Selasa, 23 Juli 2013

TAFSIR AL QUR'AN SURAH YUNUS AYAT 1 - 20 ( 01 )

Cari dalam "TAFSIR" Al Qur'an
Bahasa Indonesia    English Translation    Dutch    nuruddin

No. Pindah ke Surat Sebelumnya... Pindah ke Surat Berikut-nya... [TAFSIR]: YUNUS
Ayat [109]   First Previous Next Last Balik Ke Atas  Hal:1/6
1 Alif laam raa. Inilah ayat-ayat Al quran yang mengandung hikmah.(QS. 10:1)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN, KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Yunus 1 

الر تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ الْحَكِيمِ (1

Alif Lam Ra, termasuk huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan beberapa surah Alquran. Ada dua hal yang perlu dibicarakan tentang huruf-huruf abjad yang disebutkan pada permulaan beberapa surah dari Alquranul Karim itu, yaitu apa yang dimaksud dengan huruf ini, dan apa hikmahnya menyebutkan huruf-huruf ini?
Tentang soal pertama, maka para mufassir berlainan pendapat, yaitu:
1. Ada yang menyerahkan saja kepada Allah, dengan arti mereka tidak mau menafsirkan huruf-huruf itu. Mereka berkata, "Allah sajalah yang mengetahui maksudnya." Mereka menggolongkan huruf-huruf itu ke dalam golongan ayat-ayat mutasyabihat.
2. Ada yang menafsirkannya. Mufassirin yang menafsirkannya ini berlain-lain pula pendapat mereka, yaitu:
a. Ada yang berpendapat bahwa huruf-huruf itu adalah isyarat (keringkasan dari kata-kata), umpamanya Alif Lam Mim. Maka "Alif" adalah keringkasan dari "Allah", "Lam" keringkasan dari "Jibril", dan "Mim" keringkasan dari Muhammad, yang berarti bahwa Alquran itu datangnya dari Allah, disampaikan oleh Jibril kepada Muhammad. Pada Alif Lam Ra; "Alif" keringkasan dari "Ana", "Lam" keringkasan dari "Allah" dan "Ra" keringkasan dari "Ar-Rahman", yang berarti: Saya Allah Yang Maha Pemurah.
b. Ada yang berpendapat bahwa huruf-huruf itu adalah nama dari surah yang dimulai dengan huruf-huruf itu.
c. Ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan huruf-huruf abjad ini adalah huruf-huruf abjad itu sendiri. Maka yang dimaksud dengan "Alif" adalah "Alif", yang dimaksud dengan "Lam" adalah "Lam", yang dimaksud dengan "Mim" adalah "Mim", dan begitu seterusnya.
d. Huruf-huruf abjad itu untuk menarik perhatian.
Menurut para mufassir ini, huruf-huruf abjad itu disebut Allah pada permulaan beberapa surah dari Alquranul Karim, hikmahnya adalah untuk "menantang". Tantangan itu bunyinya kira-kira begini: Alquran itu diturunkan dalam bahasa Arab, yaitu bahasa kamu sendiri, yang tersusun dari huruf-huruf abjad, seperti Alif Lam Mim Ra, Ka Ha Ya Ain Shad, Qaf, Tha Sin dan lain-lainnya. Maka kalau kamu sekalian tidak percaya bahwa Alquran ini datangnya dari Allah dan kamu mendakwakan datangnya dari Muhammad, yakni dibuat oleh Muhammad sendiri, maka cobalah kamu buat ayat-ayat yang seperti ayat Alquran ini. Kalau Muhammad dapat membuatnya tentu kamu juga dapat membuatnya."
Maka ada "penantang", yaitu Allah, dan ada "yang ditantang", yaitu bahasa Arab, dan ada "alat penantang", yaitu Alquran. Sekalipun mereka adalah orang-orang yang fasih berbahasa Arab, dan mengetahui pula seluk-beluk bahasa Arab itu menurut naluri mereka, karena di antara mereka itu adalah pujangga-pujangga, penyair-penyair dan ahli-ahli pidato, namun demikian mereka tidak bisa menjawab tantangan Alquran itu dengan membuat ayat-ayat seperti Alquran. Ada juga di antara mereka yang memberanikan diri untuk menjawab tantangan Alquran itu, dengan mencoba membuat kalimat-kalimat seperti ayat-ayat Alquran itu, tetapi sebelum mereka ditertawakan oleh orang-orang Arab itu, lebih dahulu mereka telah ditertawakan oleh diri mereka sendiri.
Para mufassir dari golongan ini, yakni yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu disebut oleh Allah pada permulaan beberapa surah dari Alquran untuk menantang bangsa Arab itu, mereka sampai kepada pendapat itu adalah dengan "istiqra" artinya menyelidiki masing-masing surah yang dimulai dengan huruf-huruf abjad itu. Dengan penyelidikan itu mereka mendapat fakta-fakta sebagai berikut:
1. Surah-surah yang dimulai dengan huruf-huruf abjad ini adalah surah-surah Makiyah (diturunkan di Mekah), selain dari dua buah surah saja yang Madaniyah (diturunkan di Madinah), yaitu surah Al-Baqarah yang dimulai dengan Alif Lam Mim dan surah Ali Imran yang dimulai dengan Alif Lam Mim juga. Sedang penduduk Mekah itulah yang tidak percaya bahwa Alquran itu adalah dari Tuhan, dan mereka mendakwakan bahwa Alquran itu buatan Muhammad semata-mata.
2. Sesudah menyebutkan huruf-huruf abjad itu ditegaskan bahwa Alquran itu diturunkan dari Allah, atau diwahyukan oleh-Nya. Penegasan itu disebutkan oleh Allah secara langsung atau tidak langsung. Hanya ada 9 surah yang dimulai dengan huruf-huruf abjad itu yang tidak disebutkan sesudahnya penegasan bahwa Alquran itu diturunkan dari Allah.
3. Huruf-huruf abjad yang disebutkan itu adalah huruf-huruf abjad yang banyak terpakai dalam bahasa Arab.
Dari ketiga fakta yang didapat dari penyelidikan itu, mereka menyimpulkan bahwa huruf-huruf abjad itu didatangkan oleh Allah pada permulaan beberapa surah dari Alquranul Karim itu adalah untuk "menantang" bangsa Arab agar membuat ayat-ayat seperti ayat-ayat Alquran itu, bila mereka tidak percaya bahwa Alquran itu, datangnya dari Allah dan mendakwakan bahwa Alquran itu buatan Muhammad semata-mata sebagai yang disebutkan di atas. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa para mufassir yang mengatakan bahwa huruf-huruf abjad ini didatangkan Allah untuk "tahaddi" (menantang) adalah memakai tariqah (metode) ilmiah, yaitu "menyelidiki dari contoh-contoh, lalu menyimpulkan daripadanya yang umum". Tariqah ini disebut "Ath-Thariqat Al-Istiqra'iyah" (metode induksi).
Ada mufassir yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad ini didatangkan oleh Allah pada permulaan beberapa surah-surah Alquranul Karim untuk menarik perhatian. Memulai pembicaraan dengan huruf-huruf abjad adalah suatu cara yang belum dikenal oleh bangsa Arab di waktu itu, karena itu maka hal ini menarik perhatian mereka.
Tinjauan terhadap pendapat-pendapat ini:
1. Pendapat yang pertama yaitu menyerahkan saja kepada Allah karena Allah sajalah yang mengetahui, tidak diterima oleh kebanyakan mufassirin ahli-ahli tahqiq (yang menyelidiki secara mendalam). (Lihat Tafsir Al-Qasimi j.2, hal. 32)
Alasan-alasan mereka ialah:
a. Allah sendiri telah berfirman dalam Alquran:

بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ
Artinya:
Dengan bahasa Arab yang jelas.
(Q.S. Asy Syu'ara': 195)
Maksudnya Alquran itu dibawa oleh Jibril kepada Muhammad dalam bahasa Arab yang jelas. Dari ayat ini dapat dipahami bahwa ayat-ayat dalam Alquran itu adalah "jelas", tak ada yang tidak jelas, yang tak dapat dipahami atau dipikirkan, yang hanya Allah saja yang mengetahuinya.
b. Di dalam Alquran ada ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Alquran itu menjadi petunjuk bagi manusia. Di antaranya firman Allah:

ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (2
Artinya:
Kitab Alquran ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa.
(Q.S. Al-Baqarah: 2)
Firman-Nya lagi:

وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ
Artinya:
....dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.
(Q.S. Al-Baqarah: 97)
Firman-Nya lagi:

هَذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ (138
Artinya:
(Alquran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
(Q.S. Ali Imran: 138)
Dan banyak lagi ayat-ayat yang menerangkan bahwa Alquran itu adalah petunjuk bagi manusia. Sesuatu yang fungsinya menjadi "petunjuk" tentu harus jelas dan dapat dipahami. Hal-hal yang tidak jelas tentu tidak dijadikan petunjuk.
c. Dalam ayat yang lain Allah berfirman pula:

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ (17
Artinya:
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Alquran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?
(Q.S. Al-Qamar: 17, 22, 32, dan 40)
2.
a. Pendapat yang menafsirkan bahwa huruf-huruf abjad itu adalah keringkasan dari suatu kalimat. Pendapat ini juga banyak para mufassir yang tidak dapat menerimanya.
Keberatan mereka ialah: tidak ada kaidah-kaidah atau patokan-patokan yang tertentu untuk ini, sebab itu para mufassir yang berpendapat demikian berlain-lainan pendapatnya dalam menentukan kalimat-kalimat itu. Maka di samping pendapat mereka bahwa Alif Lam Mim artinya ialah: Allah, Jibril, Muhammad, ada pula yang mengartikan "Allah, Latifun, Maujud" (Allah Maha Halus lagi Ada). (Dr. Mahmud Syaltut, Tafsir al Qur'anul Karim, hal. 73)
b. Pendapat yang menafsirkan bahwa huruf-huruf abjad yang terdapat pada permulaan beberapa surah ini adalah nama surah, juga banyak pula para mufassir yang tidak dapat menerimanya. Alasan mereka ialah: bahwa surah-surah yang dimulai dengan huruf-huruf itu kebanyakannya adalah mempunyai nama yang lain, dan nama yang lain itulah yang terpakai. Umpamanya surah Al-Baqarah, Ali Imran, Maryam dan lain-lain. Maka kalau betul huruf-huruf itu adalah nama surah, tentu nama-nama itulah yang akan dipakai oleh para sahabat Rasulullah dan kaum muslimin sejak dari dahulu sampai sekarang.
Hanya ada empat buah surah yang sampai sekarang tetap dinamai dengan huruf-huruf abjad yang terdapat pada permulaan surah-surah itu, yaitu: Surah Thaha, surah Yasin, surah Shad dan surah Qaf. (Dr. Mahmud Syaltut, Tafsir al Qur'anul Karim, hal. 73)
c. Pendapat yang menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan huruf-huruf abjad itu sendiri, dan abjad-abjad ini didatangkan oleh Allah ialah untuk "menantang" (tahaddi). Inilah yang dipegang oleh sebahagian mufassirin ahli tahqiq. (Di antaranya: Az Zamakhsyari, Al Baidawi, Ibnu Taimiah, dan Hafizh Al Mizzi, lihat Rasyid Rida, Tafsir Al Manar jilid 8, hal. 303 dan Dr Shubhi As Salih, Mabahis Ulumi Qur'an, hal 235. Menurut An Nasafi: pendapat bahwa huruf abjad ini adalah untuk menantang patut diterima. Lihat Tafsir An Nasafi, hal. 9)
d. Pendapat yang menafsirkan bahwa huruf-huruf abjad ini adalah untuk "menarik perhatian" (tanbih) pendapat ini juga diterima oleh ahli tahqiq. (Tafsir Al Manar jilid 8 hal. 209-303)
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa "yang dimaksud dengan huruf-huruf abjad yang disebutkan oleh Allah pada permulaan beberapa surat dari Alquran hikmahnya adalah untuk "menantang" bangsa Arab serta menghadapkan perhatian manusia kepada ayat-ayat yang akan dibacakan oleh Nabi Muhammad saw."
Allah swt. menerangkan bahwa ayat-ayat yang dibaca ini adalah ayat-ayat yang tinggi nilainya tersusun rapi lagi kokoh, baik lafal maupun maknanya, berisi petunjuk bagi orang-orang yang mau mengikutinya. Dari ayat-ayat ini tersusun surat-surat itu dan disusun Alquran. Pada firman-Nya yang lain Allah swt. menjelaskan sifat ayat Alquran.


الر كِتَابٌ أُحْكِمَتْ آيَاتُهُ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِنْ لَدُنْ حَكِيمٍ خَبِيرٍ
Artinya:
Alif Lam Ra, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu.
(Q.S. Hud: 1)
Dari susunan ayat ini dipahami bahwa Allah swt. memerintahkan manusia agar mengetahui, mempelajari dan mengingat ayat-ayat yang menjadi petunjuk itu agar dapat dipahami dan diamalkan.


2 Patutkah menjadi keheranan bagi manusia bahwa Kami mewahyukan kepada seorang laki-laki di antara mereka:` Berilah peringatan kepada manusia dan gembirakanlah orang-orang beriman bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan mereka `. Orang-orang kafir berkata:` Sesungguhnya orang ini (Muhammad) benar-benar adalah tukang sihir yang nyata `.(QS. 10:2)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN, KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Yunus 2 

أَكَانَ لِلنَّاسِ عَجَبًا أَنْ أَوْحَيْنَا إِلَى رَجُلٍ مِنْهُمْ أَنْ أَنْذِرِ النَّاسَ وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا أَنَّ لَهُمْ قَدَمَ صِدْقٍ عِنْدَ رَبِّهِمْ قَالَ الْكَافِرُونَ إِنَّ هَذَا لَسَاحِرٌ مُبِينٌ (2

Orang kafir Mekah khususnya dan semua orang kafir pada umumnya heran dan tercengang mengapa wahyu itu diturunkan kepada seorang manusia biasa seperti mereka bahkan kepada seorang yatim, tidak kepada seorang terpandang di antara mereka. Allah menegaskan dengan ayat ini bahwa keheranan mereka itulah yang mengherankan. Mengapa mereka tercengang bahwa Allah telah menurunkan kepada manusia biasa. Mengenai siapa yang pantas dan yang sanggup menyampaikan agama Allah kepada seluruh manusia, hanyalah Allah sendirilah yang paling mengetahuinya. Kekayaan, kekuasaan, kedudukan dan kepandaian semata belum tentu dapat dijadikan alasan untuk mengangkat seorang menjadi nabi dan rasul.
Sesungguhnya sikap mereka yang seperti ini terhadap rasul yang diutus Allah terdapat pula pada manusia-manusia yang terdahulu yang telah diutus para rasul kepada mereka sebagaimana tersebut dalam firman Allah swt.:


أَوَعَجِبْتُمْ أَنْ جَاءَكُمْ ذِكْرٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَلَى رَجُلٍ مِنْكُمْ لِيُنْذِرَكُمْ وَلِتَتَّقُوا وَلَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Artinya:
"Dan apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu peringatan dari Tuhanmu dengan perantaraan seorang laki-laki dari golonganmu agar dia memberi peringatan kepadamu dan mudah-mudahan kamu bertakwa dan supaya kamu mendapat rahmat."
(Q.S. Al-A'raf: 63)
Sikap mereka yang demikian itu adalah karena rasa dengki yang telah terpendam dalam hati mereka, apapun bukti yang dikemukakan, mereka tidak akan beriman sehingga Allah menurunkan azab kepada mereka. Allah berfirman:


وَلَوْ جَعَلْنَاهُ مَلَكًا لَجَعَلْنَاهُ رَجُلًا وَلَلَبَسْنَا عَلَيْهِمْ مَا يَلْبِسُونَ وَلَقَدِ اسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍ مِنْ قَبْلِكَ فَحَاقَ بِالَّذِينَ سَخِرُوا مِنْهُمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ
Artinya:
Dan kalau Kami jadikan Rasul itu (dari) malaikat tentulah Kami jadikan dia berupa seorang laki-laki dan (jika Kami jadikan dia seorang laki-laki) Kami pun akan jadikan mereka tetap ragu sebagaimana kini mereka ragu. Dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa rasul sebelum kamu, maka turunlah kepada orang-orang yang mencemoohkan di antara mereka balasan (azab) olok-olokkan mereka.
(Q.S. Al-An'am: 9, 10)
Allah swt. menerangkan tugas utama dari seorang laki-laki yang diberi-Nya wahyu dan yang diangkat menjadi rasul itu, yaitu:
1. Memberikan peringatan kepada manusia supaya menerangkan kepada mereka tentang keesaan Allah, adanya hari kebangkitan dan hari pembalasan, adanya hukuman dari Allah swt. bagi semua orang yang tidak mengikuti agama-Nya. Menerangkan kepada manusia ketentuan-ketentuan, perintah-perintah dan larangan-larangan Allah dan sebagainya.
2. Memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang beriman yang mengikuti seruan Rasul, bahwa mereka memperoleh pahala yang besar dari Allah karena telah melakukan perbuatan-perbuatan yang benar dan terpuji.
Setelah orang-orang Arab melihat pengaruh Alquran yang amat besar pada jiwa dan hati orang-orang yang beriman serta kehidupan mereka, maka mereka mengatakan bahwa Muhammad saw. adalah seorang tukang sihir, dan Alquran itu mereka namakan sihir. Mereka menamakan Alquran sihir karena mereka melihat kuatnya pengaruh Alquran pada hati orang-orang yang beriman, besar pengaruhnya pada tingkah laku dan perbuatannya, sehingga dapat memisahkan antara dua orang yang dahulunya bersaudara, antara seseorang dengan bapak, ibu, istri dan anak-anaknya. Mereka itu, karena sangat cinta kepada Allah swt. dan Rasul-Nya seolah-olah cinta kasih mereka berkurang kepada anak-anak, istri dan sebagainya.
Telah diketahui oleh orang-orang yang beriman bahwa Alquran itu bukan sihir, bukan sesuatu yang dapat dijadikan guna-guna, tetapi merupakan kumpulan dari petunjuk-petunjuk Allah, menerangkan hal-hal yang berhubungan dengan keimanan, pokok-pokok hukum, akhlak, perbuatan yang baik yang diridai Allah, cara-cara membersihkan jasmani dan rohani dari segala macam najis, berisi seruan kepada kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Sedang Muhammad saw. itu adalah rasul Allah yang menyampaikan Alquran itu kepada manusia dan Alquran itu juga merupakan nikmat dan mukjizat baginya untuk menguatkan kerasulannya.
Karena kaum Muslimin sangat merasakan faedah dan petunjuk ayat-ayat Alquran bagi dirinya, dan kebenaran semua yang tersebut di dalamnya, maka mereka mengikuti dengan sepenuh hati, mengikuti semua petunjuknya yang berlainan dengan petunjuk kemusyrikan, mencontoh akhlak Nabi Muhammad saw. yang berbeda dengan akhlak nenek moyang mereka, mengikuti adat-kebiasaan Nabi yang berbeda dengan adat kebiasaan nenek moyang mereka, mereka lebih mencintai orang yang beriman dari orang lain, sekalipun orang lain itu adalah ibu bapaknya dan sebagainya. Dengan demikian orang-orang kafir melihat seolah-olah yang beriman telah kena sihir oleh Muhammad saw. dan mereka menganggap Muhammad saw. sebagai tukang sihir.


3 Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy (singgasana) untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafaat kecuali sesudah ada keizinan-Nya. (Zat) yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?(QS. 10:3)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN, KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Yunus 3

إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ مَا مِنْ شَفِيعٍ إِلَّا مِنْ بَعْدِ إِذْنِهِ ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ (3

Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa Dialah yang mengatur perjalanan tiap-tiap planet, sehingga satu sama lain tidak berbenturan, dan Dia pula yang menciptakan bumi dan segala isi yang terkandung di dalamnya, sejak dari yang kecil sampai kepada yang besar, semuanya diciptakan dalam enam masa yang hanya Allah sendiri yang mengetahui lama waktu enam masa yang dimaksud itu. Setelah menciptakan langit dan bumi, Dia bersemayam di atas Arasy (singgasana), dan dari Arasy ini Dia mengatur dan mengurus semua makhluk-Nya.
Tentang `Arasy Tuhan ini diterangkan Rasulullah saw. ketika kepadanya diajukan pertanyaan:


قال: كان الله ولم يكن شيء قبله وكان عرشه على الماء ثم خلق السموات والأرض وكتب في الذكر كل شيء
Artinya:
Bersabda Rasulullah: "Dahulu Allah telah ada dan belum ada sesuatu pun sebelum-Nya dan adalah Arasy-Nya di dalam air, kemudian Dia menciptakan langit dan bumi, dan menulis segala sesuatu di Lohmahfuz.
(H.R. Bukhari dalam Kitabut Tauhid)
Mengenai Tuhan bersemayam di atas `Arasy ini para ulama di kalangan kaum muslimin berbeda pendapat. Golongan Muktazilah berpendapat bahwa Tuhan bersifat immateri (rohani). Jadi ia tidak mempunyai sifat-sifat jasmani. Karena itu semua ayat-ayat Alquran yang menggambarkan bahwa Allah mempunyai sifat jasmani haruslah ditakwilkan atau diberi tafsiran yang lain, karena itu mereka menafsirkan Arasy dengan kekuasan-Nya.
Golongan Asy'ariyah berpendapat bahwa Tuhan mempunyai sifat-sifat jasmani. Mereka mengatakan bahwa Tuhan mempunyai mata, tangan, juga mempunyai `Arasy (singgasana) sekalipun semuanya itu tidak sama dengan yang dimiliki manusia. Menurut mereka manusia itu lemah akalnya, yaitu belum dapat memberikan tafsiran tentang sifat-sifat Tuhan yang ada di dalam Alquran. Karena itu janganlah hendaknya karena tidak sanggup memberi tafsiran itu segera mengambil keputusan bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat-sifat jasmani.
Menganut salah satu dari kedua pendapat di atas tidaklah bertentangan dengan pokok-pokok kepercayaan yang digariskan agama Islam. Masing-masing pendapat itu mempunyai alasan yang kuat. Mereka berpendapat bahwa yang demikian itu adalah hendak memurnikan kepercayaan mereka kepada Allah, sehingga tidak dimasuki unsur-unsur syirik sedikit pun.
Selanjutnya Allah swt. menerangkan bukti kedua yang membantah pendapat dan alasan-alasan orang-orang kafir itu yang memiliki dan menguasai segala sesuatu dengan kekuasaan yang tidak terbatas, sehingga Dia dapat berbuat apa yang dikehendaki-Nya, tidak ada sesuatu makhluk-Nyapun, walaupun ia seorang rasul atau malaikat dapat memberikan syafaat kecuali dengan izin-Nya.
Yang dimaksud dengan "syafaat" di sini ialah pertolongan para nabi kepada umatnya pada hari kiamat untuk mendapatkan keringanan atau kebebasan dari azab Allah. Syafaat itu hanya dapat diberikan oleh seseorang nabi jika Allah memerintahkan atau mengizinkannya.
Ayat ini membantah dakwaan orang-orang kafir bahwa berhala yang mereka sembah selain Allah dapat memberi syafaat kepada mereka di hari kiamat. Hal ini ditegaskan oleh firman Allah swt.:


وَكَمْ مِنْ مَلَكٍ فِي السَّمَاوَاتِ لَا تُغْنِي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا إِلَّا مِنْ بَعْدِ أَنْ يَأْذَنَ اللَّهُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَرْضَى
Artinya:
Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafaat mereka sedikit pun tidak berguna kecuali Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridai-(Nya).
(Q.S. An Najm: 26)
Syafaat yang paling bahagia dirasakan oleh seseorang hamba ialah syafaat yang diberikan oleh Nabi Muhammad saw. kepada seseorang yang hati dan jiwanya mengakui keesaan Allah. Abu Hurairah menanyakan hal tersebut kepada Rasulullah saw., Rasulullah menjawab:


أسعد الناس بشفاعتي يوم القيامة من قال: لا إله إلا الله خالصا من قلبه ونفسه
Artinya:
Manusia yang paling bahagia dengan syafaatku pada hari kiamat ialah orang-orang yang mengucapkan "la ilaha illallah" yang timbul dari hati dan jiwa yang bersih.
(H.R. Bukhari dari Abu Hurairah)
Allah swt. menegaskan kepada orang-orang kafir apabila mereka tidak ingat dan tidak memperhatikan dalil-dalil dan bukti-bukti yang nyata ini, bahwa yang menciptakan alam ini adalah Allah swt. sendiri, kemudian dia mengatur segala urusan dari atas `Arasy-Nya, Dia memberikan syafaat kepada orang yang dikehendaki-Nya. Itulah Tuhan Yang wajib disembah, tidak ada Tuhan yang lain selain Dia. Janganlah mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, baik dalam penciptaan langit dan bumi maupun dalam menyembah-Nya.
Orang-orang Arab jahiliah mengakui bahwa Allah sendirilah yang menciptakan alam ini, tidak bersekutu dengan siapa pun, tetapi mereka mempersekutukan Allah dengan yang lain dalam menyembah-Nya. Mereka menyembah berhala di samping menyembah Allah.


4 Hanya kepada-Nya-lah kamu semuanya akan kembali; sebagai janji yang benar daripada Allah, sesungguhnya Allah menciptakan makhluk pada permulaannya kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali (sesudah berbangkit), agar Dia memberi pembalasan kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal saleh dengan adil. Dan untuk orang-orang kafir disediakan minuman air yang panas dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka.(QS. 10:4)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN, KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Yunus 4 

إِلَيْهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا وَعْدَ اللَّهِ حَقًّا إِنَّهُ يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ لِيَجْزِيَ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ بِالْقِسْطِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا لَهُمْ شَرَابٌ مِنْ حَمِيمٍ وَعَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْفُرُونَ (4

Setelah ayat-ayat yang terdahulu menerangkan bahwa Allah swt. dalam penciptaan langit dan bumi tidak ada sesuatu pun yang membantu-Nya, dan Allah Esa dalam ibadat, yaitu hanya Dia sajalah yang berhak disembah, tidak bersekutu dengan yang lain. Keesaan Allah ini merupakan salah satu prinsip pokok agama Islam. Maka pada ayat ini diterangkan prinsip pokok yang lain, yaitu adanya hari berbangkit disertai dengan buktinya, dan hikmah Allah mengadakan hari berbangkit itu.
Allah menerangkan bahwa hanya kepada-Nya sajalah semua manusia dikembalikan setelah mati dan sesudah lenyap alam yang fana ini bukan kepada sesuatu yang lain, termasuk sembahan-sembahan berhala, dan penolong-penolong orang kafir itu. Yang demikian itu adalah janji Allah swt. kepada makhluk-Nya. Dia tidak akan menyalahi janji-Nya sedikit pun.
Sebagai bukti bahwa Allah swt. pasti menepati janji-Nya ialah Allah swt. telah menciptakan makhluk pertama kalinya. Penciptaan manusia oleh Allah swt. pada pertama kalinya itu dapat dijadikan dalil bahwa Allah berkuasa pula untuk menciptakan makhluk-Nya pada kali kedua atau membangkitkannya kembali. Mengulangi kembali menciptakan sesuatu itu adalah lebih mudah dari menciptakan pertama kalinya.
Allah swt. berfirman:


وَهُوَ الَّذِي يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَهُوَ أَهْوَنُ عَلَيْهِ
Artinya:
Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya.
(Q.S. Ar Rum: 27)
Demikian kuatnya bukti yang dikemukakan Allah tentang hari berbangkit sehingga Dia menyatakan bahwa jika masih ada orang yang mengingkarinya berarti ia telah lupa kepada kejadian dirinya sendiri. Allah swt. berfirman:


أَوَلَمْ يَرَ الْإِنْسَانُ أَنَّا خَلَقْنَاهُ مِنْ نُطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُبِينٌ
Artinya:
Dan apakah manusia tidak melihat bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata, dia akan membuat perumpamaan bagi Kami, dan dia lupa kepada kejadiannya, ia berkata: "Siapakah yang menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh."
(Q.S. Yasin: 77, 78
Terhadap orang-orang yang tidak mau percaya kepada adanya hari berbangkit itu sekalipun telah dikemukakan dalil-dalil kepada mereka, maka Allah mengancam mereka dengan neraka Jahanam sebagai dilukiskan oleh ayat berikut:


فَوَرَبِّكَ لَنَحْشُرَنَّهُمْ وَالشَّيَاطِينَ ثُمَّ لَنُحْضِرَنَّهُمْ حَوْلَ جَهَنَّمَ جِثِيًّا
Artinya:
Demi Tuhanmu, sesungguhnya akan Kami bangkitkan mereka bersama setan, kemudian akan Kami datangkan mereka ke sekeliling Jahanam dengan berlutut.
(Q.S. Maryam: 68)
Allah swt. menerangkan tujuan manusia dibangkitkan sesudah matinya ialah untuk memberi mereka balasan dari perbuatan yang telah dikerjakannya sesuai dengan sifat adil dan sifat pemurah Allah. Allah tidak mengurangi sedikit pun dari apa yang telah mereka lakukan. Tujuan ini dijelaskan oleh firman Allah:


وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ
Artinya:
Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan.
(Q.S. Al-Anbiya': 47)
Allah swt. memberikan pembalasan yang adil, tidaklah berarti Allah tidak akan melebihkan pahala yang akan diberikan-Nya itu, bahkan Dia akan melipatgandakannya sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:


فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَيُوَفِّيهِمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدُهُمْ مِنْ فَضْلِهِ وَأَمَّا الَّذِينَ اسْتَنْكَفُوا وَاسْتَكْبَرُوا فَيُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَلَا يَجِدُونَ لَهُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا
Artinya:
Adapun orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh, maka Allah akan menyempurnakan pahala mereka dan menambah untuk mereka sebagian dari karunia-Nya. Adapun orang-orang yang enggan dan menyombongkan diri, maka Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih dan mereka tidak akan memperoleh bagi diri mereka pelindung dan penolong selain daripada Allah.
(Q.S. An Nisa': 173)
Jika dilihat banyaknya terjadi tindakan-tindakan yang tidak adil dilakukan oleh sebagian manusia terhadap yang lain, dimenangkan-Nya perbuatan jahat atas perbuatan baik, dan sebagainya, tentu akan ada suatu masa nanti yang pada masa itu keadilan dapat ditegakkan dengan sempurna.
Terhadap semua orang kafir yang mengingkari keesaan Allah dan adanya hari berbangkit, mereka akan mendapatkan pembalasan yang setimpal dengan kejahatan yang telah mereka lakukan. Di antaranya ialah mereka diberi minum dengan air panas yang mendidih yang menghancurkan usus-usus mereka. Di samping itu mereka akan memperoleh azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka itu.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Yunus 4 

إِلَيْهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا وَعْدَ اللَّهِ حَقًّا إِنَّهُ يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ لِيَجْزِيَ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ بِالْقِسْطِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا لَهُمْ شَرَابٌ مِنْ حَمِيمٍ وَعَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْفُرُونَ (4

(Hanya kepada-Nyalah) yaitu Allah swt. (kalian semuanya akan kembali; sebagai janji yang benar dari Allah) lafal wa'dan dan lafal haqqan keduanya merupakan mashdar yang dinashabkan oleh fi'ilnya masing-masing yang keberadaannya diperkirakan. (Sesungguhnya Allah) huruf hamzah inna dibaca kasrah karena menjadi isti'naf, sedangkan jika dibaca fatah maka memakai huruf lam yang keberadaannya diperkirakan sebelumnya (menciptakan makhluk pada permulaan) artinya Dia mulai menciptakan makhluk dengan mengadakan mereka (kemudian menghidupkannya kembali) pada hari berbangkit (agar Dia memberi pembalasan) pahala (kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal saleh dengan adil. Dan untuk orang-orang kafir disediakan minuman air yang panas) artinya air yang panasnya luar biasa (dan azab yang pedih) sangat menyakitkan (disebabkan kekafiran mereka) sebagai pembalasan atas kekafirannya.


5 Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.(QS. 10:5)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN, KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Yunus 5

هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَلِكَ إِلَّا بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (5

Ayat ini menerangkan bahwa Allah swt. yang menciptakan langit dan bumi dan yang bersemayam di atas `Arasy-Nya Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya. Matahari dengan sinarnya adalah sebagai dasar hidup dan kehidupan, sumber panas dan tenaga yang dapat menggerakkan makhluk-makhluk Allah yang diciptakan-Nya. Dengan cahaya bulan dapatlah manusia berjalan dalam kegelapan malam dan bersenang-senang melepaskan telah di malam hari.
Ayat ini membedakan antara yang dipancarkan matahari dan yang dipantulkan oleh bulan, yang dipancarkan oleh matahari disebut "diya" (sinar), sedang yang dipantulkan oleh bulan disebut "nur" (cahaya). Pada firman Allah swt. yang lalu dijelaskan:


وَجَعَلَ الْقَمَرَ فِيهِنَّ نُورًا وَجَعَلَ الشَّمْسَ سِرَاجًا
Artinya:
Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita."
(Q.S. Nuh: 16)
Dari ayat-ayat ini dipahami bahwa matahari memancarkan sinar yang berasal dari dirinya sendiri bukan dari yang lain sebagaimana pelita memancarkan sinar dari dirinya sendiri, yakni dari api yang membakar pelita itu. Lain halnya dengan bulan yang cahayanya berasal dari sinar yang dipancarkan matahari ke permukaannya, kemudian dipantulkannya sinar itu yang berupa cahaya ke permukaan bumi.
Hal ini dijelaskan pula oleh firman Allah swt.:


تَبَارَكَ الَّذِي جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوجًا وَجَعَلَ فِيهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيرًا
Artinya:
Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya.
(Q.S. Al-Furqan: 61)
Dalam hakikat dan kegunaannya terdapat perbedaan antara sinar matahari dan cahaya bulan. Sinar matahari lebih keras dari cahaya bulan. Sinar matahari itu terdiri atas tujuh warna dasar sekalipun dalam bentuk keseluruhannya kelihatan berwarna putih, sedang cahaya bulan adalah lembut, dan menimbulkan ketenangan bagi orang yang melihat dan merasakannya. Demikian pula kegunaannya. Sinar matahari sebagai disebutkan di atas adalah sebagai sumber hidup dan kehidupan, sumber gerak tenaga dan energi. Sedang sinar bulan adalah sebagai penyuluh di waktu malam.
Tidak terhitung banyak kegunaan dan faedah sinar matahari dan cahaya bulan itu bagi makhluk Allah pada umumnya, dan bagi manusia pada khususnya. Semuanya itu sebenarnya dapat dijadikan dalil tentang adanya Tuhan Yang Maha Esa bagi orang-orang yang mau menggunakan akal dan perasaannya.
Allah swt. menerangkan bahwa Dia telah menetapkan garis edar dari bulan itu dan menetapkan manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanannya. Pada tiap-tiap malam bulan melalui suatu manzilah. Sejak dari manzilah pertama sampai manzilah terakhir memerlukan waktu antara 29 atau 30 malam atau disebut satu bulan. Dalam sebulan itu bulan hanya dapat dilihat selama 27 atau 28 malam, sedang pada malam-malam yang lain bulan tidak dapat dilihat sebagaimana firman Allah swt.:


وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّى عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ
Artinya:
Dan telah kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah sehingga (setelah dia sampai manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua.
(Q.S. Yasin: 39)
Maksud ayat ialah bulan itu pada awal bulan adalah kecil berbentuk sabit, kemudian setelah melalui manzilah ia bertambah besar sampai menjadi purnama, setelah itu kembali berangsur-angsur kecil dan bertambah kecil yang kelihatan seperti tandan yang melengkung, akhirnya menghilang dan muncul kembali pada permulaan bulan.
Allah swt. berfirman:


الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ
Artinya:
Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.
(Q.S. Ar Rahman: 5)
Allah swt. menjadikan bulan dan menjadikannya beredar menjalani garis edar dalam manzilah-manzilahnya agar dengan demikian manusia dengan mudah mengetahui bilangan tahun, perhitungan waktu, perhitungan bulan, penentuan hari, jam, detik dan sebagainya sehingga mereka dapat membuat rencana untuk dirinya, untuk keluarganya untuk masyarakat, untuk agamanya serta rencana-rencana lain yang berhubungan dengan hidup dan kehidupannya sebagai anggota masyarakat dan sebagai hamba Allah. Allah berfirman:


وَجَعَلْنَا اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ آيَتَيْنِ فَمَحَوْنَا آيَةَ اللَّيْلِ وَجَعَلْنَا آيَةَ النَّهَارِ مُبْصِرَةً لِتَبْتَغُوا فَضْلًا مِنْ رَبِّكُمْ وَلِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ وَكُلَّ شَيْءٍ فَصَّلْنَاهُ تَفْصِيلًا
Artinya:
Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan kami jadikan tanda siang itu terang agar kamu mencari karunia dari Tuhanmu dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. Dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas.
(Q.S. Al-Isra': 12)
Dengan mengetahui perhitungan tahun, waktu hari dan sebagainya, dapatlah manusia menetapkan waktu-waktu salat, waktu puasa, waktu menunaikan ibadah haji, waktu turun ke sawah dan sebagainya.
Allah menciptakan matahari bersinar dan bulan bercahaya yang bermanfaat bagi hidup dan kehidupan semua makhluk itu adalah berdasarkan kenyataan, keperluan dan mempunyai hikmah yang tinggi. Dan Allah menerangkan tanda-tanda kekuasaan-Nya itu kepada orang-orang yang mau menggunakan akal pikirannya dengan benar dan kepada orang-orang yang mengakui kenyataan dan beriman berdasarkan bukti-bukti yang diperolehnya itu. Atau dengan perkataan lain tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah ini tidak akan berfaedah sedikit pun bagi orang-orang yang tidak mau mencari kebenaran yang hatinya dipenuhi oleh rasa dengki dan rasa fanatik kepada kepercayaan yang telah dianutnya.


6 Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang-orang yang bertakwa.(QS. 10:6)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN, KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Yunus 6 

إِنَّ فِي اخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا خَلَقَ اللَّهُ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَّقُونَ (6

Pada ayat ini Allah swt. menjelaskan tanda-tanda kekuasaan-Nya yang lain, yaitu pertukaran malam dan siang, biarpun pertukaran dengan arti pergantian malam dan siang itu disebabkan oleh perputaran bumi mengelilingi sumbunya, walaupun pertukaran dengan arti perbedaan panjangnya malam dan siang menurut letaknya sesuatu tempat di bagian bumi yang disebabkan oleh pergeseran sumbu bumi itu dua puluh tiga setengah derajat dari putaran jalannya (garis edar) serta peredaran bumi keliling matahari.
Di samping perputaran malam dan siang itu, maka dalam ayat ini Allah juga menjelaskan bahwa di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah penciptaan-Nya di langit dan di bumi beraneka ragam benda, seperti benda cair, benda padat, udara, tumbuh-tumbuhan dan binatang, guruh petir, angin semuanya itu merupakan bukti dan tanda kebesaran dan kekuaaan Allah bagi orang yang mau bertakwa kepada-Nya.


7 Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami,(QS. 10:7)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN, KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Yunus 7 - 8

إِنَّ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا وَرَضُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاطْمَأَنُّوا بِهَا وَالَّذِينَ هُمْ عَنْ آيَاتِنَا غَافِلُونَ (7) أُولَئِكَ مَأْوَاهُمُ النَّارُ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (8

Ayat-ayat ini menerangkan bahwa orang-orang yang tidak meyakini akan adanya pertemuan dengan Tuhan di akhirat nanti tidak mempercayai bahwa di akhirat nanti akan ditimbang dengan adil segala perbuatan manusia karena mereka lebih mencintai kehidupan dunia dan rela menukar kesenangan hidup di akhirat dengan kesenangan hidup di dunia yang fana ini yang disebabkan terpengaruh oleh kelezatan duniawi, demikian pula orang-orang yang lalai dan tidak mengindahkan ayat-ayat Alquran, tidak mau mempelajari, memahami dan mengamalkannya, maka tempat mereka itu ialah neraka Jahanam.
Balasan azab yang demikian itu adalah karena dosa-dosa yang mereka kerjakan selama hidup di dunia dan balasan itu setimpal dengan perbuatan mereka.
Dalam ayat ini disebutkan dua macam sikap dan perbuatan manusia yang menyebabkan mereka masuk neraka, yaitu:
1. Tidak percaya akan adanya hidup sesudah mati nanti karena telah terpengaruh oleh kesenangan duniawi.
2. Tidak mengindahkan ayat-ayat Alquran.
Tidak percaya adanya hidup sesudah mati untuk menemui Tuhan berarti tidak percaya akan keadilan Tuhan dan kasih sayang-Nya kepada hamba-Nya. Orang-orang yang demikian biasanya adalah orang-orang yang mengira bahwa segala sesuatu yang telah didapatnya itu adalah semata-mata atas usahanya sendiri bukanlah sebagai rahmat dan karunia dari Tuhan, seakan-akan dialah yang menentukan segala sesuatu. Sifat-sifat yang demikian dapat menjurus kepada kepercayaan atheisme yang berpendapat bahwa Tuhan itu tidak ada hanya manusia sendirilah yang mengadakan segala sesuatu. Hal ini sangat bertentangan dengan pokok utama akidah Islamiah.
Demikian pula tidak mengindahkan ayat-ayat Alquran berarti tidak percaya bahwa Alquran sebagai kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., nabi yang terakhir dan tidak percaya pula bahwa kitab itu dapat menjadi pedoman bagi manusia dalam melayarkan bahtera hidup di dunia untuk mencapai kehidupan abadi di akhirat nanti.
Kepercayaan kepada adanya hidup sesudah mati, dan bahwa Alquran itu Kitab Allah yang diturunkan kepada Muhammad saw. adalah merupakan pokok utama ajaran Islam. Mengingkari kedua pokok itu berarti mengingkari ajaran Islam. Itulah sebabnya Allah swt. mengancam dengan sanksi yang berat berupa azab neraka Jahanam terhadap orang-orang yang mengingkari-Nya.


8 mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.(QS. 10:8)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN, KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Yunus 8

  أُولَئِكَ مَأْوَاهُمُ النَّارُ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (8

(Mereka itu tempatnya ialah neraka disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan) berupa kemusyrikan dan perbuatanperbuatan maksiat.


9 Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam syurga yang penuh kenikmatan.(QS. 10:9)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN, KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Yunus 9

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ يَهْدِيهِمْ رَبُّهُمْ بِإِيمَانِهِمْ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمُ الْأَنْهَارُ فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ (9

Setelah Allah swt. menerangkan akibat yang ditimpakan kepada orang-orang kafir pada masa yang lalu, maka pada ayat ini Allah menerangkan balasan dan pahala yang baik yang diterima orang-orang yang beriman dan beramal saleh di akhirat nanti yaitu mereka diberi tempat yang mulia berupa surga yang penuh kenikmatan.
Iman dan amal saleh merupakan dua hal yang sangat erat hubungannya yang satu dengan yang lain berjalin dan bersangkut paut. Amat banyak ayat-ayat Alquran yang menerangkan keeratan hubungan itu. Iman berupa keyakinan dan kepercayaan kepada adanya Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta dan Pemilik semesta alam, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada hamba-Nya. Karena sifat Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang ada pada-Nya itu, Dia menganugerahkan hidayah dan petunjuk bagi manusia agar mereka dengan petunjuk itu berbahagia hidup di dunia dan di akhirat nanti. Petunjuk ini diakui oleh orang-orang yang beriman sebagai petunjuk dari Allah yang perwujudannya adalah sebagaimana yang disebutkan dan yang dikemukakan contoh-contohnya di dalam Alquran dan hadis-hadis Nabi saw. Jadi amal yang saleh yang dikerjakan oleh seorang muslim itu adalah manifestasi daripada imannya, atau dengan perkataan lain bahwa seseorang yang telah mengakui beriman itu tentulah ia suka mengerjakan amal saleh. Mustahil seseorang yang beriman tidak mengerjakannya.
Iman dan amal saleh ini menjadi sebab manusia hidup berbahagia di dunia dan di akhirat diberi balasan oleh Allah berupa surga dengan demikian mereka telah sampai ke tingkat kehidupan rohani yang paling tinggi.


10 doa mereka di dalamnya ialah:`Subhanakallahumma` (Maha Suci Engkau wahai tuhan kami.), dan salam penghormatan mereka ialah:`Salam`(Sejahtera dari segala bencana). Dan penutup doa mereka ialah:`Alhamdulillaahi Rabbil`aalamin.`(Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam)(QS. 10:10)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN, KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Yunus 10 

دَعْوَاهُمْ فِيهَا سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلَامٌ وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (10

Ayat ini menggambarkan tiga perumpamaan kehidupan orang-orang mukmin di surga nanti yang dari tiga perumpamaan itu tergambar tingkatan kehidupan rohani yang tinggi yang telah dicapai mereka. Gambaran itu ialah:
1. Doa mereka, dimulai dengan menyebut "subhanaka Allahuma".
2. Salam penghormatan mereka ialah "Salam".
3. Akhir doa mereka ialah "Alhamdulillahi Rabbil `Alamin".
Doa ialah permohonan yang dipanjatkan kepada Yang Maha Agung dengan sepenuh hati dengan kata-kata yang penuh hormat, karena merasakan keagungan tempat meminta. Pengakuan akan keagungan Allah itu diungkapkan dengan perkataan "subhanaka allahumma" (Maha Suci Engkau, Wahai Tuhan). Kalimat ini memberi pengertian bahwa Tuhan Maha Esa, hanya Dia sendirilah yang berhak disembah, yang berhak diagungkan. Setiap makhluk wajib menghambakan diri kepada-Nya selama-lamanya, baik di dunia maupun di akhirat nanti. Makhluk yang seperti inilah yang berhak memperoleh kebahagiaan dan kenikmatan yang abadi pula.
Selanjutnya diterangkan salam penghormatan mereka ialah "Salam" yang maksudnya ialah agar sejahtera dan selamat dari yang tidak disukai dan diingini. Salam penghormatan ini telah selalu pula mereka ucapkan selama hidup di dunia.
Dalam surat Al-Ahzab ayat 44 diterangkan bahwa "Salam" itu pun merupakan salam yang diucapkan oleh Allah kepada orang-orang yang beriman waktu mereka pertama kali menjumpai Allah di akhirat nanti. Allah swt. berfirman:

تَحِيَّتُهُمْ يَوْمَ يَلْقَوْنَهُ سَلَامٌ وَأَعَدَّ لَهُمْ أَجْرًا كَرِيمًا
Artinya:
Salam penghormatan kepada mereka (orang-orang mukmin itu) pada hari mereka menemui-Nya ialah "Salam", dan Dia menyediakan pahala yang mulia bagi mereka.
(Q.S. Al-Ahzab: 44)
Salam penghormatan ini pula yang diucapkan oleh para malaikat kepada mereka, waktu mereka pertama kali masuk surga.
Allah berfirman:

وَسِيقَ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ إِلَى الْجَنَّةِ زُمَرًا حَتَّى إِذَا جَاءُوهَا وَفُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلَامٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوهَا خَالِدِينَ
Artinya:
Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya dibawa ke dalam surga berombong-rombongan (pula) sehingga apabila mereka sampai ke surga itu, sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: "Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu, maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya."
(Q.S. Maryam: 62)
Dan salam penghormatan ini pulalah yang diucapkan oleh sesama orang-orang yang beriman di dalam surga. Allah swt. berfirman:

لَا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْوًا إِلَّا سَلَامًا وَلَهُمْ رِزْقُهُمْ فِيهَا بُكْرَةً وَعَشِيًّا
Artinya:
Mereka tidak mendengar perkataan yang tak berguna di dalam surga kecuali ucapan "Salam". Bagi mereka rezekinya di surga itu tiap-tiap pagi dan petang.
(Q.S. Az Zumar: 73)
Ketinggian kehidupan rohani yang dicapai oleh orang-orang yang beriman di dalam surga nanti dipahami pula dari setiap penutup doa dan permintaan yang mereka panjatkan kepada Allah swt., yaitu "Alhamdulillahi Rabbil `Alamin" (segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam). Ucapan ini pula yang diucapkan oleh orang-orang yang beriman di waktu pertama kali masuk surga. Allah berfirman:

وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي صَدَقَنَا وَعْدَهُ وَأَوْرَثَنَا الْأَرْضَ نَتَبَوَّأُ مِنَ الْجَنَّةِ حَيْثُ نَشَاءُ فَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ
Artinya:
Dan mereka mengucapkan: "Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami dan telah (memberi) kepada kami tempat ini sedang kami (diperkenankan) menempati tempat dalam surga di mana saja yang kami kehendaki. Maka surga itulah yang sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal.
(Q.S. Az Zumar: 74)
Dan ucapan ini pulalah yang diucapkan para malaikat di waktu mereka berada di sekeliling Arasy. Allah swt. berfirman:

وَتَرَى الْمَلَائِكَةَ حَافِّينَ مِنْ حَوْلِ الْعَرْشِ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْحَقِّ وَقِيلَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Artinya:
Dan kamu (Muhammad) akan melihat malaikat-malaikat berlingkar di sekeliling Arasy bertasbih sambil memuji Tuhannya dan diberi putusan di antara hamba-hamba Allah dengan adil dan diucapkan: "Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam."
(Q.S. Az Zumar: 75)
Dari ayat ini dipahami bahwa wajib atas tiap-tiap orang yang beriman menyucikan jiwanya, dan membersihkan dirinya. Cara menyucikan jiwa dan membersihkan diri itu ialah dengan beribadat kepada Allah, mengendalikan hawa nafsu dan mengarahkannya kepada mengerjakan perbuatan yang baik dan amal yang saleh. Bukanlah membersihkan diri itu dengan menggunakan perantara, seperti menjadikan perantara orang-orang yang dianggap keramat dan dan mengharapkan syafaat daripadanya. Bahkan perbuatan yang demikian itu dapat menjurus ke arah kemusyrikan. Allah swt. berfirman:

لَيْسَ بِأَمَانِيِّكُمْ وَلَا أَمَانِيِّ أَهْلِ الْكِتَابِ مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ وَلَا يَجِدْ لَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا
Artinya:
(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan ahli kitab. Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.
(Q.S. An Nisa': 123)
Tiga macam perumpamaan kehidupan rohani yang tinggi yang diperoleh oleh ahli surga itu hendaklah selalu dibiasakan dan diamalkan oleh orang-orang yang beriman selama mereka hidup di dunia agar mereka memperoleh kebahagiaan yang abadi pula.


11 Dan kalau sekiranya Allah menyegerakan kejahatan bagi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka. Maka Kami biarkan orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, bergelimang di dalam kesesatan mereka.(QS. 10:11)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN, KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Yunus 11 

وَلَوْ يُعَجِّلُ اللَّهُ لِلنَّاسِ الشَّرَّ اسْتِعْجَالَهُمْ بِالْخَيْرِ لَقُضِيَ إِلَيْهِمْ أَجَلُهُمْ فَنَذَرُ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ (11

Ayat ini menerangkan salah satu sifat dan watak manusia ialah ingin disegerakan terjadi atas dirinya sesuatu keburukan, kemudaratan dan siksa sebagaimana keinginannya disegerakan datangnya kebaikan, kemanfaatan atau pahala. Padahal mereka telah mengetahui bahwa semuanya itu terjadi atas kehendak Allah sesuai dengan hukum-hukum-Nya dan sesuai pula dengan ketetapan dan aturannya. Allah swt. berfirman:

فَهَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا سُنَّةَ الْأَوَّلِينَ فَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَبْدِيلًا وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَحْوِيلًا
Artinya:
Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya) sunah (Allah yang berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapatkan penggantian bagi sunah Allah dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunah Allah itu.
(Q.S. Fatir: 43)
Dan firman Allah swt.:

سُنَّةَ اللَّهِ الَّتِي قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلُ وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَبْدِيلًا
Artinya:
Sebagai suatu sunatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunatullah itu.
(Q.S. Al-Fath: 23)
Pada ayat-ayat Alquran yang lain dijelaskan sifat tergesa-gesa yang ada pada manusia sebagaimana firman Allah swt.:

وَيَدْعُ الْإِنْسَانُ بِالشَّرِّ دُعَاءَهُ بِالْخَيْرِ وَكَانَ الْإِنْسَانُ عَجُولًا
Artinya:
Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.
(Q.S. Al-Isra': 11)
Dan firman Allah swt.:

خُلِقَ الْإِنْسَانُ مِنْ عَجَلٍ سَأُرِيكُمْ آيَاتِي فَلَا تَسْتَعْجِلُونِ
Artinya:
Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perlihatkan kepadamu tanda-tanda (azab)-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera.
(Q.S. Al-Anbiya': 37)
Sifat tergesa-gesa ingin memperoleh kebaikan dan kesenangan pada manusia itu adalah karena keinginan mereka memperoleh sesuatu dengan segera manfaat dari sesuatu dalam waktu dekat, padahal mereka mengetahui bahwa segala sesuatu ada prosesnya. Untuk mengikuti proses satu usaha itu memerlukan keimanan yang kuat, kesabaran dan keuletan. Mustahil mereka akan mencapai suatu kesenangan, tetapi mereka tidak berusaha mencapainya dengan mengikuti jalan-jalannya.
Lain halnya dengan keinginan manusia mengalami suatu siksaan, bahaya atau malapetaka. Keinginan ini timbul karena kebodohan, kedurhakaan dan keingkaran mereka terhadap Nabi Muhammad saw. atau karena mereka ingin memperolok-olokan sesuatu yang tidak mereka inginkan itu, atau karena kemarahan dan kebencian mereka terhadap sesuatu dan sebagainya, seperti yang terjadi atas orang-orang yang putus asa dalam kehidupannya, maka ia memohon kematian atas dirinya. Demikian pula orang-orang kafir yang tidak menginginkan sesuatu yang disampaikan Rasul Allah, lalu minta bukti dengan segera mendatangkan azab kepada mereka itu.
Keinginan dan permintaan mereka itu dijawab oleh Allah dengan tegas. Seandainya Allah mau memperkenankan doa dan permintaan manusia supaya ditimpakan azab kepada mereka atau suatu malapetaka yang permintaan itu mereka ajukan semata-mata karena kebodohan atau ingin melemahkan bukti-bukti kenabian yang disampaikan kepada mereka, seperti yang pernah diminta oleh orang-orang musyrik Mekah, tentulah Allah swt. akan segera memperkenankannya, dan memperkenankan itu amat mudah bagi Allah.
Permintaan ini sering diajukan orang-orang musyrik Mekah kepada Nabi Muhammad saw. yang menyampaikan agama Allah kepada mereka. Mereka meminta yang bukan-bukan kepada Nabi, seperti meminta datangnya azab kepada mereka sebagaimana yang pernah didatangkan kepada bangsa-bangsa dahulu kala, minta datangnya kiamat dan sebagainya sebagaimana firman Allah:

وَيَسْتَعْجِلُونَكَ بِالسَّيِّئَةِ قَبْلَ الْحَسَنَةِ وَقَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِمُ الْمَثُلَاتُ وَإِنَّ رَبَّكَ لَذُو مَغْفِرَةٍ لِلنَّاسِ عَلَى ظُلْمِهِمْ وَإِنَّ رَبَّكَ لَشَدِيدُ الْعِقَابِ
Artinya:
Mereka meminta kepadamu supaya disegerakan (datangnya) siksa sebelum (mereka meminta) kebaikan padahal telah terjadi bermacam-macam contoh siksa sebelum mereka. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai ampunan (yang luas) bagi manusia sekalipun mereka lalim, dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar sangat keras siksanya.
(Q.S. Ar Ra'd: 6)
Dan firman Allah swt.:

وَيَسْتَعْجِلُونَكَ بِالْعَذَابِ وَلَوْلَا أَجَلٌ مُسَمًّى لَجَاءَهُمُ الْعَذَابُ وَلَيَأْتِيَنَّهُمْ بَغْتَةً وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ
Artinya:
"Dan mereka meminta kepadamu supaya segera diturunkan azab. Kalau tidaklah karena waktu yang telah ditetapkan, benar-benar telah datang azab kepada mereka dan azab itu benar-benar akan datang kepada mereka dengan tiba-tiba sedang mereka tidak menyadarinya.
(Q.S. Al-Ankabut: 53)
Bahkan orang-orang musyrik itu karena keingkarannya yang sangat kepada Alquran berani berdoa agar disegerakan azab atas mereka seandainya yang disampaikan Muhammad itu adalah benar.
Allah swt. berfirman:

وَإِذْ قَالُوا اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
Artinya:
Dan (ingatlah) ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata: "Ya Allah, jika betul (Alquran) ini dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih."
(Q.S. Al-Anfal: 32)
Orang-orang musyrik yang mengingkari adanya hari kiamat menantang Rasulullah agar disegerakan datangnya hari kiamat itu sebagaimana firman Allah swt.:

يَسْتَعْجِلُ بِهَا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِهَا وَالَّذِينَ آمَنُوا مُشْفِقُونَ مِنْهَا وَيَعْلَمُونَ أَنَّهَا الْحَقُّ أَلَا إِنَّ الَّذِينَ يُمَارُونَ فِي السَّاعَةِ لَفِي ضَلَالٍ بَعِيدٍ
Artinya:
Orang-orang yang tidak beriman kepada hari kiamat meminta supaya hari itu segera didatangkan dan orang-orang yang beriman merasa takut kepadanya dan mereka yakin bahwa kiamat itu adalah benar (akan terjadi). Ketahuilah bahwa sesungguhnya orang-orang yang membantah tentang terjadinya kiamat itu benar-benar dalam kesesatan yang jauh.
(Q.S. Asy Syura: 18)
Tujuan orang-orang musyrik meminta kepada Nabi Muhammad saw. agar didatangkan yang bukan-bukan itu, bukanlah karena mereka tidak percaya kepadanya tetapi semata-mata untuk membantah dan melemahkan hujah Nabi, memperolok-olokan ayat-ayat Alquran yang disampaikan kepada mereka dan untuk mengatakan kepada Nabi Muhammad saw. bahwa mereka sangat mengingkari segala macam yang disampaikan beliau kepada mereka. Adakalanya di antara mereka telah yakin dan percaya kepada Nabi saw. tetapi rasa dengki kepada Muhammad dan fanatik kepada agama nenek moyang mereka menyebabkan mereka tetap mengingkarinya.
Dari ayat ini dipahami pula jawaban Allah swt. kepada mereka bahwa Allah tidak akan memperkenankan doa dan permintaan mereka, dan tidak menghendaki kehancuran mereka seperti yang telah dialami oleh umat yang telah lalu, tetapi Allah swt. Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka. Muhammad diutus sebagai nabi dan rasul terakhir kepada seluruh manusia, dan sebagai rahmat bagi seluruh alam. Karena itu Allah swt. selalu memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat walaupun mereka tetap dalam keingkaran dan kekafirannya, biarlah mereka bergelimang dalam kesesatan mereka sampai nanti Allah swt. mengazab mereka dengan azab yang pedih.
Selain dari itu Allah tidak akan mendatangkan azab kepada mereka di dunia sebagaimana yang telah ditimpakan kepada umat-umat yang dahulu, karena seandainya Allah menimpakan azab kepada mereka, tentu mereka akan musnah semuanya, dan kemusnahan itu akan menimpa pula orang-orang yang beriman yang hidup dan berdiam di antara mereka sebagaimana firman Allah swt.:

وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللَّهُ النَّاسَ بِظُلْمِهِمْ مَا تَرَكَ عَلَيْهَا مِنْ دَابَّةٍ وَلَكِنْ يُؤَخِّرُهُمْ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
Artinya:
Jikalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatu pun dari makhluk yang melata tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan, maka apabila telah tiba waktu (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukannya.
(Q.S. An Nahl: 61)


12 Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.(QS. 10:12)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN, KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Yunus 12 

وَإِذَا مَسَّ الْإِنْسَانَ الضُّرُّ دَعَانَا لِجَنْبِهِ أَوْ قَاعِدًا أَوْ قَائِمًا فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرَّهُ مَرَّ كَأَنْ لَمْ يَدْعُنَا إِلَى ضُرٍّ مَسَّهُ كَذَلِكَ زُيِّنَ لِلْمُسْرِفِينَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (12

Pada ayat-ayat ini Allah swt. menerangkan tabiat dan watak manusia yang lain, yaitu apabila mereka ditimpa kemudaratan, musibah atau kesulitan, mereka ingat kepada Allah swt. dan berdoa kepada-Nya dalam keadaan berbaring duduk dan berdiri agar semuanya itu dihindarkan dan dihilangkan dari mereka. Sebaliknya jika bahaya kesengsaraan dan kesulitan itu telah lenyap dan mereka telah menikmati rahmat, nikmat dan karunia Allah, mereka berangsur-angsur lupa kepada Pemberi rahmat dan karunia itu, maka mereka mulai kafir kepada Allah.
Ayat ini menunjukkan kelemahan-kelemahan manusia di kala ia menerima cobaan dari Allah swt. dan menunjukkan pula ketergantungan manusia kepada rahmat dan karunia Tuhan Pencipta dan Yang Mengatur kehidupannya. Karena itu hendaklah orang-orang yang beriman mengingat-ingatnya dan jangan lupa kepada Pencipta dan Pengawasnya, baik dalam keadaan kesulitan dan bahaya maupun dalam keadaan lapang dan senang. Semuanya itu merupakan cobaan Tuhan kepada hamba-hamba-Nya untuk menguji kekuatan iman mereka. Orang-orang yang berhasil mengatasi segala cobaan yang dialaminya baik berupa kesulitan maupun berupa kesenangan, mereka itulah yang berhak memperoleh kebahagiaan abadi di dunia dan di akhirat.
Orang-orang yang melampaui batas dan orang-orang yang sesat seperti orang-orang musyrik Mekah adalah orang-orang yang telah dipalingkan hatinya oleh setan. Setan telah menjadikan mereka memandang baik perbuatan buruk yang telah mereka kerjakan, sehingga apabila bahaya telah lenyap mereka akan kembali sesat dan mendurhakai Tuhan.


13 Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan umat-umat yang sebelum kamu, ketika mereka berbuat kezaliman, padahal Rasul-Rasul mereka telah datang kepada mereka dengan membawa keterangan-keterangan yang nyata, tetapi mereka sekali-kali tidak hendak beriman. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat dosa.(QS. 10:13)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN, KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Yunus 13 

وَلَقَدْ أَهْلَكْنَا الْقُرُونَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَمَّا ظَلَمُوا وَجَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ وَمَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا كَذَلِكَ نَجْزِي الْقَوْمَ الْمُجْرِمِينَ (13

Ayat ini menurut lahirnya ditujukan kepada orang kafir Mekah yang selalu memperolok-olokan Nabi Muhammad saw., tetapi termasuk juga di dalamnya seluruh manusia yang bersikap dan bertindak seperti yang telah dilakukan orang-orang kafir Mekah itu.
Allah menegaskan dalam sumpah-Nya dalam ayat ini kepada orang kafir Mekah, bahwa umat-umat dahulu pernah dihancurkan Allah swt. seluruhnya karena kelaliman, kekafiran dan keingkaran kepada Rasul-rasul dan Nabi-nabi yang telah diutus Allah kepada mereka. Padahal Rasul-rasul dan Nabi-nabi itu telah membentangkan jalan kebenaran, yang bila mereka tempuh akan menyampaikan mereka ke tempat yang penuh bahagia.
Orang-orang dahulu pernah dibinasakan Allah, karena kelaliman mereka sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:

وَتِلْكَ الْقُرَى أَهْلَكْنَاهُمْ لَمَّا ظَلَمُوا وَجَعَلْنَا لِمَهْلِكِهِمْ مَوْعِدًا
Artinya:
Dan (penduduk) negeri itu telah kami binasakan ketika mereka berbuat lalim dan telah Kami tetapkan waktu tertentu bagi kebinasaan mereka.
(Q.S. Al-Kahfi: 59)
Allah menegaskan bahwa orang-orang lalim dan ingkar itu pasti ditimpa azab yang sangat pedih. Allah swt. berfirman:

وَإِنْ مِنْ قَرْيَةٍ إِلَّا نَحْنُ مُهْلِكُوهَا قَبْلَ يَوْمِ الْقِيَامَةِ أَوْ مُعَذِّبُوهَا عَذَابًا شَدِيدًا كَانَ ذَلِكَ فِي الْكِتَابِ مَسْطُورًا
Artinya:
Tak ada suatu negeri pun (yang durhaka penduduknya) melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam Kitab (Lohmahfuz).
(Q.S. Al-Isra': 58)
Ada dua macam azab yang pernah ditimpakan Allah swt. kepada orang-orang dahulu karena keingkaran dan kelaliman mereka yaitu:
1. Dengan memusnahkan seluruh mereka yang mendustakan Rasul dan yang berbuat lalim itu, seperti yang pernah ditimpakan-Nya kepada kaum `Ad, Samud, kaum Nuh dan sebagainya.
2. Mendatangkan azab berupa kerusakan, kekacauan dalam masyarakat dan sebagainya sebagaimana firman Allah swt.:

وَكَمْ قَصَمْنَا مِنْ قَرْيَةٍ كَانَتْ ظَالِمَةً وَأَنْشَأْنَا بَعْدَهَا قَوْمًا آخَرِينَ
Artinya:
Dan berapa banyaknya (penduduk) negeri yang lalim yang telah Kami binasakan, dan Kami adakan sesudah mereka itu kaum yang lain (sebagai penggantinya).
(Q.S. Al-Anbiya': 11)
Kerusakan dan kekacauan dalam masyarakat itu terjadi ialah karena banyaknya pribadi-pribadi yang telah rusak, kemewahan yang berlebihan, suka hidup berfoya-foya memperturutkan syahwat dan hawa nafsu, kerusakan akhlak dan sebagainya yang mengakibatkan golongan yang lemah di antara mereka berada di bawah kekuasaan golongan yang kuat. Akan tetapi jika mereka mendustakan Rasul yang membawa keterangan dan petunjuk dan mereka tidak mempunyai kesediaan lagi dalam diri mereka untuk menerima ajaran yang dibawa Rasul-rasul itu karena telah terbiasa berlaku lalim, kafir dan hidup mementingkan kesenangan duniawi itu, sehingga iman mereka tidak dapat diharapkan sedikit pun lagi, maka Allah menghancurkan dan memusnahkan mereka.
Demikianlah Allah swt. memberikan balasan kepada orang-orang yang lalim dan mengerjakan perbuatan dosa, yaitu ada kalanya menghancurkannya sekaligus, atau mendatangkan azab berupa kerusakan dan kehancuran dalam masyarakat mereka. Hal ini merupakan peringatan-peringatan keras dari Allah kepada orang-orang musyrik Mekah yang mendustakan Rasulullah saw.


Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Yunus 13

وَلَقَدْ أَهْلَكْنَا الْقُرُونَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَمَّا ظَلَمُوا وَجَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ وَمَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا كَذَلِكَ نَجْزِي الْقَوْمَ الْمُجْرِمِينَ (13

(Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan umat-umat) generasi-generasi (yang sebelum kalian) hai penduduk Mekah (ketika mereka berbuat kelaliman) yaitu dengan melakukan kemusyrikan (padahal) sungguh (telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa keterangan-keterangan yang nyata) bukti-bukti yang menunjukkan kebenaran risalah mereka (tetapi mereka sekali-kali tidak hendak beriman) kalimat ayat ini di'athafkan pada lafal lammaa zhalamuu. (Demikianlah) seperti yang telah Kami binasakan mereka (Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat dosa) yaitu orang-orang kafir.


14 Kemudian Kami jadikan kamu pengganti pengganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat.(QS. 10:14)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN, KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Yunus 14

ثُمَّ جَعَلْنَاكُمْ خَلَائِفَ فِي الْأَرْضِ مِنْ بَعْدِهِمْ لِنَنْظُرَ كَيْفَ تَعْمَلُونَ (14)

Setelah umat-umat yang terdahulu hancur, maka Allah mengganti dengan umat Muhammad saw., umat yang mengikuti agama Islam, agama yang membawa manusia kepada kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Ayat ini merupakan berita gembira bagi pengikut-pengikut Nabi Muhammad saw. yang sedang mendapat tekanan dan siksaan orang-orang musyrik Mekah waktu itu. Dengan ayat ini mereka bertambah yakin akan kebenaran agama Islam dan bertambah yakin pula bahwa perjuangan mereka berhasil dengan kemenangan.
Janji Allah swt. ini sesuai pula dengan firman-Nya: 
 
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Artinya:
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.
(Q.S. An Nur: 55)
Ayat ini merupakan peringatan pula bagi kaum Muslimin agar selalu meneliti dan berhati-hati tentang apa yang akan mereka lakukan dan mengingatkan akan tugas-tugas yang diberikan Allah swt. kepada manusia sebagai khalifah Allah di bumi.
Di antara tugas khalifatullah fil ardi ialah menegakkan hak dan keadilan di muka bumi, membersihkan alam ini dari perbuatan najis, syirik, fasik serta meninggikan kalimat Allah. Allah akan memperhatikan dan mencatat semua perbuatan manusia dalam melaksanakan tugasnya itu, apakah sesuai dengan yang diperintahkan-Nya atau tidak sebagaimana firman-Nya:
 
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا
Artinya:
Dan Dialah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa dan adalah Arasy-Nya di atas air agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya.
(Q.S. Hud: 7)
Sehubungan dengan ayat ini Qatadah berkata: "Tuhan kita telah berbuat yang benar. Dia menjadikan kita sebagai khalifah di muka bumi, tidak lain hanyalah untuk melihat amal-amal kita, maka perlihatkanlah kepada Allah amalan-amalan kamu yang baik di malam dan di siang hari." (Tafsir Al-Maragi, juz XI, hal. 77)


15 Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata:` Datangkanlah Al quran yang lain dari ini atau gantilah dia `. Katakanlah:` Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikut kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat) `.(QS. 10:15)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN, KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Yunus 15 

وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ قَالَ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا ائْتِ بِقُرْآنٍ غَيْرِ هَذَا أَوْ بَدِّلْهُ قُلْ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أُبَدِّلَهُ مِنْ تِلْقَاءِ نَفْسِي إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَى إِلَيَّ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ (15

Maksud ayat ini ialah apabila kamu (Muhammad) membacakan kepada orang musyrik ayat-ayat Alquran yang diturunkan kepadamu yang mempunyai keindahan bahasa dan isi yang tinggi, yang menunjukkan segala macam kebenaran berdasar alasan-alasan dan bukti-bukti yang kuat, maka mereka akan mengatakan: "Datangkanlah kitab yang lain selain Alquran ini untuk kami yang berisi hal-hal yang tidak bertentangan dengan kepercayaan yang telah kami anut yang tidak mencela tuhan dan sembahan-sembahan kami yang bertentangan dengan adat kebiasaan kami dan tidak mengharamkan apa yang telah kami halalkan.
Dengan permintaan itu mereka bermaksud untuk mematahkan hujah yang dikemukakan Nabi Muhammad saw. Mereka mengharapkan agar Muhammad saw. bersedia mengabulkan permintaan mereka. Jika Muhammad mengabulkan permintaan mereka berarti mereka telah dapat melemahkan alasan-alasan yang dibenarkan oleh Muhammad sendiri. Maka Allah swt. mengajarkan kepada Muhammad saw. agar dia mengatakan kepada mereka bahwa Alquran itu dari Allah, bukan dari dia sendiri. Jika ia merubah dan menukarkannya, berarti Alquran itu buatannya sendiri bukan dari Allah. Tetapi jawaban yang mereka terima adalah berlawanan dengan harapan mereka, bahkan bernada ancaman dan peringatan yang keras yang menyatakan bahwa karena keingkaran mereka yang sangat itu, maka mereka tidak layak lagi menerima ajaran-ajaran Allah melainkan azab Allahlah yang mereka terima. Nabi saw. menyatakan bahwa tidak layak menukar atau mengganti ayat-ayat Alquran. Ayat-ayat Alquran itu adalah firman Allah bukan perkataannya karena itu yang berhak mengganti atau merubahnya hanyalah Allah sendiri. Dia hanya seorang rasul utusan Allah karena itu yang ia ikuti hanyalah wahyu yang telah diturunkan Allah kepadanya. Ia tidak akan mengikuti yang selain dari itu. Ia yakin dan percaya bahwa jika ia memperturutkan hawa nafsu dan permintaan orang-orang musyrik itu, berarti ia telah durhaka kepada Allah, yaitu telah mendustakan kalam Allah, mengingkari adanya hari kebangkitan dan sebagainya. Perbuatan yang demikian itu diancam Allah swt. dengan azab yang pedih.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Yunus 15 

وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ قَالَ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا ائْتِ بِقُرْآنٍ غَيْرِ هَذَا أَوْ بَدِّلْهُ قُلْ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أُبَدِّلَهُ مِنْ تِلْقَاءِ نَفْسِي إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَى إِلَيَّ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ (15

(Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami) yakni Alquran (yang nyata) yang jelas; lafal bayyinaatin kedudukannya menjadi hal atau kata keterangan keadaan (orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata) mereka adalah orang-orang yang tidak takut akan adanya hari pembalasan ("Datangkanlah Alquran yang lain dari ini) yang isinya tidak mengandung celaan kepada tuhan-tuhan kami (atau gantilah dia.") dengan buatanmu sendiri (Katakanlah,) kepada mereka ("Tidaklah pantas) tidak layak (bagiku menggantinya dari pihak) berdasarkan kemauan (diriku sendiri. Aku tidak) tiada lain (hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Rabbku) oleh sebab menggantikan Alquran (kepada siksa hari yang besar.") yaitu hari kiamat.


16 Katakanlah:` Jikalau Allah menghendaki, niscaya aku tidak membacakannya kepadamu dan Allah tidak (pula) memberitahukannya kepadamu. Sesungguhnya aku telah tinggal bersamamu beberapa lama sebelumnya. Maka apakah kamu tidak memikirkannya? `(QS. 10:16)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN, KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Yunus 16

قُلْ لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا تَلَوْتُهُ عَلَيْكُمْ وَلَا أَدْرَاكُمْ بِهِ فَقَدْ لَبِثْتُ فِيكُمْ عُمُرًا مِنْ قَبْلِهِ أَفَلَا تَعْقِلُونَ (16

Pada ayat ini Allah swt. mengajarkan jawaban yang akan disampaikan Nabi Muhammad saw. kepada orang-orang musyrik yang mengingkari Alquran itu, yaitu katakanlah hai Muhammad kepada orang-orang yang musyrik: "Jika Allah berkehendak aku tidak akan membacakannya. Aku membacakan Alquran itu kepadamu semata-mata atas perintah Allah dan kehendak-Nya. Seandainya Allah tidak berkehendak menyampaikan Alquran itu kepadamu tentunya Dia tidak akan mengutusku kepadamu, sehingga Alquran yang mengandung petunjuk-petunjuk untuk kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat ini tidak akan sampai kepadamu. Allah swt. berfirman:

وَلَقَدْ جِئْنَاهُمْ بِكِتَابٍ فَصَّلْنَاهُ عَلَى عِلْمٍ هُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Artinya:
Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Alquran) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.
(Q.S. Al-A'raf: 52)
Ayat ini menegaskan bahwa Allah swt. telah menurunkan Alquran kepada Nabi Muhammad saw. yang berisi petunjuk bagi kemaslahatan hidup di dunia dan di akhirat, serta menegaskan bahwa Muhammad saw. adalah utusan Allah yang menyampaikan petunjuk itu kepada manusia.
Sebagai bukti kebenaran wahyu yang telah disampaikan itu, maka Allah swt. memerintahkan kepada Nabi saw. agar mengatakan kepada orang musyrik itu: "Aku telah berdiam dan bergaul bersama kamu sekalian lebih dari 40 tahun. Kamu semua telah mengetahui pula sifat-sifat, watak dan kepribandianku, telah mengetahui pula akhlak dan tingkah lakuku, sikap dan keadilanku terhadap kamu semua. Selama itu pula kamu semua mengetahui bahwa aku tidak pernah membaca suatu kitab pun karena aku tidak pandai membaca, aku tidak pernah belajar kepada seorang pun dan tidak pula menyampaikan perkataan yang sama nilainya dengan ayat-ayat Alquran itu. Karena itu pikirkanlah benar-benar, apakah aku mungkin mengadakan kebohongan sebagaimana dugaanmu itu. Kenapa kamu semua meminta kepadaku untuk mengganti ayat-ayat Alquran dengan yang lain?"
Sebagaimana diketahui bahwa tiap-tiap rasul yang diutus Allah swt. kepada kaumnya diberi keistimewaan-keistimewaan oleh Allah swt. sebelum diangkat menjadi rasul, seperti Musa a.s. diberi hikmah dan ilmu di saat-saat ia berumur antara 30 dan 40 tahun, di waktu akalnya telah sempurna sebagaimana firman Allah swt.:

وَلَمَّا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَاسْتَوَى آتَيْنَاهُ حُكْمًا وَعِلْمًا وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
Artinya:
Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya Kami berikan kepadanya hikmah (kenabian) dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami beri balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
(Q.S. Al-Qasas: 14)
Demikian pula Yusuf a.s. telah diberi oleh Allah swt. hikmah dan pengetahuan di saat ia mencapai umur dewasa sebelum diangkat menjadi rasul (lihat surah Yunus: 22) seperti ilmu menakbirkan mimpi dan sebagainya.
Nabi Isa a.s. sebelum diangkat menjadi rasul di waktu kecil dalam buaian telah pandai berbicara, dilahirkan tanpa bapak, diberi Al-Kitab dan Al-Hikmah. (Lihat surah Ali Imran: 46, 47, dan 48)
Mengenai Nabi Muhammad saw., beliau telah diberi Allah keistimewaan sebagaimana keistimewaan yang telah diberikan-Nya kepada Nabi-nabi dan Rasul-rasul terdahulu, tetapi beliau diberi keistimewaan yang lain, yaitu keistimewaan yang langsung dirasakan, diyakini dan diketahui oleh seluruh anggota masyarakat Mekah pada waktu itu. Seluruh penduduk Mekah menganggap beliau sebagai seorang kepercayaan yang benar-benar dapat dipercayai, ia dipandang sebagai seorang yang adil dalam menetapkan keputusan, tidak berat sebelah.
Sebagai contoh ialah kebijaksanaan beliau memberi keputusan kepada kabilah-kabilah Quraisy yang meminta beliau memberikan keputusan tentang siapa yang berhak meletakkan kembali Hajarul Aswad ke tempatnya semula. Diceritakan bahwa pemuka-pemuka Quraisy membersihkan dan memperbaiki Kakbah karena itu mereka mengeluarkan Hajarul Aswad dari tempatnya. Setelah Kakbah itu selesai dibersihkan dan diperbaiki, mereka ingin meletakkan kembali Hajarul Aswad ke tempatnya. Para kepala suku kabilah berbeda pendapat dalam menetapkan siapa yang paling berhak meletakkan kembali ke tempatnya itu. Masing-masing kepala kabilah merasa berhak sehingga terjadilah perdebatan dan perselisihan yang hampir menimbulkan pertumpahan darah di antara mereka. Maka salah seorang di antara mereka meminta Muhammad memberikan keputusannya tentang siapa yang lebih berhak meletakkan Hajarul Aswad itu kembali. Apa saja keputusannya akan diikuti. Permintaan orang itu disetujui oleh kepala-kepala kabilah, dan Muhammad bersedia pula memenuhi permintaan mereka. Beliau mengambil sehelai kain dan meletakkan Hajarul Aswad di atasnya, kemudian disuruhnya masing-masing kepala kabilah memegang tepi kain itu dan bersama-sama mengangkatnya, lalu beliau meletakkan Hajarul Aswad di tempatnya semula. Keputusan beliau ini diakui oleh kepala-kepala kabilah sebagai suatu keputusan yang adil dan tepat.
Orang-orang Mekah sangat percaya kepada beliau, karena kepercayaan itu beliau digelari "Al-Amin" (orang kepercayaan). Karena kepercayaan itu pula Khadijah mempercayakan dagangannya kepada beliau yang akhirnya Khadijah menjadi istri beliau. Beliau diakui oleh orang-orang Mekah sebagai orang yang berakhlak mulia, kuat kepribadiannya, disegani dan sebagainya. Setelah beliau diangkat menjadi rasul beliau menyampaikan ayat-ayat Alquran kepada mereka serta mengajak mereka untuk masuk agama Islam, tiba-tiba mereka menuduh Muhammad sebagai seorang pembohong, seorang yang mengganggu ketenteraman umum dan orang yang merubah dan merusak kepercayaan serta adat-istiadat yang telah mereka warisi dari nenek moyang mereka sejak dahulu. Karena kebencian mereka kepada Muhammad, mereka tidak ingat lagi akan sikap dan kepercayaan mereka terhadapnya. Inilah yang dimaksud Allah dengan firman-Nya di atas yang artinya: "Sesungguhnya aku telah tinggal bersamamu beberapa lama sebelumnya."

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Yunus 16 

قُلْ لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا تَلَوْتُهُ عَلَيْكُمْ وَلَا أَدْرَاكُمْ بِهِ فَقَدْ لَبِثْتُ فِيكُمْ عُمُرًا مِنْ قَبْلِهِ أَفَلَا تَعْقِلُونَ (16

(Katakanlah, "Jika Allah menghendaki, niscaya aku tidak membacakannya kepada kalian dan aku tidak pula memberitahukan kepada kalian) mengajarkan kepada kalian (mengenainya) huruf laa di sini bermakna nafi atau meniadakan, kemudian diathafkan kepada nafi yang sebelumnya. Menurut qiraat yang lain dianggap sebagai lam yang menjadi jawab daripada huruf lau, dengan demikian berarti niscaya aku akan mengajarkannya kepada kalian dengan bahasa yang bukan bahasaku (Sesungguhnya aku telah tinggal) diam (bersama dengan kalian beberapa lama) yaitu empat puluh tahun (sebelumnya.") selama itu aku belum pernah menceritakan sesuatu kepada kalian (Maka apakah kalian tidak memikirkannya?) bahwasanya Alquran itu bukanlah buatanku sendiri.


17 Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya, tiadalah beruntung orang-orang yang berbuat dosa.(QS. 10:17)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN, KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Yunus 17 

فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْمُجْرِمُونَ (17

Ayat ini menerangkan orang yang paling lalim di sisi Allah ialah:
1. Orang-orang yang mengadakan kedustaan terhadap Allah, seperti yang telah dilakukan orang-orang musyrik karena keingkaran mereka, yaitu meminta Rasulullah menukar ayat-ayat Alquran dengan perkataan yang lain yang tidak bertentangan dengan kepercayaan mereka.
2. Orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah. Ayat ini memberi peringatan bahwa orang-orang yang melakukan salah satu dari perbuatan yang paling lalim itu adalah orang yang pantas mendapat kemurkaan Allah dan siksa-Nya, mereka telah berbuat dosa, mereka tidak akan memperoleh keberuntungan dengan perbuatan-perbuatan itu. Karena itu hendaklah orang-orang yang beriman menjaga dirinya agar jangan sampai melakukan perbuatan-perbuatan tersebut.


Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Yunus 17

فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْمُجْرِمُونَ (17

(Maka siapakah) artinya, tiada seorang pun (yang lebih lalim daripada orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah) yaitu dengan melakukan kemusyrikan terhadap Allah (atau mendustakan ayat-ayat-Nya?) yakni Alquran. (Sesungguhnya) pada kenyataannya (tiadalah beruntung) tiadalah berbahagia (orang-orang yang berbuat dosa) yaitu orang-orang musyrik.


18 Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata:` Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah `. Katakanlah:` Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya di langit dan tidak (pula) di bumi? `Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu).(QS. 10:18)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN, KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Yunus 18 

وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ (18

Pada ayat terdahulu Allah swt. menerangkan permintaan orang-orang musyrikin kepada Nabi Muhammad saw. agar menukar atau mengganti ayat-ayat Alquran yang bertentangan dengan kepercayaan mereka dan yang mencela sembahan-sembahan mereka dengan ayat yang tidak menentang dan mencelanya, maka pada ayat ini Allah menerangkan kebodohan orang-orang musyrik yang menyembah patung dan berhala yang tidak dapat memberi mudarat dan tidak pula memberi manfaat sedikit pun bahkan mereka menyatakan bahwa berhala-berhala itu dapat memberi syafaat kepada mereka. Ayat ini menerangkan bentuk kepercayaan orang-orang Arab Jahiliah. Mereka menyembah berhala di samping menyembah Allah, karena mereka percaya bahwa patung-patung dan berhala-berhala itu dapat memberi manfaat kepada mereka sebagaimana pula ia dapat memberi mudarat, jika mereka melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan kemarahannya. Padahal jika mereka pikirkan benar-benar bahwa patung itu adalah benda mati yang dibuat oleh tangan mereka sendiri, karena itu berhala-berhala itu tidak akan dapat menimbulkan mudarat atau manfaat kepada sesuatu pun tentulah mereka tidak akan menyembahnya. Yang berhak disembah itu ialah Yang Maha Kuasa lagi Maha Pencipta.
Orang-orang Arab pada masa jahiliah menganut bermacam-macam agama dan kepercayaan serta mempunyai beberapa cara dalam melakukan ibadat kepada sembahan-sembahan mereka itu. Tetapi semua kepercayaan itu mempercayai bahwa Tuhan itu banyak bukan Esa atau dengan perkataan lain mereka mempersekutukan Allah dengan yang lain. Di antara mereka ada pula yang memeluk agama Yahudi seperti sebagian penduduk Madinah dan sebagian penduduk Yaman, dan ada pula yang memeluk agama Nasrani seperti penduduk Gassan dan penduduk Najran, demikian pula segolongan suku Aus dan Khazraj yang tinggal di daerah yang berbatasan dengan Khaibar, Kuraizah dan Bani Nadir.
Di antara mereka ada pula yang beragama Sabiin, yaitu mereka yang telah keluar dari agama yang mereka anut dan ada pula di antara mereka yang tidak percaya kepada adanya hari kebangkitan.
Kemudian Allah menerangkan sikap orang-orang Arab terhadap berhala-berhala, di antaranya ada yang mengatakan: "Kami percaya bahwa berhala itu tidak dapat mendatangkan kemudaratan dan manfaat tetapi kami percaya bahwa sembahan-sembahan itulah yang akan menjadi perantara bagi kami untuk memohonkan syafaat bagi kami di sisi Allah, dan itulah jalan yang terdekat."
Karena itulah kami bernazar, menyembelih kurban dan berdoa kepada sembahan-sembahan itu dan menyebut nama-namanya. Dengan melakukan yang demikian kami merasa bertambah dekat kepada Allah.
Diriwayatkan oleh Ikrimah bahwa Nadar bin Haris pernah berkata: "Apabila hari telah kiamat, maka Lata dan Uzza akan memberi syafaat kepadaku."
Dari keterangan di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa pokok dari kepercayaan Arab jahiliah ialah bahwa sekali pun mereka mempercayai bahwa Tuhan Maha Pencipta itu ada, tetapi dalam hubungan antara Tuhan dan manusia itu memerlukan perantara (wasilah) yang akan menyampaikan permohonan manusia kepada Tuhannya. Kemudian Allah swt. memerintahkan agar Nabi Muhammad saw. menyampaikan kepada orang-orang musyrik itu sesuatu yang dapat membuktikan kebohongan mereka itu dan sesuatu yang dapat membantah perkataan mereka, yaitu: "Apakah kamu mengabarkan kepada Allah sesuatu yang tidak diketahui-Nya, yaitu bahwa ada pemberi syafaat di langit dan di bumi yang dapat memberikan syafaat itu sebagai perantara antara Allah dan makhluk-Nya padahal seandainya ada tentu Allah mengetahuinya. Tidak ada sesuatu pun di langit dan di bumi yang tidak diketahui Allah, ada dan tidak adanya sesuatu semata-mata menurut kehendak Allah, apalagi syafaat itu hanya diberikan semata-mata dengan izin Allah dan hanya diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
Bahkan Rasulullah saw. tidak sanggup menarik kemanfaatan untuk dirinya, begitu pula menolak kemudaratan kecuali dengan izin Allah sebagai firman Allah swt.:

قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ
Artinya:
Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudaratan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang gaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudaratan."(Q.S. Al-A'raf: 188) 

Akhir ayat ini menerangkan kemahasucian Allah, Tuhan semesta alam dari persekutuan sebagai yang dikatakan orang-orang musyrik itu.
Ayat ini mengisyaratkan bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan hanyalah diterangkan dengan perantaraan wahyu yang disampaikan kepada Rasul-Nya, demikian pula segala sesuatu itu diketahui Allah baik yang tersembunyi maupun yang nyata.


Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Yunus 18

وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ (18

(Dan mereka menyembah selain daripada Allah) (apa yang tidak dapat mendatangkan kemudaratan) jika mereka tidak menyembahnya (dan tidak pula kemanfaatan) jika mereka menyembahnya, yang dimaksud adalah berhala-berhala yang mereka sembah itu (dan mereka berkata,) tentang berhala-berhala itu ("Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah." Katakanlah) kepada mereka ("Apakah kalian mengabarkan kepada Allah) menceritakan kepada-Nya (apa yang tidak diketahui-Nya di langit dan tidak pula di bumi?") Istifham atau kata tanya di sini mengandung makna ingkar, karena seandainya Dia mempunyai sekutu niscaya Dia akan mengetahui sekutunya itu karena sesungguhnya tiada sesuatu pun yang samar bagi-Nya. (Maha Suci Allah) dari hal-hal yang tidak layak bagi-Nya (dan Maha Tinggi daripada apa yang mereka persekutukan itu) bersama Allah.


19 Manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih. Kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu, pastilah telah diberi keputusan di antara mereka, tentang apa yang mereka perselisihkan itu.(QS. 10:19)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN, KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Yunus 19 

وَمَا كَانَ النَّاسُ إِلَّا أُمَّةً وَاحِدَةً فَاخْتَلَفُوا وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ فِيمَا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ (19

Yang dimaksud satu agama di sini ialah satu kepercayaan, yaitu percaya kepada Allah Yang Maha Esa, karena manusia waktu dilahirkan ke dunia telah menganut kepercayaan tauhid sebagai fitrah kejadiannya, seperti sabda Nabi Muhammad saw.:

كل مولود يولد على الفطرة فأبواه يهودانه وينصرانه ويمجسانه
Artinya:
Tiap anak yang lahir itu dilahirkan dalam keadaan fitrah (murni), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani atau Majusi.
(H.R. Abu Ya'la, Tabrani, dan Baihaqi dari Aswad bin Sari)
Mereka hidup sederhana dalam satu kesatuan, seakan-akan mereka satu keluarga akan tetapi setelah mereka berkembang biak, maka terjadilah suku-suku dan bangsa-bangsa yang berbeda-beda kepentingan dan kemaslahatannya. Karena hawa nafsu, mereka pun berselisih. Oleh karena itu Allah swt. mengutus kepada mereka para rasul yang menyampaikan petunjuk Allah untuk menghilangkan perselisihan dan perbedaan pendapat di antara mereka. Para Rasul itu membawa kitab yang berisi wahyu Allah. Kemudian berselisih pula tentang kitab yang telah diturunkan Allah itu, sehingga terjadilah permusuhan dan pertarungan di antara mereka.
Sebagian mufassir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan "manusia" dalam ayat ini ialah orang Arab. Mereka dahulu adalah pengikut-pengikut agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim, agama yang mengakui keesaan Allah. Kemudian masuklah unsur syirik kepada kepercayaan mereka itu, sehingga sebagian mereka menyembah berhala di samping mereka menyembah Allah dan sebagian masih tetap menganut agama Nabi Ibrahim. Terjadilah perselisihan antara kedua golongan itu.
Jika diperhatikan antara kedua pendapat ini tidak ada perbedaan pokok. Karena pendapat pertama adalah sifatnya umum meliputi seluruh manusia yang ada di dunia, sedangkan pendapat kedua adalah khusus untuk orang Arab saja, tetapi tidak menutup kemungkinan berlakunya untuk semua manusia.
Selanjutnya Allah mengancam dengan ancaman yang sangat keras dengan menyatakan bahwa seandainya belum ditetapkan oleh Allah dahulu untuk memberikan pembalasan yang setimpal dan adil di akhirat nanti, maka Allah akan segera membinasakan di dunia ini orang-orang yang berselisih itu yang membawa perpecahan dan permusuhan, apalagi perselisihan mereka itu tentang Kitab Allah yang diturunkan-Nya untuk menghilangkan perselisihan.


Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Yunus 19 

وَمَا كَانَ النَّاسُ إِلَّا أُمَّةً وَاحِدَةً فَاخْتَلَفُوا وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ فِيمَا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ (19

(Manusia dahulunya hanyalah satu umat) satu agama yaitu agama Islam, sejak dari zaman Nabi Adam sampai dengan zaman Nabi Nuh. Menurut pendapat yang lain dikatakan mulai dari zaman Nabi Ibrahim sampai dengan zamannya Amr bin Luhay (kemudian mereka berselisih) disebabkan sebagian daripada mereka tetap iman sedangkan sebagian yang lainnya kafir. (Kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Rabbmu dahulu) dengan menangguhkan pembalasan hingga hari kiamat (pastilah diberi keputusan di antara mereka) yaitu di antara manusia di dunia (tentang apa yang mereka perselisihkan itu) dalam masalah agama, yaitu dengan mengazab orang-orang kafir.


20 Dan mereka berkata:` Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu keterangan (mukjizat) dari Tuhannya? `Maka katakanlah:` Sesungguhnya yang ghaib itu kepunyaan Allah; sebab itu tunggu (sajalah) olehmu, sesungguhnya aku bersama kamu termasuk orang-orang yang menunggu.(QS. 10:20)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN, KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Yunus 20

وَيَقُولُونَ لَوْلَا أُنْزِلَ عَلَيْهِ آيَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَقُلْ إِنَّمَا الْغَيْبُ لِلَّهِ فَانْتَظِرُوا إِنِّي مَعَكُمْ مِنَ الْمُنْتَظِرِينَ (20)

Setelah Allah swt. mengisahkan keingkaran orang-orang musyrik terhadap wahyu yang diturunkan kepada Muhammad seorang manusia biasa tidak kepada malaikat, dan Allah mematahkan alasan yang mereka kemukakan untuk menguatkan kemusyrikannya, mereka meminta agar Rasulullah saw. mengganti ayat-ayat Alquran dengan ayat-ayat yang tidak menyinggung dan membatalkan kepercayaan mereka, maka pada ayat ini Allah mengisahkan macam yang lain dari tuntutan orang-orang musyrik kepada Nabi, yaitu mereka minta bukti atas kerasulan Muhammad saw. dengan mendatangkan tanda-tanda alam selain dari Alquran.
Orang-orang musyrik mengatakan, kenapa tidak diturunkan kepada Muhammad tanda-tanda kerasulannya yang berhubungan dengan alam ini, seperti yang pernah diturunkan kepada Nabi-nabi sebelumnya, seperti angin topan Nabi Nuh, membelah laut untuk Nabi Musa a.s. dan sebagainya. Permintaan dan keheranan mereka itu dilukiskan dalam firman Allah swt. sebagai berikut: 
 
وَقَالُوا مَالِ هَذَا الرَّسُولِ يَأْكُلُ الطَّعَامَ وَيَمْشِي فِي الْأَسْوَاقِ لَوْلَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مَلَكٌ فَيَكُونَ مَعَهُ نَذِيرًا أَوْ يُلْقَى إِلَيْهِ كَنْزٌ أَوْ تَكُونُ لَهُ جَنَّةٌ يَأْكُلُ مِنْهَا وَقَالَ الظَّالِمُونَ إِنْ تَتَّبِعُونَ إِلَّا رَجُلًا مَسْحُورًا
Artinya:
Dan mereka berkata: "Mengapa Rasul itu memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar? Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang malaikat agar malaikat itu memberikan peringatan bersama-sama dengan dia? Atau (mengapa tidak) diturunkan kepadanya perbendaharaan, atau (mengapa tidak) ada kebun baginya yang dia dapat makan dari (hasil)nya?" Dan orang-orang yang lalim itu berkata: "Kamu sekalian tidak lain hanyalah mengikuti seorang lelaki yang kena sihir."
(Q.S. Al-Furqan: 7, 8)
Bahkan mereka meminta kebun-kebun yang indah-indah yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, atau azab dengan menjatuhkan langit, atau rumah dari emas sebagai bukti kenabian Muhammad sebagaimana firman Allah swt.:
 
وَقَالُوا لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى تَفْجُرَ لَنَا مِنَ الْأَرْضِ يَنْبُوعًا أَوْ تَكُونَ لَكَ جَنَّةٌ مِنْ نَخِيلٍ وَعِنَبٍ فَتُفَجِّرَ الْأَنْهَارَ خِلَالَهَا تَفْجِيرًا أَوْ تُسْقِطَ السَّمَاءَ كَمَا زَعَمْتَ عَلَيْنَا كِسَفًا أَوْ تَأْتِيَ بِاللَّهِ وَالْمَلَائِكَةِ قَبِيلًا أَوْ يَكُونَ لَكَ بَيْتٌ مِنْ زُخْرُفٍ أَوْ تَرْقَى فِي السَّمَاءِ وَلَنْ نُؤْمِنَ لِرُقِيِّكَ حَتَّى تُنَزِّلَ عَلَيْنَا كِتَابًا نَقْرَؤُهُ
Artinya:
Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga kamu memancarkan mata air dari bumi untuk kami, atau kamu mempunyai sebuah kebun kurma dan anggur, lalu kamu alirkan sungai-sungai di celah kebun yang deras alirannya, atau kamu jatuhkan langit berkeping-keping atas kami sebagaimana kamu katakan atau kamu datangkan Allah dan malaikat-malaikat berhadapan muka dengan kami. Atau kamu mempunyai sebuah rumah dari emas, atau kamu naik ke langit. Dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kenaikanmu itu, hingga kamu turunkan atas kami sebuah kitab yang kami baca."
(Q.S. Al-Isra': 90-93)
Maka Allah swt. mengajarkan kepada Nabi Muhammad jawaban dari permintaan orang-orang musyrik itu sebagai tersebut dalam firman-Nya:
 
وَمَا مَنَعَنَا أَنْ نُرْسِلَ بِالْآيَاتِ إِلَّا أَنْ كَذَّبَ بِهَا الْأَوَّلُونَ وَآتَيْنَا ثَمُودَ النَّاقَةَ مُبْصِرَةً فَظَلَمُوا بِهَا وَمَا نُرْسِلُ بِالْآيَاتِ إِلَّا تَخْوِيفًا
Artinya:
Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami) melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu. Dan telah Kami berikan kepada Samud unta betina itu (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat tetapi mereka menganiaya unta betina itu. Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti.
(Q.S. Al-Isra': 59)
Dalam pada itu, tiap-tiap rasul yang diutus Allah diberi-Nya mukjizat untuk menguatkan risalahnya, tetapi mukjizat yang diberikan itu berbeda-beda disesuaikan dengan keadaan dan tempat umat yang akan menerima risalah itu. Khusus Nabi Muhammad saw. diberikan mukjizat berupa Alquranul Karim, dan mukjizat itu sesuai dengan tingkat pengetahuan orang-orang Arab dan manusia yang hidup sesudahnya. Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda:

ما من نبي إلا وقد أعطي من الآيات ما مثله آمن عليه البشر، وإنما كان الذي أوتيته وحيا أوحاه الله إلي فأرجو أن أكون أكثرهم تابعا يوم القيامة
Artinya:
Tidak ada seorang nabi (yang diutus Allah), kecuali Dia memberinya mukjizat-mukjizat yang telah beriman kepadanya manusia. Yang diberikan kepadaku tidak lain adalah wahyu yang telah diwahyukan Allah kepadaku. Maka aku mengharapkan agar akulah di antara mereka yang paling banyak pengikutnya di hari kiamat.
(H.R. Bukhari, Muslim, Tirmizi dari Abu Hurairah)
Pada akhir ayat ini Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw. agar memberi peringatan yang keras kepada orang-orang musyrik itu: Katakanlah kepada mereka hai Muhammad, barang yang gaib itu hanyalah Allah yang menguasainya, hanya Dialah yang memilikinya, termasuk di dalamnya mukjizat-mukjizat yang kamu minta itu. Jika Allah berkehendak menurunkannya kepadamu, maka Dia sendirilah yang mengetahui waktu turunnya. Aku hanyalah seorang rasul yang bertugas menyampaikan agama tidak mengetahui selain yang diwahyukan kepadaku. Karena itu tunggulah ketetapan Allah atas dirimu sebagaimana aku pun termasuk orang-orang yang menunggu pula datangnya ketetapan itu."
Hal ini diikutkan oleh firman Allah swt.:
 
قُلْ مَا كُنْتُ بِدْعًا مِنَ الرُّسُلِ وَمَا أَدْرِي مَا يُفْعَلُ بِي وَلَا بِكُمْ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَى إِلَيَّ وَمَا أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ مُبِينٌ
Artinya:
Katakanlah: "Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan."
(Q.S. Al-Ahqaf: 9)
Apa yang dinantikan Muhammad saw. dan apa pula yang mereka nantikan diterangkan Allah pada ayat 102 surah ini.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Yunus 20 

وَيَقُولُونَ لَوْلَا أُنْزِلَ عَلَيْهِ آيَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَقُلْ إِنَّمَا الْغَيْبُ لِلَّهِ فَانْتَظِرُوا إِنِّي مَعَكُمْ مِنَ الْمُنْتَظِرِينَ (20

(Dan mereka berkata,) yakni penduduk Mekah ("Mengapa tidak) kenapa tidak (diturunkan kepadanya) dimaksud kepada Nabi Muhammad saw. (suatu keterangan dari Rabbnya?") sebagaimana yang telah diberikan kepada para nabi lainnya, seperti mukjizat unta, mukjizat tongkat dan mukjizat tangan (Maka katakanlah,) kepada mereka ("Sesungguhnya yang gaib itu) hal-hal yang gaib dari mata hamba-hamba Allah (kepunyaan Allah) antara lain ialah mukjizat-mukjizat, maka mukjizat-mukjizat itu tidak ada yang dapat mendatangkannya melainkan hanya seizin Allah. Sesungguhnya tugasku hanyalah menyampaikan (sebab itu tunggu sajalah oleh kalian) datangnya azab jika kalian tidak mau beriman (sesungguhnya aku bersama kalian termasuk orang-orang yang menunggu.")


Halaman  First Previous Next Last Balik Ke Atas   Total [6]
Ayat 1 s/d 20 dari [109]


Sumber Tafsir dari :

1. Tafsir DEPAG RI, 2. Tafsir Jalalain Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger... Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Edy_Hari_Yanto's  album on Photobucket
TPQ NURUDDIN NEWS : Terima kasih kepada donatur yang telah menyisihkan sebagian rezekinya untuk pembangunan TPQ Nuruddin| TKQ-TPQ "NURUDDIN" MENERIMA SANTRI DAN SANTRIWATI BARU | INFORMASI PENDAFTARAN DI KANTOR TPQ "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN-WONOAYU