Menjadi Orang Faqir
إِنَّ
 الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ 
وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ 
أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ 
فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ 
شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى 
اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ 
تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى 
اللهِ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا
 اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
 Hadirin sekalian rahimakumullah
Allah swt berfirman: 
وَاللهُ الغَنِيُّ وَاَنْتُمُ اْلفُقَرَاءُ  (محمد : 38)
“Dan Allah maha kaya dan kalian adalah orang-orang faqir”(Muhammad: 38)  
Ketika
 disebut kata faqir mungkin yang terdetak dalam pikiran kita adalah 
orang yang tidak punya harta banyak, orang yang hidupnya sengsara dan 
selalu menggantungkan hidupnya kepada orang lain.
Akan tetapi sebetulnya ada makna lain!! bukan faqir yang menjadi asumsi orang-orang. yaitu faqir harta. Faqir yang dimaksud adalah faqir ilallah, faqir yang mempunyai arti bahwa dalam kondisi apapun kita merasa sangat membutuhkan Allah swt. 
kita
 melatih hati kita untuk selalu merasa faqir kepada Allah meskipun kita 
kecukupan, merasa tidak bisa hidup dimuka bumi ini tanpa bantuan 
dariNya, merasa bahwa Dia adalah An-nafii’ (pemberi manfaat) yang selalu kita harapkan kehadiranya disisi kita.
Dalam sebuah hadist Rasulullah menyebut dirinya orang yang faqir 
Beliau
 adalah orang yang diberikan kelebiahan oleh Allah swt. dianugrahi 
kepandaian, kecerdasan, kekuatan dan lain sebagainya. Akan tetapi beliau
 adalah sayyidul fuqara’ pemimpin orang-orang faqir, dan selalu merasa faqir dihadapan Allah swt. Coba kita simak isi doa beliau,
اللَّهُمَّ
 إِنَّكَ تَرَى مَكَانِي وَ تَسْمَعْ كَلَامِي وَ لَا يَخْفِي عَلَيْكَ 
شَيْءٌ مِنْ أَمْرِي, أَنَا اْلبَائِسُ الفَقِيْرُ, المُسْتَسْغِيْسُ 
المُسْتَجِيْرُ, الوَجَلُ المُشْفِقُ, المُقِرُّ الُمعْتَرَفُ بِذَنْبِهِ, 
أَسْأَلُكَ مَسْأَلَةَ اْلمِسْكِيْنِ, وَأَبْتَهِلْ إِلَيْكَ إِبْتِهَالَ 
المُذْنِبِ الذَّلِيْلِ, وَ أَدْعُوْكَ دُعَاءَ الخَائِفِ الضَّرِيْرِ, 
دُعَاءُ مَنْ خَضَعَتْ لَكَ رُقْبَتِهِ, وَذَلَّ لَكَ جَسَدُهُ, وَرَغَمَ 
لَكَ أَنَفْهَ,ُ فَاضَتَ لَكَ عَيْنَاهُ , اللَّهُمَّ لَا تَجْعَلْنِي 
بِدُعَائِكَ سَقِيًا, وَ كُنْ بِي رَؤُوْفًا رَحِيْمًا , يَا خَيْرَ 
اْلمَسْؤُلِيْنَ وَيَا خَيْرَ اْلمُعْطِيْنَ يَا رَبَّ اْلعَالمَيْنَ.    
“ Ya
 Allah, sesungguhnya, Engkau melihat tempatku, mendengarkan ucapakanku, 
dan tiada sesuatu yang tersembunyi dariMu. Aku yang miskin dan faqir. 
Aku yang memohon pertolongan dan perlindunganmu. Aku yang selalu 
ketakutan dan khawatir. Aku yang mengakui segala dosa-dosa. Aku meminta 
kepadaMu, sebagaimana permintaan orang miskin. Aku memohon sepenuh hati 
kepadaMu, sebagaimana orang yang berdosa penuh kehinaan memohon. Aku 
berdo’a kepadaMu sebagaimana doa orang yang ketakutan dan buta hati, 
seperti do,a-do,a orang-orang yang bersimpuh dihadapanMu, menghinakan 
jasadnya didepanMu, bersujud dihadapanMu,dan mengalirkan airmata 
untukMu. Ya Allah dengan doaku ini, jangankan Engkau menjadikanku orang 
yang celaka. Berikanlah kasih sayangMu kepadaku, wahai Engkau zat yang 
maha penanggung, wahai zat yang maha memberi, wahai Engkau tuhan semesta
 alam.
Jama’ah shalat jum’at yang dirahmati Allah
Orang
 yang menghadap Allah denga kefakiran. Tidak merasa dirinya punya 
kedudukan, tidak merasa dirinya berpangkat, tidak merasa dirinya 
mempunyai harta yang banyak, dia membawa hati yang faqir, membawa 
kesedihan, kesengsaraan, rasa takut , khawatir dan kemudian bermunajat 
kepadaNya,
Ya Allah.....Tiada yang aku miliki selain kefakiran sebagai perantaraku.
Dengan rasa kekurangan, aku dekatkan diriku kepadaMu.
Tiada apa yang aku miliki selain ketukan di pintu rahmatMu sebagai usahaku.
Jika kefaqiranku telah terhalang dari kemurahanMu yang tak terhingga.
Kepada siapa lagi aku harus memanggil, bermunajat menyebut namaNya?
Maka
 semua itu adalah dagangan kita yang sangat berharga. yang akan dibeli 
oleh Allah dengan dibukakan pintunya, diberikan rahmat dan ridhanya. 
Seperti yang dikatakan oleh Ibnu Qayyim, “ pintu terdekat yang dapat dimasuki seorang hamba untuk menjumpai Allah swt. adalah pintu kemiskinan”  
Kaum muslimin Rahimakumullah
Ciri-ciri bentuk  kefaqiran seorang muslim kepada Allah ada dua
1.Selalu mengadukan kebutuhan dan keluhanya kepada Allah sebelum mengeluh kepada manusia.
Seorang
 yang faqir kepada Allah maka dia akan selalu meminta kepadaNya. Dengan 
penuh keyakinan bahwa Dia  akan memenuhi kebutuhanya dengan jalan diluar
 jangkauan akal manusia. Ketika seseorang mengalami kekurangan materiil,
 seperti harta, makanan, pakaian dan lain sebagainya maka dia akan 
meminta langsung kepada Allah untuk mencukupinya sebelum dia meminta pertolongan kepada
 manusia. Dan orang yang faqir kepada Allah ia tidak mudah meminta 
kepada manusia kecuali berada dalam kondisi yang sangat terpaksa.
Itulah wasiat seorang sahabat Zubair bin Awam kepada putranya “wahai anakku! Ketika kamu merasa lemah tidak mampu untuk melakukan suatu hal, memohonlah pertolongan kepada Allah swt. 
Itulah
 juga yang dinasehatkan Bisyri bin Haris kepada seorang pengemis ketika 
ia melihatnya sedang meminta-minta kepada orang kaya,
Apakah
 engkau tidak malu meminta-minta urusan dunia kepada orang yang juga 
memburu urusan dunia? Mintalah kepada dzat yang menguasainya” 
2. Selalu bertawakal diri kepada Allah
Seorang
 yang faqir kepada Allah akan membebaskan hati dari segala 
ketergantungan kepada selain Allah dan menyerahkan segala sesuatu 
kepadanya.
ibarat
 berserahdirinya mayat kepada yang mengurusinya. Membolak-balikkan 
badanya ketika memandikan, mengkafani, menshalati, mengangangkut 
jenazahnya keliang kubur, betul-betul orang yang meninggal tadi 
menyerahkan semua urusanya kepada yang mengurusinya.
Seseorang yang fakir dia berserah diri kepada Allah dan seakan-akan berkata,
 Wahai
 Tuhanku.. perlakukan diriku sesuai kemauanMU. Aku sudah menyerahkan 
diriku kepadaMU, dan ridha dengan apa yang Engkau lakukan terhadap diri 
ini. Karena saya berserah diri dan yakin bahwa Engkau tidak akan 
menghendaki kejelekan bagiku.
Orang
 yang faqir bukan berarti yang hanya memohon dan meminta secara pasrah 
saja, akan tetapi diimbangi dengan usaha sebagaimana tawakal yang benar.
 Seperti perkataan Rasul kepada Seorang badui membiarkan ontanya tidak diikat karena menurut dia itulah cerminan dari sikap tawakal. Rasulpun menegurnya :
إِعْقِلْهَا وَتَوَكَّلْ (رواه الترميذي وإبن خزيمة و الطبراني)
 “Ikat dia dan bertawakallah”(HR.Tirmidzi, Ibnu Huzaimah, dan Thabrani)
Tindakan
 yang betul adalah mengikat untanya. Karena itu bentuk dari usaha atau 
ihtiyar sementara hatinya menyerahkan kepada penjagaan Allah swt.
 








 

 
 



Tidak ada komentar:
Posting Komentar