Jumat, 12 Juli 2013

TAFSIR AL QUR'AN SURAH AL-A'RAAF AYAT 121 - 140 ( 07 )

Cari dalam "TAFSIR" Al Qur'an
Bahasa Indonesia    English Translation    Dutch    nuruddin

No. Pindah ke Surat Sebelumnya... Pindah ke Surat Berikut-nya... [TAFSIR]: AL-A'RAAF
Ayat [206]   First Previous Next Last Balik Ke Atas  Hal:7/11
121 Mereka berkata:` Kami beriman kepada Tuhan semesta alam,(QS. 7:121)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN - PLAOSAN, KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al A'raaf 121

قَالُوا آمَنَّا بِرَبِّ الْعَالَمِينَ(121

 (Mereka berkata, "Kami beriman kepada Tuhan semesta alam).


122 (yaitu) Tuhan Musa dan Harun.`(QS. 7:122)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN - PLAOSAN, KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al A'raaf 122

(122) رَبِّ مُوسَى وَهَارُونَ

(Yaitu Tuhan Musa dan Harun") berkat pengetahuan mereka yang menyimpulkan bahwa apa yang telah mereka saksikan itu, yaitu tentang tongkat Musa semata-mata bukanlah perbuatan sihir.


123 Firaun berkata:` Apakah kamu beriman kepadanya sebelum aku memberi izin kepadamu?, Sesungguhnya (perbuatan) ini adalah suatu muslihat yang telah kamu rencanakan di dalam kota ini, untuk mengeluarkan penduduknya dari padanya; maka kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu ini);(QS. 7:123)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN - PLAOSAN, KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 123
 
قَالَ فِرْعَوْنُ آمَنْتُمْ بِهِ قَبْلَ أَنْ آذَنَ لَكُمْ إِنَّ هَذَا لَمَكْرٌ مَكَرْتُمُوهُ فِي الْمَدِينَةِ لِتُخْرِجُوا مِنْهَا أَهْلَهَا فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ (123

Dalam ayat ini Allah swt. menceritakan bahwa Firaun dengan amarahnya yang amat sangat berkata kepada ahli sihir yang telah menyatakan iman kepada Nabi Musa a.s., "Apakah kamu telah beriman kepadanya sebelum aku memberi izin?". Maksudnya mengapa mereka menyalakan iman kepada Musa dan kepada agama yang dibawanya yang berdasarkan kepercayaan tauhid kepada Allah swt, padahal ia belum memberi izin atau memerintahkan kepada mereka. Mengapa mereka tunduk menjadi pengikut Nabi Musa sebelum meminta izin kepada Firaun lebih dahulu.
Ucapan Firaun ini menunjukkan bahwa ia masih belum menyadari, bahwa apa yang diperlihatkan Nabi Musa di hadapannya adalah mukjizat pemberian Allah yang takkan dikalahkan oleh siapapun jua. Ia juga belum menyadari bahwa orang-orang yang menyaksikan kemenangan Nabi Musa itu sudah tidak mempunyai rasa penghargaan lagi terhadap dirinya dan bahwa dia tidak lagi merupakan orang yang dipertuan dan dipertuhan. Di samping itu ia menuduh ahli-ahli sihir itu sudah berkomplot dengan Nabi Musa lebih dahulu, sehingga kekalahan mereka ketika berhadapan dengan Nabi Musa direncanakan sejak sebelumnya. Sebab itu ia melanjutkan ancamannya terhadap mereka dengan ucapannya sebagai berikut, "Sesungguhnya perbuatan ini adalah suatu muslihat yang telah kamu rencanakan di dalam kota ini, untuk mengeluarkan penduduknya dari padanya; maka kelak kamu akan mengetahui akibat dan perbuatan ini.
Dalam ayat yang lain Allah menyebutkan bahwa Firaun menuduh Nabi Musa sebagai guru sihir yang telah mengajarkan sihirnya kepada para ahli-ahli sihir tersebut, untuk bersama-sama memperdayakan Firaun untuk mengusirnya dan para pengikutnya dari negeri Mesir. agar mereka kemudian dapat memegang kekuasaan di negeri Mesir itu dan Firaunpun mengatakan:


إِنَّهُ لَكَبِيرُكُمُ الَّذِي عَلَّمَكُمُ السِّحْرَ
Artinya:
Sesungguhnya ia adalah pemimpinmu yang telah mengajarkan sihir kepadamu.
(Q.S Taha: 71)


124 demi, sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kakimu dengan bersilang secara bertimbal balik, kemudian sungguh-sungguh aku akan menyalib kamu semuanya.`(QS. 7:124)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN - PLAOSAN, KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 124

لَأُقَطِّعَنَّ أَيْدِيَكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ مِنْ خِلَافٍ ثُمَّ لَأُصَلِّبَنَّكُمْ أَجْمَعِينَ (124

Dalam ayat ini diceritakan bahwa Firaun melanjutkan ancamannya kepada mereka, "Demi sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kakimu secara bersilang, kemudian sungguh-sungguh aku akan menyalib kamu semuanya".
Demikianlah Firaun memandang para ahli sihir itu telah bersalah, akibat mereka telah beriman kepada Allah swt. tanpa meminta izinnya lebih dahulu. Oleh sebab itu, ia merasa berhak dan berkuasa untuk menjatuhkan hukuman yang berat kepada mereka, ialah dengan memotong tangan dan kaki kiri atau sebaliknya. Sesudah itu masing-masing mereka akan disalibnya. Hukuman tersebut dimaksudkan juga untuk orang-orang lain yang berniat pula untuk melakukan tipu daya semacam itu terhadapnya atau bermaksud untuk memberontak dan membebaskan diri dari kekuasaannya.
Firaun sangat khawatir kalau rakyatnya, bangsa Mesir mengikuti pula jejak para ahli sihir itu untuk beriman kepada Musa a.s. karena hal itu akan mengakibatkan keruntuhan kerajaan dan kekuasaannya sebagai tuhan bagi rakyatnya yang selama ini telah dipaksa untuk menyembahnya sebagai Tuhan.
Di samping itu, ia mencoba ia mencoba pula untuk berbuat seolah-olah ia membela kepentingan rakyatnya yaitu memelihara kemerdekaan mereka serta melindungi agama mereka. Oleh sebab itu ia mengatakan bahwa para ahli sihir telah berkomplot dengan Musa untuk merebut kekuasaan Mesir dan negeri mereka sendiri.
Demikianlah umumnya sikap penguasa yang zalim dan angkara murka. Ia sangat khawatir apabila rakyatnya memalingkan muka kepada pemimpin yang lain. Namun bangsa yang tahu harga diri dan ingin memelihara hak-hak azasinya, pasti akan bersatu padu menentang kekuasaan yang zalim itu, betapapun hebatnya


125 Ahli-ahli sihir itu menjawab:` Sesungguhnya kepada Tuhanlah kami kembali.(QS. 7:125)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN - PLAOSAN, KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 125 

قَالُوا إِنَّا إِلَى رَبِّنَا مُنْقَلِبُونَ (125

Dalam ayat ini Allah swt. menceritakan bahwa para ahli sihir sedikitpun tidak merasa gentar menghadapi ancaman sihir Firaun kepada mereka. Bahkan dengan mantap dengan penuh keyakinan, mereka berkata kepada Firaun, "Sesungguhnya hanya kepada Tuhan kamilah kami akan kembali".
Ucapan mereka ini menegaskan bahwa mereka sama sekali tidak peduli terhadap ancaman Firaun kepada mereka. Andaikan Firaun membunuh mereka, maka hal itu akan memberikan kemungkinan bagi mereka untuk segera bertemu dengan Tuhan serta mendapatkan keampunan dan rahmat-Nya yang sangat mereka dambakan.
Atau dapat pula diartikan, bahwa mereka itu yakin, baik Firaun dan mereka semuanya akan kembali kepada Tuhan. Andaikan Firaun membunuh mereka, namun sesudah itu, Firaun tidak akan hidup selama-lamanya di dunia ini. Dia akhirnya akan kembali kepada Tuhan Semesta alam, sehingga Tuhan akan mengadili antara mereka dan Firaun.
Dengan pengertian yang terakhir ini, dapat dipahami, bahwa ucapan mereka mengandung sindiran yang tajam, bahwa dia bukan Tuhan seperti yang diakuinya selama ini, bahkan di balik kekuasaannya, ada kekuasaan yang lebih tinggi. Dan mereka lebih mengutamakan rahmat dan rida Allah dari pada memuaskan hawa nafsu keduniawian di samping Firaun dan para pembesarnya.
Dalam kisah yang terdapat dalam surah Asy Syu'ara, Allah menyebutkan ucapan para ahli sihir tersebut sebagai berikut:


قَالُوا لَا ضَيْرَ إِنَّا إِلَى رَبِّنَا مُنْقَلِبُونَ إِنَّا نَطْمَعُ أَنْ يَغْفِرَ لَنَا رَبُّنَا خَطَايَانَا أَنْ كُنَّا أَوَّلَ الْمُؤْمِنِينَ
Artinya:
Mereka berkata "Tidak ada kemudaratanpun (bagi kami) sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami, sesungguhnya kami amat menginginkan bahwa Tuhan kami akan mengampuni kesalahan kami, karena kami adalah orang-orang yang pertama-tama kali beriman".
(Q.S Asy Syu'ara: 50-51)


126 Dan kamu tidak membalas dendam dengan menyiksa kami, melainkan karena kami telah beriman kepada ayat-ayat Tuhan kami ketika ayat-ayat itu datang kepada kami `. (Mereka berdoa):` Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada Mu) `.(QS. 7:126)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN - PLAOSAN, KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 126 

وَمَا تَنْقِمُ مِنَّا إِلَّا أَنْ آمَنَّا بِآيَاتِ رَبِّنَا لَمَّا جَاءَتْنَا رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ (126

Dalam ayat ini Allah swt. menceritakan ucapan selanjutnya dari para ahli sihir kepada Firaun. Mereka menyingkapkan kejahatan Firaun terhadap mereka, yaitu bahwa Firaun ingin membalas dendam kepada mereka dengan menyiksa mereka secara kejam. Dan semuanya itu hanyalah karena mereka telah beriman kepada ayat-ayat Tuhan ketika ayat-ayat tersebut datang kepada mereka.
Ucapan mereka ini mengandung arti bahwa Firaun tidak mengharapkan dari mereka akan meninggalkan iman kepada Allah swt. dan ancaman yang bagaimanapun yang dihadapi mereka tidak akan mempengaruhi mereka, karena keimanan kepada Allah swt. adalah suatu yang amat berharga dan sesuai dengan fitrah manusia yang ash dan menjadi pokok bagi kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat kelak.
Firaun mencela para ahli sihir sebab mereka telah sujud dan beriman kepada Allah swt. tanpa minta izin terlebih dahulu kepada Firaun. Dan di samping itu, Firaun telah menuduh mereka berkomplot dengan Nabi Musa a.s. untuk merebut kekuasaan dari tangannya dan untuk mengusir bangsa Mesir dari tanah air mereka. Akhirnya Firaun mengancam untuk memotong tangan dan kaki mereka, ditambah dengan siksaan berupa penyaliban. Semua itu pada hakikatnya telah merupakan pembalasan dendam dengan kata-kata dari Firaun terhadap mereka. Sesudah itu Firaun juga berusaha untuk melakukan balas dendam dengan perbuatan mereka dari siapa saja yang beriman kepada Allah memenuhi seruan Nabi Musa a.s. Akan tetapi balas dendam dengan perbuatan ini, biarpun telah dilaksanakan oleh Firaun akan tetapi tidak mendatangkan hasil apapun baginya. Bahkan sebaliknya, dia bersama para pembesarnya akhirnya menemui nasib yang amat celaka.
Dalam ayat lain disebutkan firman Allah kepada Nabi Musa dan Harun sebagai berikut:


أَنْتُمَا وَمَنِ اتَّبَعَكُمَا الْغَالِبُونَ
Artinya:
Kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang menang.
(Q.S Al Qasas: 35)
Selanjutnya Allah swt. menceritakan mengenai para ahli sihir tersebut, bahwa setelah mereka memberikan jawaban yang tegas seperti di atas, mereka lalu berdoa ke hadirat Allah swt, semoga mereka dilimpahi kesabaran dan apabila Allah mewafatkan mereka hendaklah dalam keadaan mereka berserah diri kepada-Nya. Doa mereka kepada Allah swt. agar dilimpahi kesabaran menunjukkan betapa pentingnya kesabaran dalam setiap perjuangan, terutama perjuangan melawan kelaliman.
Kesabaran tidak hanya berarti kemampuan menahan diri dari kemarahan, akan tetapi juga berarti mawas diri, mengendalikan hawa nafsu, serta tangguh menghadapi segala rintangan dan .penderitaan.
Orang yang sabar, tidak akan membalas dendam, walaupun ia mampu untuk melakukannya. Orang yang sabar senantiasa dapat memelihara pertimbangan akal yang sehat, sehingga ia tidak akan terjerumus ke dalam tindakan-tindakan yang dapat merugikan dirinya dan perjuangan umatnya.
Jalan untuk mencapai kesabaran ialah iman yang kokoh kepada Allah dan hari akhirat. Hal ini telah dibuktikan oleh kenyataan sejarah umat manusia, yaitu bahwa umat yang kuat imannya adalah merupakan umat yang paling sabar dan tangguh dalam perjuangan dan mempunyai keberanian yang tinggi. Karena kesabaran serta keberanian itu, timbullah pikiran dan usaha-usaha pada sementara pimpinan angkatan perang pada beberapa negara., untuk menggalakkan pendidikan agama dan rawatan rohani bagi para prajurit dan perwira angkatan perang, agar mereka memiliki iman yang kokoh yang akan membuahkan sifat kesabaran dan keberanian.
Dalam pada itu, Allah swt. berulang kali dalam firman-Nya menjanjikan pertolongan-Nya bagi orang-orang yang sabar dan ia memberikan petunjuk agar manusia senantiasa bersabar dan menganjurkan orang lain untuk bersabar.
Allah berfirman: 

الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
Artinya
(Yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan saja mereka bertawakal.
(Q.S An Nahl: 42)
Firman-Nya lagi:


إِلَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Artinya:
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.
(Q.S Al 'Asr: 3)
Ajaran tentang kesabaran ini sangat dipentingkan agama Islam, sehingga dalam Alquran terdapat sekitar 100 kali disebutkan, baik berupa perintah tentang bersabar, maupun berupa pujian bagi orang-orang yang bersabar, ataupun janji kemenangan, keberuntungan dan pertolongan Allah bagi orang orang yang bersabar. Sering kali kata-kata sabar itu digandengkan dengan kata-kata iman, takwa, tawakal, kebenaran, perjuangan, kekuatan tekad dan sebagainya.
Dalam hadis-hadis Rasulullahpun banyak terdapat ajaran tentang kesabaran mengenai hubungan antara kesabaran dan keberanian beliau bersabda:


ليس الشديد بالصرعة وإنما الشديد الذي يملك نفسه عند الغضب
Artinya:
Orang yang kuat bukanlah orang yang dapat membanting orang, tetapi orang kuat adalah orang yang sanggup menguasai dirinya ketika dia sedang marah.
(H.R Imam Bukhari dari Abu Hurairah ra.)
Orang yang sabar senantiasa tenang dan mempunyai pikiran terang, sehingga segala ucapan dan tindak tanduknya dapat dikendalikan dengan baik dan pendiriannya tidak tergoyahkan oleh ancaman dan bujukan bagaimanapun juga. Oleh sebab itu, dalam suatu hadis yang lain Rasulullah saw bersabda, "As Sabru diya'un", Artinya, "Kesabaran itu adalah sinar yang terang". Sebaliknya orang yang tidak sabar tentu akan kehilangan akal sehat serta mudah dipengaruhi setan, sehingga ucapan dan tindakannya tidak dapat dikendalikannya. Hal ini akan membawa kepada akibat yang jelek dan akan menimbulkan kerugian dan penyesalan. Oleh sebab itu Rasulullah saw. memperingatkan dengan sabda beliau, "Al ajalatu minasy syaitan". Artinya, "Sifat tergesa-gesa itu perbuatan setan".
Karena pentingnya sifat kesabaran itu, maka tidaklah mengherankan mengapa orang-orang yang telah beriman kepada Nabi Musa a.s. dalam kisah tersebut memohon kepada Allah agar mereka dilimpahi kesabaran yang banyak, sehingga iman mereka tidak akan digoyahkan oleh ancaman Firaun dan pembesar-pembesarnya.


127 Berkatalah pembesar-pembesar dari kaum Firaun (kepada Firaun):` Apakah kamu membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakan di negeri ini (Mesir) dan meninggalkan kamu serta tuhan-tuhanmu? `. Firaun menjawab:` Akan kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan hidup perempuan-perempuan mereka; dan sesungguhnya kita berkuasa penuh di atas mereka `.(QS. 7:127)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN - PLAOSAN, KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 127

وَقَالَ الْمَلَأُ مِنْ قَوْمِ فِرْعَوْنَ أَتَذَرُ مُوسَى وَقَوْمَهُ لِيُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَيَذَرَكَ وَآلِهَتَكَ قَالَ سَنُقَتِّلُ أَبْنَاءَهُمْ وَنَسْتَحْيِي نِسَاءَهُمْ وَإِنَّا فَوْقَهُمْ قَاهِرُونَ (127

Allah swt. menceritakan dalam ayat ini, bahwa orang-orang terkemuka dari kaum Firaun berkata kepadanya, "Hai Firaun apakah kamu akan membiarkan Musa dan kaumnya berbuat kerusakan di negeri ini? serta meninggalkan kamu dan Tuhan-tuhanmu?".
Fitnahan ini, untuk kesekian kalinya memperlihatkan kecemasan mereka akan kehilangan kekuasaan, pengaruh dan harta benda, karena mereka telah melihat gejala-gejala bahwa rakyat telah mulai memalingkan muka dari Firaun kepada Nabi Musa a.s. setelah menyaksikan kemenangan mukjizatnya. Apalagi setelah melihat para ahli sihir sudah bersujud menyatakan iman dan tidak memperdulikan lagi ancaman Firaun terhadap mereka.
Dalam melancarkan fitnah ini, para pembesar ini menggunakan unsur politik dan unsur agama. Mereka menuduh bahwa Musa akan meruntuhkan kedudukan Firaun sebagai penguasa tunggal di Mesir. Di samping itu, kedudukan Firaun sebagai orang yang dipertuhan selama ini dengan sendirinya akan dilenyapkan pula. Lebih dari itu, tuhan-tuhan yang menjadi sesembahan bangsa Mesir di masa itupun akan ditinggalkan pula, misalnya Tuhan "Osiris" yang menurut anggapan mereka rohnya menjelma pada seekor sapi yang mereka sebut "Apis". Selain itu, mereka juga menyembah "segala macam hewan". Demikian pula mereka menyembah kegelapan serta patung Akron yang mereka anggap sebagai pengusir lalat.
Pendek kata rakyat Firaun di masa itu telah berada di puncak kesesatan, karena mereka menyembah matahari, bulan dan bintang-bintang serta manusia dan hewan, baik hewan yang besar maupun serangga yang paling kecil.
Firaun sendiri, mula-mula adalah penganut kepercayaan penyembah binatang, kemudian ditinggalkannya kepercayaan tersebut, lalu mengaku menjadi tuhan dan menyuruh rakyatnya untuk menyembah kepadanya. ini setelah Ia melihat dirinya mempunyai kekuasaan yang begitu besar di kalangan rakyatnya.
Fitnah ini telah berhasil mengenai sasarannya, yaitu mempengaruhi Firaun yang telah kehilangan keseimbangan, sehingga membangkitkan emosi dan amarahnya. Oleh sebab itu ia menjawab kepada mereka, "Baiklah, akan kita bunuh anak-anak laki-laki mereka dan kita biarkan hidup anak-anak perempuan mereka dan kita berkuasa penuh di atas mereka.
Maksudnya, bahwa dalam rangka untuk mencegah berkuasanya Nabi Musa a.s. di Mesir, maka Firaun akan melakukan berbagai tindakan, antara lain ialah membunuh setiap anak laki-laki yang dilahirkan oleh perempuan-perempuan Bani Israel, yaitu kaum yang sebangsa dengan Nabi Musa yang berdiam di Mesir waktu itu. Sedang anak-anak perempuan yang mereka lahirkan akan dibiarkan hidup untuk kemudian dapat dimanfaatkan oleh Firaun dan para pembesarnya sebagai budak. Dengan tindakan ini Firaun mengharapkan dapat membendung tumbuhnya kekuasaan Nabi Musa di Mesir, karena ia akan tetap mempunyai tenaga kaum lelaki yang lebih banyak dan kekuasaan yang lebih besar, sedang sebaliknya, Nabi Musa dan Bani Israel umumnya semakin kekurangan tenaga kaum lekaki, sehingga mereka tidak akan menentang kekuasaan Firaun dan membebaskan diri dari rantai perbudakannya.
Rencana jahat ini benar-benar dilaksanakan oleh Firaun dan para pembesarnya, sehingga Bani Israel yang berdiam di Mesir pada masa itu sangat menderita, lahir dan batin.


128 Musa berkata kepada kaumnya:` Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa `.(QS. 7:128)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN - PLAOSAN, KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 128 

قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ اسْتَعِينُوا بِاللَّهِ وَاصْبِرُوا إِنَّ الْأَرْضَ لِلَّهِ يُورِثُهَا مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ (128

Dapat dimengerti, bahwa mendengar ancaman Firaun ini dapat kita melihat kekejaman Firaun sesudah itu, maka Bani Israel yang berdiam di Mesir pada masa tersebut merasa takut dan amat gelisah. Mereka diperlakukan sebagai budak. Di samping itu, setiap anak lelaki yang mereka lahirkan dibunuh oleh kaki tangan Firaun. Oleh sebab itu Nabi Musa a.s. berkata kepada mereka, "Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi ini kepunyaan Allah, dipusakakan kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan kesudahan yang balk adalah untuk orang-orang yang bertakwa".
Nabi Musa a.s. menghibur dan menenteramkan kaumnya dengan mengingatkan kepada mereka kekuasaan Allah swt, bahwa Dialah yang memiliki dan menguasai bumi dan segala apa yang terjadi di bumi ini adalah sesuai dengan sunahnya, yaitu setiap umat yang ingkar dan zalim pasti menemui kehancuran dan setiap umat yang beriman dan bersabar tentu akan memperoleh pertolongan-Nya, sehingga memperoleh kemenangan dan kesudahan yang baik. Sebab itu hendaklah mereka memohon pertolongan kepada-Nya, disertai dengan kesabaran, keimanan, persatuan dan keberanian dalam membela kebenaran dan keadilan.


129 Kaum Musa berkata:` Kami telah ditindas (oleh Firaun) sebelum kamu datang kepada kami dan sesudah kamu datang. Musa menjawab: `Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di bumi- (Nya), maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu.(QS. 7:129)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN - PLAOSAN, KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 129 

قَالُوا أُوذِينَا مِنْ قَبْلِ أَنْ تَأْتِيَنَا وَمِنْ بَعْدِ مَا جِئْتَنَا قَالَ عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُهْلِكَ عَدُوَّكُمْ وَيَسْتَخْلِفَكُمْ فِي الْأَرْضِ فَيَنْظُرَ كَيْفَ تَعْمَلُونَ (129

Mereka mengeluh kepada Musa a.s. bahwa nasib mereka sama saja, baik sebelum kedatangan Musa a.s. untuk menyeru mereka kepada agama Allah dan melepaskan mereka dari perbudakan Firaun sesudahnya, mereka merasa tidak mendapat faedah dari kedatangan Nabi Musa itu. Dahulu mereka diazab dan diperbudak oleh Firaun, anak-anak mereka dibunuh, mereka disuruh kerja paksa, sekarangpun demikian. Keluhan ini menunjukkan kekerdilan jiwa dan kelemahan daya juang dan tidak adanya kesabaran pada mereka.
Mendengar keluhan ini, maka Nabi Musa berkata, "Mudah-mudahan Allah membinasakan musuh kamu dan menjadikan kamu khalifah di bumi (Nya), maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu", maksudnya, biarpun yang terjadi demikian akan tetapi adalah menjadi harapan bahwa Allah akan membinasakan musuh-musuhmu dan menjadikan kamu berkuasa di bagian bumi yang telah dijanjikan Tuhanmu, yaitu sekarang Firaun melarang kamu pergi ke sana. Maka Tuhan akan melihat bagaimana tindakan kamu nanti bila kamu telah berkuasa.
Ucapan Nabi Musa ini selain menimbulkan harapan tentang pertolongan Allah serta rahmat-Nya untuk membebaskan mereka dari kekejaman Firaun serta menjadikan Bani Israel sebagai penguasa di belakang hari di bagian bumi yang telah dijanjikan Tuhan kepada mereka, juga mengandung suatu peringatan yang sangat penting bagi kaumnya, yaitu apabila di belakang hari mereka menjadi penguasa janganlah berbuat sewenang-wenang seperti Firaun dan para pembesarnya, karena Allah senantiasa mengawasi perbuatan dan tindak tanduk dari setiap makhluk-Nya. Oleh sebab itu, apabila mereka berkuasa dan melakukan kelaliman pula, pastilah Allah mendatangkan azab kepada mereka.
Ayat ini mengandung pelajaran yang sangat berharga tentang sikap manusia pada waktu ia sedang menghadapi penderitaan tersebut atau sebelum mereka memperoleh rahmat Allah dan pada waktu setelah memperoleh rahmat tersebut. Sikap yang amat tercela ialah berkeluh-kesah dan memohon pertolongan Allah pada waktu memperoleh kesusahan dan kemudian mengingkari atau melupakan rahmat Allah setelah memperolehnya.
Sedang sikap yang seharusnya ialah sabar dan tawakal serta memohon pertolongan Allah pada waktu menghadapi kesukaran dan mensyukuri rahmat Allah setelah diperoleh kebahagiaan. Mensyukuri rahmat Allah, tidak hanya dengan ucapan, melainkan yang terpenting ialah melaksanakan dengan perbuatan. Sebab itu, apabila seseorang beroleh kekuasaan, kemudian kekuasaan-Nya digunakan untuk berbuat kelaliman atau memperkaya diri sendiri atas kerugian orang lain, maka ini berarti bahwa ia tidak mensyukuri rahmat Allah yang diperolehnya, yaitu pangkat dan kekuasaan karenanya, sepatutnyalah bila Allah menimpakan azab kepadanya.
Di dalam ucapan kepada kaumnya, Nabi Musa a.s. memakai ungkapan "mudah mudahan". Ia memakai ungkapan tersebut untuk tidak memastikan datangnya pertolongan dan rahmat Allah kepada mereka. Sebab andai kata ia menggunakan ungkapan yang memastikan, boleh jadi umatnya akan mengabaikan kewajiban kewajiban yang perlu mereka lakukan untuk memperoleh pertolongan Allah, karena pertolongan Allah kepada hamba-Nya tidaklah diberikan begitu saja, melainkan tergantung kepada usaha-usaha yang dilakukan umat yang bersangkutan, misalnya: kesungguhan, disiplin, persatuan dan sebagainya.


130 Dan sesungguhnya Kami telah menghukum (Firaun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran.(QS. 7:130)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN - PLAOSAN, KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 130

وَلَقَدْ أَخَذْنَا آلَ فِرْعَوْنَ بِالسِّنِينَ وَنَقْصٍ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ (130

Pada ayat yang lalu telah disebutkan bahwa Nabi Musa a.s. telah mengharapkan bagi kaumnya semoga Allah swt. membinasakan musuh-musuh mereka dan menjadikan mereka khalifah di bumi-Nya, dalam ayat ini Allah swt. menyebutkan taraf-taraf permulaan bagi pembinasaan terhadap Firaun dan para pengikut yang setia kepadanya, sebagai akibat dari kekafiran dan pendustaan mereka terhadap utusan Allah. Azab yang disebutkan dalam ayat ayat ini merupakan pendahuluan, sebelum datangnya azab terakhir yang menyebabkan kehancuran total bagi mereka.
Musim kemarau yang panjang, yang mengakibatkan timbulnya kesulitan hidup bagi mereka, seharusnya menimbulkan keinsafan dalam hati mereka. Kekuatan dan kekuasaan yang mereka miliki selama ini bukanlah merupakan kekuatan dan kekuasaan tertinggi, masih ada kekuatan dan kekuasaan Allah swt. Yang Kuasa mendatangkan azab yang tidak dapat mereka atasi. Jika ada keinsafan semacam itu dalam hati mereka tentulah mereka akan memperoleh perubahan dalam sikap dan perbuatan, terutama kepada Bani Israel. Di samping itu pastilah mereka menerima seruan Nabi Musa serta meninggalkan keingkaran mereka terhadap Allah swt.
Azab yang diturunkan Allah kepada hamba-Nya senantiasa mengandung pelajaran dan pendidikan. Sebab, pada saat-saat manusia menghadapi kesulitan dan kesukaran hidup, hatinya akan menjadi lembut, akan menghadapkan wajahnya kepada Allan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang untuk memohon pertolongan dan belas kasih-Nya. Di samping itu, Ia akan berusaha untuk memperbaiki tingkah lakunya dengan melakukan perbuatan yang diridai Allah.
Akan tetapi, bila kesulitan dan kesukaran itu tidak merubah sikap dan tingkah lakunya, tetap ingkar kepada Allah serta senantiasa berbuat kemaksiatan, maka teranglah bahwa mereka benar-benar orang yang merugi dan amat sesat karena kesulitan yang mereka hadapi tidak menimbulkan keinsyafan bagi mereka, bahkan sebaliknya menambah keingkaran dan kedurhakaan mereka terhadap Allah swt. Demikianlah keadaan Firaun dan para pengikutnya.


131 Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata:` Ini adalah karena (usaha) kami `. Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.(QS. 7:131)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN - PLAOSAN, KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 131 

فَإِذَا جَاءَتْهُمُ الْحَسَنَةُ قَالُوا لَنَا هَذِهِ وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَطَّيَّرُوا بِمُوسَى وَمَنْ مَعَهُ أَلَا إِنَّمَا طَائِرُهُمْ عِنْدَ اللَّهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ (131

Dalam ayat ini Allah menerangkan sifat dan tabiat mereka, ialah bahwa pada saat-saat mereka mengalami kemakmuran hidup, mereka mengatakan bahwa hal itu sudah sewajarnya karena negeri mereka subur dan merekapun rajin bekerja. Tidak terbayang dalam hati mereka bahwa semua itu adalah rahmat dari Allah yang patut mereka syukuri. Sebaliknya, apabila mereka mengalami bahaya kekeringan, kelaparan, penyakit dan sebagainya, mereka lalu melemparkan kesalahan dan umpatan kepada Nabi Musa a.s. Mereka katakan bahwa semua. malapetaka itu disebabkan kesalahan Nabi Musa dan kaumnya. Mereka lupa kejahatan dan kelaliman yang mereka perbuat terhadap kaum Nabi Musa karena mereka menganggap bahwa perbudakan dan perbuatan kejam yang mereka lakukan terhadap Bani Israel itu adalah wajar dan merupakan hak mereka sebagai bangsa yang berkuasa. Ini adalah gambaran yang paling jelas tentang sikap dan tabiat kaum imperialis sepanjang masa.
Pada akhir ayat ini Allah swt. menegaskan bahwa kesialan yang menimpa diri orang-orang kafir itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahuinya. Maksudnya ialah bahwa semua kebaikan yang mereka peroleh dan segala kesialan yang mereka hadapi, semua sudah merupakan kada dan kadar yang telah ditetapkan Allah, sesuai dengan sunah-Nya yang berlaku bagi semua makhluk-Nya, yaitu sesuai dengan sebab dan akibat, sehingga apa yang terjadi pada manusia adalah merupakan akibat belaka dari sikap, perbuatan dan tingkah lakunya. Akan tetapi kebanyakan mereka tidak mau menginsafinya. Mereka tetap berada dalam kekafiran dan kelaliman.


132 Mereka berkata:` Bagaimanapun kamu mendatangkan keterangan kepada kami untuk menyihir kami dengan keterangan itu, maka kami sekali-kali tidak akan beriman kepadamu `.(QS. 7:132)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN - PLAOSAN, KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 132 

وَقَالُوا مَهْمَا تَأْتِنَا بِهِ مِنْ آيَةٍ لِتَسْحَرَنَا بِهَا فَمَا نَحْنُ لَكَ بِمُؤْمِنِينَ (132

Pada ayat ini Allah swt. menjelaskan keingkaran mereka itu walaupun Nabi Musa telah memberikan keterangan-keterangan dan bukti yang jelas tentang kerasulannya. Mereka berkata kepada Nabi Musa, "Bagaimanapun kamu telah mendatangkan keterangan-keterangan itu, namun kami sekali-kali tidak akan beriman kepada kamu".
Mereka menganggap bahwa semua keterangan-keterangan yang telah dikemukakan Nabi Musa kepada mereka yang membuktikan kerasulannya, mereka anggap seperti sihir untuk mempengaruhi mereka, supaya meninggalkan agama nenek moyang mereka serta melakukan kelaliman terhadap Bani Israel. Kemudian mereka tegaskan, bahwa mereka sekali-kali tidak akan membenarkan semua keterangan dan bukti-bukti tersebut. Ini berarti bahwa mereka tidak akan menerima agama Allah yang disampaikan kepada Nabi Musa untuk mereka semuanya. Tetapi mereka tetap melakukan kelaliman terhadap Bani Israel dan kaum Nabi Musa a.s.


133 Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa.(QS. 7:133)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN - PLAOSAN, KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 133

فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمُ الطُّوفَانَ وَالْجَرَادَ وَالْقُمَّلَ وَالضَّفَادِعَ وَالدَّمَ آيَاتٍ مُفَصَّلَاتٍ فَاسْتَكْبَرُوا وَكَانُوا قَوْمًا مُجْرِمِينَ (133

Dalam ayat ini Allah swt. menceritakan bahwa sebagai akibat dari keingkaran, kekafiran dan kelaliman mereka, Allah menurunkan azab yang lebih dahsyat kepada mereka berupa topan yang melanda rumah dan pohon-pohonan, sesudah itu datang pula yang merusak kebun dan sawah-sawah mereka, kemudian datang lagi hama belalang yang membinasakan tanam-tanaman mereka dan akhirnya muncul wabah lain yang menjadikan air minum mereka berubah rasa, berubah bau dan warnanya seperti darah yang tidak dapat mereka minum.
Demikianlah lima macam azab yang ditimpakan Allah bertubi-tubi kepada Firaun dan kaumnya. Andaikan Firaun dan kaumnya tidak terlalu ingkar dan sesat, niscaya mereka beriman serta meninggalkan keingkaran. Demikianlah keadaan mereka. Tetapi menyombongkan diri dan berbuat dosa tetap merupakan sifat mereka yang paling menonjol di masa itu.


134 Dan ketika mereka ditimpa azab (yang telah diterangkan itu) merekapun berkata:` Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu dengan (perantaraan) kenabian yang diketahui Allah ada pada sisimu. Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu daripada kami kami, pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu `.(QS. 7:134)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN - PLAOSAN, KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 134 

وَلَمَّا وَقَعَ عَلَيْهِمُ الرِّجْزُ قَالُوا يَا مُوسَى ادْعُ لَنَا رَبَّكَ بِمَا عَهِدَ عِنْدَكَ لَئِنْ كَشَفْتَ عَنَّا الرِّجْزَ لَنُؤْمِنَنَّ لَكَ وَلَنُرْسِلَنَّ مَعَكَ بَنِي إِسْرَائِيلَ (134

Dalam ayat ini Allah menceritakan bagaimana keadaan Firaun dan kaumnya ketika mereka ditimpa azab yang lima macam itu. Mereka sudah tidak dapat berkutik, lalu meminta pertolongan kepada Nabi Musa agar ia mendoakan kepada Allah untuk membebaskan mereka dari penderitaan azab tersebut. Mereka berkata, "Hai Musa! Mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu dengan perantaraan kenabianmu, jika kamu dapat menghilangkan azab itu dari kami, sesungguhnya kami berjanji bahwa kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Israel pergi bersamamu".
Demikianlah setelah mereka tidak mampu menyelamatkan diri dari siksa itu, mereka berpura-pura beriman dan berjanji akan membebaskan Bani Israel dan membiarkan mereka meninggalkan Mesir bersama Nabi Musa. Akan tetapi dapatkah dipercaya janji orang-orang kafir?


135 Maka setelah Kami hilangkan azab itu dari mereka hingga batas waktu yang mereka sampai kepadanya, tiba-tiba mereka mengingkarinya.(QS. 7:135)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN - PLAOSAN, KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al A'raaf 135

 فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُمُ الرِّجْزَ إِلَى أَجَلٍ هُمْ بَالِغُوهُ إِذَا هُمْ يَنْكُثُونَ(135

  (Maka setelah Kami hilangkan) berkat doa Musa (dari mereka azab itu hingga batas waktu yang mereka sampai kepadanya, tiba-tiba mereka mengingkarinya) janjinya dan bersikeras melakukan kekafiran.


136 Kemudian Kami menghukum mereka, maka Kami tenggelamkan mereka di laut disebabkan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka adalah orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami itu.(QS. 7:136)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN - PLAOSAN, KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 136 

فَانْتَقَمْنَا مِنْهُمْ فَأَغْرَقْنَاهُمْ فِي الْيَمِّ بِأَنَّهُمْ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَكَانُوا عَنْهَا غَافِلِينَ (136

Pada ayat ini Allah swt. menceritakan tentang datangnya saat bagi Firaun dan kaumnya untuk menghadapi akhir riwayat mereka, setelah ternyata bahwa azab-azab yang ditimpakan kepada mereka sebelumnya tidak merubah sikap dan perbuatan mereka, lantaran kekafiran dan kesesatan mereka yang amat sangat.
Di Atas telah disebutkan bahwa mereka telah mengingkari janji untuk membiarkan Bani Israel meninggalkan negeri Mesir bersama Nabi Musa a.s. Oleh sebab itu ketika Nabi Musa membawa kaumnya meninggalkan negeri itu menuju Palestina melalui Laut Merah, maka Firaun dan kaumnya mengejar mereka. Musa dan kaumnya selamat menyeberangi Laut Merah tetapi Firaun dan kaumnya tenggelam ketika berada di tengah-tengah laut itu. Dengan demikian tamatlah riwayat mereka.
Pada akhir ayat ini Allah swt. menjelaskan bahwa hukuman tersebut dijatuhkan lantaran mereka senantiasa mendustakan ayat-ayat-Nya dan pula tidak mau menyadari akibat yang menimpa mereka lantaran kekafiran dan kelaliman mereka, baik malapetaka di dunia, maupun azab sengsara di akhirat kelak. Demikianlah sebagian dari kaum Firaun telah binasa bersamanya karena mengikuti kesesatan dan kekafirannya. Sedang sebagiannya binasa karena kekejaman dan kelaliman Firaun terhadap mereka.


137 Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Firaun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka.(QS. 7:137)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN - PLAOSAN, KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 137 

وَأَوْرَثْنَا الْقَوْمَ الَّذِينَ كَانُوا يُسْتَضْعَفُونَ مَشَارِقَ الْأَرْضِ وَمَغَارِبَهَا الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ الْحُسْنَى عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ بِمَا صَبَرُوا وَدَمَّرْنَا مَا كَانَ يَصْنَعُ فِرْعَوْنُ وَقَوْمُهُ وَمَا كَانُوا يَعْرِشُونَ (137

Pada ayat-ayat yang lalu Allah swt. menerangkan sikap Firaun dan kaumnya yang mengingkari seruan Nabi Musa a.s. yaitu di saat mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan karena dosa-dosa mereka yang telah mereka perbuat, mereka minta agar Musa berdoa kepada Allah swt. supaya dihilangkan dari mereka malapetaka dan kesengsaraan itu serta berjanji akan beriman kepada Musa a.s. dan membiarkan Nabi Musa membawa Bani Israel meninggalkan negeri Mesir, bila kesengsaraan dan malapetaka itu hilang. Tetapi oleh karena mereka melanggar janji yang telah mereka perbuat, maka Allah swt. mengazab mereka, yaitu dengan menenggelamkan Firaun dan kaumnya di Laut Merah. Dengan demikian tamatlah riwayat mereka semuanya. Adapun Nabi Musa bersama Bani Israel dapat menyeberang dengan selamat dan sampailah mereka ke semenanjung Sinai, dalam perjalanan menuju Palestina. Ayat ini menerangkan salah satu nikmat Allah swt. yang paling besar dilimpahkan-Nya kepada Bani Israel yang beriman, sabar dan tabah dalam menghadapi penderitaan dan kesengsaraan yang mereka alami.
Karena Bani Israel dianggap bangsa pendatang, bukan bangsa asli dan dikhawatirkan mereka akan mengalahkan penduduk asli, maka Firaun berusaha supaya Bani Israel tidak terus berkembang biak, dengan membunuh setiap anak lelaki mereka yang lahir dan membiarkan hidup anak-anak perempuannya. Mereka diwajibkan mengabdi kepada kepentingan Firaun dan kaumnya yang menindas dan memperbudak mereka, dengan memungut pajak-pajak yang sangat tinggi, menjadikan mereka sebagai pekerja-pekerja paksa dan berat dan berbagai bentuk penindasan dan perbudakan yang lain.
Oleh karena itu Allah swt. mengutus Nabi Musa a.s. untuk membebaskan mereka dari perbudakan Firaun dan mengeluarkannya dari negeri Mesir. Pada ayat ini diterangkan bahwa setelah pembebasan itu Allah swt. menganugerahkan kepada Bani Israel negeri timur dan bagian baratnya yang telah diberi berkah oleh Allah. Ayat ini adalah sebagai pelaksanaan dari janji Allah swt. dalam firman-Nya:


وَنُرِيدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الْأَرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَنَجْعَلَهُمُ الْوَارِثِينَ(5)وَنُمَكِّنَ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَنُرِيَ فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَجُنُودَهُمَا مِنْهُمْ مَا كَانُوا يَحْذَرُونَ(6
Artinya:
Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi), akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Firaun dan Haman beserta tentaranya apa yang selalu mereka khawatirkan dari mereka itu.
(Q.S Al Qasas: 5-6)
Adapun yang dimaksud dengan negeri-negeri bagian timur bumi dan bagian baratnya yang telah Kami beri berkati dalam firman Tuhan tersebut, ialah negeri Syam (Syuriah, Palestina) bagian timur bumi dan Mesir bagian barat bumi serta negeri-negeri sekitar keduanya yang pernah dikuasai Firaun dahulu. Negeri-negeri tersebut adalah negeri yang amat besar dan subur, banyak di dalamnya berkah dan kebaikan.
Dari Kaab Al Ahbar, ia berkata, "Sesungguhnya Allah swt. telah memberkahi negeri Syam, sejak sungai Eufrat sampai ke Arisy.
Hal ini dikuatkan oleh firman Allah swt.


وَنَجَّيْنَاهُ وَلُوطًا إِلَى الْأَرْضِ الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا لِلْعَالَمِينَ
Artinya:
Kami selamatkan Ibrahim dan Lut ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia.
(Q.S Al Anbiya': 71)
Dan firman Allah swt:


سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ
Artinya:
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidilharam ke Masjidilaksa, yang telah Kami berkati sekelilingnya..."
(Q.S Al Isra': 1)
Dengan lepasnya Bani Israel dan tenggelamnya Firaun dan tentaranya, maka terpenuhilah janji Allah, yaitu untuk memberikan pertolongan dan nikmat kepada orang-orang yang menegakkan agama-Nya, menegakkan kebenaran dan menghancurkan orang-orang yang meruntuhkan agama-Nya dan menekan kebatilan. Dengan demikian pula sempurnalah terjadinya suatu peristiwa. yaitu berkuasanya Bani Israel di bagian timur bumi yang subur dan penuh berkah itu. Allah swt. menepati janjinya berupa pemberian nikmat yang besar kepada Bani Israel.
Nikmat besar yang dilimpahkan itu, sesuai dengan keputusan dan ketetapan Allah swt. karena ketabahan dan kesabaran Bani Israel dalam menghadapi perkosaan dan penindasan Firaun dan kaumnya.
Sesuai pula dengan janji Allah, maka Dia telah menghancurkan semua yang dibangun Firaun yang tujuannya untuk menyombongkan diri dan menghancurkan agama Allah, seperti kota-kota dan istana-istana yang indah, bangunan-bangunan yang besar untuk orang Mesir, taman-taman dan kebun-kebun yang permai, tipu daya tukang sihir, menara yang dibuat Haman untuk melihat dan membinasakan Tuhan dan sebagainya.
Allah swt. menghancurkan semua yang dibangun oleh Firaun dan kaumnya itu adalah untuk:
1. Menguatkan kenabian Musa a.s. yaitu membuktikan kebenaran yang disampaikan Musa kepada Firaun dan kaumnya, seperti perkataan, "Allah swt. akan mengazab setiap orang yang durhaka kepada-Nya". Karena itu Allah swt. mengazab mereka dengan mengirimkan angin tofan, hama belalang dan sebagainya kepada mereka yang membawa malapetaka dan kerusakan.
2. Melepaskan Bani Israel dari perbudakan Firaun dan kaumnya.
3. Menghancurkan Firaun dan kaumnya, sehingga mereka tidak lagi memperkosa negeri-negeri lain dan penduduknya. Sebelum Firaun dan tentaranya tenggelam di Laut Merah, mereka telah diperingatkan oleh Musa a.s. tetapi mereka mengabaikan peringatan itu. Kelaliman mereka bertambah-tambah, bahkan mereka bermaksud membunuh Musa a.s. dan orang-orang yang beriman bersamanya. Oleh sebab itu Allah swt. menghancurkan mereka karena kelaliman mereka, sesuai dengan firman Allah swt.


وَمَا ظَلَمَهُمُ اللَّهُ وَلَكِنْ أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
Artinya:
Allah tidak menganiaya mereka akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.
(Q.S Ali Imran: 117)
Dari ayat ini dipahami bahwa keimanan yang kuat pada diri Musa a.s. dan Harun a.s. serta wahyu yang diterimanya dari Allah swt. mendorongnya untuk membebaskan Bani Israel dari penindasan Firaun dan kaumnya dan memberi ketabahan serta kesabaran untuk mengajak Bani Israel beriman kepada Allah swt, sekalipun Bani Israel selalu mengejek dan mengingkarinya. Ia percaya bahwa usahanya termasuk usaha menegakkan agama Allah dan menegakkan kebenaran dan ia percaya pula kepada janji Allah. Setelah melalui perjuangan yang sangat berat dan waktu yang lama, maka Allah -swt memberikan pertolongan-Nya dan kemenangan dengan hancurnya Firaun dan kaumnya.
Hal ini dapat dijadikan tamsil dan ibarat oleh kaum muslimin, bahwa janji Allah kepada seluruh orang-orang beriman adalah sama dengan janji Allah yang pernah dijanjikan-Nya kepada para Rasul dahulu, di waktu berjuang menegakkan agama Allah yaitu menolong dan memenangkan setiap usaha menegakkan agama Allah dan menegakkan kebenaran, sebagaimana firman Allah swt:


يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.
(Q.S Muhammad: 7)
Dan firman Allah swt. lagi:


وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ رُسُلًا إِلَى قَوْمِهِمْ فَجَاءُوهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَانْتَقَمْنَا مِنَ الَّذِينَ أَجْرَمُوا وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِينَ
Artinya:
Sesungguhnya Kami telah mengutus sebelum kamu beberapa orang Rasul kepada kaumnya, mereka datang kepadanya dengan membawa keterangan-keterangan (yang cutup), lalu Kami melakukan pembalasan terhadap orang-orang yang berdosa. Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman.
(Q.S Ar Rum: 47)


138 Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani Israil berkata:` Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala) `. Musa menjawab:` Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan) `.(QS. 7:138)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN - PLAOSAN, KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 138 

وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتَوْا عَلَى قَوْمٍ يَعْكُفُونَ عَلَى أَصْنَامٍ لَهُمْ قَالُوا يَا مُوسَى اجْعَلْ لَنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ (138

Ayat ini menerangkan bahwa dengan inayat dan kekuasaan Allah swt, Bani Israel telah diselamatkan-Nya sampai ke seberang Laut Qulzum sehingga mereka terlepas dari penindasan dan perkosaan Firaun dan kaumnya. Dari ayat ini dipahami, bahwa Musa dan Bani Israel dengan mudah ke seberang itu, semata-mata karena pertolongan Allah swt, bukan karena hal-hal yang lain seperti karena air laut waktu sedang pasang surut dan sebagainya. Peristiwa ini merupakan mukjizat bagi Nabi Musa a.s.
Pada ayat yang lain diterangkan bahwa setelah penindasan Firaun dan kaumnya kepada Bani Israel sampai ke puncaknya, Allah memerintahkan Musa pergi pada suatu malam meninggalkan Mesir dengan membawa Bani Israel agar terlepas dari penindasan Firaun. Maka Musapun melaksanakan semua perintah Tuhan dan ia pergi bersama Bani Israel. Setelah mendengar kepergian itu, Firaun pun marah dan dalam waktu yang singkat dia kumpulkan bala tentaranya dan langsung mengejar Musa dan Bani Israel malam itu juga. Pada pagi harinya, di kala matahari mulai memancarkan sinarnya, Firaun dapat menyusul dari belakang, kedua belah pihak telah saling melihat, sedang Musa dan Bani Israel waktu itu sudah berada di pinggir laut. Terus lari, terhalang oleh laut, kembali, pedang musuh telah terhunus menanti. Di saat itulah Allah memperlihatkan kekuasan-Nya dengan memerintahkan Musa agar memukulkan tongkatnya ke laut. Musa memukulkannya, lautpun terbelah menjadi dua, di antara yang terpisah itu terdapat jalan membentang sampai ke seberang. Dengan demikian, Musa dan Bani Israel segera melaluinya dan dari belakang Firaun dan bala tentaranya terus mengikuti mereka. Akhirnya setelah Musa dan Bani Israel selamat sampai di seberang, sedangkan Firaun dan bala tentaranya mati tenggelam ke dasar laut.
Peristiwa tenggelamnya Firaun dan tentaranya ini, diterangkan pula oleh ayat ayat yang lain. Allah swt. berfirman:


وَلَقَدْ أَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنْ أَسْرِ بِعِبَادِي فَاضْرِبْ لَهُمْ طَرِيقًا فِي الْبَحْرِ يَبَسًا لَا تَخَافُ دَرَكًا وَلَا تَخْشَى(77)فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ بِجُنُودِهِ فَغَشِيَهُمْ مِنَ الْيَمِّ مَا غَشِيَهُمْ(78
Artinya:
Sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa , "Pergilah kamu dengan hamba-hamba-Ku (Bani Israel)di malam hari, buatlah untuk mereka jalan yang kering di laut itu, kamu tidak usah khawatir akan tersusul dan tidak usah takut (akan tenggelam)". Firaun dengan bala tentaranya mengejar mereka, lalu mereka ditutup oleh laut yang menenggelamkan mereka.
(Q.S Taha: 77-78)
Kisah tenggelamnya Firaun dan bala tentaranya di laut Qulzum tersebut pula dalam Wasiat Lama dan Kitab Keluaran.
Setelah Musa a.s. dan Bani Israel selamat sampai ke seberang laut Qulzum, yaitu daerah sekitar tanah Arab yang terletak di ujung benua Asia di bagian Barat Daya, merekapun meneruskan perjalanannya. Maka sampailah mereka ke suatu negeri yang penduduknya taat menyembah berhala. Melihat keadaan yang demikian, ingatan mereka kembali kepada adat kebiasaan dan kepercayaan nenek-moyang mereka, yang biasa mereka kerjakan bersama-sama dengan Firaun, seperti menyembah sembahan-sembahan selain Allah, baik yang berupa binatang, patung, batu dan sebagainya. Karena itu dengan spontan mereka meminta kepada Nabi Musa a.s., "Hai Musa! Buatkanlah untuk kami sebuah tuhan (berhala), sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan".
Dari permintaan Bani Israel kepada Musa a.s. ini dipahami bahwa sekalipun Musa a.s. telah menyampaikan risalahnya dengan sebaik mungkin kepada Bani Israel, namun Bani Israel belum memahami betul agama tauhid yang disampaikan Musa. Adat istiadat dan kepercayaan nenek-moyang mereka, yaitu kepercayaan menyembah berhala, masih sangat besar pengaruhnya pada diri mereka, sehingga kepercayaan tauhid yang baru ditanamkan Musa dengan, mudah dapat goyang dan rusak. Telah diketahui bahwa orang-orang Bani Israel di zaman Firaun termasuk golongan yang rendah dan kurang pengetahuannya. Hampir tidak ada cerdik cendekiawan berasal dari mereka, semuanya berasal dari penduduk Mesir asli (bangsa Qibty), turunan bangsawan. Kebanyakan Bani Israel pada waktu itu hidup sebagai rakyat biasa, pekerja-pekerja kasar, bahkan banyak hidup seperti budak membangun piramida, kuburan raja-raja dan orang-orang yang dijadikan oleh Firaun sebagai pekerja paksaan.
Karena keadaan mereka yang demikian rupa, timbul sifat apatis di antara mereka, tidak ada cita-cita untuk membebaskan diri dari perbudakan Firaun, tidak ada keinginan yang kuat untuk merdeka sebagaimana tiap-tiap bangsa sangat menginginkannya. Tidak ada sikap yang tegas dan cita-cita yang kuat itu pada diri mereka itu terlihat pada reaksi, tindak-tanduk dan sikap mereka dalam menerima ajakan Musa a.s. sedikit saja halangan dan kesulitan yang mereka hadapi, dengan spontan mereka menyatakan rasa putus asa kepada Musa, bahkan menyatakan lebih suka hidup dalam perbudakan Firaun dari pada menderita dan sedikit bersusah payah dalam hidup merdeka bersama Musa a.s.
Tidaklah berbeda antara Bani Israel terhadap ajakan Musa a.s. untuk hidup sebagai bangsa yang merdeka dengan sikap mereka terhadap ajakan Musa a.s. agar mengikuti agama yang benar. Sekalipun Nabi Musa telah menerangkan dengan baik dan jelas agama tersebut, sehingga mereka memahami dan mengikutinya, namun serentak mereka melihat patung-patung, orang-orang menyembah berhala, orang memuja dewa-dewa dan segala macam bentuk di dalam agama syirik, ingatan mereka kembali kepada kepercayaan mereka terdahulu, karena itu mereka dengan spontan meminta kepada Musa a.s. agar dibuatkan berhala untuk sembahan mereka. Mereka lebih merasa mantap menyembah sesuatu yang dapat dilihat dan diraba, dihiasi dan sebagainya dari pada menyembah sesuatu yang gaib, tidak nampak oleh mata dan tidak dapat diraba dengan tangan.
Berbeda dengan ahli sihir yang beriman kepada Musa, setelah kepandaian ilmu sihirnya dikalahkan oleh mukjizat Musa a.s. Mereka termasuk orang-orang yang mempunyai ilmu pengetahuan dan cerdik-cendekiawan pada waktu itu. Karena itu mereka mendapatkan pengertian untuk membedakan sesuatu yang benar dengan pengetahuan mereka itu, sehingga dapat mengetahui mana tanda-tanda kekuasaan Allah dan mana yang bukan, mana yang dapat dicapai oleh pancaindera dan mana yang tak dapat .dicapai dan sebagainya. Karena itu setelah mereka beriman kepada Allah dan Nabi Musa a.s. merekapun beriman dengan sepenuh hati, tidak dapat digoyahkan oleh keadaan apapun dan oleh ancaman apapun, termasuk ancaman Firaun kepada mereka. Iman mereka telah mempunyai landasan yang kokoh, sehingga telah merupakan keyakinan yang kuat sebagai hasil dari pengetahuan, perasaan, pengalaman dan apa yang ada pada mereka.
Orang-orang Bani Israel seperti yang diterangkan di atas, adalah orang-orang yang tidak mengetahui sifat-sifat Tuhan, tidak mengetahui akan keharusan menyembah hanya kepada Allah swt. semata dengan tidak memperserikatkan-Nya dengan sesuatupun, tidak mengetahui keharusan beribadah langsung ditujukan kepada-Nya tanpa mengambil perantara dengan sesuatupun, seperti patung-patung, bangunan-bangunan, kuburan-kuburan atau benda-benda yang lain yang mereka jadikan sebagai perantara dalam menyembah Allah. Pada hal yang harus mereka percayai adalah Allah Yang Maha Esa dan murni dalam keesaan-Nya.
Iman seperti iman Bani Israel yang disebabkan kebodohan dan pengaruh kepercayaan nenek moyang itu, terdapat juga pada manusia umumnya dan kaum muslimin khususnya serta dijumpai pula pada tiap-tiap periode dalam sejarah, sejak masa Nabi Muhammad saw. sampai zaman mutakhir ini, sebagaimana yang diisyaratkan hadis Nabi saw.


رواه أحمد والنسائى عن أبي وافد الليني قال: خرجنا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم قبل حنين فمررنا بصدرة فقلت: يا رسول الله إجعل لنا هذه ذات أنواط كما للكفار ذات أنواط، فقال: الله أكبر، هذا كما قالت بنوا إسرائيل لموسى: إجعل لنا إلها كما لهم إلهة، إنكم تركبون سنن من قبلكم
Artinya:
Ahmad dan An Nasai meriwayatkan dari Abu Wafid Al Liiny, ia berkata, "Kami keluar menuju Madinah bersama Rasulullah saw. menuju perang Hunain, maka kami melalui sebatang pohon, aku berkata, 'Ya Rasulullah! Jadikanlah bagi kami pohon -zatu anwat-(pohon yang merupakan ketergantungan) sebagaimana orang kafir mempunyai -zatu anwat-'. Rasulullah menjawab, '(Allah Maha Besar). Permintaanmu ini adalah seperti permintaan Bani Israel kepada Musa: (Jadikanlah bagi kami sebuah sembahan. sebagaimana mereka mempunyai sembahan) sesungguhnya kamu mengikuti kepercayaan orang sebelum kamu".
(H.R Ahmad dan Nasa'i)
Kenyataan tentang adanya kepercayaan-itu diisyaratkan hadis di atas pada masa dahulu dan masa sekarang hendaknya merupakan peringatan bagi kaum muslimin agar berusaha sekuat tenaga untuk memberi pengertian dan penerangan, sehingga seluruh kaum muslimin mempunyai akidah dan kepercayaan sesuai dengan yang diajarkan agama Islam. Masih banyak di antara kaum muslimin yang masih memuja kuburan, mempercayai adanya kekuatan gaib pada batu-batu, pohon-pohon, gua-gua dan sebagainya, karena itu mereka memuja dan menyembahnya dengan ketundukan dan kekhusyukan yang kadang-kadang melebihi ketundukan dan kekhusyukan menyembah Allah sendiri. Banyak juga di antara kaum muslimin yang menggunakan perantara wasilah dalam beribadat, seakan-akan mereka tidak percaya bahwa Allah swt. Maha dekat kepada hamba-Nya dan bahwa ibadat yang ditujukan kepada-Nya akan sampai tanpa perantara, Kepercayaan seperti ini tidak berbeda dengan kepercayaan syirik yang dianut oleh orang-orang Arab Jahiliah dahulu, kemungkinan yang berbeda hanyalah namanya saja. Kepercayaan seperti ini bertentangan dengan ayat:


وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ
Artinya:
...Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya.
(Q.S Qaf: 16)
Dan pengakuan Ibrahim a.s. yang tersebut dalam firman-Nya


إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Artinya:
Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan
(Q.S Al An'am: 79)
Bahkan Allah swt. menegaskan dalam firman-Nya lagi:


وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Artinya:
Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka itu beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
(Q.S Al Baqarah: 186)
Orang yang menyembah suatu sembahan di samping Allah swt. adalah orang yang memperbodoh dirinya sendiri, seperti firman Allah swt:


وَمَنْ يَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ إِبْرَاهِيمَ إِلَّا مَنْ سَفِهَ نَفْسَهُ وَلَقَدِ اصْطَفَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا وَإِنَّهُ فِي الْآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ
Artinya:
Tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri.
(Q.S Al Baqarah: 130)
Permintaan Bani Israel itu dijawab oleh Nabi Musa a.s., "Sesungguhnya kamu hai Bani Israel tidak mengetahui sifat-sifat Allah, apa yang wajib bagi-Nya dan apa yang mustahil bagi-Nya. Dia adalah Esa dan murni dalam ke Esaan-Nya, tidak ada sesuatupun yang berserikat dengan-Nya.
Al Baghawi berkata dalam tafsirnya, "Sesungguhnya permintaan Bani Israel mengadakan suatu sembahan, bukanlah karena keraguan mereka tentang keesaan Allah, maksud permintaan mereka itu hanyalah minta diadakan suatu sembahan sebagai tuhan yang akan mereka agungkan dan dengan mengagungkan sembahan itu mereka telah mendekatkan diri kepada Allah. Tindakan yang demikian itu menurut mereka tidak akan merusak agama dan tidak akan merusak ketauhidan sebagai pokok kepercayaan". Itu adalah kebodohan mereka seperti yang telah dinyatakan:
Pendapat ini sesuai dengan firman Allah WT:


وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى
Artinya:
Orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah berkata, "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya"
(Q.S Az Zumar: 3)
Karena pendapat di atas, timbul persoalan, "Kenapa dikatakan kafir seseorang yang menyembah sesuatu sembahan selain Allah, agar dia merasa lebih mudah mendekatkan diri kepada Allah".
Agama yang dibawa para Rasul Allah sejak zaman dahulu sampai sekarang, yaitu agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw, sebagai Nabi dan Rasul penutup adalah agama yang mengakui keesaan Allah dengan sebenar-benarnya, tidak ada di dalamnya unsur syirik sedikitpun juga. Hal ini adalah karena ibadat atau menyembah itu merupakan suatu perasaan yang timbul dari hati sanubari yang merasakan hanya Zat yang disembahnya itu sajalah Yang Maha Agung, Maha Pencipta, Maha Kuasa dan sebagainya. Perasaan itu menimbulkan ketundukan hati dan jiwa kepada Yang Maha Agung, menumbuhkan keyakinan bahwa dia sajalah yang berhak disembah; sedangkan yang lain adalah makhluk ciptaan-Nya yang sama kedudukannya dengan ciptaan-Nya yang lain. Karena itu menyembah sembahan selain Allah akan merusak ketauhidan yang timbul dari perasaan yang ada dalam diri seorang dan berarti pula bahwa diri seseorang telah tergantung kepada sembahan, di samping tergantung kepada Allah swt. Karena itu pulalah Nabi Musa a.s. menolak dengan tegas permintaan kaumnya, demikian pula halnya Nabi Muhammad saw, telah menolak permintaan Abi Waqid Al-Laisi.


139 Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya dan akan batal apa yang selalu mereka kerjakan.(QS. 7:139)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN - PLAOSAN, KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 139 

إِنَّ هَؤُلَاءِ مُتَبَّرٌ مَا هُمْ فِيهِ وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (139

Ayat ini menegaskan bahwa orang-orang yang taat dan tekun menyembah sembahan selain Allah swt. akan dihancurkan dan dibinasakan Allah dan berhala-berhala yang mereka sembah itu tidak sanggup memberi manfaat dan tidak pula memberi mudarat kepada siapapun. Perbuatan mereka menyembah berhala itu tidak diberi pahala sedikitpun bahkan mereka diberi siksaan yang besar. Ayat ini merupakan penawar bagi bagi Nabi Muhammad saw dan kaum muslimin yang sedang menghadapi ejekan dan penganiayaan dari kaum musyrik Mekah, karena ayat ini mengisyaratkan kemenangan Nabi Muhammad saw dan kaum muslimin dalam waktu yang dekat dan akan lenyapnya agama syirik di bumi Arab.


140 Musa menjawab:` Patutkah aku mencari Tuhan untuk kamu yang selain daripada Allah, padahal Dialah yang telah melebihkan kamu atas segala umat `.(QS. 7:140)
TKQ/TPQ/MADIN "NURUDDIN" KEMALANGAN - PLAOSAN, KEC. WONOAYU

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 140

قَالَ أَغَيْرَ اللَّهِ أَبْغِيكُمْ إِلَهًا وَهُوَ فَضَّلَكُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ (140

Permintaan Bani Israel agar dibuatkan sembahan selain Allah, dijawab (oleh Musa a.s., "Apakah aku akan membuatkan tuhan selain Allah yang akan kamu sembah, padahal Allah swt. Pencipta alam semesta yang telah menjadikan kamu semua sebagai umat yang utama di masamu dan menjadikan) Islam sebagai agama bagimu, yaitu agama tauhid, agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim a.s. agama para Nabi dan Rasul yang telah diutus Allah. Kenapa kamu masih mencari agama yang lain?" Ayat ini menyatakan bahwa permintaan Bani Israel adalah permintaan yang aneh dan mengherankan, karena mereka telah diberi sesuatu yang baik, yaitu agama tauhid, kemudian mereka hendak menukarnya dengan yang jelek, yaitu agama syirik.


Halaman  First Previous Next Last Balik Ke Atas   Total [11]
Ayat 121 s/d 140 dari [206]


Sumber Tafsir dari :

1. Tafsir DEPAG RI, 2. Tafsir Jalalain Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger... Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Edy_Hari_Yanto's  album on Photobucket
TPQ NURUDDIN NEWS : Terima kasih kepada donatur yang telah menyisihkan sebagian rezekinya untuk pembangunan TPQ Nuruddin| TKQ-TPQ "NURUDDIN" MENERIMA SANTRI DAN SANTRIWATI BARU | INFORMASI PENDAFTARAN DI KANTOR TPQ "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN-WONOAYU