Kamis, 11 Juli 2013

TAFSIR AL QUR'AN SURAH AL-A'RAAF AYAT 41 - 60 ( 03 )

Cari dalam "TAFSIR" Al Qur'an
Bahasa Indonesia    English Translation    Dutch    nuruddin

No. Pindah ke Surat Sebelumnya... Pindah ke Surat Berikut-nya... [TAFSIR]: AL-A'RAAF
Ayat [206]   First Previous Next Last Balik Ke Atas  Hal:3/11
41 Mereka mempunyai tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut (api neraka). Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang zalim,(QS. 7:41)
TKQ/TPQ/MQDIN "NURUDDIN" KEMALANGAN - PLAOSAN KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 41 

لَهُمْ مِنْ جَهَنَّمَ مِهَادٌ وَمِنْ فَوْقِهِمْ غَوَاشٍ وَكَذَلِكَ نَجْزِي الظَّالِمِينَ (41

Ayat ini menjelaskan lagi bahwa tempat mereka dalam neraka. Mereka mendapat tikar dan selimut dari api. Firman Allah: 

وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمُحِيطَةٌ بِالْكَافِرِينَ
Artinya:
Sesungguhnya Jahanam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir.
(Q.S At Taubah: 49)
Itulah balasan yang diberikan Allah terhadap orang-orang yang aniaya terhadap dirinya sendiri dan aniaya terhadap orang lain. Setiap orang kafir itu dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang aniaya.


42 dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, Kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekedar kesanggupannya, mereka itulah penghuni-penghuni syurga; mereka kekal di dalamnya.(QS. 7:42)
TKQ/TPQ/MQDIN "NURUDDIN" KEMALANGAN - PLAOSAN KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 42

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (42

Ayat ini menerangkan bahwa orang-orang yang beriman dan beramal saleh sesuai dengan kemauannya, mereka akan menjadi penghuni surga. Balasan mempercayai Allah dan membenarkan kerasulan Nabi Muhammad saw. yang telah menyampaikan wahyu Allah dan ajaran agamanya, serta dengan penuh ketaatan mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya ialah masuk surga, mereka tidak akan dikeluarkan dari dalamnya dan tidak akan dicabut dari mereka segala kenikmatan yang ada buat selama-lamanya.
Allah tidak akan memikulkan kewajiban kepada seseorang melainkan sekedar kesanggupannya. Maka semua perintah dan larangan Allah, tidak berat dan memberatkan, tetapi sesuai dengan amal-amal saleh yang akan menjadikan seseorang penghuni surga adalah mudah saja, tidak sulit dan tidak susah. Jelaslah bahwa agama Islam ini adalah agama yang mudah mengerjakannya, bukanlah agama yang berat. Mudah dikerjakan oleh laki-laki dan perempuan, mudah dikerjakan muda dan tua, dan mudah dikerjakan oleh orang sehat dan orang sakit. Malahan mudah dikerjakan oleh semua lapisan masyarakat, di mana saja mereka berada.


43 Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka; mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka berkata:` Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (syurga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran `. Dan diserukan kepada mereka:` Itulah syurga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan. `(QS. 7:43)
TKQ/TPQ/MQDIN "NURUDDIN" KEMALANGAN - PLAOSAN KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 43 

وَنَزَعْنَا مَا فِي صُدُورِهِمْ مِنْ غِلٍّ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمُ الْأَنْهَارُ وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (43

Ayat ini menerangkan bagaimana keadaan penghuni surga. Keadaan penghuni surga jauh berbeda dengan keadaan orang penghuni neraka, seperti siang dan malam. Penghuni surga tidak mempunyai rasa dendam dan benci. Allah membuang rasa dendam dan dengki itu dari dalam dada mereka. Allah menumbuhkan rasa berkasih-kasihan, santun-menyantuni, rasa bergembira dan bersatu. Kebalikan dari penghuni neraka, mereka bermusuhan antara yang satu dengan yang lain, tuntut-menuntut, tuduh-menuduh dan hina-menghinakan. Penghuni surga bersenang-senang dan bergembira dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, tetapi penghuni neraka dalam keadaan susah dan bermuram-durja diliputi oleh api yang bernyala-nyala. Dari mulut penghuni surga keluarlah kalimat-kalimat syukur dan terima kasih, menunjukkan kebahagiaan dan kegembiraan mereka.
Mereka memuji Allah yang telah memberinya petunjuk selama hidup di dunia sehingga mereka menjadi orang yang beriman dan beramal saleh yang menyebabkan mereka menjadi penghuni surga. Kalau bukanlah karena petunjuk dari Allah, tentu mereka tidak mempercayai Rasul Allah, tentu mereka akan menjadi orang yang zalim dan durhaka. Benarlah bahwa rasul itu diutus untuk membawa ajaran-ajaran yang benar, menuntun kepada yang mempercayai Allah Yang Maha Esa dan Maha Berkuasa dan untuk mengerjakan amal saleh. Kemudian penghuni surga mendengar seruan dari malaikat, suatu seruan yang sangat menyenangkan dan menggembirakan, seruan yang merupakan penghormatan dan kemuliaan, yaitu: "Inilah tempatmu yang bernama surga yang sudah diwariskan Allah untukmu sebagai balasan dari amal salehmu yang kamu kerjakan selama hidup di dunia."
Masuk surga itu akibat adanya amal saleh yang didasari iman kepada Allah. Juga karena adanya rahmat dari Allah. Kalau rahmat dari Allah tidak ada, seseorang pun belum akan masuk surga. Surga suatu tempat kesenangan yang disediakan Allah bagi hamba-Nya yang beriman dan beramal saleh saja, tetapi bila tidak ada rahmat Allah, tentu tidak akan masuk surga. Sebab belumlah sebanding amal saleh dengan nikmat surga itu.
Dari kata-kata "Kami wariskan" terkandung di dalamnya adanya rahmat Allah. Belum tentu seseorang masuk surga walaupun bagaimana besarnya amal saleh tanpa adanya rahmat Allah baginya. Sabda Rasulullah saw.:

لن يدخل أحدا عمله الجنة قالوا: ولا أنت يا رسول الله؟ قال: ولا أنا إلا أن يتغمدني الله بفضله ورحمته
Artinya:
Amal perbuatan (seseorang) tidak akan memasukkannya ke dalam surga. Mereka (para sahabat) bertanya: "Apakah engkau juga begitu ya Rasulullah?" Rasul menjawab: "Juga saya begitu, kecuali kalau Allah memberikan kepada saya rahmat dan karunia-Nya."
(H.R Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)


44 Dan penghuni-penghuni syurga berseru kepada penghuni-penghuni neraka (dengan mengatakan):` Sesungguhnya kami dengan sebenarnya telah memperoleh apa yang Tuhan kami menjanjikannya kepada kami. Maka apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa (azab) yang Tuhan kamu menjanjikannya (kepadamu)? `Mereka (penduduk neraka) menjawab:` Betul `. Kemudian seorang penyeru (malaikat) mengumumkan di antara kedua golongan itu:` Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang yang zalim.(QS. 7:44)
TKQ/TPQ/MQDIN "NURUDDIN" KEMALANGAN - PLAOSAN KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 44 

وَنَادَى أَصْحَابُ الْجَنَّةِ أَصْحَابَ النَّارِ أَنْ قَدْ وَجَدْنَا مَا وَعَدَنَا رَبُّنَا حَقًّا فَهَلْ وَجَدْتُمْ مَا وَعَدَ رَبُّكُمْ حَقًّا قَالُوا نَعَمْ فَأَذَّنَ مُؤَذِّنٌ بَيْنَهُمْ أَنْ لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ (44

Ayat ini menerangkan bahwa nanti di akhirat akan terjadi pertanyaan penghuni surga terhadap penghuni neraka. Hal ini terjadi, setelah penghuni surga telah menetap dalam surga dan penghuni neraka sudah menetap dalam neraka. Penghuni surga dengan segala kenikmatan dan kesenangan yang diperolehnya dengan wajah berseri-seri menghadapkan mukanya kepada penghuni neraka yang sedang menderita azab karena kedurhakaan dan kekafiran kepada Allah dan kepada Rasulullah seraya berkata: "Sesungguhnya kami telah memperoleh apa yang dijanjikan Allah kepada kami yang disampaikan-Nya dengan perantaraan Rasul-Nya. Kami telah memperoleh kesenangan, kemuliaan yang abadi yang tidak dapat kami menceritakan bagaimana nikmatnya dalam surga. Apakah kamu sudah memperoleh azab dan siksaan?" Mereka menjawab: "Benar, kami sedang menerima azab sebagaimana yang telah diancamkan kepada kami dengan perantaaan Rasul-Nya." Di tengah-tengah percakapan yang seperti itu, terdengarlah satu seruan dari malaikat yang mengatakan: "Kutukan Allah terhadap orang yang zalim yang sudah menganiaya dirinya sendiri yang tidak mau menerima kasih sayang Allah semasa hidup di dunia, yaitu memasuki surga yang sudah dijanjikan Allah."


45 (Yaitu) orang-orang yang menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan itu menjadi bengkok, dan mereka kafir kepada kehidupan akhirat. `(QS. 7:45)
TKQ/TPQ/MQDIN "NURUDDIN" KEMALANGAN - PLAOSAN KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 45

الَّذِينَ يَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَيَبْغُونَهَا عِوَجًا وَهُمْ بِالْآخِرَةِ كَافِرُونَ (45

Ayat ini menjelaskan siapa yang dimaksud dengan orang-orang yang zalim pada ayat di atas. Yaitu orang-orang yang selalu berusaha melarang diri atau pun orang lain untuk menuruti jalan Allah sebagaimana yang telah disampaikan Rasul Allah. Melarang mengikuti ajaran-ajaran agama yang benar untuk mencari keridaan Allah. Berusaha menyesatkan orang lain dari jalan yang benar.
Selain dari itu termasuk orang yang zalim ialah orang-orang yang berusaha agar ajaran-ajaran agama itu bengkok, kacau balau, tidak menurut yang sebenarnya. Cara yang mereka pakai untuk menjadikan ajaran-ajaran agama itu bengkok, tidak menurut yang sebenarnya adalah bermacam-macam. Di antara yang paling besar dosanya ialah menumbuhkan penyakit syirik. Dia bengkokkan tauhid menjadi syirik dengan mencampur-adukkan ajaran tauhid dengan ajaran agama lain dalam beribadat dan berdoa. Dipersekutukannya Allah dengan yang lain, seperti dengan berhala dan lain-lain dengan menjadikan berhala itu dan lain-lainnya itu sebagai wasilah kepada Allah, padahal menjadikan berhala itu dan lain-lainnya menjadi wasilah kepada Allah adalah termasuk syirik dan jelas dilarang. Firman Allah swt.:

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ
Artinya:
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.
(Q.S Al Bayyinah: 5)
Cara yang lain lagi ialah dengan menimbulkan segala macam keraguan dalam agama, mereka mempersulit-sulit dengan cara yang berlebih-lebihan untuk mengerjakan agama. Sehingga orang lambat-laun akan lari dari agama. Sebenarnya orang-orang yang zalim itu termasuk orang-orang yang tak percaya kepada akhirat. Mereka tidak percaya datangnya hari kiamat, tidak percaya dengan hari pembalasan dan lain-lain yang berhubungan dengan hari kiamat.


46 Dan di antara keduanya (penghuni syurga dan neraka) ada batas; dan di atas Araaf itu ada orang-orang yang mengenal masing-masing dari dua golongan itu dengan tanda-tanda mereka. Dan mereka menyeru penduduk syurga:` Salaamun alaikum `. Mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka ingin segera (memasukinya).(QS. 7:46)
TKQ/TPQ/MQDIN "NURUDDIN" KEMALANGAN - PLAOSAN KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 46 

وَبَيْنَهُمَا حِجَابٌ وَعَلَى الْأَعْرَافِ رِجَالٌ يَعْرِفُونَ كُلًّا بِسِيمَاهُمْ وَنَادَوْا أَصْحَابَ الْجَنَّةِ أَنْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ لَمْ يَدْخُلُوهَا وَهُمْ يَطْمَعُونَ (46

Ayat ini menerangkan bahwa antara penghuni surga dan penghuni neraka ada batas yang sangat kokoh sekali. Batas itu berupa pagar tembok yang tidak memungkinkan masing-masing mereka untuk membuat jalan keluar dan untuk berpindah tempat. Di atas pagar tembok itu ada suatu tempat yang tertinggi, tempat orang-orang yang belum dimasukkan ke dalam surga. Mereka bertahan di sana menunggu keputusan dari Allah. Dari tempat yang tinggi itu mereka bisa melihat penghuni surga dan bisa pula melihat penghuni neraka. Kedua penghuni itu kenal dengan tanda yang ada pada mereka masing-masing. Seperti mengenal mukanya yang telah disifatkan Allah dalam Alquran. Firman Allah:

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ مُسْفِرَةٌ(38)ضَاحِكَةٌ مُسْتَبْشِرَةٌ(39)وَوُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ عَلَيْهَا غَبَرَةٌ(40)تَرْهَقُهَا قَتَرَةٌ(41)أُولَئِكَ هُمُ الْكَفَرَةُ الْفَجَرَةُ(42

Artinya:
Banyak muka pada hari itu berseri-seri, tertawa dan gembira. Dan banyak (pula) muka pada hari itu tertutup debu. Dan ditutup lagi oleh kegelapan. Mereka itulah orang-orang yang kafir lagi durhaka.
(Q.S Abasa: 38-42)
Mereka yang tinggal di tempat yang tinggi di atas pagar batas itu mempunyai kebaikan yang seimbang dengan kejahatannya, belum bisa dimasukkan ke dalam surga tetapi tidak menjadi penghuni neraka. Mereka sementara ditempatkan di sana sambil menunggu rahmat dan karunia Allah untuk dapat masuk ke dalam surga.
Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah, ia berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda:

توضع الموازين يوم القيامة فتوزن الحسنات والسيئات فمن رجحت حسناته على سيئاته مثقال حبة دخل الجنة ومن رجحت سيئاته على حسناته مثقال حبة دخل النار قيل: ومن استوت حسناته وسيئاته قال: أولئك أصحاب الأعراف لم يدخلوها وهم يطمعون 

Artinya:
Diletakkan timbangan pada hari kiamat lalu ditimbanglah semua kebaikan dan kejahatan. Maka orang-orang yang lebih berat timbangan kebaikannya daripada timbangan kejahatannnya meskipun sebesar biji sawi/atom dia akan masuk surga. Dan orang yang lebih berat timbangan kejahatannya daripada timbangan kebaikannya meskipun sebesar biji sawi/atom ia akan masuk neraka. Dikatakan kepada Rasulullah, "Bagaimana orang yang sama timbangan kebaikannya dengan timbangan kejahatannya?" Rasulullah menjawab: "Mereka itulah penghuni A`raf, mereka itu belum memasuki surga tetapi mereka sangat ingin memasukinya."
(H.R Ibnu Jarir dari Ibnu Mas'ud)
Sesudah itu Ibnu Masud berkata: "Sesungguhnya timbangan itu bisa berat dan bisa ringan oleh sebuah biji yang kecil saja. Siapa-siapa yang timbangan kebaikan dan kejahatannya sama-sama berat, mereka penghuni A'raf, mereka berdiri di atas jembatan.
Kemudian mereka dipalingkan melihat penghuni surga dan neraka. Apabila mereka melihat penghuni surga, mereka mengucapkan: "Keselamatan dan kesejahteraan bagimu." Dan apabila dipalingkan pemandangan mereka ke kiri, mereka melihat penghuni neraka seraya berkata: "Ya tuhan kami janganlah jadikan kami setempat dengan orang-orang zalim." Mereka sama-sama berlindung diri kepada Allah dari tempat mereka. Berkata Ibnu Masud: "Ada orang yang mempunyai kebaikan, mereka diberi cahaya yang menerangi bagian depan dan kanan mereka. Tiap-tiap orang dan tiap-tiap umat diberi cahaya setibanya mereka di atas jembatan, Allah padamkan cahaya orang-orang munafik laki-laki dan munafik perempuan. Tatkala penghuni surga melihat apa yang di hadapan orang-orang munafik, berkata: "Ya Tuhan kami, sempurnakanlah cahaya kami." Adapun penghuni A'raf, cahaya mereka ada di tangan mereka, tidak akan tanggal-tanggal. Di waktu itu berfirman Allah swt.:

لَمْ يَدْخُلُوهَا وَهُمْ يَطْمَعُونَ
Artinya:
Mereka belum lagi memasuki sedang mereka ingin segera (memasukinya).
(Q.S Al A'raf: 46)
Inilah yang dimaksud dalam ayat ini, bahwa penghuni A'raf itu menyeru penghuni surga mengucapkan selamat sejahtera, karena kerinduan mereka atas nikmat yang telah diberikan Allah kepada penghuni surga. Mereka belum juga dapat masuk ke dalamnya, sedang hati mereka sudah sangat rindu untuk masuk.


47 Dan apabila pandangan mereka dialihkan ke arah penghuni neraka, mereka berkata:` Ya Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama-sama orang-orang yang zalim itu `.(QS. 7:47)
TKQ/TPQ/MQDIN "NURUDDIN" KEMALANGAN - PLAOSAN KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 47 

وَإِذَا صُرِفَتْ أَبْصَارُهُمْ تِلْقَاءَ أَصْحَابِ النَّارِ قَالُوا رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ (47

Ayat ini menerangkan, bila penghuni A'raf ini pandangannya ke arah penghuni neraka, timbullah ketakutan mereka, lalu memohon kepada Allah agar jangan dimasukkan bersama orang-orang yang zalim itu dalam neraka. Sengaja dipalingkan mereka melihat penghuni surga adalah kesenangan dan kesukaan mereka. Karena itu mereka ketika melihat surga mengucapkan salam sejahtera karena kerinduan hati, mereka melihat penghuni neraka mereka memohon dan melindungkan diri karena takut dan khawatirnya mereka melihat azab dan siksaan dalam neraka itu. Jadi maksud ayat ini ialah menumbuhkan rasa takut dan gentar kepada penghuni A'raf itu agar dapat dijadikan pelajaran bagi manusia untuk berhati-hati supaya jangan mengerjakan pekerjaan yang dapat mendatangkan dosa.


48 Dan orang-orang yang di atas Araaf memanggil beberapa orang (pemuka-pemuka orang kafir) yang mereka mengenalnya dengan tanda-tandanya dengan mengatakan:` Harta yang kamu kumpulan dan apa yang selalu kamu sombongkan itu, tidaklah memberi manfaat kepadamu `.(QS. 7:48)
TKQ/TPQ/MQDIN "NURUDDIN" KEMALANGAN - PLAOSAN KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 48 

وَنَادَى أَصْحَابُ الْأَعْرَافِ رِجَالًا يَعْرِفُونَهُمْ بِسِيمَاهُمْ قَالُوا مَا أَغْنَى عَنْكُمْ جَمْعُكُمْ وَمَا كُنْتُمْ تَسْتَكْبِرُونَ (48

Ayat ini menerangkan percakapan penghuni A`raf dengan penghuni neraka yang terdiri dari orang-orang yang sombong takabur pada masa hidup di dunia. Orang-orang yang merasa mulia dirinya karena kekayaan dan hartanya yang banyak, mereka merasa bangga hidup di dunia, memandang hina terhadap orang-orang mukmin yang miskin dan lemah, yaitu lemah kekuatannya dan lemah kedudukannya, pengikutnya dan perjuangannya. Mereka selalu membanggakan, bahwa siapa yang hidup kaya dan mulia serta berkuasa di dunia itulah orang-orang yang akan berbahagia di akhirat dan terhindar dari azab Allah. Hal ini dijelaskan Allah dalam firman-Nya: وَمَا أَرْسَلْنَا فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا بِمَا أُرْسِلْتُمْ بِهِ كَافِرُونَ(34)وَقَالُوا نَحْنُ أَكْثَرُ أَمْوَالًا وَأَوْلَادًا وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِينَ(35)
Artinya:
Dan Kami tidak mengutus pada suatu negeri seorang pemberi peringatan pun melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya." Dan mereka berkata, "Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami sekali-kali tidak akan diazab."
(Q.S Saba': 34-35)
Penghuni A'raf mengenal mereka dengan tanda-tanda yang ada pada mereka, seperti yang bermuka hitam dan berdebu serta tanda-tanda yang dapat dikenal semasa hidup di dunia, seperti pemimpin Quraisy dan golongan-golongannya yang menjadi musuh Islam dan selalu menindas dan menganiaya orang-orang Islam, di antaranya Abu Jahal, Walid bin Mugirah, Ash bin Wail dan lain-lain. Penghuni A'raf mengatakan kepada mereka: "Tidakkah dapat menolongmu dari siksaan api neraka harta kekayaanmu yang banyak, kesombonganmu terhadap orang-orang mukmin yang kamu anggap lemah. Tidak adalah faedah yang kamu harapkan daripadanya agak sedikit pun berupa pahala, sehingga kamu terlepas dari bahaya yang hebat ini."


49 (Orang-orang di atas Araaf bertanya kepada penghuni neraka):` Itukah orang-orang yang kamu telah bersumpah bahwa mereka tidak akan mendapat rahmat Allah? `. (Kepada orang mukmin itu dikatakan):` Masuklah ke dalam syurga, tidak ada kekhawatiran terhadapmu dan tidak (pula) kamu bersedih hati.(QS. 7:49)
TKQ/TPQ/MQDIN "NURUDDIN" KEMALANGAN - PLAOSAN KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 49 

أَهَؤُلَاءِ الَّذِينَ أَقْسَمْتُمْ لَا يَنَالُهُمُ اللَّهُ بِرَحْمَةٍ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ لَا خَوْفٌ عَلَيْكُمْ وَلَا أَنْتُمْ تَحْزَنُونَ (49

Ayat ini menerangkan kelanjutan pembicaraan penghuni A'raf dengan mereka yang tersebut di atas. Ketika pembicaraan ditujukan kepada golongan orang mukmin yang mereka anggap lemah, miskin dan hina dan yang pernah mereka siksa dulu seperti Suaib, Bilal, keluarga Yasir, dan lain-lainnya. Lalu diajukan pertanyaan kepada mereka dengan nada mencela dan menghina, "Inikah orang-orang yang kamu katakan dulu, bahwa mereka tidak akan mendapat rahmat dari Allah sampai kamu berani bersumpah dan berlagak sombong sambil menghina mereka? Bagaimana kenyataannya sekarang, merekalah yang beruntung dan mendapat rahmat dari Allah, sedang kamu meringkuk dalam neraka menerima segala macam azab dan siksaan Allah.
Kemudian sesudah percakapan itu, Allah swt. mempersilakan penghuni A`raf masuk ke dalam surga sesudah tertahan berapa lamanya di tempat yang bernama A'raf itu. Allah mempersilakan, "Masuklah ke dalam surga, kamu tidak usah merasa takut dan tak usah merasa sedih di dalamnya." Begitulah keadaannya orang-orang yang durhaka dan sombong semasa hidup di dunia, mereka di akhirat akan dihina dan dicela bukan saja oleh penghuni surga, tetapi juga oleh penghuni A'raf yang menunggu keputusan dari Allah untuk masuk ke dalam surga.


50 Dan penghuni neraka menyeru penghuni syurga: `Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah direzkikan Allah kepadamu`. Mereka (penghuni syurga) menjawab: `Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang kafir,(QS. 7:50)
TKQ/TPQ/MQDIN "NURUDDIN" KEMALANGAN - PLAOSAN KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 50 

وَنَادَى أَصْحَابُ النَّارِ أَصْحَابَ الْجَنَّةِ أَنْ أَفِيضُوا عَلَيْنَا مِنَ الْمَاءِ أَوْ مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَهُمَا عَلَى الْكَافِرِينَ (50

Ayat ini menerangkan, bahwa penghuni neraka meminta tolong agar diberikan sedikit air atau makanan kepada mereka sebagai rezeki dan pemberian dari Allah kepada penghuni surga. Mereka yang menghuni neraka sudah sangat haus dan lapar karena panasnya api neraka. Di dalam neraka itu, kalau mereka minta air untuk melepaskan haus, diberilah air panas yang sedang mendidih dan air tembaga dan besi yang bila diminum akan hancurlah segala isi perut mereka. Kalau mereka minta makanan karena sudah lapar, diberikanlah makanan yang terbuat dari kayu yang berduri yang tidak akan menghilangkan lapar tetapi akan menghancurkan kerongkongan. Karena tidak tahannya menanggung siksaan yang serupa itu, maka dengan tidak malu-malu mereka minta tolong kepada penghuni surga agar diberi air dan makanan, sebenarnya mereka sudah tahu, bahwa permintaan mereka tidak akan berhasil, bahkan hanya untuk menambah siksaan saja kepada mereka. Maka permintaan mereka mendapat jawaban yang cukup menyedihkan perasaan mereka, menambah haus dan lapar mereka. Penghuni surga menjawab, "Sesungguhnya Allah swt. telah mengharamkan air dan makanan bagi orang-orang yang kafir sebagaimana Allah mengharamkan mereka masuk surga dan menambah pedih siksaan neraka bagi mereka."
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas: ينادى الرجل أخاه فيقول: يا أخي أغثني فإني قد احترقت فافض علي من الماء فيقال: أجبه فيقول: إن الله حرمها على الكافرين
Artinya:
Bahwa seorang penghuni neraka memanggil kawannya, "Wahai saudaraku, tolonglah aku, sesungguhnya aku telah terbakar, maka berikanlah sedikit air kepadaku." Maka dikatakanlah kepada saudaranya (yang diminta pertolongan) itu, "Jawablah permintaan itu." Maka saudaranya membacakan ayat ini: "Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya bagi orang-orang kafir."
(H.R Ibnu Abbas)


51 (yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka`. Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.(QS. 7:51)
TKQ/TPQ/MQDIN "NURUDDIN" KEMALANGAN - PLAOSAN KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 51 

الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَهْوًا وَلَعِبًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فَالْيَوْمَ نَنْسَاهُمْ كَمَا نَسُوا لِقَاءَ يَوْمِهِمْ هَذَا وَمَا كَانُوا بِآيَاتِنَا يَجْحَدُونَ (51

Ayat ini menerangkan siapakah orang kafir yang telah diharamkan Allah meminum air dan memakan makanan yang diberikan kepada penghuni surga. Mereka itu ialah orang-orang yang semasa hidup di dunia mengaku beragama hanyalah sekedar berolok-olok dan bermain-main saja. Mereka tidak beragama dengan maksud untuk mensucikan jiwanya dan untuk mendapatkan pahala di sisi Allah di akhirat nanti sehingga menjadi orang yang mulia dan dimuliakan dalam surga. Mereka beragama hanya sekedar nama saja, tetapi amal perbuatan mereka sehari-hari berlawanan dengan ajaran agama. Malahan kadang-kadang mereka menentang ajaran agama dan menjadi penghalang untuk berlakunya ajaran agama dalam masyarakat. Mereka dalam beragama sama dengan kelakuan anak-anak hanya sekedar bermain dan bersenda gurau saja.
Selain dari itu mereka sudah tenggelam dalam buaian hidup di dunia. Hidup mereka hanya memperturutkan kehendak hawa nafsu saja, bersenang-senang dan bergembira dengan tidak memperdulikan halal haram, yang hak dan yang batil. Mereka tidak seperti orang-orang beriman menjadikan dunia ibarat kebun untuk dapat ditanami dengan kebaikan-kebaikan yang hasilnya dapat dipetik nanti di akhirat. Mereka lupa daratan dan mereka lupa pulang ke kampung yang abadi. Karena sudah terbenam dalam gelombang keduniawian, dibuai dan diayun oleh kesenangan sementara, sedang kesenangan yang selama-lamanya mereka lupakan. Pantaslah kalau pada hari kiamat Allah melupakan mereka, tidak menolong mereka sedikit juga sebagaimana semasa hidup di dunia mereka lupa kepada Allah, seolah-olah mereka tidak akan pulang ke kampung yang abadi. Pada hari kiamat Allah membiarkan mereka dalam api neraka yang bernyala-nyala, karena mereka tidak mau berbuat amal saleh semasa hidup di dunia, tidak percaya akan hari akhirat dan mereka selalu membantah dan mendustakan ayat-ayat Allah yang disampaikan oleh rasul-rasul-Nya bahkan mereka menentang rasul-rasul Allah itu tidak mau mempercayainya.


52 Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al quran) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.(QS. 7:52)
TKQ/TPQ/MQDIN "NURUDDIN" KEMALANGAN - PLAOSAN KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 52 

وَلَقَدْ جِئْنَاهُمْ بِكِتَابٍ فَصَّلْنَاهُ عَلَى عِلْمٍ هُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ (52

Dalam ayat ini Allah swt. menjelaskan tentang sebuah kitab yang telah diturunkan kepada manusia, yaitu kitab Alquran itu adalah sebuah kitab samawi yang mengandung penjelasan-penjelasan dan petunjuk-petunjuk bagi manusia dan ayat-ayat yang cukup jelas dan terang dan telah dijelaskan oleh Allah kepada manusia dengan perantaraan Rasul-Nya Muhammad saw. sampai mereka tahu akan hukum, pelajaran-pelajaran, riwayat-riwayat dan arti yang terkandung di dalamnya. Sehingga dengan begitu manusia dapat membikin bersih jiwanya dari bermacam kotoran dan dapat mencapai kebahagiaan dalam hidup mereka, baik kebahagiaan di dunia maupun kebahagiaan di akhirat. Juga Alquran itu menjadi petunjuk dan rahmat bagi manusia-manusia yang beriman yang mempercayai bahwa Alquran itu adalah kitab suci dari Allah, sehingga mereka yakin, bahwa mengamalkan segala perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-larangan-Nya yang tersebut dalam kitab suci itu, tentu akan mendatangkan kebahagiaan dan rahmat. Bila seorang mau mempelajari itu keseluruhannya, maka akan dijumpailah pokok-pokok dasar agama secara umum, baik yang berhubungan dengan akidah dan ibadah, maupun yang berhubungan dengan muamalah, pergaulan yang luas antar bangsa di dunia ini.
Dengan adanya kitab sebagai pedoman dan petunjuk bagi manusia, maka akan hilanglah penyakit taklid, yaitu taklid buta mengikuti cara-cara nenek moyang dan guru-guru yang tak sesuai dengan ajaran Alquran. Akan tidak kedengaran lagi kata-kata seperti yang tersebut dalam firman Allah:

إِنَّا وَجَدْنَا ءَابَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى ءَاثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ
Artinya:
Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak mereka.
(Q.S Az Zukhruf: 23)
Akan hilanglah pula penyakit syirik, menyembah selain Allah, seperti berhala, kubur-kubur keramat dan lain-lain. Sebab Alquran mengajarkan tauhid, mengesakan Allah, kepada-Nya saja menyembah dan hanya kepada-Nya saja langsung memanjatkan doa minta tolong. Seterusnya akan menghilangkan keragu-raguan dalam segala tindakan dan perbuatan, sebab dasar pokoknya sudah ada dalam Alquran.


53 Tiadalah mereka menunggu-nunggu kecuali (terlaksananya kebenaran) Al quran itu. Pada hari datangnya kebenaran pemberitaan Al quran itu, berkatalah orang-orang yang melupakannya sebelum itu: `Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami membawa yang hak, maka adakah bagi kami pemberi syafaat yang akan memberi syafaat bagi kami, atau dapatkah kami dikembalikan (ke dunia) sehingga kami dapat beramal yang lain dari yang pernah kami amalkan?` Sungguh mereka telah merugikan diri mereka sendiri dan telah lenyaplah dari mereka tuhan-tuhan yang mereka ada-adakan.(QS. 7:53)
TKQ/TPQ/MQDIN "NURUDDIN" KEMALANGAN - PLAOSAN KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 53

هَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا تَأْوِيلَهُ يَوْمَ يَأْتِي تَأْوِيلُهُ يَقُولُ الَّذِينَ نَسُوهُ مِنْ قَبْلُ قَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ فَهَلْ لَنَا مِنْ شُفَعَاءَ فَيَشْفَعُوا لَنَا أَوْ نُرَدُّ فَنَعْمَلَ غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ قَدْ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ (53

Ayat ini menerangkan bagaimana keadaan orang-orang yang tidak mau mengambil Alquran sebagai petunjuk dan pedoman dalam hidupnya untuk mencapai hidup bahagia di dunia dan di akhirat. Mereka lebih mempercayai ajaran nenek moyang yang sesat itu daripada mempercayai ajaran Alquran yang nyata benarnya dan disampaikan oleh Rasulullah saw. yang benar pula. Perbuatan mereka yang seperti itu hanyalah menunggu datangnya hukuman Allah saja yang akhirnya mendatangkan penyesalan. Pada hari kiamat, apa yang mereka tunggu-tunggu itu menjadi kenyataan semuanya. Bahwa apa yang dijanjikan dan yang diancamkan oleh Rasul-rasul Allah kepada mereka itu akan terbukti, yaitu siapa yang beriman akan berbahagia dan siapa yang kafir akan sengsara dan mendapat hukuman yang berat. Pada hari itu, orang-orang yang lupa kepada Allah semasa hidupnya dan tidak mau percaya kepada rasul-rasul yang diutus Allah, mereka mengaku bahwa rasul-rasul Allah itu telah membawa kebenaran dan petunjuk, tetapi kami juga yang ragu dan menentangnya. Pantaslah pada hari ini kami mendapat hukuman yang berat. Tak ada daya mereka pada hari itu, selain dan mengangan-angankan yang tak mungkin terjadi. Mereka berangan-angan kalau-kalau ada pertolongan dari orang-orang yang semasa hidupnya di dunia pernah dibesarkan dan disembahnya, atau dari berhala-berhala yang mereka pernah mengabdi kepadanya, atau pun dari nenek moyang mereka yang pernah mereka bertaklid buta kepadanya. Mereka juga berangan-angan kalau dapat dikembalikan hidup ke dunia, mereka akan bekerja dan beramal, tidak seperti yang dahulu lagi, tetapi berjanji akan bekerja dan beramal hanya semata-mata mencari keridaan Allah. Angan-angan mereka seperti itu tidak mungkin akan terjadi. Yang bisa menolong mereka hanyalah iman yang benar dan amal yang saleh. Tidak mungkin mereka akan dapat kembali hidup ke atas dunia, sebab alam dan seluruh isinya telah hancur dengan datangnya hari kiamat, maka di akhir ayat ini dijelaskan, bahwa mereka telah merugi. Di dunia mereka merugi karena telah mengotori dirinya dengan syirik dan mengerjakan bermacam-macam maksiat. Tidak mereka pergunakan waktu hidup mereka untuk membersihkan diri dengan tauhid dan mengerjakan amal saleh.
Sedang pada hari kiamat mereka merugi, karena semua yang mereka kerjakan di dunia adalah sesat tidak membawa keuntungan sedikit pun. Hilang dan lenyaplah dari pandangan mereka apa yang mereka ada-adakan selama ini. Mereka mengharapkan syafaat dari segala sesuatu yang mereka sembah. Syafaat yang diharap-harapkan itu hilang lenyap dan tak kunjung datang. Akhirnya timbul penyesalan dan kerugian, disangka akan masuk surga, kiranya dibenam dalam neraka.


54 Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas arasy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.(QS. 7:54)
TKQ/TPQ/MQDIN "NURUDDIN" KEMALANGAN - PLAOSAN KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 54

إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ (54

Pada permulaan ayat ini Allah menegaskan bahwa Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari (masa). Dialah Pemilik, Penguasa dan Pengaturnya, Dialah Tuhan yang berhak disembah dan kepada-Nyalah manusia harus meminta pertolongan.
Walaupun yang disebutkan dalam ayat ini hanya langit dan bumi saja, tetapi yang dimaksud ialah semua yang ada di alam ini karena yang dimaksud dengan langit ialah semua alam yang di atas, dan yang dimaksud dengan bumi ialah semua alam yang di bawah, dan termasuk pula alam yang ada di antara langit dan bumi sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:

الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ
Artinya:
Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy.
(Q.S Al Furqan: 59)
Adapun yang dimaksud dengan enam hari ialah enam masa yang telah ditentukan Allah, bukan enam hari yang kita kenal ini yaitu hari sesudah terciptanya langit dan bumi sedang hari dalam ayat ini adalah sebelum itu. Adapun mengenai lamanya sehari itu hanya Allah yang mengetahui, sebab dalam Alquran sendiri ada yang diterangkan seribu tahun dalam firman-Nya yang disebutkan:

وَإِنَّ يَوْمًا عِنْدَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ
Artinya:
Sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitungan kamu.
(Q.S Al Hajj: 47)
Dan ada pula yang diterangkan lima puluh ribu tahun seperti dalam firman-Nya:

تَعْرُجُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
Artinya:
Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.
(Q.S Al Ma'arij: 4)
Ada beberapa hadis yang menunjukkan bahwa hari yang enam itu ialah hari-hari kita sekarang di antaranya yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Muslim dari Abu Hurairah. Abu Hurairah berkata:
Rasulullah memegang tanganku lalu bersabda, "Allah menciptakan tanah pada hari Sabtu, menciptakan bukit-bukit pada hari Ahad, menciptakan pohon pada hari Senin, menciptakan hal-hal yang tak baik pada hari Selasa, menciptakan cahaya pada hari Rabu, menciptakan gunung-gunung pada hari Kamis dan menciptakan Adam sesudah Asar pada hari Jumat pada saat terakhir itu antara waktu Asar dan permulaan malam."
(H.R Ahmad dan Muslim dari Abu Hurairah)
Hadis ini ditolak oleh para ahli hadis karena bertentangan dengan nas Alquran. Dari segi sanadnya pun hadis ini adalah lemah karena diriwayatkan oleh Hajjad bin Muhammad Al-Ajwar dari Juraij yang sudah miring otaknya di akhir hayatnya. Menurut Al-Manar hadis ini termasuk hadis-hadis Israiliat yang dibikin oleh kaum Yahudi dan Nasrani dan dikatakan dari Rasulullah saw. Pada ayat-ayat yang lain diterangkan lebih terperinci lagi tentang masa-masa penciptaan langit dan bumi seperti terdapat dalam firman Allah swt.:

قُلْ أَئِنَّكُمْ لَتَكْفُرُونَ بِالَّذِي خَلَقَ الْأَرْضَ فِي يَوْمَيْنِ وَتَجْعَلُونَ لَهُ أَنْدَادًا ذَلِكَ رَبُّ الْعَالَمِينَ
Artinya:
Katakanlah, "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya?" (Yang bersifat) demikian itulah Tuhan semesta alam.
(Q.S Fussilat: 9)
Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahi dan menentukan pada kadar makanan-makanan penghuninya dalam empat masa yang sama (cukup) sesuai bagi segala yang memerlukannya. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, berkata Allah kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa." Keduanya menjawab, "Kami datang dengan suka hati." Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan dia mewahyukan kepada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang terdekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Dari ayat-ayat tersebut dapatlah kita ambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Penciptaan bumi yang berasal dari gumpalan-gumpalan yang kelihatan seperti asap adalah dua masa dan penciptaan tanah, bukit-bukit gunung-gunung dan bermacam-macam tumbuh-tumbuhan dan bintang dalam dua masa pula. Dengan demikian sempurnalah penciptaan bumi dan segala isinya dalam empat masa.
2. Penciptaan langit yang berasal dari gumpalan-gumpalan kabut itu dengan segala isinya dalam dua masa pula. Adapun bagaimana prosesnya kejadian langit dan bumi Alquran tidak menjelaskannya secara terperinci dan kewajiban para ahli untuk menyelidikinya dan mengetahui waktu atau masa yang diperlukan untuk masing-masing tahap dari tahap-tahap kejadiannya.
Kemudian setelah selesai penciptaan langit dan bumi, Allah bersemayam di atas Arasy mengurus dan mengatur semua urusan yang berhubungan dengan langit dan bumi itu sesuai dengan ilmu dan kebijaksanaan-Nya. Tentang bagaimana Allah bersemayam di atas Arasy-Nya dan bagaimana Dia mengatur semesta alam ini tidaklah dapat disamakan atau digambarkan seperti bersemayamnya seorang raja di atas singgasananya karena Allah tidak boleh dimisalkan atau dicontohkan dengan makhluk-Nya. Namun hal ini harus dipercayai dan diimani dan Dia sendirilah Yang Mengetahui bagaimana hakikatnya. Para sahabat Nabi tak ada yang merasa ragu dalam hatinya mengenai bersemayam Allah di atas Arsy. Mereka meyakini hal itu dan beriman kepadanya tanpa mengetahui bagaimana gambarnya. Demikianlah dari Rabi'ah guru Imam Malik bahwa dia berkata ketika ditanyakan kepadanya masalah bersemayamnya Allah di atas Arasy sebagai berikut: "Bersemayamnya Allah adalah suatu hal yang tidak asing lagi tetapi bagaimana caranya tidak dapat dipikirkan."
Kerasulan itu adalah dari Allah dan kewajiban rasul ialah menyampaikan, maka kewajiban manusia ialah membenarkannya. Demikianlah pendapat dan pendirian ulama-ulama dari dahulu sampai sekarang, maka tidak wajarlah manusia memberanikan diri untuk menggambarkan atau mencontohkan bagaimana bersemayam-Nya Allah di atas Arasy-Nya. Na'im bin Ahmad guru Imam Bukhari berkata tentang hal itu, "Orang yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya adalah kafir, orang yang mengingkari sifat Allah sebagaimana diterangkan-Nya (dalam kitab-Nya) adalah kafir, dan tiadalah dalam sifat Allah yang diterangkan-Nya atau diterangkan oleh Rasul-Nya sesuatu penyerupaan. Maka barang siapa yang menetapkan hal-hal yang diterima dari hadis yang sahih sesuai dengan keagungan Allah dan meniadakan sifat-sifat kekurangannya bagi-Nya, maka sesungguhnya dia telah menempuh jalan yang benar."
Selanjutnya Allah menerangkan bahwa Dialah yang menutupi siang dan malam sehingga hilanglah cahaya matahari di permukaan bumi dan hal ini berlaku sangat cepat. Maksudnya malam itu selalu mengejar cahaya matahari telah tertutup terjadilah malam dan di tempat yang belum terkejar oleh malam, matahari tetap meneranginya dan di sana tetaplah siang. Demikianlah seterusnya pergantiannya siang dengan malam atau pergantian malam dengan sifat. Dalam ayat lain Allah berfirman:

خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ يُكَوِّرُ اللَّيْلَ عَلَى النَّهَارِ وَيُكَوِّرُ النَّهَارَ عَلَى اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى أَلَا هُوَ الْعَزِيزُ الْغَفَّارُ
Artinya:
Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah, Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
(Q.S Az Zumar: 5)
Hal ini terjadi karena bumi berbentuk bulat selalu berputar pada sumbunya di bawah matahari maka dengan demikian pada muka bumi yang kena cahaya matahari terjadilah siang dan pada muka bumi yang tidak terkena cahayanya terjadilah malam. Kemudian Allah menerangkan pula bahwa matahari, bulan dan bintang semuanya tunduk di bawah perintah-Nya dan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan-Nya bagi masing-masingnya. Semuanya bergerak sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan-Nya dan di antaranya tidak ada yang menyimpang dari aturan-aturan yang telah ditetapkan itu. Dengan demikian terjadilah suatu keharmonisan, suatu keserasian dalam perjalanan masing-masing sehingga tidak akan terjadi perbenturan atau tabrakan antara satu dengan yang lainnya, meskipun di langit itu terdapat milyunan bintang-bintang dan benda-benda langit lainnya. Semuanya itu adalah karena Dia Maha Pencipta, Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, Maha Suci Allah Tuhan semesta alam. Dan Dia sajalah yang patut disembah, kepada-Nyalah setiap hamba harus memanjatkan doa memohon karunia dan rahmat-Nya dan kepada-Nyalah setiap hamba harus bersyukur dan berterima kasih atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya. Sungguh amat jauhlah tersesatnya orang yang masih mempersekutukan-Nya dengan makhluk-Nya dan memohonkan doa kepada sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat atau mudarat.


55 Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.(QS. 7:55)
TKQ/TPQ/MQDIN "NURUDDIN" KEMALANGAN - PLAOSAN KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 55 

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ (55

Ayat ini mengandung adab-adab dalam berdoa kepada Allah. Berdoa adalah suatu munajat antara seorang hamba dengan Tuhannya untuk menyampaikan suatu permintaan agar Allah dapat mengabulkannya. Maka berdoa kepada Allah hendaklah dengan sepenuh kerendahan hati, dengan betul-betul khusyuk dan berserah diri. Kemudian berdoa itu disampaikan dengan suara lunak dan lembut yang keluar dari hati sanubari yang bersih. Berdoa dengan suara yang keras menghilangkan kekhusyukan dan mungkin menjurus kepada ria dan pengaruh-pengaruh lainnya dan dapat mengakibatkan doa itu tidak dikabulkan Allah. Tidak perlulah doa itu dengan suara yang keras, sebab Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.
Diriwayatkan oleh Abu Musa Al-Asyari r.a. dia berkata: Ketika kami bersama-sama Rasulullah saw. dalam perjalanan, terdengarlah orang-orang membaca takbir dengan suara yang keras. Maka Rasulullah bersabda:

إربعون على أنفسكم فإنكم لا تدعون اصم ولا غائبا إنكم تدعون سميعا قريبا وهو معكم
Artinya:
Sayangilah dirimu jangan bersuara keras karena kamu tidak menyeru kepada yang pekak dan yang jauh. Sesungguhnya kamu menyeru Allah Yang Maha Mendengar lagi Dekat dan Dia selalu beserta kamu.
(H.R Bukhari dan Muslim dari Abu Musa Al 'Asy'ari)
Bersuara keras dalam berdoa bisa mengganggu orang, lebih-lebih orang yang sedang beribadat, baik dalam masjid atau di tempat-tempat ibadat yang lain, kecuali yang dibolehkan dengan suara keras, seperti talbiyah dalam musim haji dan membaca takbir pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Allah swt. memuji Nabi Zakaria a.s. yang berdoa dengan suara lembut.
Firman Allah:

خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ تَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ
Artinya:
Yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.
(Q.S Maryam: 3)
Kemudian ayat ini ditutup dengan peringatan: "Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." Maksudnya dilarang melampaui batas dalam segala hal, termasuk berdoa. Tiap-tiap sesuatu sudah ditentukan batasnya yang harus diperhatikan, jangan sampai dilampaui. Firman Allah:

تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَعْتَدُوهَا وَمَنْ يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Artinya:
Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barang siapa yang melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah orang-orang yang zalim.
(Q.S Al Baqarah: 229)
Bersuara keras dan berlebih-lebihan dalam berdoa termasuk melampaui batas Allah tidak menyukainya. Termasuk juga melampaui batas dalam berdoa, meminta sesuatu yang mustahil adanya menurut syara' atau pun akal, seperti seseorang meminta supaya dia menjadi kaya, tetapi tidak mau berusaha atau seseorang menginginkan agar dosanya diampuni tetapi dia masih terus bergelimang berbuat dosa dan lain-lainnya. Berdoa seperti itu, namanya ingin merubah sunnatullah yang mustahil terjadinya. Firman Allah:

فَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَبْدِيلًا وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَحْوِيلًا
Artinya:
Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapatkan pergantian bagi sunah Allah dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunah Allah itu.
(Q.S Fatir: 43)
Termasuk juga melampaui batas, bila berdoa itu dihadapkan kepada selain Allah atau dengan memakai perantara orang yang sudah mati. Cara yang begini adalah melampaui batas yang sangat tercela. Berdoa itu hanya dihadapkan kepada Allah saja, tidak boleh menyimpang kepada yang lain. Berdoa dengan memakai perantara (wasilah) kepada orang yang sudah mati termasuk yang melampaui batas juga, seperti orang yang menyembah dan berdoa kepada malaikat, kepada wali-wali, kepada matahari, bulan dan lain-lainnya. Firman Allah:

قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِهِ فَلَا يَمْلِكُونَ كَشْفَ الضُّرِّ عَنْكُمْ وَلَا تَحْوِيلًا
Artinya:
Katakanlah, "Panggillah mereka yang kamu anggap (tuhan) selain Allah, maka mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya dari padamu dan tidak pula memindahkannya." Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka, siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya. Sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti.
(Q.S Al Isra': 56 dan 57)
Sabda Rasulullah saw.:

وروى عن أبي هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: سلو الله لي الوسيلة قالوا: وما الوسيلة؟ قال القرب من الله عزوجل ثم قرأ: يبتغون إلى ربهم الوسيلة أيهم أقرب
Artinya:
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata: "Telah bersabda Rasulullah saw., "Mintalah kepada Allah wasilah untukku." Mereka bertanya, "Ya Rasulullah, apakah wasilah itu?" Rasulullah menjawab, "Dekat dengan Allah Azza Wa Jalla." Kemudian Rasulullah membaca ayat: (Mereka sendiri) mencari jalan kepada Tuhan mereka, siapa di antara mereka yang lebih dekat kepada Allah.
(H.R Turmuzi dari Ibnu Mardawaih)


56 Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.(QS. 7:56)
TKQ/TPQ/MQDIN "NURUDDIN" KEMALANGAN - PLAOSAN KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 56 

وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَةَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ (56

Dalam ayat ini Allah swt. melarang jangan membuat kerusakan di permukaan bumi. Larangan membuat kerusakan ini mencakup semua bidang, merusak pergaulan, merusak jasmani dan rohani orang lain, merusak penghidupan dan sumber-sumber penghidupan, (seperti bertani, berdagang, membuka perusahaan dan lain-lainnya). Padahal bumi tempat hidup ini sudah dijadikan Allah cukup baik. Mempunyai gunung-gunung, lembah-lembah, sungai-sungai, lautan, daratan dan lain-lain yang semuanya itu dijadikan Allah untuk manusia agar dapat diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, jangan sampai dirusak dan dibinasakan. Selain dari itu untuk manusia-manusia yang mendiami bumi Allah ini, sengaja Allah menurunkan agama dan diutusnya para nabi dan rasul-rasul supaya mereka mendapat petunjuk dan pedoman dalam hidupnya, agar tercipta hidup yang aman dan damai. Dan terakhir diutus-Nya Nabi Muhammad saw. sebagai rasul yang membawa ajaran Islam yang menjadi rahmat bagi semesta alam. Bila manusia-manusia sudah baik, maka seluruhnya akan menjadi baik, agama akan baik, negara akan baik, dan bangsa akan baik. Sesudah Allah melarang membuat kerusakan, maka di akhir ayat ini diulang lagi tentang adab berdoa. Dalam berdoa kepada Allah baik untuk duniawi maupun ukhrawi selain dengan sepenuh hati, khusyuk diri dan dengan suara yang lembut, hendaklah juga disertai dengan perasaan takut dan penuh harapan. Takut kalau-kalau doanya tidak diterima-Nya dan mendapat ampunan dan pahala-Nya. Berdoa kepada Allah dengan cara yang tersebut dalam ayat ini akan mempertebal keyakinan dan akan menjauhkan diri dari keputus-asaan. Sebab langsung meminta kepada Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Kaya, lambat laun apa yang diminta itu tentu akan dikabulkan-Nya. Rahmat Allah dekat sekali kepada orang-orang yang berbuat baik. Berdoa termasuk berbuat baik, maka rahmat Allah tentu dekat kepadanya. Setiap orang yang suka berbuat baik, berarti orang itu sudah dekat kepada rahmat Allah. Anjuran berbuat baik banyak sekali ditemui dalam Alquran. Berbuat baik kepada tetangga dan kepada sesama manusia pada umumnya. Berbuat baik juga dituntut kepada selain manusia, seperti kepada binatang dan lain-lainnya. Sehingga kalau akan menyembelih binatang dianjurkan sebaik-baiknya, yaitu dengan pisau yang tajam tidak menyebabkan penderitaan bagi binatang itu.


57 Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.(QS. 7:57)
TKQ/TPQ/MQDIN "NURUDDIN" KEMALANGAN - PLAOSAN KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 57 - 58 

وَهُوَ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ حَتَّى إِذَا أَقَلَّتْ سَحَابًا ثِقَالًا سُقْنَاهُ لِبَلَدٍ مَيِّتٍ فَأَنْزَلْنَا بِهِ الْمَاءَ فَأَخْرَجْنَا بِهِ مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ كَذَلِكَ نُخْرِجُ الْمَوْتَى لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (57) وَالْبَلَدُ الطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَاتُهُ بِإِذْنِ رَبِّهِ وَالَّذِي خَبُثَ لَا يَخْرُجُ إِلَّا نَكِدًا كَذَلِكَ نُصَرِّفُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَشْكُرُونَ (58

Dengan kedua ayat ini Allah menegaskan bahwa salah satu karunia besar yang dilimpahkan-Nya kepada hamba-Nya ialah menggerakkan angin sebagai tanda bagi kedatangan nikmat-Nya yaitu angin yang membawa awan tebal yang dihalaunya ke negeri yang kering yang telah rusak tanamannya karena ketiadaan air, kering sumurnya karena tak ada hujan dan penduduknya menderita karena haus dan lapar. Lalu Dia menurunkan di negeri itu hujan yang lebat sehingga negeri yang hampir mati itu menjadi subur kembali dan sumur-sumurnya penuh berisi air dengan demikian hiduplah penduduknya dengan serba kecukupan dari hasil tanaman-tanaman itu yang berlimpah-ruah.
Memang tidak semua negeri yang mendapat limpahan rahmat itu, tetapi ada pula beberapa tempat di muka bumi yang tidak dicurahi hujan yang banyak, bahkan ada pula beberapa daerah dicurahi hujan tetapi tanah di daerah itu hilang sia-sia tidak ada manfaatnya sedikit pun. Mengenai tanah-tanah yang tidak dicurahi hujan itu Allah berfirman:
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُزْجِي سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهُ ثُمَّ يَجْعَلُهُ رُكَامًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ جِبَالٍ فِيهَا مِنْ بَرَدٍ فَيُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَصْرِفُهُ عَنْ مَنْ يَشَاءُ يَكَادُ سَنَا بَرْقِهِ يَذْهَبُ بِالْأَبْصَارِ
Artinya:
Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagiannya), kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya, dan Allah (juga) menurunkan (butir-butiran) es dari langit (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakannya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.
(Q.S An Nur: 43)
Jelaslah bahwa hujan lebat yang disertai hujan es itu tidak mencurahi semua pelosok di muka bumi, hanya Allahlah yang menentukan di mana hujan akan turun dan di mana pula awan tebal itu sekedar lewat saja sehingga daerah itu tetap tandus dan kering. Mengenai tanah yang baik dan tanah yang tidak baik yang tidak menghasilkan meskipun dicurahi hujan dijelaskan oleh Allah pada ayat 58 berikut ini.
Jadi tanah-tanah di muka bumi ini ada yang baik dan subur bila dicurahi hujan sedikit saja dapat menumbuhkan berbagai macam tanaman dan menghasilkan makanan yang berlimpah ruah dan ada pula yang tidak baik, meskipun telah dicurahi hujan yang lebat, namun tumbuh-tumbuhannya tetap hidup merana dan tidak dapat menghasilkan apa-apa. Kemudian Allah memberikan perumpamaan dengan hidupnya kembali tanah-tanah yang mati, untuk menetapkan kebenaran terjadinya Yaumul Mahsyar, yaitu di mana orang-orang mati dihidupkan kembali dan dikumpulkan di padang mahsyar untuk menerima ganjaran bagi segala perbuatannya, yang baik dibalasi berlipat ganda dan yang buruk dibalasi dengan yang setimpal.
Kalau tanah kering dan mati dapat dihidupkan Allah kembali dengan menurunkan hujan padanya sedang tanah itu lekang tidak ada lagi unsur kehidupan padanya, tentulah Allah dapat pula menghidupkan orang-orang yang telah mati meskipun yang tinggal hanya tulang-belulang atau pun telah menjadi tanah semuanya. Tentang menghidupkan orang-orang yang telah mati itu kembali Allah berfirman:

وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَنَسِيَ خَلْقَهُ قَالَ مَنْ يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ(78)قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنْشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ(79

Artinya:
Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami, dan dia lupa pada kejadiannya. Ia berkata, "Siapakah yang menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur-luluh?" Katakanlah, "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk."
(Q.S Yasin: 78 dan 79)
Selanjutnya Allah memberikan perumpamaan pula dengan tanah yang baik dan subur serta tanah yang buruk dan tidak subur untuk menjelaskan sifat dan tabiat manusia dalam menerima dan menempatkan petunjuk Allah. Orang-orang yang baik sifat dan tabiatnya dapat menerima kebenaran dan memanfaatkannya untuk kemaslahatan dirinya dan untuk kemaslahatan masyarakat. Orang-orang yang buruk sifat dan tabiatnya tidak mau menerima kebenaran bahkan selalu mengingkarinya sehingga tidak mendapat faedah sedikit pun untuk dirinya dari kebenaran itu apalagi untuk masyarakatnya.
Berkata Ibnu Abbas: Ayat ini adalah suatu perumpamaan yang diberikan Allah bagi orang mukmin dan orang kafir, bagi orang baik dan orang jahat. Allah menyerupakan orang-orang itu dengan tanah yang baik dan yang buruk, dan merupakan turunnya Alquran dengan turunnya hujan. Maka bumi yang baik dengan turunnya hujan dapat menghasilkan bunga-bunga dan buah-buahan, sedang tanah yang buruk, bila dicurahi hujan tidak dapat menumbuhkan kecuali sedikit sekali. Demikian pula jiwa yang baik dan bersih dari penyakit-penyakit kebodohan dan kemerosotan akhlak, apabila disinari cahaya Alquran jadilah dia jiwa yang patuh dan taat serta berbudi pekerti yang mulia.
Adapun jiwa yang jahat dan kotor apabila disinari oleh Alquran jarang sekali yang menjadi baik dan berbudi mulia. Diriwayatkan oleh Ahmad, Bukhari dan Muslim, dan Nasai dari hadis Abu Musa Al-Asyari, dia berkata: Rasulullah saw. bersabda: "Perumpamaan ilmu dan petunjuk yang aku diutus untuk menyampaikannya adalah seperti hujan lebat yang menimpa bumi. Maka ada di antara tanah itu yang bersih (subur) dan dapat menerima hujan itu, lalu menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rumput yang banyak. Tetapi ada pula di antaranya tanah yang lekang (keras) yang tidak meresapi air hujan itu dan tidak menumbuhkan sesuatu apa pun. Tanah itu dapat menahan air (mengumpulkannya) maka Allah menjadikan manusia dapat mengambil manfaat dari air itu, mereka dapat minum, mengairi bercocok-tanam. Ada pula sebagian tanah yang datar tidak dapat menahan air dan tidak pula menumbuhkan tanaman. Maka tanah-tanah yang beraneka ragam itu adalah perumpamaan bagi orang yang dapat memahami agama Allah. Lalu ia mendapat manfaat dan petunjuk-petunjuk itu dan mengajarkannya kepada manusia, dan perumpamaan pula bagi orang-orang yang tidak mempedulikannya dan tidak mau menerima petunjuk itu. Nabi Muhammad saw. memberikan predikat (julukan) Al-Hadi dan Al-Muhtadi kepada golongan pertama yang mendapat manfaat untuk dirinya dan memberikan manfaat kepada orang lain, dan memberikan predikat Al-Jahid kepada golongan ketiga yang tiada mendapat manfaat untuk dirinya dan tidak dapat memberikan manfaat untuk orang lain. Tetapi Nabi Muhammad saw. diam saja (tanpa komentar) terhadap golongan kedua yaitu orang yang tidak dapat memberikan manfaat kepada orang lain, karena orang-orang dari golongan ini banyak macam ragamnya, di antaranya mereka ada orang-orang munafik dan termasuk pula orang-orang yang tidak mengamalkan ajaran agamanya meskipun ia mengetahui dan menyiarkan ajaran Allah kepada orang lain. Demikianlah Allah memberikan perumpamaan dengan nikmat dan karunia-Nya agar disyukuri oleh orang yang merasakan nikmat itu dan tahu menghargainya.


58 Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.(QS. 7:58)
TKQ/TPQ/MQDIN "NURUDDIN" KEMALANGAN - PLAOSAN KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 57 - 58 

وَهُوَ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ حَتَّى إِذَا أَقَلَّتْ سَحَابًا ثِقَالًا سُقْنَاهُ لِبَلَدٍ مَيِّتٍ فَأَنْزَلْنَا بِهِ الْمَاءَ فَأَخْرَجْنَا بِهِ مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ كَذَلِكَ نُخْرِجُ الْمَوْتَى لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (57) وَالْبَلَدُ الطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَاتُهُ بِإِذْنِ رَبِّهِ وَالَّذِي خَبُثَ لَا يَخْرُجُ إِلَّا نَكِدًا كَذَلِكَ نُصَرِّفُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَشْكُرُونَ (58

Dengan kedua ayat ini Allah menegaskan bahwa salah satu karunia besar yang dilimpahkan-Nya kepada hamba-Nya ialah menggerakkan angin sebagai tanda bagi kedatangan nikmat-Nya yaitu angin yang membawa awan tebal yang dihalaunya ke negeri yang kering yang telah rusak tanamannya karena ketiadaan air, kering sumurnya karena tak ada hujan dan penduduknya menderita karena haus dan lapar. Lalu Dia menurunkan di negeri itu hujan yang lebat sehingga negeri yang hampir mati itu menjadi subur kembali dan sumur-sumurnya penuh berisi air dengan demikian hiduplah penduduknya dengan serba kecukupan dari hasil tanaman-tanaman itu yang berlimpah-ruah.
Memang tidak semua negeri yang mendapat limpahan rahmat itu, tetapi ada pula beberapa tempat di muka bumi yang tidak dicurahi hujan yang banyak, bahkan ada pula beberapa daerah dicurahi hujan tetapi tanah di daerah itu hilang sia-sia tidak ada manfaatnya sedikit pun. Mengenai tanah-tanah yang tidak dicurahi hujan itu Allah berfirman:

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُزْجِي سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهُ ثُمَّ يَجْعَلُهُ رُكَامًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ جِبَالٍ فِيهَا مِنْ بَرَدٍ فَيُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَصْرِفُهُ عَنْ مَنْ يَشَاءُ يَكَادُ سَنَا بَرْقِهِ يَذْهَبُ بِالْأَبْصَارِ
Artinya:
Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagiannya), kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya, dan Allah (juga) menurunkan (butir-butiran) es dari langit (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakannya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.
(Q.S An Nur: 43)
Jelaslah bahwa hujan lebat yang disertai hujan es itu tidak mencurahi semua pelosok di muka bumi, hanya Allahlah yang menentukan di mana hujan akan turun dan di mana pula awan tebal itu sekedar lewat saja sehingga daerah itu tetap tandus dan kering. Mengenai tanah yang baik dan tanah yang tidak baik yang tidak menghasilkan meskipun dicurahi hujan dijelaskan oleh Allah pada ayat 58 berikut ini.
Jadi tanah-tanah di muka bumi ini ada yang baik dan subur bila dicurahi hujan sedikit saja dapat menumbuhkan berbagai macam tanaman dan menghasilkan makanan yang berlimpah ruah dan ada pula yang tidak baik, meskipun telah dicurahi hujan yang lebat, namun tumbuh-tumbuhannya tetap hidup merana dan tidak dapat menghasilkan apa-apa. Kemudian Allah memberikan perumpamaan dengan hidupnya kembali tanah-tanah yang mati, untuk menetapkan kebenaran terjadinya Yaumul Mahsyar, yaitu di mana orang-orang mati dihidupkan kembali dan dikumpulkan di padang mahsyar untuk menerima ganjaran bagi segala perbuatannya, yang baik dibalasi berlipat ganda dan yang buruk dibalasi dengan yang setimpal.
Kalau tanah kering dan mati dapat dihidupkan Allah kembali dengan menurunkan hujan padanya sedang tanah itu lekang tidak ada lagi unsur kehidupan padanya, tentulah Allah dapat pula menghidupkan orang-orang yang telah mati meskipun yang tinggal hanya tulang-belulang atau pun telah menjadi tanah semuanya. Tentang menghidupkan orang-orang yang telah mati itu kembali Allah berfirman:

وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَنَسِيَ خَلْقَهُ قَالَ مَنْ يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ(78)قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنْشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ(79

Artinya:
Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami, dan dia lupa pada kejadiannya. Ia berkata, "Siapakah yang menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur-luluh?" Katakanlah, "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk."
(Q.S Yasin: 78 dan 79)
Selanjutnya Allah memberikan perumpamaan pula dengan tanah yang baik dan subur serta tanah yang buruk dan tidak subur untuk menjelaskan sifat dan tabiat manusia dalam menerima dan menempatkan petunjuk Allah. Orang-orang yang baik sifat dan tabiatnya dapat menerima kebenaran dan memanfaatkannya untuk kemaslahatan dirinya dan untuk kemaslahatan masyarakat. Orang-orang yang buruk sifat dan tabiatnya tidak mau menerima kebenaran bahkan selalu mengingkarinya sehingga tidak mendapat faedah sedikit pun untuk dirinya dari kebenaran itu apalagi untuk masyarakatnya.
Berkata Ibnu Abbas: Ayat ini adalah suatu perumpamaan yang diberikan Allah bagi orang mukmin dan orang kafir, bagi orang baik dan orang jahat. Allah menyerupakan orang-orang itu dengan tanah yang baik dan yang buruk, dan merupakan turunnya Alquran dengan turunnya hujan. Maka bumi yang baik dengan turunnya hujan dapat menghasilkan bunga-bunga dan buah-buahan, sedang tanah yang buruk, bila dicurahi hujan tidak dapat menumbuhkan kecuali sedikit sekali. Demikian pula jiwa yang baik dan bersih dari penyakit-penyakit kebodohan dan kemerosotan akhlak, apabila disinari cahaya Alquran jadilah dia jiwa yang patuh dan taat serta berbudi pekerti yang mulia.
Adapun jiwa yang jahat dan kotor apabila disinari oleh Alquran jarang sekali yang menjadi baik dan berbudi mulia. Diriwayatkan oleh Ahmad, Bukhari dan Muslim, dan Nasai dari hadis Abu Musa Al-Asyari, dia berkata: Rasulullah saw. bersabda: "Perumpamaan ilmu dan petunjuk yang aku diutus untuk menyampaikannya adalah seperti hujan lebat yang menimpa bumi. Maka ada di antara tanah itu yang bersih (subur) dan dapat menerima hujan itu, lalu menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rumput yang banyak. Tetapi ada pula di antaranya tanah yang lekang (keras) yang tidak meresapi air hujan itu dan tidak menumbuhkan sesuatu apa pun. Tanah itu dapat menahan air (mengumpulkannya) maka Allah menjadikan manusia dapat mengambil manfaat dari air itu, mereka dapat minum, mengairi bercocok-tanam. Ada pula sebagian tanah yang datar tidak dapat menahan air dan tidak pula menumbuhkan tanaman. Maka tanah-tanah yang beraneka ragam itu adalah perumpamaan bagi orang yang dapat memahami agama Allah. Lalu ia mendapat manfaat dan petunjuk-petunjuk itu dan mengajarkannya kepada manusia, dan perumpamaan pula bagi orang-orang yang tidak mempedulikannya dan tidak mau menerima petunjuk itu. Nabi Muhammad saw. memberikan predikat (julukan) Al-Hadi dan Al-Muhtadi kepada golongan pertama yang mendapat manfaat untuk dirinya dan memberikan manfaat kepada orang lain, dan memberikan predikat Al-Jahid kepada golongan ketiga yang tiada mendapat manfaat untuk dirinya dan tidak dapat memberikan manfaat untuk orang lain. Tetapi Nabi Muhammad saw. diam saja (tanpa komentar) terhadap golongan kedua yaitu orang yang tidak dapat memberikan manfaat kepada orang lain, karena orang-orang dari golongan ini banyak macam ragamnya, di antaranya mereka ada orang-orang munafik dan termasuk pula orang-orang yang tidak mengamalkan ajaran agamanya meskipun ia mengetahui dan menyiarkan ajaran Allah kepada orang lain. Demikianlah Allah memberikan perumpamaan dengan nikmat dan karunia-Nya agar disyukuri oleh orang yang merasakan nikmat itu dan tahu menghargainya.


59 Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: `Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya.` Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat).(QS. 7:59)
TKQ/TPQ/MQDIN "NURUDDIN" KEMALANGAN - PLAOSAN KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 59 

لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ (59

Pada ayat ini Allah swt. menceritakan tentang kisah Nabi Nuh dan kerasulannya. Pada masa antara Nabi Adam dan Nabi Nuh dunia mulai membangun peradabannya. Manusia mula-mula masih menyembah Allah menurut agama yang dibawa oleh Nabi Adam. Tetapi lama-kelamaan karena kesibukan dalam kehidupan duniawi mereka mulai menjauhkan diri daripada agama sehingga semangat beragama mulai menurun. Ajaran tauhid yang bersemi di hati sanubari mereka mulai pudar. Patung-patung dari pemimpin-pemimpin mereka yang semula dibuat untuk menghormati dan mengenang jasa-jasa mereka, mereka jadikan sembahan atau sekutu Allah swt. karena menurut paham mereka patung-patung itu dapat mendekatkan diri mereka kepada Allah. Semakin hari semakin mendalam kemusyrikan mereka. Mereka menghiasi patung-patung dan menyembahnya. Akhirnya lupalah mereka kepada adanya Allah swt. Semakin hari semakin mendalam kemusyrikan mereka. Mereka menghiasi patung-patung itulah tuhan yang diharapkan kebaikannya, dan dimohon nikmat anugerahnya dan ditakuti siksaannya.
Setelah rusak kepercayaan manusia kepada Allah swt. di masa itu maka Allah tidak membiarkan mereka terus-menerus dalam kesesatan karena itu Allah mengutus Nabi Nuh kepada kaumnya. Kisah tentang kerasulan Nabi Nuh ini ditujukan kepada orang-orang Arab yang berada di Mekah dan sekitarnya yang mengingkari kerasulan Nabi Muhammad saw. Pengetahuan mereka tentang sejarah rasul-rasul dan umat-umat pada masa dahulu adalah sedikit sekali karena mereka sekedar mendengar dari orang-orang Yahudi dan Nasrani yang berada di sekitar mereka.
Allah swt. dalam ayat ini meyakinkan mereka bahwa memanglah sebenarnya Allah telah mengutus Nabi Nuh kepada kaumnya untuk memperingatkan mereka akan kemurkaan Allah disebabkan kekufuran mereka. Setelah Nuh diutus menjadi rasul dia menyeru kaumnya yang kafir supaya meninggalkan berhala dan menyembah Tuhan Yang Maha Esa dan Pencipta segala sesuatu, Dialah Tuhan yang sebenarnya. Manusia wajib menyembah-Nya dengan penuh khusyuk dan tawaduk. Nabi Nuh a.s. mengemukakan kepada kaumnya tentang kekhawatirannya bahwa mereka akan memperoleh siksaan yang sangat pada hari pembalasan nanti jika mereka tidak mengindahkan seruannya. Hari pembalasan itu adalah "hari kiamat".
Sebagian mufassirin memandang bahwa hari pembalasan yang dimaksud pada ayat ini adalah hari terjadinya taufan. Selanjutnya kekhawatiran yang dikemukakan oleh Nabi Nuh a.s. kepada kaumnya menunjukkan bahwa Nabi Nuh a.s. telah berputus-asa setelah menjalankan dakwah dalam masa yang cukup lama sebagaimana diketahui dari ayat-ayat berikut:

قَالَ رَبِّ إِنِّي دَعَوْتُ قَوْمِي لَيْلًا وَنَهَارًا(5)فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَائِي إِلَّا فِرَارًا(6

Artinya:
Nuh berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang. Maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran)."
(Q.S Nuh: 5-6)


60 Pemuka-pemuka dari kaumnya berkata: `Sesungguhnya kami memandang kamu berada dalam kesesatan yang nyata`.(QS. 7:60)
TKQ/TPQ/MQDIN "NURUDDIN" KEMALANGAN - PLAOSAN KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 60
قَالَ الْمَلَأُ مِنْ قَوْمِهِ إِنَّا لَنَرَاكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (60

Allah swt. dalam ayat ini menerangkan bahwa para pemimpin kaum Nuh a.s. berpendapat sesungguhnya Nabi Nuh a.s. itulah yang berada dalam kesesatan disebabkan Nabi Nuh melarang mereka menyembah berhala yang mereka pandang sebagai penolong mereka di hadapan Allah dan sebagai perantara untuk mendekatkan mereka kepada-Nya. Memang demikianlah tingkah laku orang-orang kafir itu sering menuduh bahwa orang-orang yang beriman kepada Allah itu adalah orang yang sesat sebagaimana tersebut dalam firman Allah yaitu:

وَإِذَا رَأَوْهُمْ قَالُوا إِنَّ هَؤُلَاءِ لَضَالُّونَ
Artinya:
Dan apabila mereka melihat orang-orang mukmin mereka mengatakan: "Sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat."
(Q.S Al Muthaffifin: 32)
Dan firman Allah swt.:

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ ءَامَنُوا لَوْ كَانَ خَيْرًا مَا سَبَقُونَا إِلَيْهِ وَإِذْ لَمْ يَهْتَدُوا بِهِ فَسَيَقُولُونَ هَذَا إِفْكٌ قَدِيمٌ
Artinya:
Dan orang-orang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman: "Kalau sekiranya dia (Alquran) adalah suatu yang baik, tentulah mereka tidak mendahului kami (beriman) kepadanya." Dan karena mereka tidak mendapat petunjuk dengannya maka mereka akan berkata: "Ini adalah dusta yang lama."
(Q.S Al Ahqaf: 11)


Halaman  First Previous Next Last Balik Ke Atas   Total [11]
Ayat 41 s/d 60 dari [206]


Sumber Tafsir dari :

1. Tafsir DEPAG RI, 2. Tafsir Jalalain Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger... Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Edy_Hari_Yanto's  album on Photobucket
TPQ NURUDDIN NEWS : Terima kasih kepada donatur yang telah menyisihkan sebagian rezekinya untuk pembangunan TPQ Nuruddin| TKQ-TPQ "NURUDDIN" MENERIMA SANTRI DAN SANTRIWATI BARU | INFORMASI PENDAFTARAN DI KANTOR TPQ "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN-WONOAYU