| 61 | Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua  buah laut itu, mereka lupa akan ikannya, lalu ikan itu melompat  mengambil jalannya ke laut itu.(QS. 18:61) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Kahfi 61 
 
 فَلَمَّا بَلَغَا مَجْمَعَ بَيْنِهِمَا نَسِيَا حُوتَهُمَا فَاتَّخَذَ سَبِيلَهُ فِي الْبَحْرِ سَرَبًا (61 Dalam  ayat ini Allah menceritakan bahwa setelah Nabi Musa dan Yusa' sampai ke  pertemuan dua laut, mereka berhenti. Tetapi tidak tahu bahwa tempat  itulah yang harus dituju. Sebab Allah tidak memberi tahu dengan pasti  tempat itu. Hanya saja Allah memberi petunjuk ketika ditanya oleh Nabi  Musa sebelum berangkat, sebagaimana sabda Rasul saw ketika menceritakan  pertanyaan Nabi Musa itu:
 
 
 
 يا ربي كيف لي به؟ قال تأخذذ معك حوتا فتجعله بمكتل فحيثما فقدت الحوت فهو ثم Artinya: "Ya  Tuhanku, bagaimana saya dapat menemukan tempat itu? Titah Allah:  "Bawalah seekor ikan yang kamu masukkan pada sebuah kampil, manakala  ikan itu hilang, di situlah tempatnya" (Tafsir Ibnu Kasir)
 Pada sebuah batu besar di tempat itu, keduanya merasa mengantuk dan lelah.
 Keduanyapun  tertidur. Merekapun lalai akan ikannya. Maka ketika itu ikan yang ada  di dalam kampil itu hidup kembali dan menggelepar-gelepar dan keluar  dari kampil itu dengan meluncur menuju ke laut Padahal kampil waktu itu  ada di tangan Yusa':
 Kejadian di atas yaitu ikan mati menjadi hidup  kembali, adalah merupakan mukjizat bagi Nabi Musa as. Setelah bangun  tidur, mereka pun melanjutkan perjalanan. Yusa' pun lupa tidak  menceritakan kepada Nabi Musa kejadian yang aneh tentang ikan yang sudah  mati hidup kembali.
 |  
 
 | 
   | 62 | Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh,  berkatalah Musa kepada muridnya:` Bawalah ke mari makanan kita;  sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini `.(QS. 18:62) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Kahfi 62 
 
 فَلَمَّا جَاوَزَا قَالَ لِفَتَاهُ آتِنَا غَدَاءَنَا لَقَدْ لَقِينَا مِنْ سَفَرِنَا هَذَا نَصَبًا (62 Dalam  ayat ini Allah menceritakan bahwa keduanya terus melanjutkan  perjalanannya siang dan malam. Nabi Musapun merasa lapar dan berkata  kepada muridnya: "Bawalah kemari makanan kita sesungguhnya kita telah  merasa letih karena perjalanan kita ini.
 Perasaan lapar dan penat  setelah melampaui tempat pertemuan dua laut itu ternyata mengandung  hikmah, yaitu mengundang ingatan Nabi Musa as kepada ikan yang mereka  bawa.
 Dalam ayat ini Allah mengungkapkan betapa luhurnya budi  pekerti Musa as tentang sikapnya kepada muridnya. Bahwa apa yang dibawa  oleh muridnya sebagai bekal itu adalah merupakan milik bersama, bukan  hanya miliknya sendiri. Betapa pula halus perasaannya bahwa letih dan  lapar itu tidak hanya dirinya. Beliau dapat merasakan apa yang menimpa  orang lain.
 |  
 
 | 
   | 63 | Muridnya menjawab:` Tahukah kamu tatkala kita  mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa  (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku  untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke  laut dengan cara yang aneh sekali. `(QS. 18:63) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Kahfi 63 
 
