| 81 | Para utusan (malaikat) berkata: `Hai Luth,  sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak  akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga  dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam--dan janganlah ada seorangpun  di antara kamu yang tertinggal--kecuali isterimu. Sesungguhnya dia akan  ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab  kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?`(QS. 11:81) | 
   | 
 | 
   |  | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Huud 81 
 
 قَالُوا يَا  لُوطُ إِنَّا رُسُلُ رَبِّكَ لَنْ يَصِلُوا إِلَيْكَ فَأَسْرِ بِأَهْلِكَ  بِقِطْعٍ مِنَ اللَّيْلِ وَلَا يَلْتَفِتْ مِنْكُمْ أَحَدٌ إِلَّا  امْرَأَتَكَ إِنَّهُ مُصِيبُهَا مَا أَصَابَهُمْ إِنَّ مَوْعِدَهُمُ  الصُّبْحُ أَلَيْسَ الصُّبْحُ بِقَرِيبٍ (81 Setelah para Malaikat  yang menjadi tamu Nabi Lut a.s. itu menyaksikan adanya kekhawatiran pada  diri Nabi Lut a.s., mereka berkata: "Hai Lut, sesungguhnya kami adalah  utusan-utusan Tuhanmu yang sengaja diutus untuk membinasakan mereka dan  menyelamatkan kamu dari kejahatan-kejahatan mereka. Mereka sekali-kali  tidak akan dapat mengganggu kamu, maka tenangkanlah hatimu. Ternyata  penglihatan kaum Nabi Lut a.s. itu dijadikan gelap oleh Allah sehingga  mereka tidak dapat melihat kepada Nabi Lut a.s. dan kepada tamu-tamunya  seperti diterangkan dalam firman Allah:
 
 
 
 وَلَقَدْ رَاوَدُوهُ عَنْ ضَيْفِهِ فَطَمَسْنَا أَعْيُنَهُمْ Artinya: Dan sesungguhnya mereka telah membujuknya (agar menyerahkan) tamunya (kepada mereka) lalu Kami butakan mata mereka.
 (Q.S. Al-Qamar: 37)
 Akhirnya  mereka kembali ke rumahnya masing-masing dalam keadaan buta, tidak  mengetahui jalan menuju ke rumahnya, mereka berteriak-teriak minta  tolong dan mengatakan bahwa kami disihir oleh tamu-tamu yang berada di  rumah Lut a.s.
 Malaikat itu berkata kepada Nabi Lut a.s.: "Keluarlah  dari kampung ini, beserta keluarga dan kaummu yang beriman di akhir  malam ini dan janganlah ada seorang pun di antara kamu yang ketinggalan  atau menoleh ke belakang kecuali istrimu, karena sesungguhnya azab yang  akan menimpa mereka itu akan menimpa istrimu pula, karena ia adalah  seorang perempuan yang tidak beriman bahkan telah khianat kepada  suaminya." Adapun sebabnya mereka tidak menoleh ke belakang, karena  akibat menyaksikan azab itu, ia akan panik sehingga kakinya tidak akan  dapat melangkah lagi dan akhirnya ditimpa oleh azab yang menyusul di  belakangnya. Sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah pada  waktu subuh seperti diterangkan dalam firman Allah:
 
 
 
 فَأَخَذَتْهُمُ الصَّيْحَةُ مُشْرِقِينَ Artinya: Maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur, ketika matahari akan terbit.
 (Q.S. Al-Hijr: 73)
 Kemudian  malaikat itu memperkuat ketentuan akan turunnya azab dengan sebuah  pertanyaan: "Bukankah subuh itu sudah dekat? Maka segeralah kamu  bersiap-siap untuk mencari keselamatan."
 |  
 
 | 
   | 82 | Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan  negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami  hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi,(QS. 11:82) | 
   | 
 | 
   |  | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Huud 82 
 
 فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا جَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ مَنْضُودٍ (82 Maka  tatkala putusan Kami telah datang untuk mengazab kaum Lut itu, Kami  jadikan negeri mereka terjungkir balik, yang di atas jatuh ke bawah dan  yang di bawah naik ke atas dan Kami hujani mereka dengan batu-batu yang  berasal dari tanah yang terbakar hangus yang jatuh kepada mereka secara  bertubi-tubi. Tentang ambruknya tanah menurut ahli pengetahuan adalah  disebabkan karena adanya uap atau gas-gas yang keluar dari dasarnya  kemudian karena adanya kekosongan di bawah lapisan bumi itu, maka  tanah-tanah yang ada di atasnya menjadi runtuh dan ambruk ke bawah. |  
 
 | 
   | 83 | yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim.(QS. 11:83) | 
   | 
 | 
   |  | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Huud 83 
 
 مُسَوَّمَةً عِنْدَ رَبِّكَ وَمَا هِيَ مِنَ الظَّالِمِينَ بِبَعِيدٍ (83   Kami  menurunkan batu-batu azab itu sebelum bumi dijungkirbalikkan. Menurut  firman Allah dalam surat Az-Zariyat batu-batu itu adalah tanah liat yang  terbakar sehingga menjadi batu yang diberi tanda oleh Allah Taala  dengan nama orang-orang yang akan ditimpanya, dan batu-batu itu  dijatuhkan di tempat-tempat yang sering dilalui orang musyrik Quraisy  yang lalim ketika mereka berdagang ke negeri Syam supaya menjadi  peringatan bagi mereka agar jangan memusuhi Muhammad, supaya jangan  ditimpa azab seperti yang menimpa kaum Nabi Lut a.s. yang ingkar kepada  Nabinya. Memang tempat-tempat itu sering dilalui oleh mereka bila mereka  berdagang di musim panas di negeri Syam seperti diterangkan dalam  firman Allah: 
 
