| 1 | Aku bersumpah dengan hari kiamat,(QS. 75:1) | 
   | 
 | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Qiyaamah 1 
 
 لَا أُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيَامَةِ (1 Dalam  ayat ini Allah bersumpah dengan Hari Kiamat. Maksudnya ialah Allah  menyatakan dengan tegas bahwa Hari Kiamat itu pasti datang. Karena itu  hendaklah manusia bersiap-siap menghadapinya dengan beriman dan  mengerjakan amal saleh, karena hari kiamat merupakan hari pembalasan  amal.
 
 Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Qiyaamah 1
 
 
 لَا أُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيَامَةِ (1 (Aku bersumpah dengan hari kiamat) huruf Laa di sini adalah huruf Zaidah.
 |  | 
   | 2 | dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri).(QS. 75:2) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Qiyaamah 2 
 
 وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ (2 Dalam  ayat ini Allah bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya  sendiri). Nafsul Lawwamah ialah jiwa yang amat menyesali dirinya  terhadap sikap dan tingkah lakunya pada masa lalu yang tidak sempat lagi  diisi dengan perbuatan baik. Nafsul Lawwamah juga berarti jiwa yang  menyesali dirinya karena berbuat kejahatan, kenapa masih saja tak  sanggup dihentikan? Dan pada kebaikan yang disadari manfaatnya kenapa  tidak diperbanyak atau dilipat gandakan saja? Begitu Nafsul Lawwamah  berkata dan menyesali dirinya sendiri.
 Perasaan menyesal itu  senantiasa ada walaupun dia berusaha keras sehabis upaya untuk  mengerjakan amal saleh. Padahal semuanya pasti akan diperhitungkan  kelak. Nafsul Lawwamah juga berarti jiwa yang tak bisa dikendalikan pada  waktu senang maupun susah. Waktu senang bersikap boros dan royal,  sedang di masa susah menyesali nasibnya dan menjauhi agama.
 Nafsul  Lawwamah sebenarnya adalah jiwa seorang mukmin yang belum mencapai  tingkat yang lebih sempurna. Sebab nafsu ini sering juga disebut Nafsu  Syarifah (nafsu yang mulia) yang sebenarnya tidak senang dengan jiwa  yang suka memperturutkan perbuatan mendurhakai Allah. Benteng utama dari  jiwa seperti ini tetap saja menyesal karena telah melewati hidup di  atas dunia dengan kebaikan yang tidak sempurna.
 Perlu disebutkan di  sini bahwa Allah bersumpah dengan Hari Kiamat dan Nafsul Lawwamah. Apa  hubungannya? Sebab karena hari kiamat itu kelak akan membeberkan tentang  jiwa seseorang, apakah ia memperoleh kebahagiaan atau sebaliknya, yaitu  kecelakaan. Maka jiwa atau Nafsul Lawwamah boleh jadi termasuk golongan  yang bahagia atau termasuk golongan yang celaka. Dari segi lain sengaja  Allah menyebutkan jiwa yang menyesali dirinya ini karena begitu  besarnya persoalan jiwa dari sudut pandangan Alquran.
 Huruf "La"  yang terdapat pada ayat 1 dan 2 di atas adalah "La" (لا) "zaidah"  (زائدة) yang menguatkan arti perkataan sesudahnya, yaitu adanya Hari  Kiamat dan adanya Nafsu Lawwamah . Allah sendiri menjawab sumpah-Nya  biarpun dalam teks ayat tidak disebutkan. Jadi setelah bersumpah dengan  Hari Kiamat dan Nafsu Lawwamah , Allah menegaskan,
 "Sungguh kamu akan dibangkitkan dan akan dimintai pertanggungjawabanmu".
 Pengertian ini diketahui dari ayat berikutnya.
 
 Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Qiyaamah 2
 
 
 وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ (2 (Dan  Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali) dirinya sendiri  sekalipun ia berupaya sekuat tenaga di dalam kebaikan. Jawab Qasam tidak  disebutkan; lengkapnya, Aku bersumpah dengan nama hari kiamat dan  dengan nama jiwa yang banyak mencela, bahwa niscaya jiwa itu pasti akan  dibangkitkan. Pengertian Jawab ini ditunjukkan oleh firman selanjutnya,  yaitu:
 |  | 
   | 3 | Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-belulangnya?(QS. 75:3) | 
   | 
 | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Qiyaamah 3 
 
 أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَلَّنْ نَجْمَعَ عِظَامَهُ (3 Apakah  manusia mengira, bahwa Allah tidak akan mengumpulkan kembali  tulang-belulangnya?. Artinya apakah manusia mengerti bahwa tulangnya  yang telah hancur di dalam kubur, setelah berserakan di tempat yang  terpisah-pisah tidak dapat dikumpulkan Allah kembali? Ayat yang  diungkapkan dengan nada pertanyaan ini mengandung makna agar manusia  memikirkan persoalan mati dan adanya hari berbangkit itu secara serius.
 
 Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Qiyaamah 3
 
 
 أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَلَّنْ نَجْمَعَ عِظَامَهُ (3 (Apakah  manusia mengira) yakni, orang kafir (bahwa Kami tidak akan mengumpulkan  kembali tulang belulangnya) untuk dibangkitkan menjadi hidup kembali.
 |  | 
   | 4 | Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna.(QS. 75:4) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Qiyaamah 4 
 
 بَلَى قَادِرِينَ عَلَى أَنْ نُسَوِّيَ بَنَانَهُ (4 Untuk  menghilangkan keragu-raguan itu, Allah menegaskan sebenarnya Dia  berkuasa menyusun (kembali) jari jemari manusia dengan sempurna. Bahkan  Allah sanggup mengumpulkan dan menyusun kembali bagian-bagian tubuh yang  hancur itu sekalipun itu adalah bahagian yang terkecil seperti  jari-jemari yang begitu banyak ruas dan bukunya, yang andai kata Allah  tiada mempunyai ilmu pengetahuan dan kekuasaan yang sempurna, tentu  tiada mungkin Ia menyusunnya kembali. Ringkasnya bagaimana  tulang-belulang, jari jemari itu tersusun dengan sempurna, maka Allah  sanggup mengembalikannya lagi seperti semula.
 Diriwayatkan bahwa  ayat ke 3 dan ke 4 ini diturunkan karena ulah dua orang yang bernama Adi  bin Abi Rabi'ah bersama Akhnasy bin Syuraiq. Adi pernah menjumpai  Rasulullah dengan bertanya, "Hai Muhammad, tolong ceritakan kepadaku  kapan datang Hari Kiamat itu dan bagaimana keadaan manusia pada waktu  itu?" Rasulullah SAW menceritakan apa adanya, Adi menjawab pula, "Demi  Allah, andaikata aku melihat dengan mata kepalaku sendiri akan hari itu,  aku juga tidak akan membenarkan ucapanmu itu dan aku juga tidak percaya  kepadamu dan kepada Hari Kiamat itu. Apakah mungkin hai Muhammad, Allah  sanggup mengumpulkan kembali tulang-belulang manusia? Kemudian turunlah  ayat ke 4 di atas yang menegaskan kekuasaan Allah sebagai jawaban buat  Adi dan orang-orang yang bersikap seperti dia.
 Karena peristiwa itu, Rasulullah SAW senantiasa berdoa:
 
 Artinya:اللهم اكفني شر جاري السوء
 "Ya Allah, jauhkanlah aku dari kejahatan tetanggaku yang (bersikap) jahat".
 (lihat tafsir Al Maragi, hal. 146, juz 29, jilid X)
 |  | 
   | 5 | Bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus menerus.(QS. 75:5) | 
   | 
 | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Qiyaamah 5 
 
 بَلْ يُرِيدُ الْإِنْسَانُ لِيَفْجُرَ أَمَامَهُ (5 Dalam  ayat ini Allah menegaskan bahwa sebenarnya manusia dengan perkembangan  pikirannya menyadari bahwa Allah sanggup berbuat begitu, namun kehendak  nafsunya mempengaruhi pikirannya.
 Bahkan manusia itu hendak berbuat  maksiat terus menerus. Sesungguhnya tidak ada manusia yang tidak  mengenal kekuasaan Tuhannya, untuk menghidupkan dan menyusun tulang  belulang orang yang sudah mati. Akan tetapi mereka masih ingin  bergelimang dengan berbagai laku perbuatan maksiat terus menerus,  kemudian menunda-nunda tobat atau menghindari diri dari padanya.
 Sesungguhnya  manusia yang seperti ini kata sahabat Said ibnu Ubair suka cepat-cepat  memperturutkan kehendak hati, berbuat apa saja yang diinginkan. Nafsu  selalu menggodanya: "Nanti sajalah aku bertobat; nanti sajalah aku  hendak beramal kebaikan," Celakanya dia belum sempat tobat dan beramal  kebaikan, malaikat maut sudah lebih dahulu mencabut nyawanya. Padahal  pada saat itu sedang asyik dalam perbuatan maksiat".
 Boleh jadi juga  maksud ayat ini adalah bahwa seseorang selalu berangan-angan: "Betapa  nikmatnya kalau aku mendapat ini dan itu, mendapat mobil dan rumah mewah  atau jabatan yang empuk, dan seterusnya. namun lupa mengingat mati,  lupa dengan akan datangnya hari berbangkit, hari saat nasibnya diperiksa  segala pekerjaannya.
 Kata-kata "liyafjura" berarti cenderung kepada yang batil, suka menyimpang dari kebenaran.
 Orang  seperti ini ingin hidup bebas seperti binatang. Tidak suka terhalang  mengerjakan apa saja karena teguran akal sehat atau larangan agama yang  sanggup mengekang keinginannya.
 |  | 
   | 6 | Ia bertanya: `Bilakah hari kiamat itu?`(QS. 75:6) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Qiyaamah 6 
 
 يَسْأَلُ أَيَّانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ (6 Dalam  ayat ini Allah menggambarkan sikap orang keras kepala: Ia bertanya,  "Bilakah Hari Kiamat itu?" Pertanyaan ini muncul sebagai tanda terlalu  jauhnya jangkauan Hari Kiamat itu dalam pikiran si penanya dan  menunjukkan ketidak percayaan akan terjadinya. Ini ada hubungannya  dengan ayat sebelumnya, yakni: "Kenapa ia terus menerus ingin  mengerjakan kejahatan?" Karena mereka mengingkari adanya hari  berbangkit. Jadi tidak perlu memikirkan segala akibat dari kejahatan  yang telah dilakukan.
 Banyak ayat yang lain senada dengan itu, umpamanya:
 
 Artinya:هيهات هيهات لما توعدون إن هي إلا حياتنا الدنيا نموت ونحيا وما نحن بمبعوثين
 Jauh,  jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan kepada kamu itu,  kehidupan itu tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati  dan kita hidup dan sekali-kali tidak akan dibangkitkan lagi.
 (Q.S. Al-Mu'minun: 36, 37)
 Kalau disimpulkan ada dua sebab ketidak percayaan manusia kepada Hari Kiamat, yakni:
 1.  Karena ragu-ragu dengan kekuasaan Allah. Misalnya pikiran yang  berpendapat bahwa bahagian tubuh yang sudah hancur dan berserakan serta  bercampur aduk dengan tanah, di timur maupun di barat, mungkinkah dapat  disusun dan dihidupkan kembali? Bagaimana bisa tubuh manusia yang  demikian kembali kepada keadaan semula?.
 Seperti bunyi ayat 3 dan 4:
 
 Artinya:أيحسب الإنسان ألن نجمع عظامه بلى قادرين على أن نسوي بنانه
 "Apakah  manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali)  tulang-belulangnya? Bukan demikian, sebenarnya Kami menyusun (kembali)  jari jemarinya dengan sempurna".
 (Q.S. Al-Bayyinah: 3, 4)
 2.  Karena keinginan yang terus-menerus untuk menikmati kesenangan duniawi,  dan tidak suka dengan kedatangan kiamat (hari berkumpul dan berhisab)  yang tentu memutuskan segala bentuk kesenangan itu, seperti disebutkan  dalam ayat ke 5:
 
 Artinya:بل يريد الإنسان ليفجر أمامه
 "Bahkan manusia itu sungguh hendak membuat maksiat terus-menerus".
 (Q.S. Al-Qiyamah: 5)
 |  | 
   | 7 | Maka apabila mata terbelalak (ketakutan),(QS. 75:7) | 
   | 
 | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Qiyaamah 7 - 9 
 
 فَإِذَا بَرِقَ الْبَصَرُ (7) وَخَسَفَ الْقَمَرُ (8) وَجُمِعَ الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ (9   Dalam ayat-ayat ini Allah menerangkan beberapa tanda kedatangan Hari Kiamat itu dalam tiga hal, yakni: 1.  Apabila mata terbelalak (karena ketakutan). Pada waktu itu tidak  sanggup mata menyaksikan sesuatu hal yang sangat dahsyat. Dalam ayat  lain tercantum makna yang sama, yakni:
 
 Artinya:مهطعين مقنعي رءوسهم لا يرتد إليهم طرفهم وأفئدتهم هواء
 Mereka  datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan mengangkat kepalanya,  sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong.
 (Q.S. Ibrahim: 43)
 2.  Dan apabila bulan telah hilang cahayanya. Hilangnya cahaya bulan  selama-lamanya, bukan seperti keadaan waktu gerhana bulan yang hanya  berlangsung sebentar saja.
 3. Dan matahari dan bulan dikumpulkan.  Artinya matahari dan bulan saling bertemu, sudah kacau-balau. Keduanya  terbit dan terbenam pada tempat yang sama, menyebabkan gelapnya suasana  alam semesta ini. Padahal keadaan begitu tidak pernah terjadi,  masing-masing berada dalam posisi yang telah ditentukan Allah berfirman:
 
 Artinya:لا الشمس ينبغي لها أن تدرك القمر ولا الليل سابق النهار وكل في فلك يسبحون
 Tidaklah  mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat  mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.
 (Q.S. Yasin: 40)
 Jelasnya  bahwa di antara peristiwa yang terjadi ketika kedatangan kiamat adalah:  manusia sangat ketakutan (terbelalak matanya), hilangnya cahaya bulan  untuk selama-lamanya, dan bulan serta matahari dipertemukan  (dihancurkan).
 Pada saat itulah manusia yang kafir menyadari betapa  janji Allah menjadi kenyataan. Semua orang berusaha hendak menyelamatkan  diri.
 |  | 
   | 8 | dan apabila bulan telah hilang cahayanya,(QS. 75:8) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Qiyaamah 7 - 9 
 
 فَإِذَا بَرِقَ الْبَصَرُ (7) وَخَسَفَ الْقَمَرُ (8) وَجُمِعَ الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ (9 Dalam ayat-ayat ini Allah menerangkan beberapa tanda kedatangan Hari Kiamat itu dalam tiga hal, yakni:
 1.  Apabila mata terbelalak (karena ketakutan). Pada waktu itu tidak  sanggup mata menyaksikan sesuatu hal yang sangat dahsyat. Dalam ayat  lain tercantum makna yang sama, yakni:
 
 Artinya:مهطعين مقنعي رءوسهم لا يرتد إليهم طرفهم وأفئدتهم هواء
 Mereka  datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan mengangkat kepalanya,  sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong.
 (Q.S. Ibrahim: 43)
 2.  Dan apabila bulan telah hilang cahayanya. Hilangnya cahaya bulan  selama-lamanya, bukan seperti keadaan waktu gerhana bulan yang hanya  berlangsung sebentar saja.
 3. Dan matahari dan bulan dikumpulkan.  Artinya matahari dan bulan saling bertemu, sudah kacau-balau. Keduanya  terbit dan terbenam pada tempat yang sama, menyebabkan gelapnya suasana  alam semesta ini. Padahal keadaan begitu tidak pernah terjadi,  masing-masing berada dalam posisi yang telah ditentukan Allah berfirman:
 
 Artinya:لا الشمس ينبغي لها أن تدرك القمر ولا الليل سابق النهار وكل في فلك يسبحون
 Tidaklah  mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat  mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.
 (Q.S. Yasin: 40)
 Jelasnya  bahwa di antara peristiwa yang terjadi ketika kedatangan kiamat adalah:  manusia sangat ketakutan (terbelalak matanya), hilangnya cahaya bulan  untuk selama-lamanya, dan bulan serta matahari dipertemukan  (dihancurkan).
 Pada saat itulah manusia yang kafir menyadari betapa  janji Allah menjadi kenyataan. Semua orang berusaha hendak menyelamatkan  diri.
 |  | 
   | 9 | dan matahari dan bulan dikumpulkan,(QS. 75:9) | 
   | 
 | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Qiyaamah 7 - 9 
 
 فَإِذَا بَرِقَ الْبَصَرُ (7) وَخَسَفَ الْقَمَرُ (8) وَجُمِعَ الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ (9 Dalam ayat-ayat ini Allah menerangkan beberapa tanda kedatangan Hari Kiamat itu dalam tiga hal, yakni:
 1.  Apabila mata terbelalak (karena ketakutan). Pada waktu itu tidak  sanggup mata menyaksikan sesuatu hal yang sangat dahsyat. Dalam ayat  lain tercantum makna yang sama, yakni:
 
 Artinya:مهطعين مقنعي رءوسهم لا يرتد إليهم طرفهم وأفئدتهم هواء
 Mereka  datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan mengangkat kepalanya,  sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong.
 (Q.S. Ibrahim: 43)
 2.  Dan apabila bulan telah hilang cahayanya. Hilangnya cahaya bulan  selama-lamanya, bukan seperti keadaan waktu gerhana bulan yang hanya  berlangsung sebentar saja.
 3. Dan matahari dan bulan dikumpulkan.  Artinya matahari dan bulan saling bertemu, sudah kacau-balau. Keduanya  terbit dan terbenam pada tempat yang sama, menyebabkan gelapnya suasana  alam semesta ini. Padahal keadaan begitu tidak pernah terjadi,  masing-masing berada dalam posisi yang telah ditentukan Allah berfirman:
 
 Artinya:لا الشمس ينبغي لها أن تدرك القمر ولا الليل سابق النهار وكل في فلك يسبحون
 Tidaklah  mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat  mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.
 (Q.S. Yasin: 40)
 Jelasnya  bahwa di antara peristiwa yang terjadi ketika kedatangan kiamat adalah:  manusia sangat ketakutan (terbelalak matanya), hilangnya cahaya bulan  untuk selama-lamanya, dan bulan serta matahari dipertemukan  (dihancurkan).
 Pada saat itulah manusia yang kafir menyadari betapa  janji Allah menjadi kenyataan. Semua orang berusaha hendak menyelamatkan  diri.
 |  | 
   | 10 | pada hari itu manusia berkata: `Ke mana tempat lari?`(QS. 75:10) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Qiyaamah 10 
 
 يَقُولُ الْإِنْسَانُ يَوْمَئِذٍ أَيْنَ الْمَفَرُّ (10 Dalam  ayat ini Allah menegaskan bahwa pada hari itu manusia berkata, "Ke mana  tempat lari?" Masing-masing orang berusaha mencari jalan untuk  menyelamatkan diri. Sebagian mengartikan: "Ke mana tempat lari  menghindari api neraka? Tentulah manusia yang dimaksudkan adalah  orang-orang kafir, karena pada saat itu orang-orang mukmin tidak ada  yang menyangsikan kedatangan Hari Kiamat itu seperti disebutkan dalam  beberapa hadis Nabi. Tetapi orang-orang kafir itu dapatkah mereka  menyelamatkan diri? Tidak!
 |  | 
   | 11 | Sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung!(QS. 75:11) | 
   | 
 | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Qiyaamah 11 
 
 كَلَّا لَا وَزَرَ (11 Dalam  ayat ini ditegaskan bahwa sekali-kali tidak ada tempat berlindung.  Tiada sesuatu perlindunganpun yang mungkin menyelamatkan mereka dari  siksaan Allah. Tiada benteng maupun bukit atau senjata yang dapat  dipergunakan. Demikian dalam ayat lain Allah menegaskan:
 
 Artinya:استجيبوا لربكم من قبل أن يأتي يوم لا مرد له من الله ما لكم من ملجأ يومئذ وما لكم من نكير
 Patuhilah  seruan Tuhanmu sebelum datang dari Allah suatu hari yang tidak dapat  ditolak kedatangannya. Kamu tidak memperoleh tempat berlindung pada hari  itu dan tidak (pula) dapat mengingkari (dosa-dosamu).
 (Q.S. Asy Syura: 47)
 |  | 
   | 12 | Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali.(QS. 75:12) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Qiyaamah 12 
 
 إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمُسْتَقَرُّ (12 Kemudian  dalam ayat ini diterangkan keadaan yang sebenarnya dan ke mana manusia  hendak dikumpulkan. Hanya kepada Tuhanmu sajalah di hari itu tempat  manusia kembali. Di tempat yang celaka penuh kesengsaraan atau di tempat  yang penuh nikmat penuh kebahagiaan. Semuanya tergantung kepada  kehendak Allah belaka, Dia Penguasa Tunggal di hari itu. Semua manusia  kembali kepada Allah tanpa kecuali. Ke sanalah tujuan perjalanan hidup  yang terakhir. Allah berfirman:
 
 Artinya:وأن إلى ربك المنتهى
 Dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu).
 (Q.S. An Najm: 42)
 |  | 
   | 13 | Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya.(QS. 75:13) | 
   | 
 | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Qiyaamah 13 
 
 يُنَبَّأُ الْإِنْسَانُ يَوْمَئِذٍ بِمَا قَدَّمَ وَأَخَّرَ (13 Ayat  ini menerangkan bahwa pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang  telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya. Kepada manusia  diceritakan ketika telah tiba waktunya menghisab dan menimbang  amalannya. Semua akan dibeberkan dengan jelas, mana perbuatan baik yang  telah dikerjakan dan mana yang seharusnya dikerjakan tapi tidak sempat  lagi dilaksanakannya. Demikian pula mana yang semestinya dahulu  diperbuat guna menghindarkan diri dari azab Allah dan mencapai  pahala-Nya. Tiada yang luput dari pemberitaan itu, karya yang kecil  maupun yang besar, yang baru maupun yang sudah usang.
 Ibnu 'Abbas  mengartikan ayat ini, yang diceritakan tidak hanya sekadar perbuatan  buruk dan baik seseorang menjelang dia meninggal dunia, tetapi juga  segala karya, pikiran dan kebiasaannya. Ringkasnya semua orang akan  menyaksikan sendiri di hadapannya segala wujud amaliahnya, sebagaimana  disebutkan dalam ayat lain:
 
 Artinya:وضع الكتاب فترى المجرمين مشفقين مما  فيه ويقولون يا ويلتنا مال هذا الكتاب لا يغادر صغيرة ولا كبيرة إلا أحصاها  ووجدوا ما عملوا حاضرا ولا يظلم ربك أحدا
 Dan  diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah  ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata:  "Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil  dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka  dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak  menganiaya seorang juapun".
 (Q.S. Al-Kahfi: 49)
 Untuk melengkapi keterangan ini baiklah dikemukakan di sini hadis Rasulullah SAW yang berbunyi:
 
 Artinya:سبع  يجزى أجرها للعبد بعد موته وهو في قبره مَنْ عَلَّمَ علما أو أجرى نهرا أو  حفر بئرا أو غرس ظلا أو بنى مسجدا أو ورَّق مصحفا أو ترك وليا يستغفر له  بعد موته.
 "Tujuh macam perbuatan yang tetap dipahalai  Allah bagi seorang hamba setelah kematiannya, ketika ia berada di  kuburannya, yakni; Siapa yang mengajarkan ilmu pengetahuan, siapa yang  membuat aliran sungai (irigasi), siapa yang menggali telaga, siapa yang  menanam pohon pelindung, siapa yang mendirikan mesjid, siapa yang  menyebarluaskan kitab suci Alquran, dan siapa yang meninggalkan wali  (keturunan) yang selalu memohonkan keampunan buat dia setelah dia  meninggal".
 (H.R. Abu Hurairah dari Qusyairi)
 |  | 
   | 14 | Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri,(QS. 75:14) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Qiyaamah 14 
 
 بَلِ الْإِنْسَانُ عَلَى نَفْسِهِ بَصِيرَةٌ (14 Dalam  ayat ini Allah menjelaskan bahwa diri manusia itu sendiri menjadi  saksi, sehingga tak perlu orang lain menceritakan kepadanya karena semua  bagian tubuhnya menjadi saksi atas segala yang telah dikerjakannya,  dengan jujur tanpa berbohong lagi. Mana yang berbuat jahat kena siksaan  dan tak bisa menghindarinya. Demikianlah pendengaran, penglihatan, kaki,  tangan dan semuanya membeberkan segala yang telah dikerjakannya.
 Akan tetapi manusia tetap saja ingin mengajukan berbagai alasan untuk mendebat keputusan Allah.
 |  | 
   | 15 | meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya.(QS. 75:15) | 
   | 
 | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Qiyaamah 15 
 
 وَلَوْ أَلْقَى مَعَاذِيرَهُ (15 Dalam  ayat ini dijelaskan bahwa biarpun manusia berusaha mengajukan berbagai  alasan guna menutupi segala kesalahannya, menyembunyikan segala  perbuatannya yang jelek, namun semua itu tak akan angkat bicara menjadi  saksi atas apa yang telah mereka lakukan.
 Dalam ayat lain disebutkan lagi:
 
 Artinya:اقرأ كتابك كفى بنفسك اليوم عليك حسيبا
 "Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu".
 (Q.S. Al-Isra': 14)
 Dari  isyarat ayat di atas dapat pula kita mengambil pelajaran (iktibar),  bahwa keyakinan orang musyrik mempersekutukan Allah dan menyembah  patung/berhala, serta ketidak percayaan mereka pada hari berbangkit,  adalah kepercayaan yang salah. Hati kecil mereka sendiri sesungguhnya  tidak mengakui yang demikian. Karena itu segala alasan yang mereka  kemukakan guna menolak kebenaran, sebenarnya adalah alasan palsu. Mereka  mengucapkan sesuatu yang bertentangan dengan kehendak hati nurani  sendiri.
 |  | 
   | 16 | Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al quran karena hendak cepat-cepat (menguasai) nya.(QS. 75:16) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Qiyaamah 16 
 
 لَا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ (16 Dalam  ayat ini Allah melarang Muhammad SAW menggerakkan lidahnya untuk  membaca Alquran karena hendak cepat-cepat menguasainya. Artinya:  "Janganlah engkau wahai Rasul menggerak-gerakkan lidah dan bibirmu untuk  cepat-cepat menangkap bacaan Jibril karena takut bacaan itu luput dari  ingatanmu.
 Dalam hadis Bukhari disebutkan bahwa Rasulullah SAW  menggerak-gerakkan bibirnya ketika wahyu diturunkan. Menghafal ayat-ayat  itu mula-mulanya terlalu berat bagi beliau. Itulah sebabnya ketika  Jibril menyampaikan wahyu itu Rasulullah SAW segera saja mengikuti  dengan gerakan lidah dan bibirnya karena takut luput dari ingatan;  padahal Jibril belum selesai membaca. Hal ini terjadi ketika turunnya  Surah Taha, dan semenjak adanya teguran Allah dalam Ayat ke 16 ini tentu  beliau sudah tenang dalam menerima wahyu tidak perlu cepat-cepat  menangkapnya. Pada ayat lain terdapat maksud yang sama, yakni:
 
 Artinya:فتعالى الله الملك الحق ولا تعجل بالقرآن من قبل أن يقضى إليك وحيه وقل رب زدني علما
 Maka  Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu  tergesa-gesa membaca Alquran sebelum disempurnakan mewahyukannya  kepadamu, dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu  pengetahuan".
 (Q.S. Thaha: 114)
 Jelaslah Allah melarang Nabi SAW  meniru bacaan Jibril A.S. kalimat demi kalimat sebelum ia selesai  membacakannya, agar dapat Nabi Muhammad SAW menghafal dan memahami  betul-betul ayat yang diturunkannya itu.
 Dalam hadis Muslim dari Ibnu Jubair dan Ibnu 'Abbas, beliau menyebutkan pula sebab-sebab turun ayat ke 16 ini, bunyinya:
 
 Artinya:كان  رسول الله صلى الله عليه وسلم يعالج من التنزيل شدة فكان يحرك شفتيه قال,  فقال لي ابن عباس أنا أحرك شفتي كما كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يحرك  شفتيه فأنزل الله عز وجل لا تحرك لسانك لتعجل به
 Nabi  SAW berusaha menghilangkan kepayahan ketika diturunkan wahyu dengan  menggerakkan bibirnya. Maka Ibnu Abbas pun berkata kepadaku (Ibnu  Jubair), "Aku menggerakkan bibirku sebagaimana Rasulullah berbuat  begitu, maka ia (Ibnu Abbas) pun menggerak-gerakkan bibirnya. Lalu Allah  menurunkan ayat: La tuharrik bihi lisanaka lita'jala bihi (janganlah  kamu hai Muhammad menggerakkan lidahmu untuk membaca Alquran karena  hendak cepat-cepat (menguasainya).
 (H.R. Muslim)
 
 Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Qiyaamah 16
 
 
 لَا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ (16 (Janganlah  kamu gerakkan untuk membacanya) membaca Alquran, sebelum malaikat  Jibril selesai daripadanya (lisanmu karena hendak cepat-cepat  menguasainya) karena kamu merasa khawatir bacaannya tidak dapat kamu  kuasai.
 |  | 
   | 17 | Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.(QS. 75:17) | 
   | 
 | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Qiyaamah 17 - 18 
 
 إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ (17) فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ (18 Dalam  ayat ini Allah menjelaskan sebab larangan mengikuti bacaan Jibril  ketika dia sedang membacakannya itu, adalah karena: "Sesungguhnya atas  tanggungan Allah-lah mengumpulkannya di dalam dada Muhammad dan  membuatnya pandai membacanya.
 Allahlah yang bertanggung jawab  bagaimana supaya Alquran itu tersimpan dengan baik dalam dada atau  ingatan Muhammad, dan memantapkannya dalam kalbunya. Allah pula yang  memberikan bimbingan kepadanya bagaimana cara membaca ayat itu dengan  sempurna dan teratur, sehingga Muhammad hafal dan tidak lupa  selama-lamanya.
 Oleh sebab itu bila Jibril selesai membacakan  ayat-ayat yang harus diturunkan, hendaklah Muhammad menuruti membacanya.  Nanti Muhammad mendapatkan dirinya selalu ingat dan hafal akan  ayat-ayat itu. Tegasnya pada waktu Jibril membaca, hendaklah Muhammad  diam dan mendengarkan bacaannya.
 Dari sudut lain ayat ini juga  berarti: "Bila telah selesai dibacakan kepada Muhammad ayat-ayat Allah  hendaklah ia segera mengamalkan hukum-hukum dan syariat-syariatnya.
 Semenjak  turunnya perintah ini Rasulullah senantiasa mengikuti dan mendengarkan  dengan penuh perhatian wahyu yang dibacakan Jibril. Setelah Jibril  pergi, barulah beliau membacanya dan bacaannya itu tetap tinggal dalam  ingatan beliau. Demikian diterangkan dalam hadis Bukhari dari Siti  'Aisyah.
 |  | 
   | 18 | Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.(QS. 75:18) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Qiyaamah 17 - 18 
 
 إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ (17) فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ (18 Dalam  ayat ini Allah menjelaskan sebab larangan mengikuti bacaan Jibril  ketika dia sedang membacakannya itu, adalah karena: "Sesungguhnya atas  tanggungan Allah-lah mengumpulkannya di dalam dada Muhammad dan  membuatnya pandai membacanya.
 Allahlah yang bertanggung jawab  bagaimana supaya Alquran itu tersimpan dengan baik dalam dada atau  ingatan Muhammad, dan memantapkannya dalam kalbunya. Allah pula yang  memberikan bimbingan kepadanya bagaimana cara membaca ayat itu dengan  sempurna dan teratur, sehingga Muhammad hafal dan tidak lupa  selama-lamanya.
 Oleh sebab itu bila Jibril selesai membacakan  ayat-ayat yang harus diturunkan, hendaklah Muhammad menuruti membacanya.  Nanti Muhammad mendapatkan dirinya selalu ingat dan hafal akan  ayat-ayat itu. Tegasnya pada waktu Jibril membaca, hendaklah Muhammad  diam dan mendengarkan bacaannya.
 Dari sudut lain ayat ini juga  berarti: "Bila telah selesai dibacakan kepada Muhammad ayat-ayat Allah  hendaklah ia segera mengamalkan hukum-hukum dan syariat-syariatnya.
 Semenjak  turunnya perintah ini Rasulullah senantiasa mengikuti dan mendengarkan  dengan penuh perhatian wahyu yang dibacakan Jibril. Setelah Jibril  pergi, barulah beliau membacanya dan bacaannya itu tetap tinggal dalam  ingatan beliau. Demikian diterangkan dalam hadis Bukhari dari Siti  'Aisyah.
 |  | 
   | 19 | Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya.(QS. 75:19) | 
   | 
 | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Qiyaamah 19 
 
 ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ (19 Ayat  ini menjelaskan adanya jaminan Allah bahwa sesungguhnya atas tanggungan  Allah-lah penjelasannya. Maksudnya setelah Jibril selesai membacakan  Alquran itu kepada Nabi Muhammad, maka Allah langsung memberikan  penjelasan kepada beliau melalui ilham-ilham yang Allah tanamkan ke  dalam dada Nabi SAW, sehingga pengertian ayat ini secara sempurna  sebagaimana yang dikehendaki Allah dapat diketahui Nabi SAW. Allah pula  yang menyampaikan kepada Nabi segala rahasia, hukum-hukum dan  pengetahuan Alquran itu secara sempurna. Sehingga dengan begitu tidak  dapat diragukan sedikitpun. bahwa sesungguhnya Alquran itu dari sisi  Allah SWT.
 |  | 
   | 20 | Sekali-kali jangan. Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia,(QS. 75:20) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Qiyaamah 20 
 
 كَلَّا بَلْ تُحِبُّونَ الْعَاجِلَةَ (20 Dalam ayat ini Allah kembali mencela kehidupan orang musyrik yang sangat mencintai dunia. Allah menyerukan,
 "sekali-kali jangan. Sesungguhnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia dan meninggalkan kehidupan akhirat".
 Dengan  ayat ini terdapat suatu kesimpulan umum bahwa mencintai kehidupan  adalah salah satu tanda watak manusia seluruhnya. Memang sebagian  mengharapkan kebahagiaan akhirat, namun yang mencintai hidup dunia serta  mendustai adanya hari berbangkit jauh lebih besar jumlahnya.
 |  | 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar