| Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 141 
 
 تِلْكَ أُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُمْ مَا كَسَبْتُمْ وَلَا تُسْأَلُونَ عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ (141 Allah  swt. menyatakan bahwa nabi-nabi Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yakub dan anak  cucunya serta umat-umat yang telah berlalu masanya dan perbuatannya,  mereka akan diberi balasan yang sesuai dengan amal perbuatannya, kamu  tidak dibebani tanggung jawab atas perbuatan-perbuatan mereka itu. Kamu  yang ada sekarang hendaklah beramal dan kamu akan memperoleh balasan  amal yang kamu kerjakan.
 Ayat ini merupakan peringatan bagi umat  Muhammad agar selalu memelihara agama Allah. Jangan dipengaruhi hawa  nafsu sehingga berani merubah-ubah agama Allah, seperti yang telah  dilakukan orang-orang Yahudi dan Nasrani.
 Ayat ini menjelaskan  bentuk tanggung jawab setiap orang. Setiap orang bertanggung jawab  kepada Allah terhadap apa yang mereka lakukan. Allah tidak memikulkan  kepada seorang dosa yang lain.
 
 
 142.        Orang-orang yang kurang akalnya di antara  manusia akan berkata:` Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari  kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?  `Katakanlah:` Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk  kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus. `(QS. 2:142)
 
 Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 142
 
 
 سَيَقُولُ  السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ مَا وَلَّاهُمْ عَنْ قِبْلَتِهِمُ الَّتِي  كَانُوا عَلَيْهَا قُلْ لِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ يَهْدِي مَنْ  يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (142  Ayat ini diturunkan di  Madinah berkenaan dengan pemindahan kiblat kaum muslimin dari Baitul  Makdis (Masjidil Aqsa) ke Baitullah (Masjidil Haram). Nabi Muhammad saw.  serta kaum muslimin ketika masih berada di Mekah bersembahyang  menghadap Baitul Makdis sebagaimana yang dilakukan oleh nabi-nabi  sebelumnya, akan tetapi beliau mempunyai keinginan dan harapan agar  kiblat tersebut pindah ke Kakbah yang berada di Masjidil Haram di Mekah.  Sebab itu, beliau berusaha menghimpun kedua kiblat itu dengan cara  menghadap ke Kakbah dan Baitul Makdis sekaligus, dengan mengerjakan  salat di sebelah selatan Kakbah menghadap ke utara, karena Baitul Makdis  juga terletak di utara.
 Setelah beliau berhijrah ke Madinah  tentulah tidak mungkin lagi untuk berbuat demikian karena Kakbah tidak  terletak di utara kota Madinah, tidak lagi dalam satu arah dengan Baitul  Makdis. Dengan demikian beliau setelah berada di Madinah hanyalah  menghadap Baitul Makdis saja ketika salat hal itu berlangsung selama 16  bulan; dan beliau berdoa agar Allah menetapkan Kakbah menjadi kiblat  sebagai pengganti Baitul Makdis. Beliau menengadahkan wajahnya ke langit  menantikan wahyu dari Alah swt. dengan penuh harapan, tanpa mengucapkan  sepatah kata pun sebagai salah seorang hamba Allah yang berbudi luhur  dan berserah diri kepada-Nya. Tidak lama kemudian, turunlah ayat ini  yang memerintahkan perpindahan kiblat dari Baitul Makdis ke Kakbah. Dan  ayat ini diturunkan pada bulan Rajab tahun kedua hijriah. Ayat ini  sekaligus merupakan jawaban terhadap ejekan kaum musyrikin dan terhadap  keingkaran orang-orang Yahudi, dan kaum munafik atas kepindahan kiblat  tersebut.
 Orang-orang yang mengingkari dan mengejek perpindahan  kiblat tersebut, oleh ayat ini dinamakan sebagai "orang-orang yang  kurang akal" karena tidak mengetahui persoalan-persoalan yang pokok  dalam masalah perpindahan kiblat itu namun mereka telah mencelanya.  Mereka tidak menginsafi bahwa arah yang empat, yaitu timur, barat, utara  dan selatan semuanya adalah kepunyaan Allah swt. tidak ada keistimewaan  yang satu terhadap yang lain. Dengan demikian, apabila Allah  memerintahkan hamba-Nya menghadap ke salah satu arah dalam salat, maka  hal ini bukanlah disebabkan karena arah tersebut lebih mulia dari yang  lain, melainkan semata-mata untuk menguji kepatuhan mereka kepada  perintah dan peraturan-Nya.
 Kaum Yahudi, musyrikin dan munafikin  yang perpindahan mengingkari perpindahan kiblat tersebut, oleh Tuhan  disebut sebagai "orang-orang yang kurang akal (sufaha)". Mereka  menanyakan alasan-alasan perpindahan itu. Dan Nabi Muhammad saw.  diperintahkan Allah untuk memberikan jawaban kepada mereka dengan  mengatakan bahwa semua arah kepunyaan Allah. Apabila Dia menentukan  suatu kiblat bagi kaum muslimin, maka hal itu adalah untuk mempersatukan  mereka dalam beribadah. Hanya saja orang-orang yang kurang akal telah  menjadikan batu-batu dan bangunan-bangunan tersebut sebagai pokok dasar  dari agama. Padahal kelebihan dan keutamaan sesuatu arah bukanlah karena  zatnya sendiri, melainkan karena ia telah dipilih dan ditentukan Allah  swt.
 Pada akhir ayat ini, Allah swt. menegaskan bahwa Dia memberikan  petunjuk kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus.  Maka siapa saja yang patuh dan menaati perintah Allah tentulah akan  beroleh petunjuk-Nya untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.  Sebaliknya orang-orang yang ingkar dan kufur terhadap agama-Nya tentulah  tidak akan memperoleh petunjuk dan hidayah-Nya.
 
 Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Baqarah 142
 
 
 سَيَقُولُ  السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ مَا وَلَّاهُمْ عَنْ قِبْلَتِهِمُ الَّتِي  كَانُوا عَلَيْهَا قُلْ لِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ يَهْدِي مَنْ  يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (142  (Orang-orang yang bodoh,  kurang akalnya, di antara manusia) yakni orang-orang Yahudi dan kaum  musyrikin akan mengatakan, (Apakah yang memalingkan mereka) yakni Nabi  saw. dan kaum mukminin (dari kiblat mereka yang mereka pakai selama ini)  maksudnya yang mereka tuju di waktu salat, yaitu Baitulmakdis.  Menggunakan 'sin' yang menunjukkan masa depan, merupakan pemberitaan  tentang peristiwa gaib. (Katakanlah, "Milik Allahlah timur dan barat)  maksudnya semua arah atau mata angin adalah milik Allah belaka, sehingga  jika Dia menyuruh kita menghadap ke arah mana saja, maka tak ada yang  akan menentang-Nya. (Dia memberi petunjuk kepada orang yang  dikehendaki-Nya) sesuai dengan petunjuk-Nya (ke jalan yang lurus") yakni  agama Islam. Termasuk dalam golongan itu ialah kamu sendiri dan sebagai  buktinya ialah:
 
 143.       Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu  (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas  (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas  (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menjadikan kiblat yang menjadi kiblatmu  (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang  mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat)  itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi  petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu.  Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.(QS. 2:143)
 
 Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 143
 
 
 وَكَذَلِكَ  جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ  وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ  الَّتِي كُنْتَ عَلَيْهَا إِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَتَّبِعُ الرَّسُولَ  مِمَّنْ يَنْقَلِبُ عَلَى عَقِبَيْهِ وَإِنْ كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلَّا  عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ  إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ (143 Umat Islam adalah  umat yang mendapat petunjuk dari Allah swt. sehingga mereka menjadi umat  yang adil dan pilihan dan akan menjadi saksi atas keingkaran  orang-orang yang kafir. Umat Islam harus senantiasa menegakkan keadilan  dan kebenaran serta membela yang hak dan melenyapkan yang batil.
 Mereka  dalam segala aspek persoalan hidup berada di tengah-tengah antara  orang-orang yang mementingkan kebendaan dalam penghidupannya seperti  orang-orang Yahudi, musyrikin serta orang-orang yang tidak beragama, dan  orang-orang yang hanya mementingkan kerohanian saja seperti orang-orang  Nasrani, Sabi'in dan orang-orang Hindu.
 Dengan demikian maka umat  Islam menjadi saksi yang adil dan terpilih atas keterlaluan orang-orang  yang bersandar pada kebendaan itu, yang melupakan hak-hak ketuhanan dan  cenderung kepada memuaskan hawa nafsu dan jadi saksi pula terhadap  orang-orang yang berlebih-lebihan dalam soal agama sehingga  melepaskannya dari segala kenikmatan jasmani dengan menyiksa diri dan  menahan dirinya dari kehidupan yang wajar. Maka umat Islam menjadi saksi  atas mereka semuanya karena sifatnya yang adil dan terpilih dan dalam  melaksanakan hidupnya sehari-hari selalu menempuh jalan tengah.
 Demikian  pula Rasulullah saw. menjadi saksi bagi umatnya bahwa umatnya itu  sebaik-baik umat yang diciptakan untuk memberi petunjuk kepada manusia  dengan amar makruf dan nahi mungkar. Kemudian Allah menjelaskan bahwa  perubahan kiblat dari Baitul Makdis ke Kakbah itu adalah untuk menguji  manusia, siapa di antara mereka yang benar-benar beriman dan mengikuti  pedoman Rasul dan siapa pula yang lemah imannya serta membelok dari  jalan yang lurus. Memang pemindahan kiblat itu dirasakan sangat berat  oleh orang yang fanatik kepada kiblat yang pertama, karena manusia pada  umumnya sulit untuk merubah dan meninggalkan kebiasaannya. Tetapi  orang-orang yang mendapat petunjuk dari Allah dengan mengetahui  hukum-hukum agamanya dan rahasia syariatnya, mereka insaf bahwa  melaksanakan ibadat dengan menghadap kiblat itu adalah semata-mata  karena perintah Allah bukan karena sesuatu rahasia yang tersembunyi pada  tempat itu sendiri dan bahwasanya penempatan kiblat itu untuk  menghimpun manusia sehingga menjadi kesatuan yang bulat.
 3. Untuk  menghilangkan keragu-raguan dari sebagian kaum muslimin tentang pahala  salatnya selama mereka menghadap ke Baitul Makdis dulu, maka Allah  menerangkan bahwa Dia sekali-kali tidak akan menyia-nyiakan iman dan  amal orang-orang yang mematuhi Rasul karena Allah Maha Pengasih lagi  Maha Penyayang kepada manusia.
 
 
 144.        Sesungguhnya Kami (sering) melihat mukamu  menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat  yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana  saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya  orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil)  memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar  dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka  kerjakan.(QS. 2:144)
 
 Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 144
 
 
 قَدْ  نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً  تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا  كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ وَإِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا  الْكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَمَا اللَّهُ  بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ (144 Sebagaimana telah diterangkan  dalam riwayat tentang sebab turunnya ayat tersebut di atas, Nabi  Muhammad saw. ingin sekali supaya kiblat itu ditetapkan Allah ke arah  Kakbah, oleh sebab itu beliau sering menengadahkan mukanya ke langit  menantikan wahyu yang akan memerintahkan perpindahan kiblat itu. Maka  turunlah ayat ini menetapkan perpindahan kiblat tersebut dari Baitul  Makdis ke Kakbah. Di sini disebutkan arah Masjidil Haram, bukan Kakbah  sebagai isyarat yang membolehkan kita menghadap "ke arah Kakbah" pada  waktu salat apabila Kakbah itu jauh letaknya dari kita dan tidak dapat  dilihat.
 Jadi tidak diwajibkan menghadap kepada bangunan Kakbah itu  sendiri, kecuali orang-orang yang dapat melihatnya. Dengan demikian maka  seluruh kaum muslimin di berbagai penjuru bumi wajib menghadap "ke arah  Kakbah" dalam salat dan untuk melaksanakan tugas itu mereka pun  diwajibkan (wajib kifayah) mengetahui ilmu bumi sekedar untuk mengetahui  arah kiblat dalam salat, dan sebagaimana mereka sebaiknya mengetahui  ilmu falak untuk mengetahui jadwal waktu salat.
 Pemindahan kiblat ke  Kakbah itu adalah ketetapan yang benar dari Allah, tetapi mereka itu  membantah kebenaran ini, bahkan mereka menimbulkan fitnah dan  menyebarkan keragu-raguan di antara orang-orang Islam yang lemah  imannya.
 
 145.       Dan sesungguhnya jika kamu mendatangkan kepada  orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan  Injil), semua ayat (keterangan), mereka tidak akan mengikuti kiblatmu,  dan kamupun tidak akan mengikuti kiblat mereka, dan sebahagian merekapun  tidak akan mengikuti kiblat sebahagian yang lain. Dan sesungguhnya jika  kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu,  sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang zalim.(QS. 2:145)
 
 Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 145
 
 
 وَلَئِنْ  أَتَيْتَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ بِكُلِّ آيَةٍ مَا تَبِعُوا  قِبْلَتَكَ وَمَا أَنْتَ بِتَابِعٍ قِبْلَتَهُمْ وَمَا بَعْضُهُمْ  بِتَابِعٍ قِبْلَةَ بَعْضٍ وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ مِنْ بَعْدِ  مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ إِنَّكَ إِذًا لَمِنَ الظَّالِمِينَ (145  Orang-orang  yang berwatak demikian tidak dapat diharapkan bahwa mereka akan kembali  kepada kebenaran. Mereka akan tetap dalam kesesatan meskipun diberi  alasan dan keterangan serta bukti-bukti yang jelas. Oleh sebab itu  mereka tidak akan mau mengikuti kiblat umat Islam. Terhadap sesama  mereka pun kaum Yahudi dan Nasrani itu tetap mempertahankan kiblatnya  masing-masing. Andaikata kaum muslimin mengikuti keinginan mereka itu,  tentulah mereka akan termasuk orang-orang yang aniaya.
 
 
 Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Baqarah 145
 
 
 وَلَئِنْ  أَتَيْتَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ بِكُلِّ آيَةٍ مَا تَبِعُوا  قِبْلَتَكَ وَمَا أَنْتَ بِتَابِعٍ قِبْلَتَهُمْ وَمَا بَعْضُهُمْ  بِتَابِعٍ قِبْلَةَ بَعْضٍ وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ مِنْ بَعْدِ  مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ إِنَّكَ إِذًا لَمِنَ الظَّالِمِينَ (145  (Dan  sesungguhnya jika) lam untuk sumpah (kamu datangkan kepada orang-orang  yang diberi Alkitab semua bukti) atas kebenaranmu tentang soal kiblat  (mereka tidak mengikuti) maksudnya tidak akan mengikuti (kiblatmu)  disebabkan keingkaran (dan kamu pun tidak akan mengikuti kiblat mereka).  Hal ini dipastikan Allah mengingat keinginan kuat dari Nabi agar mereka  masuk Islam dan keinginan kuat mereka agar Nabi saw. kembali berkiblat  ke Baitulmakdis. (Dan sebagian mereka pun tidak akan mengikuti kiblat  sebagian yang lain) maksudnya orang-orang Yahudi terhadap kiblat  orang-orang Kristen dan sebaliknya orang-orang Kristen terhadap kiblat  orang-orang Yahudi. (Dan sekiranya kamu mengikuti keinginan mereka) yang  mereka ajukan dan tawarkan kepadamu (setelah datang ilmu kepadamu)  maksudnya wahyu, (maka kalau begitu kamu) apabila kamu mengikuti mereka  (termasuk golongan orang-orang yang aniaya).
 
