Jumat, 14 Juni 2013

Tafsir Surat Al-Baqarah 101 -120 ( 06 )

Cari dalam "TAFSIR" Al Qur'an
Bahasa Indonesia    English Translation    Dutch    nuruddin

No. Pindah ke Surat Sebelumnya... Pindah ke Surat Berikut-nya... [TAFSIR] : AL-BAQARAH
Ayat [286]   First Previous Next Last Balik Ke Atas  Hal:6/15
101 Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan
 kitab yang ada pada mereka sebahagian dari orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah ke belakangnya, seolah-olah mereka tidak 
mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah).(QS. 2:101) 
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 101 

وَلَمَّا جَاءَهُمْ رَسُولٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَهُمْ نَبَذَ فَرِيقٌ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ كِتَابَ اللَّهِ وَرَاءَ ظُهُورِهِمْ كَأَنَّهُمْ لَا يَعْلَمُونَ (101

Ketika Nabi Muhammad saw. datang dengan membawa kitab yang membawa keterangan-keterangan yang membenarkan kitab Taurat yang ada pada mereka, yang mengandung pokok-pokok ajaran tauhid, dasar-daar hukum, hikmah-hikmah dan berita tentang umat yang lalu, orang Yahudi menyampingkan ajaran kitab Taurat, padahal dalam kitab Taurat itu juga telah diisyaratkan kedatangan Nabi Muhammad saw., mereka itu tidak lagi berpegang pada ajaran Taurat. Tindakan orang-orang Yahudi yang mengenyampingkan kitab Taurat dan mengingkarinya itu berarti mereka telah melemparkan kitab Taurat itu ke belakang mereka, sehingga mereka tidak dapat mengetahuinya lagi.
102 Dan mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: `Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir`. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang siapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.(QS. 2:102) 
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 102 

وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ (102
Orang-orang Yahudi mengikuti sihir yang dibacakan oleh setan di masa Sulaiman putra Daud meskipun mereka tahu, bahwa yang demikian itu sebenarnya salah. Mereka menuduh bahwa Nabi Sulaiman yang menghimpun kitab yang mengandung sihir dan menyimpan di bawah tahtanya, kemudian dikeluarkan dan disiarkan.
Dugaan serupa itu adalah suatu pemalsuan dan perbuatan yang dipengaruhi oleh hawa nafsu. Sebenarnya mereka hanya menghubung-hubungkan sihir itu pada Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman tidak mengajarkan atau mempraktekkan sihir karena beliau mengetahui bahwa perbuatan yang demikian itu termasuk mengingkari Tuhan, apalagi kalau ditinjau dari kedudukannya sebagai nabi mustahillah kalau beliau itu mempraktekkan sihir.
Sihir itu sebenarnya adalah tipuan dan sulapan yang hanya dilakukan oleh setan, baik yang berbentuk manusia ataupun yang berbentuk jin.
Kisah tentang sihir banyak dituturkan dalam Alquran terutama dalam kisah Musa dan Fir'aun. Dalam kisab itu diterangkan sifat-sifat sihir, bahwa sihir itu adalah sulapan yang menipu pandangan mata, sehingga orang yang melihat mengira, bahwa yang terlihat seolah-olah keadaan yang sebenarnya. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah swt.


وَعِصِيُّهُمْ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ مِنْ سِحْرِهِمْ أَنَّهَا تَسْعَى (66
Artinya:
Terbayang kepada Musa seakan-akan tongkat itu merayap cepat lantaran sihir mereka. (Q.S Taha: 66)
Dan sesuai dengan firman Allah swt.:


سَحَرُوا أَعْيُنَ النَّاسِ وَاسْتَرْهَبُوهُمْ
Artinya:
Mereka menyulap mata orang dan menjadikan orang banyak itu takut. (Q.S Al A'raf: 116)
Sihir itu termasuk sesuatu yang tersembunyi yang hanya diketahui oleh sebahagian manusia saja.
Akan tetapi apa yang telah terjadi menunjukkan bahwa kedua malaikat itu, tidak mampu memberikan pengaruh gaib yang melebihi kemampuan manusia bahkan yang disebut kekuatan gaib oleh mereka itu hanyalah kemahiran dalam menguasai sebab-sebab yang mempunyai perpautan dengan akibat yang dilakukan. Hal ini hanyalah terjadi karena izin Allah semata-mata sesuai dengan hukum yang telah ditetapkan Allah.
Dalam praktek, tukang-tukang sihir itu membaca mantera dengan menyebut nama-nama setan dan raja-raja jin agar timbul kesan seolah-olah manteranya itu dikabulkan oleh raja jin. Atas dasar praktek mereka inilah timbul anggapan yang merata dalam lapisan masyarakat, bahwa sihir itu dibantu oleh setan. Kemudian orang-orang Yahudi yang sezaman dengan Nabi Muhammad saw. menyebarluaskan sihir itu di kalangan orang-orang Islam dengan tujuan untuk menyesatkan. Mereka dapati sihir itu dari nenek moyang mereka yang mengatakan sihir itu dari Sulaiman a.s. Padahal kedua malaikat tidak mengajarkan sihir kepada seorang pun, sebelum memberikan nasihat agar orang jangan mengamalkan sihir itu, sebab orang-orang yang mempraktekkah sihir itu adalah kafir.
Ayat ini sebenarnya tidak menunjukkan hakikat sihir. Apakah sihir itu berpengaruh secara tabi'i ataukah pengaruh itu disebabkan oleh sesuatu yang sangat misteri, juga tidak diterangkan apakah sihir itu dapat memberi pengaruh kepada manusia dengan cara yang tidak biasa, ataukah sihir itu sama sekali tidak memberikan pengaruh apa-apa.
Ringkasnya, Allah swt. tidak memberikan keterangan-keterangan secara terperinci. Andaikan Allah memandang baik menerangkan hakikat sihir itu dan bermanfaat bagi manusia, tentulah Allah akan menerangkannya secara terperinci.
Seterusnya Allah swt. menjelaskan bahwa sihir itu tidak memberikan manfaat sedikit pun kepada manusia, bahkan memberikan mudarat. Oleh sebab itulah Allah mengancam orang-orang yang mempraktekkannya dengan siksaan. Sebetulnya orang-orang Yahudi pun telah mengetahui bahwa sihir itu memudaratkan manusia yang seharusnya mereka membencinya. Akan tetapi karena adanya maksud jahat yang terkandung dalam hati mereka untuk menyesatkan orang Islam, mereka pun mau mengerjakannya juga. Oleh sebab itulah Allah mencela perbuatan sihir dan memasukkan orang yang mengerjakan perbuatan sihir itu ke dalam golongan yang memilih perbuatan sesat. Selanjutnya Allah menegaskan bahwa di akhirat mereka tidak akan mendapat kebahagiaan sedikit pun. Karena mereka yang telah memilih perbuatan sihir, berarti mereka telah menyalahi hukum yang termuat dalam Kitab Taurat, padahal dalam kitab mereka sendiri terdapat juga ketentuan bahwa orang yang mengikuti bisikan jin, setan dan dukun itu sama hukumnya dengan orang yang menyembah berhala dan patung.
Lebih jauh Allah swt. menjelaskan bahwa sihir yang mereka kerjakan itu sangat jelek. Allah menggambarkan orang yang memilih perbuatan sihir sebagai kesenangannya itu seperti orang yang menjual iman dengan kesesatan. Gambaran serupa ini gunanya untuk menyingkap selubung mereka, agar supaya kesadarannya dapat terbuka dan mengetahui bahwa manusia itu diciptakan Allah untuk berbakti kepada Allah. Dengan kata lain, andaikata mereka mengetahui kesesatan orang yang mempelajari dan mempraktekkan sihir, tentulah mereka tidak akan melakukannya. Akan tetapi mereka telah jauh tertipu, sehingga mereka beranggapan bahwa sihir itu termasuk ilmu pengetahuan, dan mereka merasa puas dengan ilmu yang tak terbukti kebenarannya dan tidak memberikan pengaruh apa pun kepada jiwa seseorang kecuali dengan izin Allah.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Baqarah 102 

وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ (102

(Dan mereka mengikuti) diathafkan pada 'nabadza' (apa yang dibaca) dulu (oleh setan-setan pada) masa (kerajaan Sulaiman) berupa buku-buku sihir yang mereka pendam di bawah singgasananya ketika kerajaannya runtuh. Atau mungkin juga setan-setan itu mencari dengar lalu mencampurkan ke buku-buku itu kebohongan-kebohongan dan memberikannya kepada tukang-tukang tenung yang membukukannya sehingga tersebar berita bahwa jin mengajarkan hal-hal gaib. Sulaiman pun mengumpulkan buku-buku itu lalu menguburkannya. Tatkala ia mangkat, setan-setan pun menunjukkannya kepada manusia dan ketika mereka bongkar ternyata di dalamnya ada ilmu sihir. Kata mereka, "Kerajaan kamu berdirinya adalah dengan ini!" Lalu mereka pelajari ilmu sihir itu dan mereka tolak buku-buku nabi-nabi mereka. Ketika orang-orang Yahudi mengatakan, "Lihat itu Muhammad, disebutkannya Sulaiman itu seorang nabi, padahal ia tidak lebih dari seorang tukang sihir", maka Allah pun berfirman untuk membuktikan kebenaran Sulaiman dan menyangkal orang-orang Yahudi itu, (padahal Sulaiman tidaklah kafir) maksudnya ia tidak melakukan sihir, sebab sihir adalah perbuatan kafir (hanya) ada yang membaca 'lakinna' dan ada yang membaca 'lakin' (setan-setanlah yang kafir. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia). Kalimat ini menjadi hal bagi kata ganti yang terdapat pada 'kafaruu' (dan) mengajarkan pula kepada mereka (apa yang diturunkan kepada dua malaikat) artinya ilmu sihir yang diilhamkan kepada mereka. Ada pula yang membaca 'al-malikain' dengan lam berbaris bawah sehingga berarti dua orang raja, yaitu yang berada (di Babilon) suatu negeri di tanah subur Irak. (Harut dan Marut) merupakan 'badal' atau nama dan kata ganti dari kedua malaikat itu, atau athaf bayan, artinya hubungan yang memberi penjelasan. Menurut Ibnu Abbas, kedua mereka itu adalah tukang sihir yang mengajarkan ilmu sihir dan ada pula yang mengatakan bahwa mereka adalah dua orang malaikat yang sengaja diturunkan Allah untuk menyebarkannya sebagai ujian dari Allah terhadap umat manusia. (Sedangkan keduanya tidaklah mengajarkan kepada) 'min' merupakan tambahan (seorang pun sebelum mengatakan) atau menyampaikan nasihat lebih dahulu ("Sesungguhnya kami ini hanya cobaan) ujian dari Allah terhadap manusia dengan mengajarkannya, siapa yang mempelajarinya, ia jatuh kafir dan siapa yang meninggalkannya ia mukmin, (sebab itu janganlah kamu kafir!") Jika ia masih mendesak untuk mempelajarinya barulah mereka mengajarkannya. (Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dapat menceraikan antara seorang laki-laki dengan istrinya) misalnya dengan membangkitkan marah dan kebencian satu pihak terhadap lainnya. (Dan tidaklah mereka) yakni ahli-ahli sihir itu (dapat memberi mudarat dengannya) maksudnya dengan ilmu sihir itu (dari) 'min' di sini hanya sebagai tambahan (kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah) atau kehendak-Nya (Dan mereka pelajari apa yang memberi mudarat kepada mereka), yakni di akhirat (dan yang tidak memberi manfaat) yakni sihir. (Dan sesungguhnya) 'lam' menunjukkan sumpah (mereka sebenarnya tahu) yakni orang-orang Yahudi itu sebenarnya yakin (bahwa barang siapa) 'lam' merupakan lam ibtida yang menghubungkan dengan kalimat sebelumnya, sedangkan 'man' isim maushul (yang menukarnya) atau menggantinya (sihir) dengan Kitabullah, (tiadalah baginya bagian di akhirat) atau keberuntungan dalam surga, (dan amat buruklah sesuatu) maksudnya perbuatan mereka (menjual) menukarkan (diri mereka dengannya) yakni menjual kebahagiaannya di akhirat dengan mempelajari sihir karena telah pasti akan menjerumuskan mereka ke dalam neraka, (seandainya mereka menyadarinya) jika mereka benar-benar tahu atau menyadari hakikat siksaan yang akan mereka jalani di akhirat kelak, niscaya mereka tidak mau mempelajarinya.
103 Sesungguhnya kalau mereka beriman dan bertakwa, (niscaya mereka akan mendapat pahala), dan sesungguhnya pahala dari sisi Allah adalah lebih baik, kalau mereka mengetahui.(QS. 2:103)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 103

وَلَوْ أَنَّهُمْ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَمَثُوبَةٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ خَيْرٌ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ (103

Allah swt. menerangkan bahwa jika orang-orang Yahudi percaya kepada Kitab mereka dan bertakwa, tentulah mereka akan mendapat pahala yang besar.
Selanjutnya Allah menerangkan bahwa mereka itu dalam setiap perbuatan dan kepercayaan tidak didasarkan pada ilmu pengetahuan yang benar, karena kalau mereka mendasarkan kepercayaan dan perbuatannya itu pada ilmu pengetahuan, tentulah mereka percaya pada Nabi Muhammad saw., dan mengikutinya, dan tentulah mereka tergolong pada orang-orang yang berbabagia. Akan tetapi kenyataannya mereka itu hanya mengikuti dugaan dan bertaklid semata. Sebenarnya di antara perbuatan mereka yang keterlaluan ialah mereka menyalahi isi kitab Taurat itu, dan mereka bergerak di bawah kekuasaan hawa nafsu dan kemauan mereka, sehingga mereka jatuh dalam kesesatan.
104 Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada Muhammad): `Raa ina`, tetapi katakanlah: `Unzhurna`, dan `dengarlah`. Dan bagi orang-orang kafir siksaan yang pedih.(QS. 2:104)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 104

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقُولُوا رَاعِنَا وَقُولُوا انْظُرْنَا وَاسْمَعُوا وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ أَلِيمٌ (104
Allah swt. melarang para sahabat Nabi mengucapkan kata-kata "Raa'inaa" yang biasa mereka ucapkan kepada Nabi yang kemudian ditiru oleh orang Yahudi dengan merobah bunyinya sehingga menimbulkan pengertian yang buruk guna mengejek Nabi.
Akan tetapi Allah swt. mengajarkan kepada orang mukmin untuk mengatakan "Unzurnaa" yang mengandung maksud harapan kepada Rasulullah saw. agar dapat memperhatikan keadaan para sahabat.
Allah swt. juga memperhatikan orang-orang mukmin untuk mendengarkan sebaiknya pelajaran-pelajaran agama yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw. yang mengandung pula perintah untuk tunduk dan melaksanakan apa saja yang diperintahkan Nabi, serta menjauhi larangannya.
Kemudian Allah swt. dalam ayat ini memberikan ancaman bahwa orang-orang kafir yang tidak mau memperhatikan ajaran yang disampaikan Nabi Muhammad saw. akan mendapatkan siksaan yang pedih.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Baqarah 104 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقُولُوا رَاعِنَا وَقُولُوا انْظُرْنَا وَاسْمَعُوا وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ أَلِيمٌ (104

(Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan) kepada Nabi (raa`inaa) artinya perhatikanlah kami; 'raa'inaa' diambil dari kata 'muraa`ah', tetapi orang-orang Yahudi biasa mengatakan 'raa`unah' yang dalam bahasa mereka berarti 'teramat bodoh' sebagai ejekan kepada Nabi, maka orang-orang mukmin dilarang mengucapkan kata-kata itu, (dan katakanlah) yakni sebagai gantinya, (unzhurnaa) artinya lihatlah kami; (dan dengarlah olehmu) apa-apa yang dititahkan dengan kesediaan untuk mematuhinya (dan bagi orang-orang kafir disediakan siksaan pedih) yang menyakitkan sekali, yaitu neraka.
105 Orang-orang kafir dari Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tiada menginginkan diturunkannya sesuatu kebaikan kepadamu dari Tuhanmu. Dan Allah menentukan siapa yang dikehendaki-Nya (untuk diberi) rahmat-Nya (kenabian); dan Allah mempunyai karunia yang besar.(QS. 2:105) 
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 105 

مَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَلَا الْمُشْرِكِينَ أَنْ يُنَزَّلَ عَلَيْكُمْ مِنْ خَيْرٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَاللَّهُ يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ (105
Allah swt. menerangkan bahwa para Ahli Kitab yang terdiri dari orang-orang Yahudi, Nasrani begitu pula orang-orang musyrik, tidak mau percaya kepada Nabi Muhammad karena mereka itu iri hati karena ia diberi Kitab oleh Allah swt. yang lebih baik. Mereka sedikitpun tidak mau mengakui bahwa Alqur'anul Karim itu kitab yang paling banyak mengandung kebaikan dan penuh hidayah. Dengan Alquran itulah Allah swt. menghimpun dan menyatukan umat serta melenyapkan penyakit syirik yang bersarang di hati mereka juga memberikan beberapa prinsip peraturan hidup dan penghidupan mereka.
Demikian juga halnya orang-orang musyrik, setelah mereka melihat kenyataan bahwa makin lama Alquran makin nampak kebenarannya, dan menjadi pendorong yang kuat bagi perjuangan orang-orang Islam, mereka pun berusaha sekuat tenaga untuk menguasai keadaan, dan menghancurkan perjuangan umat Islam hingga lenyap sama sekali.
Meskipun demikian mereka tidak akan dapat merealisir angan-angan mereka karena Allah swt. telah menentukan kehendaknya, memilih orang yang dikehendaki semata-mata karena rahmat-Nya belaka. Dia pulalah yang melimpahkan keutamaan bagi orang yang dipilih untuk diberi kenabian. Dia pula yang melimpahkan kebaikan dan keutamaan, sehingga seluruh hamba-Nya bersenang-senang dalam lautan kebahagiaan. Maka tidak seharusnyalah apabila ada seorang hamba Allah yang merasa dengki kepada seseorang yang telah diberi kebaikan dan keutamaan, karena saluran kebaikan dan keutamaan itu datangnya dari Allah swt. semata.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Baqarah 105 

مَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَلَا الْمُشْرِكِينَ أَنْ يُنَزَّلَ عَلَيْكُمْ مِنْ خَيْرٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَاللَّهُ يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ (105

(Orang-orang kafir dan golongan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tidak menginginkan) orang-orang musyrik di sini ialah dari kalangan Arab, dihubungkan kepada Ahli Kitab, sedangkan 'min' atau 'dari' untuk penjelasan (diturunkannya kebaikan kepadamu) 'min' di sini hanya sebagai tambahan; sedangkan 'kebaikan' maksudnya ialah wahyu, (dari Tuhan) disebabkan iri hati atau dengki kepadamu. (Sedangkan Allah menentukan rahmat-Nya) atau kenabian-Nya (kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah mempunyai karunia yang maha besar).
106 Apa saja ayat yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. Tiadakah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu?(QS. 2:106)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 106 

مَا نَنْسَخْ مِنْ آيَةٍ أَوْ نُنْسِهَا نَأْتِ بِخَيْرٍ مِنْهَا أَوْ مِثْلِهَا أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (106
Allah swt. menjelaskan bahwa ayat manapun juga yang dinasakhkan hukumnya, atau diganti dengan ayat yang lain atau ayat yang ditinggalkan, akan menggantinya dengan ayat yang lebih baik yang lebih sesuai dengan kemaslahatan hamba-hamba-Nya, atau menggantinya dengan ayat yang sama nilainya dengan hukum yang lalu.
Adapun hikmah diadakannya pergantian atau perubahan ayat ialah karena nilai kemanfaatannya berbeda-beda menurut waktu dan tempat, kemudian dihapuskan, atau diganti dengan hukum yang lebih baik, atau dengan ayat yang sama nilainya adalah karena ayat diubah atau diganti itu tidak sesuai lagi dengan kepentingan masyarakat sehingga apabila diadakan perubahan atau pergantian termasuk suatu tindakan yang bijaksana.
Bagi yang berpendapat bahwa ayat ini ialah tanda kenabian (mukjizat) yang dijadikan penguat kenabian, maka ayat ini diartikan bahwa Allah swt. tidak akan menghapuskan sesuatu tanpa kenabian salah seorang nabi, yang digunakan untuk penguat kenabiannya, atau tidak akan mengubah tanda kenabian yang terdahulu dengan tanda kenabian yang datang kemudian atau meninggalkan tanda-tanda kenabian itu, karena telah berselang beberapa abad lamanya, terkecuali Allah yang mempunyai kekuasaan yang tidak terbatas memberikan tanda kenabian itu yang lebih baik, baik ditinjau dari segi kemantapannya maupun dari tetapnya kenabian itu, dan karena kekuasaannya yang tidak terbatas, maka hak untuk memberikan tanda kenabian kepada para nabi-Nya tidak dapat dihalang-halangi.
Penasakhan ayat adakalanya terjadi dengan ayat yang lebih ringan hukumnya seperti dihapusnya idah wanita yang ditinggal mati suaminya dari setahun menjadi 4 bulan 10 hari, atau dengan ayat yang sama hukumnya seperti perintah untuk menghadapkan muka ke Baitul Makdis pada waktu mendirikan salat diubah menjadi menghadapkan muka ke Kakbah. Atau dengan hukum yang lebih berat, seperti perang yang tadinya tidak diwajibkan pada orang Islam menjadi diwajibkan.
Ayat ini tidak hanya ditujukan kepada Nabi Muhammad saw. akan tetapi juga ditujukan kepada orang-orang Islam, yang merasa sakit hatinya mendengar cemoohan orang-orang Yahudi kepada Nabi Muhammad saw. Orang-orang yang tipis imannya, tentu mudah dipengaruhi sehingga hatinya mudah menjadi ragu-ragu. Itulah sebabnya maka Allah swt. menegaskan bahwa Allah swt. Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan apabila berkehendak untuk menasakhkan hukum tidak dapat dicegah karena masalah hukum itu termasuk dalam kekuasaan-Nya.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Baqarah 106 

مَا نَنْسَخْ مِنْ آيَةٍ أَوْ نُنْسِهَا نَأْتِ بِخَيْرٍ مِنْهَا أَوْ مِثْلِهَا أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (106

Tatkala orang-orang kafir mengecam tentang nasakh/penghapusan atau pergantian hukum dan menuduh bahwa Muhammad menyuruh sahabat-sahabatnya untuk mengerjakan sesuatu pada hari ini lalu melarangnya esok, maka turunlah ayat, (Apa saja) disebut 'syarthiyah' yang membutuhkan jawaban (ayat yang Kami hapus) baik hukumnya itu pada mulanya turun bersama lafalnya atau tidak dan menurut satu qiraat 'nunsikh', artinya Kami titah kamu atau Jibril untuk menghapusnya (atau Kami tangguhkan) Kami undurkan sehingga hukumnya tidak turun dan bacaannya Kami tangguhkan di Lohmahfuz. Menurut satu qiraat tanpa hamzah, berasal dari kata-kata 'nisyaan' artinya 'lupa', sehingga artinya ialah Kami kikis atau hapus dari dalam kalbumu sehingga kamu melupakannya. Jawab syaratnya ialah (Kami datangkan yang lebih baik daripadanya) artinya lebih menguntungkan bagi hamba, baik dalam kemudahannya maupun dalam besar pahalanya (atau yang sebanding dengannya) dalam beban yang harus dipikul atau dalam ganjarannya. (Tidakkah kamu ketahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu?) Termasuk dalam kekuasaan-Nya itu nasakh, yaitu menghapus hukum dan mengubahnya, dan mengenai pertanyaan di sini maksudnya ialah untuk mengukuhkan.
107 Tiadakah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan bumi adalah kepunyaan Allah? Dan tiada bagimu selain Allah seorang pelindung maupun seorang penolong.(QS. 2:107) 
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 107 

أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ (107
Allah swt. menjelaskan bahwa Dia mempunyai kerajaan langit dan bumi, dengan kata lain bahwa langit dan bumi serta seluruh isinya tunduk di bawah kekuasaan-Nya, di bawah perintah dan larangan-Nya. Oleh sebab itu Allah swt. berkuasa pula untuk menasakhkan hukum dan menetapkan hukum yang lain menurut kehendak-Nya, apabila menurut pertimbangan-Nya ada manfaat bagi seluruh manusia karena hukum yang lama sudah dipandang tidak sesuai lagi. Maka Allah swt. memberikan penegasan kepada orang-orang Islam bahwa Allahlah yang memberikan pertolongan dan bantuan kepada mereka. Oleh sebab itu orang-orang mukmin dilarang memperdulikan orang-orang Yahudi yang mengingkari perubahan hukum itu, bahkan menghina karena sikap orang-orang Yahudi yang demikian itu sedikit pun tidak akan memberikan mudarat kepada orang-orang mukmin
108 Apakah kamu menghendaki untuk meminta kepada Rasul kamu seperti Bani Israil meminta kepada Musa pada zaman dahulu? Dan barang siapa yang menukar iman dengan kekafiran, maka sungguh orang itu telah sesat dari jalan yang lurus.(QS. 2:108)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 108 

أَمْ تُرِيدُونَ أَنْ تَسْأَلُوا رَسُولَكُمْ كَمَا سُئِلَ مُوسَى مِنْ قَبْلُ وَمَنْ يَتَبَدَّلِ الْكُفْرَ بِالْإِيمَانِ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ (108
Allah swt. mencela sikap orang-orang Yahudi yang menghina orang-orang Islam, karena adanya penasakhan hukum karena perintah Allah. Dalam hal ini Allah swt. menyindir mereka, apakah mereka ingin mengulang perbuatan nenek moyang mereka, yaitu mengemukakan persoalan kepada Rasul sebagaimana nenek moyang mereka menanyakan sesuatu kepada Nabi Musa a.s. ataukah mereka itu ingin meminta kepada Nabi Muhammad saw. agar supaya beliau mendatangkan hukum yang lain dari hukum yang telah ditetapkan seperti halnya nenek moyang mereka itu mengajukan yang tidak semestinya kepada Nabi Musa a.s.
Firman Allah swt.:


يَسْأَلُكَ أَهْلُ الْكِتَابِ أَنْ تُنَزِّلَ عَلَيْهِمْ كِتَابًا مِنَ السَّمَاءِ فَقَدْ سَأَلُوا مُوسَى أَكْبَرَ مِنْ ذَلِكَ فَقَالُوا أَرِنَا اللَّهَ
Artinya:
Ahli Kitab meminta kepadamu agar kamu menurunkan kepada mereka sebuah kitab dari langit. Maka sesunguhnya mereka telah meminta kepada Musa yang lebih besar dari itu. Mereka berkata: "Perlihatkanlah Allah kepada kami dengan nyata." (Q.S An Nisa': 153)
Kemudian Allah swt. memberikan ancaman kepada orang-orang Yahudi, bahwa orang-orang yang tidak memegangi ayat-ayat Allah dengan alasan ingin mencari hukum yang lain yang menurut pertimbangannya lebih baik berarti ia telah mengganti imannya dengan kekafiran, lebih mencintai kesesatan daripada hidayah, serta ia telah jauh dari kebenaran. Dan barangsiapa yang melampaui hukum-hukum Allah, berarti ia telah jatuh ke dalam lembah kesesatan.
Dalam ayat terdapat petunjuk bagi orang-orang Islam, yaitu agar mereka mengerjakan apa yang diperintahkan Rasulullah saw. dan menjauhi segala larangannya. Juga terdapat larangan meminta sesuatu yang di luar ketentuan hukum yang sudah ada.
109 Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.(QS. 2:109)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 109 

وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ فَاعْفُوا وَاصْفَحُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (109

Allah swt. menjelaskan bahwa sebahagian besar Ahli Kitab selalu berangan-angan agar dapat membelokkan orang-orang Islam dari agama tauhid menjadi kafir seperti mereka, setelah mereka mengetahui dengan nyata bahwa apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. itu benar dan sesuai dengan prinsip yang terkandung dalam Kitab Taurat.
Ayat ini mengandung peringatan kepada orang-orang Islam agar supaya mereka waspada terhadap tipu muslihat yang mereka lakukan itu adakalanya denga jalan mengeruhkan ajaran Islam, dan adakalanya dengan jalan menimbul-nimbulkan keragu-raguan di kalangan umat Islam sendiri. Mereka melakukan tipu muslihat itu disebabkan karena kedengkian semata, tidak timbul dari pandangan yang bersih. Kedengkian mereka bukanlah karena keragu-raguan mereka terhadap kandungan isi Alquran atau bukan karena didorong oleh kebenaran yang terdapat dalam Kitab Taurat, akan tetapi disebabkan karena dorongan hawa nafsu, kemerosotan mental dan kedongkolan hati mereka. Itulah sebabnya maka mereka terjerumus dalam lembah kesesatan dan kebatilan.
Sesudah itu Allah swt. memberikan tuntunan pada umat Islam bagaimana caranya menghadapi tindak-tanduk mereka itu. Allah swt. menyuruh umat Islam menghadapi mereka itu dengan sopan-santun yang baik serta suka memaafkan segala kesalahan mereka, juga melarang agar jangan mencela mereka hingga tiba saatnya Allah memberikan perintah, karena Allahlah yang akan memberikan bantuan kepada umat Islam, hingga umat Islam telah dapat menentukan sikap dalam menghadapi tantangan mereka, apakah mereka itu harus diperangi atau diusir.
Peristiwa ini telah terjadi, umat Islam memerangi Bani Quraizah dan Bani Nadir dari Madinah setelah mereka merobek-robek perjanjian. Mereka memberi bantuan kepada orang-orang musyrikin, setelah mereka diberi maaf berulang kali.
Kemudian Allah swt. memberikan ketegasan atau janjinya bahwa Dia akan memberikan bantuan kepada orang-orang Islam, dengan menyatakan bahwa Dia berkuasa pula untuk memberikan kekuatan lainnya dan Dia berkuasa pula untuk memberikan ketetapan hati agar umat Islam tetap berpegang pada kebenaran sehingga mereka dapat mengalahkan orang-orang yang memusuhi umat Islam secara terang-terangan serta menyombongkan kekuatan.
110 Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan apa-apa yang kamu usahakan dari kebaikan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.(QS. 2:110)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

 Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 110 

وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (110)
Allah swt. menyuruh orang-orang Islam supaya terus-menerus menempuh jalan yang sebaik-baiknya, melakukan salat dan mengeluarkan zakat. Orang-orang Islam diperintahkan agar terus-menerus mendirikan salat, dan perintah ini dipautkan dengan janji Allah berupa pertolongan mendapat kemenangan karena dalam salat itu terdapat hikmah yang banyak, memperkuat jalinan iman, mempertinggi cita-cita serta mem
pertinggi daya tahan mental karena di dalam salat itu terdapat doa kepada Allah yang diucapkan seorang hamba Allah sebagai pernyataan kehendak yang serius, serta memperkuat jalinan hati di antara orang-orang mukmin dengan jalan melakukan salat jemaah dan pergaulan mereka di dalam mesjid. Dengan jalan inilah iman itu dapat berkembang dan kokoh, dapat juga memelihara kebersihan jiwa yang dapat mencegah diri untuk melakukan perbuatan yang keji, serta dapat mempertinggi daya juang untuk melaksanakan kebenaran. Maka apabila orang-orang Islam menempuh cara-cara yang demikian itu, niscaya mereka akan mendapat pertolongan dari Allah.
Adapun hikmah yag terdapat dalam mengeluarkan zakat ialah mempererat hubungan antara orang-orang Islam yang kaya dengan yang miskin, sehingga dengan kuatnya hubungan itu akan tercipta kesatuan dan persatuan umat yang kokoh merupakan kesatuan yang bulat.
Sesudah itu Allah swt. menegaskan bahwa salat dan zakat itu sebagai jalan yang harus ditempuh untuk memperoleh kemenangan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Hal ini dapat diketahui dari pernyataan Allah bahwa kebaikan apa saja yang dilakukan oleh orang-orang Islam niscaya akan mendapat balasan dari sisi Allah di hari pembalasan dengan seadil-adilnya. Seterusnya Allah menyuruh orang-orang Islam agar supaya berbuat baik karena Allah benar-benar Maha Mengetahui segenap amalan, baik amal yang banyak maupun amal yang sedikit, tak ada amal yang disia-siakan baik amal yang saleh maupun amal yang jelek, niscaya akan mendapat balasan yang setimpal.
111 Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: `Sekali-kali tidak akan masuk syurga kecuali orang-orang (yang beragma) Yahudi atau Nasrani`. Demikian itu (hanya angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah: `Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar`.(QS. 2:111)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 111

وَقَالُوا لَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ كَانَ هُودًا أَوْ نَصَارَى تِلْكَ أَمَانِيُّهُمْ قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (111

Ahli Kitab, baik Yahudi maupun Nasrani, masing-masing mereka menganggap, bahwa tidak akan masuk surga terkecuali golongan mereka sendiri. Orang-orang Yahudi beranggapan, bahwa yang akan masuk surga, hanyalah orang-orang Yahudi, demikian juga orang-orang Nasrani beranggapan bahwa yang akan masuk surga hanyalah orang-orang Nasrani. Untuk menolak dan membatalkan anggapan mereka itu Allah swt. memberikan penegasan, bahwa anggapan mereka itu hanyalah angan-angan yang timbul dari khayalan mereka saja.
Angan-angan mereka, meskipun disebutkan secara global, namun maknanya mencakup arti yang luas, yaitu angan-angan mereka agar terhindar dari siksa serta anggapan bahwa yang bukan golongan mereka akan terjerumus ke dalam siksa, dan tidak memperoleh nikmat sedikitpun. Itulah sebabnya maka dalam ayat itu angan-angan mereka dinyatakan dalam bentuk jamak.
Dalam pada itu Allah swt. seakan-akan meminta bukti kebenaran yang menguatkan anggapan mereka masing-masing kalau mereka masing-masing dapat mengemukakan bukti-bukti yang benar maka dugaan mereka benar. Akan tetapi dari susunan ayat, tidak demikian yang terpaham. Meskipun pada arti lahir ayat terdapat tuntunan mengemukakan bukti, namun menurut maknanya menyatakan ketidakbenaran dakwaan mereka masing-masing, karena mereka masing-masing memang tidak akan dapat mengemukakan bukti.
Dalam ayat ini terdapat isyarat, bahwa sesuatu pendapat yang tidak didasarkan pada bukti-bukti yang benar tidaklah boleh diterima.
112 (Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.(QS. 2:112)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 112 

بَلَى مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِنْدَ رَبِّهِ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (112

Allah swt. tidak membenarkan anggapan masing-masing golongan dari Ahli Kitab serta menolak anggapan mereka yang batal itu, karena rahmat Allah swt. tidak hanya dimonopoli oleh sesuatu bangsa atau sesuatu golongan, akan tetapi akan didapat oleh siapa saja yang berusaha mendapatkannya dengan ketentuan ia harus beriman dan beramal saleh.
Sebagai ketegasan, Allah swt. memberikan pernyataan bahwa barangsiapa yang beriman kepada Allah dan membuktikan imannya itu dengan amal yang ikhlas, maka ia akan memperoleh pahala. Allah tidak akan menyia-nyiakan amal baik seorang hamba.
Ayat ini juga menunjukkan bahwa iman semata tidak cukup untuk menjamin tercapainya kebahagiaan seseorang, akan tetapi hendaknya disertai amal saleh.
Allah swt. telah menetapkan dalam Alquran bahwa apabila disebut kata-kata iman selalu diiringi oleh amal baik, seperti nampak dalam firman-Nya:

وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا (124

Artinya:
Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik ia laki-laki maupun wanita sedangkan ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walaupun hanya sedikit. (Q.S An Nisa': 124)
Dan firman-Nya lagi:

فَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَا كُفْرَانَ لِسَعْيِهِ 

Artinya:
Maka barangsiapa yang mengerjakan (barang sedikit pun) dari amalan-amalan yang saleh sedang ia beriman, maka tidak ada pengingkaran terhadap amalannya itu. (Q.S Al Anbiya': 94)
Apabila mereka itu telah berserah diri kepada Allah dan beramal, maka diri mereka itu tidak perlu merasa khawatir dan merasa sedih. Lain halnya orang-orang yang tersesat oleh sesembahan berhala dan tersesat dari petunjuk Allah. Di antara tabiat orang-orang mukmin ialah apabila mereka itu ditimpa oleh sesuatu yang tidak disenangi, mereka akan menyelidiki sebab-sebabnya dan berusaha keras untuk mengatasinya. Kalau masih juga belum teratasi, mereka menyerahkan persoalan itu kepada kekuasaan Allah. Niat mereka sedikit pun tidak kendor dan hati mereka pun menyadari bahwa untuk mengatasi semua kesulitan itu ia menyerahkan diri kepada kekuatan yang hakiki, yaitu Allah swt., sedang tabiat orang-orang yang tidak beriman ialah: takut menghadapi masa depan mereka dan selalu rusuh hatinya menghadapi segala sesuatu yang akan menimpa. Maka apabila mereka ditimpa malapetaka, mereka kebingungan tak tahan menghadapi kesusahan itu, dan tak dapat mencari jalan keluar.
113 Dan orang-orang Yahudi berkata: `Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu pegangan`, dan orang-orang Nasrani berkata: `Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan,` padahal mereka (sama-sama) membaca Al Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti ucapan mereka itu. Maka Allah akan mengadili di antara mereka pada hari kiamat, tentang apa-apa yang mereka berselisih padanya.(QS. 2:113)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 113

وَقَالَتِ الْيَهُودُ لَيْسَتِ النَّصَارَى عَلَى شَيْءٍ وَقَالَتِ النَّصَارَى لَيْسَتِ الْيَهُودُ عَلَى شَيْءٍ وَهُمْ يَتْلُونَ الْكِتَابَ كَذَلِكَ قَالَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ مِثْلَ قَوْلِهِمْ فَاللَّهُ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ (113

Orang-orang Yahudi menuduh orang-orang Nasrani tidak mempunyai pegangan sedikit pun. Orang-orang Yahudi mengingkari Al-Masih, padahal mereka telah membaca Kitab Taurat yang di dalamnya terdapat berita tentang kedatangan Nabi Isa. Orang-orang Yahudi memberikan sebutan kepada Al-Masih dengan sebutan yang tidak sepantasnya.
Orang-orang Nasrani menuduh orang-orang Yahudi tidak mempunyai pegangan agama yang benar, karena orang-orang Yahudi telah mengingkari kenabian Al-Masih yang bertindak sebagai penyempurna agama mereka. Padahal mereka telah membaca Kitab, yang semestinya tidak akan terjadi tuduh-menuduh itu. Kalau demikian, mereka mengatakan sesuatu yang tidak tercantum dalam Kitab mereka, karena Taurat memuat berita gembira tentang kedatangan Al-Masih itu untuk menyempurnakan peraturan-peraturan agama yang dibawa oleh Musa a.s. bukan untuk membatalkan. Akan tetapi mengapa sampai terjadi orang-orang Nasrani membatalkan sama sekali agama orang-orang Yahudi?
Secara singkat dapat dikatakan bahwa agama mereka sebenarnya satu. Hanya saja karena ada bagian-bagian yang dibuang dari isi Kitab itu, terjadilah tuduh-menuduh itu. Dengan demikian Kitab yang mereka baca itu menjadi bukti kedustaan mereka.
Sesudah itu Allah swt. memberikan penjelasan bahwa kata-kata yang mereka ucapkan itu bukanlah persoalan baru, bahkan bangsa sebelum mereka mengatakan sesuatu tanpa didasari bukti-bukti yang kuat seperti pengikut agama wasaniah juga mengatakan pada agama lain, bahwa agama yang dianut orang itu tidak mempunyai pegangan apa-apa. Kalau manusia dapat mengetahui yang sebenarnya, tentulah tidak akan terjadi pertentangan yang bersifat prinsip. Kalau demikian maka mereka akan mengatakan bahwa orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani bersikap fanatik pada paham yang dikuasai hawa nafsu.
Dalam pada itu Allah swt. memberikan penegasan bahwa Allahlah yang Maha Mengetahui kebenaran dan kebatilan apa yang mereka perselisihkan itu. Allah pula yang membenarkan mana yang benar dan menempatkan orang-orang yang mencintai kebenaran itu dalam surga Naim, juga yang membatalkan mana yang batil, serta mengekalkan pencinta-pencinta dan pendukung-pendukung kebatilan itu dalam neraka Jahim.
114 Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah dalam mesjid-mesjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (mesjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat.(QS. 2:114)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 114 

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ مَنَعَ مَسَاجِدَ اللَّهِ أَنْ يُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ وَسَعَى فِي خَرَابِهَا أُولَئِكَ مَا كَانَ لَهُمْ أَنْ يَدْخُلُوهَا إِلَّا خَائِفِينَ لَهُمْ فِي الدُّنْيَا خِزْيٌ وَلَهُمْ فِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ (114

Di antara tindakan-tindakan orang-orang Yahudi dan Nasrani yang paling zalim di sisi Allah ialah:
1.Menghalang-halangi manusia menyebut nama Allah di dalam mesjid-mesjid-Nya. Termasuk di dalamnya menghalang-halangi segala perbuatan yang berhubungan dengan urusan agama, seperti mempelajari dan mengamalkan agama, iktikaf 111), salat, zikir dan sebagainya.
2.Merobohkan mesjid-mesjid Allah. Termasuk di dalamnya perbuatan-perbuatan, usaha-usaha atau tindakan-tindakan yang bertujuan untuk merusak, merobohkan, menghalang-halangi pendirian mesjid dan sebagainya.
Kedua macam perbuatan itu dinyatakan Allah swt. sebagai perbuatan yang zalim karena perbuatan itu mengakibatkan hilangnya syiar agama Allah di permukaan bumi.
Para ahli tafsir sependapat bahwa ayat di atas mengisyaratkan "tindakan yang umum" dan "tindakan yang khusus".
"Tidakan yang umum" ialah segala macam tindakan atau perbuatan yang berhubungan dengan menghalang-halangi manusia beribadah di dalam mesjid dan tindakan merobohkan mesjid Allah.
"Tindakan yang khusus" ialah bahwa ayat di atas diturunkan atau mengisyaratkan bahwa telah terjadi suatu peristiwa dalam sejarah yang sifatnya sama dengan sifat-sifat tindakan atau perbuatan yang disebut di dalam ayat.
Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang peristiwa yang dimaksud oleh ayat ini.
Pendapat-pendapat itu ialah:
Pendapat pertama: Ayat di atas mengisyaratkan tindakan orang-orang musyrik Mekah yang menghalang-halangi keinginan Rasulullah saw. beserta para sahabatnya yang hendak mengerjakan ibadah mrah pada bulan Zulhijah tahun 6 Hijriyah (bulan Februari 628 M). Timbulnya keinginan itu karena di dalam perjanjian Hudaibiyyah (Sulhul Hudaibiyah) Nabi Muhammad saw. dan para sahahat dibolehkan oleh kaum musyrikin memasuki kota Mekah pada tahun setelah perjanjian itu ditanda-tangani. Di saat Rasulullah saw. dan para sahabat bersiap hendak melaksanakan keinginannya itu, kaum musyrikin Mekah membatalkan secara sepihak perjanjian itu. Tindakan mereka inilah yang dimaksud Allah dengan menghalang-halangi manusia menyebut nama Allah di dalam masjid-Nya dan usaha merobohkan mesjid .
Pendapat golongan pertama ini selanjutnya menegaskan bahwa lanjutan ayat terdapat perkataan:

أُولَئِكَ مَا كَانَ لَهُمْ أَنْ يَدْخُلُوهَا إِلَّا خَائِفِينَ
Artinya:
....mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (mesjid Allah) kecuali dengan rasa takut (kepada Allah).... (Q.S Al Baqarah: 114)
Ayat ini membayangkan bahwa akan tiba saatnya nanti kaum muslimin memasuki kota Mekah dengan aman dan tenteram dan orang musyrik Mekah akan memasuki Masjidil Haram dengan penuh rasa takut. Hal ini terbukti di kemudian hari dengan terjadinya penaklukan kota Mekah oleh kaum muslimin dan orang musyrik Mekah meninggalkan agama mereka dan masuk agama Islam.
Pendapat kedua: Ayat di atas mnengisyaratkan tindakan raja Titus (70 M) bangsa Romawi, anak dari kaisar Vespacianus. Titus mengepung dan menyerang orang Yahudi di Yerusalem dengan cara di luar perikemanusiaan dan menghancurkan Haikal Sulaiman. Menurut sebahagian ahli sejarah, terjadinya hal yang demikian ada hubungannya dengan pertentangan dan permusuhan yang terjadi antara orang Yahudi dan orang Nasrani di Yerusalem.
Alasan dari pendapat kedua ini ialah bahwa ayat ini ada hubungannya dengan ayat-ayat sebelum dan ayat-ayat sesudahnya. Ayat-ayat sebelum dan ayat-ayat sesudahnya ini menerangkan tentang tindakan-tindakan orang-orang Yahudi dan orang Nasrani. Tindakan orang Yahudi dan orang Nasrani yang menghalangi manusia beribadat di mesjid Allah dan merobohkan mesjid Allah ialah tindakan yang dilakukan oleh Titus itu. Menurut pendapat ini bahwa kaum musyrik Mekah hanya menghalang-halangi kaum muslimin melakukan umrah dan beribadat di Mesjidil Haram, mereka tidak menghancurkan Mesjidil Haram, karena itu sifat-sifat tindakan mereka tidak seluruhnya seperti tindakan-tindakan yang disifatkan Allah dalam ayat di atas.
Tindakan orang-orang musyrik Mekah menghalang-halangi Rasulullah saw. dan kaum Muslimin memasuki kota Mekah untuk melaksanakan ibadah haji dan tindakan raja Titus menghancurkan Baitul Maqdis termasuk di dalam "tindakan yang umum". Sedang yang dimaksud "tindakan khusus" yang sesuai dengan ayat ini ialah pendapat kedua karena adanya perkataan "merobohkan mesjid" Allah di dalam ayat. Kaum Musyrikin Mekah tidak pernah merobohkan Mesjid Allah dalam arti yang sebenarnya; mereka hanya mengotori Baitullah dan menghalangi kaum Muslimin beribadat. Sedang Titus dan tentaranya benar-benar telah merobohkan mesjid Allah di Yerusalem dan membunuh orang-orang yang beribat kepada Allah.
Lanjutan ayat menerangkan sifat-sifat yang harus dilakukan oleh manusia memasuki mesjid Allah, dengan tunduk, patuh dan memurnikan ketaatannya hanya kepada Allah semata. Dari ayat ini dipahamkan dilarang manusia memasuki mesjid Allah dengan sikap angkuh dan riya . Dilarang memasuki mesjid orang yang bermaksud menghalangi manusia beribadat di dalamnya, dan orang-orang yang bermaksud merusak atau merohohkannya.
Pada akhir ayat, Allah swt. mengancam orang-orang yang melakukan tindakan-tindakan di atas dengan kehinaan di dunia dan azab yang pedih di akhirat nanti.
Kehinaan di dunia mungkin berupa malapetaka, kehancuran dan segala macam kehinaan baik yang langsung atau yang tidak langsung dirasakan oleh manusia. Bentuk azab di akhirat hanya Allah yang lebih mengetahuinya.
Allah swt. melarang manusia dengan larangan melakukan segala macam tindakan yang berhubungan dengan menghalang-halangi manusia berdoa, salat, iktikaf, mempelajari agama, beribadat, dan pebuatan-perbuatan yang lain dalam menegakkan syiar agama Allah di dalam mesjid-mesjid-Nya serta usaha merusak dan merobohkannya.
Perbuatan atau tindakan itu adalah perbuatan dan tindakan yang paling zalim di sisi Allah, karena tindakan itu langsung atau tidak langsung berakibat melenyapkan agama Allah di muka bumi. Perbuatan dan tindakan itu demikian zalimnya sehingga Allah mengancam para pembuatnya dengan kehinaan di dunia dan azab yang pedih di akhirat. Yang diperintahkan Allah ialah agar manusia memakmurkan mesjid-mesjid Allah, mendirikan dan memeliharanya dengan baik, masuk ke dalamnya dengan rasa tunduk dan menyerah diri kepada Allah.
115 Dan kepunyaaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.<(QS. 2:115)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 115 

وَلِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (115
 
Allah swt. menegaskan pemilikan-Nya terhadap seluruh alam ini. Dia sendiri yang mengaturnya, mengetahui apa saja yang terjadi di dalamnya, baik kecil maupun besar.
Firman Allah:

وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ 
 
Artinya:
.....Dan Dia (Allah) bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Q.S Al Hadid: 4)
Dan firman Allah:

مَا يَكُونُ مِنْ نَجْوَى ثَلَاثَةٍ إِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلَا خَمْسَةٍ إِلَّا هُوَ سَادِسُهُمْ وَلَا أَدْنَى مِنْ ذَلِكَ وَلَا أَكْثَرَ إِلَّا هُوَ مَعَهُمْ أَيْنَ مَا كَانُوا
Artinya:
Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang melainkan Dialah yang keempatnya, dan tiada (pembicaraan antara) lima orang melainkan Dialah yang keenamnya, dan tiada (pula) pembicaraan antara (jumlah) yang kurang dari itu atau lebih banyak melainkan Dia ada bersama mereka di mana pun mereka berada. (Q.S Al Mujadalah: 7)
Dan firman Allah: 

 
رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكََ 
 
Artinya:
(Mereka berkata), "Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau. (Q.S Al Mukmin: 7)
Karena itu pada azaznya ke mana saja manusia menghadapkan mukanya dalam berdoa atau beribadah, ke timur, ke barat, ke utara, ke selatan, ke bawah, ke atas dan sebagainya, pasti doa dan ibadahnya itu didengar Allah swt. dan sampai kepada-Nya.
Ayat ini menyalahkan kepercayaan bahwa Allah swt. mempunyai tempat, bahwa doa atau ibadat akan didengar dan sampai kepada Allah bila hamba yang berdoa dan beribadat itu menghadap ke arah tertentu saja atau suatu tempat yang dianggap lebih mulia dari tempat yang lain dan sebagainya.
Sebab ayat ini diturunkan ialah: Diriwayatkan oleh Jabir sebagai berikut: "Kami telah diutus oleh Rasulullah saw. ke Syria yang dahulu kami pernah ke sana. Sedang kami berada di tengah perjalanan kegelapan mencekam kami sehingga kami tidak mengetahui arah kiblat. Segolongan di antara kami berkata, "Kami telah mengetahui arah kiblat, yaitu di sana, di arah utara." Maka mereka salat dan membuat garis di tanah. Dan sebahagian kami berkata, "Arah kiblat di sana di arah selatan." Dan mereka membuat garisan di tanah. Tatkala hari subuh dan matahari pun terbit, garis itu mengarah ke arah yang bukan arah kiblat. Tatkala kami kembali dari perjalanan dan kami tanyakan kepada Rasulullah saw. tentang peristiwa itu, maka Nabi saw. diam dan turunlah ayat ini.
Berdasarkan ayat di atas dan sebab turunnya dapat ditetapkan hukum sebagai berikut:
1.Pada azasnya kiblat itu ialah seluruh arah. Ke mana saja hamba menghadap pasti menemui wajah Allah. Untuk memelihara kesatuan dan persatuan kaum muslimin ditetapkanlah Kakbah sebagai arah kiblat.
2.Apabila keadaan hari sangat gelap dan arah kiblat tidak diketahui, maka boleh salat menghadap ke arah yang diyakini sebagai kiblat. Jika ternyata kemudian bahwa arah itu bukan arah kiblat maka salatnya tetap sah.
3.Bagi orang yang berada di atas kendaraan yang sedang berjalan, ia boleh berkiblat ke arah yang ia sukai. Sebahagian ulama menganjurkan berkiblat ke arah depan dari kendaraan itu.
116 Mereka (orang-orang kafir) berkata: `Allah mempunyai anak`. Maha Suci Allah, bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah; semua tunduk kepada-Nya.(QS. 2:116)
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 116 

وَقَالُوا اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ بَلْ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ كُلٌّ لَهُ قَانِتُونَ (116
Allah swt. menerangkan pengakuan mulut dan hati orang-orang Yahudi dan Nasrani bahwa Allah mempunyai anak. Orang Yahudi mengatakan Uzair putra Allah, sedang orang Nasrani mengatakan bahwa Al-Masih putra Allah. Perbuatan mereka itu tersebut dalam firman Allah swt.:


وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ

Artinya:
Dan orang-orang Yahudi berkata, "Uzair itu putra Allah." Dan orang-orang Nasrani berkata, "Al-Masih itu putra Allah." Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka. (Q.S At Taubah: 30)
Kedua kepercayaan itu pada a.s.asnya adalah sama, yaitu menyatakan bahwa Allah mempunyai anak dan berarti mereka memperserikatkan Allah, menyatakan bahwa Allah memerlukan pembantu dalam mengurus alam ini, menyatakan bahwa Allah mempunyai suatu cita-cita dan cita-cita itu akan dilanjutkan oleh putra-Nya seandainya Dia tidak ada lagi.
Kepercayaan dan ucapan yang diucapkan orang-orang kafir itu tidak benar, mengherankan dan terlalu berani, Maha suci Allah swt. dari perkataan-perkataan yang demikian itu. Allah swt. tidak memerlukan sesuatupun, tidak memerlukan penolong dan pembantu dalam melaksanakan semua urusan-urusan-Nya, tidak memerlukan sesuatupun untuk melanjutkan kehendak-Nya, karena Dia adalah kekal tidak berkesudahan.
Dari perkataan "Maha Suci Allah" dipahamkan bahwa pengakuan orang-orang Yahudi dan Nasrani tentang Allah swt. mempunyai anak adalah pengakuan yang dihukum sebagai dosa besar. Karena itu hamba-hamba yang terlanjur menyatakan pengakuan itu hendaklah bertaubat kepada Allah. Hanya dengan bertaubat, dosa besar seseorang hamba dapat diampuni oleh Allah swt.
Akhir ayat ini memberi pengertian bahwa Allah hendak membersihkan diri-Nya dari perkataan orang-orang kafir itu. Allah menyatakan yang demikian semata-mata untuk menjaga hak hamba-hamba-Nya, membersihkan kepercayaan hamba-hamba-Nya yang dapat merugikan mereka di dunia dan di akhirat nanti.
Bahkan Allah swt. menegaskan bahwa seluruh alam ini adalah milik-Nya, berada di bawah kekuasaan-Nya. Tidak sesuatupun yang dapat mengurangi kehendak-Nya dan yang dapat merugikan-Nya. Semua patuh dan tunduk kepada-Nya.
117 Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia mengatakan kepadanya: `Jadilah`. Lalu jadilah ia.(QS. 2:117) 
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 117

 بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَإِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ (117

Dari ayat ini dipahami bahwa Allah swt. menciptakan sesuatu dengan tidak mencontoh kepada sesuatu yang telah ada, tidak menggunakan sesuatu bahan atau alat dari bahan atau yang telah ada. Semuanya itu terjadi sesuai dengan kehendak Allah. Hal ini ditegaskan oleh lanjutan ayat ini.
Menurut bunyi ayat: Allah swt. menciptakan sesuatu dengan perkataan "kun" (adilah). Sedang yang dimaksud hanyalah sekedar misal saja, agar mudah dipahami oleh hamba-hamba-Nya. Tentang cara Allah mengadakan sesuatu dan bagaimana proses terjadinya sesuatu, ini hanya Allahlah Yang Maha Tahu.
118 Dan orang-orang yang tidak mengetahui berkata: `Mengapa Allah tidak (langsung) berbicara dengan kami atau datang tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kami?` Demikian pula orang-orang yang sebelum mereka telah mengatakan seperti ucapan mereka itu; hati mereka serupa. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada kaum yang yakin.(QS. 2:118) 
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 118

وَقَالَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ لَوْلَا يُكَلِّمُنَا اللَّهُ أَوْ تَأْتِينَا آيَةٌ كَذَلِكَ قَالَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ مِثْلَ قَوْلِهِمْ تَشَابَهَتْ قُلُوبُهُمْ قَدْ بَيَّنَّا الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ (118

Orang-orang yang tidak mengetahui dalam ayat ini ialah orang-orang Mekah. Mereka dikatakan tidak mengetahui karena kepercayaan mereka tidak berdasarkan kitab yang diturunkan Allah kepada nabi-nabi-Nya dan tidak mengikuti nabi-nabi yang telah diutus-Nya. Hal ini ditegaskan ayat selanjutnya bahwa Allah swt. langsung mengarahkan pembicaraan kepada Nabi Muhammad saw. tentang sikap orang-orang musyrik itu dan persamaan perkataan mereka dengan perkataan orang sebelum Nabi Muhammad diutus.
Orang-orang musyrik itu mengatakan, "Kenapa Allah tidak langsung berbicara dengan mereka yang menerangkan bahwa Muhammad adalah utusan Allah dan Alquran diturunkan dari Allah atau datang kepada mereka Malaikat untuk menjelaskannya, atau datang dalil-dalil yang menerangkan dan membuktikan kenabian Muhammad?"
Allah swt. menerangkan bahwa perkataan mereka itu sama dengan perkataan orang-orang sebelum mereka yang mereka ucapkan kepada nabi-nabi yang diutus kepada mereka. Juga Allah menerangkan bahwa apa yang mereka katakan itu sebabnya sama, yaitu karena keingkaran dan kedengkian mereka kepada Muhammad, bukan karena tidak adanya dalil-dalil atau bukti-bukti yang telah didatangkan Allah. Telah banyak dalil-dalil yang didatangkan Allah, tetapi hati mereka tertutup menerima dalil-dalil itu, karena kesombongan dan keangkuhan mereka. Apapun dalil dan bukti yang didatangkan, mereka tetap tidak akan beriman.
Perkataan-perkataan orang-orang yang terdahulu yang sama dengan perkataan-perkataan orang-orang musyrik itu tersebut di dalam Alquran, seperti perkataan orang-oang Yahudi, Allah swt. berfirman:


وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَى لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى نَرَى اللَّهَ جَهْرَةً 

Artinya:
Dan (ingatlah) ketika kamu (Yahudi) berkata, "Hai Musa, kami sekali-kali tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang.... (Q.S Al Baqarah: 55 lihat juga Q.S An Nisa': 153)
Dan firman Allah swt.:


وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَى لَنْ نَصْبِرَ عَلَى طَعَامٍ وَاحِدٍ فَادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنْبِتُ الْأَرْضُ مِنْ بَقْلِهَا وَقِثَّائِهَا وَفُومِهَا وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا 

Artinya:
Dan (ingatlah) ketika kamu berkata, "Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja, sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-sayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya.... (Q.S Al Baqarah: 61)
Orang-orang Nasrani berkata kepada Isa a.s. sebagaimana tersebut dalam firman Allah swt.:


إِذْ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ هَلْ يَسْتَطِيعُ رَبُّكَ أَنْ يُنَزِّلَ عَلَيْنَا مَائِدَةً مِنَ السَّمَاءِ 

Artinya:
(Ingatlah) ketika pengikut-pengikut Isa berkata, "Hai Isa putra Maryam, sanggupkah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?" (Q.S Al Ma'idah: 112)
Selanjutnya Allah swt. menegaskan bahwa orang-orang kafir tidak akan beriman walau keterangan atau bukti apa pun yang diturunkan kepada mereka.
Allah swt. berfirman:


وَلَوْ نَزَّلْنَا عَلَيْكَ كِتَابًا فِي قِرْطَاسٍ فَلَمَسُوهُ بِأَيْدِيهِمْ لَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلَّا سِحْرٌ مُبِينٌ (7

Artinya:
Dan kalau Kami turunkan kepadamu tulisan di atas kertas, lalu mereka dapat memegangnya dengan tangan mereka sendiri, tentu orang-orang yang kafir itu berkata, "Ini tidak lain hanyalah sihir belaka." (Q.S Al An'am: 7 baca pula ayat 8, 9 dan 10)
Pada akhir ayat Allah menerangkan bahwa Dia selalu menurunkan bukti-bukti dan dalil-dalil bagi segala sesuatu, Dia menerangkannya dengan sejelas-jelasnya. Orang-orang yang bersih jiwa dan hatinya akan segera monerima dalil-dalil dan bukti itu dan mereka segera meyakininya. Orang-orang yang tidak menerimanya ialah orang-orang yang dalam hatinya ada rasa dengki dan penyakit, hatinya kasar dan tertutup.
Allah swt. berfirman:


أَتَوَاصَوْا بِهِ بَلْ هُمْ قَوْمٌ طَاغُونَ 

Artinya:
Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu, sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas. (Q.S Az Zariyat: 53)
Ayat di atas merupakan penawar duka bagi Nabi Muhammad saw. yang sedang menghadapi keingkaran kaum musyrik Mekah terhadap seruan beliau. Seolah-olah ayat di atas menerangkan bahwa sikap kaum musyrikin itu adalah sikap yang sama dengan sikap orang-orang dahulu terhadap nabi-nabi yang diutus kepada mereka. Karena itu janganlah dihiraukan sikap mereka itu dan janganlah bersedih hati.
119 Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka.(QS. 2:119) 
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 119 

إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ بِالْحَقِّ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَا تُسْأَلُ عَنْ أَصْحَابِ الْجَحِيمِ (119
Ayat ini menegaskan bahwa Allah mengutus Muhammad dengan kebenaran. Kebenaran itu ialah sesuatu yang kokoh kuat lagi pasti tidak menyesatkan orang-orang yang menganutnya bahkan membahagiakannya dan tidak sedikit pun mempunyai unsur-unsur keragu-raguan apalagi kebatilan. Dari ayat ini dapat dipahami bahwa di dalam kebenaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad itu terkandung arti iktikad, hukum, tata cara, kebiasaan yang baik dan segala hal yang dapat membahagiakan hidup manusia di dunia dan di akhirat.
Allah swt. menerangkan, bahwa di antara tugas Nabi Muhammad itu ialah:
1.Memberi kabar gembira, yaitu kabar gembira dari Allah yang menjanjikan kebahagiaan di dunia dan di akhirat bagi orang-orang yang mengikuti agama yang dibawa oleh Muhammad itu. Perkataan "basyiran" juga memberi pengertian isyarat, tanda yang memberi kabar gembira, seperti adanya mendung sebagai tanda hari akan hujan.
2.Memberi peringatan, yaitu memberi peringatan bahwa ada nestapa bagi orang-orang yang tidak mengikuti perintah-perintah Allah dan menghentikan larangan-larangan-Nya dan bagi orang-orang yang menghalangi seruan Nabi Muhammad saw.
Orang-orang yang tidak mengindahkan peringatan itu dimasukkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.
Ungkapan semacam ini menunjukkan kerasnya azab yang akan diderita oleh orang-orang yang mendustakan nabi.
Kemudian Allah swt. menerangkan tentang batas-batas dan tugas Nabi Muhammad saw., yaitu menyampaikan agama kepada manusia, sedang yang memberi penilaian terhadap sikap manusia kepada seruan Muhammad adalah Allah sendiri. Hanya Allahlah yang memberi pahala dan memberi hukuman.
Allah swt. berfirman:


لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ
Artinya:
Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allahlah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya. (Q.S Al Baqarah: 272)
120 Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepadamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: `Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)`. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.(QS. 2:120) 
TKQ-TPQ-MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 120 

وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ (120
Ayat ini menyatakan keinginan ahli kitab yang sebenarnya sehingga mereka melakukan tindakan-tindakan terhadap orang-orang yang beribadat di masjid Allah, merobohkan masjid itu, menyerikatkan-Nya, mengingkari seruan Nabi Muhammad saw., nabi terakhir.
Mereka tidak akan berhenti melakukan tindakan itu sehingga Nabi Muhammad saw. dan pengikutnya menganut agama yang mereka anut, yaitu agama yang berasal dari agama-agama yang dibawa para nabi yang terdahulu, tetapi ajaran-ajarannya sudah banyak diubah-ubah oleh mereka.
Karena itu hendaklah kaum muslimin waspada terhadap sikap ahli kitab itu, janganlah ragu-ragu mengikuti petunjuk Allah, yaitu petunjuk yang diturunkan Allah kepada nabi-nabi-Nya, bukan petunjuk yang berasal dari keinginan dan terutama keinginan dan hawa nafsu orang-orang Yahudi dan Nasrani.
Orang-orang Yahudi dan Nasrani melakukan tindakan-tindakan itu setelah pengetahuan datang pada mereka, yaitu pengetahuan tentang agama yang diridai Allah dan ajaran-ajaran dari agama itu, yaitu agama Islam.
Menurut zahirnya ayat ini langsung ditujukan kepada Nabi Muhammad saw. yaitu berupa ancaman dan peringatan yang keras seandainya Nabi saw. mengikuti kemauan mereka padahal Nabi saw. telah dijamin Allah terpelihara dari perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah. Di dalam Alquran banyak terdapat ayat-ayat yang seperti ini, yaitu suatu ayat yang akhirnya ditujukan kepada Nabi saw., tetapi yang dimaksud ialah umat nabi Muhammad saw. Allah swt. memperingatkan dengan ayat ini agar kaum muslimin berhati-hati terhadap sikap para ahli kitab kepada agama Islam dan kaum muslimin itu.

Halaman  First Previous Next Last Balik Ke Atas   Total [15]
Ayat 101 s/d 120 dari [286]


Sumber Tafsir dari :

1.Tafsir DEPAG RI, 2. Tafsir Jalalain Indonesia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger... Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Edy_Hari_Yanto's  album on Photobucket
TPQ NURUDDIN NEWS : Terima kasih kepada donatur yang telah menyisihkan sebagian rezekinya untuk pembangunan TPQ Nuruddin| TKQ-TPQ "NURUDDIN" MENERIMA SANTRI DAN SANTRIWATI BARU | INFORMASI PENDAFTARAN DI KANTOR TPQ "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN-WONOAYU