Sabtu, 20 Juli 2013

MUTIARA RAMADHAN : TAK ADA YANG INSTAN


Tak Ada yang Instan

DI zaman modern ini, banyak keluarga yang sulit melakukan pendidikan langsung kepada anak-anaknya. Ada berbagai sebab, seperti kesibukan kerja untuk memenuhi kebutuhan hidup, mengejar karir, atau mencapai kesenangan hidup.Akibatnya, pendidikan anak banyak diserahkan pada orang lain, seperti pembantu atau sekolah. Padahal, kewajiban mengasuh dan mendidik anak dalam keluarga telah ditegaskan Allah SWT,

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ لا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Yaa ai-yuhaal-ladziina aamanuu quu anfusakum wa-ahliikum naaran waquuduhaannaasu wal hijaaratu 'alaihaa malaa-ikatun ghilaazhun syidaadun laa ya'shuunallaha maa amarahum wayaf'aluuna maa yu'maruun(a)

 "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka, dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." – (QS. Al-Tahrim: 6)


Ayat di atas dapat dimaknai, mendidik anak itu hukumnya wajib. Bagi yang melaksanakannya akan mendapatkan balasan pahala atau surga. Sebaliknya, bagi yang tidak melaksanakan akan mendapat siksa.
Menurut Jamal Abdurrahman, pendidikan berarti surga, menyepelekannya berarti neraka. Rasulullah SAW tegas menjelaskan, "Suami bertanggungjawab memelihara keluarganya dan ia akan dimintai pertanggungjawaban mengenai hal itu. Istri bertanggungjawab dalam rumah suaminya dan akan dimintai pertanggungjawaban mengenai hal itu." (HR Bukhari dan Muslim dari Ibn Umar).
Ramadan adalah momentum tepat, sarana memaksimalkan pendidikan dalam keluarga dan membangun komunikasi intensif antara anggota keluarga. Saat Ramadan, anggota keluarga bisa lebih banyak waktu berinteraksi langsung dan dapat membangun komunikasi. Minimalnya, dapat terjalin saat buka puasa dan sahur bersama secara rutin.  

Pendidikan keluarga saat berpuasa dapat diberikan dengan keteladanan dan kebersamaan. Melatih anak-anak dengan berpuasa disertai penjelasan tentang mengapa manusia perlu berpuasa dan bagaimana tata cara puasa yang utama, sehingga dapat tertanam keimanan dan pengetahuan tentang puasa kepada seluruh anggota keluarga.
Juga dapat diberikan contoh ketaatan dalam beragama sambil membangun komunikasi terbuka. Aktivitas ini dapat diterjemahkan dalam bentuk kegiatan Salat Subuh dan Maghrib berjamaah seluruh anggota keluarga. Komunikasi dengan lingkungan sekitar dapat dilakukan dalam bentuk Salat Tarawih dan sewaktu-waktu mengadakan buka bersama dengan kerabat dan teman.
Selanjutnya, perlu ada jadwal rutin dan target membaca (tadarrus) Alquran selama Ramadan. Bahkan perlu disediakan waktu khusus bersama anak-anak membaca ayat-ayat suci Alquran diikuti penjelasan maknanya. Cara ini dalam rangka membentuk karakter anak yang cinta Alquran dan memahami Alquran untuk dipedomani dalam hidupnya.
Akhlakul karimah dapat ditanamkan melalui pembiasaan anak dalam mengikuti perintah puasa. Filosofi puasa harus ditanamkan kepada anak. Di antaranya, kedisiplinan, kesetiakawanan sosial, dan menghargai proses.
Kedisiplinan dapat dihayati dalam jadwal puasa setiap tahun dan saat memulai berpuasa, yaitu sejak terbit fajar tak boleh kurang dan lebih sedikitpun serta mengakhiri puasa setelah terbenam matahari atau masuk waktu Maghrib.
Ini menunjukkan bahwa kehidupan harus dilalui dengan disiplin dan konsisten (istiqamah). Kedisiplinan ini dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, seperti disiplin bekerja, mematuhi undang-undang, dan memenuhi tanggungjawab.
Rasa lapar dan haus karena berpuasa dapat mendidik dan mengasah keluarga, khususnya anak-anak agar turut merasakan nasib orang yang keadaan ekonominya berkurang. Ini dapat menumbuhkan rasa setiakawan, sayang dan peka terhadap penderitaan orang lain.
Selain itu, penanaman kepedulian sosial kepada anak-anak untuk membangun solidaritas sosial dalam berbangsa dan bernegara. Keagamaan yang ditanamkan kepada keluarga menjadi paralel dengan semangat gotong royong.
Tentang hal itu semua, Allah SWT menjelaskan bahwa orang yang tak punya rasa empati dan peduli kepada anak yatim dan orang miskin adalah pendusta agama. 

أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ
Ara-aital-ladzii yukadz-dzibu biddiin(i)

فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ
Fadzalikal-ladzii yadu'uul yatiim(a)

وَلا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ
Walaa yahudh-dhu 'ala tha'aamil miskiin(i)


 "Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama.Itulah orang yang menghardik anak yatim,
dan tidak menganjurkan, memberi makan orang miskin." –(QS. Al-Ma'uun: 1-3).


Proses waktu sebulan lamanya dalam menjalankan ibadah puasa dan dilakukan setiap tahun secara rutin selama Ramadan dapat memberi makna bahwa hidup membutuhkan perjuangan dan proses waktu.

Menjalani proses ini dapat ditanamkan kepada generasi dalam keluarga bahwa untuk mencapai keberhasilan hidup, baik di dunia maupun akhirat, harus melewati perjuangan dan dedikasi tinggi. Tak ada keberhasilan secara instan, karena sesuatu yang instan mudah lenyap dan biasanya menghalalkan segala cara.
Ramadan menjadi sarana mendidik anak dalam keluarga yang efektif guna menanamkan keimanan, keislaman dan ihsan. Sayyidina Ali ra mengingatkan, "Ajarilah anak-anakmu dan keluargamu perilaku yang baik dan didiklah dengan budipekerti." (*)



___________________________________

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger... Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Edy_Hari_Yanto's  album on Photobucket
TPQ NURUDDIN NEWS : Terima kasih kepada donatur yang telah menyisihkan sebagian rezekinya untuk pembangunan TPQ Nuruddin| TKQ-TPQ "NURUDDIN" MENERIMA SANTRI DAN SANTRIWATI BARU | INFORMASI PENDAFTARAN DI KANTOR TPQ "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN-WONOAYU