 146.         Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah  Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka  mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian di antara  mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.(QS. 2:146)
 
 Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 146
 
 
 الَّذِينَ  آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ  وَإِنَّ فَرِيقًا مِنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ  (146 Orang-orang Yahudi mengetahui bahwa apa yang dibawa oleh Nabi  Muhammad saw. itu benar, karena mereka telah mengenal Nabi Muhammad itu  dari kitab-kitab mereka sendiri. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah  swt.:
 
 
 
 الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ  الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ  وَالْإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ  الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ  الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ  عَلَيْهِمْ فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ  وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ  الْمُفْلِحُونَ (157  Artinya:
 Yaitu orang-orang yang mengikuti  rasul, nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam  Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka. Nabi itu menyuruh mereka  mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang  mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan  bagi mereka yang buruk-buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan  belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman  kepadanya memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang  yang diturunkan kepadanya (Alquran), mereka itulah orang-orang yang  beruntung. (Q.S Al A'raf: 157)
 Orang-orang Yahudi itu mengenal Nabi  Muhammad saw. karena telah disebut-sebut di dalam Kitab Taurat dengan  sifat-sifatnya yang cocok dengan pribadi Nabi Muhammad saw. itu lebih  daripada mengenal anaknya sendiri.
 Diriwayatkan dari Umar, bahwa  beliau berjumpa dengan seorang pendeta Yahudi yang telah masuk Islam  bernama Abdullah bin Salam yang berkata demikian: "Saya lebih mengenal  Nabi Muhammad daripada mengenal anak saya sendiri." Umar bertanya  kepadanya: "Mengapa?" Ia menjawab: "Karena aku sedikit pun tidak  meragukan bahwa Muhammad itu adalah nabi, sedangkan mengenai anakku, ada  saja kemungkinan bahwa ibunya telah berkhianat." Maka Umar mencium  kepala Abdullah bin Salam.
 Sebagian orang-orang Yahudi mengingkari  dan menyembunyikan kebenaran bahwa Nabi Muhammad saw. itu adalah nabi  dan bahwa Kakbah itu adalah kiblat, tetapi sebagian lagi dari mereka ada  yang mengakui kebenarannya serta mempercayai dan menerima petunjuknya.
 
 Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Baqarah 146
 
 
 الَّذِينَ  آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ  وَإِنَّ فَرِيقًا مِنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ  (146 (Orang-orang yang Kami beri Alkitab mengenalnya) Muhammad  (sebagaimana mereka mengenal anak-anak mereka sendiri) karena disebutkan  ciri-cirinya dalam kitab-kitab suci mereka. Kata Ibnu Salam,  "Sesungguhnya ketika aku melihatnya, maka aku pun segera mengenalnya,  sebagaimana aku mengenal putraku sendiri, bahkan lebih kuat lagi  mengenal Muhammad." (Dan sesungguhnya sebagian di antara mereka  menyembunyikan kebenaran) maksudnya ciri-cirinya itu (padahal mereka  mengetahui) keadaanmu dan siapa kamu yang sebenarnya.
 
 
 147.         Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.(QS. 2:147)
 
 Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 147
 
 
 الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ (147 Yang benar itu adalah apa yang diwahyukan Allah kepada Rasul-Nya. bukan apa yang dikatakan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani.
 Dalam  hal ini kaum muslimin tidak boleh ragu-iagu. Sebenarnya masalah kiblat  ini bukanlah masalah prinsip sebagai asas agama seperti tauhid, iman  kepada hari kiamat dan lain-lain, tetapi kiblat ini hanya merupakan  suatu arah yang masing-masing umat diperintahkan untuk menghadap  kepadanya dalam salat mereka.
 
 Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Baqarah 147
 
 
 الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ (147  (Kebenaran  itu) betapa pun (dari Tuhanmu, maka janganlah kamu berada dalam  keragu-raguan) dalam kebimbangan, misalnya mengenai soal kiblat ini.  Susunan kata seperti itu lebih kuat lagi daripada mengatakan, "Jangan  kamu ragu!"
 
 148.       Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya  (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu  (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan  mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha  Kuasa atas segala sesuatu.(QS. 2:148)
 
 Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 148
 
 
 وَلِكُلٍّ  وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا  تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ  شَيْءٍ قَدِيرٌ (148 Setiap umat mempunyai kiblat masing-masing.  Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail a.s. menghadap ke Kakbah. Bani Israil  menghadap ke Baitul Makdis dan orang-orang Nasrani menghadap ke timur.  Yang prinsip ialah beriman kepada Allah dan mematuhi segala  perintah-Nya. Karena Allah telah memerintahkan supaya kaum muslimin  menghadap ke Kakbah dalam salat, fitnahan dan cemoohan dari orang-orang  yang ingkar itu tidak perlu dilayani, tetapi hendaklah kaum muslimin  bekerja dengan giat, beramal, bertaubat dan berlomba-lomba membuat  kebajikan. Allah nanti akan menghimpun sekalian manusia untuk menghitung  dan membalas segala amal perbuatannya, dan Allah Maha Kuasa atas segala  sesuatu; tidak ada yang melemahkannya untuk mengumpulkan seluruh  manusia pada hari pembalasan.
 
 
 Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Baqarah 148
 
 
 وَلِكُلٍّ  وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا  تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ  شَيْءٍ قَدِيرٌ (148  (Dan bagi masing-masing) maksudnya  masing-masing umat (ada arah dan tujuan) maksudnya kiblat (tempat ia  menghadapkan wajahnya) di waktu salatnya. Menurut suatu qiraat bukan  'muwalliihaa' tetapi 'muwallaahaa' yang berarti majikan atau yang  menguasainya, (maka berlomba-lombalah berbuat kebaikan) yakni segera  menaati dan menerimanya. (Di mana saja kamu berada, pastilah Allah akan  mengumpulkan kamu semua) yakni di hari kiamat, lalu dibalas-Nya amal  perbuatanmu. (Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu).
 
 
 149.        Dan dari mana saja kamu ke luar (datang), maka  palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram; sesungguhnya ketentuan itu  benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. Dan Allah sekali-kali tidak  lengah dari apa yang kamu kerjakan.(QS. 2:149)
 
 Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 149 - 150
 
 
 وَمِنْ  حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ  وَإِنَّهُ لَلْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا  تَعْمَلُونَ (149) وَمِنْ حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ  الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ  شَطْرَهُ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَيْكُمْ حُجَّةٌ إِلَّا الَّذِينَ  ظَلَمُوا مِنْهُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِي وَلِأُتِمَّ نِعْمَتِي  عَلَيْكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (150 Perintah untuk menghadap  ke arah Masjidil Haram diulangi dalam kedua ayat ini untuk menjelaskan,  bahwa perintah itu bersifat umum untuk seluruh umat, masa dan tempat dan  karena sangat penting serta karena ada hikmah yang terkandung di  dalamnya yaitu agar tidak ada lagi alasan bagi ahli kitab, kaum  musyrikin dan munafikin untuk menentang Nabi dalam persoalan pemindahan  kiblat.
 Begitu pula kaum musyrikin berpendapat bahwa nabi dari  keturunan Ibrahim itu akan datang menghidupkan agamanya sehingga  tidaklah pantas apabila berkiblat kepada selain Kakbah yang telah  didirikan oleh Nabi Ibrahim.
 Dengan demikian maka batallah  alasan-alasan para ahli Kitab dan kaum musyrikin itu. Orang-orang zalim  di antara mereka yang melontarkan cemoohan dan bantahan-bantahan tanpa  alasan yang berdasarkan akal sehat dan keterangan dari wahyu tidak perlu  dipikirkan dan dihiraukan. Adapun cemoohan mereka itu adalah sebagai  berikut:
 Orang-orang Yahudi berkata, "Tiadalah Muhammad itu  berpindah kiblat ke Kakbah, melainkan karena kecenderungan kepada agama  kaumnya dan kecintaan kepada negerinya; sekiranya dia berada di atas  kebenaran, tentulah ia akan tetap berkiblat ke kiblat para nabi  sebelumnya."
 Orang-orang musyrikin berkata, "Ia telah kembali kepada kiblat kita dan akan kembali kepada agama kita."
 Dan  orang-orang munafikin berkata, "Berpindah-pindah kiblat itu menunjukkan  bahwa Muhammad dalam keragu-raguan dan tidak berpendirian."
 Demikianlah alasan-alasan yang dibuat-buat oleh penentang-penentang agama Islam di waktu itu.
 
 150.       Dan dari mana saja kamu berangkat, maka  palingkanlah wajahu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu  (sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada  hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim di antara  mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku.  Dan agar Ku sempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat  petunjuk,(QS. 2:150)
 
 Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 149 - 150
 
 
 وَمِنْ  حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ  وَإِنَّهُ لَلْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا  تَعْمَلُونَ (149) وَمِنْ حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ  الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ  شَطْرَهُ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَيْكُمْ حُجَّةٌ إِلَّا الَّذِينَ  ظَلَمُوا مِنْهُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِي وَلِأُتِمَّ نِعْمَتِي  عَلَيْكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (150 Perintah untuk menghadap  ke arah Masjidil Haram diulangi dalam kedua ayat ini untuk menjelaskan,  bahwa perintah itu bersifat umum untuk seluruh umat, masa dan tempat dan  karena sangat penting serta karena ada hikmah yang terkandung di  dalamnya yaitu agar tidak ada lagi alasan bagi ahli kitab, kaum  musyrikin dan munafikin untuk menentang Nabi dalam persoalan pemindahan  kiblat.
 Begitu pula kaum musyrikin berpendapat bahwa nabi dari  keturunan Ibrahim itu akan datang menghidupkan agamanya sehingga  tidaklah pantas apabila berkiblat kepada selain Kakbah yang telah  didirikan oleh Nabi Ibrahim.
 Dengan demikian maka batallah  alasan-alasan para ahli Kitab dan kaum musyrikin itu. Orang-orang zalim  di antara mereka yang melontarkan cemoohan dan bantahan-bantahan tanpa  alasan yang berdasarkan akal sehat dan keterangan dari wahyu tidak perlu  dipikirkan dan dihiraukan. Adapun cemoohan mereka itu adalah sebagai  berikut:
 Orang-orang Yahudi berkata, "Tiadalah Muhammad itu  berpindah kiblat ke Kakbah, melainkan karena kecenderungan kepada agama  kaumnya dan kecintaan kepada negerinya; sekiranya dia berada di atas  kebenaran, tentulah ia akan tetap berkiblat ke kiblat para nabi  sebelumnya."
 Orang-orang musyrikin berkata, "Ia telah kembali kepada kiblat kita dan akan kembali kepada agama kita."
 Dan  orang-orang munafikin berkata, "Berpindah-pindah kiblat itu menunjukkan  bahwa Muhammad dalam keragu-raguan dan tidak berpendirian."
 Demikianlah alasan-alasan yang dibuat-buat oleh penentang-penentang agama Islam di waktu itu.
 
 151.         sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu Rasul  di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan  mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan hikmah, serta  mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.(QS. 2:151)
 Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Baqarah 151
 
 
 كَمَا  أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولًا مِنْكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا  وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ  مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ (151  (Sebagaimana Kami telah  mengutus kepadamu seorang rasul dari golonganmu) berhubungan dengan  lafal 'utimma', yakni untuk menyempurnakan sebagaimana sempurnanya  utusan Kami, yaitu Nabi Muhammad saw. (yang membacakan kepadamu  ayat-ayat Kami) Alquran, (menyucikan kamu) membersihkan kamu dari  kesyirikan, (mengajari kamu Alkitab) Alquran (dan hikmah) yakni  hukum-hukum yang terkandung di dalamnya, (serta mengajari kamu apa-apa  yang belum kamu ketahui).
 
 
 152.       Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya  Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah  kamu mengingkari (nikmat)-Ku.(QS. 2:152)
 
 Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 152
 
 
 فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ (152 Maka  dengan nikmat yang telah dianugerahkan Allah kepada kaum muslimin itu,  hendaklah selalu ingat kepada-Nya, baik di dalam hati maupun dengan  lisan, dengan jalan tahmid (membaca Alhamdulillah) tasbih (membaca  Subhanallah), dan membaca Alquran dengan jalan memikirkan alam  ciptaan-Nya untuk mengenal, menyadari dan meresapkan tanda-tanda  keagungan, kekuasaan dan keesaan-Nya.
 Maka apabila mereka selalu  mengingat-Nya, Dia pun akan selalu mengingat mereka pula. Dan hendaklah  mereka bersyukur kepada-Nya atas segala nikmat yang telah  dianugerahkan-Nya dengan jalan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang  telah ditetapkan-Nya dan dengan jalan memuji dan memuja-Nya serta  mengakui kebaikan-Nya. Dan janganlah mereka mengkufuri nikmat-Nya dengan  menyia-nyiakan dan mempergunakannya di luar garis-garis yang telah  ditentukan-Nya.
 
 
 Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Baqarah 152
 
 
 فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ (152 (Karena  itu ingatlah kamu kepada-Ku) yakni dengan salat, tasbih dan lain-lain  (niscaya Aku ingat pula kepadamu). Ada yang mengatakan maksudnya niscaya  Aku balas amalmu itu. Dalam sebuah hadis qudsi diketengahkan firman  Allah, "Barang siapa yang mengingat-Ku dalam  dirinya niscaya Aku akan ingat dia dalam diri-Ku dan barang siapa  mengingat-Ku di hadapan khalayak ramai, maka Aku akan mengingatnya di  hadapan khalayak yang lebih baik!" (Dan bersyukurlah  kepada-Ku) atas nikmat-Ku dengan jalan taat kepada-Ku (dan janganlah  kamu mengingkari-Ku) dengan jalan berbuat maksiat dan durhaka kepada-Ku.
 
 
 153.        Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.(QS. 2:153)
 
 Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 153
 
 
 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ (153  Untuk  menghadapinya haruslah perjuangan itu dilakukan dengan giat, dihadapi  dengan penuh kesabaran dengan memperbanyak salat, sehingga menjadi kecil  serta ringanlah segala kesukaran dan cobaan itu, karena Allah  senantiasa beserta orang-orang yang sabar. Dia akan menolong, menguatkan  dan memenangkan orang-orang yang berjuang menegakkan kebenaran.
 
 Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Baqarah 153
 
 
 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ (153 (Hai  orang-orang yang beriman! Mintalah pertolongan) untuk mencapai  kebahagiaan akhirat (dengan jalan bersabar) taat melakukan ibadah dan  sabar menghadapi cobaan (dan mengerjakan salat) dikhususkan  menyebutkannya disebabkan berat dan berulang-ulang (sesungguhnya Allah  bersama orang-orang yang sabar) artinya selalu melimpahkan  pertolongan-Nya kepada mereka.
 
 154.        Dan janganlah kamu mengatakan terhadap  orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan  (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.(QS. 2:154)
 
 Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 154
 
 
 وَلَا تَقُولُوا لِمَنْ يُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتٌ بَلْ أَحْيَاءٌ وَلَكِنْ لَا تَشْعُرُونَ (154 Mempertahankan  agama Islam itu suatu perjuangan. Setiap perjuangan akan meminta  pengorbanan. Akan ada yang kehilangan harta benda atau keluarga dan akan  ada yang gugur di medan perang dan sebagainya.
 Mereka yang gugur di  medan perang adalah syuhada di jalan Allah. Mereka itu menduduki tempat  yang amat mulia. Maka janganlah dikira bahwa mereka itu mati, bahkan  mereka itu hidup di alam lain. Hanya saja manusia tidak menyadari  kehidupan mereka itu dan tidak mengetahui hakikatnya. Mereka hidup dalam  kehidupan gaib di mana arwah para syuhada diistimewakan dari arwah  manusia lainnya. Juga semangat dan cita-cita perjuangan mereka itu akan  tetap hidup selama-lamanya pada generasi-generasi sesudahnya.
 
 
 155.       Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu,  dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan  buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang  sabar,(QS. 2:155)
 
 Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 155
 
 
 وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ  بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ  وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155 Allah  akan menguji kaum muslimin dengan berbagai ketakutan, kelaparan,  kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan (bahan makanan). Dengan ujian ini  kaum muslimin menjadi umat yang kuat mentalnya, umat yang mempunyai  keyakinan yang kokoh, jiwa yang tabah, dan tahan uji.
 
 
 156.         (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa mushibah, mereka mengucapkan:` Innaalillaahi wa innaa ilaihi raajiuun `.(QS. 2:156)
 
 Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 156
 
 
 الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156  Di  dalam ayat ini Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw. supaya  memberi kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. Apabila mereka  ditimpa sesuatu musibah mereka mengucapkan "innaa lillaahi wa innaa  ilaihi raaji`uun", yang artinya "sesungguhnya kami adalah milik Allah  dan kepada-Nyalah kami kembali".
 
 157.        Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang  sempurna dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang  mendapat petunjuk.(QS. 2:157)
 
 Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 157
 
 
 أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (157 Kabar  gembira itu ialah berita bahwa orang-orang yang sabar itu mendapat  berkat, ampunan, rahmat dan pujian dari Allah, dan mereka itu mendapat  petunjuk kepada jalan yang benar.
 
 Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Baqarah 157
 
 
 أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (157 (Mereka  itulah yang mendapat selawat) artinya ampunan (dari Tuhan mereka serta  rahmat) atau nikmat (dan merekalah orang-orang yang mendapat petunjuk)  ke arah yang benar.
 
 
 158.        Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah  sebahagian dari syiar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke  Baitullah atau ber-umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sai  antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan  kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi  Maha Mengetahui.(QS. 2:158)
 
 Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 158
 
 إِنَّ  الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ  أَوِ اعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَطَّوَّفَ بِهِمَا وَمَنْ  تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ (158
 
 Pada ayat  ini dikuatkan lagi kabar gembira itu dengan menjelaskan bahwa Safa dan  Marwah adalah salah satu syiar agama dan barang siapa ingin mengerjakan  ibadat haji, haruslah ia melakukan sai antara Safa dan Marwah itu.
 Dengan  demikian nyatalah bahwa kaum muslimin pasti akan berhasil menaklukkan  kota Mekah karena ia adalah tempat melakukan ibadah haji yang menjadi  rukun kelima dalam Islam yang harus dikerjakan oleh setiap muslim yang  mampu menunaikannya. Karena itu Masjidil Haram dan sekelilingnya harus  dibersihkan dari berhala dan kemusyrikan. Menurut riwayat Bukhari, Asim  bin Sulaiman bertanya kepada Anas tentang Safa dan Marwah. Anas  bercerita: "Kami mengetahui bahwa Safa dan Marwah itu adalah tempat  beribadat di masa Jahiliah karena di sana terdapat dua berhala yang  bernama Usaf dan Nailah. Orang-orang pada masa jahiliah mengusap kedua  berhala itu dengan tangannya. Setelah datang Islam, kami tidak mau lagi  mengerjakan itu di sana karena kami menganggapnya sebagai perbuatan  jahiliah. Maka turunlah ayat ini."
 Safa dan Marwah adalah dua tempat  yang telah ditetapkan Allah menjadi syiar agama Islam dan barang siapa  yang hendak mengerjakan ibadah haji atau umrah haruslah ia melakukan sai  antara kedua tempat itu.
 Meskipun ada perbedaan pendapat antara  imam-imam mazhab mengenai hukum sai ini; ada yang menganggapnya sebagai  rukun haji seperti Imam Malik dan Imam Syafii dan ada pula yang  menganggapnya sebagai wajib haji seperti Imam Abu Hanifah namun sudah  terang bahwa sai itu harus dikerjakan dalam menunaikan ibadah haji.  Secara umum, tidak ada perbedaan antara rukun dan wajib.
 Tetapi  khusus dalam masalah haji dibedakan antara keduanya. Rukun ialah yang  harus dikerjakan atau tidak dapat diganti atau ditebus. Wajib ialah yang  musti dikerjakan tapi jika ditinggalkan harus diganti dengan membayar  denda (dam). Yang menjadi pertanyaan di sini ialah mengapa dalam ayat  ini disebutkan "tidak ada dosa baginya mengerjakan sai antara keduanya"  padahal sai itu adalah suatu rukun atau wajib, dan tidak mungkin  seseorang yang menunaikan rukun atau wajib akan berdosa.
 Hal ini  untuk menghilangkan keragu-raguan kaum muslimin tentang mengerjakan Sai  ini karena kaum musyrikin juga mengerjakan sai dalam ibadah mereka,  seakan-akan apa yang dikerjakan kaum musyrikin itu tidak boleh dilakukan  oleh kaum muslimin dan mereka akan berdosa bila mengerjakannya. Jadi  harus dipahami betul bahwa maksud mengerjakan sai kaum musyrikin amat  jauh berbeda dari maksudnya pada kaum muslimin. Mengerjakan sai itu  adalah keimanan dan mempercayai Rasulullah serta mematuhi perintahnya.
 Kemudian  Allah menjelaskan bahwa barangsiapa yang membuat kebajikan atau amal  ibadat lebih daripada yang diwajibkan kepadanya (mengerjakan yang  sunat-sunat), Allah akan mensyukuri amal kebaikan itu dan Allah Maha  Mengetahui semua amalan hamba-Nya. Maka janganlah kita ragu-ragu berbuat  kebajikan karena semua amal itu akan dibalas dengan berlipat ganda oleh  Allah yang sangat menghargai perbuatan hamba-Nya.
 
 
 Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Baqarah 158
 
 
 إِنَّ  الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ  أَوِ اعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَطَّوَّفَ بِهِمَا وَمَنْ  تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ (158  (Sesungguhnya  Safa dan Marwah) nama dua bukit di Mekah (adalah sebagian dari  syiar-syiar Allah) tanda-tanda kebesaran agama-Nya, jamak dari  'syaa`irah.' (Barang siapa yang melakukan ibadah haji atau umrah)  artinya memakai pakaian haji atau umrah. Asal makna keduanya adalah  menyengaja dan berkunjung, (maka tiada salah baginya) artinya ia tidak  berdosa (mengerjakan sai) asalkan sebanyak tujuh kali. Ayat ini turun  tatkala kaum muslimin tidak bersedia melakukannya, disebabkan  orang-orang jahiliah dulu biasa tawaf di sana sambil menyapu dua berhala  yang terdapat pada keduanya. Menurut Ibnu Abbas bahwa sai itu hukumnya  tidak wajib, hanya takhyir, artinya dibolehkan memilih sebagai akibat  tidak berdosa. Tetapi Syafii dan ulama lainnya berpendapat bahwa sai  adalah rukun dan hukum fardunya dinyatakan oleh Nabi saw. dengan  sabdanya, "Sesungguhnya Allah mewajibkan sai atas kamu." (H.R. Baihaqi)  Sabdanya pula, "Mulailah dengan apa yang dimulai Allah, yakni Shafa."  (H.R. Muslim) (Dan barang siapa yang dengan kemauan sendiri berbuat) ada  yang membaca 'Taththawwa`a', yaitu dengan ditasydidkan ta pada tha,  lalu diidgamkan (suatu kebaikan) maksudnya amalan yang tidak wajib  seperti tawaf dan lain-lainnya (maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri)  perbuatannya itu dengan memberinya pahala (lagi Maha Mengetahui).
 
 
 159.         Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan  apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas)  dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab,  mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk)  yang dapat melaknati,(QS. 2:159)
 
 Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 159
 
 
 إِنَّ  الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِنْ  بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَئِكَ يَلْعَنُهُمُ  اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللَّاعِنُونَ (159 Dalam ayat ini disebutkan  lagi sifat-sifat ahli Kitab tersebut dan bahwa mereka mendapat laknat  dari Allah, malaikat dan manusia seluruhnya. Ayat ini turun mengenai  pendeta-pendeta Yahudi. Mereka menyembunyikan terhadap kaum mereka  sifat-sifat Nabi Muhammad yang tersebut dalam kitab-kitab mereka, agar  orang-orang Yahudi itu jangan masuk Islam. Orang-orang ahli Kitab yang  selalu menyembunyikan kebenaran Islam dan kebenaran Nabi Muhammad saw.  padahal yang demikian itu telah tertulis dengan nyata dan jelas dalam  kitab-kitab mereka, adalah orang-orang yang telah sewajarnya mendapat  laknat dari Allah dan dijauhkan dari rahmat dan kasih sayang-Nya dan  wajar pula bila dimintakan laknat untuk mereka oleh malaikat dan manusia  seluruhnya. Hukum mengenai kutukan bagi orang yang menyembunyikan ilmu  pengetahuan yang sebenarnya mesti disiarkan dan dikembangkan tidak hanya  terbatas pada Ahli Kitab itu, bahkan mencakup semua orang yang bersifat  seperti itu.
 Hal ini dikuatkan oleh sebuah hadis Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, beliau bersabda:
 
 من سئل عن علم فكتمه ألجم يوم القيامة بلجام من نار
 
 Artinya:
 Barangsiapa  ditanyakan kepadanya tentang sesuatu ilmu yang diketahuinya tetapi  tidak mau menerangkannya kepada penanya itu, maka Allah akan  membelenggunya dengan belenggu api pada hari kiamat. (HR Ibnu Majah dari  Abu Hurairah)
 Abu Hurairah berkata: "Kalau tidaklah karena takut  akan ancaman Allah dalam ayat ini (ayat 159) tentulah saya tidak akan  meriwayatkan suatu hadis pun dari Rasulullah." Karena itu seorang muslim  berkewajiban menyampaikan ilmu yang dimilikinya baik yang berupa  pengetahuan agama maupun berupa pengetahuan umum, yang bermanfaat bagi  masyarakat. Dan bila diketahui akan ada pelanggaran terhadap hukum agama  itu atau penyelewengan dari akidah yang benar, seperti tersiarnya  bid'ah dan aliran-aliran kepercayaan yang bertentangan dengan tauhid,  haruslah para ulama bangun serentak untuk membetulkannya, baik dengan  lisan maupun tulisan. Dengan demikian akan tetaplah terpelihara kesucian  agama dan kemurniannya.
 Orang-orang Yahudi mendapat laknat adalah  karena mereka selalu menyembunyikan kebenaran. Bila mereka melihat  sesuatu yang mungkar atau yang tidak benar, mereka diam saja dan tidak  berusaha untuk mencegah atau memperbaikinya.
 
 160.        kecuali mereka yang telah taubat dan  mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka  itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah yang Maha Penerima taubat lagi  Maha Penyayang.(QS. 2:160)
 
 Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 160
 
 
 إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ (160 Dikecualikan  dan dibebaskan dari laknat Allah, malaikat dan manusia, orang-orang  yang taubat dari kesalahan dan kelalaiannya dan memperbaiki dirinya  dengan cara mendekatkan diri kepada Allah serta menerangkan dan  menyiarkan ilmu yang dimilikinya dan berani menegakkan kebenaran,  memerangi kemungkaran. Bagi orang-orang yang seperti itu walaupun mereka  telah terlanjur berbuat kesalahan, namun Allah tetap menyediakan  ampunan, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Jadi janganlah  seseorang berputus asa dari rahmat Allah dan petunjuk-Nya bagaimanapun  besar dan banyaknya kesalahan dan dosanya karena pintu taubat dan rahmat  Allah terbuka selebar-lebarnya bagi orang-orang yang insaf dan ingin  memperbaiki dirinya.
 | 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar