
terhindar dan selamat dari azab dan seksaan Allah di dunia mahupun di 
akhirat."
Dalam
 berdialog dengan kaumnya.Nabi Hud selalu berusaha mengetuk hati nurani 
mereka dan mengajak mereka berfikir secara rasional, menggunakan akal 
dan fikiran yang sihat dengan memberikan bukti-bukti yang dapat diterima
 oleh akal mereka tentang kebenaran dakwahnya dan kesesatan jalan mereka
 namun hidayah iu adalah dari Allah, Dia akan memberinya kepada siapa 
yang Dia kehendakinya.
Demikian  kisah Nabi Hud AS semoga bermanfaat.
________________________________________
sumber   : Al Qur'anul Karim  " Al-Ahqaaf ",  " Al-Haaqqah"
" Al-Mukminun "" Al-Ahqaaf "
" Al-Mukminun "" Al-Ahqaaf "
 








 
 
 



Tidak ada komentar:
Posting Komentar