 قَالَ  أَرَأَيْتَ إِذْ أَوَيْنَا إِلَى الصَّخْرَةِ فَإِنِّي نَسِيتُ الْحُوتَ  وَمَا أَنْسَانِيهُ إِلَّا الشَّيْطَانُ أَنْ أَذْكُرَهُ وَاتَّخَذَ  سَبِيلَهُ فِي الْبَحْرِ عَجَبًا (63 Dalam ayat ini Yusa' menjawab  secara jujur, bahwa ikan itu telah hidup kembali dan  menggelepar-gelepar, lalu masuk ke laut dengan cara yang sangat  mengherankan, ketika mereka beristirahat dan berlindung di batu tempat  bertemunya dua laut. Tetapi dia lupa dan tidak menceritakan kepada Nabi  Musa as. Kekhilafan ini bukan karena tidak bertanggung jawab, tetapi  setanlah yang menyebabkannya.
 |  
 
 | 
   | 64 | Musa berkata: `Itulah (tempat) yang kita cari`. Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.(QS. 18:64) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Kahfi 64 
 
 قَالَ ذَلِكَ مَا كُنَّا نَبْغِ فَارْتَدَّا عَلَى آثَارِهِمَا قَصَصًا (64 Mendengar  jawaban seperti tersebut di atas, dalam ayat ini Nabi Musa menyambutnya  dengan gembira seraya berkata: Itulah tempat yang kita cari". Di tempat  itu kitapun akan mendapatkan apa yang kita maksudkan, yaitu Nabi  Khidir. Maka merekapun kembali mengikuti jejak semula, untuk mendapatkan  batu yang mereka jadikan tempat berlindung. Menurut Al Baqa'i bahwa  firman Allah dalam ayat ini menunjukkan bahwa mereka itu berjalan di  padang pasir, sehingga tidak ada tanda-tanda, akan tetapi ada jejak  mereka. Maka ada kemungkinan bahwa yang dimaksud dalam firman Allah  tentang pertemuan dua laut itu ialah pertemuan air tawar (sungai Nil)  dengan air asin (Laut Tengah) yaitu di Dimyat atau Rasyid di negeri  Mesir.
 |  
 
 | 
   | 65 | Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di  antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari  sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.(QS. 18:65) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Kahfi 65 
 
 فَوَجَدَا عَبْدًا مِنْ عِبَادِنَا آتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا عِلْمًا (65  Dalam  ayat ini Allah menceritakan bahwa setelah Nabi Musa dan Yusa' menyusuri  kembali jalan yang mereka lalui tadi sampailah keduanya pada batu itu  yang pernah mereka jadikan tempat beristirahat. Di sana mereka  mendapatkan seorang hamba di antara hamba-hamba Allah ialah Al Khidir  yang berselimut dengan kain putih bersih. Menurut Said bin Jubair, kain  putih itu menutupi leher sampai dengan kakinya.
 Dalam ayat ini Allah  SWT juga menyebutkan bahwa Al Khidir itu ialah orang yang mendapat ilmu  langsung dari Allah, yang ilmu itu tidak diberikan kepada Nabi Musa.  Sebagaimana juga Allah telah menganugerahkan suatu ilmu kepada Nabi Musa  yang tidak diberikan kepada Al Khidir.
 Menurut Hujjatul Islam Al Ghazali bahwa pada garis besarnya, seseorang mendapat ilmu itu ada dengan dua cara:
 1. Proses pengajaran dari manusia, disebut: At Ta'lim Al Insani, yang dibagi menjadi dua, yaitu:
 a. Belajar kepada orang lain (di luar dirinya).
 b. Self study dengan menggunakan kemampuan akal pikirannya sendiri.
 2. Pengajaran yang langsung diberikan Allah kepada seseorang yang disebut At Ta'lim Ar Rabbani. Ini dibagi menjadi dua, yaitu:
 a. Diberi dengan cara wahyu, yang ilmunya disebut: ilmu Al Anbiya (Ilmu Para Nabi) dan ini khusus untuk para nabi.
 b  Diberikan dengan cara ilham yang ilmunya disebut Ilmu ladunny (ilmu  dari sisi Tuhan). Ilmu ladunny ini diperoleh dengan cara langsung dari  Tuhan tanpa perantara. Kejadiannya dapat diumpamakan seperti sinar dari  suatu lampu gaib yang sinar itu langsung mengenai hati yang suci bersih,  kosong lagi lembut. Ilham ini merupakan perhiasan yang diberikan Allah  kepada para kekasih Nya (para wali).
 |  
 
 | 
   | 66 | Musa berkata kepada Khidhr:` Bolehkah aku  mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara  ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu? `(QS. 18:66) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Kahfi 66 
 
 قَالَ لَهُ مُوسَى هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَى أَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا (66 Dalam  ayat ini Allah menyatakan maksud Nabi Musa as datang kepada Al Khidir,  yaitu untuk berguru kepadanya. Nabi Musa memberi salam kepada Al Khidir  berkata kepadanya: "Saya adalah Musa". Al Khidir bertanya: "Musa dari  Bani Israel?" Musa menjawab: "Ya, benar! Maka Al Khidir memberi hormat  kepadanya seraya berkata: "Apa keperluanmu datang kemari?" Nabi Musa  menjawab, bahwa beliau datang kepadanya supaya diperkenankan  mengikutinya dengan maksud supaya Al Khidir mau mengajarkan kepadanya  sebagian ilmu yang telah Allah ajarkan kepada Al Khidir itu, yaitu ilmu  yang bermanfaat dan amal saleh.
 Dalam ayat ini Allah menggambarkan  secara jelas sikap Nabi Musa sebagai calon murid kepada calon gurunya  dengan mengajukan permintaan berupa bentuk pertanyaan itu berarti Nabi  Musa sangat menjaga kesopanan dan mohon diperkenankan mengikutinya,  supaya Al Khidir sudi mengajarkan sebagian ilmu yang telah Allah berikan  kepadanya.
 Sikap yang demikian menurut Al Qadi, memang seharusnya dimiliki oleh setiap pelajar dalam mengajukan pertanyaan kepada gurunya.
 |  
 
 | 
   | 67 | Dia menjawab:` Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku.(QS. 18:67) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Kahfi 67 
 
 قَالَ إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا (67 Dalam  ayat ini Al Khidir menjawab pertanyaan Nabi Musa sebagai berikut: "Hai  Musa, kamu tak akan dapat sabar dalam menyertaiku. Karena saya memiliki  ilmu yang telah diajarkan Allah kepadaku yang kamu tidak mengetahuinya,  dan kamu memiliki ilmu yang telah diajarkan Allah kepadamu yang aku  tidak mengetahuinya.
 Kemampuan Al Khidir meramalkan sikap Nabi Musa  kalau sampai menyertainya adalah berdasar ilmu ladunny yang telah beliau  terima dari Tuhan di samping ilmu anbiya yang dimilikinya, seperti  tersebut dalam ayat 65 di atas. Dan memang demikianlah sifat dan sikap  Nabi Musa yang keras dalam menghadapi kenyataan-kenyataan yang  bertentangan dengan syariat yang telah beliau terima dari Tuhan.
 |  
 
 | 
   | 68 | Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu? `(QS. 18:68) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Kahfi 68 
 
 وَكَيْفَ تَصْبِرُ عَلَى مَا لَمْ تُحِطْ بِهِ خُبْرًا (68 Dalam  ayat ini Al Khidir menegaskan kepada Nabi Musa tentang sebab Nabi Musa  tidak akan dapat bersabar nantinya kalau terus menerus menyertainya. Di  sana Nabi Musa akan melihat kenyataan pekerjaan Al Khidir yang secara  lahiriyah bertentangan dengan syariat Nabi Musa as. Oleh karena itu Al  Khidir berkata kepada Nabi Musa: "Bagaimana kamu dapat bersabar terhadap  perbuatan-perbuatan yang lahirnya menyalahi syariatmu, padahal kamu  seorang Nabi. Atau mungkin juga kamu akan mendapati  pekerjaan-pekerjaanku yang secara lahiriyah bersifat mungkar, sedang  secara batiniyah kamu tidak mengetahui maksudnya atau kemaslahatannya."
 Sebenarnya  memang demikian sifat orang yang tidak bersabar terhadap perbuatan  mungkar yang dilihatnya. Bahkan segera ia mengingkarinya.
 |  
 
 | 
   | 69 | Musa berkata:` Insya Allah kamu akan mendapati  aku sebagai seorang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam  sesuatu urusanpun `.(QS. 18:69) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Kahfi 69 
 
 قَالَ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ صَابِرًا وَلَا أَعْصِي لَكَ أَمْرًا (69 Dalam  ayat ini Nabi Musa berjanji tidak akan mengingkari dan tidak akan  menyalahi apa yang dikerjakan oleh Al Khidir, dan berjanji pula akan  melaksanakan perintah Al Khidir selama perintah itu tidak bertentangan  perintah Allah. Janji yang beliau ucapkan dalam ayat ini didasari dengan  kata-kata "Insya Allah" karena beliau sadar bahwa sabar itu perkara  yang sangat besar dan berat, apalagi ketika menyampaikan kemungkaran,  seakan-akan panas hati beliau tak tertahan lagi.
 |  
 
 | 
   | 70 | Dia berkata:` Jika kamu mengikutiku, maka  janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun sampai aku  sendiri menerangkannya kepadamu `.(QS. 18:70) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Kahfi 70 
 
 قَالَ فَإِنِ اتَّبَعْتَنِي فَلَا تَسْأَلْنِي عَنْ شَيْءٍ حَتَّى أُحْدِثَ لَكَ مِنْهُ ذِكْرًا (70 Dalam  ayat ini Al Khidir dapat menerima Musa as dengan pesan: "Jika kamu  (Nabi Musa) berjalan bersamaku (Al Khidir) maka janganlah kamu bertanya  tentang sesuatu yang aku lakukan dan tentang rahasianya, sehingga aku  sendiri menerangkan kepadamu duduk persoalannya. Jangan kamu menegurku  terhadap sesuatu perbuatan itu yang tidak dapat kau benarkan hingga aku  sendiri yang mulai menyebutnya untuk menerangkan keadaan yang  sebenarnya.
 Nabi Musa mau menerima syarat itu, memang sebenarnya  sikap Nabi Musa yang demikian itu merupakan tata sopan seseorang, yang  terpelajar terhadap cendekiawan, sikap tata sopan murid dengan gurunya  atau sikap pengikut dengan yang diikutinya. Sebab kadang-kadang rahasia  guru atau orang yang diikuti belum tentu dipahami oleh murid atau  pengikutnya ketika itu juga, tetapi baru dapat dipahami kelak di  kemudiannya.
 |  
 
 | 
   | 71 | Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala  keduanya menaiki perahu lalu Khidhr melubanginya. Musa berkata:` Mengapa  kamu melubangi perahu itu yang akibatnya kamu menenggelamkan  penumpangnya? `Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang  besar.(QS. 18:71) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Kahfi 71 
 
 فَانْطَلَقَا  حَتَّى إِذَا رَكِبَا فِي السَّفِينَةِ خَرَقَهَا قَالَ أَخَرَقْتَهَا  لِتُغْرِقَ أَهْلَهَا لَقَدْ جِئْتَ شَيْئًا إِمْرًا (71 Dalam ayat  ini Allah mengisahkan, bahwa keduanya (Nabi Musa dan Al Khidir) telah  berjalan di tepi pantai untuk mencari sebuah kapal, dan kemudian  mendapatkannya. Maka keduanya menaiki kapal itu dengan tidak membayar  upahnya, karena para awak kapal sudah mengenal Al Khidir dan pembebasan  upah itu sebagai penghormatan kepadanya.
 Maka ketika kapal itu  sedang melaju di laut dalam tiba-tiba Al Khidir mengambil kampak lalu  melubangi dan merusakkan sekeping papan dinding. Melihat kejadian  seperti itu dengan serta merta Nabi Musa berkata kepada Al Khidir:  "Mengapa kamu lubangi perahu itu? Yang akibatnya dapat menenggelamkan  seluruh penumpangnya yang tidak berdosa? Sungguh kamu telah mendatangkan  kerusakan yang dan tidak mensyukuri kebaikan hati para awak kapal yang  telah mendatangkan kerusakan yang besar dan tidak mensyukuri kebaikan  hati para awak kapal yang telah membebaskan dari sewaan kapal." Kemudian  Nabi Musa mengambil kainnya untuk menyumbat lubang itu.
 |  
 
 | 
   | 72 | Dia (Khidhr) berkata:` Bukankah aku telah berkata: `Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersamaku`.(QS. 18:72) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Kahfi 72 
 
 قَالَ أَلَمْ أَقُلْ إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا (72 Dalam  ayat ini Al Khidir mengingatkan kepada Musa tentang persyaratan yang  harus dipenuhinya, kalau beliau menyertai Al Khidir dalam perjalanan,  dan mengingatkan pula bahwa Nabi Musa takkan sanggup bersabar atas  perbuatan-perbuatan yang dikerjakan Al Khidir, bahkan dia akan melawan  dan menamakan perbuatan-perbuatan yang dikerjakan Al Khidir itu sebagai  kesalahan yang besar. Karena Nabi Musa tidak memiliki pengetahuan untuk  mengetahui rahasia apa yang terkandung pada perbuatan-perbuatan itu.  Maka Al Khidir berkata kepada Nabi Musa: "Bukankah telah kukatakan  bahwasanya kamu sekali-kali tidak akan sanggup bersabar bersamaku?
 |  
 
 | 
   | 73 | Musa berkata: `Janganlah kamu menghukum aku  karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu  kesulitan dalam urusanku`.(QS. 18:73) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Kahfi 73 
 
 قَالَ لَا تُؤَاخِذْنِي بِمَا نَسِيتُ وَلَا تُرْهِقْنِي مِنْ أَمْرِي عُسْرًا (73 Dalam  ayat ini Nabi Musa insaf dan mengetahui kealpaannya atas janjinya. Oleh  karena itu dia meminta kepada Al Khidir janganlah kamu menghukum aku  karena kealpaanku, dan jangan pula kamu memberatkan aku dengan pekerjaan  yang sukar aku lakukan. Berilah aku kesempatan mengikutimu supaya aku  memperoleh ilmu darimu, dan maafkanlah kesalahanku itu.
 |  
 
 | 
   | 74 | Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala  keduanya berjumpa dengan seorang pemuda, maka Khidhr membunuhnya. Musa  berkata: `Mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh  orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang munkar`.(QS. 18:74) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Kahfi 74 
 
 فَانْطَلَقَا  حَتَّى إِذَا لَقِيَا غُلَامًا فَقَتَلَهُ قَالَ أَقَتَلْتَ نَفْسًا  زَكِيَّةً بِغَيْرِ نَفْسٍ لَقَدْ جِئْتَ شَيْئًا نُكْرًا (74 Dalam  ayat ini Allah mengisahkan bahwa keduanya selamat mendarat dan tidak  tenggelam, kemudian keduanya turun dari kapal dan meneruskan perjalanan  menyusuri pantai. Maka terlihat oleh Al Khidir seorang anak yang sedang  bermain dengan kawan-kawannya. Maka dibunuhnya anak itu. Ada yang  mengatakan bahwa Al Khidir itu membunuhnya dengan cara memenggal  kepalanya, ada yang mengatakan dicekik dengan tangannya. Tetapi Alquran  tidak menyebutkan dengan cara bagaimana Al Khidir membunuh anak itu.  Apakah dengan memenggal kepalanya, atau membenturkan kepalanya kepada  dinding batu atau cara lain, tidak perlu kita memperhatikan atau  menyelidikinya.
 Melihat peristiwa itu dengan serta merta Nabi Musa  berkata kepada Al Khidir: "Mengapa kamu bunuh jiwa yang masih suci dari  dosa dan tidak pula karena dia membunuh orang lain? Sungguh kamu telah  berbuat sesuatu yang mungkar yang bertentangan dengan akal yang sehat.
 Dalam  ayat ini pembunuhan disebut dengan kata "nukra" (mungkar). Sedang  melubangi perahu dalam ayat 71 disebut kata "Imra" (kesalahan yang  besar). Karena pembunuhan terhadap anak itu lebih keji dibanding dengan  melubangi perahu. Sebab melubangi perahu itu tidak menghancurkan jiwa  apabila itu tidak tenggelam. Tetapi pembunuhan atau mencabut nyawa yang  tidak sejalan dengan ajaran agama itu nyata-nyata suatu perbuatan  mungkar.
 Adapun pembunuhan yang dapat dibenarkan oleh ajaran agama antara lain karena murtad, zina muhsan atau karena kisas.
 |  
 
 | 
   | 75 | Khidhr berkata: `Bukankah sudah ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?`(QS. 18:75) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Kahfi 75 
 
 قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكَ إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا (75 Khidir  berkata kepada Musa as: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa  sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar untuk mempelajari ilmu hakikat  bersamaku". Memang sudah terjadi dua kali Musa membantah dan tidak  menyetujui perbuatan KHIDIR, padahal Musa telah berjanji tidak akan  mengadakan sangkalan apa-apa terhadap apa yang dibuat oleh Nabi Khidir.  Peringatan Khidir kepada Musa itu adalah peringatan yang terakhir.
 |  
 
 | 
   | 76 | Musa berkata: `Jika aku bertanya kepadamu  tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka janganlah kamu memperbolehkan  aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku`.(QS. 18:76) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Kahfi 76 
 
 قَالَ إِنْ سَأَلْتُكَ عَنْ شَيْءٍ بَعْدَهَا فَلَا تُصَاحِبْنِي قَدْ بَلَغْتَ مِنْ لَدُنِّي عُذْرًا (76 Musa  berkata: "Kalau sekiranya aku bertanya lagi kepadamu tentang suatu  perbuatanmu yang aneh-aneh itu yang telah aku saksikan karena aku ingin  mengetahui hikmahnya bukan untuk sekadar bertanya saja, maka jika aku  bertanya lagi sesudah kali ini, maka janganlah kamu mengizinkan aku  lagi, karena kamu sudah cukup memberikan maaf kepadaku. Inilah kata-kata  Musa yang penuh dengan penyesalan yang terpaksa beliau mengakuinya dan  menginsafinya.
 Diriwayatkan dalam suatu hadis yang sahih bahwa Nabi  Muhammad saw bersabda tentang keadaan Nabi Musa itu sebagai berikut:  Semoga Allah memberi rahmat kepada kita dan kepada Musa. Seandainya  beliau sabar, tentu beliau banyak menyaksikan keajaiban tentang ilmu  hakikat, akan tetapi karena beliau merasa malu untuk menghadapi celaan  lagi maka beliau berkata: "Kalau sekiranya aku bertanya lagi kepadamu  tentang sesuatu sesudah kali ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku  menyertaimu. Sesungguhnya kamu sudah cukup memberi maaf kepadaku".
 |  
 
 | 
   | 77 | Maka keduanya berjalan; hingga tatkala  keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu xxx  penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu  mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah  yang hampir roboh, maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata:  `Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu`.(QS. 18:77) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Kahfi 77 
 
 فَانْطَلَقَا  حَتَّى إِذَا أَتَيَا أَهْلَ قَرْيَةٍ اسْتَطْعَمَا أَهْلَهَا فَأَبَوْا  أَنْ يُضَيِّفُوهُمَا فَوَجَدَا فِيهَا جِدَارًا يُرِيدُ أَنْ يَنْقَضَّ  فَأَقَامَهُ قَالَ لَوْ شِئْتَ لَاتَّخَذْتَ عَلَيْهِ أَجْرًا (77 Lalu  Musa dan Khidir berjalan lagi hingga mereka berdua sampai kepada suatu  negeri. Mereka minta agar penduduk negeri itu menjamunya tetapi penduduk  negeri itu sangat kikir tidak mau memberi jamuan kepada mereka.  Penduduk negeri itu sangat rendah akhlaknya, sebab menurut  kebiasaan-kebiasaan orang Arab, bilamana ada seorang hartawan tidak mau  memberi derma kepada seorang yang minta-minta, maka hal seperti itu  sangat dicela dan jika ia menolak untuk memberi jamuan kepada tamunya  maka hal itu termasuk suatu kemerosotan akhlak yang rendah sekali. Dalam  hal ini orang-orang Arab menyatakan celaannya yang sangat keras,  sering-sering bersemboyan dengan kata kata. Si polan menolak tamu  (mengusir) dari rumahnya. Qatadah berkata: "Sejelek-jelek negeri yang  penduduknya tidak suka menerima tamu dan tidak mau mengakui hak Ibnu  Sabil" (orang yang dalam perjalanan kehabisan bekal). Di negeri itu Musa  dan Khidir mendapatkan sebuah dinding rumah yang hampir roboh, maka  Khidir mengusap dengan tangannya, sehingga dinding itu tegak menjadi  lurus kembali. Keanehan itu termasuk mukjizatnya. Musa yang melihat  dinding itu ditegakkan kembali oleh Khidir tanpa mengambil upah apa-apa,  ingin mengusulkan kepada Khidir supaya menerima bayaran atas jasanya  menegakkan dinding itu, yang dengan bayaran itu ia dapat membeli makanan  dan minuman yang sangat diperlukannya.
 |  
 
 | 
   | 78 | Khidhr berkata: `Inilah perpisahan antara aku  dengan kamu; Aku akan memberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan  yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.(QS. 18:78) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Kahfi 78 
 
 قَالَ هَذَا فِرَاقُ بَيْنِي وَبَيْنِكَ سَأُنَبِّئُكَ بِتَأْوِيلِ مَا لَمْ تَسْتَطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا (78 Khidir  berkata kepada Musa: "Pertanyaanmu yang ketiga kalinya ini adalah sebab  perpisahan antara aku dan kamu". Sebagian Ulama Tafsir mengatakan bahwa  sebab perpisahan itu tidak terjadi setelah pertanyaan yang pertama dan  kedua, oleh karena pertanyaan pertama dan kedua itu pada akhirnya adalah  perbuatan yang mungkar yaitu membunuh anak yang tidak berdosa dan  membuat lubang (merusak) pada dinding kapal maka wajarlah bila  dimaafkan. Adapun pertanyaan yang ketiga adalah Khidir berbuat baik  kepada orang yang kikir, yang tidak mau memberi jamuan kepadanya, dan  perbuatan itu adalah perbuatan yang baik yang tidak perlu disangkal.
 Khidir  berkata: "Aku akan memberitahukan kepadamu hikmah-hikmah perbuatanku,  yang kamu tidak sabar terhadapnya, yaitu: membunuh anak, melubangi kapal  dan menegakkan dinding rumah. Tujuannya ialah untuk menyelamatkan kapal  dari penyitaan orang yang lalim, menyelamatkan ibu bapak anak yang  dibunuh itu dari kekafiran andaikata ia hidup dan menggantinya dengan  adiknya yang saleh serta menyelamatkan harta pusaka kepunyaan dua anak  yatim yang berada di bawah dinding yang akan roboh itu.
 |  
 
 | 
   | 79 | Adapun bahtera itu adalah kepunyaan  orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan  bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas  tiap-tiap bahtera.(QS. 18:79) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Kahfi 79 
 
 أَمَّا  السَّفِينَةُ فَكَانَتْ لِمَسَاكِينَ يَعْمَلُونَ فِي الْبَحْرِ فَأَرَدْتُ  أَنْ أَعِيبَهَا وَكَانَ وَرَاءَهُمْ مَلِكٌ يَأْخُذُ كُلَّ سَفِينَةٍ  غَصْبًا (79 Khidir menerangkan sebab ia mengerjakan  tindakan-tindakan yang telah dilakukannya. Adapun perbuatan terhadap  bahtera yang dilubangi dindingnya itu ialah bahtera itu adalah kepunyaan  suatu kaum yang lemah dan miskin. Mereka tidak mampu menolak kelaliman  raja yang akan merampas bahteranya itu, dan mereka mempergunakan bahtera  itu untuk menambah penghasilannya dengan mengangkut barang-barang  dagangan atau menyewakannya pada orang-orang lain. Dan aku sengaja  merusak bahtera itu dengan jalan melubanginya karena di hadapannya ada  seorang raja lalim yang suka merampas dan menyita setiap bahtera yang  utuh dan tidak mau mengambil bahtera yang rusak, sehingga karena adanya  kerusakan tersebut bahtera itu akan selamat.
 |  
 
 | 
   | 80 | Dan adapun anak muda itu, maka kedua orang  tuanya adalah orang-orang mukmin, dan kami khawatir bahwa dia akan  mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran.(QS. 18:80) | 
   |  | 
   | 
 | 
| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Kahfi 80 
 
 وَأَمَّا الْغُلَامُ فَكَانَ أَبَوَاهُ مُؤْمِنَيْنِ فَخَشِينَا أَنْ يُرْهِقَهُمَا طُغْيَانًا وَكُفْرًا (80 Adapun  anak yang dibunuh itu, adalah anak yang kafir sedangkan kedua orang  tuanya termasuk orang-orang yang sungguh-sungguh beriman. Maka kami  khawatir bahwa karena kecintaan kedua orang tuanya kepada anak itu akan  tertarik keduanya kepada kekafiran. Qatadah berkata "Telah gembiralah  kedua orang tuanya ketika anak itu dilahirkan, dan telah bersedih pula  keduanya ketika anak itu terbunuh. Dan seandainya dia masih tetap hidup  akan mengakibatkan kebinasaan pada kedua orang tuanya. Oleh sebab itu  hendaklah setiap orang menerima ketentuan Allah dengan senang hati  karena ketentuan Allah bagi seorang mukmin dalam hal yang tidak  disukainya adalah lebih baik dari pada ketentuan Allah terhadapnya dalam  hal-hal yang disukainya. Dan tersebut dalam sebuah hadis yang dikutip  dan Kitab Tafsir Al Maragi jilid VI halaman 8 sebagai berikut:
 
 
 
 لا يقضي الله لمؤمن قضاء إلا كان خيرا له Artinya: Allah tidak menerapkan kepada seorang mukmin dengan suatu ketetapan, melainkan ketetapan itu adalah lebih baik baginya.
 Sesuai pula dengan firman Allah SWT:
 
 
 
 كُتِبَ  عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا  شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ  لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ Artinya: Diwajibkan  atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu  benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu,  dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk  bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Q.S. Al  Baqarah: 216)
 Khidir berkata: "Kami telah mengetahui, bahwa anak itu  jika sudah dewasa, akan mengajak ibu bapaknya kepada kekafiran dan  mereka berdua akan mengikuti ajakannya karena sangat cinta kepada  anaknya."
 
 Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Kahfi 80
 
 
 وَأَمَّا الْغُلَامُ فَكَانَ أَبَوَاهُ مُؤْمِنَيْنِ فَخَشِينَا أَنْ يُرْهِقَهُمَا طُغْيَانًا وَكُفْرًا (80 (Adapun  anak muda itu, kedua orang tuanya adalah orang-orang Mukmin, dan kami  khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada  kesesatan dan kekafiran), karena sesungguhnya sebagaimana yang telah  disebutkan di dalam hadis sahih Muslim, bahwa anak muda itu telah dicap  oleh Allah menjadi orang kafir. Dan seandainya ia hidup niscaya dia akan  mendorong kedua orang tuanya kepada kekafiran, disebabkan kecintaan  keduanya kepadanya, hingga keduanya pasti akan mengikuti jejak anaknya.
 |  | 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar