Tradisi dan Anjuran Tadarrus al-Qur’an di Bulan Ramadhan
                     
Space Iklan
300 x 80 Pixel
300 x 80 Pixel
Diantara ibadah 
yang diutamakan pada Bulan Ramadhan adalah memperbanyak membaca 
al-Qur’an. Hal ini sebagai penghormatan dan tabarrukan atas pertama kali
 diturunkannya al-Qur’an oleh Malaikat Jibril kepada Rasulullah pada 
malam 17 Ramadhan, yaitu malam yang terkenal dengan sebutan Nuzulul 
Qur’an. 
Begitulah 17 Ramadhan menjadi awal permulaan Rasulullah saw menerima wahyu hingga berlangsung selama kenabian. Selain menjadi pedoman dan tuntunan bagi umat muslim sedunia, al-Qur’an juga merupakan sumber pahala bagi umat Muhammad, karena siapapun yang membaca al-Qur’an akan mendapatkan pahala (almuta’abba bitilawatih).
Dengan kata lain, al-Qur’an memiliki makna dan fungsi lebih apabila dibaca sebagai teks suci dan tidak hanya ditulis atau diterjemahkan saja. Oleh karena itu, untuk menjaga kesahihan Rasulullah dalam menghafal dan membaca al-Qur’an, jibril selalu datang di malam bulan Ramadhan guna bertadarrus langusng dengan Rasulullah saw. dengan cara berhadap-hadapan. Di sinilah akar tradisi tadarrus al-Qur’an di malam Ramadhan.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسِ اَنَّ رَسُولَ اللهِ ص.م. كَانَ مِنْ اَجْوَدِالنَّاسِ
  
“Dari Ibn ‘Abbas RA bahwa Rasulullah SAW adalah orang yang paling
 pemurah. Sedangkan saat yang paling pemurah bagi beliau pada bulan 
Ramadlan adalah pada saat malaikat Jibril mengunjungi beliau. Malaikat 
Jibril selalu mengunjungi Nabi setiap malam bulan Ramadlan, lalu 
melakukan mudarasah al-Qur’an dengan Nabi. Rasulullah SAW ketika 
dikunjungi malaikat Jibril, lebih dermawan dari angin yang berhembus.” 
(Musnad Ahmad: 3358)
_______________________
sumber : http//www.nu.or.id/
Begitulah 17 Ramadhan menjadi awal permulaan Rasulullah saw menerima wahyu hingga berlangsung selama kenabian. Selain menjadi pedoman dan tuntunan bagi umat muslim sedunia, al-Qur’an juga merupakan sumber pahala bagi umat Muhammad, karena siapapun yang membaca al-Qur’an akan mendapatkan pahala (almuta’abba bitilawatih).
Dengan kata lain, al-Qur’an memiliki makna dan fungsi lebih apabila dibaca sebagai teks suci dan tidak hanya ditulis atau diterjemahkan saja. Oleh karena itu, untuk menjaga kesahihan Rasulullah dalam menghafal dan membaca al-Qur’an, jibril selalu datang di malam bulan Ramadhan guna bertadarrus langusng dengan Rasulullah saw. dengan cara berhadap-hadapan. Di sinilah akar tradisi tadarrus al-Qur’an di malam Ramadhan.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسِ اَنَّ رَسُولَ اللهِ ص.م. كَانَ مِنْ اَجْوَدِالنَّاسِ
وَاَجْوَدُمَايَكُوْنُ فِي رَمَضَانَ حِيْنَ يَلْقَاهُ جِبْرِيْلُ 
يَلْقَاهُ كُلَّ لَيْلَةٍ يُدَارِسُهُ
 اَلْقُرْأَنَ فَكَانَ رَسُولُ اللهِ 
ص.م. حِيْنَ يَلْقَاهُ جِبْرِيْلُ اَجْوَدُ مِنَ الرِّيْحِ 
الْمُرْسَلَةِ
_______________________
sumber : http//www.nu.or.id/
 








 
 
 



Tidak ada komentar:
Posting Komentar