Selasa, 27 Agustus 2013

TAFSIR AL QUR'AN SURAH AR-RUUM AYAT 1 - 20 ( 01 )

Cari dalam "TAFSIR" Al Qur'an
Bahasa Indonesia    English Translation    Dutch    nuruddin

No. Pindah ke Surat Sebelumnya... Pindah ke Surat Berikut-nya... [TAFSIR] : AR-RUUM
Ayat [60]   First Previous Next Last Balik Ke Atas  Hal:1/3
1 Alif laam miim.(QS. 30:1)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ar Ruum 1 

الم (1

Lihat tafsir "Alif Lam Mim" pada Jilid I, tentang "Fawatihus suwar".
2 Telah dikalahkan bangsa Rumawi,(QS. 30:2)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ar Ruum 2 - 4 

غُلِبَتِ الرُّومُ (2) فِي أَدْنَى الْأَرْضِ وَهُمْ مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ (3) فِي بِضْعِ سِنِينَ لِلَّهِ الْأَمْرُ مِنْ قَبْلُ وَمِنْ بَعْدُ وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ (4

Ayat ini menerangkan bahwa bangsa Romawi telah dikalahkan oleh bangsa Persia di negeri yang dekat dengan kota Mekah, yaitu negeri Syiria. Beberapa tahun kemudian setelah mereka dikalahkan, maka bangsa Romawi akan mengalahkan bangsa Persia sebagai balasan atas kekalahan itu.
Yang dimaksud dengan bangsa Romawi dalam ayat ini ialah Kerajaan Romawi Timur yang berpusat di Konstantinopel, bukan kerajaan Romawi Barat yang berpusat di Roma. Kerajaan Romawi Barat, jauh sebelum peristiwa yang diceritakan dalam ayat ini terjadi, sudah roboh, yaitu pada tahun 476 Masehi. Bangsa Romawi beragama Nasrani (Ahli Kitab), sedang bangsa Persia beragama Majusi (musyrik).
Ayat ini merupakan sebagian dari ayat-ayat yang memberitakan hal-hal yang gaib yang menunjukkan kemukjizatan Alquran. Dalam ayat ini diterangkan sesuatu peristiwa yang terjadi pada bangsa Romawi. Pada saat ketika bangsa Romawi dikalahkan bangsa Persia, maka turunlah ayat ini yang menerangkan bahwa pada saat ini bangsa Romawi dikalahkan, tetapi kekalahan itu tidak akan lama dideritanya. Tidak lama lagi, hanya dalam beberapa tahun saja, orang-orang Persia pasti dikalahkan oleh orang Romawi. Kekalahan bangsa Romawi ini terjadi sebelum Nabi Muhammad saw berhijrah ke Madinah. Mendengar berita kekalahan bangsa Romawi ini orang-orang musyrik Mekah bergembira, sedang orang-orang yang beriman beserta Nabi bersedih hati.
Sebagaimana diketahui bahwa bangsa Persia beragama Majusi, menyembah api, jadi mereka memperserikatkan Tuhan. Orang-orang Mekah juga mempersekutukan Tuhan (musyrik) dengan menyembah berhala. Oleh karena itu mereka merasa agama mereka dekat dengan agama bangsa Persia, karena sama-sama mempersekutukan Tuhan. Kaum Muslimin merasa agama mereka dekat dengan agama Nasrani, karena mereka sama-sama menganut agama Samawi. Karena itu kaum musyrik Mekah bergembira atas kemenangan itu, sebagai kemenangan agama politheisme yang mempercayai "banyak Tuhan", atas agama Samawi yang menganut agama Tauhid. Sebaliknya kaum Muslimin waktu itu bersedih hati karena sikap menentang dari kaum musyrik Mekah semakin bertambah, mereka mencemoohkan kaum Muslimin dengan mengatakan bahwa dalam waktu dekat mereka akan hancur pula, sebagaimana hancurnya bangsa Romawi yang menganut agama Nasrani itu. Kemudian turunlah ayat ini yang menerangkan bahwa bangsa Romawi yang kalah itu, akan mengalahkan bangsa Persia yang baru saja menang itu dalam waktu yang tidak lama, hanya dalam beberapa tahun lagi.
Diriwayatkan bahwa tatkala sampai berita kekalahan bangsa Romawi oleh bangsa Persia itu kepada Rasulullah saw dan para sahabatnya di Mekah, maka merekapun merasa sedih, karena kekalahan itu berarti kekalahan bangsa Romawi yang menganut agama Nasrani yang termasuk agama Samawi dan kemenangan bangsa Persia yang beragama Majusi yang termasuk agama syirik. Orang-orang musyrik Mekah yang dalam keadaan bergembira itu menemui para sahabat Nabi dan berkata: "Sesungguhnya kamu adalah ahli kitab dan orang Nasrani juga ahli kitab, sesungguhnya saudara kami bangsa Persia yang bersama-sama menyembah berhala dengan kami telah mengalahkan saudara kamu itu. Sesungguhnya jika kamu memerangi kami tentu kami akan mengalahkan kamu juga. Maka turunlah ayat. Maka keluarlah Abu Bakar menemui orang-orang musyrik, ia berkata: "Bergembirakah kamu karena kemenangan saudara-saudara kamu atas saudara saudara kami? Janganlah kamu terlalu bergembira, demi Allah bangsa Romawi benar-benar akan mengalahkan bangsa Persia, sebagaimana yang telah dikabarkan oleh Nabi kami". Maka berdirilah Ubay bin Khalaf menghadap Abu Bakar dan ia berkata: "Engkau berdusta". Abu Bakar menjawab: "Engkaulah yang paling berdusta hai musuh Allah. Maukah kamu bertaruh (Bertaruh semacam judi. Waktu Abu Bakar mengajak Ubay bin Khalaf bertaruh itu, judi belum diharamkan, judi diharamkan setelah Rasulullah hijrah ke Madinah) denganku sepuluh ekor unta muda. Jika bangsa Romawi menang dalam waktu tiga tahun yang akan datang, engkau berutang kepadaku sepuluh ekor unta muda, sebaliknya jika bangsa Romawi kalah, maka aku berutang kepadamu sebanyak itu pula". Tantangan bertaruh itu diterima oleh Ubay. Kemudian Abu Bakar menyampaikan hal tersebut kepada Rasulullah saw. Rasulullah saw menjawab : "Tambahlah jumlah taruhan itu dan perpanjanglah waktu menunggu". Maka Abu Bakarpun pergi, lalu bertemu dengan Ubay. Maka Ubay berkata kepadanya: "Barangkali engkau menyesal dengan taruhan itu". Abu Bakar menjawab: "Aku tidak menyesal sedikitpun, marilah kita tambah jumlahnya dan diperpanjang waktunya sehingga menjadi seratus ekor unta muda, dan waktunya sampai sembilan tahun". Ubay menerima tantangan Abu Bakar, sesuai dengan anjuran Rasulullah kepada Abu Bakar. Tatkala Abu Bakar akan hijrah ke Madinah, Ubay minta jaminan atas taruhan itu, seandainya bangsa Romawi dikalahkan nanti. Maka Abdurrahman putra Abu Bakar menjaminnya. Tatkala Ubay akan berangkat ke perang Uhud, Abdurrahman minta jaminan kepadanya, seandainya bangsa Persia dikalahkan nanti, maka Abdullah putra Ubay menjaminnya. Tujuh tahun setelah pertaruhan itu bangsa Romawi mengalahkan bangsa Persia dan Abu Bakar menerima kemenangan taruhannya dari ahli warisnya Ubay karena dia mati dalam peperangan Uhud tersebut. Kemudian beliau pergi menyampaikan hal itu kepada Rasulullah saw". (H.R. Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim dan Baihaqi)
Sejarah mencatat bahwa tahun 622 Masehi, yaitu setelah tujuh atau delapan tahun kekalahan bangsa Romawi dari bangsa Persia itu, mulailah peperangan baru antara kedua bangsa itu untuk kedua kalinya. Pada permulaan terjadinya peperangan itu telah nampak tanda-tamda kemenangan bangsa Romawi. Sekalipun demikian, ketika sampai kepada kaum musyrik Mekah berita peperangan itu, mereka masih mengharapkan kemenangan berada di pihak Persia. Karena itu Ubay bin Khalaf ketika mengetahui hijrahnya Abu Bakar ke Madinah, ia minta agar putra Abu Bakar, yaitu Abdurrahman menjamin taruhan ayahnya, jika Persia pasti menang. Hal ini diterima oleh Abdurrahman.
Pada tahun 624 Masehi, terjadilah perang Uhud. Ketika Ubay bin Khalaf hendak pergi berperang memerangi kaum Muslimin. Abdurrahman melarangnya, kecuali jika putranya menjamin membayar taruhannya, jika bangsa Romawi menang, maka Abdullah bin Ubay putranya menerima untuk menjaminnya.
Jika melihat berita di atas, maka ada kemungkinannya sebagai berikut Kemungkinan pertama ialah pada tahun 622 Masehi perang antara Romawi dan Persia itu telah berakhir dengan kemenangan Romawi, karena hubungan yang sukar waktu itu, maka berita itu baru sampai ke Mekah setahun kemudian, sehingga Ubay minta jaminan waktu Abu Bakar hijrah, sebaliknya Abdurrahman minta jaminan pula waktu Ubay akan pergi ke peperangan Uhud. Kemungkinan yang kedua ialah peperangan itu berlangsung dari tahun 622-624 Masehi, dan berakhir dengan kemenangan bangsa Romawi.
Dari peristiwa di atas dapat dikemukakan beberapa hal dan pelajaran yang perlu direnungkan dan diamalkan.
Pertama: Ada hubungan antara kemusyrikan dan kekafiran terhadap dakwah dan iman kepada Allah SWT, sebagai sumber agama yang benar di segala tempat dan waktu. Sekalipun negara-negara dahulu belum mempunyai sistem komunikasi yang rapi dan bangsanyapun belum mempunyai hubungan yang kuat seperti sekarang ini, namun antar bangsa-bangsa itu telah mempunyai hubungan batin antara bangsa-bangsa yang menganut agama yang bersumber dari Tuhan di satu pihak dengan bangsa-bangsa yang menganut agama yang tidak bersumber dari Tuhan pada pihak yang lain. Orang-orang musyrik Mekah politheisme menganggap kemenangan bangsa Persia (politheisme) atas bangsa Romawi (Nasrani), sebagai kemenangan mereka juga, sedang kaum Muslimin merasakan kekalahan bangsa Romawi yang beragama Nasrani (samawi) sebagai kekalahan mereka pula, karena mereka masih merasakan agama mereka berasal dari sumber yang satu. Hal ini merupakan suatu faktor yang nyata yang perlu diperhatikan kaum Muslimin dalam menyusun taktik dan strategi dalam berdakwah.
Kedua: Kepercayaan yang mutlak kepada janji dan ketetapan Allah. Hal ini nampak pada ucapan-ucapan Abu Bakar yang penuh keyakinan tanpa ragu-ragu di waktu menetapkan jumlah taruhan dengan Ubay bin Khalaf. Harga unta seratus ekor adalah sangat tinggi waktu itu, kalau tidak karena keyakinan akan kebenaran-kebenaran ayat-ayat Alquran yang ada di dalam hati Abu Bakar, tentulah beliau tidak akan berani mengadakan taruhan sebanyak itu, apalagi jika dibaca sejarah bangsa Romawi, mereka di saat kekalahannya itu dalam keadaan kucar-kacir. Amat sukar diramalkan mereka sanggup mengalahkan bangsa Persia yang dalam keadaan kuat, hanya dalam tiga sampai sembilan tahun mendatang. Keyakinan yang kuat seperti keyakinan Abu Bakar itu merupakan keyakinan kaum Muslimin, yang tidak dapat digoyahkan oleh apapun, sekalipun dalam bentuk siksaan, ujian, penderitaan, pemboikotan dan sebagainya. Hal ini merupakan modal utama bagi kaum Muslimin menghadapi jihad yang memerlukan waktu yang lama di masa yang akan datang. Jika kaum Muslimin mempunyai keyakinan berusaha seperti kaum Muslimin di masa Rasulullah, pasti pula Allah mendatangkan kemenangan kepada mereka.
Ketiga: Urusan sebelum dan sesudah terjadinya suatu peristiwa adalah urusan Allah, tidak seorangpun yang dapat mencampurinya. Allah-lah yang menentukan segalanya sesuai dengan hikmah dan kebijaksanaan-Nya. Hal ini berarti bahwa kaum Muslimin harus mengembalikan segala urusan kepada Allah saja, baik dalam kejadian seperti di atas, maupun pada kejadian dan peristiwa yang merupakan keseimbangan antara situasi dan keadaan. Kemenangan dan kekalahan, kemajuan dan kemunduran suatu bangsa, demikian pula kelemahan dan kekuatannya yang terjadi di bumi ini, semuanya kembali kepada Allah. Dia berbuat menurut kehendak-Nya. Semua yang terjadi bertitik tolak kepada kehendak Zat yang mutlak itu. Jadi berserah diri dan menerima semua yang telah ditentukan Allah adalah sifat yang harus dipunyai oleh seorang mukmin. Hal ini bukanlah berarti bahwa usaha manusia, tidak ada harganya sedikitpun, tetapi usaha manusia merupakan syarat berhasilnya suatu pekerjaan. Dalam suatu hadis diriwayatkan bahwa seorang Arab Badui melepaskan untanya di muka pintu mesjid Rasulullah, kemudian ia masuk ke mesjid, sambil berkata: "Aku bertawakkal kepada Allah, lalu Nabi bersabda:


أعقلها وتوكل
Artinya:
Ikatkanlah unta itu sesudah itu baru engkau bertawakkal.(H.R. Tirmizi dari Anas bin Malik)
Berdasarkan hadis ini, seorang muslim disuruh berusaha sekuat tenaga, kemudian ia berserah diri kepada Allah tentang hasil usahanya itu.
Akhir ayat ini menerangkan bahwa kaum Muslimin bergembira ketika mendengar berita kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia itu. Mereka bergembira itu adalah karena:
1. Mereka telah dapat membuktikan kepada kaum musyrikin Mekah atas kebenaran berita-berita yang ada dalam ayat Alquran.
2. Kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia itu, merupakan kemenangan agama Samawi atas agama ciptaan manusia (agama yang dianut oleh kaum Muslimin termasuk bangsa Romawi).
3. Kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia ini mengisyaratkan kemenangan kaum Muslimin atas orang-orang kafir Mekah dalam waktu yang tidak lama lagi.
3 di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang,(QS. 30:3)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ar Ruum 2 - 4 

غُلِبَتِ الرُّومُ (2) فِي أَدْنَى الْأَرْضِ وَهُمْ مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ (3) فِي بِضْعِ سِنِينَ لِلَّهِ الْأَمْرُ مِنْ قَبْلُ وَمِنْ بَعْدُ وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ (4

Ayat ini menerangkan bahwa bangsa Romawi telah dikalahkan oleh bangsa Persia di negeri yang dekat dengan kota Mekah, yaitu negeri Syiria. Beberapa tahun kemudian setelah mereka dikalahkan, maka bangsa Romawi akan mengalahkan bangsa Persia sebagai balasan atas kekalahan itu.
Yang dimaksud dengan bangsa Romawi dalam ayat ini ialah Kerajaan Romawi Timur yang berpusat di Konstantinopel, bukan kerajaan Romawi Barat yang berpusat di Roma. Kerajaan Romawi Barat, jauh sebelum peristiwa yang diceritakan dalam ayat ini terjadi, sudah roboh, yaitu pada tahun 476 Masehi. Bangsa Romawi beragama Nasrani (Ahli Kitab), sedang bangsa Persia beragama Majusi (musyrik).
Ayat ini merupakan sebagian dari ayat-ayat yang memberitakan hal-hal yang gaib yang menunjukkan kemukjizatan Alquran. Dalam ayat ini diterangkan sesuatu peristiwa yang terjadi pada bangsa Romawi. Pada saat ketika bangsa Romawi dikalahkan bangsa Persia, maka turunlah ayat ini yang menerangkan bahwa pada saat ini bangsa Romawi dikalahkan, tetapi kekalahan itu tidak akan lama dideritanya. Tidak lama lagi, hanya dalam beberapa tahun saja, orang-orang Persia pasti dikalahkan oleh orang Romawi. Kekalahan bangsa Romawi ini terjadi sebelum Nabi Muhammad saw berhijrah ke Madinah. Mendengar berita kekalahan bangsa Romawi ini orang-orang musyrik Mekah bergembira, sedang orang-orang yang beriman beserta Nabi bersedih hati.
Sebagaimana diketahui bahwa bangsa Persia beragama Majusi, menyembah api, jadi mereka memperserikatkan Tuhan. Orang-orang Mekah juga mempersekutukan Tuhan (musyrik) dengan menyembah berhala. Oleh karena itu mereka merasa agama mereka dekat dengan agama bangsa Persia, karena sama-sama mempersekutukan Tuhan. Kaum Muslimin merasa agama mereka dekat dengan agama Nasrani, karena mereka sama-sama menganut agama Samawi. Karena itu kaum musyrik Mekah bergembira atas kemenangan itu, sebagai kemenangan agama politheisme yang mempercayai "banyak Tuhan", atas agama Samawi yang menganut agama Tauhid. Sebaliknya kaum Muslimin waktu itu bersedih hati karena sikap menentang dari kaum musyrik Mekah semakin bertambah, mereka mencemoohkan kaum Muslimin dengan mengatakan bahwa dalam waktu dekat mereka akan hancur pula, sebagaimana hancurnya bangsa Romawi yang menganut agama Nasrani itu. Kemudian turunlah ayat ini yang menerangkan bahwa bangsa Romawi yang kalah itu, akan mengalahkan bangsa Persia yang baru saja menang itu dalam waktu yang tidak lama, hanya dalam beberapa tahun lagi.
Diriwayatkan bahwa tatkala sampai berita kekalahan bangsa Romawi oleh bangsa Persia itu kepada Rasulullah saw dan para sahabatnya di Mekah, maka merekapun merasa sedih, karena kekalahan itu berarti kekalahan bangsa Romawi yang menganut agama Nasrani yang termasuk agama Samawi dan kemenangan bangsa Persia yang beragama Majusi yang termasuk agama syirik. Orang-orang musyrik Mekah yang dalam keadaan bergembira itu menemui para sahabat Nabi dan berkata: "Sesungguhnya kamu adalah ahli kitab dan orang Nasrani juga ahli kitab, sesungguhnya saudara kami bangsa Persia yang bersama-sama menyembah berhala dengan kami telah mengalahkan saudara kamu itu. Sesungguhnya jika kamu memerangi kami tentu kami akan mengalahkan kamu juga. Maka turunlah ayat. Maka keluarlah Abu Bakar menemui orang-orang musyrik, ia berkata: "Bergembirakah kamu karena kemenangan saudara-saudara kamu atas saudara saudara kami? Janganlah kamu terlalu bergembira, demi Allah bangsa Romawi benar-benar akan mengalahkan bangsa Persia, sebagaimana yang telah dikabarkan oleh Nabi kami". Maka berdirilah Ubay bin Khalaf menghadap Abu Bakar dan ia berkata: "Engkau berdusta". Abu Bakar menjawab: "Engkaulah yang paling berdusta hai musuh Allah. Maukah kamu bertaruh (Bertaruh semacam judi. Waktu Abu Bakar mengajak Ubay bin Khalaf bertaruh itu, judi belum diharamkan, judi diharamkan setelah Rasulullah hijrah ke Madinah) denganku sepuluh ekor unta muda. Jika bangsa Romawi menang dalam waktu tiga tahun yang akan datang, engkau berutang kepadaku sepuluh ekor unta muda, sebaliknya jika bangsa Romawi kalah, maka aku berutang kepadamu sebanyak itu pula". Tantangan bertaruh itu diterima oleh Ubay. Kemudian Abu Bakar menyampaikan hal tersebut kepada Rasulullah saw. Rasulullah saw menjawab : "Tambahlah jumlah taruhan itu dan perpanjanglah waktu menunggu". Maka Abu Bakarpun pergi, lalu bertemu dengan Ubay. Maka Ubay berkata kepadanya: "Barangkali engkau menyesal dengan taruhan itu". Abu Bakar menjawab: "Aku tidak menyesal sedikitpun, marilah kita tambah jumlahnya dan diperpanjang waktunya sehingga menjadi seratus ekor unta muda, dan waktunya sampai sembilan tahun". Ubay menerima tantangan Abu Bakar, sesuai dengan anjuran Rasulullah kepada Abu Bakar. Tatkala Abu Bakar akan hijrah ke Madinah, Ubay minta jaminan atas taruhan itu, seandainya bangsa Romawi dikalahkan nanti. Maka Abdurrahman putra Abu Bakar menjaminnya. Tatkala Ubay akan berangkat ke perang Uhud, Abdurrahman minta jaminan kepadanya, seandainya bangsa Persia dikalahkan nanti, maka Abdullah putra Ubay menjaminnya. Tujuh tahun setelah pertaruhan itu bangsa Romawi mengalahkan bangsa Persia dan Abu Bakar menerima kemenangan taruhannya dari ahli warisnya Ubay karena dia mati dalam peperangan Uhud tersebut. Kemudian beliau pergi menyampaikan hal itu kepada Rasulullah saw". (H.R. Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim dan Baihaqi)
Sejarah mencatat bahwa tahun 622 Masehi, yaitu setelah tujuh atau delapan tahun kekalahan bangsa Romawi dari bangsa Persia itu, mulailah peperangan baru antara kedua bangsa itu untuk kedua kalinya. Pada permulaan terjadinya peperangan itu telah nampak tanda-tamda kemenangan bangsa Romawi. Sekalipun demikian, ketika sampai kepada kaum musyrik Mekah berita peperangan itu, mereka masih mengharapkan kemenangan berada di pihak Persia. Karena itu Ubay bin Khalaf ketika mengetahui hijrahnya Abu Bakar ke Madinah, ia minta agar putra Abu Bakar, yaitu Abdurrahman menjamin taruhan ayahnya, jika Persia pasti menang. Hal ini diterima oleh Abdurrahman.
Pada tahun 624 Masehi, terjadilah perang Uhud. Ketika Ubay bin Khalaf hendak pergi berperang memerangi kaum Muslimin. Abdurrahman melarangnya, kecuali jika putranya menjamin membayar taruhannya, jika bangsa Romawi menang, maka Abdullah bin Ubay putranya menerima untuk menjaminnya.
Jika melihat berita di atas, maka ada kemungkinannya sebagai berikut Kemungkinan pertama ialah pada tahun 622 Masehi perang antara Romawi dan Persia itu telah berakhir dengan kemenangan Romawi, karena hubungan yang sukar waktu itu, maka berita itu baru sampai ke Mekah setahun kemudian, sehingga Ubay minta jaminan waktu Abu Bakar hijrah, sebaliknya Abdurrahman minta jaminan pula waktu Ubay akan pergi ke peperangan Uhud. Kemungkinan yang kedua ialah peperangan itu berlangsung dari tahun 622-624 Masehi, dan berakhir dengan kemenangan bangsa Romawi.
Dari peristiwa di atas dapat dikemukakan beberapa hal dan pelajaran yang perlu direnungkan dan diamalkan.
Pertama: Ada hubungan antara kemusyrikan dan kekafiran terhadap dakwah dan iman kepada Allah SWT, sebagai sumber agama yang benar di segala tempat dan waktu. Sekalipun negara-negara dahulu belum mempunyai sistem komunikasi yang rapi dan bangsanyapun belum mempunyai hubungan yang kuat seperti sekarang ini, namun antar bangsa-bangsa itu telah mempunyai hubungan batin antara bangsa-bangsa yang menganut agama yang bersumber dari Tuhan di satu pihak dengan bangsa-bangsa yang menganut agama yang tidak bersumber dari Tuhan pada pihak yang lain. Orang-orang musyrik Mekah politheisme menganggap kemenangan bangsa Persia (politheisme) atas bangsa Romawi (Nasrani), sebagai kemenangan mereka juga, sedang kaum Muslimin merasakan kekalahan bangsa Romawi yang beragama Nasrani (samawi) sebagai kekalahan mereka pula, karena mereka masih merasakan agama mereka berasal dari sumber yang satu. Hal ini merupakan suatu faktor yang nyata yang perlu diperhatikan kaum Muslimin dalam menyusun taktik dan strategi dalam berdakwah.
Kedua: Kepercayaan yang mutlak kepada janji dan ketetapan Allah. Hal ini nampak pada ucapan-ucapan Abu Bakar yang penuh keyakinan tanpa ragu-ragu di waktu menetapkan jumlah taruhan dengan Ubay bin Khalaf. Harga unta seratus ekor adalah sangat tinggi waktu itu, kalau tidak karena keyakinan akan kebenaran-kebenaran ayat-ayat Alquran yang ada di dalam hati Abu Bakar, tentulah beliau tidak akan berani mengadakan taruhan sebanyak itu, apalagi jika dibaca sejarah bangsa Romawi, mereka di saat kekalahannya itu dalam keadaan kucar-kacir. Amat sukar diramalkan mereka sanggup mengalahkan bangsa Persia yang dalam keadaan kuat, hanya dalam tiga sampai sembilan tahun mendatang. Keyakinan yang kuat seperti keyakinan Abu Bakar itu merupakan keyakinan kaum Muslimin, yang tidak dapat digoyahkan oleh apapun, sekalipun dalam bentuk siksaan, ujian, penderitaan, pemboikotan dan sebagainya. Hal ini merupakan modal utama bagi kaum Muslimin menghadapi jihad yang memerlukan waktu yang lama di masa yang akan datang. Jika kaum Muslimin mempunyai keyakinan berusaha seperti kaum Muslimin di masa Rasulullah, pasti pula Allah mendatangkan kemenangan kepada mereka.
Ketiga: Urusan sebelum dan sesudah terjadinya suatu peristiwa adalah urusan Allah, tidak seorangpun yang dapat mencampurinya. Allah-lah yang menentukan segalanya sesuai dengan hikmah dan kebijaksanaan-Nya. Hal ini berarti bahwa kaum Muslimin harus mengembalikan segala urusan kepada Allah saja, baik dalam kejadian seperti di atas, maupun pada kejadian dan peristiwa yang merupakan keseimbangan antara situasi dan keadaan. Kemenangan dan kekalahan, kemajuan dan kemunduran suatu bangsa, demikian pula kelemahan dan kekuatannya yang terjadi di bumi ini, semuanya kembali kepada Allah. Dia berbuat menurut kehendak-Nya. Semua yang terjadi bertitik tolak kepada kehendak Zat yang mutlak itu. Jadi berserah diri dan menerima semua yang telah ditentukan Allah adalah sifat yang harus dipunyai oleh seorang mukmin. Hal ini bukanlah berarti bahwa usaha manusia, tidak ada harganya sedikitpun, tetapi usaha manusia merupakan syarat berhasilnya suatu pekerjaan. Dalam suatu hadis diriwayatkan bahwa seorang Arab Badui melepaskan untanya di muka pintu mesjid Rasulullah, kemudian ia masuk ke mesjid, sambil berkata: "Aku bertawakkal kepada Allah, lalu Nabi bersabda:


أعقلها وتوكل
Artinya:
Ikatkanlah unta itu sesudah itu baru engkau bertawakkal.(H.R. Tirmizi dari Anas bin Malik)
Berdasarkan hadis ini, seorang muslim disuruh berusaha sekuat tenaga, kemudian ia berserah diri kepada Allah tentang hasil usahanya itu.
Akhir ayat ini menerangkan bahwa kaum Muslimin bergembira ketika mendengar berita kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia itu. Mereka bergembira itu adalah karena:
1. Mereka telah dapat membuktikan kepada kaum musyrikin Mekah atas kebenaran berita-berita yang ada dalam ayat Alquran.
2. Kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia itu, merupakan kemenangan agama Samawi atas agama ciptaan manusia (agama yang dianut oleh kaum Muslimin termasuk bangsa Romawi).
3. Kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia ini mengisyaratkan kemenangan kaum Muslimin atas orang-orang kafir Mekah dalam waktu yang tidak lama lagi.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Ar Ruum 3

فِي أَدْنَى الْأَرْضِ وَهُمْ مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ (3

(Di negeri yang terdekat) yakni di kawasan Romawi yang paling dekat dengan wilayah kerajaan Persia, yaitu di jazirah Arabia; kedua pasukan yang besar itu bertemu di tempat tersebut, pihak yang mulai menyerang adalah pihak Persia, lalu bangsa Romawi berbalik menyerang (dan mereka) yakni bangsa Romawi (sesudah dikalahkan itu) di sini mashdar dimudhafkan pada isim maf'ul, maksudnya sesudah orang-orang Persia mengalahkan mereka, akhirnya mereka (akan menang) atas orang-orang Persia.
4 dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman,(QS. 30:4)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ar Ruum 2 - 4 

غُلِبَتِ الرُّومُ (2) فِي أَدْنَى الْأَرْضِ وَهُمْ مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ (3) فِي بِضْعِ سِنِينَ لِلَّهِ الْأَمْرُ مِنْ قَبْلُ وَمِنْ بَعْدُ وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ (4

Ayat ini menerangkan bahwa bangsa Romawi telah dikalahkan oleh bangsa Persia di negeri yang dekat dengan kota Mekah, yaitu negeri Syiria. Beberapa tahun kemudian setelah mereka dikalahkan, maka bangsa Romawi akan mengalahkan bangsa Persia sebagai balasan atas kekalahan itu.
Yang dimaksud dengan bangsa Romawi dalam ayat ini ialah Kerajaan Romawi Timur yang berpusat di Konstantinopel, bukan kerajaan Romawi Barat yang berpusat di Roma. Kerajaan Romawi Barat, jauh sebelum peristiwa yang diceritakan dalam ayat ini terjadi, sudah roboh, yaitu pada tahun 476 Masehi. Bangsa Romawi beragama Nasrani (Ahli Kitab), sedang bangsa Persia beragama Majusi (musyrik).
Ayat ini merupakan sebagian dari ayat-ayat yang memberitakan hal-hal yang gaib yang menunjukkan kemukjizatan Alquran. Dalam ayat ini diterangkan sesuatu peristiwa yang terjadi pada bangsa Romawi. Pada saat ketika bangsa Romawi dikalahkan bangsa Persia, maka turunlah ayat ini yang menerangkan bahwa pada saat ini bangsa Romawi dikalahkan, tetapi kekalahan itu tidak akan lama dideritanya. Tidak lama lagi, hanya dalam beberapa tahun saja, orang-orang Persia pasti dikalahkan oleh orang Romawi. Kekalahan bangsa Romawi ini terjadi sebelum Nabi Muhammad saw berhijrah ke Madinah. Mendengar berita kekalahan bangsa Romawi ini orang-orang musyrik Mekah bergembira, sedang orang-orang yang beriman beserta Nabi bersedih hati.
Sebagaimana diketahui bahwa bangsa Persia beragama Majusi, menyembah api, jadi mereka memperserikatkan Tuhan. Orang-orang Mekah juga mempersekutukan Tuhan (musyrik) dengan menyembah berhala. Oleh karena itu mereka merasa agama mereka dekat dengan agama bangsa Persia, karena sama-sama mempersekutukan Tuhan. Kaum Muslimin merasa agama mereka dekat dengan agama Nasrani, karena mereka sama-sama menganut agama Samawi. Karena itu kaum musyrik Mekah bergembira atas kemenangan itu, sebagai kemenangan agama politheisme yang mempercayai "banyak Tuhan", atas agama Samawi yang menganut agama Tauhid. Sebaliknya kaum Muslimin waktu itu bersedih hati karena sikap menentang dari kaum musyrik Mekah semakin bertambah, mereka mencemoohkan kaum Muslimin dengan mengatakan bahwa dalam waktu dekat mereka akan hancur pula, sebagaimana hancurnya bangsa Romawi yang menganut agama Nasrani itu. Kemudian turunlah ayat ini yang menerangkan bahwa bangsa Romawi yang kalah itu, akan mengalahkan bangsa Persia yang baru saja menang itu dalam waktu yang tidak lama, hanya dalam beberapa tahun lagi.
Diriwayatkan bahwa tatkala sampai berita kekalahan bangsa Romawi oleh bangsa Persia itu kepada Rasulullah saw dan para sahabatnya di Mekah, maka merekapun merasa sedih, karena kekalahan itu berarti kekalahan bangsa Romawi yang menganut agama Nasrani yang termasuk agama Samawi dan kemenangan bangsa Persia yang beragama Majusi yang termasuk agama syirik. Orang-orang musyrik Mekah yang dalam keadaan bergembira itu menemui para sahabat Nabi dan berkata: "Sesungguhnya kamu adalah ahli kitab dan orang Nasrani juga ahli kitab, sesungguhnya saudara kami bangsa Persia yang bersama-sama menyembah berhala dengan kami telah mengalahkan saudara kamu itu. Sesungguhnya jika kamu memerangi kami tentu kami akan mengalahkan kamu juga. Maka turunlah ayat. Maka keluarlah Abu Bakar menemui orang-orang musyrik, ia berkata: "Bergembirakah kamu karena kemenangan saudara-saudara kamu atas saudara saudara kami? Janganlah kamu terlalu bergembira, demi Allah bangsa Romawi benar-benar akan mengalahkan bangsa Persia, sebagaimana yang telah dikabarkan oleh Nabi kami". Maka berdirilah Ubay bin Khalaf menghadap Abu Bakar dan ia berkata: "Engkau berdusta". Abu Bakar menjawab: "Engkaulah yang paling berdusta hai musuh Allah. Maukah kamu bertaruh (Bertaruh semacam judi. Waktu Abu Bakar mengajak Ubay bin Khalaf bertaruh itu, judi belum diharamkan, judi diharamkan setelah Rasulullah hijrah ke Madinah) denganku sepuluh ekor unta muda. Jika bangsa Romawi menang dalam waktu tiga tahun yang akan datang, engkau berutang kepadaku sepuluh ekor unta muda, sebaliknya jika bangsa Romawi kalah, maka aku berutang kepadamu sebanyak itu pula". Tantangan bertaruh itu diterima oleh Ubay. Kemudian Abu Bakar menyampaikan hal tersebut kepada Rasulullah saw. Rasulullah saw menjawab : "Tambahlah jumlah taruhan itu dan perpanjanglah waktu menunggu". Maka Abu Bakarpun pergi, lalu bertemu dengan Ubay. Maka Ubay berkata kepadanya: "Barangkali engkau menyesal dengan taruhan itu". Abu Bakar menjawab: "Aku tidak menyesal sedikitpun, marilah kita tambah jumlahnya dan diperpanjang waktunya sehingga menjadi seratus ekor unta muda, dan waktunya sampai sembilan tahun". Ubay menerima tantangan Abu Bakar, sesuai dengan anjuran Rasulullah kepada Abu Bakar. Tatkala Abu Bakar akan hijrah ke Madinah, Ubay minta jaminan atas taruhan itu, seandainya bangsa Romawi dikalahkan nanti. Maka Abdurrahman putra Abu Bakar menjaminnya. Tatkala Ubay akan berangkat ke perang Uhud, Abdurrahman minta jaminan kepadanya, seandainya bangsa Persia dikalahkan nanti, maka Abdullah putra Ubay menjaminnya. Tujuh tahun setelah pertaruhan itu bangsa Romawi mengalahkan bangsa Persia dan Abu Bakar menerima kemenangan taruhannya dari ahli warisnya Ubay karena dia mati dalam peperangan Uhud tersebut. Kemudian beliau pergi menyampaikan hal itu kepada Rasulullah saw". (H.R. Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim dan Baihaqi)
Sejarah mencatat bahwa tahun 622 Masehi, yaitu setelah tujuh atau delapan tahun kekalahan bangsa Romawi dari bangsa Persia itu, mulailah peperangan baru antara kedua bangsa itu untuk kedua kalinya. Pada permulaan terjadinya peperangan itu telah nampak tanda-tamda kemenangan bangsa Romawi. Sekalipun demikian, ketika sampai kepada kaum musyrik Mekah berita peperangan itu, mereka masih mengharapkan kemenangan berada di pihak Persia. Karena itu Ubay bin Khalaf ketika mengetahui hijrahnya Abu Bakar ke Madinah, ia minta agar putra Abu Bakar, yaitu Abdurrahman menjamin taruhan ayahnya, jika Persia pasti menang. Hal ini diterima oleh Abdurrahman.
Pada tahun 624 Masehi, terjadilah perang Uhud. Ketika Ubay bin Khalaf hendak pergi berperang memerangi kaum Muslimin. Abdurrahman melarangnya, kecuali jika putranya menjamin membayar taruhannya, jika bangsa Romawi menang, maka Abdullah bin Ubay putranya menerima untuk menjaminnya.
Jika melihat berita di atas, maka ada kemungkinannya sebagai berikut Kemungkinan pertama ialah pada tahun 622 Masehi perang antara Romawi dan Persia itu telah berakhir dengan kemenangan Romawi, karena hubungan yang sukar waktu itu, maka berita itu baru sampai ke Mekah setahun kemudian, sehingga Ubay minta jaminan waktu Abu Bakar hijrah, sebaliknya Abdurrahman minta jaminan pula waktu Ubay akan pergi ke peperangan Uhud. Kemungkinan yang kedua ialah peperangan itu berlangsung dari tahun 622-624 Masehi, dan berakhir dengan kemenangan bangsa Romawi.
Dari peristiwa di atas dapat dikemukakan beberapa hal dan pelajaran yang perlu direnungkan dan diamalkan.
Pertama: Ada hubungan antara kemusyrikan dan kekafiran terhadap dakwah dan iman kepada Allah SWT, sebagai sumber agama yang benar di segala tempat dan waktu. Sekalipun negara-negara dahulu belum mempunyai sistem komunikasi yang rapi dan bangsanyapun belum mempunyai hubungan yang kuat seperti sekarang ini, namun antar bangsa-bangsa itu telah mempunyai hubungan batin antara bangsa-bangsa yang menganut agama yang bersumber dari Tuhan di satu pihak dengan bangsa-bangsa yang menganut agama yang tidak bersumber dari Tuhan pada pihak yang lain. Orang-orang musyrik Mekah politheisme menganggap kemenangan bangsa Persia (politheisme) atas bangsa Romawi (Nasrani), sebagai kemenangan mereka juga, sedang kaum Muslimin merasakan kekalahan bangsa Romawi yang beragama Nasrani (samawi) sebagai kekalahan mereka pula, karena mereka masih merasakan agama mereka berasal dari sumber yang satu. Hal ini merupakan suatu faktor yang nyata yang perlu diperhatikan kaum Muslimin dalam menyusun taktik dan strategi dalam berdakwah.
Kedua: Kepercayaan yang mutlak kepada janji dan ketetapan Allah. Hal ini nampak pada ucapan-ucapan Abu Bakar yang penuh keyakinan tanpa ragu-ragu di waktu menetapkan jumlah taruhan dengan Ubay bin Khalaf. Harga unta seratus ekor adalah sangat tinggi waktu itu, kalau tidak karena keyakinan akan kebenaran-kebenaran ayat-ayat Alquran yang ada di dalam hati Abu Bakar, tentulah beliau tidak akan berani mengadakan taruhan sebanyak itu, apalagi jika dibaca sejarah bangsa Romawi, mereka di saat kekalahannya itu dalam keadaan kucar-kacir. Amat sukar diramalkan mereka sanggup mengalahkan bangsa Persia yang dalam keadaan kuat, hanya dalam tiga sampai sembilan tahun mendatang. Keyakinan yang kuat seperti keyakinan Abu Bakar itu merupakan keyakinan kaum Muslimin, yang tidak dapat digoyahkan oleh apapun, sekalipun dalam bentuk siksaan, ujian, penderitaan, pemboikotan dan sebagainya. Hal ini merupakan modal utama bagi kaum Muslimin menghadapi jihad yang memerlukan waktu yang lama di masa yang akan datang. Jika kaum Muslimin mempunyai keyakinan berusaha seperti kaum Muslimin di masa Rasulullah, pasti pula Allah mendatangkan kemenangan kepada mereka.
Ketiga: Urusan sebelum dan sesudah terjadinya suatu peristiwa adalah urusan Allah, tidak seorangpun yang dapat mencampurinya. Allah-lah yang menentukan segalanya sesuai dengan hikmah dan kebijaksanaan-Nya. Hal ini berarti bahwa kaum Muslimin harus mengembalikan segala urusan kepada Allah saja, baik dalam kejadian seperti di atas, maupun pada kejadian dan peristiwa yang merupakan keseimbangan antara situasi dan keadaan. Kemenangan dan kekalahan, kemajuan dan kemunduran suatu bangsa, demikian pula kelemahan dan kekuatannya yang terjadi di bumi ini, semuanya kembali kepada Allah. Dia berbuat menurut kehendak-Nya. Semua yang terjadi bertitik tolak kepada kehendak Zat yang mutlak itu. Jadi berserah diri dan menerima semua yang telah ditentukan Allah adalah sifat yang harus dipunyai oleh seorang mukmin. Hal ini bukanlah berarti bahwa usaha manusia, tidak ada harganya sedikitpun, tetapi usaha manusia merupakan syarat berhasilnya suatu pekerjaan. Dalam suatu hadis diriwayatkan bahwa seorang Arab Badui melepaskan untanya di muka pintu mesjid Rasulullah, kemudian ia masuk ke mesjid, sambil berkata: "Aku bertawakkal kepada Allah, lalu Nabi bersabda:


أعقلها وتوكل
Artinya:
Ikatkanlah unta itu sesudah itu baru engkau bertawakkal.(H.R. Tirmizi dari Anas bin Malik)
Berdasarkan hadis ini, seorang muslim disuruh berusaha sekuat tenaga, kemudian ia berserah diri kepada Allah tentang hasil usahanya itu.
Akhir ayat ini menerangkan bahwa kaum Muslimin bergembira ketika mendengar berita kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia itu. Mereka bergembira itu adalah karena:
1. Mereka telah dapat membuktikan kepada kaum musyrikin Mekah atas kebenaran berita-berita yang ada dalam ayat Alquran.
2. Kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia itu, merupakan kemenangan agama Samawi atas agama ciptaan manusia (agama yang dianut oleh kaum Muslimin termasuk bangsa Romawi).
3. Kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia ini mengisyaratkan kemenangan kaum Muslimin atas orang-orang kafir Mekah dalam waktu yang tidak lama lagi.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Ar Ruum 4 

فِي بِضْعِ سِنِينَ لِلَّهِ الْأَمْرُ مِنْ قَبْلُ وَمِنْ بَعْدُ وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ (4

(Dalam beberapa tahun lagi) pengertian lafal bidh'u siniina adalah mulai dari tiga tahun sampai dengan sembilan atau sepuluh tahun. Kedua pasukan itu bertemu kembali pada tahun yang ketujuh sesudah pertempuran yang pertama tadi. Akhirnya dalam pertempuran ini pasukan Romawi berhasil mengalahkan pasukan kerajaan Persia. (Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudahnya) yakni sebelum bangsa Romawi menang dan sesudahnya. Maksudnya, pada permulaannya pasukan Persia dapat mengalahkan pasukan Romawi, kemudian pasukan Romawi menang atas mereka dengan kehendak Allah. (Dan di hari itu) yakni di hari kemenangan bangsa Romawi (bergembiralah orang-orang yang beriman).
5 karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang,(QS. 30:5)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ar Ruum 5 

بِنَصْرِ اللَّهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ (5

Ayat ini menerangkan bahwa Allah SWT menolong dan memenangkan siapa yang dikehendaki-Nya, sesuai dengan Sunah yang telah diciptakan-Nya di alam ini, yaitu mengazab orang-orang yang seharusnya diazab dengan menghancurkannya, menolong orang-orang yang menegakkan agama-Nya, melimpahkan rahmat kepada makhluk-Nya, tidak membiarkan orang yang kuat berlaku sesuka hatinya, sehingga menindas orang yang lemah. Dalam pada itu Allah SWT tidak segera mengazab manusia yang berbuat dosa itu. Dia berfirman:


ولو يؤاخذ الله الناس بما كسبوا ما ترك على ظهرها من دابة ولكن يؤخرهم إلى أجل مسمى
Artinya:
Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu makhluk yang melatapun, akan tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka sampai waktu tertentu. (Q.S. Fatir: 45)
Dalam pada itu kemenangan yang diperoleh bangsa Romawi itu merupakan perwujudan dari kekuasaan Allah dalam alam nyata ini dan merupakan rahmat bagi yang menang, maupun bagi yang kalah. Allah SWT berfirman:


ولولا دفع الله الناس بعضهم ببعض لفسدت الأرض
Artinya:
Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. (Q.S. Al Baqarah: 251)

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Ar Ruum 5 

بِنَصْرِ اللَّهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ (5

(Karena pertolongan Allah) kepada mereka atas pasukan Persia; orang-orang Mukmin merasa gembira mendengar berita ini, dan mereka mengetahui berita ini melalui malaikat Jibril yang turun memberitahukannya ketika mereka sedang dalam perang Badar. Kegembiraan mereka menjadi bertambah setelah mereka mendapat kemenangan atas orang-orang musyrik di dalam perang Badar (Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Maha Perkasa) Maha Menang (lagi Maha Penyayang) kepada orang-orang Mukmin.
6 (sebagai) janji yang sebenar-benarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.(QS. 30:6)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ar Ruum 6 

وَعْدَ اللَّهِ لَا يُخْلِفُ اللَّهُ وَعْدَهُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ (6

Ayat ini menerangkan bahwa Allah SWT telah menjanjikan dan menepati janji-Nya itu dengan memenangkan bangsa Romawi atas bangsa Persia. Allah SWT sekali-kali tidak memungkiri janji-Nya. Janji-Nya itu berasal dari kehendak-Nya dan dari hikmah dan kebijaksanaan-Nya, tidak seorangpun yang dapat merubah dan menghalangi terlaksananya janji-Nya itu dan tidak ada sesuatu kejadianpun dalam alam ini, yang terlaksana di luar kehendak-Nya.
Pelaksanaan janji itu merupakan suatu segi dari Sunah-Nya yang rapi dan tidak pernah berubah sedikitpun, kecuali jika Dia menghendaki, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui hal ini karena mereka tidak memikirkannya. Atau mereka mengetahui kebenaran janji itu, tetapi karena pengaruh hawa nafsu mereka, mereka seakan-akan tidak mempercayainya.
Sesuai pula dengan Sunah-Nya, maka sebelum janji itu terlaksana, harus mengalami proses-proses tertentu, ada pendahuluan dan cara-cara untuk mencapainya. Cara-cara ini diberitahukan oleh Allah kepada manusia. Berbahagialah manusia yang mau mengerti dan memanfaatkannya. Sebagai contoh ialah suatu umat atau pribadi-pribadi tidak akan menang kecuali jika mereka telah mempunyai persiapan-persiapan untuk menang itu. Di antara persiapan itu ada yang berhubungan dengan mental, umpamanya mau mengorbankan harta, jiwa dan segala sesuatu yang diperlukan, serta adanya keyakinan akan kebenaran yang diperjuangkan itu. Di antaranya ada yang berhubungan dengan benda, umpama peralatan yang cukup dan sebagainya. Dalam pada itu jangan dilupakan adanya persatu paduan antara umat atau bangsa itu, dan inilah syarat yang lebih penting.
Demikian pula hukum pribadi, untuk mencapai keberhasilan dalam hidup haruslah berusaha giat, tidak mudah patah hati, sabar serta sanggup mengatasi kesukaran apapun. Demikianlah Sunatullah.
Yang dimaksud dengan perkataan "kebanyakan manusia" dalam kalimat dan "tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui", ialah kaum musyrik dan orang-orang yang sesat yang lain yang tidak percaya kepada Sunatullah itu. Jumlah mereka lebih banyak dari yang mengetahuinya. Mereka tidak mau percaya kepada ayat-ayat Alquran yang diturunkan kepada mereka dan tidak percaya kepada sifat-sifat kesempurnaan dan kekuasaan Allah.
7 Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang tentang kehidupan akhirat adalah lalai.(QS. 30:7)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ar Ruum 7 

يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ (7

Ayat ini merupakan penegasan sifat-sifat orang-orang kafir di atas, yaitu mereka yang tidak mengetahui hukum-hukum alam dengan luasnya dan hubungan yang kuat antara satu hukum dengan hukum yang lain. Mereka hanya memandang persoalan hidup ini secara pragmatis, yakni memandangnya menurut kegunaan dan manfaat yang lahir saja. Mereka mengetahui tentang hidup ini hanyalah yang nampak saja, seperti bercocok tanam, berdagang, bekerja dan yang lain yang berhubungan dengan urusan dunia. Ilmu mereka itupun tidak sampai kepada inti persoalan. Karena itu mereka tertipu dengan ilmunya itu. Mereka hanya memperoleh sinar yang sedikit menerangi secara samar-samar jalan yang mereka tempuh, lalu mereka terjerumus ke jurang kehancuran, seperti si pungguk merindukan cahaya bulan, tetapi ia tidak menyadari bahwa syaraf matanya yang lemah itu tidak akan mampu mencapai maksud itu.
Karena orang yang musyrik, orang-orang sesat dan pendusta itu tidak menghayati dan mengetahui ilmu yang hakiki, maka mereka lalai akan kehidupan akhirat dan kehidupan yang sebenarnya.
Kelalaian mereka akan hari akhirat menyebabkan mereka tidak akan dapat lagi menilai sesuatu dengan benar, baik terhadap kehidupan mereka, maupun terhadap kejadian dan peristiwa yang mereka alami.
Adanya perhitungan kehidupan akhirat di dalam hati manusia, akan merubah pandangan dan penilaiannya terhadap segala sesuatu yang terjadi di dunia ini. Mereka telah yakin bahwa hidup di dunia ini merupakan sebuah perjalanan singkat dari perjalanan hidup yang panjang itu, tetapi perjalanan yang pendek ini sangat menentukan cara kehidupan yang panjang nanti di akhirat. Apakah manusia mau merusak kehidupan yang panjang di akhirat dengan kehidupannya yang pendek di dunia ini.
Karena itu manusia yang percaya kepada adanya kehidupan akhirat dengan perhitungan yang tepat dan kritis sukar mencari titik pertemuan mereka dengan orang yang hanya hidup untuk dunia ini saja. Antara satu dengan yang lain akan terdapat perbedaan dalam menilai sesuatu persoalan. Masing-masing mereka mempunyai pertimbangan-pertimbangan sendiri dan kacamata sendiri pula dalam melihat benda-benda alam, situasi dan peristiwa yang sedang dihadapi, persoalan mati dan hidup, masa lampau dan masa sekarang, alam manusia dan alam binatang, hal yang gaib dan yang nyata, lahir dan batin dan sebagainya.
8 Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya.(QS. 30:8)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ar Ruum 8 

أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا فِي أَنْفُسِهِمْ مَا خَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَجَلٍ مُسَمًّى وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ بِلِقَاءِ رَبِّهِمْ لَكَافِرُونَ (8

Ayat ini ditujukan kepada orang musyrik Mekah, orang-orang kafir dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah. Jika dilihat dari sikap mereka terhadap seruan Nabi saw, kelihatan seakan-akan mereka tidak mau menggunakan akal pikiran mereka, untuk memikirkan segala sesuatu yang mereka lihat, agar mereka percaya kepada yang disampaikan terhadap mereka.
Ayat ini menyuruh agar mereka memperhatikan diri mereka sendiri. Mereka dijadikan dari tanah, kemudian menjadi setetes mani, kemudian menjadi seorang laki-laki atau seorang perempuan. Kemudian mereka mengadakan perkawinan dan berkembang biak, seakan-akan Allah SWT mengatakan kepada mereka: "Cobalah perhatikan dirimu yang paling dekat dengan kamu, sebelum membayangkan pandanganmu kepada yang lain. Allah SWT berfirman pada ayat yang lain:


وفي أنفسكم أفلا تبصرون
Artinya:
Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan?. (Q.S. Az Zariyat: 21)
Jika manusia memperhatikan dirinya sendiri dengan baik dan sadar seperti susunan urat syaraf, pembuluh darah, paru-paru, hati, jiwa dan sebagainya, kemudian dengan susunan yang rapi itu manusia dapat berjalan, berbicara, berpikir dan sebagainya, tentulah mereka sampai kepada kesimpulan bahwa yang menciptakan manusia itu adalah Tuhan yang berhak di sembah, Yang Maha Kuasa dan Maha Tinggi Pengetahuannya.
Allah SWT menegaskan bahwa Dia menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya adalah dengan penuh kebijaksanaan, ada maksud dan tujuannya. Semuanya itu diciptakan atas dasar kebenaran, dengan hukum-hukum yang rapi dan tertentu, tidak bertentangan antara hukum yang satu dengan hukum yang lain. Alam semesta ini tidak dijadikan dengan sia-sia dan cuma-cuma, tidak ada maksud dan tujuannya, tetapi ada maksud dan tujuannya yang seterusnya hanya Dialah Yang Mengetahuinya.
Demikianlah alam diciptakan dan berlangsung untuk waktu yang ditentukan. Setelah waktu yang ditentukan itu akan ada alam akhirat, disana akan disempurnakan keadilan Tuhan kepada makhluk-makhluk-Nya.
Dalam pada itu sebagai sesuatu yang ada di alam ini; ada pula masa permulaan kejadiannya dan ada pula masa berakhirnya. Tiap-tiap sesuatu pasti ada awal waktunya dan pasti pula ada akhir waktunya. Walau permulaan dan akhir segala sesuatu hanya Dia yang menciptakan tidak seorangpun yang sanggup merubahnya, walaupun sesaat, kecuali jika Dia menghendaki-Nya.
Demikianlah Sunatullah pada diri manusia dan alam semesta ini, tetapi kebanyakan manusia tidak mau merenungkannya, sehingga kebanyakan manusia tidak percaya kepada adanya hari akhirat itu.


Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Ar Ruum 8 

أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا فِي أَنْفُسِهِمْ مَا خَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَجَلٍ مُسَمًّى وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ بِلِقَاءِ رَبِّهِمْ لَكَافِرُونَ (8

(Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang diri mereka sendiri?) supaya mereka sadar dari kelalaiannya. (Allah tidak menjadikan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan tujuan yang benar dan waktu yang ditentukan) artinya akan lenyap setelah waktunya habis, sesudah itu tibalah saatnya hari berbangkit. (Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia) yaitu orang-orang kafir Mekah (benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Rabbnya) yakni mereka tidak percaya kepada adanya hari berbangkit sesudah mati.
9 Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang di derita) oleh orang-orang yang sebelum mereka? Orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri.(QS. 30:9)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ar Ruum 9 

أَوَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ كَانُوا أَشَدَّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَأَثَارُوا الْأَرْضَ وَعَمَرُوهَا أَكْثَرَ مِمَّا عَمَرُوهَا وَجَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ (9

Pada ayat ini Allah SWT memberi peringatan kepada orang-orang musyrik dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah. Mereka sebenarnya selalu bepergian melakukan perdagangan dari Mekah ke Syiria dan Arab selatan dan negeri-negeri yang lain yang berada di sekitar Jaziratul Arab. Dalam perjalanan itu orang melalui negeri-negeri yang dihancurkan oleh Allah SWT, karena mendustakan Rasul-rasul yang telah diutus kepada mereka, seperti negeri-negeri kaum 'Ad, Samud, Madyan dan sebagainya. Umat-umat dahulu kala itu telah tinggi tingkat peradabannya, lebih perkasa dan kuat dari kaum musyrikin Quraisy itu. Umat-umat dahulu itu telah sanggup mengolah dan memakmurkan bumi, lebih baik dari yang mereka lakukan. Tetapi umat-umat itu mengingkari dan mendustakan Rasul-rasul yang diutus Allah kepada mereka, karena itu Dia menghancurkan mereka dengan bermacam-macam malapetaka yang ditimpakan kepada mereka seperti sambaran petir, gempa yang dahsyat, angin kencang dan sebagainya. Demikianlah Sunah Allah yang berlaku bagi orang-orang yang mengingkari agama-Nya dan Sunah itu akan berlaku pula bagi setiap orang yang mendustakan para Rasul, termasuk orang-orang Quraisy sendiri yang mengingkari kerasulan Muhammad saw. Sekalipun Allah SWT telah menetapkan yang demikian, namun orang-orang musyrik tidak mengindahkan dan memikirkannya.
Ayat ini merupakan peringatan kepada seluruh manusia di mana dan kapanpun mereka berada, agar mereka mengetahui dan menghayati hakikat hidup dan kehidupan, agar mereka mengetahui tujuan Allah SWT menciptakan manusia. Manusia diciptakan Allah adalah sama tujuannya, sejak dahulu kala sampai saat ini juga pada masa yang akan datang, yaitu sebagai khalifah Allah di bumi dan beribadat kepada-Nya. Barangsiapa yang tujuan hidupnya tidak sesuai dengan yang digariskan Allah, berarti mereka telah menyimpang dari tujuan itu dan hidupnya tidak akan diridai Allah. Karena itu bagi mereka berlaku pula Sunah Allah di atas.
Akhir ayat ini menerangkan bahwa Allah SWT sekali-kali tidak bermaksud menganiaya orang-orang kafir itu dengan menimpakan azab kepada mereka, tetapi mereka sendirilah yang menganiaya diri mereka sendiri, dengan mendustakan Rasul dan mendurhakai Allah.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Ar Ruum 9

أَوَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ كَانُوا أَشَدَّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَأَثَارُوا الْأَرْضَ وَعَمَرُوهَا أَكْثَرَ مِمَّا عَمَرُوهَا وَجَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ (9

(Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat orang-orang yang sebelum mereka?) maksudnya umat-umat sebelum mereka, mereka dibinasakan karena mendustakan rasul-rasulnya. (Orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka sendiri) seperti kaum Ad dan kaum Tsamud (dan telah mengolah bumi) mereka telah mencangkul dan membajaknya untuk lahan pertanian dan perkebunan (serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan) artinya lebih banyak dari apa yang telah dimakmurkan oleh orang-orang kafir Mekah (dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata) hujah-hujah yang jelas. (Maka Allah sekali-kali tidak berlaku lalim kepada mereka) dengan membinasakan mereka tanpa dosa (akan tetapi merekalah yang berlaku lalim kepada diri sendiri) karena mereka mendustakan rasul-rasul mereka.
10 Kemudian, akibat orang-orang yang mengerjakan kejahatan adalah (azab) yang lebih buruk, karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah dan mereka selalu memperolok-oloknya.(QS. 30:10)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ar Ruum 10 

ثُمَّ كَانَ عَاقِبَةَ الَّذِينَ أَسَاءُوا السُّوءَى أَنْ كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَكَانُوا بِهَا يَسْتَهْزِئُونَ (10

Ayat ini menegaskan bahwa azab itu adalah akibat perbuatan kafir dan jahat. Akibat itu akan dialami oleh siapapun, di mana dan kapanpun ia berada. Di dunia mereka mendapat kebinasaan dan di akhirat nanti mereka akan dibenamkan ke dalam neraka Jahanam, sebagai akibat mereka mengingkari seruan para Rasul, mendustakan ayat-ayat Allah dan memperolok-olokkannya.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Ar Ruum 10 

ثُمَّ كَانَ عَاقِبَةَ الَّذِينَ أَسَاءُوا السُّوءَى أَنْ كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَكَانُوا بِهَا يَسْتَهْزِئُونَ (10

(Kemudian akibat orang-orang yang mengerjakan kejahatan adalah azab yang lebih buruk) lafal as-suu-a adalah bentuk muannats dari lafal al-aswa' artinya yang paling buruk, berkedudukan sebagai khabar dari lafal kaana bila lafal 'aqibah dibaca rafa', tapi bila dibaca nashab berarti menjadi isim kaana. Makna yang dimaksud berupa azab neraka Jahanam dan mereka dijelek-jelekkan di dalamnya (disebabkan) (mereka mendustakan ayat-ayat Allah) yakni Alquran (dan mereka selalu memperolok-oloknya) .
11 Allah menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan) nya kembali; kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan.(QS. 30:11)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ar Ruum 11 

اللَّهُ يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (11

Ayat ini menerangkan bahwa Allah SWT menciptakan makhluk sejak dari permulaan, kemudian mematikannya kemudian menghidupkannya kembali, dan yang demikian itu merupakan peristiwa-peristiwa yang tak dapat dibantah kebenarannya. Ayat ini mengemukakan suatu perumpamaan yang mudah ditangkap manusia, dan sekaligus dapat dijadikan bukti adanya hari berbangkit nanti. Perumpamaan ini ialah, jika Allah dapat mengadakan sesuatu dari tidak ada sama sekali menjadi ada, tentu mengulangi penciptaan itu kembali atau membangkitkannya lebih mudah bagi-Nya dari pada menciptakan makhluk itu pada pertama kalinya. Kehidupan di dunia ini dan hari berbangkit adalah dua seri kejadian yang tak dapat dimungkiri kebenarannya. Keduanya saling berhubungan dalam saw seri kejadian. Pada akhirnya pada Allah Tuhan semesta alam, kembali semuanya. Tuhan yang mengadakan kehidupan di dunia, juga mengadakan kehidupan di akhirat itu, gunanya untuk mendidik hamba-hamba-Nya serta memberi ganjaran kepada mereka yang telah berbuat baik dengan ganjaran surga, dan yang berbuat jahat berupa siksaan neraka.
12 Dan pada hari terjadinya kiamat, orang-orang yang berdosa terdiam berputus asa.(QS. 30:12)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ar Ruum 12 - 13 

وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ يُبْلِسُ الْمُجْرِمُونَ (12) وَلَمْ يَكُنْ لَهُمْ مِنْ شُرَكَائِهِمْ شُفَعَاءُ وَكَانُوا بِشُرَكَائِهِمْ كَافِرِينَ (13

Kedua ayat ini merupakan ancaman bagi orang-orang musyrik yang mengingkari hari berbangkit. Mereka tidak mau menerima kebenaran adanya hari berbangkit seperti tersebut di atas. Dengan demikian mereka disebut orang-orang berdosa. Walaupun orang-orang berdosa itu merasa tenteram dengan kehidupan dunia, namun mereka pasti akan mendapatkan balasan di akhirat kelak. Di kala itu mereka tidak akan mendapatkan sesuatu alasan untuk membela nasib mereka itu, oleh karena itu mereka terdiam seribu bahasa.
Selanjutnya orang berdosa itu tak akan mendapat syafaat yang akan melindungi dan menyelamatkan mereka dari azab Allah SWT. Segala sesuatu yang mereka sembah selain Allah telah menyesatkan mereka. Sebelum mereka benar-benar yakin bahwa penyembahan kepada berhala-berhala itu akan mendekatkan diri mereka kepada Allah, seperti diterangkan dalam firman Allah SWT:


ويعبدون من دون الله ما لا يضرهم ولا ينفعهم ويقولون هؤلاء شفعاؤنا عند الله
Artinya:
Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudaratan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah". (Q.S. Yunus: 18)
Dan orang-orang musyrik itu di akhirat mengingkari berhala-berhala yang mereka sembah di dunia, padahal dengan berhala-berhala itulah mereka mempersekutukan Tuhan semesta alam di dunia itu.
13 Dan sekali-kali tidak ada pemberi syafaat bagi mereka dari berhala-berhala mereka dan adalah mereka mengingkari berhala mereka itu(QS. 30:13)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ar Ruum 12 - 13

وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ يُبْلِسُ الْمُجْرِمُونَ (12) وَلَمْ يَكُنْ لَهُمْ مِنْ شُرَكَائِهِمْ شُفَعَاءُ وَكَانُوا بِشُرَكَائِهِمْ كَافِرِينَ (13

Kedua ayat ini merupakan ancaman bagi orang-orang musyrik yang mengingkari hari berbangkit. Mereka tidak mau menerima kebenaran adanya hari berbangkit seperti tersebut di atas. Dengan demikian mereka disebut orang-orang berdosa. Walaupun orang-orang berdosa itu merasa tenteram dengan kehidupan dunia, namun mereka pasti akan mendapatkan balasan di akhirat kelak. Di kala itu mereka tidak akan mendapatkan sesuatu alasan untuk membela nasib mereka itu, oleh karena itu mereka terdiam seribu bahasa.
Selanjutnya orang berdosa itu tak akan mendapat syafaat yang akan melindungi dan menyelamatkan mereka dari azab Allah SWT. Segala sesuatu yang mereka sembah selain Allah telah menyesatkan mereka. Sebelum mereka benar-benar yakin bahwa penyembahan kepada berhala-berhala itu akan mendekatkan diri mereka kepada Allah, seperti diterangkan dalam firman Allah SWT:


ويعبدون من دون الله ما لا يضرهم ولا ينفعهم ويقولون هؤلاء شفعاؤنا عند الله 

Artinya:
Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudaratan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah". (Q.S. Yunus: 18)
Dan orang-orang musyrik itu di akhirat mengingkari berhala-berhala yang mereka sembah di dunia, padahal dengan berhala-berhala itulah mereka mempersekutukan Tuhan semesta alam di dunia itu.
14 Dan pada hari terjadinya kiamat, di hari itu mereka (manusia) bergolong-golongan.(QS. 30:14)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ar Ruum 14 

وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ يَوْمَئِذٍ يَتَفَرَّقُونَ (14

Apabila di dunia ini ada kesetiaan antara kaum musyrik dengan berhala-berhala mereka, kesetiaan pengikut dengan pemimpinnya, dan kesetiaan antara mereka sendiri untuk berkumpul dan berserikat guna menyembah serta mempertahankan berhala-berhala itu, maka di akhirat kelak segala macam perhubungan akan terputus semuanya. Yang disembah tidak akan menoleh kepada yang menyembah. Begitu pula yang menyembah tidak akan melihat kepada kawannya atau berhala yang disembahnya. Pada waktu itu tiap pribadi mengurus dirinya sendiri, seperti firman Allah SWT:


لكل امرئ منهم يومئذ شأن يغنيه
Artinya:
Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkan. (Q.S. Abasa: 37)
Pada hari kiamat kaum Muslimin dan orang-orang kafir berpisah. Mereka mempunyai urusan sendiri-sendiri seperti yang akan diterangkan pada ayat-ayat berikut ini.
15 Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka mereka di dalam taman (syurga) bergembira.(QS. 30:15)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ar Ruum 15 

فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَهُمْ فِي رَوْضَةٍ يُحْبَرُونَ (15

Orang-orang yang beriman dan beramal saleh tidak akan bersedih pada hari kiamat itu. Perpisahan tidak akan merugikan mereka, sebab tiap orang muslim ditemani oleh amal saleh yang senantiasa menghiburnya dan menghilangkan kedahsyatan hari itu dan menenteramkan jiwanya. Orang-orang mukmin pada waktu itu dijamu di tempat yang paling mulia. Mereka berada di surga. Di sana mereka dihibur dengan segala macam hiburan yang telah di sediakan Allah SWT, seperti nyanyian yang belum pernah di dengar manusia.
Dari sebuah hadis Nabi saw diriwayatkan oleh Abu Darda' bahwa Rasulullah pernah menerangkan tentang kesenangan di dalam surga. Kemudian seorang Badwi bertanya: "Hai Rasulullah, apakah dalam surga itu ada nyanyian?".
Rasulullah menjawab: "Betul hai Badwi, sesungguhnya di surga itu ada sungai yang penuh dengan perawan. Mereka bernyanyi yang belum pernah didengar oleh para makhluk di dunia. Dan hal itu adalah sebaik-baik nikmat surga".
Zamakhsyari juga meriwayatkan bahwa di dalam surga itu ada pohon-pohon kayu di atasnya, dan ada lonceng-lonceng terbikin dari perak. Apabila penduduk surga ingin mendengarkan nyanyiannya maka Allah mengutus angin dari bawah singgasana, lalu angin itu melewati pehon itu dan menggerakkan lonceng-loncengnya dengan demikian suara merdu terdengar, kalau suara itu didengar oleh penduduk dunia tentu mereka akan mati karena kegembiraan, disebabkan oleh bunyi-bunyian itu.
16 Adapun orang-orang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami (Al quran) serta (mendustakan) menemui hari akhirat, maka mereka tetap berada dalam siksaan (neraka).(QS. 30:16)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ar Ruum 16 

وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَلِقَاءِ الْآخِرَةِ فَأُولَئِكَ فِي الْعَذَابِ مُحْضَرُونَ (16

Golongan yang lain ialah golongan yang bersedih dan berduka cita. Merekalah yang mengingkari Tuhan dan mendustakan bukti-bukti kebenaran adanya Allah. Mereka tak percaya dengan hari berbangkit, hari perhitungan dan hari pembalasan. Karena itu mereka tak mempersiapkan sesuatu bagi hari itu. Maka bagi mereka tak lain dari pada neraka Jahanam.
Pada hari itu mereka ingin lari dari azab neraka. Tetapi sayang mereka tak dapat menghindari dan melarikan diri dan azab neraka itu. Tiap-tiap mereka hendak keluar dari neraka itu mereka didorong dan digiring masuk ke dalamnya dengan kekuatan yang luar biasa yang tak dapat mereka lawan.
17 Maka bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di petang hari dan waktu kamu berada di waktu subuh,(QS. 30:17)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ar Ruum 17 - 18 

فَسُبْحَانَ اللَّهِ حِينَ تُمْسُونَ وَحِينَ تُصْبِحُونَ (17) وَلَهُ الْحَمْدُ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَعَشِيًّا وَحِينَ تُظْهِرُونَ (18

Dalam kedua ayat ini Allah memberi petunjuk kepada kaum mukmin untuk melepaskan mereka dari azab neraka dan memasukkau mereka ke dalam surga, yaitu dengan mensucikan-Nya dari segala sifat yang tidak layak. bagi-Nya, memuji dan memuja-Nya serta menyebut nama-Nya dengan segala sifat-sifat yang baik dan terpuji. Seakan-akan Allah SWT berkata: Jika kamu telah mengetahui dengan pasti nasib kedua golongan itu, maka sucikanlah Dia di waktu malam dan siang, di waktu petang dan pagi. Puji dan sucikanlah Tuhanmu dalam setiap waktu itu dengan hal-hal yang sesuai bagi-Nya.
Ibnu Abbas berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tasbih (mensucikan Tuhan) di sini, ialah salat lima waktu diwajibkan kepada kaum Muslimin. Lalu orang bertanya: "Dan lafaz apakah dipahamkan salat yang lima waktu itu?. Jawabnya ialah perkataan: "Maka bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di malam hari, maksudnya ialah salat Magrib dan Isyak". Perkataan: "dan di waktu kamu berada di waktu Subuh", maksudnya salat subuh. Perkataan: "dan di waktu kamu berada pada petang hari", maksudnya ialah salat Asar. Dan perkataan: "dan di waktu kamu berada di waktu Zuhur". yaitu salat Zuhur.
Tetapi Pahhak, Said bin Jabir, Ibnu Abbas dan Qatadah berpendapat bahwa kedua ayat tersebut di atas hanya merupakan isyarat akan empat salat yaitu salat mahrib, subuh. asar dan zuhur. Sedangkan salat isya' (yang terakhir) tersebut pada ayat yang lain, Allah berfirman:


وزلفا من الليل
Artinya:
Dan pada bagian permulaan dari pada malam. (Q.S. Hud: 114)
Dan waktu mendirikan salat Isya' ini juga terdapat dalam ayat lain, yang menyebutkan waktu-waktu terlarang (waktu-waktu salat), Allah SWT berfirman:


ومن بعد صلاة العشاء
Artinya:
Dan sesudah salat Isya. (Q.S. An Nur: 58)
An-Nahhas seorang ahli tafsir juga berpendapat bahwa ayat-ayat tersebut di atas berkenaan dengan salat-salat yang lima. Beliau menunjang pendapat Ali bin Sulaiman yang berkata bahwa ayat itu ialah bertasbih kepada Allah SWT dalam salat, sebab tasbih itu ada dalam salat-salat tersebut.
Marudi juga berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tasbih ialah salat. Adapun mengenai penamaan salat dengan tasbih berasal dari dua segi. Pertama karena dalam salat disebutkan tasbih itu berasal dari kata "sabhah" yang berarti salat.
Nabi bersabda: 

تكون لهم سبحة يوم القيامة
Artinya:
\ Bagi mereka ada salat pada hari kiamat. (Tafsir Qurtubi Jilid 14 hal. 15)
Iman Razi berpendapat bahwa tasbih itu berarti "penyucian". Arti yang diberikan beliau ini adalah lebih kuat dan lebih utama, sebab dalam penyucian itu termasuk salat. Penyucian yang disuruh ialah:
1. Pensucian hati, yaitu iktikad yang teguh.
2. Penyucian lidah beserta hati, yaitu mengatakan yang baik-baik.
3. Penyucian anggota tubuh beserta hati dan lidah , yaitu mengerjakan yang baik-baik (amal saleh).
Penyucian pertama di atas ialah pokok, sedang yang kedua adalah hasil yang pertama, dan ketiga adalah hasil dari yang kedua. Sebab seorang manusia mempunyai iktikad yang baik yang timbul dari hatinya, hal itu tercermin dari tutur yang baik yang timbul dari hatinya, hal itu tercermin dari tutur katanya. Apabila dia berkata maka kebenaran perkataannya itu akan jelas dalam tingkah laku dan segala perbuatannya. Lidah adalah terjemahan dari hati. dan perbuatan anggota tubuh terjemahan pula dari hati, dan perbuatan anggota tubuh merupakan terjemahan pula dari apa yang telah dikatakan lisan. Tetapi salat adalah perbuatan anggota tubuh yang paling baik, termasuk dalamnya menyebut Tuhan dengan lisan, dan niat dengan hati, dan itulah pembersihan yang sebetulnya. Apabila Tuhan berkata agar Dia disucikan (atau dibersihkan) maka wajib bagi kaum Muslimin untuk melaksanakan segala yang dianggap pantas untuk membersihkannya.
Suruhan menyucikan Allah SWT itu tak lain dari pada suruhan melaksanakan salat.
Pendapat ini sesuai dengan tafsir ayat 15 di atas. Sebab Allah SWT menerangkan bahwa kedudukan yang tinggi dan pahala yang paling sempurna akan diperoleh orang-orang yang beriman dan beramal saleh.
Allah SWT berfirman:


فأما الذين آمنوا وعملوا الصالحات فهم في روضة يحبرون
Artinya:
Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka mereka di dalam taman (surga) bergembira. (Q.S. Ar Rum: 15)
Dalam ayat ini Allah SWT berkata: Apabila telah diketahui bahwa surga itu suatu temapt bagi orang-orang yang beramal saleh, maka sucikanlah Tuhan itu dengan iman yang baik dalam hati dan Esakanlah Dia dengan lisan dan beramal salehlah dengan mempergunakan anggota tubuh. Semuanya itu merupakan penyucian dan pemujian. Bertasbihlah kepada Allah SWT agar kegembiraan di surga dan kesenangan yang dicita-citakan itu dapat tercapai.
Ayat "Dan bagi-Nya lah segala puji di langit dan di bumi", adalah kalimat sisipan. Sedangkan sambungan ayat ini merupakan kalanjutan ayat 17 tersebut di atas. Kalimat sisipan itu terletak di antara suruhan agar manusia bertasbih kepada Allah SWT pada waktu-waktu yang ditentukan itu adalah sebagai penegasan bagi manusia bahwa mereka bukan satu-satunya makhluk yang bertasbih kepada Allah, tetapi semua makhluk yang ada di langit dan di bumi juga bertasbih dengan memuji-Nya.
Hal ini jelas kelihatan dari ayat berikut ini:


وإن من شيء إلا يسبح بحمده ولكن لا تفقهون تسبيحهم
Artinya:
Dan tak ada sesuatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. (Q.S. Al Isra': 44)
Lagi pula dengan adanya kalimat sisipan seakan-akan Tuhan berkata kepada manusia: "Terangkanlah kepada mereka bahwa tasbih mereka itu kepada Allah adalah untuk kemanfaatan mereka seadiri, bukan untuk Allah kemanfaatannya. Karena itu wajiblah atas mereka memuji Allah SWT di kala mereka bertasbih kepada-Nya". Hat ini telah difirmankan Allah seperti tersebut dalam ayat berikut ini:


يمنون عليك أن أسلموا قل لا تمنوا عليّ إسلامكم بل الله يمن عليكم أن هداكم للإيمان
Artinya:
Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: "Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan". (Q.S. Al Hujurat: 17)
Para ahli tafsir ada yang berpendapat bahwa maksud kalimat "Bagi-Nya segala puji "lahul hamd" ialah salat bagi-Nya Allah SWT. Dan ada pula yang berpendapat bahwa pujian-pujian bagi Allah itu adalah satu cara untuk meng Agungkan Allah SWT dan mendorong manusia untuk beribadat kepada-Nya, karena abadinya nikmat-Nya kepada manusia.
Dalam kedua ayat ini, diutamakan menyebut waktu-waktu yang demikian ialah karena timbul tanda-tanda kekuasaan, keagungan dan rahmat Allah pada waktu-waktu tersebut itu. Kemudian malam didahulukan menyebutnya dari pagi, karena menurut kalender Qamariah, malam dan kegelapan itu lebih dahulu dari pagi. Permulaan tanggal itu dimulai setelah terbenam matahari. Demikian pula halnya berkenaan dengan petang dan zuhur, yakni petang lebih dahulu terjadinya dari zuhur menurut kalender Qamariyah itu.
Selanjutnya soal kebaikan dalam ayat-ayat tersebut di atas, ada beberapa hadis yang mengatakan tentang kelebihan yang terkandung dalam kedua ayat tersebut.
Pertama ialah:


قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ألا أخبركم لِمَ سَمَّى الله تعالى إبراهيم خليله وفيٌّ لأنه يقول كلما أصبح وأمسى فسبحان الله حين تمسون وحين تصبحون وله الحمد في السموات والأرض وعشيا وحين تظهرون.
Artinya:
Rasulullah saw telah bersabda. "Inginkah kamu aku beritakan kepadamu: "Kenapa Allah SWT menamakan Ibrahim as sebagai Khalil-Nya (teman-NYa) yang setia?. Ialah karena ia membaca di waktu pagi dan petang, bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di petang hari di waktu subuh. Dan bagi-Nyalah segala puji di langit dan di bumi dan di waktu kamu berada pada petang hari dan di waktu kamu berada di waktu Zuhur". (H.R. Imam Ahmad dan Ibnu Jarir)
Seterusnya Nabi bersabda:


من قال حين يصبح: سبحان الله حين تمسون وحين تصبحون إلى قوله تعالى: وكذلك تخرجون. أدرك ما فاته في يومه. ومن قال حين يمسي أدرك ما فاته من ليلته.
Artinya:
Siapa yang mengatakan di waktu pagi: 

سبحان الله
hingga firman Tuhan 

وكذلك تخرجون
maka dia akan mendapatkan pahala dari apa yang tidak dapat dikerjakannya pada siang hari itu. Dan siapa yang mengatakan di waktu petang, maka ia akan mendapatkan pahala dari yang tidak dapat dikerjakan di waktu malamnya. (H.R. Abu Daud dan Tabrani)
Dari kedua hadis tersebut di atas dapat diambil kesimpulan betapa pentingnya ayat-ayat 17 -18 di atas untuk dicamkan dan diamalkan oleh kaum Muslimin.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Ar Ruum 17 

فَسُبْحَانَ اللَّهِ حِينَ تُمْسُونَ وَحِينَ تُصْبِحُونَ (17

(Maka bertasbihlah kepada Allah) maksudnya salatlah kalian (di waktu kalian berada di petang hari) di kala kalian memasuki petang hari; di dalam waktu ini terdapat dua salat, yaitu salat Magrib dan salat Isyak (dan di waktu kalian berada di waktu subuh) sewaktu kalian memasuki pagi hari di dalam waktu ini terdapat salat subuh.
18 dan bagi-Nyalah segala puji di langit dan di bumi dan di waktu kamu berada pada petang hari dan di waktu kamu berada di waktu zuhur.(QS. 30:18)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ar Ruum 17 - 18 

فَسُبْحَانَ اللَّهِ حِينَ تُمْسُونَ وَحِينَ تُصْبِحُونَ (17) وَلَهُ الْحَمْدُ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَعَشِيًّا وَحِينَ تُظْهِرُونَ (18

Dalam kedua ayat ini Allah memberi petunjuk kepada kaum mukmin untuk melepaskan mereka dari azab neraka dan memasukkau mereka ke dalam surga, yaitu dengan mensucikan-Nya dari segala sifat yang tidak layak. bagi-Nya, memuji dan memuja-Nya serta menyebut nama-Nya dengan segala sifat-sifat yang baik dan terpuji. Seakan-akan Allah SWT berkata: Jika kamu telah mengetahui dengan pasti nasib kedua golongan itu, maka sucikanlah Dia di waktu malam dan siang, di waktu petang dan pagi. Puji dan sucikanlah Tuhanmu dalam setiap waktu itu dengan hal-hal yang sesuai bagi-Nya.
Ibnu Abbas berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tasbih (mensucikan Tuhan) di sini, ialah salat lima waktu diwajibkan kepada kaum Muslimin. Lalu orang bertanya: "Dan lafaz apakah dipahamkan salat yang lima waktu itu?. Jawabnya ialah perkataan: "Maka bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di malam hari, maksudnya ialah salat Magrib dan Isyak". Perkataan: "dan di waktu kamu berada di waktu Subuh", maksudnya salat subuh. Perkataan: "dan di waktu kamu berada pada petang hari", maksudnya ialah salat Asar. Dan perkataan: "dan di waktu kamu berada di waktu Zuhur". yaitu salat Zuhur.
Tetapi Pahhak, Said bin Jabir, Ibnu Abbas dan Qatadah berpendapat bahwa kedua ayat tersebut di atas hanya merupakan isyarat akan empat salat yaitu salat mahrib, subuh. asar dan zuhur. Sedangkan salat isya' (yang terakhir) tersebut pada ayat yang lain, Allah berfirman:


وزلفا من الليل
Artinya:
Dan pada bagian permulaan dari pada malam. (Q.S. Hud: 114)
Dan waktu mendirikan salat Isya' ini juga terdapat dalam ayat lain, yang menyebutkan waktu-waktu terlarang (waktu-waktu salat), Allah SWT berfirman:


ومن بعد صلاة العشاء
Artinya:
Dan sesudah salat Isya. (Q.S. An Nur: 58)
An-Nahhas seorang ahli tafsir juga berpendapat bahwa ayat-ayat tersebut di atas berkenaan dengan salat-salat yang lima. Beliau menunjang pendapat Ali bin Sulaiman yang berkata bahwa ayat itu ialah bertasbih kepada Allah SWT dalam salat, sebab tasbih itu ada dalam salat-salat tersebut.
Marudi juga berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tasbih ialah salat. Adapun mengenai penamaan salat dengan tasbih berasal dari dua segi. Pertama karena dalam salat disebutkan tasbih itu berasal dari kata "sabhah" yang berarti salat.
Nabi bersabda: 

تكون لهم سبحة يوم القيامة
Artinya:
\ Bagi mereka ada salat pada hari kiamat. (Tafsir Qurtubi Jilid 14 hal. 15)
Iman Razi berpendapat bahwa tasbih itu berarti "penyucian". Arti yang diberikan beliau ini adalah lebih kuat dan lebih utama, sebab dalam penyucian itu termasuk salat. Penyucian yang disuruh ialah:
1. Pensucian hati, yaitu iktikad yang teguh.
2. Penyucian lidah beserta hati, yaitu mengatakan yang baik-baik.
3. Penyucian anggota tubuh beserta hati dan lidah , yaitu mengerjakan yang baik-baik (amal saleh).
Penyucian pertama di atas ialah pokok, sedang yang kedua adalah hasil yang pertama, dan ketiga adalah hasil dari yang kedua. Sebab seorang manusia mempunyai iktikad yang baik yang timbul dari hatinya, hal itu tercermin dari tutur yang baik yang timbul dari hatinya, hal itu tercermin dari tutur katanya. Apabila dia berkata maka kebenaran perkataannya itu akan jelas dalam tingkah laku dan segala perbuatannya. Lidah adalah terjemahan dari hati. dan perbuatan anggota tubuh terjemahan pula dari hati, dan perbuatan anggota tubuh merupakan terjemahan pula dari apa yang telah dikatakan lisan. Tetapi salat adalah perbuatan anggota tubuh yang paling baik, termasuk dalamnya menyebut Tuhan dengan lisan, dan niat dengan hati, dan itulah pembersihan yang sebetulnya. Apabila Tuhan berkata agar Dia disucikan (atau dibersihkan) maka wajib bagi kaum Muslimin untuk melaksanakan segala yang dianggap pantas untuk membersihkannya.
Suruhan menyucikan Allah SWT itu tak lain dari pada suruhan melaksanakan salat.
Pendapat ini sesuai dengan tafsir ayat 15 di atas. Sebab Allah SWT menerangkan bahwa kedudukan yang tinggi dan pahala yang paling sempurna akan diperoleh orang-orang yang beriman dan beramal saleh.
Allah SWT berfirman:


فأما الذين آمنوا وعملوا الصالحات فهم في روضة يحبرون
Artinya:
Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka mereka di dalam taman (surga) bergembira. (Q.S. Ar Rum: 15)
Dalam ayat ini Allah SWT berkata: Apabila telah diketahui bahwa surga itu suatu temapt bagi orang-orang yang beramal saleh, maka sucikanlah Tuhan itu dengan iman yang baik dalam hati dan Esakanlah Dia dengan lisan dan beramal salehlah dengan mempergunakan anggota tubuh. Semuanya itu merupakan penyucian dan pemujian. Bertasbihlah kepada Allah SWT agar kegembiraan di surga dan kesenangan yang dicita-citakan itu dapat tercapai.
Ayat "Dan bagi-Nya lah segala puji di langit dan di bumi", adalah kalimat sisipan. Sedangkan sambungan ayat ini merupakan kalanjutan ayat 17 tersebut di atas. Kalimat sisipan itu terletak di antara suruhan agar manusia bertasbih kepada Allah SWT pada waktu-waktu yang ditentukan itu adalah sebagai penegasan bagi manusia bahwa mereka bukan satu-satunya makhluk yang bertasbih kepada Allah, tetapi semua makhluk yang ada di langit dan di bumi juga bertasbih dengan memuji-Nya.
Hal ini jelas kelihatan dari ayat berikut ini:


وإن من شيء إلا يسبح بحمده ولكن لا تفقهون تسبيحهم
Artinya:
Dan tak ada sesuatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. (Q.S. Al Isra': 44)
Lagi pula dengan adanya kalimat sisipan seakan-akan Tuhan berkata kepada manusia: "Terangkanlah kepada mereka bahwa tasbih mereka itu kepada Allah adalah untuk kemanfaatan mereka seadiri, bukan untuk Allah kemanfaatannya. Karena itu wajiblah atas mereka memuji Allah SWT di kala mereka bertasbih kepada-Nya". Hat ini telah difirmankan Allah seperti tersebut dalam ayat berikut ini:


يمنون عليك أن أسلموا قل لا تمنوا عليّ إسلامكم بل الله يمن عليكم أن هداكم للإيمان
Artinya:
Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: "Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan". (Q.S. Al Hujurat: 17)
Para ahli tafsir ada yang berpendapat bahwa maksud kalimat "Bagi-Nya segala puji "lahul hamd" ialah salat bagi-Nya Allah SWT. Dan ada pula yang berpendapat bahwa pujian-pujian bagi Allah itu adalah satu cara untuk meng Agungkan Allah SWT dan mendorong manusia untuk beribadat kepada-Nya, karena abadinya nikmat-Nya kepada manusia.
Dalam kedua ayat ini, diutamakan menyebut waktu-waktu yang demikian ialah karena timbul tanda-tanda kekuasaan, keagungan dan rahmat Allah pada waktu-waktu tersebut itu. Kemudian malam didahulukan menyebutnya dari pagi, karena menurut kalender Qamariah, malam dan kegelapan itu lebih dahulu dari pagi. Permulaan tanggal itu dimulai setelah terbenam matahari. Demikian pula halnya berkenaan dengan petang dan zuhur, yakni petang lebih dahulu terjadinya dari zuhur menurut kalender Qamariyah itu.
Selanjutnya soal kebaikan dalam ayat-ayat tersebut di atas, ada beberapa hadis yang mengatakan tentang kelebihan yang terkandung dalam kedua ayat tersebut.
Pertama ialah:


قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ألا أخبركم لِمَ سَمَّى الله تعالى إبراهيم خليله وفيٌّ لأنه يقول كلما أصبح وأمسى فسبحان الله حين تمسون وحين تصبحون وله الحمد في السموات والأرض وعشيا وحين تظهرون.
Artinya:
Rasulullah saw telah bersabda. "Inginkah kamu aku beritakan kepadamu: "Kenapa Allah SWT menamakan Ibrahim as sebagai Khalil-Nya (teman-NYa) yang setia?. Ialah karena ia membaca di waktu pagi dan petang, bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di petang hari di waktu subuh. Dan bagi-Nyalah segala puji di langit dan di bumi dan di waktu kamu berada pada petang hari dan di waktu kamu berada di waktu Zuhur". (H.R. Imam Ahmad dan Ibnu Jarir)
Seterusnya Nabi bersabda:


من قال حين يصبح: سبحان الله حين تمسون وحين تصبحون إلى قوله تعالى: وكذلك تخرجون. أدرك ما فاته في يومه. ومن قال حين يمسي أدرك ما فاته من ليلته.
Artinya:
Siapa yang mengatakan di waktu pagi: 

سبحان الله
hingga firman Tuhan 

وكذلك تخرجون
maka dia akan mendapatkan pahala dari apa yang tidak dapat dikerjakannya pada siang hari itu. Dan siapa yang mengatakan di waktu petang, maka ia akan mendapatkan pahala dari yang tidak dapat dikerjakan di waktu malamnya. (H.R. Abu Daud dan Tabrani)
Dari kedua hadis tersebut di atas dapat diambil kesimpulan betapa pentingnya ayat-ayat 17 -18 di atas untuk dicamkan dan diamalkan oleh kaum Muslimin.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Ar Ruum 18 

وَلَهُ الْحَمْدُ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَعَشِيًّا وَحِينَ تُظْهِرُونَ (18

(Dan bagi-Nyalah segala puji di langit dan di bumi) kalimat ayat ini merupakan jumlah i'tiradh, maksudnya Dia dipuji oleh penduduk langit dan bumi (dan di waktu kalian berada pada petang hari) diathafkan kepada lafal hiina yang ada pada ayat sebelumnya; di dalam waktu ini terdapat salat Isyak (dan sewaktu kalian berada di waktu Zuhur) yakni di waktu kalian memasuki tengah hari, yang pada waktu itu terdapat salat Zuhur.
19 Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan menghidupkan bumi sesudah matinya. Dan seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari kubur).(QS. 30:19)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ar Ruum 19 

يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَيُحْيِي الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَكَذَلِكَ تُخْرَجُونَ (19

Ayat ini merupakan pemandangan umum yang menyingkapkan sebagian kekuasaan Allah SWT, yang menyeru hamba-hamba-Nya agar bertasbih dan beribadat kepada-Nya. Orang yang bertasbih kepada Allah hanya sekadar bertasbih dan menyembah-Nya tanpa mengetahui hak-hak dan kekuasaan serta kebesaran Allah SWT dalam beribadah itu, maka tasbih dan ibadahnya itu tidak akan ada manfaatnya. Dia tidak akan menjumpai Tuhan dengan tasbih dan ibadat yang seperti itu, suatu perjumpaan yang akan melapangkan dada, membukakan hati dan menjernihkan jiwa, Ibadat yang disuruh ialah ibadat yang berbekas dalam jiwa manusia.
Oleh karena itu maka ayat ini menyuruh kita memperhatikan keadaan alam ini. Di dalamnya terdapat tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah SWT. Pada apa yang dilihat manusia pada kehidupan ini, dapat diperhatikan bahwa kehidupan ini berasal dari benda mati, dan benda mati itu berasal dari kehidupan. Hal ini dapat diperhatikan pada telur dan ayam. Telur adalah benda mati, tapi ia dapat mengeluarkan ayam yang hidup. Begitu pulalah ayam adalah benda hidup, tetapi dia dapat mengeluarkan telur yang merupakan benda mati. Atau pada diri manusia dapat dilihat dua kejadian itu. Manusia adalah makhluk yang mengeluarkan mani (sperma) sebagai benda mati (menurut kepercayaan Arab di waktu itu). Sebaliknya mani itu dapat menjadi manusia bila dia berjumpa dengan telur wanita di dalam rahim.
Mujahid seorang ahli tafsir mengartikan "keluarnya yang hidup dari yang mati" dan "yang mati dari yang hidup" dengan mukmin dan kafir. Anak orang mukmin ada yang menjadi kafir, sebaliknya anak orang kafir ada yang menjadi mukmin, Ada pula yang menafsirkan bahwa kehidupan ini diakhiri dengan kematian dan kematian itu disudahi dengan kehidupan kembali di akhirat.
Karena kedua hal itu, yakni mati dan hidup suatu keadaan yang rutin di dalam kehidupan di dunia ini, maka tidaklah mustahil bagi Allah untuk membangkitkan manusia dari kuburnya di hari kiamat kelak. Hal ini harus diperhatikan oleh manusia. Sebagai contoh lain yang lebih dekat bagi manusia ialah keadaan tanah yang sudah tandus dan gersang. Tanah ini biasa menumbuhkan tanam-tanaman, andaikata Allah menurunkan hujan dari langit.
Setelah memperhatikan contoh-contoh di atas, maka apakah kekuasaan Allah yang tidak terhatas itu kelak tidak-sanggup untuk menghidupkan manusia kembali dari dalam tanah, di mana tulang-belulangnya telah hancur berserakan, dan dagingnya telah bersatu dengan tanah?. Tentu saja sanggup. Oleh karena itu, bila sangkakala ditiup malaikat, manusia akan bangkit semuanya kembali di padang Mahsyar menghadap Tuhan.
Allah berfirman:


والله أنبتكم من الأرض نباتا ثم يعيدكم فيها ويخرجكم إخراجا
Artinya:
Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya. Kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu (dari padanya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya. (Q.S. Nuh: 17-18)
Kenapa manusia mengingkari hari berbangkit itu?. Kenapa mereka memperdebatkannya?. Sebetulnya kekuasaan Allah tak perlu dan tak dapat diingkari. Siapa yang berakal tidak akan dapat mengingkari kekuasaan itu. Tetapi dia lari dari tanggung jawab. Manusia tak mau bertanggung jawab, untuk menghadapi perhitungan di hari kiamat. Dia ingin melepaskan jiwanya dari perasaan keimanan dengan hatinya, sesuai dengan nasibnya di dunia ini. Dia tidak mempersiapkan sesuatupun untuk akhirat. Demikianlah manusia ditipu oleh jiwa dan hawa nafsunya. Dia memperkenankan panggilan yang sebenarnya, kecuali apa yang sesuai dengan nafsunya itu.
20 Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak.(QS. 30:20)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN,KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ar Ruum 20 

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ إِذَا أَنْتُمْ بَشَرٌ تَنْتَشِرُونَ (20

Ayat ini menerangkan adanya tanda-tanda kebesaran Ilahi pada diri manusia itu sendiri. Manusia itu terjadi dari tanah, sedangkan tanah itu mati tak bergerak. Sehubungan dengan kejadian manusia dari tanah itu Rasulullah saw telah bersabda seperti berikut:


إن الله خلق آدم من قبضة قبضها من جميع الأرض, فجاء بنو آدم على قدر الأرض جاء منهم الأبيض والأحمر والأسود وبين ذلك والخبيث والطيب والسهل والحزن وبين ذلك.
Artinya:
Sesungguhnya Allah telah menjadikan Adam dari segumpal tanah yang diambil-Nya dari segala macam tanah. Kemudian datanglah anak-anak Adam menurul tanah asal mereka. Mereka ada yang putih, merah, hitam dan sebagainya; ada pula yang jelek, baik, sederhana, bersedih dan sebagainya. (H.R. abu Daud dan Tirmizi)
Mengenai asal kejadian manusia itu banyak diterangkan Alquran. Dalam surat Al Mu'minun umpamanya Allah SWT berfirman:


ولقد خلقنا الإنسان من سلالة من طين
Artinya:
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. (Q.S. Al Mu'minun: 12)
Dalam surat Al Mu'minun ini Allah menerangkan kejadian manusia itu berasal dari saripati tanah. Ini adalah suatu kejadian yang tak langsung dari manusia. Tetapi dalam ayat 20 ini disebutkan asal kejadian itu langsung dari tanah dan segera diikuti dengan gambaran manusia yang bergerak dan bertebaran. Hal ini untuk dibandingkan dengan proses dan arti antara tanah mati yang tak bergerak dengan manusia hidup yang bergerak, yaitu sesuai dengan firman Allah SWT dalam ayat sebelumnya: "Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup".
Hal itu adalah suatu kejadian yang luar biasa dan sebagai tanda kekuasaan Allah SWT. Hal itu juga mengisyaratkan adanya hubungan yang kuat antara manusia dan bumi ini tempat hidup mereka, dan tempat bertemu dengan asal kejadian itu. Manusia dan bumi dalam jagat raya ini tunduk pada hukum-hukum Tuhan yang berlaku padanya.
Proses perpindahan dari bentuk tanah tak bergerak dan tak berarti kepada bentuk manusia yang bergerak dan mulia, ialah suatu perpindahan yang membangkitkan pada ciptaan Allah, menggerakkan perasaan untuk mengucapkan syukur dan tasbih kepada-Nya, dan menggerakkan hati untuk mengagungkan Pencipta Yang Maha Mulia itu.
Alquran menetapkan kenyataan itu, agar manusia mengingat ciptaan Allah itu, dan memikirkan proses perpindahan dari tanah menjadi manusia dalam kejadian itu. Alquran tak memperinci proses pertumbuhan dan perkembangan manusia dari tanah sampai menjadi manusia, karena hal itu tidak perlu dalam tujuan yang lebih besar yang ada dalam Alquran. Adapun ilmu pengetahuan, mereka telah mencoba menetapkan teori-teori sebagai jenjang tertentu bagi pertumbuhannya, untuk menghubungkan mata-mata rantai proses kejadian manusia itu. Teori-teori itu adakalanya salah dan adakalanya benar. Dan kaum Muslimin tak mencampur adukkan kebenaran yang pasti itu, yang telah ditetapkan Alquran, yaitu bahwa manusia berasal dari tanah, dengan teori-teori ilmiah yang timbul dalam rangka menyelidiki proses kejadian manusia. Teori-teori itu mungkin benar dan mungkin pula salah, dan apa yang benar sekarang mungkin dibatalkan hari esok, sesuai dengan kemajuan teknologi modern untuk menyelidiki sesuatu masalah. Tetapi ada persimpangan jalan antara pandangan Alquran terhadap manusia dan pandangan teori-teori ilmiah tersebut. Alquran memuliakan manusia dan menetapkan bahwa padanya ada hembusan roh ciptaan Allah. Tuhan menciptakannya dari tanah menjadi manusia, dan memberikan kepada mereka keistimewaan-keistimewaan yang membedakan mereka dengan binatang. Pandangan yang seperti ini tak ada sama sekali dalam teori-teori ilmiah, yang berdasarkan materi semata-mata, dan tak ada hubungannya dengan Allah sama sekali.
Dalam ayat berikut ini pembicaraan berpindah dari kejadian pertama jenis manusia kepada kehidupan bersama antara laki-laki dan perempuan.

Halaman  First Previous Next Last Balik Ke Atas   Total [3]
Ayat 1 s/d 20 dari [60]


sumber Tafsir dari  :

1. Tafsir DEPAG RI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger... Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Edy_Hari_Yanto's  album on Photobucket
TPQ NURUDDIN NEWS : Terima kasih kepada donatur yang telah menyisihkan sebagian rezekinya untuk pembangunan TPQ Nuruddin| TKQ-TPQ "NURUDDIN" MENERIMA SANTRI DAN SANTRIWATI BARU | INFORMASI PENDAFTARAN DI KANTOR TPQ "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN-WONOAYU