TAFSIR Qs. An-Naas
Artikel ini didinukil dari serat dakwah dan sedikit eksplor oleh admin Tpq Nuruddin dan kembali dipublikasikan dengan tidak mengurangi isi daripada artikel aslinya. Tentunya kami juga menyertakan sumber dimana kami nukil artikel ini.Surat An-Nas ini jika diklasifikasikan berdasarkan lokasi atau tempat serta periode turunnya ayat merupakan sebuah surat yang termasuk ke dalam surat Makkiyah. Dan menurut pendapat paling benar, Surat yang terdiri dari 6 ayat ini pada dasarnya tergolong pula sebagai ayat-ayat yang merupakan ayat perlindungan yang kedua. Adapun bunyi Qs. An Naas seperti yang kita ketahui bersama adalah sebagaimana yang tertulis sebagai berikut :
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ﴿١
مَلِكِ النَّاسِ ﴿٢
إِلَٰهِ النَّاسِ ﴿٣
مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ ﴿٤
الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ ﴿٥
مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ ﴿٦
yang artinya :
1.  Katakanlah, “Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.
2.  Raja manusia.
3.  Sembahan manusia.
4.  Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,
5.  Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,
6.  Dari (golongan) jin dan manusia.”
Jika kemudian kita bicara mengenai masalah mufradat? Maka pembagian hal tersebut Insya Allah akan tergambar sebagai berikut :
1. Yang membisikkkan kata-kata jahat di dada manusia ---> 1.     الوسواس
2. Bentuk hiperbola dari kata Al-Khunus yang berarti kembali atau  terlambat. Karena kalau ia diusir ia mundur dan kembali ---> 2.      الخناس
3. Makhluk tersembunyi, tidak ada yang mengetahuinya selain Penciptanya. ---> 3.     من الجِنَّة
Adapun Syarahnya adalah sebagai berikut:
Katakan kepada mereka, “Aku berlindung kepada Allah agar menjagaku dari  kejahatan makhluk yang berbisik kepadaku. Aku berlindung kepada Tuhan  manusia yang mendidik dan mengambil sumpah kepada mereka di kala mereka  kecil atau lemah. Allah telah menguasai urusan mereka dan Dialah Pemilik  Manusia. Dia Ilah mereka dan mereka budak-Nya. Dia yang layak disembah,  ditunduki, dan dituju. Sebab Dialah Allah Taala yang menciptakan  manusia, menumbuhkembangkan mereka, serta menguasai urusan mereka.  Karena Dialah tempat berlindung dan meminta pertolongan. Bernaung  kepada-Nya dari kejahatan bisikan di dalam hati yang biasa menghiasi  kejahatan dan menampakkan keburukan dengan bentuk kebaikan. Itulah  bisikan yang kebanyakan mengajak kepada larangan, baik dari bangsa jin,  makhluk yang tersembunyi, yang mereka itu anak-anak dan tentara iblis  atau dari bangsa manusia seperti halnya teman-teman buruk."
Adapun menurut penjelasan Dr. Ahmad Zain An Najah, MA, dalam situs beliau yakni :   dikatakan bahwa surat ini turun bersamaan dengan surat Al Falaq, ketika  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam terkena sihir yang dilakukan  oleh Labid bin al-A’shom seorang Yahudi yang meletakkan rontokan rambut  Rasulullah yang berjumlah 11 helai di bawah sebuah batu yang berada di  bawah sumur yang berair. Oleh karenanya, jumlah ayat dari dua surat An  Nas dan Al Falaq adalah 11 ayat ; surat an-Nas berjumlah 6 ayat sedang  surat al-Falaq berjumlah  5 ayat.
Dalam surat ini, Allah memerintahkan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi  wassalam untuk berlindung kepada Allah dari was-was syaitan. Perintah  kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam berarti juga perintah  kepada umatnya. Di dalam kehidupan sehari-hari, jika kita ingin  berlindung dari bahaya  apapun juga, kita akan berlindung kepada sesuatu  yang kuat. Umpamanya kita ingin menghindari dari bahaya banjir, maka  kita akan berlindung di suatu tempat yang tinggi dan kuat yang bisa  menahan arus banjir. Atau kita ingin terhindar dari sambaran petir, maka  kita akan mencari rumah yang dilengkapi dengan perlengkapan penangkal  petir, begitu seterusnya.
Kaitannya dengan surat An-Nas ini adalah kita diperintahkan berlindung  dari bahaya godaan syetan, yang selalu membisikan ke dalam dada manusia.  Syetan adalah musuh yang sangat berbahaya, kita tidak bisa melihat  mereka, tetapi mereka melihat kita. Oleh karena itu kita memerlukan  perlindungan dari serangan-serangan syetan  yang datang bertubi-tubi,  tiada henti-hentinya tersebut. Maka Allah menjelaskan bahwa tidak ada  tempat berlindung dari itu semua kecuali Allah. Pertanyaannya adalah  kenapa harus kepada Allah, seberapa kekuatan yang dimiliki-Nya sehingga  kita harus berlindung kepada-Nya ? Maka Allah menjelaskan itu semua pada  ayat-ayat di bawah ini :    
Pertama :
قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ
“Katakanlah: Aku berlindung kepada Robb manusia. “
Maksud Allah sebagai Rabb manusia adalah bahwa Allah subhanahu wa ta’ala  adalah pencipta, pemilik, pengatur, penguasa dan pemberi rezeki seluruh  umat manusia. Bahkan Allah juga Rabb (pencipta, pemilik, pengatur,  penguasa, pemberi rezeki) seluruh Alam semesta ini beserta isinya,  termasuk di dalamnya para syetan  yang selalu menggoda manusia. Artinya  sangat wajar dan memang seharus begitu, kita berlindung dari kejahatan  syetan kepada Rabb (Dzat Yang Menciptakan Syetan itu sendiri), sehingga  dipastikan bisa menanganinya, dan dipastikan kita akan selamat.
Mengakui Allah sebagai Rabb (Pencipta, Pemilik, Perawat, Pemberi Rezeki,  Yang Menurunkan hujan, Yang Menghidupkan, Yang Mematikan, Yang Memberi  Sakit, Yang Menyembuhkan), adalah bentuk dari Tauhid Rububiyah. Orang  yang menyakini bahwa selain Allah, seperti Jin, para wali-wali Allah  yang sudah meninggal dalam kuburan-kuburan mereka, para dukun, bahwa  mereka bisa memberikan manfaat dan mudharat, bisa mengabulkan permohonan  berupa harta, jodoh atau anak, maka dia telah mensyirikan Allah dalam  Rububiyah-NYa.
Orang-orang musyrik kadang mentauhidkan Allah dalam Rububiyah-Nya, sebagaimana di dalam firman Allah  :
هُوَ الَّذِي يُسَيِّرُكُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ حَتَّى إِذَا  كُنْتُمْ فِي الْفُلْكِ وَجَرَيْنَ بِهِمْ بِرِيحٍ طَيِّبَةٍ وَفَرِحُوا  بِهَا جَاءَتْهَا رِيحٌ عَاصِفٌ وَجَاءَهُمُ الْمَوْجُ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ  وَظَنُّوا أَنَّهُمْ أُحِيطَ بِهِمْ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ  الدِّينَ لَئِنْ أَنْجَيْتَنَا مِنْ هَذِهِ لَنَكُونَنَّ مِنَ  الشَّاكِرِينَ
“ Dialah Tuhan yang menjadikan Kamu dapat berjalan di daratan,  (berlayar) di lautan. Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan  meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan  tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah  angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya,  dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), maka mereka  berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya  semata-mata. (Mereka berkata): "Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan  kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang  bersyukur".( Qs Yunus (10) : 22-23 )
Begitu juga Iblis kadang mengakui  Allah sebagai pencipta, sebagaimana di dalam firman Allah  :
قَالَ ياإِبْلِيسُ مَا لَكَ أَلاَّ تَكُونَ مَعَ السَّاجِدِينَ قَالَ لَمْ  أَكُن لاِسْجُدَ لِبَشَرٍ خَلَقْتَهُ مِن صَلْصَالٍ مِّنْ حَمَإٍ  مَّسْنُونٍ قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ وَإِنَّ عَلَيْكَ  اللَّعْنَةَ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ قَالَ رَبِّ فَأَنظِرْنِى إِلَى يَوْمِ  يُبْعَثُونَ قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنظَرِينَ إِلَى يَوْمِ الْوَقْتِ  الْمَعْلُومِ
“ Allah berfirman: "Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud)  bersama-sama mereka yang sujud itu?" Berkata Iblis: "Aku sekali-kali  tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari  tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk".  Allah berfirman: "Keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu  terkutuk, dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari  kiamat".  Berkata iblis: "Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri  tangguhlah  ( hidupkan aku ) kepadaku sampai hari (manusia)  dibangkitkan".Allah berfirman: "(Kalau begitu) maka sesungguhnya kamu  termasuk orang-orang yang diberi tangguh. “  ( Qs al-Hijr (15) : 32-37 )
Oleh karenanya, belum tentu orang yang mentauhidkan Rububiyah, pasti dia  telah mentauhid Uluhiyah. Belum tentu orang yang mengakui bahwa sang  pencipta adalah Allah, pasti dia hanya menyembah Allah saja.
Di dalam banyak firman-Nya, Allah swt mengajak orang-orang musyrik yang  telah mengakui Tauhid Rububiyah agar mereka meningkatkan  hal itu untuk  mengakui Tauhid Uluhiyah, salah satunya di dalam firman Allah :
قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَسَلَامٌ عَلَى عِبَادِهِ الَّذِينَ اصْطَفَى آللَّهُ خَيْرٌ أَمَّا يُشْرِكُونَ (59) أَمَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَأَنْزَلَ لَكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَنْبَتْنَا بِهِ حَدَائِقَ ذَاتَ بَهْجَةٍ مَا كَانَ لَكُمْ أَنْ تُنْبِتُوا شَجَرَهَا أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ بَلْ هُمْ قَوْمٌ يَعْدِلُونَ (60) أَمَّنْ جَعَلَ الْأَرْضَ قَرَارًا وَجَعَلَ خِلَالَهَا أَنْهَارًا وَجَعَلَ لَهَا رَوَاسِيَ وَجَعَلَ بَيْنَ الْبَحْرَيْنِ حَاجِزًا أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ (61) أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ (62) أَمَّنْ يَهْدِيكُمْ فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَنْ يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ تَعَالَى اللَّهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ (63) أَمَّنْ يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَمَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (64
Katakanlah: "Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas  hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya.  Apakah Allah yang lebih baik, ataukah  apa yang mereka persekutukan dengan Dia?"
Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan  air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun  yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu  menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang  lain)? Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang  (dari kebenaran).
Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan  yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan  gunung-gunung untuk (mengokohkan) nya dan menjadikan suatu pemisah  antara dua laut? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan  (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui.
Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan  apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang  menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi?  Apakah di samping  Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati (Nya).
Atau siapakah yang memimpin kamu dalam kegelapan di daratan dan lautan  dan siapa (pula) kah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira  sebelum (kedatangan) rahmat-Nya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang  lain)? Maha Tinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan  (dengan-Nya).
Atau siapakah yang menciptakan (manusia dari permulaannya), kemudian  mengulanginya (lagi), dan siapa (pula) yang memberikan rezeki kepadamu  dari langit dan bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)?.  Katakanlah: "Unjukkanlah bukti kebenaranmu, jika kamu memang orang-orang  yang benar".( Qs An Naml : 59- 64 )
Kedua :
مَلِكِ النَّاسِ
“ (Allah adalah) Raja Manusia “
Allah sebagai raja manusia yang sebenarnya, penguasa manusia yang  sebenarnya. Dia-lah raja manusia di dunia dan akherat.  Adapun manusia  yang menjadi raja di dunia ini, bukanlah raja yang sebenarnya. Mereka  sebenarnya tidaklah memiliki apa-apa, kecuali dengan izin Raja Manusia   yaitu Allah.
Ayat ini ditujukan kepada dua kelompok manusia :
Kelompok Pertama : Kepada rakyat dan masyarakat umum.  
Sebagian masyarakat terlalu mengagungkan pemimpin dan raja mereka,  sehingga memberikan hak kepada mereka yang sebenarnya hanya milik Allah  saja.
Ayat ini mengingatkan kepada mereka semuanya bahwa satu-satunya Raja  yang berhak disembah adalah Allah subhanahu wa ta’ala, tidak yang  lainnya.
Orang-orang Nasrani telah menyembah para pendeta dan tokoh-tokoh agama  mereka dengan cara mentaati mereka secara membabi buta, walaupun mereka  menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah ataupun mengharamkan apa  yang dihalalkan Allah, merekapun tetap mentaatinya. Inilah bentuk  penyembahan mereka terhadap para pendeta tersebut. Allah berfirman :
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ   وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا  وَاحِدًا لا إِلَهَ إِلا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
“ Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka  sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih  putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha  Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah  dari apa yang mereka persekutukan “( Qs at Taubah ( 9 ) : 31)
Salah seorang sahabat yang bernama Adi bin Hatim ketika mendengar ayat  ini, beliau berkata kepada Rasulullah : “ Wahai Rasulullah, sebenarnya  mereka tidak menyembah para pendeta tersebut. “ Maka Rasulullah bersabda  : “ Bukankah para pendeta itu mengharamkan sesuatu yang halal dan  menghalalkan sesuatu yang haram, kemudian mereka mengikutinya ? Itulah  bentuk peribadatan mereka kepada para pendeta tersebut.”    
Oleh karenanya, seorang muslim tidak boleh mentaati seorang pemimpin  yang memerintahkan kepada sesuatu yang dilarang oleh Allah dan  Rasul-Nya, karena sesungguhnya sebenar-benar raja dan pemimpin adalah  Allah.
Kelompok Kedua : ayat ini ditujukan kepada para raja, dan para penguasa.
Ayat ini menjelaskan bahwa sebenarnya manusia itu bukanlah penguasa,  tetapi mereka hanyalah pemegang amanat kekuasaan yang diberikan Allah  kepada mereka. Bukankah Allah yang mengangkat seorang raja dan  melengserkannya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman  :
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ  وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ  مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِير
“ Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan  kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan  dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau  kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan  Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala  sesuatu.” ( Qs Ali Imran : 26 )
Oleh karena itu, seseorang tidak boleh menyebut dirinya raja diraja,  atau Syahinsyah ( untuk orang Persia ), Syah Jihan ( untuk orang India )  karena raja diraja adalah Allah subhanahu wa ta’ala.   Dalam suatu  hadist Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah saw bersabda : 
إنَّ أَخْنَعَ اسْمٍ عِنْدَ اللهِ - عز وجل - رَجُلٌ تَسَمَّى مَلِكَ الأَمْلاَكِ  
“ Sesungguhnya serendah-rendah nama di sisi Allah adalah orang yang menamakan dirinya raja diraja “ ( HR Bukhari dan Muslim)
Ketiga :
إِلَهِ النَّاسِ
( Allah adalah)  Sesembahan Manusia
“ Ilah “ artinya sesembahan. Kalimat :“ La Ilaha illallah “  artinya  tiada yang berhak disembah kecuali Allah. Para ulama menyebut kalimat  ini sebagai kalimat tauhid  “ Tauhid Uluhiyah. “.  Apa itu Tauhid  Uluhiyah ?
Tauhid Uluhiyah adalah mentauhidkan Allah di dalam ibadah, yaitu  seseorang tidaklah boleh beribadah kecuali kepada Allah, tidaklah  bertawakkal kecuali kepada Allah, tidaklah meminta kecuali kepada Allah,  tidaklah mengharap kecuali kepada Allah, tidaklah takut kecuali kepada  Allah.
Tauhid Uluhiyah ini adalah tauhid yang dibawa para nabi sejak nabi Nuh  hingga nabi Muhammad.  Karena tauhid inilah, maka diciptakan syurga dan  neraka, ditiupkan terompet peperangan antara pembela  tauhid ini dengan  para musuhnya. Karena tauhid inilah, maka manusia dan jin diciptakan.  Karena tauhid inilah para nabi diusir dari kampung halaman mereka. Tuhid  Uluhiyah ini merupakan inti dakwah para Rasul, inti dari agama Islam,  inti dari kandungan Al Qur’an dan inti dari surat Al Fatihah.
Di dalam surat an-Nas ini ada tiga macam tauhid : Tauhid Rubiyah, Tauhid Mulkiyah, Tauhid Uluhiyah.
Perbedaan mendasar antara Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah  bahwa  Tauhid Rububiyah adalah mentauhidkan Allah di dalam perbuatan-Nya (  Allah sebagai subyek ), sedangkan Tauhid Uluhiyah adalah mentauhidkan  Allah di dalam ibadah. ( Allah sebagai obyek ). Tauhid Rububiyah hampir  semua makhluq mengakuinya, termasuk iblis. Sedangkan Tauhid Uluhiyah  hanya orang muslim saja yang mengakuinya.  
Keempat :
مِنْ شَرِّ الوَسْوَاسِ الخَنَّاسِ
“ Dari Kejahatan (Bisikan) Syaitan Yang Biasa Bersembunyi “
Di dalam ayat tersebut, Allah subhanahu wa ta’ala menjelaskan bahwa  sifat syetan adalah suka bersembunyi dan lari terbirit - birit,  khususnya jika mendengar adzan dan  mendengar nama Allah disebut. Ini  sesuai dengan hadits Abu Hurairah :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ أَدْبَرَ الشَّيْطَانُ وَلَهُ ضُرَاطٌ حَتَّى لَا يَسْمَعَ التَّأْذِينَ فَإِذَا قَضَى النِّدَاءَ أَقْبَلَ حَتَّى إِذَا ثُوِّبَ بِالصَّلَاةِ أَدْبَرَ حَتَّى إِذَا قَضَى التَّثْوِيبَ أَقْبَلَ حَتَّى يَخْطِرَ بَيْنَ الْمَرْءِ وَنَفْسِهِ يَقُولُ اذْكُرْ كَذَا اذْكُرْ كَذَا لِمَا لَمْ يَكُنْ يَذْكُرُ حَتَّى يَظَلَّ الرَّجُلُ لَا يَدْرِي كَمْ صَلَّى
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam  bersabda: "Jika panggilan shalat (adzan) dikumandangkan maka setan akan  lari sambil mengeluarkan kentut hingga ia tidak mendengar suara adzan.  Apabila panggilan adzan telah selesai maka setan akan kembali. Dan bila  iqamat dikumandangkan setan kembali berlari dan jika iqamat telah  selesai dikumandangkan dia kembali lagi, lalu menyelinap masuk kepada  hati seseorang seraya berkata, 'Ingatlah ini dan itu'. Dan terus saja  dia melakukan godaan ini hingga seseorang tidak menyadari berapa rakaat  yang sudah dia laksanakan dalam shalatnya."( HR Bukhari dan Muslim )
Syetan itu duduk di hati manusia, jika dia lengah, segera dia membisikan  ke dalamnya, jika manusia itu mengingat Allah, dia akan lari.
Di dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa  syetan itu akan membisikan  ke dalam hati manusia di saat ia sedih sekali dan di saat ia gembira  sekali, namun jika dia mengingat Allah, maka syetan itu akan  bersembunyi.
Telah terbukti, bahwa orang yang sedang dirundung kesedihan yang amat  sangat dan kesenangan yang amat sangat tanpa disertai dengan menyebut   nama Allah, maka syetan akan merasukinya, dan begitulah sering terjadi  kesurupan, yang kadang menimpa juga kepada orang-orang Islam yang lengah  mengingat Allah.
Di salah satu pesantren yang terletak di daerah Jawa Barat, sering  terjadi kesurupan massal yang menimpa beberapa santriwatinya. Setelah  diselidiki, ternyata jiwa para santriwati yang kesurupan tersebut sangat  labil dan kosong. Salah seorang santriwati kedapatan sangat sedih  sekali kehilangan teman akrabnya yang sedang pulang karena sakit. Nah,  kesedihan yang berlarut, tanpa diiringi dengan dzikir kepada Allah, akan  menjadi korban bisikan syetan dan berlanjut kepada kesurupan,  na’udzubillahi min dzalik.
Ini sesuai dengan   firman Allah :
وَمَن يَعْشُ عَن ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَاناً فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ وَإِنَّهُمْ لَيَصُدُّونَهُمْ عَنِ السَّبِيلِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُم مُّهْتَدُونَ حَتَّى إِذَا جَآءَنَا قَالَ يالَيْتَ بَيْنِي وَبَيْنَكَ بُعْدَ الْمَشْرِقَيْنِ فَبِئْسَ الْقَرِينُ وَلَن يَنفَعَكُمُ الْيَوْمَ إِذ ظَّلَمْتُمْ أَنَّكُمْ فِى الْعَذَابِ مُشْتَرِكُونَ
“  Barang siapa yang berpaling dari Mengingat Allah ( Petunjuk Allah )  Yang Maha Pemurah (yaitu Al Qur'an), Kami adakan baginya setan (yang  menyesatkan), maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu  menyertainya.” ( Qs. Az Zukhruf : 36)
Kelima :
الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُوْرِ النَّاسِ
“ Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam manusia. “
Bisikan syetan pada hati manusia sangat banyak dan beragam, semuanya mengarahkan kepada kemaksiatan dan kejahatan.
Bisikan ini ditujukan kepada  shodrun ( dada ) manusia. Kenapa shodrun (  dada ), tidak qalbun ( hati ), dan tidak pula fuad ( hati ) ?   Jawabannya bahwa sebenarnya tiga kata itu  maknanya sama, hanya berbeda  dalam penggunaannya saja. Shodrun ( Dada ) adalah tempat dimana ada fuad  dan  qalbun ( hati ).
Qalbun berarti sesuatu yang sering berbolik-balik.  bisa membalikkan qalbun hanyalah Allah swt. Di dalam doa’ disebutkan :
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ.
“ Ya Allah, Yang Membolak-balikkan hati, teguhkan hatiku ini agar selalu berada di dalam agama-Mu “  ( HR Tirmidzi )
Hadist lengkapnya adalah sebagai berikut :
عَن شَهْرُ بْنُ حَوْشَبٍ قَالَ قُلْتُ لِأُمِّ سَلَمَةَ يَا أُمَّ  الْمُؤْمِنِينَ مَا كَانَ أَكْثَرُ دُعَاءِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ  عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ عِنْدَكِ قَالَتْ كَانَ أَكْثَرُ  دُعَائِهِ يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ قَالَتْ  فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَكْثَرَ دُعَاءَكَ يَا مُقَلِّبَ  الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ قَالَ يَا أُمَّ سَلَمَةَ  إِنَّهُ لَيْسَ آدَمِيٌّ إِلَّا وَقَلْبُهُ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ  أَصَابِعِ اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ أَقَامَ وَمَنْ شَاءَ أَزَاغَ فَتَلَا  مُعَاذٌ { رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا }
Dari Syahr bin Hausyab ia berkata; aku katakan kepada Ummu Salamah;  Wahai Ummul mukminin, apakah doa Rasulullah shallallahu wa'alaihi wa  sallam yang paling sering, apabila ada padamu? Iaberkata; doa beliau  yang paling sering adalah: "Yaa Muqallibal Quluub, Tsabbit Qalbii 'Alaa  Diinika" (Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di  atas agamaMu).
Ummu Salamah berkata; wahai Rasulullah, betapa sering anda berdoa: "Yaa  Muqallibal Quluub, Tsabbit Qalbii 'Alaa Diinika" (Wahai Dzat yang  membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agamaMu).
Beliau berkata: "Wahai Ummu Salamah, sesungguhnya tidak ada seorang  manusia pun melainkan hatinya berada diantara dua jari diantara  jari-jari Allah, barang siapa yang Allah kehendaki maka Dia akan  meluruskannya dan barang siapa yang Allah kehendaki maka Dia akan  membelokkannya."
Kemudian Mu'adz membaca ayat: "Ya Tuhan kami, jangan Engkau jadikan hati  kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada  kami." ( HR Tirmidzi, beliau berkata; hadits ini adalah hadits hasan)
Dalam masalah aqidah, syetan membisikan manusia agar ragu-ragu dengan  Allah, sampai-sampai dia menanyakan : “ Siapa yang menciptakan Allah ?  Ini sebagaimana yang terdapat dalam hadist Abu Hurairah :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ  عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَزَالُ النَّاسُ يَتَسَاءَلُونَ حَتَّى يُقَالَ  هَذَا خَلَقَ اللَّهُ الْخَلْقَ فَمَنْ خَلَقَ اللَّهَ فَمَنْ وَجَدَ مِنْ  ذَلِكَ شَيْئًا فَلْيَقُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ
عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ بِهَذَا الْإِسْنَادِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَأْتِي الشَّيْطَانُ أَحَدَكُمْ فَيَقُولُ مَنْ خَلَقَ السَّمَاءَ مَنْ خَلَقَ الْأَرْضَ فَيَقُولُ اللَّهُ ثُمَّ ذَكَرَ بِمِثْلِهِ وَزَادَ وَرُسُلِهِ
عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ بِهَذَا الْإِسْنَادِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَأْتِي الشَّيْطَانُ أَحَدَكُمْ فَيَقُولُ مَنْ خَلَقَ السَّمَاءَ مَنْ خَلَقَ الْأَرْضَ فَيَقُولُ اللَّهُ ثُمَّ ذَكَرَ بِمِثْلِهِ وَزَادَ وَرُسُلِهِ
Dari Abu Hurairah dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam  bersabda: "Manusia senantiasa bertanya-tanya hingga ditanyakan, 'Ini,  Allah menciptakan makhluk, lalu siapakah yang menciptakan Allah', maka  barangsiapa mendapatkan sesuatu dari hal tersebut, maka hendaklah dia  berkata, 'Aku beriman kepada Allah'." 
Dari Hisyam bin Urwah dengan sanad ini, bahwa Rasulullah shallallahu  'alaihi wasallam bersabda: "Setan datang kepada salah seorang dari  kalian lalu berkata, 'Siapakah yang menciptakan langit, siapakah yang  menciptakan bumi? ' lalu dia menjawab, 'Allah', kemudian menyebutkan  dengan semisalnya, dan dia menambahkan kalimat, 'Dan Rasul-Nya'.( HR  Muslim )
Adapun bisikan syaitan dalam ibadah adalah : merasa keluar angin dalam  sholat, padahal itu hanya bisikan syaitan saja. Dalam hal ini Rasulullah  shallahu ‘alaihi wassalam bersabda :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ  عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا وَجَدَ أَحَدُكُمْ فِي بَطْنِهِ شَيْئًا  فَأَشْكَلَ عَلَيْهِ أَخَرَجَ مِنْهُ شَيْءٌ أَمْ لَا فَلَا يَخْرُجَنَّ  مِنْ الْمَسْجِدِ حَتَّى يَسْمَعَ صَوْتًا أَوْ يَجِدَ رِيحًا
Dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam  bersabda, "Apabila salah seorang dari kalian mendapatkan sesuatu yang  kurang beres dalam perutnya, lalu rancu baginya perkara tersebut, apakah  keluar atau tidak, maka janganlah dia keluar dari masjid hingga dia  mendengar suara (kentut) atau mendapatkan baunya."  ( HR Bukhari dan  Muslim )
Termasuk bisikan syetan dalam ibadah adalah seseorang melamun dalam  sholat dan mengingat sesuatu, sehingga dia lupa berapa rekaat dia sudah  sholat. Ini sesuai dengan hadits Abu Hurairah :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ  وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ أَدْبَرَ الشَّيْطَانُ وَلَهُ  ضُرَاطٌ حَتَّى لَا يَسْمَعَ التَّأْذِينَ فَإِذَا قَضَى النِّدَاءَ  أَقْبَلَ حَتَّى إِذَا ثُوِّبَ بِالصَّلَاةِ أَدْبَرَ حَتَّى إِذَا قَضَى  التَّثْوِيبَ أَقْبَلَ حَتَّى يَخْطِرَ بَيْنَ الْمَرْءِ وَنَفْسِهِ  يَقُولُ اذْكُرْ كَذَا اذْكُرْ كَذَا لِمَا لَمْ يَكُنْ يَذْكُرُ حَتَّى  يَظَلَّ الرَّجُلُ لَا يَدْرِي كَمْ صَلَّى
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam  bersabda: "Jika panggilan shalat (adzan) dikumandangkan maka setan akan  lari sambil mengeluarkan kentut hingga ia tidak mendengar suara adzan.  Apabila panggilan adzan telah selesai maka setan akan kembali. Dan bila  iqamat dikumandangkan setan kembali berlari dan jika iqamat telah  selesai dikumandangkan dia kembali lagi, lalu menyelinap masuk kepada  hati seseorang seraya berkata, 'Ingatlah ini dan itu'. Dan terus saja  dia melakukan godaan ini hingga seseorang tidak menyadari berapa rakaat  yang sudah dia laksanakan dalam shalatnya."( HR Bukhari dan Muslim )
Termasuk bisikan syaitan dalam ibadah, adalah berlama-lama di kamar  mandi, atau merasa bahwa air kencingnya belum bersih, atau belum keluar  semua. Ada juga sebagian orang yang sudah keluar kamar mandi, masuk lagi  dan terus begitu berkali-kali. Maka untuk menghilangkan bisikan syetan  seperti itu, para ulama menganjurkan untuk membasahi celana kita dengan  air, sehingga ketika merasa ada sesuatu yang keluar dari anggota  tubuhnya, dan didapatkan celananya basah, akan terbetik bahwa basah  tersebut penyebabnya adalah air bersih yang dipercikkan. Dengan demikian  hilanglah bisikan syetan tersebut.
Bisikan syetan juga mempunyai dua bentuk :
Bentuk Pertama: Fitnah Syubhat, yaitu bisikan syetan ke dalam hati  manusia agar salah di dalam memahami ajaran agama Islam ini. Fitnahi ini  terjadi akibat kebodohan. Fitnah Subhat inilah yang menimpa kaum  Nashrani, maka mereka menjadi  orang-orang yang sesat ( Dhallun). Fitnah  ini kemudian merembet kepada orang-orang Islam, sehingga  merasuki  sebagian orang-orang sufi, aliran-aliran sesat dan ahli bid’ah dan  sejenisnya.  
Bentuk Kedua : Fitnah Syahwat,  yaitu bisikan syetan ke dalam hati  manusia agar bermaksiat kepada Allah dan agar mengikuti hawa nafsunya.  Seseorang yang terkena fitnah syahwat ini, akan lebih mementingkan  kesenangan dunia dibandingkan kehidupan akherat. Fitnah Syahwat inilah  yang menimpa orang-orang Yahudi, sehingga mereka dimurkai Allah (  Maghdhubi ‘Alaihim), karena mereka   mempunyai ilmu, tetapi tidak  mengamalkan ilmu tersebut. Kemudian fitnah ini merembet kepada kaum  muslimin dan menimpa sebagian orang-orang yang berilmu tetapi tidak mau  mengamalkan ilmunya, bahkan cenderung untuk bermaksiat dan lebih  mementingkan kehidupan dunia daripada akherat.   
Keenam :  
مِنَ الجِنَّةِ وَالنَّاسِ
“ Dari golongan jin dan manusia.”
Allah menerangkan pada ayat keenam ini bahwa yang membisikan ke dalam  dada manusia itu adalah syetan dari golongan jin dan dari golongan  manusia. Ini sesuai dengan firman Allah :
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيِّ عَدُوًّا شَيَاطِيْنَ الإِنْسِ وَالجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ القَوْلِ غُرُورًا
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh,  yaitu syaitan-syaitan manusia dan jin, sebahagian mereka membisikkan  kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk  menipu.” (QS. Al-An’am: 112)
Adapun Iblis berasal dari golongan Jin, sebagaimana dalam firman Allah :
إِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلًا
“ Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah  kamu kepada Adam", maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari  golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu  mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain  daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu  sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang dzalim.” ( Qs al-Kahfi :  50 )
Dari dua ayat di atas bisa disimpulkan bahwa iblis dan syaitan adalah  dua istilah yang mempunyai titik berbeda dan kesamaan. Perbedaannya  adalah syetan terdiri dari dua golongan ; golongan manusia dan jin,  sedangkan iblis dari golongan jin saja. Sedangkan titik kesamaannya  adalah bahwa kedua-duanya berasal dari golongan jin. Jadi, syaitan lebih  umum dari iblis.
terakhir...
Mari kita berdoa! Mudah-mudahan kita dipelihara Allah dari kejahatan  setan jin dan setan manusia. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha  Mengabulkan. Dia juga Maha Kuasa atas segala sesuatu. Allah sendiri  telah mengajarkan kita bagaimana berlindung diri dari kejahatan lahir  maupun batin.” Amin Ya Robbalalamiin
Wallahu A’lam.
Sumber: 
http://www.dakwatuna.com/2010/09/9011/tafsir-surat-an-naas/#ixzz1vcFFLxtN
serat dakwah blog
 








 

 
 



Tidak ada komentar:
Posting Komentar