 
 وَإِنَّكُمْ لَتَمُرُّونَ عَلَيْهِمْ مُصْبِحِينَ Artinya: Dan sesungguhnya kamu (hai penduduk Mekah) benar-benar akan melalui (bekas-bekas) mereka di waktu pagi.
 (Q.S. As Saffat: 137)
 |  
 
 | 
   | 84 | Dan kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus)  saudara mereka Syuaib. Ia berkata: `Hai kaumku, sembahlah Allah,  sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu kurangi  takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang  baik (mampu) dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari  yang membinasakan (kiamat).`(QS. 11:84) | 
   | 
 | 
   |  | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Huud 84 
 
 وَإِلَى  مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا  لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ وَلَا تَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ  إِنِّي أَرَاكُمْ بِخَيْرٍ وَإِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ  مُحِيطٍ (84 Pada ayat ini diterangkan bahwa Allah mengutus  Rasul-Nya kepada penduduk Madyan. Rasul Allah itu bernama Syuaib yang  dipilihnya dari kaumnya sendiri. Syuaib adalah seorang putra keturunan  dari Madyan bin Ibrahim a.s. Madyan ini membangun suatu daerah untuk  kaumnya yang terletak di Hajar dekat negeri Syam, dan daerah yang  dibangunnya ini dinamakan atas namanya, sehingga daerah itu beserta  penduduknya dan kabilahnya dikatakan Madyan. Syuaib a.s. sebagai Rasul  Allah memulai tugas dakwahnya dengan mengajak kaumnya supaya menyembah  Allah dan melarang mempersekutukan-Nya dan menyembah berhala-berhala,  patung-patung dan sebagainya, karena tiada Tuhan yang patut disembah  selain Allah Yang Maha Esa yang menciptakan seluruh alam semesta.  Kemudian Syuaib a.s. melarang kaumnya mengurangi takaran dan timbangan  sebagaimana yang mereka lakukan dalam segala macam perdagangan dan jual  beli, sebab perbuatan-perbuatan itu berarti mengambil hak-hak orang  dengan kecurangan yang sangat jahat dan keji. Larangan serupa ini  diterangkan pula dalam firman Allah:
 
 
 
 وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ وَإِذَا كَالُوهُمْ أَوْ وَزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ Artinya: Kecelakaan  besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila  menerima takaran dari orang-orang lain, mereka minta dipenuhi, dan  apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka  mengurangi.
 (Q.S. Al-Mutaffifin: 1, 2, 3)
 Selanjutnya Syuaib  a.s. menjelaskan kepada kaumnya, bahwa ia melihat keadaan mereka di  dalam kekayaan yang cukup banyak itu, tidak perlu atau tidak patut  mendorong mereka mengerjakan pekerjaan curang dalam takaran dan  timbangan. Karena perbuatan itu selain dari mengambil hak orang lain  dengan cara yang licik dan keji juga berarti mengingkari nikmat Allah  yang telah memberinya kekayaan yang banyak kepada mereka. Semestinya  mereka harus bersyukur kepada-Nya, bukan sebaliknya mereka menambah  harta kekayaan dengan kecurangan-kecurangan dan kelicikan-kelicikan yang  sangat dimurkai-Nya. Nabi Syuaib a.s. memperingatkan kaumnya, bahwa  apabila mereka masih tetap membangkang dalam kekafiran dan terus  melaksanakan pekerjaan-pekerjaan tercela itu, maka ia khawatir terhadap  mereka akan ditimpa oleh azab yang membinasakan mereka.
 |  
 
 | 
   | 85 | Dan Syuaib berkata: `Hai kaumku, cukupkanlah  takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia  terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka  bumi dengan membuat kerusakan.(QS. 11:85) | 
   | 
 | 
   |  | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Huud 85 
 
 وَيَا قَوْمِ  أَوْفُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ بِالْقِسْطِ وَلَا تَبْخَسُوا  النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ (85   Pada  ayat ini diterangkan bahwa Syuaib a.s. menjelaskan kepada kaumnya  tentang hal yang harus atau yang wajib mereka lakukan dalam soal  takar-menakar dan timbang-menimbang setelah lebih dahulu melarang mereka  mengurangi takaran dan timbangan. Kewajiban itu ialah supaya kaumnya  menyempurnakan takaran dan timbangan dengan adil tanpa kurang atau lebih  dari semestinya. Bagi penjual yang sebetulnya dilarang ialah mengurangi  dari semestinya, dan tidak ada salahnya menambah dengan sepantasnya  untuk meyakinkan bahwa takaran dan timbangan itu benar-benar sudah cukup  dan tidak kurang dan cara ini adalah terpuji, akan tetapi Syuaib a.s.  mewajibkan mereka supaya berbuat adil tanpa kurang atau lebih. Ini  maksudnya supaya dalam melaksanakan takaran dan timbangan benar-benar  teliti. Setelah Nabi Syuaib a.s. melarang kaumnya mengurangi takaran dan  timbangan dan mewajibkan mereka supaya menyempurnakannya, kemudian ia  melarang mereka lagi dari segala macam perbuatan yang sifatnya  mengurangi hak-hak orang lain, hak milik perseorangan atau orang banyak,  baik jenis yang ditakar dan yang ditimbang maupun jenis-jenis lainnya  seperti yang dihitung atau yang sudah dibatasi dengan batas-batas  tertentu. Lebih jauh lagi Nabi Syuaib a.s. melarang kaumnya berbuat apa  saja yang sifatnya merusak atau mengganggu keamanan dan ketenteraman di  muka bumi, baik yang berhubungan dengan urusan-urusan keduniaan maupun  yang berhubungan dengan keagamaan. Ayat ini mengandung hukum antara  lain: a. Wajib menyempurnakan timbangan dan takaran sebagaimana mestinya.
 b.  Dilarang merugikan hak-hak orang lain dengan cara dan jalan apa saja,  baik hak itu milik perseorangan atau milik orang banyak seperti harta  pemerintahan dan perserikatan.
 c. Dilarang berbuat sesuatu yang  bersifat merusak atau mengganggu keamanan dan ketenteraman di muka bumi,  seperti mencopet, mencuri, merampok dan lain-lainnya.
 |  
 
 | 
   | 86 | Sisa (keuntungan) dari Allah adalah lebih baik  bagimu jika kamu orang-orang yang beriman. Dan aku bukanlah seorang  penjaga atas dirimu.`(QS. 11:86) | 
   | 
 | 
   |  | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Huud 86 
 
 بَقِيَّةُ اللَّهِ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ وَمَا أَنَا عَلَيْكُمْ بِحَفِيظٍ (86 Pada  ayat ini diterangkan lagi lanjutan perkataan Nabi Syuaib a.s. kepada  kaumnya dengan memberikan penjelasan bahwa keuntungan yang halal yang  tinggal bagi mereka yang telah menyempurnakan takaran dan timbangan  adalah lebih baik dari keuntungan yang haram yang mereka peroleh dengan  cara mengurangi takaran dan timbangan itu, jika mereka beriman. Karena  beriman itu benar-benar dapat membersihkan jiwa dari kotoran nafsu,  tamak dan mengisinya dengan jiwa pemurah yang murni. Tetapi jika mereka  tidak beriman, tentu tidak akan dapat merasakannya bahkan tidak ada  kebaikan baginya sama sekali. Selanjutnya Nabi Syuaib a.s. menjelaskan  kepada kaumnya, bahwa ia bukanlah orang yang ditugaskan memelihara atau  menjaga mereka dari berbuat kejahatan-kejahatan. Dia hanya sekadar  menyampaikan nasihat-nasihat dan petunjuk-petunjuk kepada mereka. Dalam  hal ini tentu tidak dapat disalahkan, jika tugasnya itu dilaksanakannya  dengan sungguh-sungguh dan disertai dengan peringatan-peringatan tentang  azab Allah kepada orang-orang yang tetap membangkang.
 |  
 
 | 
   | 87 | Mereka berkata: `Hai Syuaib, apakah  sembahyangmu menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh  bapak-bapak kami atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki  tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun  lagi berakal.`(QS. 11:87) | 
   | 
 | 
   |  | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Huud 87 
 
 قَالُوا يَا  شُعَيْبُ أَصَلَاتُكَ تَأْمُرُكَ أَنْ نَتْرُكَ مَا يَعْبُدُ آبَاؤُنَا  أَوْ أَنْ نَفْعَلَ فِي أَمْوَالِنَا مَا نَشَاءُ إِنَّكَ لَأَنْتَ  الْحَلِيمُ الرَّشِيدُ (87 Pada ayat ini Allah menerangkan reaksi  yang dihadapi oleh Syuaib a.s. dan kaumnya sebagai bantahan atas dua  macam isi dakwahnya itu, yaitu:
 Pertama: supaya mereka menyembah  Allah Yang Maha Esa dan tidak boleh mempersekutukan-Nya dengan menyembah  berhala-berhala dan sebagainya.
 Kedua: supaya mereka menyempurnakan takaran dan timbangan dan tidak boleh menguranginya.
 Terhadap  isi dakwah yang pertama, mereka membantah dengan mengatakan: "Apakah  salatmu yang ditimbulkan oleh kekacauan pikiran yang tidak menentu dan  perbuatan gila, itulah yang mendorong dan memerintahkanmu supaya  menyuruh kami meninggalkan sembahan kami dari berhala-berhala dan  patung-patung yang disembah oleh nenek moyang kami semenjak  berabad-abad?" Mereka sengaja menyebutkan salat Syuaib a.s. karena ia  terkenal banyak melakukan salat sehingga menjadi ejekan dengan cemoohan  bagi mereka, karena mereka menyangka bahwa perbuatannya itu adalah  perbuatan gila dan kekacauan pikiran yang tidak menentu. Sesungguhnya  Syuaib a.s. adalah nabi yang terbanyak salatnya. Apabila kaumnya  melihatnya sedang melakukan salat mereka saling mengedipkan mata dan  ketawa, maka salat itu adalah di antara syiar-syiar agama yang menjadi  bahan tertawaan mereka.
 Adapun terhadap isi dakwahnya yang kedua,  mereka membantah dengan mengatakan: "Apakah salat itu yang  memerintahkanmu supaya melarang dan mengekang kebebasan kami dalam  memperkembangkan harta kekayaan kami menurut kepandaian dan kecerdikan  dengan segala macam tipu daya sesuai dengan kemauan dan keinginan kami?  Sungguh kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal." Menurut  Ibnu Abbas, yang mereka sebutkan pada Syuaib a.s. itu adalah merupakan  ejekan terhadapnya sedang yang mereka maksud ialah sebaliknya, yakni  lawan dari dua sifat itu. Pendapat ini sesuai dan seirama dengan  percakapan mereka sebelumnya yang sifat dan tujuannya adalah mengejek.
 Pendapat  lain mengatakan bahwa sifat penyantun lagi berakal yang mereka sebutkan  kepada Syuaib a.s. itu tetap menurut artinya yang asal berdasarkan  prasangka mereka semula yaitu sebelum Syuaib menyampaikan dakwahnya itu  kepada mereka. Seolah-olah mereka mengatakan: "Kamu selama ini sangat  penyantun lagi berakal, mengapa sekarang kamu mau menyusahkan kami?"  Pendapat ini seirama dengan perkataan kaum Samud kepada Nabi Saleh a.s.  yang diterangkan dalam firman Allah:
 
 
 
 قَالُوا يَا صَالِحُ قَدْ  كُنْتَ فِينَا مَرْجُوًّا قَبْلَ هَذَا أَتَنْهَانَا أَنْ نَعْبُدَ مَا  يَعْبُدُ آبَاؤُنَا وَإِنَّنَا لَفِي شَكٍّ مِمَّا تَدْعُونَا إِلَيْهِ  مُرِيبٍ Artinya: Kaum Samud berkata: "Hai Saleh, sesungguhnya  kamu sebelum ini adalah seorang di antara kami yang kami harapkan,  apakah kamu melarang kami untuk menyembah apa yang disembah oleh  bapak-bapak kami? Dan sesungguhnya kami betul-betul dalam keraguan yang  menggelisahkan terhadap agama yang kamu serukan kepada kami."
 (Q.S. Hud: 62)
 |  
 
 | 
   | 88 | Syuaib berkata: `Hai kaumku, bagaimana  pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan  dianugerahi-Nya aku daripada-Nya rezki yang baik (patutkah aku menyalahi  perintah-Nya)? Dan aku tidak berkehendak mengerjakan apa yang aku  larang kamu daripadanya. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan)  perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku  melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal  dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.(QS. 11:88) | 
   | 
 | 
   |  | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Huud 88 
 
 قَالَ يَا  قَوْمِ أَرَأَيْتُمْ إِنْ كُنْتُ عَلَى بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّي وَرَزَقَنِي  مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا وَمَا أُرِيدُ أَنْ أُخَالِفَكُمْ إِلَى مَا  أَنْهَاكُمْ عَنْهُ إِنْ أُرِيدُ إِلَّا الْإِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُ  وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ  أُنِيبُ (88 Pada ayat ini Allah menerangkan jawaban Syuaib a.s.  terhadap bantahan kaumnya itu dengan mengatakan: "Hai kaumku bagaimana  pikiranmu tentang persoalanku dan persoalanmu jika aku mempunyai bukti  yang nyata dari Tuhanku tentang dakwah yang kusampaikan kepadamu itu  bukan pendapatku sendiri tetapi wahyu daripada-Nya. Ia telah  menganugerahkan kepadaku bermacam-macam rezeki yang baik. Semuanya aku  peroleh dengan jalan yang halal tanpa mengurangi takaran dan timbangan  dan cara-cara yang lain yang sifatnya mengurangi atau merugikan hak  orang lain dengan cara yang tidak sah. Apa yang kukatakan ini kepadamu  sekalian adalah hasil percobaan dan pengalamanku dalam usaha yang  berhasil baik yang mengandung kebajikan dan keberkatan, bukan sekadar  berdasarkan teori atau omongan orang yang belum berpengalaman."
 Semua  itu adalah bukti yang nyata dan fakta yang tidak dapat dipungkiri.  Jadi, apalagi yang bisa aku katakan selain dari apa yang sudah kukatakan  kepadamu sekalian yang bersumber dari wahyu Tuhanku dan sesuai pula  dengan praktek pengalaman sendiri terhadap hartaku. Apakah dengan  kenyataan yang demikian, aku masih pantas mengabaikan atau  menyembunyikan dakwah yang diperintahkan-Nya kepadaku supaya  menyampaikan kepadamu sekalian. Selanjutnya Nabi Syuaib a.s. menjelaskan  kepada kaumnya dengan mengatakan: "Aku tidak bermaksud sama sekali  dengan melarangmu mengurangi takaran dan timbangan dan  perbuatan-perbuatan lainnya yang sifatnya mengurangi atau merugikan hak  orang lain dengan jalan yang tidak halal, lalu kemudian aku sendiri  mengerjakannya, tetapi aku sejak semula sebelum melarang kamu, aku telah  berlaku jujur dan tidak mengerjakan penipuan dan kecurangan."
 Kemudian  Nabi Syuaib a.s. mengatakan bahwa ia tidak akan mendapat taufik untuk  mendapat kebenaran dalam setiap langkah yang diambilnya untuk  melaksanakan atau meninggalkan sesuatu, kecuali dengan hidayah dan  pertolongan Allah. Kemudian ia menyatakan lagi bahwa ia tidak punya daya  dan kekuatan hanya kepada Allahlah dia bertawakkal dalam menunaikan  dakwah yang disampaikannya kepada kaumnya. Dan kepada-Nyalah ia kembali  dalam segala urusan di dunia ini, dan Dialah yang akan membalas semua  amalnya di hari akhirat.
 |  
 
 | 
   | 89 | Hai kaumku, janganlah hendaknya pertentangan  antara aku (dengan kamu) menyebabkan kamu menjadi jahat hingga kamu  ditimpa azab seperti yang menimpa kaum Nuh atau kaum Hud atau kaum  Shaleh, sedang kaum Luth tidak (pula) jauh (tempatnya) dari kamu.(QS. 11:89) | 
   | 
 | 
   |  | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Huud 89 
 
 وَيَا قَوْمِ  لَا يَجْرِمَنَّكُمْ شِقَاقِي أَنْ يُصِيبَكُمْ مِثْلُ مَا أَصَابَ قَوْمَ  نُوحٍ أَوْ قَوْمَ هُودٍ أَوْ قَوْمَ صَالِحٍ وَمَا قَوْمُ لُوطٍ مِنْكُمْ  بِبَعِيدٍ (89 Pada ayat ini diterangkan bahwa Nabi Syuaib a.s.  menjelaskan kepada kaumnya nasihat-nasihat dan peringatan dengan  mengatakan: "Hai kaumku, janganlah hendaknya pertentangan antara aku  dengan kamu, karena kamu masih tetap mempertahankan menyembah  berhala-berhala dan patung-patung dan menganiaya hak orang lain dengan  mengurangi takaran, timbangan dan lain-lain sebagainya mendorong dan  menyebabkan kamu menjadi orang-orang yang jahat sehingga kamu ditimpa  oleh azab topan yang membinasakan kamu di dunia ini sebagaimana azab  topan yang menenggelamkan kaum Nuh, atau azab angin keras yang  memusnahkan kaum Hud atau azab suara keras mengguntur yang mematikan  kaum Saleh bergelimpangan."
 Kalau peristiwa-peristiwa azab yang  menimpa kaum-kaum itu yang disebabkan pembangkangan mereka terhadap  Allah dan Rasul-rasul-Nya yang diutus-Nya kepada mereka masing-masing,  tidak dapat menjadi contoh pengajaran dan perbandingan bagimu, karena  sudah agak jauh masanya atau tempatnya dari kamu, maka perhatikanlah  tentang azab hujan batu yang membakar dan memusnahkan kaum Lut.  Peristiwa ini tidaklah jauh masa dan tempatnya dari kamu.
 |  
 
 | 
   | 90 | Dan mohonlah ampun kepada Tuhanmu kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih.(QS. 11:90) | 
   | 
 | 
   |  | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Huud 90 
 
 وَاسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي رَحِيمٌ وَدُودٌ (90 Pada  ayat ini diterangkan bahwa Nabi Syuaib a.s. menyuruh kaumnya supaya  memohon ampun kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan beriman kepada-Nya  sebagaimana mestinya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan menyembah  berhala-berhala dan patung-patung, dan tidak mengurangi takaran,  timbangan dan lain-lain perbuatan yang sifatnya mengambil hak orang lain  dengan jalan yang tidak halal. Kemudian ia menyuruh mereka supaya  tobat, yakni kembali kepada jalan yang benar dengan menaati Allah dan  larangan-Nya sebagaimana yang disampaikannya kepada mereka, karena  sesungguhnya Allah Maha Penyayang dan Pengasih terhadap hamba-Nya yang  sudah bertobat dan kembali kepada jalan yang benar dengan memberikan  ampunan dan membebaskan dari azab dunia dan akhirat.
 Perintah minta  ampun dan tobat secara bergandengan seperti pada ayat ini, banyak pula  terdapat dalam ayat-ayat lain yang maksudnya hampir sama. Tetapi kalau  perlu perintah istigfar itu ditujukan kepada orang-orang yang masih  kafir, maka maksudnya bukan sekadar minta ampun tetapi supaya beriman  kepada Allah sebagaimana mestinya. Adapun tobat ialah menyesali  kesalahan yang diperbuat dan kembali kepada jalan yang benar. Kesalahan  yang dimaksud ialah kesalahan-kesalahan yang dilakukan sesudah beriman,  sebab kesalahan-kesalahan yang diperbuat di dalam kekafiran bisa hapus  sendiri dengan beriman, yakni masuk Islam.
 |  
 
 | 
   | 91 | Mereka berkata:` Hai Syuaib, kami tidak banyak  mengerti tentang apa yang kamu katakan itu dan sesungguhnya kami  benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara kami; kalau  tidaklah karena keluargamu tentulah kami telah merajam kamu, sedang  kamupun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami. `(QS. 11:91) | 
   | 
 | 
   |  | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Huud 91 
 
 قَالُوا يَا  شُعَيْبُ مَا نَفْقَهُ كَثِيرًا مِمَّا تَقُولُ وَإِنَّا لَنَرَاكَ فِينَا  ضَعِيفًا وَلَوْلَا رَهْطُكَ لَرَجَمْنَاكَ وَمَا أَنْتَ عَلَيْنَا  بِعَزِيزٍ (91 Sesudah penduduk Madyan (kaum Syuaib a.s.) merasa  muak dan jengkel terhadap Nabi Syuaib a.s. karena semua alasan yang  mereka kemukakan untuk menolak seruannya agar mereka meninggalkan  sembahan-sembahan yang menyesatkan dan beriman kepada Allah serta  mengamalkan ajaran-ajaran-Nya, mereka akhirnya berkata: "Hai Syuaib,  kami tidak dapat memahami apa yang engkau kemukakan kepada kami mengenai  tuhan-tuhan, sembahan kami dan peraturan-peraturan yang mengekang  kebebasan kami untuk bertindak dan mengendalikan harta kekayaan kami,  begitu pula tentang azab yang akan menimpa kami jika kami tidak  mengikuti kemauanmu. Seakan-akan engkaulah yang menetapkan segala  sesuatu dan di tangan engkaulah kebahagiaan dan kecelakaan kami, padahal  semua itu adalah semata-mata utusan Tuhan. Kami melihat dan meyakini  bahwa engkau adalah seorang lemah yang tak berdaya, tidak mungkin akan  dapat membawa manfaat atau mudarat kepada kami, dan bila kami ingin  hendak membinasakan engkau, engkau tidak akan membela diri. Kalau  tidaklah pandangan dan rasa kasihan terhadap keluarga dan karib  kerabatmu, tentulah kami sudah melemparimu dengan batu sampai mati.
 Engkau  sendiri tidak ada harapan dan tidak ada harganya bagi kami karena  engkau bukanlah seorang yang gagah berani dan perkasa yang dapat  mempertahankan diri dari serangan orang lain. Hanya semata-mata karena  kasihan kepada keluarga dan karib kerabatmulah, kami belum membunuhmu  disebabkan mereka masih tetap berada di pihak kami dalam golongan kami  dan tidak mau meninggalkan agama kami dan agama nenek moyang kami.
 |  
 
 | 
   | 92 | Syuaib menjawab:` Hai kaumku, apakah  keluargaku lebih terhormat menurut pandanganmu daripada Allah, sedang  Allah kamu jadikan sesuatu yang terbuang di belakangmu? Sesungguhnya  (pengetahuan) Tuhanku meliputi apa yang kamu kerjakan. `(QS. 11:92) | 
   | 
 | 
   |  | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Huud 92 
 
 قَالَ يَا  قَوْمِ أَرَهْطِي أَعَزُّ عَلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَاتَّخَذْتُمُوهُ  وَرَاءَكُمْ ظِهْرِيًّا إِنَّ رَبِّي بِمَا تَعْمَلُونَ مُحِيطٌ (92 Mendengar  ucapan kaumnya yang sangat menusuk hati dan menganggapnya sebagai orang  yang hina dan tidak berdaya, Nabi Syuaib a.s. berkata: "Sungguh sangat  menyedihkan kepicikan pikiranmu dan sangat mengherankan sekali  pendapatmu itu. Apakah kamu menganggap kaum kerabatku itu lebih mulia  dan lebih perkasa dari Allah Yang Menciptakan mereka; menciptakan kamu  semua bahkan menciptakan langit dan bumi? Apakah hanya karena aku  berasal dari mereka, sehingga tidak berani melaksanakan ancamanmu itu,  bukan karena aku beriman kepada Allah yang akan menyeru kamu supaya kamu  menyembah-Nya, tidak mempersekutukan-Nya. Karena Dialah Yang Maha  Kuasa, Maha Perkasa dan Maha Pemurah yang melimpahkan rahmat dan  karunia-Nya kepadamu sekalian. Patutkah kamu melupakan-Nya dan  menganggap enteng kekuasaan dan rahmat-Nya. Dialah yang patut kamu  takuti. Dialah yang sewajarnya kamu muliakan, bahkan kaum kerabatku  tidak dapat berbuat apa-apa terhadap kehendak Allah. Sesungguhnya Allah  Maha Mengetahui segala apa yang kamu lakukan, tak ada sesuatu pun yang  tersembunyi bagi-Nya. Dia akan memberi balasan yang setimpal atas  keingkaran dan kedurhakaanmu itu.
 |  
 
 | 
   | 93 | Dan (dia berkata):` Hai kaumku, berbuatlah  menurut kemampuanmu, sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan  mengetahui siapa yang ditimpa azab yang menghinakannya dan siapa yang  berdusta. Dan tunggulah azab (Tuhan), sesungguhnya akupun menunggu  bersama kamu. `(QS. 11:93) | 
   | 
 | 
   |  | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Huud 93 
 
 وَيَا قَوْمِ  اعْمَلُوا عَلَى مَكَانَتِكُمْ إِنِّي عَامِلٌ سَوْفَ تَعْلَمُونَ مَنْ  يَأْتِيهِ عَذَابٌ يُخْزِيهِ وَمَنْ هُوَ كَاذِبٌ وَارْتَقِبُوا إِنِّي  مَعَكُمْ رَقِيبٌ (93 Kemudian Nabi Syuaib a.s. dengan tegas  menentang mereka dan mengatakan kepada mereka berbuatlah sekehendak  hatimu, lakukanlah apa yang dapat kamu lakukan, dan kumpulkanlah segala  kekuatan yang ada pada kamu, aku akan tetap berpegang teguh kepada  akidahku, dan aku tetap beriman kepada-Nya dan aku percaya dan yakin  bahwa Dia akan melindungiku dan memeliharaku dari segala marabahaya.  Kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang akan ditimpa azab dan  malapetaka, siapa di antara kita yang bohong dan berdusta, tunggulah  nasib yang akan menimpamu, aku pun menunggu bersamamu.
 Ini adalah  suatu tantangan yang berani dari seorang yang tak berdaya, tak mempunyai  penolong dan pembela dari kalangan kaumnya dan tak mempunyai kekuatan  yang dapat diandalkan tetapi penuh keyakinan dan kepercayaan bahwa Allah  selalu menyertainya dan tidak akan mengabaikan atau menyia-nyiakannya.  Inilah tantangan terhadap orang-orang yang sombong dan takabur, selalu  membanggakan materiil tetapi lupa bahwa di atas kekuatan materiil ada  kekuatan gaib yang dapat menghancurleburkan mereka yaitu kekuatan dan  kekuasaan Allah swt.
 |  
 
 | 
   | 94 | Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan  Syuaib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan dia dengan  rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara  yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di tempat  tinggalnya.(QS. 11:94) | 
   | 
 | 
   |  | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Huud 94 
 
 وَلَمَّا جَاءَ  أَمْرُنَا نَجَّيْنَا شُعَيْبًا وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ بِرَحْمَةٍ  مِنَّا وَأَخَذَتِ الَّذِينَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ فَأَصْبَحُوا فِي  دِيَارِهِمْ جَاثِمِينَ (94 Sudah menjadi ketetapan dan sunah Allah  bagi umat-umat yang dahulu bahwa setiap umat yang durhaka dan menolak  seruan Rasul-Nya akan ditimpa malapetaka dan dibinasakan kecuali  orang-orang yang beriman dan patuh serta taat kepada Allah. Akhirnya  siksaan dan malapetaka itu ditimpakan pula kepada penduduk Madyan dan  dengan rahmat dan kasih sayang Allah, Nabi Syuaib a.s. beserta  orang-orang yang beriman diselamatkan dari malapetaka itu. Malapetaka  itu berupa suara yang keras mengguntur yang mengguncangkan hati setiap  orang dan menimbulkan goncangan dan gempa bumi yang maha hebat sehingga  penduduk negeri itu dengan sekejap mata hilang ditelan bumi, persis  seperti malapetaka yang menimpa kaum Samud, kaum Nabi Saleh a.s. yang  ingkar dan durhaka pula.
 |  
 
 | 
   | 95 | Seolah-olah mereka belum pernah berdiam di  tempat itu. Ingatlah, kebinasaanlah bagi penduduk Mad-yan sebagaimana  kaum Tsamud telah binasa.(QS. 11:95) | 
   | 
 | 
   |  | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Huud 95 
 
 كَأَنْ لَمْ يَغْنَوْا فِيهَا أَلَا بُعْدًا لِمَدْيَنَ كَمَا بَعِدَتْ ثَمُودُ (95 Jadilah  negeri Madyan sesudah malapetaka itu sunyi sepi seakan-akan belum  pernah didiami manusia. Sungguh celaka nasib mereka dan terjauhlah  mereka dari rahmat dan kasih sayang Allah karena keingkaran dan  kedurhakaan mereka sama halnya dengan nasib kaum Samud.
 |  
 
 | 
   | 96 | Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan tanda-tanda (kekuasaan) Kami dan mukjizat yang nyata,(QS. 11:96) | 
   | 
 | 
   |  | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Huud 96 
 
 وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَى بِآيَاتِنَا وَسُلْطَانٍ مُبِينٍ (96 Pada  ayat ini Allah swt. menerangkan bahwa Dia telah mengutus Musa a.s. dan  dilengkapinya dengan tanda-tanda kekuasaan-Nya dan mukjizat yang nyata  dan kesemuanya itu menunjukkan keesaan Allah swt., tidak ada Tuhan  melainkan Dia. Ulama tafsir mufakat bahwa tanda-tanda kekuasaan Allah  yang memperkuat kenabian Nabi Musa a.s. ada sembilan macam, yaitu  tongkat, tangan putih bercahaya, angin topan, belalang, kutu, darah,  kekurangan buah-buahan dan jiwa. Kesembilan tanda-tanda kekuasaan Allah  itu telah dicantumkan antara lain dalam firman-Nya:
 
 
 
 فَأَلْقَى عَصَاهُ فَإِذَا هِيَ ثُعْبَانٌ مُبِينٌ وَنَزَعَ يَدَهُ فَإِذَا هِيَ بَيْضَاءُ لِلنَّاظِرِينَ Artinya: Maka  Musa menjatuhkan tongkatnya, lalu seketika itu juga tongkat itu menjadi  ular yang sebenarnya. Dan ia mengeluarkan tangannya, maka ketika itu  juga tangan itu menjadi putih bercahaya (kelihatan) oleh orang yang  melihatnya.
 (Q.S. Al-A'raf: 107, 108)
 Dan firman-Nya:
 
 
 
 فَأَرْسَلْنَا  عَلَيْهِمُ الطُّوفَانَ وَالْجَرَادَ وَالْقُمَّلَ وَالضَّفَادِعَ  وَالدَّمَ آيَاتٍ مُفَصَّلَاتٍ فَاسْتَكْبَرُوا وَكَانُوا قَوْمًا  مُجْرِمِينَ Artinya: Maka Kami kirimkan kepada mereka topan,  belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka  tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa.
 (Q.S. Al-A'raf: 133)
 Dan firman-Nya:
 
 
 
 وَلَقَدْ أَخَذْنَا آلَ فِرْعَوْنَ بِالسِّنِينَ وَنَقْصٍ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ Artinya: Dan  sesungguhnya Kami telah menghukum (Firaun dan) kaumnya dengan  (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan  supaya mereka mengambil pelajaran.
 (Q.S. Al-A'raf: 130)
 Di  samping kelengkapan mukjizat yang diberikan kepada Nabi Musa a.s. itu  Allah swt. juga telah memberikan kefasihan dan kepandaian berhujah,  terutama di dalam berdialog dengan Firaun beserta pemimpin-pemimpin  kaumnya. Inilah yang dimaksud dengan "sultanan mubina" (mukjizat yang  nyata). Sebagian ulama Tafsir berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan  "sultanan mubina" pada ayat ini ialah tongkat Nabi Musa a.s. Sekali pun  itu termasuk salah satu dari sembilan tanda-tanda kekuasaan Allah swt.  sebagaimana tersebut di atas, tetapi dialah yang paling menonjol  dibandingkan dengan tanda-tanda kekuasaan Allah yang lain yang diberikan  kepada Musa a.s. Dengan mukjizat tongkat itulah, maka ahli-ahli sihir  Firaun berbalik, lalu beramai-ramai beriman meninggalkan Firaun dan  kepercayaannya yang sesat sebagaimana dalam firman Allah swt.:
 
 
 
 وَأَوْحَيْنَا  إِلَى مُوسَى أَنْ أَلْقِ عَصَاكَ فَإِذَا هِيَ تَلْقَفُ مَا يَأْفِكُونَ  فَوَقَعَ الْحَقُّ وَبَطَلَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ فَغُلِبُوا هُنَالِكَ  وَانْقَلَبُوا صَاغِرِينَ وَأُلْقِيَ السَّحَرَةُ سَاجِدِينَ رَبِّ مُوسَى  وَهَارُونَ Artinya: Dan Kami wahyukan kepada Musa a.s.:  "Lemparkanlah tongkatmu." Maka sekonyong-konyong tongkat itu menelan apa  yang mereka sulapkan. Karena itu nyatalah yang benar dan batallah yang  selalu mereka kerjakan. Maka mereka kalah di tempat itu dan jadilah  mereka orang-orang yang hina. Dan ahli-ahli sihir itu serta-merta  meniarapkan diri dengan bersujud mereka berkata: "Kami beriman kepada  Tuhan semesta alam (yaitu) Tuhan Musa dan Harun."
 (Q.S. Al-A'raf: 117-122)
 |  
 
 | 
   | 97 | kepada Firaun dan pemimpin-pemimpin kaumnya,  tetapi mereka mengikut perintah Firaun, padahal perintah Firaun  sekali-kali bukanlah (perintah) yang benar.(QS. 11:97) | 
   | 
 | 
   |  | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Huud 97 
 
 إِلَى فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ فَاتَّبَعُوا أَمْرَ فِرْعَوْنَ وَمَا أَمْرُ فِرْعَوْنَ بِرَشِيدٍ (97 Pada  ayat ini Allah swt. menjelaskan bahwa Nabi Musa a.s. yang diperlengkapi  dengan tanda-tanda kekuasaan Allah dan mukjizat yang nyata telah diutus  kepada Firaun dan pemimpin-pemimpin kaumnya agar mereka menyembah hanya  kepada Allah swt., Tuhan seru sekalian alam, karena tidak ada Tuhan  yang sebenarnya melainkan Dia. Meskipun mereka telah melihat dan  menyaksikan sendiri tanda-tanda kekuasaan Allah dan mukjizat yang nyata  yang diperlihatkan oleh Nabi Musa a.s. yang kesemuanya itu menunjukkan  atas kekuasaan Allah swt. namun mereka tidak mau sadar bahkan mereka  tetap menaati perintah Firaun supaya mereka itu bertuhan dan menyembah  kepada Firaun sekali pun Firaun itu tidak benar dan tidak mendatangkan  kebaikan bahkan yang demikian itu hanya merusak dan menyesatkan.
 |  
 
 | 
   | 98 | Ia berjalan di muka kaumnya di hari kiamat  lalu memasukkan mereka ke dalam neraka. Neraka itu seburuk-buruk tempat  yang didatangi.(QS. 11:98) | 
   | 
 | 
   |  | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Huud 98 
 
 يَقْدُمُ قَوْمَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَأَوْرَدَهُمُ النَّارَ وَبِئْسَ الْوِرْدُ الْمَوْرُودُ (98 Firaun  selain ia telah merusak di muka bumi dan menyesatkan kaumnya di dunia  pada ayat ini Allah swt. menerangkan bahwa di akhirat nanti dia pula  akan mengantar kaumnya ke tempat yang telah disediakan untuknya. Ia  berjalan di depan dan kaumnya mengiringnya dari belakang sehingga mereka  sampai ke neraka lalu mereka dijebloskan ke dalamnya bersama-sama.  Alangkah celaka dan meruginya Firaun dan kaumnya karena neraka itu  seburuk-buruk tempat yang didatangi bahkan sejak mereka meninggalkan  dunia itu tiap hari, pagi dan petang selalu ditampakkan kepadanya neraka  dan segala siksa yang ada di dalamnya sebagaimana firman Allah swt.:
 
 
 
 وَحَاقَ  بِآلِ فِرْعَوْنَ سُوءُ الْعَذَابِ النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا  غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ  فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ Artinya: Dan Firaun beserta  kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka ditampakkan  neraka pada pagi dan petang dan pada hari terjadinya kiamat (dikatakan  kepada malaikat): "Masukkanlah Firaun dan kaumnya ke dalam azab yang  sangat keras."
 (Q.S. Al-Mu'min: 45, 46)
 |  
 
 | 
   | 99 | Dan mereka selalu diikuti dengan kutukan di  dunia ini dan (begitu pula) di hari kiamat. laknat itu seburuk-buruk  pemberian yang diberikan.(QS. 11:99) | 
   | 
 | 
   |  | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Huud 99 
 
 وَأُتْبِعُوا فِي هَذِهِ لَعْنَةً وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ بِئْسَ الرِّفْدُ الْمَرْفُودُ (99 Pada  ayat ini Allah swt. menerangkan bahwa Firaun beserta kaumnya sejak di  dunia telah mendapat laknat dari umatnya sesudahnya terus-menerus sampai  di akhirat nanti dilaknat lagi oleh orang-orang yang sedang berada di  padang Mahsyar menunggu keputusan dari Kadi Rabbul Jalil tentang di mana  ia akan ditempatkan nanti. Laknat atau kutukan yang diperoleh mereka  adalah satu hal yang paling buruk. Ayat ini sejalan dengan firman Allah  swt.:
 
 
 
 وَأَتْبَعْنَاهُمْ فِي هَذِهِ الدُّنْيَا لَعْنَةً وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ هُمْ مِنَ الْمَقْبُوحِينَ Artinya: Dan  Kami ikutkanlah laknat kepada mereka di dunia ini dan pada hari kiamat  mereka termasuk orang-orang yang dijauhkan (dari rahmat Allah).
 (Q.S. Al-Qasas: 42)
 |  
 
 | 
   | 100 | Itu adalah sebahagian dari berita-berita  negeri (yang telah dibinasakan) yang Kami ceritakan kepadamu (Muhammad);  di antara negeri-negeri itu ada yang masih kedapatan bekas-bekasnya dan  ada (pula) yang telah musnah.(QS. 11:100) | 
   | 
 | 
   |  | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Huud 100 
 
 ذَلِكَ مِنْ أَنْبَاءِ الْقُرَى نَقُصُّهُ عَلَيْكَ مِنْهَا قَائِمٌ وَحَصِيدٌ (100 Pada  ayat ini Allah swt. menerangkan bahwa peristiwa-peristiwa yang telah  terjadi pada umat terdahulu dan kejadian-kejadian penting baik di  kota-kota maupun di desa-desa sejak dari kaum Nabi Nuh a.s. begitu pun  hingga kaum Nabi-nabi sesudahnya sengaja dicantumkan di dalam Alquran  supaya Muhammad dapat membacakan kepada manusia dan dapat pula dibaca  oleh orang-orang mukmin baik di waktu malam maupun di waktu siang untuk  dapat dijadikan pelajaran dan peringatan.
 Di antara negeri-negeri  yang telah dibinasakan itu ada yang masih kelihatan bekas-bekasnya  ibarat tanaman yang masih tegak berdiri di muka bumi seperti halnya  negeri kaum Nabi Saleh a.s. Ada pula yang tidak mempunyai bekas sama  sekali laksana tanaman yang telah dituai yang tidak mempunyai  bekas-bekas sedikit pun seperti halnya negeri kaum Nabi Lut a.s. yang  telah dijungkirbalikkan itu.
 |  
 | 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar