Tafsir Surat ‘Abasa, Bagian ke-1: Mukadimah
Ringkasan Kandungan surat
- Teguran Allah atas Rasulullah ketika mengacuhkan Ibnu Ummi Maktub seorang laki-laki buta
- Memberikan perbaikan/solusi terhadap orang kafir
- mengingatkan : Sumber keberadaannya, Asal penciptaannya, Kemudahan hidupnya, Siapa yang mematikan dan menghidupkannya
- memperingatkan : Tidak melaksanakan kewajibannya
- Mengingatkan hati manusia dengan orang yang datang membawa makanan sebagai kebutuhannya
- Peristiwa kiamat (Ash-shokhoh)
Mukadimah
Surah ini memiliki sekat-sekat yang kuat, hakikat-hakikat yang besar, sentuhan-sentuhan yang mendalam, serta unik lukisan-lukisan, bayangan-bayangan, dan isyarat isyaratnya. Juga memberikan kesan kejiwaan dan musikal yang sama.
Segmen pertama memecahkan suatu peristiwa tertentu yang terjadi dalam sirah (perjalanan hidup) Rasulullah saw. Yaitu, ketika beliau sedang sibuk mengurusi segolongan pembesar Quraisy yang beliau seru kepada Islam, maka beliau didatangi Ibnu Ummi Maktum, seorang laki-laki tunanetra yang miskin. Karena tidak mengetahui Rasulullah saw. sedang sibuk mengurusi kaum Quraisy itu, maka ia tetap meminta kepada beliau agar mengajarkan kepadanya apa yang telah diajarkan Allah kepada beliau. Sehingga, Rasulullah saw. merasa tidak senang atas kedatangan Ibnu Ummi Maktum, lalu beliau bermuka masam dan berpaling darinya.
Maka, turunlah ayat-ayat Al-Qur’an pada permulaan surah ini yang mencela sikap Rasulullah saw. itu dengan sangat keras. Ayat-ayat itu juga menetapkan hakikat nilai yang sebenarnya dalam kehidupan jamaah Islam dengan menggunakan metode yang pasti, sebagaimana segmen ini juga menetapkan hakikat dakwah dan tabiatnya. Mengenai hal ini dapat dilihat pada surah ‘Abasa ayat 1-16.
Segmen kedua mengobati keingkaran manusia dan kekafirannya yang amat buruk kepada Tuhannya. Diingatkan-Nya dia akan sumber keberadaannya dan asal-usul kejadiannya, dimudahkan-Nya kehidupannya, dan diberitahukan tindakan Tuhannya di dalam mematikan dan menghidupkannya kembali. Namun, sesudah itu dia masih bandel juga, sebagaimana tercantum dalam surah ‘Abasa ayat 17-23.
Segmen ketiga mengarahkan hati manusia kepada sesuatu yang sangat erat sentuhannya dengan dirinya. Yaitu, makanannya dan makanan binatang-binatang ternaknya, dan apa yang ada di belakang makanan itu yang berupa pengaturan dan penentuan Allah kepadanya, seperti pengaturan dan penentuan serta penataannya terhadap kejadian dirinya. Hal ini terlihat pada surah ‘Abasa ayat 24-32.
Sedangkan, segmen keempat atau terakhir menginformasikan “ash-shaakhkhah” ‘suara yang memekakkan’ yang datang pada harinya dengan segala sesuatunya yang mengerikan, yang sudah tampak dari lafalnya, sebagaimana tampak bekas-bekasnya di dalam hati manusia yang kebingungan karena peristiwanya yang luar biasa juga pada wajah-wajah mereka karena dahsyatnya peristiwa ini, sebagaimana tercantum dalam surah ‘Abasa ayat 33-42.
Pemaparan segmen-segmen surah ini dan ayat-ayatnya, secara sepintas kilas seperti ini, menimbulkan kesan dan pengaruh yang sangat kuat dan mendalam, dengan sentuhan-sentuhannya di dalam hati.
Kami akan berusaha mengungkap beberapa sisinya dengan jangkauan yang jauh. Jangkauan yang diisyaratkan oleh sebagian segmennya yang kadang-kadang tidak terungkapkan dalam paparan terdahulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar