Rabu, 05 Juni 2013

Kumpulan Tafsir : Berlindung Dari Kebinasaan Ahlul Kitab

Berlindung Dari Kebinasaan Ahlul Kitab


Al Ustadz Abu Karimah Askary bin Jamaluddin Al Atsary Al Bugisy

“Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakan: “Ini dari Allah,” (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka karena apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan.” (Al Baqarah: 79)
Penjelasan Mufradat (Kosakata) Khusus
Para ulama berselisih pendapat dalam menafsirkan kata wail. Ada yang menafsirkannya dengan adzab (siksaan) atas mereka, sebagaimana terdapat dalam riwayat Ibnu Abbas. Ada pula yang mengatakan “lembah yang terdapat di dasar neraka, yang di dalamnya mengalir nanah”, dan ada pula yang menafsirkan lain. Sementara Asy Syaikh As Sa’dy mengatakan, wail adalah kerasnya siksaan dan penyesalan, yang di dalamnya mengandung ancaman yang sangat keras. (Lihat Taisir Al Karimir Rahman hal. 56, dan lihat perselisihan ulama dalam menafsirkan kata ini dalam Tafsir Ath Thabary, 1/274, Ma’alim At Tanzil, 1/110).
“dengan tangan-tangan mereka”
Ada dua kemungkinan yang dimaksud dengan lafadz ini:
Pertama, sebagai ta’kid (penguat) dari kata “menulis”, sebab tidak mungkin seseorang dikatakan menulis kecuali dengan menggunakan tangan. Ini serupa dengan firman Allah yang lainnya:
“dan tidaklah burung terbang dengan sayapnya”
Dan juga firman-Nya:
“mereka berkata dengan mulut-mulut mereka”
Kedua, untuk menjelaskan dosa mereka dan menetapkan kelancangan mereka, karena orang yang melakukan (secara langsung) perbuatan tersebut lebih keji daripada orang yang bukan pelakunya (secara langsung) meski (perbuatan itu) merupakan buah pikirannya. (Al Qurthuby, 2/9)
Asal makna Al Kasbu adalah beramal. Maka setiap orang yang mengamalkan secara langsung dikatakan Al Kasib. (Ath Thabary 1/380)

Penjelasan Ayat
Berkata Al ‘Allamah (orang yang dalam ilmunya) Abdurrahman bin Nashir As Sa’dy t: “Allah mengancam orang-orang yang melakukan perubahan terhadap Al Kitab, yaitu orang-orang yang mengatakan “Ini berasal dari sisi Allah” terhadap apa yang telah mereka rubah dan mereka tulis. Dan ini merupakan idzhar (penampakan) kebatilan dan menyembunyikan al haq (kebenaran). Mereka melakukan hal itu dalam keadaan berilmu, namun hendak menjualnya dengan harga yang sedikit dan dunia seluruhnya dari awal hingga akhir merupakan harga yang sedikit. Lalu mereka jadikan kebatilan itu sebagai umpan untuk mengambil apa-apa yang ada di tangan manusia.
Mereka telah mendzalimi manusia dari dua sisi, yaitu mengkaburkan agama dan di sisi lain mengambil harta manusia tanpa haq. Bahkan dengan cara paling batil, yang lebih batil dari orang-orang yang mengambil harta dengan cara pemaksaan, pencurian, dan semisalnya. Oleh karena itu Allah mengancam mereka dengan dua hal dengan firman-Nya: ‘Kecelakaan bagi mereka dengan apa yang mereka tulis oleh tangan-tangan mereka yang telah melakukan perubahan dan kebatilan’, dan ‘Kecelakaan bagi mereka dengan apa yang mereka peroleh dari harta’.” (Taisir Al Karimir Rahman, hal. 56)
Berkata Al Allamah Ath Thabary dalam tafsirnya, yang dimaksud (ayat tersebut) adalah orang-orang yang mengubah-ubah kitab Allah dari kalangan Yahudi Bani Israil. Dan mereka menulis kitab berdasarkan apa yang telah mereka ubah dengan perubahan-perubahan yang menyelisihi apa yang diturunkan oleh Allah kepada . Lalu mereka menjualnya kepada kaum yang tidak mengetahui Nabi-Nya Musa perubahan tersebut dan tidak pula mengetahui isi kandungan Taurat (yang asli), disebabkan kejahilan mereka terhadap kandungan kitab-kitab Allah karena ingin mendapatkan dunia yang hina. (Ath Thabary, 1/278)
Al Qurthuby t ketika menafsirkan ayat ini mengatakan: “Tatkala perkara (al haq) telah hilang di tengah-tengah mereka hingga menyebabkan rusaknya mereka dan rusak pula tanggung jawab ulama mereka, lalu menenggelamkan diri-diri mereka kepada dunia karena sifat tamak dan rakusnya. Mereka pun mencari hal-hal yang bisa menyebabkan perhatian manusia tertuju kepada mereka. Maka mereka membuat perkara baru dalam syariatnya dan mengubahnya, lalu mereka sertakan ke dalam kitab Taurat sambil berkata kepada orang-orang bodoh dari mereka, “Ini berasal dari Allah”, agar mereka mau menerimanya, agar mereka kokoh jabatan kepemimpinan mereka dan mampu mengendalikan dunia serta memperoleh kotoran-kotorannya.” (Al Qurthuby, 2/7)
Penjelasan para ulama tentang ayat yang mulia ini menunjukkan, Allah Azza wa Jalla telah menyebutkan beberapa penyimpangan ahlul kitab khususnya dari kalangan Yahudi, yang menyebabkan datangnya kemurkaan Allah atas mereka, di antaranya:

1. Melakukan perubahan terhadap kitab yang Allah turunkan kepada mereka;
2. Menyembunyikan al haq dan menolaknya;
3. Ulama yang jahat;
4. Menjual agama dan akhirat dengan memperoleh dunia yang hina;
5. Mendapatkan harta milik orang lain dengan cara-cara yang haram.


Semua pelanggaran yang dilakukan dan diamalkan oleh ahlul kitab tersebut tidak . Bahkan dengan melihat realita mustahil akan dialami pula oleh umat Rasulullah umat Islam saat ini, akan ditemukan berbagai pelanggaran itu. Tidaklah ini terjadi melainkan sebagai penegasan terhadap apa yang telah disabdakan : Rasulullah
“Kalian pasti akan mengikuti langkah orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sehingga jika (mereka) menempuh (masuk ke) lubang biawak kalian pun akan menempuhnya.” Kami bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah (mereka) Yahudi dan Nashara?” Jawab (Rasulullah): “Siapa lagi?”. (Diriwayatkan oleh Al Bukhari 3/3270, Muslim 4/2669, dari hadits Abu Said Al Khudry radhiallahu ’anhu)
Jika dirinci lagi, pelanggaran-pelanggaran yang menjadi sebab kemurkaan Allah terhadap ahlul kitab adalah sebagai berikut:
a. Mengubah agama Allah dan menafsirkannya dengan penafsiran batil.
(Hal ini mengakibatkan) timbulnya berbagai macam kesesatan berupa syirik, bid’ah, serta berbagai bentuk penolakan terhadap Al Qur’an dan As Sunnah, lalu menghiasinya dengan label “Islam”, “Inilah yang benar”, dan yang lainnya dari berbagai bentuk propaganda. Ini merupakan tindakan perubahan terhadap syariat Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya.
Berkata Ibnul Qayyim mencela orang-orang yang mengubah kitab-Nya dan orang awam (ahlult: “(Allah) kitab) yang mereka tidak memiliki ilmu kecuali sekedar membaca saja, dan orang-orang yang menulis kebatilan lalu berkata: “Inilah kebenaran dan ini berasal dari Allah.” Dan (Allah) mencela pula orang-orang yang menyembunyikan apa-apa yang telah diturunkan oleh Allah berupa Al Kitab yang berisi penjelas dan petunjuk, dalam beberapa tempat di dalam Al Qur’an.
Keempat jenis perbuatan tercela ini ada pada orang-orang yang berpaling dari nash-nash wahyu dan menentangnya dengan menggunakan pendapat mereka sendiri, akal, dan hawa nafsu. Terkadang mereka menyembunyikan hadits dan ayat yang bertentangan dengan pendapat mereka. Di antara mereka pula, ada beberapa golongan yang memalsukan hadits-hadits untuk menyesuaikan madzhab dan hawa nafsu mereka, baik dalam perkara ushul maupun furu’ (cabang). Lalu berkata “Ini berasal dari Allah.” Dan terkadang mereka mengarang buku-buku dengan dasar akal pikiran, perasaan, dan khayalan-khayalan mereka, lalu mengklaim bahwa (kitab-kitab) itulah yang wajib mereka ikuti dan mendahulukannya di atas nash-nash wahyu. “(Ash Shawaiq Al Mursalah, Ibnul Qayyim, 3:1049-1050)
Lalu beliau (Ibnul Qayyim) t berkata lagi: “Sesungguhnya orang-orang yang menentang wahyu dengan akal mereka ada lima kelompok:
Golongan yang menentang wahyu dengan akal pikiran dan lebih mengutamakannya di atas wahyu. Mereka berkata kepada orang yang berpegang teguh dengan wahyu: “Milik kami akal dan milik kalian adalah naql (wahyu).”
Golongan yang menolak wahyu dengan pendapat-pendapat dan qiyas-qiyas (analogi) yang batil. Mereka berkata kepada ahlul hadits (yang berpegang teguh dengan hadits nabi): ”Milik kalian hadits dan milik kami adalah pendapat dan qiyas.”
Golongan yang menolak wahyu dengan ilmu hakikat dan perasaan. Mereka berkata: “Milik kalian syariat dan milik kami taubat.”
Golongan yang menolak wahyu dengan berbagai manuver politik. Mereka berkata: “Kalian pengamal syariat sedangkan kami adalah politikus.”
Golongan yang menolak wahyu dengan pentakwilan yang batil. Mereka berkata: “Kalian ahli dzahir (mengamalkan yang lahir) dan kami ahli bathin (mengamalkan syariat secara batin).”
Setiap pendapat dari kelompok-kelompok tersebut tidak mempunyai dasar sama sekali. Mereka hanya mengikuti hawa nafsu, sebagaimana yang Allah firmankan:
“Bila mereka tidak menerima (ajakan)mu maka ketahuilah sesungguhnya mereka mengikuti hawa-hawa nafsu mereka.” (Al Qashas: 50)
“Dan berhukumlah di antara mereka dengan apa yang diturunkan Allah, dan jangan kamu mengikuti hawa nafsu mereka.” (Al Maidah: 49)
(Ash Shawaiq Al Mursalah, 3/1051-1052)
Bandingkanlah apa yang disebutkan Ibnul Qayyim t dengan kondisi kelompok-kelompok Islam yang tersebar dewasa ini. Di antara mereka ada yang berkata:
“Islam tidaklah tegak kecuali dengan berdirinya khilafah Islamiyah.” Kemudian mereka menjadikan slogan tersebut sebagai inti dakwah dan melupakan pokok-pokok ajaran Islam yaitu menyebarkan tauhid dan Sunnah .Rasulullah
Ada lagi yang berkata: “Barangsiapa yang tidak mengenal imam zamannya, maka dia mati jahiliah”, lalu mewajibkan bai’at kepada para pengikutnya dan menganggap kafir orang yang tidak bergabung dengan kelompoknya.
Ada lagi yang berkata: “Umat ini tidak akan jaya kecuali dengan cara khuruj (keluar) di jalan Allah.” Mereka pun mengeluarkan para da’i jahil yang sangat minim ilmu agama kemudian berpindah dari masjid ke masjid.
Mereka semua mengatakan, amalan dan metode mereka berasal dari sisi Allah. Cukuplah kita mengatakan kepada mereka: “Datangkanlah dalil jika kalian orang-orang yang jujur.”


Sumber : http://www.Asysyariah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger... Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Edy_Hari_Yanto's  album on Photobucket
TPQ NURUDDIN NEWS : Terima kasih kepada donatur yang telah menyisihkan sebagian rezekinya untuk pembangunan TPQ Nuruddin| TKQ-TPQ "NURUDDIN" MENERIMA SANTRI DAN SANTRIWATI BARU | INFORMASI PENDAFTARAN DI KANTOR TPQ "NURUDDIN" KEMALANGAN-PLAOSAN-WONOAYU