Kamis, 30 Januari 2014

TAFSIR AL QUR'AN SURAH AL-WAAQI'AH AYAT 61 - 80 ( 04 )

Cari dalam "TAFSIR" Al Qur'an
Bahasa Indonesia    English Translation    Dutch    nuruddin

No. Pindah ke Surat Sebelumnya... Pindah ke Surat Berikut-nya... [TAFSIR] : AL-WAAQI'AH
Ayat [96]   First Previous Next Last Balik Ke Atas  Hal:4/5
61 untuk menggantikan kamu dengan orang-orang yang seperti kamu (dalam dunia) dan menciptakan kamu kelak (di akhirat) dalam keadaan yang tidak kamu ketahui.(QS. 56:61)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Waaqi'ah 60 - 61

نَحْنُ قَدَّرْنَا بَيْنَكُمُ الْمَوْتَ وَمَا نَحْنُ بِمَسْبُوقِينَ (60) عَلَى أَنْ نُبَدِّلَ أَمْثَالَكُمْ وَنُنْشِئَكُمْ فِي مَا لَا تَعْلَمُونَ (61

Ayat ini menjelaskan, bahwa sesungguhnya Allah SWT menentukan kematian manusia, dan bahkan Ia telah menetapkan waktu tertentu bagi kematian setiap manusia, yang semuanya itu ditentukan dan ditetapkan menurut kehendak-Nya, suatu hal yang mengandung hikmah dan kebijaksanaan yang tak dapat diketahui oleh manusia. Ketentuan dan ketetapan Allah SWT dalam menciptakan atau mematikan seseorang tidaklah dapat dipengaruhi atau dihalang-halangi oleh siapa pun. Demikian juga Allah SWT Maha kuasa untuk menggantikan suatu umat dengan umat yang lain yang serupa dan Maha Kuasa melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh manusia, antara lain membangkitkan manusia kembali dari kuburnya, tak dapat manusia mengetahui kapan terjadinya.
62 Dan sesungguhnya kamu telah mengetahui penciptaan yang pertama, maka mengapakah kamu tidak mengambil pelajaran (untuk penciptaan yang kedua)?(QS. 56:62)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Waaqi'ah 62

وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ النَّشْأَةَ الْأُولَى فَلَوْلَا تَذَكَّرُونَ (62

Ayat ini menjelaskan bahwa sesungguhnya manusia itu mengetahui bahwa Allahlah yang menciptakan mereka dari semula dari sejak tidak ada, dan tak pernah menjadi sebutan sebelumnya.
Cobalah mereka pikirkan dan renungkan bahwa Allah SWT yang Maha Kuasa menciptakan mereka pada penciptaan yang pertama, pastilah Ia Maha kuasa pula menciptakan mereka lagi pada penciptaan yang kedua, yakni bahwa Allah Maha Kuasa menghidupkan mereka dari tulang-belulang, yang sekian lamanya berada di alam kubur, Allah maha kuasa untuk menghidupkan kembali seperti keadaan sebelum mati.
Bahkan dinyatakan dalam ayat lain bahwa menghidupkan orang yang telah mati dari kuburnya itu lebih mudah daripada menciptakannya pada pertama kali, sebagaimana Firman Nya:


وهو الذي يبدء الخلق ثم يعيده وهو أهون عليه
Artinya:
Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi Nya.
(Q.S. Ar Rum: 27)
Dalam hubungan ini Rasulullah saw bersabda; yang artinya Alangkah anehnya orang yang mengingkari kebangkitan manusia dan alangkah anehnya pula orang yang mempercayai kebangkitan kedua, padahal ia hanya berusaha untuk kepentingan dirinya saja.
63 Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam?(QS. 56:63)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Waaqi'ah 63 - 64

أَفَرَأَيْتُمْ مَا تَحْرُثُونَ (63) أَأَنْتُمْ تَزْرَعُونَهُ أَمْ نَحْنُ الزَّارِعُونَ (64

Dalam ayat ini, dengan cara mengemukakan pertanyaan, Allah SWT mengungkapkan kepada manusia, yang sebagian besar dari mereka lupa akan keagungan nikmat yang diungkapkan tersebut, walaupun mereka merasakan kelezatan nikmat-nikmat tersebut sepanjang masa.
Allah SWT menyampaikan pertanyaan kepada manusia, untuk dipikirkan dan direnungkan mengenai berbagai tanaman yang ditanam oleh manusia, baik tanaman yang di sawah, di ladang, maupun bibit pohon-pohonan yang ditanam di perkebunan. Diungkapkan bahwa bagi semua tanaman tersebut di atas, kedudukan manusia hanya sekadar sebagai penanamnya, pemupuk dan memeliharanya dari berbagai gangguan yang membawa kerugian.
Tetapi, kebanyakan manusia lupa terhadap siapakah yang menumbuhkan tanaman tersebut. Siapakah yang menambah panjang akarnya menembus ke dalam tanah. sehingga pohon tersebut dapat berdiri tegak? Siapakah yang menumbuhkan daun dan dahannya? Siapa pulakah yang menumbuhkan bunga dan buahnya?
Pertanyaan-pertanyaan yang dikumpulkan dalam ayat ini adalah soal-soal yang penting yang sering diabaikan oleh manusia.
Bukankah manusia sekadar mencangkul dan menggemburkan tanahnya? Bukankah manusia sekadar menanamkan bibit yang telah dipilihnya sebagai bibit yang terbaik? Dan bukankah manusia sekadar menyiram, mengairinya, dan membersihkannya dari berbagai rumput dan hama yang mengganggu pertumbuhannya dan bukankah manusia sekadar memupuknya?
Tetapi yang terang dan jelas serta tidak ragu-ragu lagi adalah:
1. Allahlah yang menumbuhkan tanaman tersebut.
2. Allahlah yang menumbuhkan tunas, membesarkan pohon-pohonnya, dan menambah dahan serta rantingnya.
3. Allahlah yang memekarkan bunga dan membesarkan buahnya, sejak buah itu muda dan tidak enak rasanya sampai menjadi buah yang besar dan dinikmati manusia.
64 Kamukah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkannya?(QS. 56:64)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Waaqi'ah 64

أَأَنْتُمْ تَزْرَعُونَهُ أَمْ نَحْنُ الزَّارِعُونَ (64

(Kaliankah yang menumbuhkannya) suatu pertanyaan, apakah kalian yang telah menumbuhkannya (ataukah Kami yang menumbuhkannya?)
65 Kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan dia kering dan hancur; maka jadilah kamu heran tercengang.(QS. 56:65)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Waaqi'ah 65 - 67 

لَوْ نَشَاءُ لَجَعَلْنَاهُ حُطَامًا فَظَلْتُمْ تَفَكَّهُونَ (65) إِنَّا لَمُغْرَمُونَ (66) بَلْ نَحْنُ مَحْرُومُونَ (67

Kemudian dijelaskan pula oleh Allah SWT bahwa walaupun tanaman tersebut sangat baik pertumbuhannya dan buahnya menimbulkan harapan untuk mendatangkan keuntungan berlimpah-limpah, namun apabila Allah Taala menghendaki yang lain dari pada itu, maka tanaman yang diharapkan itu dapat berubah menjadi tanaman yang tidak berbuah, hampa atau terserang berbagai macam penyakit dan hama, seperti hama wereng, hama tikus, dan sebagainya, sehingga pemiliknya tertegun dan merasa sedih, karena keuntungannya dalam sekejap mata menjadi kerugian yang luar biasa, sedang untuk membayar berbagai macam pengeluaran seperti ongkos-ongkos mencangkul, menanam, menyiram, memupuk, dan membersihkan rumput merupakan beban berat dan merugikan baginya.
66 (Sambil berkata): `Sesungguhnya kami benar-benar menderita kerugian`,(QS. 56:66)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Waaqi'ah 66

إِنَّا لَمُغْرَمُونَ (66

(-Seraya mengatakan-, "Sesungguhnya kami benar-benar menderita kerugian,) biaya yang telah kami tanamkan buat tanaman kami.

67 bahkan kami menjadi orang yang tidak mendapat hasil apa-apa.(QS. 56:67)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Waaqi'ah 67

بَلْ نَحْنُ مَحْرُومُونَ (67

(Bahkan kami menjadi orang-orang yang tidak mendapat hasil apa-apa") kami tidak mendapatkan rezeki apa-apa.
68 Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum.(QS. 56:68)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Waaqi'ah 68 - 70 

أَفَرَأَيْتُمُ الْمَاءَ الَّذِي تَشْرَبُونَ (68) أَأَنْتُمْ أَنْزَلْتُمُوهُ مِنَ الْمُزْنِ أَمْ نَحْنُ الْمُنْزِلُونَ (69) لَوْ نَشَاءُ جَعَلْنَاهُ أُجَاجًا فَلَوْلَا تَشْكُرُونَ (70

Dalam ayat-ayat ini, kembali Allah SWT mengungkapkan salah satu dari pada nikmat Nya yang agung, untuk direnungkan dan dipikirkan oleh manusia apakah mereka mengetahui tentang fungsi air yang mereka minum.
Apakah mereka yang menurunkan air itu dari langit yaitu air hujan ataukah Allah SWT yang menurunkannya.
Air hujan itu manakala direnungkan oleh manusia, tahulah mereka bahwa ia berasal dari uap air yang terkena panas matahari. Setelah menjadi awan dan kemudian menjadi mendung yang sangat hitam bergumpal-gumpal, maka turunlah uap air itu sebagai air hujan yang sejuk dan tawar, tidak asin seperti air laut. Air tawar tersebut menyegarkan badan serta menghilangkan haus.
Bila tak ada hujan, pasti tak ada sungai yang mengalir, tak akan ada mata air dan berapa meter pun dalamnya orang menggali sumur, niscaya tak akan keluar airnya. Dan bila tak ada air, rumputpun tidak akan tumbuh, apalagi tanaman yang ditanam orang.
Apabila tidak ada hujan, pasti tidak ada air yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Kalau tanaman dan tumbuh-tumbuhan tidak tumbuh, maka binatang ternakpun tak ada. Tak akan ada ayam, tak akan ada kerbau dan sapi, tak akan ada kambing dan domba. Sebab hidup memerlukan makan dan minum. Kalau tak ada yang dimakan, dan tak ada yang diminum, bagaimana bisa hidup? Dan kalau tak ada tanaman dan tumbuh-tumbuhan, dan tak ada air tawar untuk diminum, bagaimana manusia bisa hidup? Apakah mesti makan tanah? Dan apakah yang akan diminum? Kalau ada air, jika air tersebut dijadikan Tuhan asin rasanya, pasti tidak bisa menghilangkan haus dan tak dapat dipergunakan untuk menyiram atau mengairi tanaman.
Dan siapakah yang menurunkan hujan tersebut? Bukankah hanya Allah SWT saja yang dapat menurunkan hujan sehingga mengalir dan sumur dapat mengeluarkan air?
Mengapakah manusia tidak bersyukur kepada Allah? Padahal Dialah yang menurunkan hujan yang demikian banyak manfaatnya sebagaimana firman-Nya:


هو الذي أنزل من السماء ماء لكم منه شراب ومنه شجر فيه تسيمون ينبت لكم به الزرع والزيتون والنخيل والأعناب ومن كل الثمرات إن في ذلك لآية لقوم يتفكرون
Artinya:
Dialah yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman zaitun, kurma, anggur, dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.
(Q.S. An Nahl: 10, 11)
Dalam hubungan ini terdapat hadis yang berbunyi:


إن النبي صلى الله عليه وسلم كا إذا شرب الماء قال: الحمد لله الذي سقانا عذبا فراتا برحمته ولم يجعله ملحا أجاجا بذنوبنا
Artinya:
Sesungguhnya Nabi saw apabila beliau selesai minum air, beliau mengucapkan: "Segala puji adalah bagi Allah yang telah memberikan minuman kepada kita air tawar yang menyegarkan dengan rahmat-Nya dan tidak dijadikannya air asin disebabkan dosa-dosa kita".
(H.R. Ibnu Abi Hatim dari Abu Ja'far)
69 Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan?(QS. 56:69)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Waaqi'ah 69

أَأَنْتُمْ أَنْزَلْتُمُوهُ مِنَ الْمُزْنِ أَمْ نَحْنُ الْمُنْزِلُونَ (69

(Kaliankah yang menurunkannya dari awan) lafal Muzni adalah bentuk jamak dari lafal Muznatun, artinya awan yang membawa air hujan (ataukah Kami yang menurunkannya).

70 Kalau Kami kehendaki niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur?(QS. 56:70)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Waaqi'ah 70

لَوْ نَشَاءُ جَعَلْنَاهُ أُجَاجًا فَلَوْلَا تَشْكُرُونَ (70

(Kalau Kami kehendaki niscaya Kami jadikan dia asin) berasa asin hingga tidak dapat diminum (maka mengapa tidak) kenapa tidak (kalian bersyukur?
71 Maka terangkanlah kepadaku tentang api yang kamu nyalakan (dari gosokan-gosokan kayu).(QS. 56:71)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Waaqi'ah 71 - 74 

أَفَرَأَيْتُمُ النَّارَ الَّتِي تُورُونَ (71) أَأَنْتُمْ أَنْشَأْتُمْ شَجَرَتَهَا أَمْ نَحْنُ الْمُنْشِئُونَ (72) نَحْنُ جَعَلْنَاهَا تَذْكِرَةً وَمَتَاعًا لِلْمُقْوِينَ (73) فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ (74

Dalam ayat ini, Allah mengungkapkan tentang nikmat yang hampir dilupakan manusia.
Ungkapan tersebut berbentuk pertanyaan untuk dipikirkan dan direnungkan oleh manusia, apakah mengetahui tentang pentingnya fungsi api? Cara membuat api yang dilakukan pada zaman purba adalah dengan cara menggosok-gosokkan dua batang kayu, hingga menyala, atau dengan cara menggoreskan baja di atas batu, sehingga memercikkan api dan ditampung percikan tersebut pada kawul tersebut, yang kemudian dapat dipergunakan untuk menyalakan api di dapur guna memasak berbagai masakan yang akan dihidangkan untuk dinikmati oleh manusia, atau api yang dinyalakan menurut cara sekarang, menggoreskan batang geretan pada korek api, maka nyalalah ia, atau dengan korek yang mempergunakan roda baja kecil sebagai alat pemutar untuk diputarkan pada batu api, dan kemudian percikannya ditampung pada sumbu yang dibasahi dengan bensin, sehingga nyalalah sumbu tersebut.
Baik membuat api itu dengan cara zaman dahulu maupun menurut cara zaman sekarang, yang menjadi pertanyaan ialah siapakah yang menyediakan kayunya, atau batu apinya, bajanya, dan kawulnya? Juga siapakah yang menyediakan bahan bensin dan sebagainya? Bukankah bahan-bahan yang menjadi sebab api menyala baik berupa kayu bakar maupun minyak tanah, hanyalah Allah saja yang menjadikan Nya?
Meskipun tersedia beras, sayur-mayur dan lauk-pauknya, bila tidak ada api, tidak dapat kita memakannya karena masih mentah.
Alangkah tidak enaknya, kalau makanan serba mentah: Daging mentah, dan nasinya masih berupa beras. Bagaimanakah timbul selera, kalau segala-galanya serba mentah?
Dengan gambaran tersebut, jelaslah bagaimana pentingnya api bagi keperluan manusia. Dan karena api itu didapat dengan mudah setiap hari, maka hampir-hampir tak terpikirkan oleh manusia betapa api itu memberi kenikmatan. Hampir-hampir jarang orang bersyukur dan berterima kasih atas adanya api. Karena pentingnya api itu, Allah menegaskan bahwa api dijadikan untuk peringatan bagi manusia dan bahan yang berguna bagi musafir di padang pasir, dan wajarlah manusia bertasbih dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Besar.
72 Kamukah yang menjadikan kayu itu atau Kamikah yang menjadikannya?(QS. 56:72)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Waaqi'ah 72

أَأَنْتُمْ أَنْشَأْتُمْ شَجَرَتَهَا أَمْ نَحْنُ الْمُنْشِئُونَ (72

(Kaliankah yang menjadikan kayu itu) yang dimaksud adalah pohon Marakh dan pohon 'Affar yang kayunya dapat dijadikan sebagai pemantik api (atau Kamikah yang menjadikannya?).

73 Kami menjadikan api itu untuk peringatan dan bahan yang berguna bagi musafir di padang pasir.(QS. 56:73)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Waaqi'ah 73

نَحْنُ جَعَلْنَاهَا تَذْكِرَةً وَمَتَاعًا لِلْمُقْوِينَ (73

(Kami menjadikan api itu untuk peringatan) yakni mengingatkan tentang neraka Jahanam (dan sebagai bekal) dalam perjalanan (bagi orang-orang yang mengadakan perjalanan) diambil dari lafal Aqwal Qaumu, yakni kaum itu kini berada di padang pasir yang tandus, tiada tumbuh-tumbuhan dan air padanya.

74 Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Maha Besar.(QS. 56:74)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Waaqi'ah 74

 فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ (74

(Maka bertasbihlah) artinya, Maha Sucikanlah (dengan menyebut nama) huruf Ba di sini adalah Zaidah (Rabbmu Yang Maha Besar) yakni Allah Yang Maha Besar.
75 Maka Aku bersumpah dengan masa turunnya bagian-bagian Al quran,(QS. 56:75)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Waaqi'ah 75 - 76

فَلَا أُقْسِمُ بِمَوَاقِعِ النُّجُومِ (75) وَإِنَّهُ لَقَسَمٌ لَوْ تَعْلَمُونَ عَظِيمٌ (76

\h091 Sebagian ahli tafsir \x menjelaskan ayat ini bahwa Allah bersumpah dengan masa turunnya bahagian-bahagian Alquran adalah menunjukkan betapa pentingnya hal tersebut.
Alquran diturunkan sekaligus dari Lohmahfuz ke langit paling dekat pada malam Lailatulkadar (malam yang sangat mulia). Kemudian, diturunkanlah lagi secara berangsur-angsur menurut keperluannya dari langit dunia kepada Nabi Muhammad saw hingga selesai seluruhnya dalam masa 22 tahun 2 bulan 22 hari.
Masa turunnya bagian-bagian Alquran tersebut mengandung arti penting, kebijaksanaan turunnya sebagian-sebagian yaitu sesuatu surah atau sesuatu ayat antara lain ialah agar tiap surah atau ayat itu dapat dijangkau paham pengertiannya secara lebih luas dan lebih mendalam. Allah SWT menegaskan lagi bahwa sumpah turunnya bahagian-bahagian Alquran tersebut sangat besar artinya karena hal itu mengandung isyarat terhadap agungnya kekuasaan Allah dan kesempurnaan hikmah kebijaksanaan-Nya dan keluasan rahmat-Nya dan tidak menyia-nyiakan hamba-Nya.
76 Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui,(QS. 56:76)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Waaqi'ah 76

وَإِنَّهُ لَقَسَمٌ لَوْ تَعْلَمُونَ عَظِيمٌ (76

(Sesungguhnya sumpah itu) sumpah dengan memakai namanya ita (adalah sumpah yang besar kalau kalian mengetahui) jika kalian termasuk orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan niscaya kalian mengetahui besarnya sumpah ini.
77 sesungguhnya Al quran ini adalah bacaan yang sangat mulia,(QS. 56:77)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Waaqi'ah 77 - 80 

إِنَّهُ لَقُرْآنٌ كَرِيمٌ (77) فِي كِتَابٍ مَكْنُونٍ (78) لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ (79) تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ (80

Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan bahwa Alquran ini adalah Wahyu Ilahi, yang mengandung faedah dan kemanfaatan yang tiada terhingga, yang berisi ilmu dan petunjuk pasti yang membawa kebahagiaan kepada manusia untuk kehidupan dunia dan akhirat, dan yang membacanya ialah termasuk ibadah.
Alquran adalah sumber ilmu tauhid, dan ilmu fikih, ilmu tasauf, dan lain-lain.
Alquran itu terjamin kesuciannya; hanyalah Malaikat Al Muqarrabin yang pernah menyentuhnya dari Lohmahfuz, di antaranya Jibril as saja yang ditugaskan menyampaikannya kepada Nabi Besar Muhammad saw.
Mengenai ayat 79, sebahagian Ahli Tafsir berpendapat tentang Alquran itu:


لا يمسه إلا المطهرون
Artinya:
Tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan.
(Q.S. Al-Waqi'ah: 79)
Sebagian ulama Fikih berpendapat bahwa ayat 79 ini melarang orang-orang yang berhadas, baik hadas kecil maupun hadas besar, menyentuh atau memegang mushaf Alquran. Pendapat inilah yang dianut oleh sebagian besar, umat Indonesia.
Selanjutnya Allah menjelaskan bahwa Alquran ini sesungguhnya diturunkan dari Tuhan yang menguasai alam semesta.
Maka sungguh sesatlah orang-orang yang menuduh bahwa Alquran ini sihir atau syair.
78 pada kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuzh),(QS. 56:78)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Waaqi'ah 78

فِي كِتَابٍ مَكْنُونٍ (78

(Pada Kitab) yang tertulis dalam Kitab (yang terpelihara) yang dijaga, maksudnya Mushhaf Alquran.
79 tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan.(QS. 56:79)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Waaqi'ah 79

لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ (79

079. (Tidak menyentuhnya) adalah kalimat berita, tetapi mengandung makna perintah, yakni jangan menyentuhnya (kecuali orang-orang yang telah bersuci) yakni orang-orang yang telah menyucikan dirinya dari hadas-hadas.

Yakni tidak ada yang menyentuh Al Qur’an selain hamba-hamba yang disucikan, yaitu para malaikat yang yang mulia, dimana Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyucikan mereka dari dosa-dosa dan cacat. Menurut sebagian ulama, ayat ini mengingatkan, bahwa tidak boleh menyentuh Al Qur’an kecuali orang yang suci. Oleh karena itu, ada yang berpendapat, bahwa ayat ini meskipun bentuknya berita, namun terdapat larangan, yaitu tidak boleh menyentuh Al Qur’an kecuali orang yang suci.

80 Diturunkan dari Tuhan Semesta Alam.(QS. 56:80)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Waaqi'ah 80

تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ (80

(Diturunkan) ia diturunkan (dari Rabb semesta alam).

Maksudnya, Al Qur’an yang telah disebutkan sifatnya itu turun dari Allah Tuhan Yang Mengurus seluruh alam; Dia mengurus hamba-hamba-Nya dengan nikmat-nikmat dunia dan agama, dimana di antara kepengurusan-Nya kepada mereka yang paling besarnya adalah dengan menurunkan Al Qur’an ini yang di dalamnya terdapat petunjuk bagi mereka agar mereka dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat. Hal ini menunjukkan, bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala setelah menciptakan mereka, maka Dia tidak membiarkan mereka begitu saja, bahkan tetap mengurus mereka dengan nikmat-nikmat-Nya baik nikmat dunia berupa rezeki maupun nikmat agama berupa petunjuk. Dengan Al Qur’an Allah berikan rahmat kepada hamba-hamba-Nya yang mereka tidak sanggup untuk mensyukurinya. Oleh karena itu, mereka harus menjunjung tinggi isi Al Qur’an, mengamalkannya dan mendakwahkannya.

Halaman  First Previous Next Last Balik Ke Atas   Total [5]
Ayat 61 s/d 80 dari [96]


Sumber Tafsir dari :

1. Tafsir DEPAG RI, 2. Tafsir Jalalain Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger... Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Edy_Hari_Yanto's  album on Photobucket
TPQ NURUDDIN NEWS : Terima kasih kepada donatur yang telah menyisihkan sebagian rezekinya untuk pembangunan TPQ Nuruddin| TKQ-TPQ "NURUDDIN" MENERIMA SANTRI DAN SANTRIWATI BARU | INFORMASI PENDAFTARAN DI KANTOR TPQ "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN-WONOAYU