Menjadi Kaya Dengan Qona'ah
اَلْحَمْدُ
 لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ 
الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا 
وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ 
اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ 
بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا 
مُنِيْرًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ
 تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَا
 عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: 
يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ 
تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
Jama’ah shalat jum’at Rahimakumullah
Rasulullah saw junjungan kita bersabda:
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللهُ بِمَا آتَاهُ (مسلم :1054)
“Sungguh
 beruntung orang yang beragama Islam, diberi rizqi secara cukup, dan 
Allah swt. memberikannya sifat qana’ah terhadap apa yang diberikan Allah
 swt. kepadanya.” (Shahih Muslim, no. 1054)
Dalam
 hadist ini Rasulullah mengajari kita tentang makna qana’ah. yaitu, 
kepuasaan jiwa terhadap rezeki yang diberikan oleh Allah swt. orang yang
 qana’ah adalah orang yang kaya, walaupun dia jatuh miskin. Dia akan 
bisa menerima kemiskinannya itu sebagaimana dia menerima kekayaannya. 
tidak menggugat atas kemiskinan, dan congkak serta takabur atas 
kekayaan. Sesungguhnya semua nikmat dan ujian adalah dari Allah swt. 
Para hadirin yang dimuliakan Allah
Prinsip
 hidup qanaah ialah hidup dengan merasa cukup dengan segala nikmat yang 
telah diberikan Allah. Namun demikian, qana’ah bukanlah hidup berpangku 
tangan tanpa berusaha, lantas berharap rezeki dari Allah. Qana’ah malah 
hidup dengan cara tetap aktif berusaha dan bersyukur. Perkara jumlah 
rezeki didapat setelah diusahakan, diserahkan sepenuhnya kepada Sang 
Pemberi rezeki, Allah SWT. Diberi sedikit disyukuri, diberi banyak apalagi. Karena qana’ah disini adalah qana’ah hati bukan qana’ah ihtiyar.
Jadi sebetulnya Qana'ah itu mengandung lima unsur: 
ü  Menerima dengan rela apa yang ada.
ü  Memohon kepada Allah tambahan yang pantas dan   
berusaha.
ü  Menerima dengan sabar atas taqdir Allah. 
ü  Bertawakal kepada Allah. 
ü  Tidak tertarik oleh tipudaya dunia.
Kaum muslimin yang terhormat 
Agar kita dapat memiliki hati yang qana’ah maka ada beberapa cara yang bisa kita lakukan
1. Memahami bahwa kekayaan ada dihati.
Rasulullah saw bersabda:
عن أبي هريرة قال ، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرْضِ وَلكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ(البخاري و مسلم)
Dari Abu Hurairah r.a. bersabda Nabi SAW : „ Bukanlah kekayaan aitu banyk harta benda, tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan hati". ( H.R.Bukhari dan Muslim)
2. Menyadari Beratnya Tanggung Jawab Harta 
Bahwa
 harta akan mengakibatkan keburukan dan bencana bagi pemilik nya jika 
dia tidak mendapatkan nya dengan cara yang baik serta tidak 
membelanjakannya dalam hal yang baik pula. 
Ketika
 seorang hamba ditanya tantang umur, badan, dan ilmunya maka hanya 
ditanya dengan satu pertanyaan yakni untuk apa, namun tentang harta maka
 dia dihisab dua kali, yakni dari mana memperoleh dan ke mana 
membelanjakannya. Hal ini menunjukkan beratnya hisab orang yang diberi 
amanat harta 
3. Yaqin bahwa Rizki Telah Tertulis. 
Seorang muslim yakin bahwa rizkinya sudah tertulis sejak dirinya berada di dalam kandungan ibunya. Seorang hamba hanya diperintah kan untuk berusaha dan bekerja dengan keyakinan bahwa Allah subhanahu wata’ala yang memberinya rizki dan bahwa rizkinya telah tertulis. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman,
Sebagaimana di dalam hadits dari Ibnu Mas’ud ra., disebutkan sabda Rasulullah saw. “Kemudian
 Allah mengutus kepadanya (janin) seorang malaikat lalu diperintahkan 
menulis empat kalimat (ketetapan), maka ditulislah rizkinya, ajalnya, 
amalnya, celaka dan bahagianya.” (HR. al-Bukhari, Muslim dan Ahmad) 
4. Memikirkan Ayat-ayat al-Qur’an yang Agung. 
Terutama sekali ayat-ayat yang berkenaan dengan masalah rizki dan bekerja (usaha). Diantaranya adalah firmaNya,
مَا
 يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا وَمَا 
يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ 
(فاطر : 2 )
“Apa
 saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak 
ada seorang pun yang dapat menahannya. dan apa saja yang ditahan oleh 
Allah maka tidak ada seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah
 itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Fathiir:2) 
وَمَا
 مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ 
مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ (هود:6)
“Dan
 tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang 
memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan 
tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh 
Mahfuzh).” (QS. Huud:6) 
5. Menyadari bahwa Rizki Tidak Diukur dengan Kepandaian
Kita
 harus menyadari bahwa rizki seseorang itu tidak tergantung kepada 
kecerdasan akal semata, kepada banyaknya aktivitas, keluasan ilmu, 
meskipun dalam sebagiannya itu merupakan sebab rizki, namun bukan ukuran
 secara pasti.
 Kesadaran tentang hal ini akan menjadikan seseorang bersikap qana’ah, 
terutama ketika melihat orang yang lebih bodoh, pendidikannya lebih 
rendah dan tidak berpengalaman mendapatkan rizki lebih banyak daripada 
dirinya, sehingga tidak memunculkan sikap dengki dan iri. 
6. Melihat ke Bawah dalam Hal Dunia 
Dalam
 urusan dunia hendaklah kita melihat kepada orang yang lebih rendah, 
jangan melihat kepada yang lebih tinggi, sebagaimana sabda Nabi saw, 
اُنْظُرُوْا
 إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَتَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ 
فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَتَزْدِرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ
“Lihatlah
 kepada orang yang lebih rendah dari kamu dan janganlah melihat kepada 
orang yang lebih tinggi darimu. Yang demikian lebih layak agar kalian 
tidak meremehkan nikmat Allah.” (HR.al-Bukhari dan Muslim) 
Jika saat ini kita sedang sakit maka yakinlah bahwa selain kita masih ada lagi lebih parah sakitnya. Jika kita merasa fakir maka tentu di sana masih ada orang lain yang lebih fakir lagi dan seterusnya. 
7. Membaca Kehidupan Salaf 
Yakni
 melihat bagaimana keadaan mereka dalam menyikapi dunia, bagaimana 
kezuhudan mereka, qana’ah mereka terhadap yang mereka peroleh meskipun 
hanya sedikit. Di antara mereka ada yang memperolah harta yang melimpah,
 namun mereka justru memberikannya kepada yang lain dan yang lebih 
membutuhkan. 
Yang terakhir. Banyak Memohon Qana’ah kepada Allah 
Rasulullah saw
 adalah manusia yang paling qana’ah, ridha dengan apa yang ada dan 
paling banyak zuhudnya. Beliau juga seorang yang paling kuat iman dan 
keyakinannya, namun demikian beliau masih meminta kepada Allah swt. agar diberikan qana’ah, beliau bedoa,
“Ya
 Allah berikan aku sikap qana’ah terhadap apa yang Engkau rizkikan 
kepadaku, berkahilah pemberian itu dan gantilah segala yang luput 
(hilang) dariku dengan yang lebih baik.” (HR al-Hakim, beliau menshahihkannya, dan disetujui oleh adz-Dzahabi) 
بَارَكَ
 اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ 
وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. 
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ.
 








 

 
 



Tidak ada komentar:
Posting Komentar