| 41 | Dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa  orang rasul sebelum kamu maka turunlah kepada orang yang mencemoohkan  rasul-rasul itu azab yang selalu mereka perolok-olokkan.(QS. 21:41) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anbiyaa' 41 
 
 وَلَقَدِ اسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍ مِنْ قَبْلِكَ فَحَاقَ بِالَّذِينَ سَخِرُوا مِنْهُمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (41 Pada  ayat ini Allah menegaskan bahwa azab akhirat yang diancamkan kepada  kaum kafir itu pasti akan terjadi, bahkan akan datang kepada mereka  secara tiba-tiba dan tak terduga, sehingga menyebabkan mereka menjadi  panik, tidak sanggup menyelamatkan diri. Dan mereka benar-benar tidak  akan diberi tenggang waktu untuk bersiap-siap guna menyelamatkan diri  dari padanya.
 Akhirnya pada ayat ini Allah memberikan hiburan kepada  Nabi Muhammad yang selalu mendapat ejekan dari kaum kafir, Allah  menegaskan bukan dia saja yang pernah diejek oleh kaum kafir itu. Bahan  semua Rasul yang diutus Allah sebelumnya juga menjadi sasaran ejekan  mereka. Akan tetapi azab yang dahulu mereka perolok-olokkan itu akhirnya  datang melanda mereka Dan tak seorang pun dapat menyelamatkan mereka  dari azab yang dahsyat itu.
 |  | 
   | 42 | Katakanlah: `Siapakah yang dapat memelihara  kamu di waktu malam dan siang hari daripada (azab Allah) Yang Maha  Pemurah?` Sebenarnya mereka adalah orang-orang yang berpaling dari  mengingati Tuhan mereka.(QS. 21:42) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anbiyaa' 42 
 
 قُلْ مَنْ يَكْلَؤُكُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ مِنَ الرَّحْمَنِ بَلْ هُمْ عَنْ ذِكْرِ رَبِّهِمْ مُعْرِضُونَ (42 Dengan  ayat ini Allah SWT menyuruh Nabi untuk menjawab ejekan itu dengan cara  mengajukan pertanyaan kepada mereka tentang siapakah yang dapat  memelihara dan melindungi mereka dari azab Allah. baik pada waktu malam.  maupun pada waktu siang?
 Pertanyaan itu dimaksudkan untuk  menyadarkan mereka, bahwa tak seorangpun kuasa untuk melindungi mereka  dari kemurkaan dan azab Allah, karena Dia adalah Maha Kuasa untuk  berbuat apa yang dikehendaki-Nya. Andai kata mereka selalu ingat tentang  iradah dan kekuasaan Allah, niscaya mereka tidak akan melakukan ejekan  dan tantangan semacam itu. Akan tetapi, karena mereka adalah orang-orang  yang telah berpaling dari mengingat Allah dan kekuasaan-Nya, maka  itulah sebabnya mereka mengejek Rasul-Nya dan menantang dengan sikap  yang angkuh agar azab tersebut segera ditimpakan kepada mereka.
 |  | 
   | 43 | Atau adakah mereka mempunyai tuhan-tuhan yang  dapat memelihara mereka dari (azab) Kami. Tuhan-tuhan itu tidak sanggup  menolong diri mereka sendiri dan tidak (pula) mereka dilindungi daripada  (azab) Kami itu?(QS. 21:43) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anbiyaa' 43 
 
 أَمْ لَهُمْ آلِهَةٌ تَمْنَعُهُمْ مِنْ دُونِنَا لَا يَسْتَطِيعُونَ نَصْرَ أَنْفُسِهِمْ وَلَا هُمْ مِنَّا يُصْحَبُونَ (43 Ayat  ini merupakan lanjutan dari ayat sebelumnya, di mana Allah menyuruh  Rasul-Nya untuk mengajukan pertanyaan kepada kaum kafir, untuk  menyadarkan mereka tentang kekuasaan Allah SWT. Isi pertanyaan yang  disebutkan dalam ayat ini adalah, "Apakah mereka mempunyai tuhan-tuhan  yang dapat memelihara dari azab Allah ? Tentu saja tidak ada, karena  tuhan-tuhan mereka yang berujud patung-patung dan berhala itu sudah  pasti tidak mampu untuk menolong mereka, bahkan menolong dirinya  sendiripun ia tidak mampu. Pada akhir ayat ini Allah SWT menegaskan  lagi, bahwa tuhan-tuhan yang disembah mereka itu tidak pula terlindung  dari azab Allah. Kalau demikian halnya, bagaimana mereka akan mampu  untuk melindungi para penyembahnya?
 Dengan demikian, maka ayat ini  mengemukakan dua macam kelemahan tuhan-tuhan yang disembah kaum kafir  itu, yang menyebabkan tidak pantasnya mereka disembah dan dipertuhan.
 Pertama: Bahwa mereka tidak mampu untuk menolong diri sendiri.
 Kedua: Bahwa merekapun tidak terlindung dari azab Allah. Dengan demikian, keadaannya lebih rendah dari penyembahnya.
 Ketiga:  Dengan adanya dua macam kenyataan itu, seharusnya mereka dapat  mengambil kesimpulan, bahwa benda-benda yang mereka sembah itu tidak  mempunyai kemampuan apapun untuk melindungi mereka dari azab Allah SWT.
 |  | 
   | 44 | Sebenarnya Kami telah memberi mereka dan  bapak-bapak mereka kenikmatan (hidup di dunia) hingga panjanglah umur  mereka. Maka apakah mereka tidak melihat bahwasanya Kami mendatangi  negeri (orang kafir), lalu Kami kurangi luasnya dari segala penjurunya.  Maka apakah mereka yang menang?(QS. 21:44) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anbiyaa' 44 
 
 بَلْ  مَتَّعْنَا هَؤُلَاءِ وَآبَاءَهُمْ حَتَّى طَالَ عَلَيْهِمُ الْعُمُرُ  أَفَلَا يَرَوْنَ أَنَّا نَأْتِي الْأَرْضَ نَنْقُصُهَا مِنْ أَطْرَافِهَا  أَفَهُمُ الْغَالِبُونَ (44 Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan  bahwa Dia memberikan kenikmatan hidup dan harta kekayaan kepada kaum  kafir itu, sehingga mereka dapat hidup enak dengan usia panjang. Akan  tetapi kaum Muslimin tak usah iri hati dan merasa silau melihat  kenikmatan hidup mereka itu, karena semua kekayaan dan kemewahan itu  diberikan Allah kepada mereka adalah juga menjadi ancaman azab kepada  mereka, karena semuanya itu akan menyebabkan hati mereka berkarat, dan  tabiat mereka akan menjadi kasar sehingga menjerumuskan mereka kepada  perbuatan-perbuatan yang tidak. baik. Semuanya itu mengakibatkan  dosa-dosa mereka bertambah banyak, dan azab yang akan mereka terima  bertambah berat.
 Dengan demikian dapat dipahami bahwa Allah memberi  mereka kemewahan dan kenikmatan hidup bukanlah karena Dia tidak kuasa  menurunkan azab kepada mereka, bahkan sebaliknya kemewahan itu  menjerumuskan mereka kepada kebinasaan lahir batin, serta azab yang  pedih.
 Selain itu. dalam ayat ini disebutkan pula suatu macam yang  lain yang ditimpakan Allah kepada mereka, yaitu: berkurangnya jumlah  para pengikut mereka lantaran banyak yang masuk Islam, dan akibatnya  daerah kekuasaan merekapun makin berkurang pula karena agama Islam telah  tersebar ke daerah-daerah yang tadinya termasuk daerah kekuasaan  mereka. Dengan susutnya jumlah pengikut dan daerah kekuasaan mereka,  berarti kekuatan mereka pun semakin berkurang.
 Setelah menggambarkan  keadaan mereka itu yang telah menjadi rusak karena kemewahan, dan telah  menjadi lemah karena berkurangnya jumlah pengikut dan kekuasaan mereka,  maka Allah pada akhir ayat tersebut mengajukan suatu pertanyaan bahwa  dalam keadaan semacam itu siapakah yang dapat memperoleh kemenangan,  mereka ataukah Allah?
 Sudah tentu mereka tidak akan memperoleh  kemenangan. Di samping keadaan mereka telah rusak dan lemah, kekuasaan  Allah adalah mutlak atas hamba-Nya, dan Dia berbuat apa yang  dikehendaki-Nya. Tidak sesuatupun yang dapat mengalahkan-Nya.
 |  | 
   | 45 | Katakanlah (hai Muhammad): `Sesungguhnya aku  hanya memberi peringatan kepada kamu sekalian dengan wahyu dan tiadalah  orang-orang yang tuli mendengar seruan, apabila mereka diberi  peringatan`.(QS. 21:45) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anbiyaa' 45 
 
 قُلْ إِنَّمَا أُنْذِرُكُمْ بِالْوَحْيِ وَلَا يَسْمَعُ الصُّمُّ الدُّعَاءَ إِذَا مَا يُنْذَرُونَ (45 Dalam  ayat ini Allah SWT menyuruh Nabi Muhammad saw untuk menegaskan kepada  kaum kafir dan musyrik itu tugas pokoknya sebagai Rasul, yaitu sekadar  menyampaikan peringatan Allah kepada mereka dengan wahyu, yaitu Alquran,  serta menerangkan kepada mereka akibat kekafiran, dengan menerangkan  kisah-kisah tentang umat yang terdahulu. Adapun perhitungan dan  pembalasan atas perbuatan mereka adalah menjadi kekuasaan Allah SWT,  bukan kekuasaan Rasul.
 Di samping itu, dalam ayat ini juga terdapat  sindiran terhadap kaum kafir itu, bahwa mereka adalah seperti  orang-orang tuli, tidak mendengarkan dan tidak memperhatikan peringatan  yang disampaikan kepada mereka. Hati mereka seperti telah tertutup, dan  tidak menerima kebenaran dan petunjuk Allah yang disampaikan Rasul  kepada mereka
 |  | 
   | 46 | Dan sesungguhnya, jika mereka ditimpa sedikit  saja dari azab Tuhanmu, pastilah mereka berkata: `Aduhai, celakalah  kami, bahwasanya kami adalah orang yang menganiaya diri sendiri`.(QS. 21:46) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anbiyaa' 46 
 
 وَلَئِنْ مَسَّتْهُمْ نَفْحَةٌ مِنْ عَذَابِ رَبِّكَ لَيَقُولُنَّ يَا وَيْلَنَا إِنَّا كُنَّا ظَالِمِينَ (46 Allah  SWT menerangkan dalam ayat ini salah satu dari sifat kelakuan kaum  kafir, yaitu bila mereka ditimpa oleh Azab Allah, walaupun hanya sedikit  saja, mereka mengeluh dan menyesali diri, dengan berkata: aduhai,  celakalah kami, bahwasannya kami adalah orang-orang yang menganiaya diri  sendiri.
 Sebelum azab itu datang menimpa, mereka tidak  mempercayainya, bahkan mereka menentang, agar azab tersebut didatangkan  segera kepada mereka, karena keingkaran dan keangkuhan mereka. Tetapi  setelah azab itu datang menimpa tahulah mereka tentang kekuasaan Allah  dan timbullah penyesalan dalam hati mereka. Akan tetapi sesal dahulu  pendapatan, sesal kemudian tak berguna.
 |  | 
   | 47 | Kami akan memasang timbangan yang tepat pada  hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan  jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan  (pahala) nya. Dan cukuplah Kami menjadi pembuat-xxx perhitungan.(QS. 21:47) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anbiyaa' 47 
 
 وَنَضَعُ  الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ  شَيْئًا وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا  وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ (47 Dengan tegas Allah SWT menyatakan  dalam ayat ini, bahwa dalam menilai perbuatan hamba-Nya kelak di hari  kiamat. Allah akan menegakkan neraca keadilan yang benar-benar adil,  sehingga tak seorangpun akan dirugikan dalam penilaian itu.
 Maksudnya:  penilaian itu akan dilakukan setepat-tepatnya, sehingga tak akan ada  seorang hambapun yang amal kebaikannya akan dikurangi sedikitpun,  sehingga menyebabkan pahalanya dikurangi dari yang semestinya ia terima  Sebaliknya tak seorangpun di antara mereka yang kejahatannya  dilebih-lebihkan, sehingga menyebabkan ia mendapat azab yang lebih berat  dari pada yang semestinya, walaupun Allah kuasa berbual demikian.
 Adapun  memberikan pahala yang berlipat ganda dari jumlah kebaikan sekarang,  atau menimpakan azab yang lebih ringan dari kejahatan sekarang, adalah  terserah kepada kehendak Allah dan Allah adalah Maha Pengasih lagi Maha  Penyayang.
 Keadilan Allah SWT menjelaskan bahwa semua kebaikan  manusia, betapapun kecilnya niscaya dibalasi-Nya dengan pahala, dan  semua kejahatannya betapapun kecilnya niscaya dibalasi-Nya dengan azab  atau siksa-Nya. Dalam hubungan ini, Allah SWT berfirman dalam ayat yang  lain.
 
 
 
 فمن يعمل مثقال ذرة خيرا يره ومن يعمل مثقال ذرة شرا يره Artinya: \
 Barangsiapa  yang mengerjakan kebaikan seberat zarahpun, niscaya dia akan melihat  (balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat  zarahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula. (Q.S Al Zalzalah:  7-8)
 Pada akhir ayat ini Allah. menegaskan bahwa cukuplah Dia  sebagai saksi pembuat perhitungan yang paling adil. Ini merupakan  jaminan bahwa penilaian yang akan dilakukan terhadap segala perbuatan  hamba-Nya akan dilakukan-Nya kelak di hari berhisab dengan penilaian  yang seadil-adilnya, sehingga tak seorangpun hamba yang dirugikan atau  teraniaya, yaitu menerima pahala dari kebaikannya atau menerima azab  dari kejahatan yang telah dilakukannya
 |  | 
   | 48 | Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada  Musa dan Harun Kitab Taurat dan penerangan serta pengajaran bagi semua  orang-orang yang bertakwa,(QS. 21:48) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anbiyaa' 48 
 
 وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى وَهَارُونَ الْفُرْقَانَ وَضِيَاءً وَذِكْرًا لِلْمُتَّقِينَ (48 Dalam  ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa Dia telah menurunkan kitab Taurat  kepada Nabi Musa dan Harun. Kitab Taurat tersebut adalah merupakan  penerangan dan pengajaran bagi orang-orang yang bertakwa kepada Allah  SWT.
 Kitab Taurat juga disebut Al Furqan, sebagaimana halnya  Alquran, karena kitab Taurat tersebut juga berisi syariat, yaitu  hukum-hukum dan peraturan-peraturan yang membedakan antara hak dan  batil, antara baik dan buruk, secara hukum, sehingga setiap tingkah laku  dan perbuatan manusia, baik atau buruk, dijelaskan akibat hukum atau  sangsinya. Tidak demikian halnya kitab Injil yang diturunkan kepada Nabi  Isa as. Ia tidak membawa syariat.
 Pada akhir ayat tersebut  ditegaskan bahwa kitab Taurat yang berfungsi sebagai pembawa syariat,  dan sebagai sinar petunjuk dan peringatan, hanyalah berguna bagi  orang-orang yang bertakwa.
 Ini berarti bagi orang-orang yang tidak  bertakwa, yaitu yang tidak bersedia melaksanakan perintah-perintah Allah  serta menjauhi larangan-larangan-Nya, maka Taurat itu tidaklah menjadi  petunjuk. Akan tetapi untuk mereka disediakan azab yang dahsyat
 |  | 
   | 49 | (yaitu) orang-orang yang takut akan (azab)  Tuhan mereka, sedang mereka tidak melihat-Nya, dan mereka merasa takut  akan (tibanya) hari kiamat.(QS. 21:49) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anbiyaa' 49 
 
 الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ وَهُمْ مِنَ السَّاعَةِ مُشْفِقُونَ (49 Selanjutnya dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan sifat-sifat orang yang bertakwa itu.
 Sifat  Pertama. Bahwa mereka senantiasa takut kepada azab Allah, walaupun azab  tersebut merupakan salah satu dari hal-hal yang gaib.
 Sifat Kedua.  Orang-orang yang bertakwa yang disebutkan dalam ayat ini adalah bahwa  mereka senantiasa merasa takut akan datangnya hari kiamat, mengingat hal  yang akan terjadi kelak di hari kiamat itu antara lain hari berhisab  dan hari pembalasan.
 Oleh karena rasa takut mereka terhadap azab  Allah pada hari kiamat yang akan menimpa orang-orang yang tidak  bertakwa, maka mereka yang bertakwa ini selalu menjaga diri terhadap  hal-hal dan perbuatan yang mengakibatkan dosa dan azab maka mereka  senantiasa melaksanakan perintah Allah, serta menjauhi segala  larangan-Nya
 |  | 
   | 50 | Dan Al quran ini adalah suatu kitab  (peringatan) yang mempunyai berkah yang telah Kami turunkan. Maka  mengapakah kamu mengingkarinya?(QS. 21:50) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anbiyaa' 50 
 
 وَهَذَا ذِكْرٌ مُبَارَكٌ أَنْزَلْنَاهُ أَفَأَنْتُمْ لَهُ مُنْكِرُونَ (50 Setelah  menyebutkan kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa as, maka  dalam ayat ini Allah mengalihkan perhatian kepada Alquran yang  diturunkan-Nya kepada Nabi dan Rasul-Nya yang terakhir, Allah menegaskan  bahwa Alquran itu merupakan peringatan dan pelajaran yang sangat  bermanfaat untuk orang-orang yang bertakwa, sehingga sepatutnyalah  diikuti dan dijadikan pegangan yang teguh.
 Pada akhir ayat ini Allah  SWT mencela sikap kaum yang masih mengingkari Alquran, padahal tak ada  satu alasanpun bagi mereka untuk mengingkarinya karena ia hanya membawa  pelajaran dan tuntunan yang bermanfaat bagi mereka apabila mereka  mengikutinya Lagi pula, kebaikan dan manfaat Alquran itu sudah  dijelaskan kepada mereka.
 |  | 
   | 51 | Dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada  Ibrahim hidayah kebenaran sebelum (Musa dan Harun), dan adalah Kami  mengetahui (keadaan) nya.(QS. 21:51) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anbiyaa' 51 
 
 وَلَقَدْ آتَيْنَا إِبْرَاهِيمَ رُشْدَهُ مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا بِهِ عَالِمِينَ (51 Dalam  ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa sebelum Dia mengutus Nabi Musa dan  Harun, Dia juga telah mengutus Nabi Ibrahim as, dan Dia telah  mengaruniakan kepadanya hidayah kebenaran untuk memimpin umatnya, dalam  mencapai keselamatan dunia dan akhirat. Dengan hidayah tersebut ia telah  dapat menyelamatkan dirinya dan umatnya dari kepercayaan yang tidak  benar dan dari penyembahan kepada selain Allah, Seperti patung dan  berhala
 Pada akhir ayat ini Allah menegaskan bahwa Dia mengetahui  benar-benar hal ikhwal Ibrahim, baik keadaannya sebelum diutus menjadi  Rasul, maupun sesudahnya, artinya; Allah SWT mcngetahui benar  kepribadian dan kepercayaan serta watak dan budi pekertinya, yakni bahwa  Ibrahim adalah seorang yang menganut kepercayaan tauhid kepada Allah,  tanpa dicampuri oleh kemusyrikan sedikitpun, dan di samping itu ia juga  mempunyai sifat-sifat dan budi pekerti luhur, sehingga tepatlah kalau ia  dipilih dan diangkat menjadi Nabi dan Rasul.
 Kebanyakan para  mufassir mengatakan bahwa Allah telah memberikan petunjuk kebenaran itu  kepada Ibrahim sejak sebelum ia diangkat menjadi Rasul, sehingga dengan  petunjuk itu ia telah dapat memperhatikan alam ini sehingga ia sampai  kepada keyakinan tentang adanya Allah Yang Maha Esa Oleh sebab itu,  perjuangannya dalam membasmi kemusyrikan berupa penyembahan patung dan  berhala di kalangan kaumnya adalah sebelum ia diangkat menjadi Rasul.
 |  | 
   | 52 | (Ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: `Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?`(QS. 21:52) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anbiyaa' 52 
 
 إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ مَا هَذِهِ التَّمَاثِيلُ الَّتِي أَنْتُمْ لَهَا عَاكِفُونَ (52 Allah  menjelaskan dalam ayat ini, hanya Dia telah mengaruniakan petunjuk  kepada Ibrahim, ia berkata kepada ayahnya Azar yang sedang berkumpul  bersama kaumnya, "Patung-patung apakah ini yang kamu beribadat kepada  nya dengan tekun?.
 Pertanyaan itu mengandung arti bahwa Azar dan  kaumnya seharusnya menggunakan akal pikiran mereka untuk merenungkan  bahwa benda-benda tersebut tidak patut disembah, karena tidak mempunyai  sifat-sifat sebagai Tuhan yang layak untuk disembah. Mereka menyembah  barang-barang yang dicipta, bukan pencipta, serta tidak dapat  mendatangkan manfaat untuk dirinya, apalagi untuk orang lain. Mereka  tidak menyembah Allah padahal Allah adalah Pencipta, Pemelihara,  Pendidik, Pelindung, dan Penguasa seluruh makhluk Andai kata mereka mau  memikirkannya, niscaya mereka tidak akan berbuat demikian, jadi mereka  itu sebenarnya adalah orang-orang yang tidak mau menggunakan akal  pikiran yang telah dikaruniakan Allah kepada mereka.
 |  | 
   | 53 | Mereka menjawab: `Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya`.(QS. 21:53) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anbiyaa' 53 
 
 قَالُوا وَجَدْنَا آبَاءَنَا لَهَا عَابِدِينَ (53 Dalam  ayat ini dijelaskan bahwa Azar dan kaumnya menjawab pertanyaan Ibrahim  dengan pernyataan bahwa mereka menyembah patung hanyalah sekadar  mengikuti perbuatan nenek moyang mereka.
 Jawaban tersebut menunjukkan bermacam-macam kelemahan.
 Pertama,  bahwa mereka tidak dapat menjawab pertanyaan Ibrahim tadi dengan  menggunakan alasan-alasan yang masuk akal, yang didasarkan atas  kebenaran,
 Kedua, bahwa mereka dalam hidup beragama hanyalah  berdasarkan rasa taassub (fanatik) kepada tradisi nenek moyang, bukan  berdasarkan keyakinan dan pemikiran yang sehat.
 Ketiga, mereka  menutup diri terhadap hal-hal yang berbeda dari kebiasaan mereka,  walaupun nyata kebenarannya Seolah-olah telinga mereka telah tersumbat,  dan hati mereka telah tertutup rapat.
 Sifat taassub dan bertaklid  buta adalah ciri khas orang-orang yang tak mampu mengatakan pendirian  mereka dengan bukti yang benar dan hujah yang kuat, karena memang  pendirian yang mereka anut itu tidak benar. Mereka menganutnya hanya  sekadar menjaga tradisi yang mereka pusakai dari nenek moyang. Sifat  tersebut sangat menghambat kemajuan manusia, dan menjerumuskan mereka  kepada keingkaran terhadap yang benar, bahkan kepada kekafiran terhadap  Allah.
 Bahkan dalam kalangan kaum Muslimin kita dapati pula  orang-orang yang bertaklid buta terhadap sesuatu mazhab, atau terhadap  seorang imam, sehingga mereka tak mau menerima kebenaran yang datang  dari orang lain. Sifat semacam itu bertentangan dengan ajaran agama  Islam, yang selalu menganjurkan agar manusia menggunakan akal pikirannya  dalam mencari kebenaran.
 Para imam dari mazhab-mazhab fikih  lingkungan Islam melarang para pengikutnya untuk bertaklid kepadanya,  dan menganjurkan agar mereka suka menerima pendapat orang lain, bila  ternyata lebih benar dari pendapat yang dianutnya
 |  | 
   | 54 | Ibrahim berkata: `Sesungguhnya kamu dan bapak-bapakmu berada dalam kesesatan yang nyata`.(QS. 21:54) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anbiyaa' 54 
 
 قَالَ لَقَدْ كُنْتُمْ أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (54 Ayat  ini menerangkan bahwa Ibrahim membalas jawaban mereka itu dengan  menunjukkan keburukan perbuatan serta perbuatan nenek moyang mereka yang  menyembah selain Allah. Ibrahim mengatakan kepada ayahnya beserta.  kaumnya, bahwa mereka semuanya beserta nenek moyangnya berada dalam  kesesatan yang nyata, karena mereka menyembah patung dan berhala. Dengan  perbuatan itu mereka telah jauh dari kebenaran dan menyimpang dari  jalan yang hak. Mereka tidak berpegang kepada agama yang benar dan akal  sehat. Yang menjadi pegangan mereka hanyalah keinginan hawa nafsu dan  bisikan iblis.
 |  | 
   | 55 | Mereka menjawab: `Apakah kamu datang kepada kami dengan sungguh-sungguh ataukah kamu termasuk orang-orang yang bermain-main?`(QS. 21:55) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anbiyaa' 55 
 
 قَالُوا أَجِئْتَنَا بِالْحَقِّ أَمْ أَنْتَ مِنَ اللَّاعِبِينَ (55 Dalam  ayat ini disebutkan jawaban Azar dan kaumnya kepada Ibrahim, yaitu,  "Apakah engkau datang kepada kami dengan membawa kebenaran, ataukah  engkau hanya berolok-olok saja?".
 Dari ucapan mereka itu dapat kita simpulkan adanya beberapa pertanyaan
 Pertama  Bahwa mereka, setelah mendengarkan ucapan Ibrahim yang bersifat  merendahkan martabat tuhan-tuhan mereka, dan menyatakan sesatnya  perbuatan mereka, maka hati mereka mulai tergugah, karena ucapan semacam  itu belum pernah terdengar di kalangan mereka.
 Kedua Karena melihat  sikap Ibrahim yang bersungguh-sungguh dan keras dalam ucapannya, maka  hati mereka mulai ragu-ragu terhadap kebenaran dan perbuatan mereka  sendiri sebagai penyembah patung.
 Ketiga Mereka meminta kepada  Ibrahim agar memberikan bukti-bukti dan alasan-alasan yang menunjukkan  kebenaran ucapan kepada mereka
 Keempat, Jika Ibrahim tidak dapat memberikan bukti-bukti tersebut, maka mereka menganggap Ibrahim hanya memperolok-olok mereka
 |  | 
   | 56 | Ibrahim berkata: `Sebenarnya Tuhan kamu ialah  Tuhan langit dan bumi yang telah menciptakannya; dan aku termasuk  orang-orang yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu`.(QS. 21:56) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anbiyaa' 56 
 
 قَالَ بَلْ رَبُّكُمْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الَّذِي فَطَرَهُنَّ وَأَنَا عَلَى ذَلِكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ (56 Ayat  ini menerangkan bahwa setelah Ibrahim memahami adanya  kenyataan-kenyataan tersebut di atas, maka ia membalas jawaban mereka  dengan ucapan yang tidak lagi menyingkapkan kesesatan mereka dalam  penyembahan terhadap patung dan berhala, melainkan ia beralih kepada  menerangkan kebenaran dan menyebutkan tuhan yang sesungguhnya patut  disembah. Maka Ibrahim menerangkan kepada mereka bahwa ia datang membawa  kebenaran, bukan berolok-olok, yaitu bahwa Tuhan mereka adalah Tuhan  langit dan Bumi. Dialah yang patut disembah, karena Dialah yang telah  menciptakan langit dan bumi itu dan menciptakan diri mereka, serta  memberikan rahmat dan perlindungan-Nya kepada semua makhluk-Nya, karena  Ia Maha Kuasa dan Maha Pengasih.
 Dengan demikian sadarlah mereka  bahwa menyembah Allah adalah jalan yang benar, sedang menyembah patung  dan menyembah berhala adalah kesesatan yang besar.
 Pada akhir ayat  ini diterangkan, bahwa untuk memantapkan keyakinan mereka kepada akidah  tauhid kepada Allah, maka Ibrahim mengulas ucapannya tadi dengan  menegaskan bahwa ia dapat dan bertanggung jawab penuh untuk memberikan  bukti-bukti atas kebenaran apa yang disampaikannya kepada mereka.
 Keterangan  ini dimaksudkan untuk melenyapkan prasangka mereka bahwa Ibrahim hanya  berolok-olok kepada mereka dengan ucapan-ucapan yang tersebut di atas.
 |  | 
   | 57 | Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya.(QS. 21:57) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anbiyaa' 57 
 
 وَتَاللَّهِ لَأَكِيدَنَّ أَصْنَامَكُمْ بَعْدَ أَنْ تُوَلُّوا مُدْبِرِينَ (57 Ayat  ini menerangkan apa yang terkandung dalam hati Ibrahim yang tidak  diucapkan kepada kaumnya itu, ialah bahwa ia bertekad untuk  menghancurkan patung yang menjadi sesembahan kaumnya itu, apabila mereka  sudah pergi meninggalkan tempat tersebut
 |  | 
   | 58 | Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu  hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari  patung-patung yang lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya.(QS. 21:58) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anbiyaa' 58 
 
 فَجَعَلَهُمْ جُذَاذًا إِلَّا كَبِيرًا لَهُمْ لَعَلَّهُمْ إِلَيْهِ يَرْجِعُونَ (58 Dalam  ayat ini disebutkan bahwa apa yang menjadi tekad Ibrahim itu  benar-benar dilaksanakannya kemudian, sehingga sepeninggal kaumnya,  patung-patung itu dirusaknya sehingga hancur berkeping-keping, kecuali  sebuah patung yang terbesar. Patung yang sebuah itu tidak dirusaknya,  karena ia berharap bahwa bila mereka kembali ke sana dan bertanya  kepadanya tentang siapa orang yang merusak patung-patung yang lain itu,  maka ia akan menyuruh mereka bertanya kepada patung yang terbesar itu,  yang tentu saja tidak dapat bicara
 |  | 
   | 59 | Mereka berkata: `Siapakah yang melakukan  perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk  orang-orang yang zalim?`(QS. 21:59) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anbiyaa' 59 
 
 قَالُوا مَنْ فَعَلَ هَذَا بِآلِهَتِنَا إِنَّهُ لَمِنَ الظَّالِمِينَ (59 Ayat  ini menjelaskan bahwa apa yang diharapkan oleh Ibrahim, benar-benar  terjadi. Setelah mendengar berita bahwa patung-patung mereka telah  rusak, mereka datang kembali ke tempat itu dan bertanya, "Siapakah yang  melakukan perbuatan jahat ini terhadap tuhan-tuhan kami?. Dia  benar-benar termasuk orang-orang yang zalim.
 Dari ucapan itu dapat  kita pahami bahwa sampai saat itu mereka masih belum menerima sepenuhnya  apa yang disampaikan Ibrahim kepada mereka, dan mereka masih  menghormati dan mengagungkan berhala-berhala itu, dan masih menyebutnya  sebagai tuhan-tuhan mereka ini menunjukkan rasa marah terhadap orang  yang membinasakannya
 |  | 
   | 60 | Mereka berkata: `Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim`.(QS. 21:60) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anbiyaa' 60 
 
 قَالُوا سَمِعْنَا فَتًى يَذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهُ إِبْرَاهِيمُ (60 Allah  menerangkan dalam ayat ini bahwa orang-orang yang berada di dekat  penyembahan patung-patung itu menjawab pertanyaan di atas dengan  mengatakan bahwa mereka mendengar seorang pemuda yang bernama Ibrahim,  mencela berhala-berhala itu.
 Dari sini kita pahami pada saat itu  Ibrahim masih sebagai seorang pemuda, dan belum diutus Allah menjadi  Nabi dan Rasul-Nya. Maka tindakannya dalam membinasakan patung-patung  itu bukan dalam rangka tugasnya sebagai Rasul, melainkan timbul diri  dorongan kepercayaannya kepada Allah, berdasarkan petunjuk kebenaran  yang telah dilimpahkan Allah kepadanya, sebelum ia diangkat menjadi  Rasul.
 |  
 
 | 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar