| 1 | Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan yang dapat disebut?(QS. 76:1) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Insaan 1 
 
 هَلْ أَتَى عَلَى الْإِنْسَانِ حِينٌ مِنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُنْ شَيْئًا مَذْكُورًا (1 Dalam  ayat pertama ini Allah menegaskan tentang proses kejadian manusia dari  tidak ada menjadi ada, pada saat manusia belum berwujud sama sekali.
 Disebutkan  bahwa manusia berasal dari tanah yang tiada dikenal dan disebut-sebut  sebelumnya, apa dan bagaimana jenis tanah itu tidak dikenal sama sekali.  Kemudian Allah meniupkan ruh kepadanya, sehingga jadilah dia makhluk  yang bernyawa.
 |  | 
   | 2 | Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia  dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan  perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan  melihat.(QS. 76:2) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Insaan 2 
 
 إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا (2 Ayat  kedua ini menerangkan unsur-unsur yang membentuk manusia (setelah  lewatnya masa ciptaan pertama) yakni bahwa manusia diciptakan dari  sperma (nutfah) laki-laki dan ovum perempuan yang bercampur. Berasal  dari sulbi laki-laki dan tulang-tulang dada perempuan dan keluar secara  berpancaran (surah At Tariq: 6-7).
 Maksud Allah menjadikan manusia  untuk mengujinya dengan membebankan kepadanya berupa perintah (taklif)  dan larangan setelah dia mencapai usia dewasa. Dengan kata lain maksud  penciptaan manusia adalah untuk menjunjung tegaknya risalah Allah di  atas dunia ini.
 Untuk menguji mereka itu boleh pula dalam bentuk  apakah mereka (manusia) bisa bersyukur pada waktu senang dan gembira,  sebaliknya apakah sanggup sabar (tabah) ketika menghadapi musuh.
 Maka  yang dimaksud dengan "amsyaj" (bercampur) dalam ayat ini ialah  bercampurnya sperma laki-laki yang berwarna keputih-putihan dengan sel  telur perempuan yang kekuning-kuningan. Campuran itulah yang  menghasilkan segumpal darah ( 'alaqah ) kemudian segumpal daging (  mudgah ) , lalu tulang belulang yang dibungkus dengan daging, dan  seterusnya, sehingga setelah 9 bulan dalam rahim ibu lahirlah bayi yang  sempurna.
 Karena kelahiran manusia pada akhirnya bertujuan sebagai  penjunjung amanat Allah, kepadanya dianugerahkan pendengaran,  penglihatan yang memungkinkan dia menyimak dan menyaksikan kebesaran,  kekuasaan dan besarnya nikmat Allah. Manusia dianugerahi, pendengaran  dan akal pikirannya itu, sebagai bukti tentang kekuasaan Allah SWT.  Disebutkan secara khusus pendengaran, penglihatan, karena keduanya  adalah indra yang paling berfungsi mengamati ciptaan Allah yang membawa  manusia mentauhidkan-Nya.
 Dengan alat penglihatan, pendengaran dan  dilengkapi pula dengan pikiran (akal) tersedialah dua kemungkinan bagi  manusia. Apakah ia cenderung kembali kepada sifat asalnya sebagai  makhluk bumi sehingga ia sama dengan makhluk lainnya seperti hewan,  tumbuh-tumbuhan, atau ia cenderung untuk menjadi makhluk yang Ilahiyah,  yang berpikir yang memperhatikan tentang kebesaran Nya?.
 Demikianlah  setelah dia menjadi manusia yang sempurna indranya yang memungkinkan  dia untuk memikul beban (taklif) dari Allah, maka diberikanlah kepadanya  dua alternatif jalan hidup seperti disebutkan dalam ayat berikutnya.
 |  | 
   | 3 | Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.(QS. 76:3) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Insaan 3 
 
 إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيلَ إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُورًا (3 Ayat ini menerangkan bahwa sesungguhnya Allah, telah menunjuki ke jalan yang lurus, ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.
 Maka  dengan bimbingan wahyu-Nya yang disampaikan lewat Nabi Muhammad SAW  manusia telah ditunjuki jalan yang lurus dan mana pula jalan yang sesat  Allah menunjukkan kepadanya kebaikan dan kejahatan.
 Dari perkataan  "Sabil" yang terdapat dalam ayat ini tergambar keinginan Allah terhadap  manusia yakni membimbing manusia kepada hidayah-Nya sebab Sabil lebih  tepat diartikan sebagai petunjuk" dari pada jalan. Hidayah itu berupa  dalil-dalil keesaan Allah dan kebangkitan Rasul yang disebutkan dalam  kitab suci.
 Sabil (hidayah) itu dapat ditangkap dengan pendengaran,  penglihatan dan pikiran. Tuhan hendak menunjukkan kepada manusia  bukti-bukti kewujudan Nya melalui penglihatan terhadap diri (ciptaan)  manusia sendiri dan melalui penglihatan terhadap alam semesta, sehingga  pikirannya merasa puas untuk mengimani-Nya.
 Akan tetapi memang sudah  merupakan kenyataan bahwa terhadap pemberian Allah itu, sebagian  manusia ada yang bersyukur tetapi ada pula yang ingkar (kafir). Tegasnya  ada yang menjadi mukmin yang berbahagia, ada pula yang kafir. Dengan  sabil itu pula manusia bebas menentukan pilihannya antara dua alternatif  yang tersedia itu.
 Pada ayat lain disebutkan:
 
 
 
 الذي خلق الموت والحياة ليبلوكم أيكم أحسن عملا وهو العزيز الغفور Artinya: Yang  menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara  kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
 ((Q.S. Al-Mulk: 2)
 
 
 
 ولنبلونكم حتى نعلم المجاهدين منكم والصابرين ونبلوا أخباركم Artinya: Dan  sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui  orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu; dan agar Kami  menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.
 (Q.S. Muhammad: 31)
 Bahwa  manusia diciptakan atas fitrah, dan hidayahnya yang terlebih dahulu  diterimanya baru kemudian godaan untuk mengingkari Allah, disebutkan  dalam suatu ayat:
 
 
 
 فطرت الله التي فطر الناس عليها Artinya: (Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
 (Q.S. Ar Rum: 30)
 Dalam suatu hadis disebutkan:
 
 
 
 ما  من خارج يخرج إلا ببابه رايتان: راية بيد ملك وراية بيد شيطان فإن خرج لما  يحب الله اتبعه الملك برايته فلم يزل تحت راية الملك حتى يرجع إلى بيته  وإن خرج لما يسخط الله اتبعه الشيطان برايته فلم يزل تحت راية الشيطان حتى  يرجع إلى بيته Artinya: "Tiada seorang pun yang keluar (rumah),  kecuali di pintunya ada dua bendera: Bendera (yang satu) di tangan  malaikat dan bendera (yang lain) di tangan setan. Jika seseorang keluar  karena mengharapkan apa yang dicintai/disenangi Allah, niscaya ia  diikuti oleh malaikat dengan benderanya. Ia senantiasa berada di bawah  bendera malaikat sampai ia kembali ke rumahnya. Dan jika seseorang  keluar karena mencari apa yang dimurkai Allah, niscaya ia diikuti oleh  setan dengan benderanya. Ia senantiasa berada di bawah bendera setan  sampai ia kembali ke rumahnya".
 |  | 
   | 4 | Sesungguhnya Kami menyediakan bagi orang-orang kafir rantai, belenggu dan neraka yang menyala-nyala.(QS. 76:4) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Insaan 4 
 
 إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ سَلَاسِلَا وَأَغْلَالًا وَسَعِيرًا (4 Ayat  ini menerangkan bahwa sesungguhnya Allah telah menyediakan bagi  orang-orang kafir rantai, belenggu dan neraka yang menyala-nyala. Orang  yang kafir di sini maksudnya orang yang mengingkari nikmat dan pemberian  yang telah dianugerahkan kepadanya bahkan selain mengingkari juga  membantahnya.
 Azab yang disediakan bagi mereka berupa: rantai,  belenggu dan neraka yang bernyala-nyala. Rantai mengikat kaki supaya  tidak lari, sedang belenggu untuk merantai tangan dan leher yang diikat  ke neraka. Neraka Sa'ir (yang bernyala-nyala) seperti disebutkan dalam  keterangan surah yang lalu adalah neraka yang nyalanya tidak dapat  dibandingkan dengan jenis api manapun di atas dunia ini.
 Ayat lain menyebutkan:
 
 
 
 إذا الأغلال في أعناقهم والسلاسل يسحبون Artinya: Ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka seraya mereka diseret.
 (Q.S. Al-Mu'minun: 71)
 |  | 
   | 5 | Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebaikan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur,(QS. 76:5) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Insaan 5 
 
 إِنَّ الْأَبْرَارَ يَشْرَبُونَ مِنْ كَأْسٍ كَانَ مِزَاجُهَا كَافُورًا (5 Ayat  ini menerangkan balasan Allah kepada orang yang berbuat kebaikan yaitu  berupa minuman dari gelas yang berisikan air yang campurannya adalah air  kafur, yaitu nama suatu mata air di surga yang airnya putih dan baunya  sedap serta enak rasanya.
 |  | 
   | 6 | (yaitu) mata air (dalam syurga) yang  daripadanya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya  dengan sebaik-baiknya.(QS. 76:6) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Insaan 6 
 
 عَيْنًا يَشْرَبُ بِهَا عِبَادُ اللَّهِ يُفَجِّرُونَهَا تَفْجِيرًا (6 (Yaitu) mata air (dalam surga) yang darinya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya.
 Jadi  kafur itu berasal dari mata air yang airnya diminum oleh para hamba  Allah yang muqarrabin (yang dekat kepada-Nya). Mereka dapat mengalirkan  air sungai itu menurut kehendak hati tanpa ada yang menghalangi.  Pokoknya bebas menikmati air itu sepuas-puasnya. Air itu akan mengalir  ke tempat-tempat yang mereka kehendaki, ke dalam kamar, mahligai atau ke  dalam kebun-kebun yang mereka inginkan.
 |  | 
   | 7 | Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana.(QS. 76:7) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Insaan 7 
 
 يُوفُونَ بِالنَّذْرِ وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيرًا (7 Dalam ayat ini Allah menyebutkan beberapa sifat orang-orang abrar itu, yakni:
 Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana.
 Menunaikan  nazar adalah menepati sesuatu kewajiban yang datang dari pribadi  sendiri dalam rangka menaati Allah. Berbeda dengan kewajiban syara'  (agama) yang datang dari Allah, maka nazar bersifat pembebanan yang  timbul karena keinginan sendiri dengan niat mensyukuri nikmat Allah.  Baik nazar maupun syara' kedua-duanya hukumnya wajib dilaksanakan.
 Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Malik, Bukhari dan Muslim dari 'Aisyah, Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
 "Barang  siapa yang bernazar menaati Allah, hendaklah ia mematuhi (menaati)  nazar itu, (tetapi) janganlah mendurhakai-Nya (janganlah penuhi nazar  itu)"
 Lebih lanjut soal nazar ini disebutkan dalam beberapa hadis antara lain dapat diperoleh ketentuan, yakni:
 1.  Hadis riwayat Bukhari dari `Aisyah menjelaskan bahwa nazar yang  bermaksud hendak menaati Allah wajib dipenuhi, sedangkan nazar dengan  niat mendurhakai Allah tidak boleh dipenuhi. Demikian pula hadis-hadis  riwayat Tirmizi, Abu Daud dan An Nasa'i.
 2. Rasulullah SAW  memerintahkan kepada Saad bin Ubadah agar membayar puasa nazar yang  pernah diucapkan oleh ibunya yang telah meninggal. Demikian diriwayatkan  oleh Bukhari dan Muslim dari Sa'ad bin Ubadah.
 Selain dari  menyempurnakan janji, orang "abrar" itu adalah orang yang mau  meninggalkan segala perbuatan terlarang ( muharramat ) karena takut akan  dahsyatnya pembalasan yang harus diterima di Hari Kiamat akibat  mengerjakannya.
 Sebab pada hari itu segala kejahatan dan kedurhakaan  yang pernah dikerjakan seseorang disebarluaskan. Hanyalah orang-orang  yang dikasihi Tuhan saja yang selamat dari keadaan yang mengerikan itu.
 |  | 
   | 8 | Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan.(QS. 76:8) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Insaan 8 
 
 وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا (8 Selanjutnya  ayat ini menerangkan bahwa orang "abrar" ini memberikan makanan yang  sangat diperlukan dan disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan  orang yang ditawan.
 Memberikan makan kepada orang miskin, anak yatim  dan tawanan (pada musim perang) berarti pula memberikan bantuan dan  sokongan kepada orang yang memerlukan. Disebutkan di sini makanan,  karena makanan itu merupakan kebutuhan pokok hidup seseorang. Boleh jadi  pula memberikan makanan berarti berbuat baik kepada orang yang sangat  membutuhkannya dengan cara dan bentuk apapun. Boleh jadi pula yang  dimaksud dengan memberikan makanan berarti pula berbuat baik kepada  makhluk yang sangat memerlukannya dengan cara dan bentuk apapun.  Disebutkan secara khusus memberikan makanan karena inilah bentuk ihsan  (kebaikan) yang paling tinggi nilainya.
 Bentuk insan lain yang juga tinggi nilainya disebutkan dalam ayat lain, yakni:
 
 
 
 يقول أهلكت مالا لبدا أيحسب أن لم يره أحد ألم نجعل له عينين ولسانا وشفتين وهديناه النجدين فلا أقتحم العقبة Artinya: Dia  mengatakan: "Aku telah menghabiskan harta yang banyak". Apakah dia  menyangka bahwa tiada seorang pun yang melihatnya? Bukankah Kami telah  memberikan kepadanya dua buah mata, lidah dan dua buah bibir. Dan Kami  telah menunjukkan kepadanya dua jalan. Maka tidaklah sebaiknya (dengan  bertanya itu) ia menempuh jalan yang mendaki lagi sukar?.
 (Q.S. Al-Balad: 6-11)
 Dari  ayat ini dapat diambil kesimpulan memberikan bantuan (pertolongan)  diutamakan kepada orang yang kuat berusaha mencari keperluan hidupnya,  namun penghasilannya tidak memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Atau  miskin juga berarti orang yang tidak berharta sama sekali dan karena  keadaan fisiknya tidak memungkinkan untuk berusaha mencari nafkah hidup.
 Adapun orang yang ditawan, selain tawanan perang musuh dapat pula  berarti: orang yang sedang dipenjarakan (karena melanggar ketentuan  syara' atau berbuat kesalahan), atau budak yang belum dapat memerdekakan  dirinya dan yang patut dibantu. Dengan demikian bantuan berupa makanan  kepada orang yang memerlukan tidaklah harus dilihat dari sudut agama apa  yang dipeluk orang tersebut, tidak harus dia beragama Islam. (Tafsir  Khazin, VII: 159)
 Disebutkan bahwa latar belakang turunnya ayat ke 8  ini adalah demikian. Seorang laki-laki Ansar bernama Abu Dahdah pada  suatu hari mengerjakan puasa. Ketika saat datang berbuka, datanglah  berkunjung ke rumahnya seorang miskin, seorang anak yatim, dan seorang  yang sedang dalam tawanan. Ketiga-tiganya dijamu oleh Abu Dahdah dengan  tiga potong roti. Untuk keluarga dan anak-anaknya hanya tinggal sepotong  roti saja lagi (padahal dia hendak berbuka puasa). Untuk menghargai  perasaan insaniah dan ingin menolong orang seperti dicontohkan Abu  Dahdah, Allah menurunkan ayat di atas.
 Riwayat lain mengatakan bahwa  sahabat Ali bin Abi Thalib R.A. mendapat upah bekerja dengan seorang  Yahudi berupa Karung gandum. Sepertiga gandum itu dimasak, ketika siap  dihidangkan datanglah seorang miskin memintanya. Tanpa berpikir panjang  Ali langsung saja memberikannya. Kemudian dimasaknya sepertiga lagi.  Setelah siap dimakan, datang pula seorang anak yatim meminta bubur  gandum itu. Alipun memberikannya. Kali ketiga sisa gandum itu dimasak  semuanya, dan secara kebetulan datang pula seorang tawanan yang masih  musyrik dan mohon dikasihani. Ali memberikan lagi sisa bubur gandum itu,  sehingga untuk dia sendiri tidak ada lagi. Demikianlah untuk menghargai  sikap sosial itulah Allah menurunkan ayat ke 8 ini. (Tafsir Al-Qasimy,  XVIII: 6012)
 Yang perlu diingat oleh seseorang yang hendak beramal  sosial seperti itu adalah keikhlasan dan kejujuran hati dalam  mengerjakannya tanpa pamrih.
 |  | 
   | 9 | Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu  hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki  balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.(QS. 76:9) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Insaan 9 
 
 إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا (9 Ayat  ini menerangkan keikhlasan orang-orang "abrar" yang menyatakan bahwa  mereka memberikan makanan kepada orang miskin, anak yatim dan tawanan  hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah semata-mata, tidak  menghendaki balasan dan tidak pula mengharapkan ucapan terima kasih.
 Jadi  di saat hendak memulai usaha sosial itu hendaklah hati dan lidah  berniat ikhlas karena Allah tanpa dicampuri oleh perasaan lain yang  ingin menerima balasan yang setimpal atau mengharapkan pujian dan  sanjungan orang lain.
 |  | 
   | 10 | Sesungguhnya kami takut akan azab suatu hari  yang (di hari itu orang-orang bermuka) masam, penuh kesulitan (yang  datang) dari Tuhan kami.(QS. 76:10) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Insaan 10 
 
 إِنَّا نَخَافُ مِنْ رَبِّنَا يَوْمًا عَبُوسًا قَمْطَرِيرًا (10 Dalam  ayat ini Allah menerangkan bahwa orang-orang abrar adalah orang yang  mengerjakan segala perbuatan kebaikan seperti tersebut di atas karena  takut pada azab Allah yang ditimpakan pada suatu hari yang penuh  kesulitan dan manusia bermuka masam.
 Artinya kami berbuat sosial  membantu orang lain seperti memberi makanan dan lain-lain, adalah dengan  harapan agar Tuhan mengasihi kami dan memelihara kami dengan kasih  sayang-Nya dari siksaan Hari Kiamat pada saat manusia datang menemui  Tuhan dengan wajah masam karena berbagai macam kesulitan.
 |  | 
   | 11 | Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati.(QS. 76:11) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Insaan 11 
 
 فَوَقَاهُمُ اللَّهُ شَرَّ ذَلِكَ الْيَوْمِ وَلَقَّاهُمْ نَضْرَةً وَسُرُورًا (11 Dalam  ayat ini Allah menjelaskan bahwa sebagai balasan kepada mereka. Dia  memelihara mereka dari kesusahan hari itu dan memberikan kepada mereka  kejernihan wajah dan kegembiraan hati. Hal itu tampak pada wajah mereka  kegembiraan yang berseri-seri menandakan kepuasan hati karena anugerah  Allah yang telah mereka terima. Dalam ayat yang lain yang serupa  maksudnya Allah berfirman:
 
 
 
 وجوه يومئذ مسفرة ضاحكة مستبشرة Artinya: Banyak muka pada hari itu berseri-seri, tertawa dan bergembira ria.
 (Q.S. 'Abasa: 38, 39)
 |  | 
   | 12 | Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) syurga dan (pakaian) sutera,(QS. 76:12) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Insaan 12 
 
 وَجَزَاهُمْ بِمَا صَبَرُوا جَنَّةً وَحَرِيرًا (12 Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa Allah memberi mereka ganjaran karena kesabaran mereka dengan surga dan pakaian sutera.
 Artinya  oleh karena kesabaran mereka dalam berbuat kebaikan ketabahan mereka  menahan diri dari godaan nafsu, dan terkadang-kadang harus menahan  lapar, kurang pakaian (karena berbuat sosial dalam keadaan miskin), maka  Allah membalas yang demikian itu dengan kenikmatan surga dalam bentuk  yang lain berupa pakaian yang terbuat dari sutera.
 Ayat ini sama artinya dengan firman Allah yang lain:
 
 
 
 جنات عدن يدخلونها يحلون فيها من أساور من ذهب ولؤلؤا ولباسهم فيها حرير Artinya: (Bagi  mereka) surga Adn, mereka masuk ke dalamnya, di dalamnya mereka diberi  perhiasan dengan gelang-gelang dari emas, dan dengan mutiara, dan  pakaian mereka di dalamnya adalah sutera.
 (Q.S. Fathir: 33)
 |  | 
   | 13 | di dalamnya mereka duduk bertelekan di atas  dipan, mereka tidak merasakan di dalamnya (teriknya) matahari dan tidak  pula dingin yang bersangatan.(QS. 76:13) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Insaan 13 
 
 مُتَّكِئِينَ فِيهَا عَلَى الْأَرَائِكِ لَا يَرَوْنَ فِيهَا شَمْسًا وَلَا زَمْهَرِيرًا (13 Dalam  ayat ini Allah menerangkan keadaan ahli surga bahwa mereka duduk  bertelekan di atas dipan. Mereka tidak merasakan teriknya matahari dan  tidak pula dinginnya udara.
 Dipan-dipan dalam surga itu dikatakan  tidak pernah ditimpa terik matahari, tidak disentuh oleh udara dingin  yang menusuk sumsum tulang seperti halnya di dunia ini, akan tetapi di  sana hanya ada satu iklim sejuk yang tak pernah berubah. Tidak ada yang  merasakan panas maupun dingin.
 |  | 
   | 14 | Dan naungan (pohon-pohon syurga itu) dekat di atas mereka dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya.(QS. 76:14) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Insaan 14 
 
 وَدَانِيَةً عَلَيْهِمْ ظِلَالُهَا وَذُلِّلَتْ قُطُوفُهَا تَذْلِيلًا (14 Tumbuhnya  pohon yang sangat rindang dan menyejukkan itu melindungi orang-orang  "abrar" sehingga makin bertambahlah kenikmatan yang mereka peroleh.  Demikian pula buah-buahan yang lezat cita rasanya, dan mudah dipetik.  Mereka menikmati sambil berbaring duduk, atau berdiri sesuka hati  mereka.
 |  | 
   | 15 | Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak dan piala-piala yang bening laksana kaca,(QS. 76:15) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Insaan 15 - 16 
 
 وَيُطَافُ  عَلَيْهِمْ بِآنِيَةٍ مِنْ فِضَّةٍ وَأَكْوَابٍ كَانَتْ قَوَارِيرَ (15)  قَوَارِيرَ مِنْ فِضَّةٍ قَدَّرُوهَا تَقْدِيرًا (16 Setelah  menggambarkan makanan, pakaian dan tempat tinggal, maka pada ayat-ayat  berikut ini Allah menerangkan pula bentuk kenikmatan lain, makanan dan  minuman yang dihidangkan kepada mereka di dalam bermacam bentuk, bejana  yang terbuat dari perak juga sejumlah gelas yang sangat bening laksana  kaca yang berkilauan. Bejana dan gelas-gelas itu bening sekali  seolah-olah kaca yang sangat indah dan tinggi sekali nilainya.
 Hadis riwayat Ibnu Abi Hatim dari Ibnu `Abbas menerangkan lebih lanjut:
 
 
 
 ليس في الجنة شيء إلا قد أعطيتم في الدنيا شبهه إلا قوارير من فضة Artinya: Tidak  ada sesuatupun dalam surga, melainkan di dunia telah dianugerahkan  Allah kepadamu sesuatw yang mirip dengan itu, kecuali kaca-kaca terbuat  dan perak.
 (HR. Ibnu Hatim dari Ibnu `Abbas)
 Dalam sebuah ayat lain disebutkan pula:
 
 
 
 يطاف عليهم بصحاف من ذهب وأكواب وفيها ما تشتهيه الأنفس وتلذ الأعين وأنتم فيها خالدون Artinya: Diedarkan  kepada mereka piring-piring dari emas, dan piala-piala dan di dalam  surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap  (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya.
 (Q.S. Az Zukhruf: 71)
 Kemudian disebutkan jenis minuman yang dihidangkan itu yakni:
 |  | 
   | 16 | (yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak yang telah diukur mereka dengan sebaik-baiknya.(QS. 76:16) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Insaan 15 - 16 
 
 وَيُطَافُ  عَلَيْهِمْ بِآنِيَةٍ مِنْ فِضَّةٍ وَأَكْوَابٍ كَانَتْ قَوَارِيرَ (15)  قَوَارِيرَ مِنْ فِضَّةٍ قَدَّرُوهَا تَقْدِيرًا (16 Setelah  menggambarkan makanan, pakaian dan tempat tinggal, maka pada ayat-ayat  berikut ini Allah menerangkan pula bentuk kenikmatan lain, makanan dan  minuman yang dihidangkan kepada mereka di dalam bermacam bentuk, bejana  yang terbuat dari perak juga sejumlah gelas yang sangat bening laksana  kaca yang berkilauan. Bejana dan gelas-gelas itu bening sekali  seolah-olah kaca yang sangat indah dan tinggi sekali nilainya.
 Hadis riwayat Ibnu Abi Hatim dari Ibnu `Abbas menerangkan lebih lanjut:
 
 
 
 ليس في الجنة شيء إلا قد أعطيتم في الدنيا شبهه إلا قوارير من فضة Artinya: Tidak  ada sesuatupun dalam surga, melainkan di dunia telah dianugerahkan  Allah kepadamu sesuatw yang mirip dengan itu, kecuali kaca-kaca terbuat  dan perak.
 (HR. Ibnu Hatim dari Ibnu `Abbas)
 Dalam sebuah ayat lain disebutkan pula:
 
 
 
 يطاف عليهم بصحاف من ذهب وأكواب وفيها ما تشتهيه الأنفس وتلذ الأعين وأنتم فيها خالدون Artinya: Diedarkan  kepada mereka piring-piring dari emas, dan piala-piala dan di dalam  surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap  (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya.
 (Q.S. Az Zukhruf: 71)
 Kemudian disebutkan jenis minuman yang dihidangkan itu yakni:
 |  | 
   | 17 | Di dalam syurga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe.(QS. 76:17) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Insaan 17 
 
 وَيُسْقَوْنَ فِيهَا كَأْسًا كَانَ مِزَاجُهَا زَنْجَبِيلًا (17 Di  dalam surga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya  jahe. Maksudnya penduduk surga dihidangi minuman yang terbuat dari  "zanjabil", yakni sejenis tumbuhan yang lezat cita rasanya dan tumbuh di  daerah Timur Tengah dahulu kata. Biasanya Zanjabil digunakan untuk  berharum-haruman dan orang-orang Arab menyukainya. Ada pula yang  mengatakan nama dari Baitul Ma'ruf. (Tafsir Khazin, VII: 160, 161)
 Minuman,  makanan, mata air, buah-buahan dan lain-lain dalam surga disebutkan  Alquran, satupun tidak ada tandingannya di dunia kecuali yang namanya  mirip kata Ibnu `Abbas.
 |  | 
   | 18 | (Yang didatangkan dari) sebuah mata air syurga yang dinamakan salsabil.(QS. 76:18) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Insaan 18 
 
 عَيْنًا فِيهَا تُسَمَّى سَلْسَبِيلًا (18 Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa minuman ini didatangkan dari sebuah mata air surga yang dinamakan salsabil.
 Artinya  mereka minum dari campuran zanjabil itu berasal dari sebuah sungai  disebut namanya salsabil. Perkataan ini sendiri dalam bahasa Arab  berarti "minuman atau makanan yang lezat" dan juga berarti "anak air  yang mengalir". Tetapi mufassir Ibnul Araby menegaskan: "Aku tidak  mendengar satu perkataan pun seperti salsabil ini melainkan di dalam  Alquran saja". Dari keterangan di atas ini kita hanya dapat menyimpulkan  bahwa nama seperti salsabil, zanjabil dan sebagainya diberikan  keterangan sedemikian rupa yang tidak ada bandingannya dengan yang ada  di atas dunia ini, dan mengenai surga itu kita telah yakin bahwa dia  adalah: Sesuatu yang baik dan penuh nikmat yang mata belum pernah  melihatnya, telinga belum pernah mendengarnya". Oleh karena itu kita tak  dapat memastikan apakah betul-betul demikian makna yang dikehendaki  ayat di atas.
 |  | 
   | 19 | Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan  muda yang tetap muda. Apabila kamu melihat mereka, kamu akan mengira  mereka mutiara yang bertaburan.(QS. 76:19) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Insaan 19 
 
 وَيَطُوفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُخَلَّدُونَ إِذَا رَأَيْتَهُمْ حَسِبْتَهُمْ لُؤْلُؤًا مَنْثُورًا (19 Kemudian  dilanjutkan lagi bahwa mereka dikelilingi pelayan-pelayan muda. Apabila  kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka mutiara yang bertaburan.
 Disebutkan  pula pelayan-pelayan surga yang muda belia dan tetap selamanya muda  akan datang dan berkeliling guna melayani segala keperluan sesuai dengan  permintaan mereka. Mereka tetap muda, cerah dan berseri-seri dan tidak  pernah jemu dan lelah melayani penghuni surga itu.
 Begitu menarik wajah pelayan itu, cerah dan gembira, sehingga yang memandangnya melihat bagaikan mutiara bertebaran.
 |  | 
   | 20 | Dan apabila kamu melihat di sana (syurga), niscaya kamu akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar.(QS. 76:20) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Insaan 20 
 
 وَإِذَا رَأَيْتَ ثَمَّ رَأَيْتَ نَعِيمًا وَمُلْكًا كَبِيرًا (20 Dan apabila kamu melihat surga di sana, niscaya kamu akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar.
 Kalau  dilihat surga itu menurut penuturan ini bagaikan sebuah kerajaan besar,  yang tiada taranya, sehingga banyak penafsiran yang saling berbeda  tentang pengertian kerajaan besar itu. Yang terpenting bagi kita ialah  beriman dan percaya tentang adanya surga yang tidak dapat dilukiskan.
 |  | 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar