Berangkat dari berbagai persoalan yang dihadapi
bangsa ini sejak beberapa tahun yang lalu, maka mulai awal tahun 2013
ini hingga beberapa tahun sesudahnya diharapkan ada kemajuan yang
berarti bagi bangsa ini baik di bidang sosial-politik, bidang ekonomi
dan bidang kebudayaan.
Oleh sebab itu, NU kembali mengajak seluruh komponen bangsa baik
pemerintah, kalangan TNI, partai politik, kalangan bisnis, kelompok
profesional, kalangan Ormas, lembaga swadaya masyarakat dan tidak
ketinggalan pula kalangan agamawan agar bersatu padu untuk menyelesaikan
berbagai permasalahan yang dihadapi rakyat dan bangsa ini dengan
menggunakan cara dan sarana yang dimiliki oleh bangsa ini sendiri.
Ke
depan, kita ingin mencari soluasi yang tepat dan relevan, karena itu
kita harus memulai berani dan percaya diri mencari solusi dari khazanah
filsafat dan budaya kita sendiri serta menerapkan strategi yang
diwariskan oleh bangsa ini dalam menata masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam kenyataannya sistem sosial, sistem politik ketetanegaraan kita,
sistem ekonomi dan gerak budaya kita telah menyimpang dari tata nilai
banagsa ini. Karena itu, harus diluruskan kembali.
I.Bidang Politik KetatanegaraanSejak
masa reformasi, sistem politik ketatanegaraan kita dibangun berdasarkan
falsafah liberalism dan individualism. Demikian hanya struktur politik
juga dibentuk berdasarkan liberalism itu. Dipermukaan memang menunjukkan
kemajuan, tetapi secara subtantif banyak menimbulkan persoalan.
Demokrasi yang dikembangkan berdasarkan hak dan kebebasan tanpa batas
telah memicu terjadinya konflik antarkelompok. Karena itu, sistem sosial
dan politik perlu ditata kembali berdasarkan falsafah dan tradisi
bangsa ini.
Tahun-tahun mendatang, bangsa ini akan dihadapkan
pada situasi yang sangat politis. Karena itu, semua pihak yang
berkompetisi meraih kekuasaan di tahun 2014 hendaklah bisa menahan diri
dan tetap menjaga norma dan aturan main serta fatsun politik agar
masyarakat tetap rukun dan bangsa ini utuh dan aman.
Penataan
kembali struktur politik dan dibarengi dengan perbaikan mental dan
perilaku para pelaku politik ini diharapkan akan merupaklan dasar dari
pemerintahan yang bersih dari korupsi dan diharapkan mampu memberikan
kesejahateraan rakyat dan mampu menjaga keutuhan dan kewibawaan negara.
Kembali pada semangat revolusi dan kesetiaan pada nilai-nilai luhur
Pancasila haruslah menjadi titik tolak dari semua gerak dan langkah
politik ini.
II. Bidang EkonomiLiberalisasi
di bidang ekonomi yang lebih mengutamakan kepentingan usaha besar dan
kepentingan asing dengan mengabaikan usaha rakyat serta usaha nasional
telah meruntuhkan fundasi ekonomi nasional yang beroroientasi
kerakyatan. Apalagi setelah pemerintah menjalankan agenda WTO secara
menyeluruh melalui proses importasi yang tanpa batas, menjadikan negara
ni dibanjiri oleh produk asing. Tidak hanya barang industri, tetapi juga
bahan pertanian, khususnya pangan, sehingga menghancurkan usaha
pertanian rakyat.
Pertumbuhan ekonomi makro nasional yang diklaim
sebesar antara 6 hingga 7 persen, bukanlah pertumbuhan yang riil ada di
masyarakat. Itu hanya pertumbuhan di kalangan skala kecil penguasaha
yang sebagaian besar juga dikuasai asing. Sementara ekonomi rakyat
semakin terupuk, ketika tidak mendapatkan subsidi, serta tidak mendapat
perlindungan pemerintah dari serbuan produk asing. KUR yang selama ini
dipropagandakan, hingga kini belum menyentuh pada rakyat yang
membutuhkannya. Karena itu, PBNU berharap agar pemerintah segera
mengubah orientasi dan kebijakan ekonominya, menjadi ekonomi yang
memperkuat ekonomi nasional khususnya ekonomi rakyat, agar rakyat
sejahtera dan negara terbebas dari jerat utang. Bantuan produktif di
sektor pertanian baik berupa teknik dan proteksi serta fasilitas pasar,
akan jauh lebih berarti dan lebih dibutuhkan rakyat, ketimbang bantuan
langsung tunai (BLT) yang konsumtif yang membuat rakyat pasif. Ekonomi
akan tumbuh bila rakyat bertindak kreatif dan ini perlu fasilitas dan
insentif yang memadai.
III. Bidang KebudayaanBangsa
Indonesia dan bangsa Timur lainnya memiliki budaya tradisi yang adat
serta norma yang sesuai dengan kondisi ketimuran. Tetapi dengan hadirnya
globalisme yang mempropagandakan budaya Barat bahkan dipaksakan melalui
pelbagai sarana dan media seperti lembaga pendidikan, media massa, seni
budaya, ternyata telah mengubah perilaku dan adat istiadat masyarakat.
Semuanya ini telah mengakibatkan terjadinya “kaget budaya”. Kekagetan
budaya ini mengakibatkan masyarakat mengalami split moral. Maka perlu
adanya penataan di bidang seni budaya, pendidikan dan media massa.
Semuanya harus diarahkan untuk membentuk karakter dan menanamkan
moralitas serta kreativitas.
1. Dalam masyarakat Timur
yang mengenal falsafah mikul duwur mendem jero, yaitu menjunjung tinggi
moralitas dan menjaga kerahasiaan, telah diubah manjadi masyarakat
transparan sehingga dengan alasan untuk memperoleh kebebasan informasi
maka setiap individu bisa dikorek informasinya dengan tanpa menghormati
batas privasi seseorang. Setiap orang yang berperkara diungkap dengan
sedetil-detilnya. Hal itu tidak hanya terbukanya aib seseorang, tetapi
lebih berbahaya lagi adalah kejahatan tersebut disosialisasikan sehingga
ditiru oleh pihak lain. Demikian juga dalam produksi seni budaya baik
dalam film, tari, musik serta berbagai talkshow telah mempertontonkan
adegan erotis di depan umum seperti berpelukan antara pria-wanita yang
bukan muhrim, membuka aurat dan gerakan erotis lainnya, telah mewarnai
dunia pertunjukan di negeri ini dan disebarkan melalui TV dan internet
sehingga mengubah perilaku remaja. Padahal perilaku semacam itu
bertentangan dengan norma ketimuran dan agama Islam.
2.
Pendidikan nasional haruslah dikembalikan pada filosofi dasar dan tujuan
awalnya, yaitu untuk memanusiakan manusia. Dengan demikian, pendidikan
perlu dijuahkan dari unsur bisnis, karena hal yang demikian akan
menjauhkan masyarakat dari pendidikan. Pendidikan haruslah dikembalikan
sebagai pusat pembudayaan, penanaman nilai budaya dan pusat pengembangan
budaya. Di situlah pentingnya menempatkan lembaga pendidikan di segala
strata sebagi pusat pemebentukan karakter. Ketika bangsa Indonesia mulai
mengalami memudar karakternya, maka dunia pendidikan yang mengemban
tugas pembentukan karakter bangsa ini dengan menggali, mengaktualisasi
budaya nasional yang ada, sehingga masyarakat bangga terhadap budaya
sendiri.
3. Mesdia massa merupakan sarana penting untuk
penyebaran informasi dan pendidikan masal. Karena itu, media harus
dikembalikan pada tujuan awal, yaitu menanamkan nilai-nilai, yang dalam
hal ini adalah nilai keagamaan dan adat ketimuran. Kebebasan memperoleh
informasi hendaklah tidak digunakan untuk membongkar aib seseorang.
Demikian juga kebebasan memperoleh informasi janganlah digunakan untuk
membongkar rahasia negara sehingga mengancam kepentingan negara. Dalam
pemberintaan media massa hendaklah tetap berpegang pada norma agama,
norma susila serta menjaga keamanan dan kerukunan nasional.
PenutupSebagai
organisasi sosial keagamaan, NU berharap agar bangsa ini menjadi bangsa
yang maju dan berperadaban tinggi setara dengan peradaban yang lain.
Kemajuan ini hanya bisa diperoleh bila bangsa ini memiliki rasa percaya
diri dan bangga dengan tradisi dan budaya sendiri. Untuk menjadi bangsa
yang bangga terhadap budaya sendiri, perlu usaha pembinaan dan
pembentukan karakter. Lembaga negara, lembaga pendidikan, lembaga
kesenian, termasuk lembaga ekonomi, dan media masa, perlu digunakan
sepenuh-penuhnya dan seluruhnya untuk membangun karakter bangsa ini. Dan
sekaligus sebagai sarana memajukan bangsa.
Jakarta, 9 Januari 2013
KH Said Aqil Siroj
Ketua Umum PBNU
* Disampaikan dalam kegiatan Refleksi Awal Tahun 2013 di Kantor PBNU Jakarta, Rabu (9/1).